Anda di halaman 1dari 11

Tugas Ujian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:

DEWI NURHAYATI

1510029044

Pembimbing:

dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
1. Lokakarya Mini
Dalam kerangka manajemen Puskesmas yang terdiri atas P1 (Perencanaan),
P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan
Penilaian), maka Lokakarya Mini Puskesmas merupakan P2 (Penggerakan dan
Pelaksanaan) atau Aktuasi tingkat Puskesmas yang terdiri atas Lokakarya Mini
Bulanan dan Lokarya Mini Tribulanan.

A. Lokakarya Mini Bulanan


Lokakarya Mini Bulanan merupakan pertemuan yang diselenggarakan setiap
bulan di akhir bulan di Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh staf di Puskesmas
Puskesmas Pembantu, dan bidan di desa, serta dipimpin oleh kepala Puskesmas.
Lokakarya mini bulanan bertujuan untuk : (a) menginformasikan hasil rapat dinas
tingkat kabupaten/kota dan tingkat kecamatan serta informasi tentang kebijakan,
program dan konsep-konsep baru, (b) evaluasi bulanan terhadap pelaksanaan
program puskesmas serta analisis hambatan dan masalah dengan mempergunakan
pws, (c) penyusunan poa bulanan secara partisipatif dengan menghimpun usulan
kegiatan dan program dari para penanggung jawab program puskesmas, (d)
penggalangan tim melalui penegasan peran dan tanggung jawab staf, dan (e)
pemberdayaan pegawai Puskesmas untuk meningkatkan kinerja profesional,
kompetensi/kemampuan pegawai, sikap dan motivasi kerja serta kecerdasan
emosi.

Tahap Pelaksanaan:
a. Lokarya Mini Bulanan Pertama
1) Masukan:
Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran tanggung
jawab staf dan kewenangan Puskesmas;
Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru;
Informasi tentang tatacara penyusunan POA (Plan of Action) Puskesmas.
2) Proses:
Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah binaan;
Analisis beban kerja tiap petugas;
Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan;

2
Penyusunan POA Puskesmas tahunan.
3) Keluaran:
POA Puskesmas tahunan;
Kesepakan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu).

b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin


1) Masukan:
Laporan hasil kegiatan bulan lalu;
Informasi tentang hasil rapat dinas kabupaten/kota;
Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan;
Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru.
2) Proses:
Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS
(Pemantauan Wilayah Setempat);
Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan;
Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3) Keluaran :
Rencana kerja bulan yang baru.

B. Lokakarya Mini Tribulanan


Lokakarya Mini Tribulanan merupakan pertemuan yang diselenggarakan
setiap 3 (tiga) bulan sekali di Puskesmas yang dihadiri oleh instansi lintas sektoral
tingkat kecamatan, Tim Penggerak PKK kecamatan dan desa, kepala desa, Badan
Penyantun Puskesmas (BPP), staf Puskesmas dan jaringannya, serta dipimpin oleh
camat. Dengan tujuan : (a) informasi tentang program lintas sektor, program
kesehatan, serta informasi tentang kebijakan, program dan konsep-konsep baru,
(b) menginventarisasi peran bantu masing-masing sektor serta masalah dan
hambatan dari masing-masing sektor, dan (c) penggalangan tim lintas sektor
tingkat kecamatan.

3
Tahap Pelaksanaan
a. Lokakarya Mini Tribulanan Pertama
1) Masukan:
Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok;
Informasi tentang program lintas sektoral;
Informasi tentang program kesehatan;
Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru.
2) Proses:
Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor;
Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor;
Pembagian peran masing-masing sektor.
3) Keluaran:
Kesepakan tertulis sektor terkait dalam mendukung program kesehatan termasuk
program pemberdayaan masyarakat.

b. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin


1) Masukan:
Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor
terkait;
Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan
program kesehatan;
Pemberian informasi baru.
2) Proses:
Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan;
Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor;
Merumuskan cara penyelesaian masalah.
3) Keluaran:
Rencana kerja tribulan yang baru;
Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu).

4
2. Cara Menentukan Prioritas Masalah
Beberapa cara untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, antara lain
teknik skoring, teknik non skoring, dan mempertimbangkan trend/ kebijakan.
a. Teknik Skoring
Teknik Skoring yaitu memberikan nilai (skore) terhadap masalah kesehatan
masyarakat dengan menggunakan ukuran (parameter) seperti:
Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;
Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need);
Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit);
Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);
Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibilily).
1) Teknik PAHO (Pan American Health Organization)
Prioritas masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
Magnitude (M) masalah Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah tersebut. Ini bisa ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di
masyarakat. Dalam hal ini misalnya, magnitude ISPA lebih besar daripada
HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude, ISPA lebih penting daripada
HIV/AIDS.
Severity (S) Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh
masalah kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case
fatality rate) penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang
diperlukan untuk menanggulangi atau mengobatinya. Dalam hal ini, severity
HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
Vulnerability (V) Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi
yang murah dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, campak
lebih vulnerable dibandingkan TB, karena campak mudah dicegah dengan
imunisasi sedangkan TB, seperti kita ketahui tidak mudah.

5
Community concern (C) Menunjunkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan
oleh masalah tersebut di tengah masyarakat. Penyakit HIV/AIDS tentu lebih
menghebohkan daripada TB misalnya.
Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah meminta pendapat sejumlah
ahli (antara 5 8 orang) untuk memberikan skore bagi masing-masing masalah
yang akan ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya skore tersebut adalah
antara 1 sampai 10. Untuk Puskesmas yang mempresentasikan sebagai ahli adalah
para penanggung jawab program Puskesmas.

2) Teknik Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi :

Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi


Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat masalah kesehatan tersebut
Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya
Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.

3) MCUA (Multiple Criteria Utility Asessment Method)


Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima
kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot
penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk
menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan
justifikasi.
Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan

6
Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
Policy : Kebijakan pemerintah daerah /nasional

4) Teknik Hanlon
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit
tersebut
Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut
Besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas, kecendrungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah dilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang
akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit mudah).
1) Kelompok kriteria D = Pearl faktor,
P = Propriatness (kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan /
program / kegiatan instansi / organisasi terkait
E = Economic feasibility (kelayakan dari segi pembiayaan)
A = Acceptability (suatu penerimaan masyarakat dan instansi terkait / instansi
lainnya
R = Resource availability (ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah
: tenaga, sarana / peralatan, waktu)
L = Legality (dukungan aspek hukum / perundang-undangan / peraturan terkait
seperti peraturan pemerintah/juklak/juknis/protap)

5) Teknik CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 10.
C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)

7
A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi
serta penunjang pelaksana seperti peraturan)
R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan motivasi)
L = Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas)

6) Teknik Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor
berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau
jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta
kepentingan instansi terkait.
I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan
mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke waktu).
V = Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya dapat diketahui dari
perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan
(input) yang dipergunakan.
C = Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.

7) Teknik Urgency, Seriousness, Growth (USG)


Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat
urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 5
atau 1 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk
lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Urgency

8
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama,
suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.

b. Teknik Non Skoring


Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu disebut nominal group technique (NGT). Ada 2 (dua) macam NGT,
yaitu:

1) Delphi Technique, yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang


yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama. Adapun caranya adalah
sebagai berikut :
a) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan;
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yg muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;

9
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.

2) Delbeq Technique
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang;
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya;
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya,
d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;
e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah;
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,
dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat
yang diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata; Tidak ada diskusi dalam
teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut,
b) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.

c. Mempertimbangkan Trend (Kecenderungan)


Kebijakan Cara lain menentukan peringkat masalah kesehatan adalah dengan
menelaah trend/kecenderungan kebijakan yang berkembang baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Asumsinya adalah bahwa kebijakan-kebijakan
tersebut tentunya didasarkan pada fakta empiris atau evidence yang valid.

10
3. Bedanya pamphlet, leaflet dan brosur
Pamphlet dan Leaflet
Pamphlet (pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid.
Mungkin hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya.
Tapi bisa juga dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau
bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman. Jika
dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu leaflet.
Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk pemasaran aneka
produk dan juga untuk penyebaran informasi politik.

Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang terdiri dari satu hingga sejumlah kecil
halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.
Halamannya sering dijadikan satu, biasanya memiliki sampul, tapi tidak
menggunakan jilid keras. Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak
berkala yang tidak dijilid lengkap (dalam satu terbitan), memiliki paling sedikit 5
halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, diluar perhitungan sampul.

11

Anda mungkin juga menyukai