1811122011
A/THP
DOSEN PENGAMPU
UNVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Penentuan daya cerna pati secara in vitro relatif lebih mudah dibandingkan
analisis secara in vivo dimana pada analisis in vivo pati biasanya sudah diubah
menjadi energi sehingga sulit untuk dianalisis daya cernanya. Prinsip penentuan daya
cerna pati secara in vitro dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu agar pati
dalam bahan pangan terhidrolisis oleh enzim α-amilase menjadi unit-unit yang lebih
kecil (gula sederhana). Menurut Winarno (2004) hidrolisis enzim α-amilase pada
amilosa melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu degradasi amilosa menjadi maltosa
dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Tahap selanjutnya yaitu pembentukan
glukosa dan maltosa sebagai akhir secara tidak acak dan berjalan lebih lambat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya cerna
secara in vitro pati alami dan pati olahan, dapat mengatahui sifat karakteristik pati
terkhusus untuk pati jagung dan kecambah teprung jagung, dan dapat mengetahui
olahan apa yang dapat dihasilkan dari modifikasi pati jagung itu sendiri.
BAB II
2.1 Metode
Sedangkan untuk jurnal yang kedua bahan yang digunakan dalam pembuatan
biskuit antara lain ubi jalar oranye dan jagung yang dibeli dari petani di Desa
Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, Natrium Metabisulfit yang dibeli di
Toko Kimia Makmur Jaya, tepung tapioka, susu skim, baking powder, gula, dan
margarin yang dibeli di Toko Prima, Malang. Bahan yang digunakan untuk analisis
antara lain aquades, larutan enzim α-amilase (Sigma Aldrich), buffer Na-Fosfat 0,1
M, Larutan TCA, buffer Wolphole 0,2 N, enzim Pepsin (Sigma Aldrich), H2SO4
pekat, NaOH, Boraks, inkubator PP , indikator Shertshiro, H2SO4, etanol,
petrolimum eter, NaOH 45%, HCL 25%, larutan DNS (Dinitrosalisilate), reagen
Nelson, reagen arsenomoblidat, dan tablet Kjedahl.
2.2 Analisis
Analisis yang diamati dalam jurnal yang pertama yaitu; analisis kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, analisis kadar serat kasar,
analisis kadar pati, dan analisis daya cerna pati. Sedangkan untuk jurnal yang kedua
analisis yang digunakan yaitu pengujian dan analisis dilakukan pada bahan baku dan
biskuit. Pengujian yang dilakukan terdiri dari uji kimia dan fisik. Uji kimia yang
dilakukan antara lain kadar pati, kadar protein, daya cerna pati, daya cerna protein.
BAB III
Kandungan yang ada pada jurnal yang pertama yaitu kadar air. Kadar air
untuk jurnal yang pertama didaptkan bahwa kadar air tepung jagung sebesar 9,66%,
sedangkan kadar air tepung kecambah jagung sebesar 10,38%. Terjadinya
peningkatan kadar air disebabkan karena selama perkecambahan terjadi penyerapan
air oleh kecambah.
Kadar abu, kadar abu tepung jagung sebesar 2,52%, sedangkan kadar abu
tepung jagung sebesar 2,51%. Besarnya kadar abu produk pangan menunjukkan
besarnya kandungan mineral bahan tersebut.
Kadar protein, protein tepung jagung sebesar 7,22%, sedangkan kadar protein
tepung kecambah jagung sebesar 8,45%. Peningkatan kadar protein tepung kecambah
disebabkan karena terjadinya pembentukan asam – asam amino essensial ataupun
terbentuknya asam amino baru yang tidak ada sebelumnya yang merupakan senyawa
penyusun dari protein (Lopez dan Escobedo, 1989).
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat
dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Daya
cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni (Miller, et al. 1992).
Untuk daya cerna pati tepung jagung sebesar 57,04%, sedangkan daya cerna pati
tepung kecambah jagung sebesar 62,43%.
Untuk Jurnal yang kedua kadungan kadar pati di dalam biscuit dari tepung ubi
jalar kuning dan tepung jagung germinasi berkisar antara 56.09% hingga 80.38%. Hal
ini terjadi karena umbi-umbian dan serealia merupakan sumber energi karena
memiliki kandungan pati yang tinggi (Shena, dkk. 2013).
Sedangkan untuk daya cerna pati dari biscuit didaptkan pati biskuit berkisar
antara 22.21% hingga 74.41%. Tepung ubi jalar mengandung kadar amilopektin lebih
tinggi dibandingkan tepung jagung. Tepung ubi jalar pada umumnya mengandung
amilopektin sebesar 79.9% hingga 82.3% dari total kadar pati sedangkan tepung
jagung mengandung kadar amilopektin lebih sedikit dari total kadar pati yaitu 59.33%
hingga 64.40%. Amilopektin memiliki area permukaan yang lebih luas tiap
molekulnya sehingga lebih mudah dipecah oleh enzim amilolitik menjadi bentuk
yang lebih sederhana (Singh, Anne, and Lovedeep. 2010).
Kadar protein, protein biskuit berkisar antara 6.64% hingga
5.32%.Sedangakan untuk kadar daya cerna protein biskuit berkisar antara 66.67%
hingga 50.81%. Daya cerna protein adalah kemampuan suatu protein untuk
dihidrolisis menjadi asam-asam amino oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim hanya
bereaksi dengan satu substrat (protein) dan mengubah substrat tersebut menjadi satu
produk (Mariame, et al. 2013).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kedua jurnal yang telah dipaparkan diatas dapa disimpulkan bahwa Pati
merupakan bentuk penting polisakarida yang tersimpan dalam jaringan tanaman,
berupa granula dalam kloroplas daun serta dalam amiloplas pada biji dan umbi. Daya
cerna pati merupakan kemampuan suatu enzim pencernaan pemecah pati untuk
menghidrolisis pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Kemudian dalam
pengolahan pati ini sendiri dapat dimebangkan dan dapat diolah menjadi berbagai
macam olahan karena pati ini sendiri memiliki manfaat bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Asp, N-G. and I. Bjorck. 1992. Resistant Starch. Review. In Trends in Food Science
and Technology 3. Elsevier, London.
Egli, I. Davidsson, L. Juillerat, M. A., Barclay, D., and Hurrel, R. 2002. The
Influence of Soaking and Germination on the Phytase Activity and Phytic
Acid Content of Grains and Seeds Potetially Useful for Complementary
Feeding. Journal of Food Science, 67, 3484- 3488.
Miller JB, E. Pang dan L. Bramall. 1992. Rice: a high or low glycemic index food
Am J Clin Nutr. Vol 56: 1034-1036.
Singh, J., Anne D. and Lovedeep K. 2010. Starch Digestibility in Food Matrix: a
review. Trends in Food Science & Technology 21 :168-180.
Sneha, S., Genitha T.R. and Vrijesh Y. 2013. Preparation and Quality Evaluation
of Flour and Biscuit from Sweet Potato. J Food Process Technology 2012,
3:12..
Suarni dan M. Yasin. 2011. Jagung Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek
Tanaman Pangan vol. 6 no 1 – 2011
1. Perbedaan Karakteristik Kimia Dan Daya Cerna Pati Tepung Jagung Dan Tepung
Kecambah Jagung (Zea Mays L.)
2. Studi Daya Cerna (In Vitro) Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning Dan Tepung Jagung
Germinasi
TUGAS
Sample Pati
Pipet sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi, tambahkan 3 mL air destilat dan 5 mL buffer fosfat pH 7
(dilakukan sebanayak 2 kali), tutup tabung lalu inkubasi selama 15 menit dengan suhu 37oC
Angkat larutan tambahkan 5 mL larutan enzim α-amilase (1 mg/mL dalam buffer fosfat pH 7) untuk sampel
dan 5 mL buffer fosfat pH 7 untuk blanko sampel lalu Inkubasi selama 30 menit
Sebanyak 1 mL campuran hasil inkubasi (atau larutan standar maltosa) dipindahkan kedalam tabung reaksi
tertutup berisi 2 mL larutan DNS (asam dinitrosalisilat)
Buat kurva standar : 0.0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1.0 mL
ABSTRACT
This study aims to determine the difference of characteristic and starch digestibility of germinated and
ungerminated flour. This study used randomized complete design (RCD) three repeated. The corn germinated
for 36 hours. Corn germinated flour and ungerminated flour were evaluated directly of the chemical
composition of the flour content, moisture content, ash content, protein, fat, carbohydrates, fiber, starch content
and starch digestibility. The results showed the corn germinated flour has increased of moisture content from
9.66% into 10.38%, increased of protein into 7.22% into 8.45%, increased of fiber content from 2.28% into
2.79% and increased of starch digestibility from 57.04% into 62.43%. While were the decreased fat content from
5.17% into 4.76%, decreased of carbohydrate from 75.41% into 73.89% and decreased of starch content from
76.10% into 69.40%. The treatmented has no effect for the flour content decreased from 41.40% into 40.36%
and ash content decreased from 2.52% into 2.51%. Germinated increased starch digestibility and changed the
character of corn flour.
43
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
44
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
45
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
46
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
Tabel 1. Perbedaan Karakter Kimia dan Daya Cerna Pati Tepung Jagung dan Tepung
Kecambah Jagung
Parameter Tepung Jagung Tepung Kecambah Hasil Uji T - tes
(%) Jagung (%)
Rendemen 41,40 40,36 NS
Kadar Air 9,66 10,38 **
Kadar Abu 2,52 2,51 NS
Protein 7,22 8,45 **
Lemak 5,17 4,76 **
Karbohidrat 75,41 73,89 **
Serat Kasar 2,28 2,79 **
Pati 76,10 69,40 **
Daya Cerna Pati 57,04 62,43 **
Ket : **) berbeda sangat nyata
NS = Non Signifikan
47
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
48
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
oleh sintesis stuktural karbohidrat seperti uji T-test menunjukkan daya cerna pati tepung
selulosa dan hemiselulosa yamg merupakan jagung berbeda sangat nyata dengan daya
komponen terbesar pada bahan (Syed, 2011). cerna pati tepung kecambah jagung. Daya
Perkecambahan dapat meningkatkan cerna pati tepung jagung sebesar 57,04%,
kandungan serat kasar pada bahan (Lopez dan sedangkan daya cerna pati tepung kecambah
Escobedo, 1989). Uchegbu dan Amulu (2015) jagung sebesar 62,43%. Daya cerna pati adalah
juga membuktikan bahwa perkecambahan kemampuan enzim pemecah pati dalam
mampu meningkatkan kadar serat Afrika Yam menghidrolisis pati menjadi unit–unit yang
Bean. lebih kecil (gula–gula yang lebih sederhana).
Semakin tinggi daya cerna suatu pati, maka
Kadar Pati
akan semakin banyak pati yang dihidrolisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam waktu tertentu.
proses perkecambahan berpengaruh sangat
Zainal (2013) menyatakan pada saat
nyata terhadap kadar pati tepung kecambah.
perkecambahan imbisisi air akan merangsang
Dari tabel 1 terlihat tepung jagung sebesar
aktivitas giberelin yang diperlukan untuk
76,10%, sedangkan kadar pati tepung
mengaktivasi enzim amilase. Enzim ini
kecambah jagung sebesar 69,40%.
selanjutnya akan bekerja dengan mengkatalis
Saat perkecambahan pati tidak
proses perubahan cadangan makanan, dimana
langsung ditanslokasikan menuju titik tumbuh
pati akan menjadi gula yang akan digunakan
benih karena ukuran molekulnya sangat besar
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan sel
dan tidak dapat larut pada air, sehingga pati
hidup baru. Hasil penelitiannya menunjukkan
dipecah telebih dahulu oleh enzim amilase.
bahwa daya cerna pati kacang merah dan
Asam giberelat yang dihasilkan saat proses
kacang buncis hitam meningkat seiring lama
perkecambahan akan mendukung proses
waktu perkecambahan. Hasil penelitian ini
pembentukan enzim amilase yang akan
didukung oleh pernyataan Kamil (1979) yang
memecah karbohidarat menjadi bentuk yang
menyatakan pada perkecambahan terjadi
terlarut dan dapat diangkut. Aktivitas enzim
proses degradasi senyawa kompleks yang
amilase akan meningkat seiring lama
bersifat tidak larut menjadi senyawa yang lebih
perkecambahan berlangsung, sehingga pati
sederhana yang bersifat larut dalam air seperti
akan terus mengalami pengurangan
glukosa dan asam amino yang akan diangkut
(Kiranawati, 2002).
untuk keperluan pertumbuhan kecambah baru.
49
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
protein, serat kasar, kadar pati dan daya cerna Compositions and Bioactive
pati. Karakter tepung jagung adalah kadar air Compound of Germinated Rough
Rice and Brown Rice. Food
9,66%, kadar abu 2,52%, protein 7,22%, lemak Chemistry 782-788
5,17%, karbohidrat 75,41%, serat kasar 2,28%, Kamil J. 1979. Teknologi Benih I. Bandung :
kadar pati 76,10% dan daya cerna pati 57,04% Angkasa.
Kiranawati, T. M. 2002. Evaluasi Mutu Susu
sedangkan tepung kecambah jagung adalah Pra Kecambah Biji Kacang Tunggak.
kadar air 10,38%, kadar abu 2,51%, protein Thesis Program Pasca Sarjana Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
8,45%, lemak 4,76%, karbohidrat 73,89%, Brawijaya. Malang.
serat kasar 2,79%, kadar pati 69,40% dan daya Lopez, O. P. dan M. Escobedo. 1989.
Germination of Amaranth Seeds :
cerna pati 62,43%. Proses perkecambahan Effect of Nutrient Composition and
dapat meningkatkan daya cerna pati pada Color. Journal of Food Science
54:761-762
tepung dan mengubah karakter kimianya. Muchtadi D. 1992. Evaluasi Nilai Gizi Pangan.
PAU Pangan dan Gizi Intitut
Saran Pertanian Bogor. Bogor
Satyanti. 2001. Peningkatan Kandungan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Tokoferol Dalam Potensi
disarankan : Untuk meningkatkan kualitas Antioksidatif Mie Instant dengan
Suplementasi Menggunakan Pasta
karakteristik jagung, bisa dilakukan dengan Kecambah Kacang Hijau. Thesis
proses perkecambahan dan Perlu dilakukan Pascasarjana. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
pengujian daya simpan tepung kecambah Suarni dan M. Yasin. 2011. Jagung Sebagai
jagung dan produk-produk olahannya. Sumber Pangan Fungsional. Iptek
Tanaman Pangan vol. 6 no 1 – 2011
Sudarmadji, S., H. Bambang dan Suhardi.
DAFTAR PUSTAKA 1997. Prosedur Analisa Untuk
Adriani, M dan B. Wirjatmadi. 2012. Peranan Bahan Makanan dan Pertanian.
Gizi dalam Siklus Kehidupan. Liberty. Yogyakarta.
Stell, R.G.D. and J.H. Torrie. 1995. Prinsip
Kencana Prenada Media Group.
dan Prosedur Statistika Suatu
Jakarta. Pendekatan Biometrik. PT.
Aminah, S. dan W. Hersoelistyorini. 2012. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Karakteristik Kimia Tepung (diterjemahkan oleh B. Sumantri)
Kecambah Serealia dan Kacang- Syed, A. S. A. Z. 2011. Effect of
kacangan dengan Variasi SproutingTime On Biochemical
Blanching. Universitas and Nutritional Qualities of
Mungbean Varieties. Journal of
Muhammadiyah Semarang.
Agricultural Research, 5092.
Semarang. Seminar Hasil- Hasil Uchegbu, N.N., and F.N. Amulu. 2015. Effect
Penelitian LPPM UNIMUS 2012. of Germination on Proximate,
ISBN: 978-602-18809-0-6 Available Phenol and Flavonoid
Anonimous. 2000. Complementery Feeding : Content, and Antioxidant Activities
Family Foods for Breastfed of African Yam Bean (Sphenostylis
stenocarpa). International Journal
Children. Department of Nutrition
of Biological, Biomolecular,
and Development. World Health Agricultural, Food and
Organization. Geneva Biotechnological Engineering
Anuchita Moongngarm, N. S. 2010. Vol:9, No:1: 106-9
Comporison of Chemical
50
Jurnal ITEPA Vol. 7 No. 1, Tahun 2018 Hal 43-51
Winarno, F.G., S.S. Endang dan A.B. Ahza. (Pahseolus vulgaris L.) dan
1980. Mempelajari Pengaruh Aplikasinya Menjadi Flakes. Hibah
Proses Perkecambahan Biji-bijian Unggulan Program Studi. Ilmu dan
terhadap Sifat Fisik dan Kimia Teknologi Pangan. Universitas
Rendemen Tepung. Bul. FTDC- Udayana. Bali
IPN, Mei 1980, Bogor Zainal, A. R. 2013. Amilase Pada Kecambah
Wisaniyasa, W.N dan I.K. Suter. 2015. Kajian Kacang Merah dan Kacang Bunci
Sifat Fungsional dan Kimia Tepung Hitam (Phaseolus vulgaris L.).
Kecambah Kacang Merah Fakultas MIPA. Universitas Lampung
51
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
STUDI DAYA CERNA (IN VITRO) BISKUIT TEPUNG UBI JALAR KUNING DAN
TEPUNG JAGUNG GERMINASI
ABSTRAK
Biskuit pada umumnya terbuat dari tepung terigu (gandum) yang hingga saat ini
masih bergantung pada impor. Permasalahan tersebut diatasi dengan menggantikan
gandum dengan bahan lokal antara lain tepung ubi jalar dan tepung jagung. Ubi jalar
mememiliki kandungan protein yang rendah. Kandungan protein bisa diperoleh dari biji
jagung yang digerminasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi pada biskuit. Penelitian
menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 5 perlakuan diantaranya
perbandingan proporsi tepung ubi jalar kuning : tepung jagung germinasi 50:50; 60:40;
70:30; 80:20; dan 90:10. Data hasil analisis diolah menggunakan program SPSS 17
kemudian diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multipe Range Test). Perlakuan terbaik
diperoleh pada proporsi tepung ubi jalar kuning : tepung jagung germinasi 90:10 yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: kadar air 2.44%, pati 80.38%, protein 5.32%, daya
cerna pati 74.41%, daya cerna protein 50.81%, daya patah 7.47 N, tingkat kecerahan 74.82,
lemak 5.37%, serat kasar 1.63%, karbohidrat 86.87%, dan abu 1.52%.
ABSTRACT
Biscuits are normally made from wheat flour which still depends on import. Those
proplem can be resolved by replacing wheat flour to local ingridients such as sweet potato
and corn. Sweet potato has low protein content. Protein content can be obtained from
germinated corn to increase the protein content of biscuits. Randomized Block Design was
used in this research with single factor which was ratio of yellow flesehed sweet potato flour
and germinated corn four (50:50; 60:40; 70:30; 80:20; dan 90:10). Data analysis results
treated by SPSS 17 program, subsequantly further tested by DMRT (Duncan Multiple Range
Test). The result of the best treatment was ratio of yellow flesehed sweet potato flour and
germinated corn flour 90:10 which have some characteristics such as: water content 2.44%,
starch 80.38%, protein 5.32%, starch digestibility 74.41%, protein digestibility 50.81%,
texture 7.7N, brightness 74.82, fat 5.37%, fibre 1.63%, carbohydrate 86.87%, and ash
1.52%.
PENDAHULUAN
Biskuit merupakan produk yang bergizi, mudah dipasarkan, mudah dibawa dan
memiliki daya simpan yang panjang selama disimpan dalam keadaan kering. Biskuit terbuat
dari tepung terigu dengan penambahan bahan lain seperti garam, lemak
(mentega/margarin), dan gula [1]. Konsumsi biskuit di Indonesia cukup tinggi, hal ini
dibuktikan dengan survey yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
391
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
tahun 2013 yang menyatakan bahwa sebanyak 13.40 persen penduduk Indonesia
mengonsumsi biskuit lebih dari 1 kali per hari.
Bahan utama dalam pembuatan biskuit adalah tepung terigu (gandum). Selama ini,
gandum yang digunakan di Indonesia merupakan gandum impor. Nilai impor gandum pada
tahun 2013 sangat tinggi yaitu mencapai US$ 1.83 Milyar dengan volume 4.898 juta kg [2].
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggantikan gandum dengan bahan lokal
antara lain tepung ubi jalar dan tepung jagung.
Penelitian tentang pengembangan produk biskuit menggunakan tepung kombinasi
dengan tepung terigu dan berbasis non tepung terigu telah banyak dilakukan. Penelitian
biskuit yang menggunakan kombinasi tepung terigu dan tepung lain diantaranya : kombinasi
tepung terigu dengan ubi jalar [3], kombinasi tepung terigu dan tepung African Breadfruit
(Treculia africana) [4] dan kombinasi tepung terigu dengan tepung sorghum [5]. Sedangkan,
penelitian biskuit dengan bahan berbasis non tepung terigu diantaranya : pembuatan biskuit
dari tepung jagung [6], pembuatan biskuit dari tepung daun guduchi (Tinosfora cordifolia)
[7], dan kombinasi tepung beras dan tepung kedelai hitam [8].
Penelitian yang dilakukan menggunakan tepung ubi jalar kuning dengan
penambahan tepung jagung germinasi sebagai bahan baku biskuit. Komoditas ubi jalar di
Indonesia sangat melimpah. Pada tahun 2013, produksi ubi jalar diperkirakan sebesar
391.81 ribu ton umbi basah [9]. Tepung ubi jalar mengandung 68.40-73.60% pati dan 0.68-
0.75% protein [10]. Ubi jalar kuning memiliki kandungan gizi lebih tinggi dibanding jenis ubi
jalar dengan warna lain, antara lain Fe, Cu, K, vitamin A dan C [11].
Bahan lain yang ditambahkan dalam pembuatan biskuit adalah tepung jagung (Zea
mays). Tepung jagung ditambahkan pada biskuit karena mengandung protein sehingga
meningkatkan nilai nutrisi [8]. Tepung jagung mengandung 88.2% pati dan 11.70% protein
[12][13]. Kandungan lain yang penting yaitu asam-asam amino diantaranya arginin,
isoleusin, histidin, leusin, lisin, metionin, sistein, fenilalanin, tirosin, treonin, triptofan, dan
valin [14].
Jagung mengandung karbohidrat yang kompleks dan asam fitat yang merupakan
senyawa anti gizi, dimana senyawa tersebut dapat mempengaruhi daya cerna dalam tubuh.
Anti gizi dapat diminimalisir dengan germinasi atau perkecambahan [15]. Germinasi pada
jagung mengaktifkan enzim fitase yang dapat meningkatkan nilai cerna dari mineral, protein
dan karbohidrat. Suatu Penelitianmenunjukkan peningkatan kandungan protein 6.10 hingga
9.70% sedangkan daya cerna protein dan pati pada biji-bijian meningkat hingga 20% dan
40% karena perlakuan germinasi [16]
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit antara lain ubi jalar oranye dan
jagung yang dibeli dari petani di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang,
Natrium Metabisulfit yang dibeli di Toko Kimia Makmur Jaya, tepung tapioka, susu skim,
baking powder, gula, dan margarin yang dibeli di Toko Prima, Malang.
Bahan yang digunakan untuk analisis antara lain aquades, larutan enzim α-amilase
(Sigma Aldrich), buffer Na-Fosfat 0,1 M, Larutan TCA, buffer Wolphole 0,2 N, enzim Pepsin
(Sigma Aldrich), H2SO4 pekat, NaOH, Boraks, inkubator PP , indikator Shertshiro, H2SO4,
etanol, petrolimum eter, NaOH 45%, HCL 25%, larutan DNS (Dinitrosalisilate), reagen
Nelson, reagen arsenomoblidat, dan tablet Kjedahl. Bahan-bahan tersebut dibeli dari Toko
Kimia PT. Makmur Sejahtera.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung dan biskuit antara lain timbangan
analitik, pengering kabinet lampu, pisau, slicer merk “FoodPro”, mesin penggiling, kapas,
mixer merk “Panasonic”, loyang, dan oven listrik (merk Kirin).
Alat-alat yang digunakan dalam analisis antara lain timbangan analitik (merk Denver
Instrumen), pipet hisap (merk Iwaki), Erlenmeyer (merk Iwaki), penangas (merk Maspion),
392
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
tabung reaksi (merk Iwaki), shaker waterbath (merk Memmert), spektrofotometer (merk
Spectro 20 D Plus), Centrifuge (merk Universal Model : PLC-012E), Color Reader (merk
Minolta CR-100), soxhlet (merk Gerhardt), oven listrik (merk WTC binder), kompor listrik
(merk Maspion), Shaker (merk Heidolph), vortex (merk Turbo Mixer), dan Texture
analyzer(merk Imada/ ZP-200N).
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan satu faktor,
yaitu proporsi tepung ubi jalar kuning (TJK) dan tepung jagung germinasi (TUJO) terdiri dari
5 level. Dari faktor tersebut didapatkan 5 perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 3
kali. Analisis data menggunakan program SPSS 17 dan uji lanjut DMRT. Pemilihan
perlakuan terbaik dengan metode Zeleny.
Tahapan Penelitian
Prosedur Pembuatan Tepung Ubi Jalar Kuning
1. Bagian permukaan kulit ubi jalar kuning dicuci bersih agar bersih dari tanah dan kotoran
yang lain.
2. Kulit ubi jalar kuning dikupas hingga bersih dari kulit lalu dicuci kembali dan direndam
dalam air untuk menghambat pencoklatan enzimatis.
3. Air bekas rendaman ditiriskan, kemudian ubi jalar kuning diiris tipis dengan ketebalan
0.1 mm menggunakan slicer.
4. Irisan ubi jalar kuning direndam dalam larutan natrium metabisulfit 0.30% (v/w) selama
10 menit untuk mencegah pencoklatan enzimatis selama pengeringan.
5. Air rendaman natrium metabisulfit ditiriskan.
6. Irisan ubi jalar kuning dikeringkan dengan pengering kabinet selama 10 jam dengan
suhu 50oC.
7. Irisan ubi jalar kuning yang telah menjadi Chip digiling dengan alat penggiling agar
menjadi tepung.
8. Tepung diayak dengan ayakan 80 mesh.
393
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
Prosedur Analisis
Pengujian dan analisis dilakukan pada bahan baku dan biskuit. Pengujian yang
dilakukan terdiri dari uji kimia dan fisik. Uji kimia yang dilakukan antara lain kadar pati, kadar
protein, daya cerna pati, daya cerna protein, sedangkan uji fisik yang dilakukan antara lain
daya patah dan warna (L,a,b). Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan
program SPSS 17 dengan selang kepercayaan 5% kemudian ditentukan perlakuan terbaik
dengan metode Zeleny. Hasil dari pemilihan perlakuan terbaik dilakukan pengujian kadar air,
kadar lemak, serat kasar, kadar abu dan karbohidrat.
1. Kadar Pati
Hasil pengamatan pada kadar pati biskuit berkisar antara 56.09% hingga 80.38%.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung
jagung germinasi berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap kadar pati biskuit. Pengaruh
perlakuan proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung jagung germinasi terhadap kadar pati
biskuit, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Terhadap Kadar Pati Biskuit
Rasio TUJO : TJK (%) Kadar Pati (%) DMRT (5%)
50 : 50 56.09 a -
60 : 40 60.63 a 4.54
70 : 30 70.47 b 1.43
80 : 20 72.15 ab 1.67
90 : 10 80.38 c 8.23
Tabel 2. Tabel Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Terhadap Daya Cerna Pati Biskuit
Rasio TUJO : TJK (%) Daya Cerna Pati (%) DMRT (5%)
50 : 50 22.21 a -
60 : 40 31.30 b 9.09
70 : 30 42.31 c 11.01
80 : 20 55.36 d 13.05
90 : 10 74.41 e 19.05
394
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
jalar pada umumnya mengandung amilopektin sebesar 79.9% hingga 82.3% dari total kadar
pati [9], sedangkan tepung jagung mengandung kadar amilopektin lebih sedikit dari total
kadar pati yaitu 59.33% hingga 64.40%. Amilopektin memiliki area permukaan yang lebih
luas tiap molekulnya sehingga lebih mudah dipecah oleh enzim amilolitik menjadi bentuk
yang lebih sederhana [18]. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi proporsi tepung
ubi jalar kuning maka semakin tinggi daya cerna pati biskuit.
3. Kadar Protein
Hasil pengamatan pada kadar protein biskuit berkisar antara 6.64% hingga 5.32%.
Hasil analisis ragam menunjukkna bahwa proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung
jagung germinasi berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap kadar protein biskuit. Pengaruh
perlakuan proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung jagung germinasi terhadap kadar
proein biskuit, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Terhadap Kadar Protein Biskuit
Rasio TUJO : TJK (%) Kadar Protein (%) DMRT (5%)
50 : 50 6.64 b 0.32
60 : 40 6.32 b 0.33
70 : 30 5.98 ab 0.66
80 : 20 5.50 a 0.17
90 : 10 5.32 a -
Tabel 4. Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Terhadap Daya Cerna Protein Biskuit
Rasio TUJO : TJK (%) Daya Cerna Protein (%) DMRT (5%)
50 : 50 66.67 e 3.17
60 : 40 63.50 d 3.37
70 : 30 60.12 c 4.97
80 : 20 55.16 b 4.34
90 : 10 50.81 a -
5. Daya Patah
Hasil pengamatan pada daya patah biskuit berkisar antara 15.33 N hingga 7.47 N
Hasil analisis ragam menunjukkna bahwa proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung
395
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
jagung germinasi berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap daya patah biskuit. Pengaruh
perlakuan proporsi tepung ubi jalar kuning dan tepung jagung germinasi terhadap daya
patah biskuit, disajikan pada Tabel 4.
Tabel 5. Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Terhadap Daya Patah Biskuit
Rasio TUJO : TJK (%) Daya Patah (N) DMRT (5%)
50 : 50 15.33 c 3.43
60 : 40 11.90 b 4.43
70 : 30 9.10 a 1.63
80 : 20 7.57 a 0.10
90 : 10 7.47 a -
Penurunan daya patah diduga terjadi karena perbedaan kandungan pati yang ada di
dalam tepung ubi jalar kuning dan tepung jagung germinasi. Kandungan amilosa dan
amilopektin yang terkandung dalam pati tepung ubi jalar kuning dan jagung berbeda.
Tepung ubi jalar pada umumnya mengandung amilosa dan amilopektin sebesar 17.7%
hingga 20.1% dan 79.9% hingga 82.3% dari total kadar pati [9], sedangkan tepung jagung
mengandung kadar amilopektin lebih sedikit dari total kadar pati yaitu 59.33% hingga
64.40%, namun kadar amilosanya lebih tinggi yaitu 45.60% hingga 40.67% [20], sehingga
semakin tinggi proporsi tepung jagung germinasi maka semakin tinggi kadar amilosa dalam
biskuit. Semakin tinggi kadar amilosa pada produk akan menghasilkan tekstur yang baik
dan daya lebih tahan pecah, namun sebaliknya pati yang mengandung amilopektin yang
lebih tinggi cenderung menghasilkan produk yang mudah pecah [21]
74.82b
74.15ab 74.37b
Tingkat Kecerahan
75,00 73.68a
74,00
73,00 72.13a
72,00
71,00
70,00
50 : 50 60 : 40 70 : 30 80 : 20 90 : 10
Rasio TUJK: TJG
Gambar 1. Grafik Rerata Tingkat Kecerahan (L) Biskuit Akibat Pengaruh Proporsi Tepung
Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Tingkat kecerahan (L) disebabkan karena produk biskuit dalam penelitian memiliki
kadar pati yang tinggi dan juga mengandung protein. Semakin tinggi proporsi jagung maka
semakin rendah tingkat kecerahannya. Jagung mengandung kadar pati yang tinggi, selain
itu juga mengandung protein. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-
glikosidik. Selama proses pemanggangan diduga terjadi maillard, yaitu reaksi pencoklatan
non enzimatis yang terjadi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus
amina primer (protein) [22]. Semakin tinggi proporsi jagung kadar protein semakin tinggi,
sehingga semakin tinggi kandungan proteinnya, maka semakin tinggi kemungkinan
396
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
5,5
5
50 : 50 60 : 40 70 : 30 80 : 20 90 : 10
Rasio TUJK: TJG
Gambar 2. Grafik Rerata Tingkat Kemerahan (a) Biskuit Akibat Pengaruh Proporsi Tepung
Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Semakin tinggi penambahan proporsi tepung ubi jalar kuning maka tingkat
kekuningan biskuit semakin tinggi. Warna merah diperoleh dari tepung ubi jalar kuning dan
tepung jagung germinasi yang mengandung betakaroten. Semakin tinggi proporsi tepung
ubi jalar kuning maka semakin tinggi tingkat kemerahannya. Hal tersebut karena kandungan
betakaroten pada biskuit makin tinggi. Betakarotein mewakili warna kekuningan hingga
kemerahan [23]. Ubi jalar kuning mengandung β-karoten sebesar 0.80 mg/100 gram [24].
Semakin tinggi proporsi ubi jalar kuning maka kadar betakarotennya semakin tinggi.
29,00 27.33
28,00
27,00 25.67
26,00
25,00
24,00
50 : 50 60 : 40 70 : 30 80 : 20 90 : 10
Rasio TUJK : TJG
Gambar 3. Grafik Rerata Tingkat Kekuningan (b) Biskuit Akibat Pengaruh Proporsi Tepung
Ubi Jalar Kuning dan Tepung Jagung Germinasi
Semakin tinggi proporsi tepung ubi jalar kuning maka semakin tinggi tingkat
kekuningannya. Hal tersebut diduga karena kandungan betakaroten pada biskuit makin
397
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
tinggi. Betakarotein mewakili warna kekuningan hingga kemerahan. Ubi jalar kuning
mengandung β-karoten sebesar 0.80 mg/100 gram [24], sedangkan jagung mengandung β-
karoten sebesar 2.4 µg/gram [25]
SIMPULAN
Perlakuan proporsi tepung ubi jalar kuning dibanding tepung jagung germinasi
memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) terhadap peningkatan kadar pati, penurunan
kadar protein, peningkatan daya cerna pati, penurunan daya cerna protein, penurunan daya
patah, peningkatan tingkat kecerahan, peningkatan tingkat kemerahan dan peningkatan
tingkat kekuningan pada biskuit. Perlakuan proporsi tepung ubi jalar kuning dibanding
tepung jagung germinasi menghasilkan biskuit perlakuan terbaik secara kimia-fisik dengan
proporsi tepung ubi jalar kuning dibanding tepung jagung germinasi 90 : 10 yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: kadar air 2.44 %, kadar pati 80.38%, kadar protein 5.32%,
daya cerna pati 74.41%, daya cerna protein 50.81%, daya patah 7.47 N, tingkat kecerahan
74.82, kadar lemak 5.37%, kadar serat kasar 1.63%, kadar karbohidrat 86.87%, dan kadar
abu 1.52%.
DAFTAR PUSTAKA
1) Abdel, M. E. Sulieman, Heba M. Siddeg, Zakaria A. Salih. 2013. The Design of Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) Plan for Biscuit Plant. Department of Food
Science and Technology, Faculty of Engineering and Technology, University of Gezira,
Wad-Medani, Sudan.
2) Respati, E. , dkk. 2013. Buletin Bulanan Indikator Makro Sektor Pertanian. Pusat Data
dan Informasi Pertanian, Kementrian Pertanian : Jakarta.
3) Sneha, S., Genitha T.R. and Vrijesh Y. 2013. Preparation and Quality Evaluation of
Flour and Biscuit from Sweet Potato. Srivastava et al., J Food Process Technology
2012, 3:12.
4) Agu, H. O., Ayo, J.A., Paul,A.M. and Folorunsho, F. 2007. Quality Characteristics of
Biscuits Made from Wheat and African Breadfruit (Treculia africana). Nigerian Food
Journal Vol. 25,No. 2.
5) Adewobale, A.A. , Adegoke M.T., Sanni S. A., Adegunwa M. O. and G.O. Fetuga. 2012.
Functional Properties and Biscuit Making Potentials of Sorghum-wheat Flour
Composite. American Journal of Food Technology 7 (6):372-379.
6) Lara E., Cortés P., Briones V., and M. Perez. 2011. Structural and physical
modifications of corn biscuits during baking process. LWT - Food Science and
Technology 44 (2011) 622e630.
7) Pankaj, S., Velu V., Indrani D. , R.P. Singh. 2013. Effect of Dried Guduchi (Tinospora
Cordifolia) Leaf Powder on Rheological, Organoleptic and Nutritional Characteristics of
Cookies. Food Research International 50 (2013) 704–709.
8) Priscila, Z. B., Daniela G. C. and José L. R. 2011. Characterization of cookies
formulated with rice and black bean extruded flours. Procedia Food Science 1 (2011)
1645 – 1652.
9) Nabubuya A., Agnes Namutebi, Yusuf Byaruhanga, Judith Narvhus, Trude and
Wicklund. 2012. Potential Use of Selected Sweetpotato (Ipomea batatas Lam) Varieties
as Defined by Chemical and Flour Pasting Characteristics. Food and Nutrition Sciences,
2012, 3, 889-896.
10) Berita Resmi Statistik. 2013. Produksi Padi Jagung dan Kedelai. Berita Resmi Statistik,
ARAM II Tahun 2013 Provinsi Jawa Timur, No. 72/11/35/Th.XI, 1 November 2013.
*
11) Aywa, A. K., Nawiri M. P. and Nyambaka H. N. 2013. Nutrient variation in colored
varieties of Ipomea batatas grown in Vihiga County, Western Kenya. International Food
Research Journal 20(2): 819-825 (2013).
398
Studi Daya Cerna Biskuit Tepung Ubi Jalar Kuning – Claudia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.391-399, Januari 2016
12) Alam, N. dan Nurhaeni. 2008. Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Pati Jagung
Berbagai Varietas yang Diekstrak dengan Pelarut Natrium Bikarbonat. J. Agroland 15
(2) : 89 – 94.
13) Awad, M. Sokrab, Isam A. Mohamed Ahmed, and Elfadil E. Babiker. 2012. Effect of
germination on Antinutritional Factors, Total, and Extractable Minerals of High and Low
Phytate Corn (Zea mays L.) Genotypes. Journal of the Saudi Society of Agricultural
Sciences (2012) 11, 123–128.
14) NRC. 1998. P. 110–123 in Nutrient Requirements of Swine. 10th Rev. Ed. Natl. Acad.
Press, Washington, DC.
15) Egli, I. Davidsson, L. Juillerat, M. A., Barclay, D., and Hurrel, R. 2002. The Influence of
Soaking and Germination on the Phytase Activity and Phytic Acid Content of Grains and
Seeds Potetially Useful for Complementary Feeding. Journal of Food Science, 67, 3484-
3488.
16) Ghavidel, R.A and Prakash J. 2006. The Impact of Germination and Dehulling on
Nutrients, Antinutrients, in vitro Iron and Calcium Bioavailability and in vitro Starch and
Protein Digestibility of Some Legume Seeds. LWT 40 (2007) 1292–1299.
17) Sneha, S., Genitha T.R. and Vrijesh Y. 2013. Preparation and Quality Evaluation of
Flour and Biscuit from Sweet Potato. J Food Process Technology 2012, 3:12.
18) Singh, J., Anne D. and Lovedeep K. 2010. Starch Digestibility in Food Matrix: a review.
Trends in Food Science & Technology 21 :168-180.
19) Mariame C. , Lessoy T. Z. , Yadé R. S. , Rose M. M. , and Sébastien N. 2013.
Physicochemical and Functional Properties of Starches of Two quality Protein Maize
(QPM) Grown in Côte d’Ivoire. Journal of Applied Biosciences 66:5130– 5139.
20) Adejumo, A. L., Fatai A. A. And Rasheed U. O. 2013 Relationship Betweet alpha-
Amylase degradation and Amylose/Amylopectin Content of Maize Starches-Advances in
Appled. Science Research 4 (2) 315-319.
21) Budiandari, R. U. dan Simon Bambang W. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Lempeng
Buah Lindur (Bruguiera aymnorrhiza) Sebagai Alternatif Pangan Masyarakat Pesisir.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 3 p. 10-18.
22) Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Pati Kentang Var. Gracia. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian indonesia
Vol. 4 No. 3.
23) Dewi, A. L. 2011. Formulasi Cookies Berbasis Pati Garut (Marama Arundinaceae Linn.)
dengan Penambahan Tepung Torbangu (Coleus amboinicus Lour) sebagai Sumber Zat
Gizi Mikro. Skripsi. Fakultas ekologi manusia, Institut Pertanian Bogor.
24) Niwedya, K. N., Karim A. Dan Asmawati. 2013. Analisis Kandungan beta-Karoten dan
Vitamin C berbagai Varian Ubi Jalar (Ipomea batatas). Indonesia Chemical Acta.
25) Suarni dan S. Widowati. 2007. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai Tanaman
dan Serealia. Maros.
399