Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

STASE FARMAKOLOGI

Tikusan (Clausena Excavata)

Disusun oleh :

DEWI NURHAYATI
NIM. 1510029044
Dosen Pembimbing:
Dr. dr. Sjarif Ismail, M.Kes

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan refarat mengenai tumbuhan
Clausena Excavata ini dengan baik dan tepat waktu. Referat ini disusun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari pembelajaran saya. Referat ini secara
menyeluruh membahas tentang taksonomi, morfologi, penggunaan secara etnobotani,
hasil uji praklinik, dan kandungan metabolit sekunder dari tanaman clausena
excavate.
Dalam pembuatan refarat ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Sjarif Ismail, M.Kes, selaku dosen pembimbing di stase farmakologi yang
telah mendidik dan memberi banyak masukan mengenai bidang farmakologi.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
pembuatan refarat ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
kepada penulis demi kesempurnaan refarat ini.

Samarinda, 06 Maret 2016

Dewi Nurhayati

DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2
2.1 Taksonomi.......................................................................................................2
2.2 Morfologi........................................................................................................2
2.3 Penggunaan Etnobotani..................................................................................3
2.4 Hasil Uji Praklinik..........................................................................................3
2.5 Metabolit Sekunder.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................5

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang pada bagian-bagian tertentu baik
akar, batang, kulit, daun maupun hasil ekskresinya dipercaya dapat menyembuhkan
atau mengurangi rasa sakit ( (Falah, Sayektiningsih, & Noorcahyati, 2013). Saat ini,
penggunaan obat herbal cenderung meningkat, baik di Negara sedang berkembang
maupun di negara-negara maju( (Mustika, Herawatiningsih, & Latifah, 2013).
Tanaman obat mempunyai berbagai ragam efek pada sistem metabolisme tubuh,
antara lain bersifat sebagai sedatif, analgesik, anti piretik, proteksi jantung, anti
inflamasi, antioksidan dan fungsi imunomodulator (Hernani, 2011).
Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat saat ini disebut sebagai
Herbal Medicine atau Fitofarmaka. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya (Zein, 2005). Di Indonesia, obat herbal dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu jamu, herbal terstandar (telah lulus uji
praklinik), dan fitofarmaka (lulus uji klinik) (Hernani, 2011).
Indonesia kaya akan sumber bahan obat dan obat tradisional yang telah digunakan
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun (Zein, 2005)
Beberapa hasil penelitian memperkirakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 7000
jenis tumbuhan berkhasiat sebagai obat (Bermawie, Kristina, Martono, Djazuli, &
Makmun, 2007). Salah satu tumbuhan di Indonesia yang memiliki khasiat sebagai
obat adalah Clausena Excavata atau yang dikenal oleh masyarakat jawa dengan nama
tikusan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai Clausena excavate sebagai
tanaman berkhasiat obat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi
Taksonomi tumbuhan Clausena excavata Burm. F, sebagai berikut (Asosiasi
Herbalis Nusantara) :
Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Sapindales

Famili

: Rutaceae

Genus

: Clausena

Spesies

: Clausena
Burm. F.

Excavata

Gambar 2.1 Clausena Excavata.


Sumber : http://www.citrusvariety.ucr.edu/citrus/excavata.html
2.2 Morfologi
Clausena excavata Burm.F. dikenal dengan nama umum tikusan di Indonesia.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan tahunan, tumbuh tegak dengan tinggi 2-3 m.
Memiliki batang bulat, berbulu dan bercabang. Daunnya merupakan daun majemuk,
menyirip ganjil dengan ujung yang runcing dan dengan panjang 4-7,5 cm, lebar 2-4
cm. Bunganya merupakan tipe bunga majemuk yang berada di ketiak daun dan di
ujung batang dengan panjang kira-kira 10 cm. Kelopak bunga berbulu, tangkai
benang sari berwarna putih, kepala sari kuning keputih-putihan, tangkai putik hijau
kekuningan. Buah berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 1 cm, berwarna hijau
pada waktu muda dan berwarna jingga ketika tua. Akar berjenis tunggang, berwarna
putih (Asosiasi Herbalis Nusantara).
2.3 Penggunaan Secara Etnobotani

Tikusan telah dikenal sebagai tanaman obat. Beberapa informasi mengenai


penggunaan tikusan sebagai obat tradisional yaitu di Jawa dimanfaatkan sebagai jus
untuk mengobati sakit cacing, batuk dan untuk penghangat tubuh. Berdasarkan
penelitian Hong di Yunnan daun dan kulit batang dimanfaatkan sebagai obat disentri,
enteritis, dan infeksi uretra. Ekstrak kayu dari tikusan di Thailand dimanfaatkan
sebagai pengobatan kanker (Salim, Ibrahim, & Santoni, 2012).
2.4 Hasil Uji Praklinik
Berbagai aktivitas farmakologis yang dimiliki Clausena excavate telah terbukti
dalam beberapa penelitian eksperimen laboratorium (Uji praklinik). Penelitian yang
telah dilakukan oleh Albaayit (2015) membuktikan bahwa ekstrak daun Clausena
excavata memiliki aktivitas antioksidan dan penyembuhan luka pada tikus.
Berdasarkan penelitian Rahman (2002) membuktikan bahwa ekstrak etanol daun
Clausena excavate memiliki aktivitas antinosiseptif yang signifikan.
2.5 Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa kimia dalam hayati berupa mikromolekul
yang hanya dimiliki oleh hayati tertentu. Metabolit sekunder yang terdapat dalam
ekstrak daun Clausena excavata adalah saponin, flavonid dan tanin (Asosiasi
Herbalis Nusantara).
a.

Saponin
Saponin merupakan glikosida triterpen dan sterol yang telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam membentuk
busa. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu
memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin
(Harborne, 2006).
b. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di
alam. Senyawa senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan

sebagian zat warna kuning yang ditemukan di dalam tumbuh-tumbuhan flavonoid


mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin (C 6)
terikat pada suatu rantai propan (C3). Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam
semua bagian tumbuhan seperti bunga, daun, ranting, buah, batang, kulit kayu dan
akar (Harborne, 2006).
c. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan
protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Di dalam tumbuhan
letak tanin terpisah dari protein, dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak,
misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini
menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairanpencernaan hewan (Harborne,
2006).

DAFTAR PUSTAKA
1. Albaayit, S. F. A., Abba, Y., Rasedee, A., & Abdullah, N. (2015). Effect of
Clausena excavata Burm. f. (Rutaceae) leaf extract on wound healing and
antioxidant activity in rats. Drug Design, Development and Therapy, 9,
35073518. http://doi.org/10.2147/DDDT.S84770

2. Asosiasi Herbalis Nusantara. (n.d.). http://www.herbalisnusantara.com/?


download-699-ebook-tananam-obat-indonesia,104. Retrieved Maret 7, 2016
3. Bermawie, N., Kristina, N., Martono, B., Djazuli, M., & Makmun. (2007).
Pemanfaatan Tanaman Akway (Drymis sp.) oleh Masyarakat Local di
Manokwari, Papua Barat. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran
Perkembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik , 281-286.
4. Falah, F., Sayektiningsih, T., & Noorcahyati. (2013). Keragaman Jenis dan
Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Sekitar Hutan
Lindung Gunung Beratus, Kalimantan Timur. Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam Vol. 10, No. 1 , 1-18.
5. Harborne, J.B. (2006). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganalisa Tumbuhan. Bandung : ITB.
6. Hernani. (2011). Pengembangan Biofarmaka Sebagai Obat Herbal Untuk
Kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol.7(1) , 21-29.
7. http://www.citrusvariety.ucr.edu/citrus/excavata.html
8. Mustika, M., Herawatiningsih, R., & Latifah, S. (2013). Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Dalam Kawasan Hutan Sekunder Areal IUPHHK PT.
KALIMANTAN SATYA KENCANA KABUPATEN MELAWI. 348-356.
9. Rahman, M., Alimuzzaman, M., Shilpi, J., & Hossain, M. (2002).
Antinociceptive activity of Clausena excavata leaves. Fitoterapia , 701-703.
10. Salim, R., Ibrahim, S., & Santoni, A. (2012). Isolasi dan Elusidasi Struktur
Senyawa Kumarin Dari Biji Buah Sicerek (Clausena excavata).
11. Zein, U. (2005). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai