Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN II

KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPERENT SOLUBILLITY)

OLEH

NAMA : CICILIA RESA

NIM : F1F2 13 017

KELAS : REGULER SORE

KELOMPOK :5

ASISTEN : MIRNA WIDAHSRI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPERENT SOLUBILLITY)

A. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH

terhadap kelarutan suatu bahan obat yang bersifat asam lemah.

B. LANDASAN TEORI

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom

ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunanya atau

komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu

seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,

bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas,

padatan ataupun cair. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat

terlarut (solute). Pelarut cair umunya umumnya adalah air (Romdoni, 2012).

Kelarutan merupakan salah satu sifat fitokima yang penting untuk

diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi

sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat,

antara lain melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal atau

penambahan suatu abhan penolong, misalnya bahan pengompleks, surfaktan, dan

kosolven (Erydiah dan Sukmawati., 2005).

Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam

formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 5% senyawa kimia baru yang

ditemukan saat bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat

hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan

mengakibatkan kecilnya daya penitrasi obat tersebut dalam tubuh. Kelarutan suatu
zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai tingkat disolusi yang kecil

karena kelarutan suatu obat dngan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan

(Jufri dkk., 2004).

Asam benzoat merupakan salah satu pengawet sintetik yang bekerja efektif

pada pH 2,5-4,0 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman yang

bersifat asam. Salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan adalah asam

benzoat. Asam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya karena

kelarutannya lebih baik daripada bentuk asamnya. Benzoat dan turunannya dapt

menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang dan bekerja efektif pada pH 2,5-

4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman yang bersifat asam

(Wati, dan Guntari., 2012).

Asam benzoat memiliki nama resmi acidum acid dengan rumus molekul

C7H6O2 dan berat molekul 122,12. Asam benzoat memiliki pemerian hablur halus

dan ringan, tidak berwarna dan tidak berbau. Asam benzoat larut dalam lebih

kurang 350 bagian air, dalm lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian

kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P. Asam benzoat berguna untuk

antiseptikum ekstern dan anti jamur (Anonim, 1979).


C. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

- Corong

- Filler

- Erlenmeyer 50 ml

- Gelas kimia 100 ml

- Kertas saring

- Pipet ukur

2. BAHAN

- Asam fosfat 0,5 gr

- Larutan dapar salisilat (pH 3, pH 4, pH 5)


D. PROSEDUR KERJA

pH 3,0 pH 4,0 pH 5,0

- Dipipet sebanyak 10 ml
- Dimasukan dalam erlenmeyer
- Ditambahkan asam benzoat masing-
masing 0,5 gr
- Digojog hingga sebagian larut
- Disaring menggunakan kertas saring
yang telah ditimbang
Residu

- Dikeringkan dalam oven


- Ditimbang
- Dihitung asam benzoat yang larut
- Dihitung konsentrasi kelarutan semu
Hasil pengamatan
E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel pengamatan:

Berat kertas
NO pH saring asam benzoat yang tidak larut (gr)
Awal Akhir (berat kertas saring akhir-awal)
1 3 0,6151 0,976 0,361
2 4 0,6047 0,949 0,344
3 5 0,6329 0,935 0,302

2. Analisis data:

a. Massa asam benzoat yang larut.

 Untuk pH 3

Massa asam benzoat = 0,5 – 0,361 = 0,139

 Untuk pH 4

Massa asam benzoat = 0,5 – 0,344 = 0,156

 Untuk pH 5

Massa asam benzoat = 0,5 – 0,302 = 0,198

b. Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (So)

 pH 3,0

massa 1
So= ×
mr asambenzoat v

0,139 1
¿ ×
122 0,25

= 0,004 M

 pH 4,0

massa 1
So= ×
mr asambenzoat v
0,156 1
¿ ×
122 0,25

= 0,005 M

 pH 5,0

massa 1
So= ×
mr asambenz oat v

0,198 1
¿ ×
122 0,25

= 0,006 M

c. Menghitung konsentrasi semu.

 Untuk pH 3,0

log( S−So)
= pH− pKa
So

(S−So)
=inv . log( pH− pKa)
So

( S−So )=inv . log ( pH− pKa ) ×( So)

( So )=inv . log ( 3,0−4,19 ) × ( So ) + ( So )

= 0,06 × 0,004 + 0,004

= 0,004 M

 Untuk pH 4,0

log( S−So)
= pH− pKa
So

(S−So)
=inv . log( pH− pKa)
So

( S−So )=inv . log ( pH− pKa ) ×( So)


( So )=inv . log ( 4,0−4,19 ) × ( So ) + ( So )

= 0,646 × 0,005 + 0,005

= 0,008 M

 Untuk pH 5,0

log( S−So)
= pH− pKa
So

(S−So)
=inv . log( pH− pKa)
So

( S−So )=inv . log ( pH− pKa ) ×( So)

( So )=inv . log ( 5,0−4,19 ) × ( So ) + ( So )

= 6,475 × 0,006 + 0,006

= 0,045 M

3. Tabel berdasarkan hasil perhitungan data pengamatan:

NO pH A B C D E F
1 3 0,6151 0,5 1,1151 0,361 0,004 0,004
2 4 0,6047 0,5 1,1047 0,344 0,005 0,008
3 5 0,6329 0,5 1,1329 0,302 0,006 0,045

Keterangan:

A = Massa kertas saring

B = Massa asam benzoat

C = Massa kertas saring ditambah massa asam benzoat (A+B)

D = Massa asam benzoat yang tidak larut

E = Kelarutan intrinsik (So)

F = Kelarutan semu (S)


4. Grafik hubungan antar pH dengan kelarutan semu

Kelarutan Semu (So)


0.05
0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
F. PEMBAHASAN

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu

tertentu yang menunjukan bahwa interaksi spontan atau lebih solute atau solven

telah terjadi dan membentuk dipersi molekuler yang homogeni. Kelarutan

dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut

pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat

larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupuncampuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,

seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak larut” (insoluble) sering diterapkan

pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit

kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,

titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan

yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat anatara lain adalah:

pengaruh pH. Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan

umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya

sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah

seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH
karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik

lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam

air. Bila pH larutan diturunkan dengan  penambahan asam kuat maka akan

terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Pengaruh jenis zat pada kelarutan

juga menjadi faktor yang mempercepat kelarutan. Zat-zat dengan struktur kimia

yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat

yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like

dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut

polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.

Faktor selanjutnaya adalah pengaruh temperatur pada kelarutanKelarutan gas

umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air

dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,

sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Pengaruh

tekanan pada kelarutan juga berpengaruh pada kelarutan. Perubahan tekanan

pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Kelarutan gas sebanding

dengan tekananpar tial gas itu. Menurut hokum Henry massa gas yang melarut

dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan

yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan

dengan larutan itu.

Kelarutan semu adalah kelarutan yang secara kasat mata, zat terlarutnya telah

larut dalam pelarutnya. Namun ternyata masih ada zat yang tidak larut. Sampel

yang digunakan pada percobaan ini adalah asam benzoat yang merupakan asam
lemah. Asam benzoat digunakan karena asam benzoat tidak terionisasi sempurna

dalam larutan sehingga memudahkan dalam penentuan kelarutan semunya.

Analisis yang digunakan pada percobaan ini adalah analisis kuantitatif dengan

metode gravimetri, di mana dilakukan penimbangan terhadap asam benzoat

sebelum dan sesudah dilarutkannya asam benzoat dalam larutan dapar fosfat.

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh berat asam benzoat yang tidak larut dari

mengurangkan berat kertas saring akhir ( berat kertas saring dan sisa asam

benzoate yang tidak larut) dengan berat kertas saring awal.

Larutan dapar yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan dapar

salisilat, yang merupakan campuran dari Natrium Salisilat dan garamnya. Larutan

dapar digunakan karena larutan dapar mampu mempertahankan pH larutan

meskinpun ditambahakn sedikit asam atau basa. Pada percobaan ini juga

digunakan variasi pH antara pH 3, pH 4, dan pH 5 untuk membandingkan tingkat

kelarutan zat pada konsentrasi pH yan berbeda.

Perlakuan lain yang diberikan pada percobaan ini selain variasi pH adalah

penimbangan asam benzoat, penggojokan, penyaringan, dan pengeringan.

Penimbangan asam benzoat dilakukan untuk menentukan berapa banyak sampel

yang digunakan, juga berkaitan dengan salah satu faktor yang mempercepat

kelarutan yaitu pengaruh jenis zat terlarut. Penggojokan juga dilakukan pada

percobaan ini. Ini bertujuan agar, zat terlarut dan pelarut dapat bercampur.

Penyaringan yang dilakukan pada percobaan ini bertujuan untuk mengambil

endapan atau sisa zat asam benzoat yang tidak larut yang nantinya akan

ditentukan beratnya. Pengeringan dilakukan agar, zat sisa atau endapan asam
benzoat dapat kering dari pelarutnya agar lebih memudahkan dalam menentukan

berat asam benzoat yang tidak ikut larut bersama pelarut.

Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

log ( S−So)
= pH− pKa. Dimana S adalah kelarutan semu, den So adalah
So

kelarutan instrinsik.

Mengetahui pengaruh pH pada kelarutan merupakan tujuan dari percobaan

ini. Hasil yang diperoleh adalah pada pH 3, kelarutan zat adalah 0,004 M. Pada

pH 4, kelarutannya adalah 0,008 M dan pada pH 5 kelarutannya adalah 0,045 M.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi

pH maka kelarutan zat juga akan semakin meningkat karena semakin banyak zat

yang terionisasi.

Dalam dunia farmasi kelarutan semu perlu diketahui untuk melihat

bagaimana kelarutan semu pada bahan-bahan obat. Hubungannya dengan pH

adalah untuk mengetahui atau menyesuaikan pH bahan obat yang masuk kedalam

tubuh dengan pH tubuh sendiri. Karena masing-masing bahan obat memiliki pH

yang berlainan.
G. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi pH, maka kelarutan obat juga akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, farmakope Indonesia jilid III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia

Erindyah, R.W., Sukmawati, A., 2005, peningkatan kelarutan pentagamavunon-1


melalui pembentukan kompleks dengan polivinilpirolidon, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6, No. 2.

Jufri, Mahdi, dkk., 2004, formulasi gameksan dalam bentuk mikroemulsi,


Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3.

Rhomdoni, 2012, http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id.

Wati, W.I., Guntari, Any., 2012, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No.

Anda mungkin juga menyukai