A. TUJUAN PERCOBAAN
B. LANDASAN TEORI
antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, dibagi menjadi fase berat solute
Penentuan koefisien partisi dari suatu senyawa obat hasil isolasi dari tanaman
obat atau hasil sintesis cukup penting dilakukan untuk keperluan karaktionisasi
sebagai rasio konsentrasi obat pada pelarut n-oktanol dan air. Pada mulanya, p
Hubungan antara [ X ] sed dan [ X ] air akan linier, bila koefisien determinasi (R2)
ion dalam sedimen (mg/kg), dan merupakan koefisien partisi antara fase padat dan
berbagai parameter antara lain dengan nilai logaritma koefisien partisi. Nilai P
diberi batasan sebagai koefisien partisi suatu pelarut pada suatu sistem dua fase
Pada ekstraksi solven, pembagian solut antara dua cairan yang tidak saling
secraa analitik. Dari pelarut yang digunakan salah satunya dalah air, oleh karena
itu, koefisien partisi dalam hal ini secara nyata dipengaruhi oleh sifat kimia
pelarut kedua. Pelarut kedua yang sering digunakan adalah eter, kloroform, dan
Ektraksi adalah penyarian zat-zat berhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hwean, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda, demikian pula
1. ALAT
- Buret
- Corong pisah
- Erlenmeyer
- Filler
- Gelas kimia
- Pipet volume
- Sendok tanduk
- Timbangan analitik
2. BAHAN
- Alkohol
- Asam salisilat
- Kloroform
- NaOH
D. PROSEDUR KERJA
Asam salisilat
- Dirambahkan 20 ml alkohol 70 %
- Ditambahkan 25 ml kloroform
Hasil pengamatan
- Diambil 5 ml
phenolphtalein
Hasil pengamatan
E. HASIL PENGAMATAN
PERLAKUAN HASIL
Asam salisilat + 20 ml alkohol + 25 Terbentuk dua lapisan
ml klroform digojog dan
didiamkan
5 ml lapisan kloroform + 3 tetes NaOH 0,7 ml
indikator PP dititrasi
dengan NaOH
2. PERHITUNGAN
gr 1000
M= ×
Mr v
0,05 1000
= ×
138 20
= 0,018 M
M 1 V 1=¿ M 2 V 2
0,1 .0,7=¿ M .5 ml
0,02=¿ M .5 ml
0,07
M=
5
M= 0,014 M
F. PEMBAHASAN
Koefisien partisi adalah suatu perbandingan kadar obat dalam fase lipoid dan
fase air setelah dicapai kesetimbangan. Koefisien partisi menjadi penting untuk
diketahui dalam dunia farmasi karena kecepatan absorbsi suatu obat sangat
dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Obat-obat yang mudah larut dalam lipid,
yang sukar larut dalam lipida sukar pula untuk diabsorbsi sehingga koefisien
partisinya kecil.
adalah sampel yang digunakan pada percobaan ini. Langkah pertama yang
sebagian asam salisilat yang tadinya terlarut dalam air, berpindah kekloroform,
sehingga fase asam salisilat di kloroform akan bertambah, dan fase asam salisilat
Campuran asam salisilat, air, dan kloroform dalam corong pisah tersebut
kemudian membentuk dua lapisan terpisah. Lapisan atas adalah air, dan lapisan
sampel dan air juga dapat dikatakan proses ekstraksi. Terbentuknya dua lapisan
dalam campuran tersebut dikarenakan adanya perbedaan berat jenis air dan
kloroform. Dimana berat jenis air lebih ringan dari pada kloroform sehingga air
berada pada lapisan atas. Selain itu, prinsipnya sendiri adalah like dissoloved like,
dimana senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan.
Namun karena struktur antara air dan kloroform berbeda, maka keduanya tidak
sebaliknya, semakin sedikit asam salisilat yang berpindah dari air ke kloroform,
cara titrasi. Air yang telah terpisah dengan kloroform dalam corong pisah diambil
penentuan titik akhir titrasi. Titrasi dihentikan jika telah didapatkan larutan
berwarna merah muda yang menandakan telah tercapai titik akhir titrasi dan titik
akhir eukivalen dimana mol asam dan mol basah telah habis bereaksi.
namun setelah dilakukan titrasi hasil perhitungannya adalah 0,014 M. Hal ini
menadakan jika benar sebagian asam salisilat yang tadinya terlarut dalam air,
telah berpindah sebagian ke kloroform. Hal ini juga membuktikan bahwa
penambahan kloroform pada fase air mempengaruhi koefien partisi asam salisilat.
G. KESIMPULAN
Haryadi, P., 1996, Katalisis Enzimatis Dalam Pelarut Organik, Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan, vol. 1, no. 1.
Kasmiyatun, N., dan Jos, B., 2008, Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat :
Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power dalam Berbagai Solven
Campuran Terhadap Koefisien Distribusi, Reaktor, vol. 12, no. 2.
Suseno, H.P., 2011, Model Adsorpsi mn+2, cd+2 dan hg+2 dalam Sistem Air-
Sedimen di Sepanjang Sungai Code Yogyakarta, Jurnal Teknologi, vol. 4,
no.2.
Tahir, Iqmal, 2010, Komparasi Nilai Koefisien Partisi Teoritik Berbagai Senyawa
Obat dengan Metoda Hancsh-leo Metoda Rekker dan Penggunaan
Program ClogP.
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PERCOBAAN III
KOEFISIEN PARTISI
OLEH
KELOMPOK :5
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2014