Disusun oleh:
DEWI NURHAYATI
1510029044
Pembimbing:
Tahap Pelaksanaan:
a. Lokarya Mini Bulanan Pertama
1) Masukan:
Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran tanggung
jawab staf dan kewenangan Puskesmas;
Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru;
Informasi tentang tatacara penyusunan POA (Plan of Action) Puskesmas.
2) Proses:
Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah binaan;
Analisis beban kerja tiap petugas;
Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan;
2
Penyusunan POA Puskesmas tahunan.
3) Keluaran:
POA Puskesmas tahunan;
Kesepakan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu).
3
Tahap Pelaksanaan
a. Lokakarya Mini Tribulanan Pertama
1) Masukan:
Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok;
Informasi tentang program lintas sektoral;
Informasi tentang program kesehatan;
Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru.
2) Proses:
Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor;
Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor;
Pembagian peran masing-masing sektor.
3) Keluaran:
Kesepakan tertulis sektor terkait dalam mendukung program kesehatan termasuk
program pemberdayaan masyarakat.
4
2. Cara Menentukan Prioritas Masalah
Beberapa cara untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, antara lain
teknik skoring, teknik non skoring, dan mempertimbangkan trend/ kebijakan.
a. Teknik Skoring
Teknik Skoring yaitu memberikan nilai (skore) terhadap masalah kesehatan
masyarakat dengan menggunakan ukuran (parameter) seperti:
Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;
Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need);
Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit);
Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);
Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibilily).
1) Teknik PAHO (Pan American Health Organization)
Prioritas masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
Magnitude (M) masalah Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah tersebut. Ini bisa ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di
masyarakat. Dalam hal ini misalnya, magnitude ISPA lebih besar daripada
HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude, ISPA lebih penting daripada
HIV/AIDS.
Severity (S) Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh
masalah kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case
fatality rate) penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang
diperlukan untuk menanggulangi atau mengobatinya. Dalam hal ini, severity
HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
Vulnerability (V) Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi
yang murah dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, campak
lebih vulnerable dibandingkan TB, karena campak mudah dicegah dengan
imunisasi sedangkan TB, seperti kita ketahui tidak mudah.
5
Community concern (C) Menunjunkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan
oleh masalah tersebut di tengah masyarakat. Penyakit HIV/AIDS tentu lebih
menghebohkan daripada TB misalnya.
Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah meminta pendapat sejumlah
ahli (antara 5 8 orang) untuk memberikan skore bagi masing-masing masalah
yang akan ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya skore tersebut adalah
antara 1 sampai 10. Untuk Puskesmas yang mempresentasikan sebagai ahli adalah
para penanggung jawab program Puskesmas.
2) Teknik Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi :
6
Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
Policy : Kebijakan pemerintah daerah /nasional
4) Teknik Hanlon
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit
tersebut
Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut
Besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas, kecendrungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah dilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang
akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit mudah).
1) Kelompok kriteria D = Pearl faktor,
P = Propriatness (kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan /
program / kegiatan instansi / organisasi terkait
E = Economic feasibility (kelayakan dari segi pembiayaan)
A = Acceptability (suatu penerimaan masyarakat dan instansi terkait / instansi
lainnya
R = Resource availability (ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah
: tenaga, sarana / peralatan, waktu)
L = Legality (dukungan aspek hukum / perundang-undangan / peraturan terkait
seperti peraturan pemerintah/juklak/juknis/protap)
5) Teknik CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 10.
C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)
7
A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi
serta penunjang pelaksana seperti peraturan)
R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan motivasi)
L = Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas)
6) Teknik Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor
berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau
jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta
kepentingan instansi terkait.
I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan
mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke waktu).
V = Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya dapat diketahui dari
perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan
(input) yang dipergunakan.
C = Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
8
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama,
suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.
9
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
2) Delbeq Technique
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang;
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya;
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya,
d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;
e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah;
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,
dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat
yang diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata; Tidak ada diskusi dalam
teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut,
b) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan
tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
10
3. Bedanya pamphlet, leaflet dan brosur
Pamphlet dan Leaflet
Pamphlet (pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid.
Mungkin hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya.
Tapi bisa juga dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau
bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman. Jika
dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu leaflet.
Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk pemasaran aneka
produk dan juga untuk penyebaran informasi politik.
Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang terdiri dari satu hingga sejumlah kecil
halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.
Halamannya sering dijadikan satu, biasanya memiliki sampul, tapi tidak
menggunakan jilid keras. Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak
berkala yang tidak dijilid lengkap (dalam satu terbitan), memiliki paling sedikit 5
halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, diluar perhitungan sampul.
11