Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FITOKIMIA

“ BRUCEAE FRUCTUS”

OLEH

NAMA : JANUARTI R. TEJU HINGA

NIM : PO.530333218162

TINGKAT : 2 REGULER C

PRODI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, saya dapat menyelesaikan makalah tentang Pembuatan Simplisia Bruceae
Fructus ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan. saya sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam
Mata Kuliah Farmakognosi.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik atau
saran untuk perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang. Mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi setiap orang yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenaan.

Kupang, 10 Juni 2020


Penyusun

Januarti Teju Hinga


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan ramuan tumbuh-tumbuhan sebagai pengobatan tradisional saat ini mulai

banyak peminatnya. Hal ini dikarenakan pengobatan dengan ramuan tradisonal lebih

murah dan mudah didapatkan. Ramuan tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai

sumber bahan kimia alami yang potensial untuk dikembangkan menjadi zat warna,

kosmetik, bahan baku industri dan bahan aktif pestisida. Kandungan senyawa kimia dari

tumbuhan yang memiliki bioaktivitas umumnya terdapat sebagai metabolit sekunder

seperti alkaloid, Triterpen dan Steroid, saponin, tanin dan lain-lain.(Rustaman & et al,

2010)

Dalam hal ini salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional

adalah buah makassar. Buah makassar yang dikenal dengan nama latin Brucea javanica

(L) Merr, termasuk jenis tumbuhan semak. Kandungan senyawa kimia dari buah ini

adalah alkaloid brucamarine, yatanine, glikosida, brucealin, yatanoside A dan B,

kosamine, fenol brucenol, bruceolic acid. Daging buahnya mengandung minyak lemak,

asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan palmitoleat. Buah dan daunnya mengandung

saponin dan tannin (Agromedia, 2008). Senyawa saponin dan tannin mempunyai potensi

sebagai antibakteri. (Rustaman et al, 2010)


1.2. Rumusan Masalah
1.1 Cara Pembuatan Simplisia Bruceae Fructus ?
1.2 Bagaimana Pembuatan Ekstrak Bruceae Fructus ?
1.3 Bagaimana Standarisasi Untuk Ekstrak
1.4 Bagaimana Identifikasi Kualitatif Bruceae Fructus ?
1.3 Tujuan
1.1 Mengetahui Cara pembuatan Simplisia Bruceae Fructus
1.2 Mengetahui Pembuatan ekstrak Bruceae Fructus
1.3 Mengetahui Standarisasi Untuk Ekstrak
1.4 Mengetahui Identifikasi kualitatif Bruceae Fructus
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Makasar ( Brucea javanica (L) Merr.)

2.1.1. Deskripsi Buah Makasar ( Brucea javanica (L) Merr.)

Buah makasar memiliki habitat tumbuh liar di hutan, terkadang ditanam

sebagai tanaman pagar.Tanaman ini tumbuh dari permukaan laut hingga 500

meter di atas permukaan laut. (Dalimartha, 2000)

Buah makasar memiliki batang berkayu berbentuk bulat, terdapat bintik-bintik,

dengan warna putih kotor. Daun buah makasar berupa daun majemuk lonjong,

agak lanset, tepi bergerigi, ujung runcing dengan ukuran panjang 3,5-11 cm,

lebar 1,5-5 cm dan berwarna hijau. Bunga buah makasar majemuk, berbentuk

malai, tangkai berbentuk silindris, dengan ukuran panjang l0-60 cm, berwarna

kehijauan. Daun kelopak bunga buah makasar berbentuk lonjong dengan

panjang kurang lebih 1 cm berwarna hijau kekuningan, benang sari banyak,

mahkota merah. buah batu, bulat, hitam. Biji buah makasar berbentuk bulat
dan berwarna putih. Pada akar berjenis akar tunggang dengan warna putih

kotor. Buah makasar dapat diperbanyak dengan biji (BPOM,2008)

2.1.2. Taksonomi Buah Makasar ( Brucea javanica (L) Merr.)

Berdasarkan data taksonomi (BPOM, 2008) didapatkan data mengenai buah

makasar ( Brucea javanica (L) Merr.) yaitu sebagai berikut :

Sinonim : Brucea sumatrana Roxb.;

Brucea amarissima Lour.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)

Super Divisi : Spermasthopyta (Menghasilkan Biji)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Sapindales

Suku : Simarubaceae

Marga : Brucea

Jenis : Brucea javanica (L.) Merr.

Nama umum : Biji makasar, Kwalot

Nama daerah : Malur (Batak); Berul (Lampung); Walot (Sunda); Kwalot

(Jawa); Tambara marica (Makasar); Nagas (Ambon).


2.1.3. Komposisi Kimia Buah Makasar ( Brucea javanica (L) Merr.)

Menurut (Agromedia, 2008) Buah makasar mengandung alkaloid

(brucamarine, yatanine) glikosida (brucealin, yatanoside A dan B, kosamine),

fenol (brucenol, bruceolic acid). Bijinya mengandung brusatol dan bruceine

A,B,C,E,F,G,H. Daging buahnya mengandung minyak lemak, asam oleat,

asam linoleat, asam stearat dan palmitoleat. Buah dan daunnya mengandung

saponin dan tannin

Berikut merupakan penjelasan mengenai senyawa fitokimia yang terdapat

pada buah Makasar :

Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengadung nitrogen dengan

bilangan oksidasi negatif, yang penyebarannya terbatas pada makhluk hidup.

Alkaloid juga merupakan golongan zat metabolit sekunder yang terbesar, yang

pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 buah. Alkaloid pada umumnya

mempunyai keaktifan fisiolog yang menonjol, sehingga oleh manusia alkaloid

sering dimanfaatkan untuk pengobatan.

Struktur dari alkaloid beranekaragam, dari mulai alkaloid berstruktur

sederhana sampai yang rumit. Salah satu alkaloid yang mempunyai struktur

tersederhana adalah nikotina, tetapi nikotina ini dampak fisiologinya cukup

besar. Dalam dosis tinggi, nikotina bersifat racun (toksik) dan pernah juga

digunakan sebagai insektisida, sedangkan dalam dosis rendah nikotina


berfungsi sebagai stimulan terhadap sistem syaraf otonom. Jika dosis ini

dilanjutkan maka nikotina dapat menekan sistem syaraf sehingga aktifitasnya

dibawah normal.

Isolasi pertama suatu alkaloid adalah morfina yaitu pada tahun 1805 yang

berasal dari getah dan biji candu, Papaver somniferum. Banyak alkaloid

bersifat terpenoid dan beberapa sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai

terpenoid termidifikasi, misalnya solanin, alkaloid-alkaloid kentang, Solanum

tuberosum. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatutumbuhan atau

beberapa tumbuhan sekerabat, sehingga nama alkaloid sering diturunkan dari

sumber tumbuhan penghasilnya. Misalnya alkaloid Atropa atau alkaloid

tropana, dan sebagainya.(Rustaman, 2006)

Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih

dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan

bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam

tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang

mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang

kerkhasiat penting (misalnya kortison, estrogen, kontraseptik dan lain-lain)

(Rustaman, 2006)
Tanin

Tanin tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Dalam industri, tanin adalah senyawa

yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah

menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.

Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,

tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi

penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai

oleh cairan pecernaan hewan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin

dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat.

(Rustaman, 2006)

Fenol

Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin

aromatik dengan satu atau 2 gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah larut

dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam

vakuola sel . Senyawa fenol biasanya terdapat dalam berbagai jenis sayuran,

buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol diproduksi oleh tanaman melalui

jalur sikimat dan metabolisme fenil propanoid (Apak et al., 2007).

Beberapa senyawa fenol telah diketahui fungsinya. Misalnya lignin sebagai

pembentuk dinding sel dan antosianin sebagai pigmen. Namun beberapa

lainnya hanya sebatas dugaan sementara. Senyawa fenol diduga mempunyai

aktivitas antioksidan, antitumor, antiviral, dan antibiotik. Semua senyawa


fenol merupakan senyawa aromatik sehingga semua menunjukkan serapan

kuat terhadap spektrum UV. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

fenol sederhana dan polifenol. Contoh fenol sederhana : orsinol, 4-

metilresolsinol, 2- metilresolsinol, resolsinol, katekol, hidrokuinon, pirogalol

dan floroglusinol. Contoh polifenol adalah lignin, melanin dan tanin (Apak et

al., 2007).

Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri dari

C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk

glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil

fenolik (Sirait, 2007; Bhat et al., 2009). Flavonoid merupakan golongan

metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme

asam amino (Bhat et al., 2009). Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga

warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis

flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon,

biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon

Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna

kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid

sering ditemukan dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah

golongan pigmen organik yang tidak mengandung molekul nitrogen.

Kombinasi dari berbagai macam pigmen ini membentuk pigmentasi pada

daun, bunga, buah dan biji tanaman. Pigmen ini merupakan antraktan bagi

serangga dan merupakan agen polinasi. Pigmen juga bermanfaat bagi manusia

dan salah satu manfaat yang penting adalah sebagai antioksidan (Bhat et al.,
2009). Bagi manusia, flavon dalam dosis kecil bekerja sebagai stimulan pada

jantung dan pembuluh darah kapiler, sebagai diuretic dan antioksidan pada

lemak (Sirait, 2007).

2.2. Pembuatan Simplisia Bruceae Fructus

Bagian yang digunakan : Buah Tanaman Brucea Fructus yang telah masak dan berwarna

hitam

Cara Pembuatan :

Pengumpulan bahan : Buah yang telah masak, yakni berwarna hitam dikumpulkan,

kemudian dicuci dengan air bersih. Ditiriskan agar dapat dipisahkan sisa air cucian yang

masih tertinggal.

Pembuatan Simplisia : Buah – buah yang telah bersih dan bebas dari sisa – sisa air

cucian tersebut kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari langsung sambil dibolak

balik hingga kering

2.3. Ekstrak Buah Makasar

Adapun proses dalam pembuatan ekstrak buah makasar yaitu :

a. Pembuatan Serbuk Buah Makasar

Buah Makasar yang telah dideterminasi dicuci bersih, ditiriskan kemudan dipotong

kecil-kecil dan dikeringkan. Potongan buah makasar diblender disimpan pada wadah

yang kering dan tertutup rapat. Bahan yang sudah cukuo kering tersebut dibuat

serbuk dengan blender dan diayak dengan ayakan no.100, kemudian dilakukan

perhitungan prosentase bobot kering terhadapat bobot basah. (Rahayu,

Wiryosoendjoyo, & Prasetyo, 2008.)

b. Penetapan Kadar Air Serbuk Buah Makasar


Penetapan kadar air serbuk buah makasar dilakukan dengan menggunakan alat

moisture balance dengan cara menimbang serbuk buah makasar ± 2 g. Waktu yang

diperlukan dalam pengukuran 30 menit, kemudian ditunggu sampai kadar air

konstan. (Rahayu, Wiryosoendjoyo, & Prasetyo, 2008.)

c. Pembuatan Ekstrak Secara maserasi

Serbuk buah makasar sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam botol dengan

ditambahkan etanol 70%. Penggojokan dilakukan selama 2 jam. Selanjutnya

campuran tersebut didiamkan selama 5 hari sambil sesekali digojok. Maserat yang

didapatkan selama 5 hari disaring menggunakan kain kassa. Maserat dipekatkan

dengan suhu 40-50°C dalam rotary evaporator. (Rahayu, Wiryosoendjoyo, &

Prasetyo, 2008.)

Penggunaan pemanas dengan suhu 40-50°C ditujukan untuk menghilangkan atau

menguapkan pelarut yang masih tersisa pada ekstrak dan pada akhirnya akan

diperoleh hasil berupa ekstrak buah Makasar d dengan konsentrasi 100%. Untuk

membuat berbagi konsentrasi yang diperlukan dapat digunakan rumus :

V1M1 = V2M2
Keterangan :

V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)

M1 = Konsentrasi ekstrak buah Makasar yang tersedia (%)

V2 = Volume larutan (air + ekstrak ) yang diinginkan (ml)

M2 = konsentrasi ekstrak buah Makasar yang akan dibuat (%)


2.4. Parameter dan Standarisasi Ekstrak

a. Parameter Spesifik

1. Identitas

Sinonim : Brucea sumatrana Roxb.;

Brucea amarissima Lour.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)

Super Divisi : Spermasthopyta (Menghasilkan Biji)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Sapindales

Suku : Simarubaceae

Marga : Brucea

Jenis : Brucea javanica (L.) Merr.

Nama umum : Biji makasar, Kwalot

Nama daerah : Malur (Batak); Berul (Lampung); Walot (Sunda); Kwalot

(Jawa); Tambara marica (Makasar); Nagas (Ambon).


2.Organoleptik
Penggunaan panca indera mendiskripsikan bentuk, warna, bau, rasa, sebagai
berikut :
1. Bentuk : serbuk-kering
2. Warna : Hitam
3. Bau : Khas
4. Rasa : -

b. Parameter NonSpesifik
1. Susut pengeringan dan bobot jenis
Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang
pada proses pengeringan dan memberikan batasan tentang besarnya masa
persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak
pekat ( kental ) yang masih dapat dituang
2.Kadar Air
Memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di
dalam bahan
3. Kadar abu
Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
4. Parameter sisa pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan)
yang secara umum dengan kromatografi gas.
5. Residu Pestisida
Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin saja pernah
ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan
ekstrak.
6. Cemaran Mikroba
Menetukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis
mikrobiologis.
7. Parameter cemaran kapang, khamir dan Aflatoksin
Menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin
dengan KLT.
2.5 Identifikasi Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai