PROPOSAL
Disusun Oleh :
Kelompok 3
2.3 MANFAAT
Salah satu tumbuhan yang mengandung antioksidan alami adalah krokot (Portulaca
oleracea L). Di antara jenis gulma, krokot (Portulaca oleracea L) mempunyai konsentrasi
asam lemak omega-3 tertinggi. Menurut Kardinan (2007) di dalam Rahmatika (2014),
tanaman krokot (Portulaca oleracea L.) berkhasiat sebagai penurun panas, menghilangkan
rasa sakit, peluruh air seni, anti toksi, penenang, menurunkan gula darah, anti skorbut (bibir
retak akibat kekurangan vitamin C), menguatkan jantung, menghilangkan bengkak,
melancarkan darah, dan sebagai antioksidan pencegah pertumbuhan sel kanker di tubuh.
Selain itu daun tanaman krokot juga dapat dibuat tepung sebagai bahan dasar pembuatan
pangan.
Secara tradisional, tanaman krokot digunakan sebagai obat alternatif untuk
mengobati penyakit kulit (borok, bisul, radang kulit dan kudis) (Dalimartha, 2009) dan
diare yang diakibatkan bakteri E. Coli (Suwito, 2010).
2.4 HABITAT DAN PERSEBARAN
Tanaman krokot (Portulaca oleraceae) merupakan tanaman terna yang tergolong
tanaman liar, dapat dengan mudah ditemui di pinggir jalan, dan dapat tumbuh pada daerah
dengan ketinggian 1800 mdpl. Tumbuhan krokot dapat dijumpai dengan mudah di sekitar
lingkungan. Akan tetapi, masyarakat masih menganggapnya sebagai tumbuhan liar yang
masih kurang bermanfaat. Bahkan sebagian besar masyarakat mengganggapnya sebagai
tumbuhan gulma dan dijadikan sebagai makanan jangkrik (Irmawati, dkk., 2017). Tanaman
krokot ini dapat tumbuh meski kekurangan air dan memiliki sifat adaptasi yang baik
terhadap lingkungan (Dalimartha, 2009). Krokot dapat tumbuh baik di dataran rendah dan
tinggi, di tanah yang gembur dan subur dengan pH tanah 5,5 - 6, curah hujan 200 mm/bulan
dengan bulan kering 2 sampai 4 bulan pertahun. Namun, tanaman ini dapat tumbuh pada
jenis tanah apapun, bahkan di lahan-lahan marginal sekalipun. Krokot dapat tumbuh di
tempat terbuka maupun di sela-sela tanaman lain. Tanaman ini lebih menyukai tanah-tanah
yang cenderung basah (Rahardjo, 2007). Persebaran tanaman krokot (Portulaca oleraceae)
yaitu dapat ditemukan di Kelurahan Lowokwaru, khusunya di Jl. Ambarawa dan Jl.
Sumbersari, Kota Malang. Tanaman krokot juga dapat dijumpai di sekitar daerah Fakultas
MIPA Universitas Negeri Malang.
2.5 UJI ZAT AKTIF
Uji zat aktif yang digunakan pada tanaman krokot adalah uji kualitatif profil fitokimia.
Tujuan penggunaan uji fitokimia yaitu untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terkandung di ekstrak herba krokot. Uji profil fitokimia ini dimulai dengan
uji saponin, uji flavonoid, dan uji kandungan senyawa tanin, yaitu:
Uji Saponin
Sebanyak0,5 gram ekstrak sampel herba krokot dari hasil ekstraksi ditambah
dengan 0,5 ml air panas, dikocok selama 1 menit. Larutan diamati apabila
menimbulkan busa, maka ditambahkan HCl 1% dan ditunggu selama 10 menit,
apabila busa tetap ada maka ekstrak positif mengandung saponin.
Uji flavonoid
Sebanyak0,5 gram ekstrak sampel herba krokot dari hasil ekstraksi ditambah
dengan 1-2 ml air panas dan sedikit serbuk magnesium (Mg), dan dikocok
sampai tercampur, selanjutnya ditambah 4-5 tetes HCl 37% dan 4-5 tetes etanol
95% dan kocok sampai tercampur. Perubahan warna pada larutan ekstrak
diamati apabila timbul warna merah, kuning atau jingga, maka ekstrak positif
flavonoid.
Uji kandungan senyawa tanin
Sebanyak0,5 gram ekstrak sampel herba krokot dari hasil ekstraksi ditambah
dengan 1-2 ml air dan 2 tetes FeCl 1%. Larutan ekstrak diamati apabila
menghasilkan warna hijau kebiruan, maka ekstrak positif mengandung tanin.
2.6 RENCANA PRODUK
Kandungan senyawa berupa saponin, flavonoid, dan tanin yang terdapat dalam tanaman
krokot dapat digunakan sebagai anti bakteri. Menurut (Hariana, 2005) tanaman krokot
mengandung garam kalium (KCl, KSO4, KNO3), 1-noradrenalin noradrenalin, dopamine,
dopa, nicotin acid, tanin, saponin, vitamin (A, B dan C).Menurut(Dalimartha, 2009) secara
tradisional tanaman krokot digunakan sebagai obat alternative untuk mengobati penyakit
kulit (borok, bisul, radang kulit, dan kudis) dan diare yang diakibatkan bakteri E. coli
(Suwito, 2010). Dari kandungan senyawa metabolit sekunder dan manfaat daun tanaman
krokot tersebut, dapat dibuat suatu produk berupa salep kulit lotion, dan antiseptic
(handsanitizer).
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Formulasi salep dibutuhkan adanya suatu basis. Basis merupakan
zat pembawa yang bersifat inaktif dri sediaan topikal dapat berupa zat cair, padar, yang
memiliki bahan aktif untuk berkontak dengan kulit. Basis salep terbagi menjadi empat
golongan yakni basis hidrokarbon, basis absorbsi, basis yang larut dalam air, dan basis yang
dapat dicuci dengan air (Faradiba, 2011)
BAB III
METODE
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat:
a. Pipet kaca
b. Tabung reaksi
c. Timbangan digital
d. Kain saring
e. Gelas beker
f. Kasa kaki tiga
g. Spiritus
h. Batang pengaduk
i. Corong kaca
j. Gelas ukur
k. Labu ukur
Bahan:
a. 0,5 g sampel herba tanaman krokot pada masing-masing uji (saponin, flavonoid,
dantanin)
b. 0,5 ml air panas
c. 1-2 ml air
d. HCl 1%
e. Bubuk magnesium (Mg)
f. HCl 37% (4-5 tetes)
g. Etanol 95% (4-5 tetes)
h. FeCl 1% (2 tetes)