Anda di halaman 1dari 170

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH

(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA


GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna

IRHAM
NIM : 13.1

DISUSUN OLEH :

LISRAWATI
NIM : 13.13.1112

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA


AKADEMI KEPERAWATAN RAHA
2016

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :


Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan
Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewan
penguji.

Raha, Juni 2016


Pembimbing

ASMALIA, S.Kep.,Ns., M.Kes


NIP.

Mengetahui,
Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep


NIP. 19800212 200312 2 006

ii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA


AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji


Pada Tanggal 2 Juli 2016

DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.K ep.,Ns., M.Kes

(................................ )

p.,Ns., M.Kep
2. Santhy, S.Ke

(...........
..................... )

i Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes


3. Wa Ode Fitr

(...........
..................... )

lmiah ini telah diterima sebagai salah satu pe


Karya Tulis Iikan Pendidikan Diploma III Keperawatan parsyaratan
untuk menyelesa

Keperawatan Pemkab Muna

da Akademi

Raha, 2 Juli 2016


Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 19800212 200312 2 006

iii

ABSTRAK

Latar Belakang, berdasarkan hasil medical record di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Desember
2015, pasien dengan Marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit terbesar, namun
menempati urutan kelima belas dengan jumlah penderita 9 orang (0,65%) tetapi sangat
memprihatinkan sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Tujuan, dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan kepada anak dengan Marasmus
secara komprehensif mencakup bio, psiko, social dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat
keperawatan.
Metode, yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan
berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hasil, setelah 4 hari di laksanakan tindakan keperawatan di mulai dari tanggal 01 sampai dengan
04 Maret 2016, dari hasil pengkajian didapatkan ada 8 diagnosa keperawatan yaitu kekurangan
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan keluarga, resiko kerusakan
integritas kulit dan resiko infeksi. Dari hasil evaluasi keperawatan, dari 8 masalah yang
ditemukan ada 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu yaitu kekurangan volume cairan, defisit
perawatan diri dan kecemasan keluarga dan 5 diagnosa yang belum teratasi yaitu perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, intoleransi
aktivitas, resiko kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi, namun sudah ada kemajuan. Hal ini
terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda - beda dalam
proses penyembuhan.
Kesimpulan, tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi secara berkelanjutan
dan terarah dengan adanya catatan perkembangan serta pengelolaan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif serta kerja sama antara perawat, klien, orang
tua, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat


Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak A Usia
Infan (4 Bulan) dengan Bronchopneumonia di Ruang Kenanga Lantai I Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat

dalam

rangka

menyelesaikan

pendidikan

program

Diploma

III

Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam


penyusunan studi kasus ini penulis banyak mendapat hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang terhormat
kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
pada Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Harnia, S.Kep.,Ns., M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Rustila, AMK, Sebagai CI serta semua staf ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,

yang telah memberikan arahan dan masukan dalam melaksanakan asuhan


keperawatan pada klien Anak S untuk penyusunan laporan studi kasus ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Klien Anak A dan nenek klien yang telah bersedia bekerja sama dengan
penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan.
8.

Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak La Rikund dan Ibu Wa


Ramia yang tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta
pengorbanan materi yang tidak terhingga selama penulis mengikuti
pendidikan dan Saudaraku Rahmat, Arisak, Darwin yang telah memberikan
dukungan dan dorongan baik moril maupun materil selama mengikuti
pendidikan.

9.

sahabat-sahabatku dan seluruh teman-temanku Mahasiswa Akper Pemkab


Muna Angkatan XIII khususnya III B yang tidak dapat disebutkan satu persatu
terima kasih atas bantuan dan motivasinya dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca

dalam

keperawatan anak

mengembangkan
dengan

ilmu

keperawatan

Bronkopneumonia

dan

khususnya

asuhan

Semoga Allah SWT

memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikannya dalam
mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.
Raha, Juni 2016

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....

HALAMAN PERSETUJUAN .....

Ii

HALAMAN PENGESAHAN ..

Iii

ABSTRAK..

Iv

KATA PENGANTAR ..

DAFTAR ISI .

Vii

DAFTAR TABEL .

DAFTAR GAMBAR

Xii

DAFTAR BAGAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

MOTTO..

xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......

B. Ruang Lingkup Pembahasan ....

C. Tujuan ...........................................................................

D. Manfaat .........................................................................................................

E. Metode Telaahan ..........................................................................................

F. Waktu Pelaksanaan .......................................................................................

G. Tempat Pelaksanaan ...................................................................................

H. Sistematika Telaahan.....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M


DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL (MAR)
A. Konsep Dasar ...............................

11

1.

Pengertian .

11

2.

Anatomi Fisiologi sistem pencernaan.......

12

vii

3.

Etiologi .

26

4.

Patofisiologi ..

27

5.

Tanda dan Gejala ..

28

6.

Klasifikasi .

29

7.

Pemeriksaan Penunjang

30

8.

Penatalaksanaan Medis .

31

9.

Komplikasi ...

35

10. Penyimpangan KDM

36

B. Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan ..............

37

1.

Pengkajian ...

37

2.

Diagnosa Keperawatan .

55

3.

Perencanaan ..

56

4.

Implementasi ........

61

5.

Evaluasi ...

62

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Laporan Kasus ..................
1.

63

Pengkajian

63

a.

Pengumpulan data .

63

b.

Klasifikasi data ..

82

c.

Analisa data .......

84

d.

Prioritas Masalah ...

88

2.

Diagnosa keperawatan ..

92

3.

Perencanaan...............................

97

4.

Implementasi dan evaluasi .......

103

5.

Catatan perkembangan

112

B. Pembahasan

125

1.

Pengkajian ...

125

2.

Diagnosa keperawatan .

127

viii
viiiv

3.

Perencanaan .........

130

4.

Implementasi ...

132

5.

Evaluasi ...

134

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan .................................................................................................

135

B. Rekomendasi ...............................................................................................

137

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

ix
ix

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Gedung Kemuning Lantai I Ruang


Kenanga ..

Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan ...

30

3.

Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan ...

42

4.

Pengukuran Antropometri Usia 0-60 Bulan

46

5.

Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori.

47

6.

Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan


Tubuh ..

57

7.

Intervensi dan Rasional Kerusakan Integritas Kulit

58

8.

Intervensi

dan

Rasional

Keterlambatan

Pertumbuhan

dan

Perkembangan

59

9.

Intervensi dan Rasional Defisiensi Pengetahuan .

60

10.

Intervensi dan Rasional Resiko Infeksi ..

61

11.

Pola Perubahan Nutrisi

71

12.

Pola Aktivitas Sehari hari .

79

13.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium .

81

14.

Analisa Data

84

15.

Rencana Asuhan Keperawatan .

97

16.

Implementasi dan Evaluasi ..

103

17

Catatan Perkembangan

112

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Anatomi Sistem Pencernaan ..

12

xii

DAFTAR BAGAN

Halaman
1.

Penyimpangan KDM .

36

2.

Genogram 3 Generasi ....

68

xiii
xiiix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Rencana penyuluhan

Lampiran 2

Satuan acara penyuluhan

Lampiran 3

Materi penyuluhan

Lampiran 4

Leaflet

Lampiran 5

Lembar konsultasi

xiv
xivx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan harus
didukung oleh pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan
keperawatan (KemenKes RI, 2015).
Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan
semata berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak lagi menekankan upaya
kuratif, melainkan upaya promotif dan preventif. Salah satu masalah
kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan yang
baik adalah peningkatan angka kematian balita yang disebabkan kebutuhan
gizi yang tidak terpenuhi / malnutrisi diantaranya marasmus (Asmadi, 2008).

Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Marasmus ini dapat menyebabkan perubahan berat badan menjadi
kurus, turgor kulit jelek, kulit keriput tampak seperti orang tua, ubun-ubun
besar dan cekung, perut buncit dan diare sehingga akan berdampak pada
malnutrisi

kronik,

hipoglikemia,

hipotermia,

dehidrasi,

gangguan

keseimbangan elektrolit dan mudah terkena penyakit infeksi. Dampak yang


lebih serius dari marasmus ini adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak baik fisik maupun mental sehingga anak mengalami
penurunan kecerdasan dan terjadi atropi otot karena hilangnya lapisan
subkutan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian balita (Hidayat, 2012).
Angka kesakitan dan kematian gizi buruk atau malnutrisi pada balita
relatif sering terjadi. Data WHO menunjukkan bahwa insiden kejadian Gizi
buruk akut atau malnutrisi terdapat 49 % dari 10,4 juta kematian yang terjadi
pada anak di bawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi
tercatat 50 % anak anak di Asia. Menurut UNICEF tahun 2008, ada sekitar
40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Pada
tahun 2013 di Amerika Serikat terdapat 1,7 juta diantara 19 juta anak usia di
bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk (Puspitawati & Sulistyarini,
2013).

Angka prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia


masih tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi berat dan kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi
kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007
(18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Mencuatnya kembali
mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukan
sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi belum optimal.
Pasien pasien yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk
juga semakin meningkat (Liansyah, 2015).
Insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat
mondok di rumah sakit masih tinggi diantaranya 935 (38%) penderita
malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU dr. Pirngadi Medan
yang terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk
yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Angka kejadian marasmus
yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan di
RSU di dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena
marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Liansyah, 2015).

Adapun distribusi 10 penyakit terbesar yang dirawat di Ruang


Kenanga Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar yang dirawat di Ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
pada Periode Januari sampai dengan Desember 2015
No
Penyakit
Jumlah
Presentase (%)
1
Chemotherapy session for neoplasm
671
49,44
2
Bronchopneumonia unspecified
190
14,01
3
Other prophylactic chemoterapi
110
8,10
4
Bacterial sepsis of newborn
62
4,56
5
Aplastic anemia, unspecified
61
4,49
6
Acute lymphoblastic leukimia
59
4,34
7
Typhoid lever (infection due to salmonella thypi )
55
4,05
8
Pateut ductus arteriosus
54
3,97
9
Dengue haemorrhagis lever
53
3,91
10
Very low Birth Weight ( VLBW )
42
3,09
15
Marasmus
9
0,65
Jumlah
1366
100%
Sumber : Medical Record Di Ruang Kenanga Gedung Kemunin Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Januari sampai dengan Desember 2015

Dari tabel I. di atas terlihat bahwa dari 1.366 jumlah pasien di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
penderita penyakit marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit
terbesar tetapi terdapat pada urutan ke lima belas (15) dengan jumlah
penderita sebanyak 9 orang (0,65 %), namun sangat memprihatinkan
sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Melihat keadaan diatas penulis tertarik untuk menulis karya Tulis
Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5
Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai
I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup masalah yang di bahas yaitu Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra
sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning
Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung meliputi
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, Implementasi,
Evaluasi dan Catatan Perkembangan.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran yang jelas dan pengalaman secara nyata dalam
melakukan asuhan keperawatan pada Anak S Usia Pra sekolah (5 Tahun)
dengan Marasmus secara komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko,
sosial dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif meliputi aspek
bio, psiko, sosial dan spritual yang dimulai dengan pengumpulan data,
analisa data pada Anak dengan Marasmus.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada anak dengan Marasmus.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan permasalahan
yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada anak dengan
Marasmus.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang


telah ditentukan pada anak dengan Marasmus.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada anak dengan Marasmus.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak
dengan Marasmus.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Adapun manfaat yang diharapkan kepada pihak rumah sakit bahwa dengan
adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan
bagi pihak rumah sakit khususnya perawat dalam penerapanan asuhan
keperawatan

untuk

lebih

meningkatkan

mutu

pelayanan

asuhan

keperawatan pada anak dengan Marasmus maupun untuk bahan penelitian


lebih lanjut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan

menjadi

bahan

masukan

dalam

mempelajari

asuhan

keperawatan pada anak dengan Marasmus khususnya dalam pelaksanaan


perkuliahan dan dalam proses pendidikan.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekanrekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan
keperawatan anak dengan Marasmus.

4. Bagi Penulis
Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &
Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus.
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta
tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat yang
mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
2. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial,
kultural dan spiritual.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga dapat dijadikan
data objektif yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.

4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status klien
yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan
dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu untuk dijadikan salah
satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan bahan bacaan dari berbagai bukubuku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien
(Nursalam, 2013).
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 04 Maret
2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memahami apa yang ada dalam Karya Tulis ini, maka penulis
menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab dengan susunan sebagai
berikut :

BAB I

: Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang,


Ruang

Lingkup

Telaahan,

Waktu

Pembahasan,
Pelaksanaan,

Tujuan,

Manfaat,

Metode

Tempat Pelaksanaan,

dan

Sistematika Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak dengan
Marasmus, bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang
meliputi Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan,
Etiologi,

Patofisiologi,

Tanda

dan

Gejala,

Klasifikasi,

Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi,


Penyimpangan KDM dan Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan
Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini berisikan laporan
kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan Pada Anak
S usia pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung dan Pembahasan berisikan ulasan naratif dari setiap
tahapan keperawatan secara tinjauan teoritis yang dilakukan serta
perbandingan antara teori dan kasus nyata terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
catatan

perkembangan

yang

tersusun

berdasarkan tahapan proses keperawatan.

secara

sistematis

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan


dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN MARASMUS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang
berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015).
Marasmus atau Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan karena kurang asupan energi dan protein juga mikronutrien
dalam jangka waktu lama dan disebabkan oleh factor langsung dan tidak
langsung (Depkes, 2003 dikutip dalam Sari, 2013).
Marasmus atau lebih dikenal dengan malnutrisi energi protein
adalah suatu keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori (Hidayat,
2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


a. Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan


Sumber : (Smeltzer & Bare, 2002).

Saluran pencernaaan makanan merupakan saluran yang


menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh
tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut/oris sampai anus (Syaifuddin, 2006).
Secara sistematis sistem pencernaan terdiri dari sistem
pencernaan atas dan sistem pencernaan bawah.

1) Sistem pencernaan bagian atas


a) Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan
yang terdiri atas dua bagian yaitu :
(1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
(2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisisisinya oleh tulang maxilaris, palatum, mandibularis serta
di sebelah belakang bersambung dengan awal faring
(Syaifuddin, 2006).
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapislapis, di bawahnya terletak kelenja-kelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Kemudian selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf
sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut (Syaifuddin,
2006).
Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
(a) Palatum durun (palatum keras) yang tersusun atas tajuktajuk palatum dan sebelah depan tulang maxilaris dan
lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.

(b) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang


merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Setelah
makanan dicerna dimulut maka makanan tersebut ditelan
dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah
bolus dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar ludah
melalui

belakang

mulut

masuk

ke

dalam

faring

(Syaifuddin, 2006).
b) Faring
Faring (tekak) Merupakan penghubung antara rongga
mulut dan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi (Syaifuddin, 2006).
Setelah makanan masuk ke faring maka palatum lunak
naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh
kontraksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring menangkap
makanan dan mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat
ini pernapasan berhenti, jika tidak maka akan tersedak
(Syaifuddin, 2006).
c) Esophagus
Esophagus merupakan sebuah tabung berotot atau
saluran

yang

menghubungkan

tekak

dengan

lambung,

panjangnya 20-25 cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk


kardiak dibawah lambung. Esofagus berdinding empat lapis.
Lapisan dinding dari dalam ke luar yaitu lapisan selaput lendir
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler
dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak
dibelakang trakea dan didepan tulang punggung, setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 2006).
d) Lambung
Lambung (gaster) merupakan kantong besar yang
terletak di bawah rusuk terakhir sebelah kiri. Lambung
menerima makanan dari esophagus melalui erifisium kardia
dan bekerja sebagai penimbun sementara. Lambung terdiri atas
tiga

bagian,

yaitu

kardiak

(berdekatan

dengan

hati)

berhubungan dengan esophagus, fundus (tengah) dan pylorus


yang memiliki empat lapisan, yaitu Lapisan peritoneal, Lapisan
berotot, Lapisan submukosa dan Lapisan mukosa.
Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan
sekret yaitu getah lambung. Di dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim pencernaan penting yaitu :
(1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton
(2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein
dan karsinogen yang dapat larut

(3) Lipase berfungsi untuk memecahkan lemak (Syaifuddin,


2006).
2) Sistem pencernaan bagian bawah
a) Usus halus
Usus halus atau intestinum minora adalah bagian dari
sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan
berakhir pada sekum panjangnya 6 m merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaaan dan absorbsi hasil
pencenaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa
terletak sebelah dalam, lapisan otot melingkar atau sirkuler,
lapisan otot memanjang atau longitudinal dan lapisan serosa
terletak sebelah luar).
Usus halus terdiri dari :
(1) Duodenum atau usus 12 jari
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum panjangnya
sekitar 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri. Pada duodenum terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Di duodenum juga terdapat
getah pankreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu :
(a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi
disakarida.

(b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin


dan asam lemak.
(c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi
golongan polipeptida (Syaifuddin, 2006).
(2) Yeyenum
Panjangnya sekitar 7 meter, dalam Yeyenum berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Di dalam yeyenum,
makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi
oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus,
sehingga menjadi bubur yang sangat lembut dan encer
(Syaifuddin, 2006).
(3) Ileum
Panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah
duodenum dan yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang
mengandung beberapa enzim, yaitu :
(a) Enterokinase

berfungsi

untuk

mengubah

enzim

tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin.


(b) Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan
protein

dengan

mengubah

polipeptida

berbagai asam amino.


(c) Intertase berfungsi untuk bekerja atas gula

menjadi

(d) Lactase berfungsi untuk membelah lactose menjadi


glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa dalam
hati.
(e) Maltose berfungsi untuk mengubah maltose menjadi
dekstrose.
(f) Sukrosa berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi
monosakarida (Syaifuddin, 2006).
b) Usus besar
1

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1 /2


meter, lebarnya 5-6 cm dan merupakan sambungan dari usus
halus mulai dari katub ilekolik atau ileoseikal yaitu tempat
makanan lewat. Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Reflex ini menyebabkan defekasi atau buang air besar
(Syaifuddin, 2006).
Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat
apendiks vernivormis atau umbai cacing. Sekum terletak di
daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari
sini kolon naik melalui daerah kanan lumbal yang disebut
asendens. Di bawah hati, berbelok pada tempat yang disebut
flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrium
dan umbilical sebagai kolon tranversum di bawah limfe ia
membelok sebagai flexura sienalis dan berjalan melalui daerah

kanan lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka


terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk
kolon sigmoid atau kolon pelvis dan kemudian masuk ke
pelvis besar menjadi rectum (Syaifuddin, 2006).
Struktur kolon terdiri atas empat lapisan dinding yang
sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding
berotot tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerutkerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dan
tidak memiliki vili, dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar
tubular dalam usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang
memuat sel cangkir (Syaifuddin, 2006).
Struktur rektum serupa yang ada pada kolon tepi
dinding yang berotot tebal dan membran mukosanya memuat
lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni.
Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam anus
ini terdapat otot interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus
berubah sifatnya. Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu:
Selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan Jaringan ikat (Syaifuddin, 2006).
Fungsi usus besar yaitu :
(1) Absorbsi air, garam dan lemak
(2) Sebagai populasi bakteri
(3) Defekasi (Syaifuddin, 2006).

c) Hati
Hati atau hepar merupakan organ yang paling besar di
dalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1
kg. letaknya pada bagian atas dalam rongga abdomen sebelah
kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama
permukaan yaitu
(1) Permukaan atas berbentuk cembung terletak di bawah
diafragma
(2) Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fisura
tranfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri
dibagian atas hati. Hati dibagi empat belahan yaitu lobus kanan,
lobus kiri, lobus kuadrata dan lobus quadratus. Hati
mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati
(hematosit) yang berfungsi menyerap nutrient, oksigen dan
racun dari darah (Syaifuddin, 2006).
Fungsi hati antara lain :
(1) Metabolisme karbohidrat
(a) Gikolisis : pembentukan glukosa menjadi glikogen
(b) Glikogenolisis : pembentukan glikogen menjadi
glukosa

(c) Glukoneogenesis : pembentukan glukosa bukan dari


karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak.
(2) Metabolisme protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam
amino

yang tidak

dibutuhkan menjadi urea

yang

dikeluarkan dari sel hati kedalam darah dan disekresikan


oleh ginjal dalam bentuk urine.
(3) Metabolisme lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan giserol selain itu
asam lemak dibawah menuju hati dalam darah porta dari
usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel kecil yang
dapat digunakan dalam proses metabolik (Syaifuddin,
2006).
Selain fungsi hati sebagai regulator hampir semua
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh seperti metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, hati juga berfungsi sebagai
tempat sintesa (pengeluaran) dari berbagai bagian protein,
pembekuan darah, urea dan zat-zat lain yang sangat vital bagi
tubuh. Yang paling penting dari organ ini adalah biang detoks
atau penyaring dan pengeluaran racun yang masuk ke dalam
tubuh. Selain fungsi tersebut, hati juga mengeluarkan beberapa
enzim, dua diantaranya adalah SGOT dan SGPT ke dalam
darah. Ketika sel hati mengalami kerusakan akibat sesuatu baik

virus atau gangguan lain, maka akan terjadi pengeluaran enzim


SGPT dari dalam sel hati ke darah sehingga terjadi
peningkatan (Syaifuddin, 2006).
d) Kandung empedu
Kandung

empedu

adalah

sebuah

kantong

organ

berbentuk terong dan merupakan membran berotot, letaknya


dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm

3.

Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan


otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga
membran mukosa. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu :
(1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
(2) Berperan dalam pembuangan limbah dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin, 2006).
(3) Pankreas
Pankreas

merupakan

sekumpulan

kelenjar

yang

strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya


kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke
limpa, dan beratnya rata- rata 60-90 gram. Pankreas terbentang
pada vertebra lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Fungsi pankreas yaitu :


(1) Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi
enzim dan elektrolit.
(2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk

pulau

langerhans,

yang

bersama-sama

membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin.


(3) Fungsi sekresi ekternal, cairan pankreas dialirkan ke
duodenum

yang berguna untuk

proses

pencernaan

makanan di intestinum.
(4) Fungsi sekresi internal, sekresi yang di hasilkan oleh
pulau-pulau langerhands sendiri langsung dialirkan ke
dalam peredaran darah (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrien.
Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa.
1) Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah,
dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan
dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan
melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan
reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan
makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada

kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim


ptyalin atau amilase saliva yang dimulai pencernaan zat pati, juga
mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat
dikunyah, sehingga memudahkan menelan (Smeltzer & Bare, 2002).
2) Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh
pusat menelan dimedula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat
makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan
mencegah

aspirasi

makanan

ke

dalam

paru-paru.

Menelan

mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,


yang berakhir sebagai aktivitas refleks. Otot halus di dinding
esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus ke arah
lambung untuk mendorong lobus makanan masuk lambung.
Akhirnya sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah
reflex isi lambung ke dalam esofagus (Smeltzer & Bare, 2002).
3) Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, mempunyai
PH rendah, memperoleh keasamannya dari asam hiklorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi kelenjar asam yaitu :
a)

Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih mudah


diabsrobsi.

b) Untuk membantu distruksi kebanyakan bakteri pencernaan

Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang


penting untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik disekresi
oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan Vitamin
B12 dalam diet, sehingga Vitamin dapat diabsorbsi di dalam ileum.
Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi
lambung kearah pylorus Karena partikel makanan besar tidak dapat
melewati spingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus
lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil.
Peristaltik

dalam

lambung

dan

kontraksi

spingter

pilorus

memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus


halus pada kecepatan yang memungkinkan absorpsi nutrien efisisen
(Smeltzer & Bare, 2002).
4) Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus
halus.

Kontraksi

segmentasi

yang

menghasilkan

campuran

gelombang yang menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan


dalam gerakan mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus
tersebut kearah kolon (Smeltzer & Bare, 2002).
5) Kerja usus besar (Kolon)
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati
ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal
kolon melalui katub ileosekal. Katup ini secara normal tertutup,
membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus.

Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolon dengan


perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan
reabsorbsi efisiensi terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari
makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya
kira-kira 12 jam (Smeltzer & Bare, 2002).
6) Defekasi
Sebagian besar rektum tidak berisi feses, hal ini karena
adanya spingter yang lemah 20 cm dari anus pada perbatasan
antara kolon sigmoid dan rektum serta sudut tajam yang menambah
resistensi pengisian rektum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rektum, kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus akan timbul
keinginan defekasi (Smeltzer & Bare, 2002).
3. Etiologi
Marasmus atau gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan
dalam asupan makanan.
b. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua anak yang terganggu misalnya pemberian yang
tidak efektif atau malformasi bawaan.
c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi.

d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosial ekonomi,


pendidikan dan pengetahuan ibu yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi. umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula
disebabkan oleh diare kronik malabsorbsi protein, hilangnya protein
air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun dan penyakit hati
(Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
Kekurangan energi protein dan kalori (KEP) adalah manifestasi
dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga
disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut
malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi,
yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila
kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit
utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan
pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi
meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan
nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi
berbagai

cadangan

makanan

untuk

menghasilkan

kalori

demi

penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat


kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.
Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan

meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif.


Dengan demikian, pada Kekurangan energi protein dan kalori dapat terjadi
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,
penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh (Hidayat,
2012).
5. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dari marasmus adalah sebagai berikut :
a. Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah
b. Diare kronis atau persisten
c. Mata besar dan dalam dan Ubun-ubun cekung
d. Akral dingin dan tampak sianosis
e. Wajah seperti orang tua
f. Rambut tipis, jarang dan kusam
g. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
h. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot
i. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput, dan
turgor kulit jelek.
j. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
k. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
l. Vena superfisialis tampak lebih jelas
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
n. Anoreksia (Nurarif & Kusuma, 2015).

6. Klasifikasi
Klasifikasi gizi buruk atau KEP adalah sebagai berikut :
a.

Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Pada marasmus awalnya pertumbuhan yang
kurang dan atrofi otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit tanpa
adanya edema.

b.

Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat yang ditandai dengan adanya edema
diseluruh tubuh terutama kaki, tangan atau anggota badan lain.

c.

Marasmik Kwashiorkor
Tipe marasmik kwashiorkor merupakan gabungan beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus yang disertai dengan edema yang
tidak mencolok (Liansyah, 2015).
Seorang anak balita dikatakan Kekurangan Energi Protein (KEP)

apabila tingkat konsumsi energi dan protein < 80 % AKG.

Kecukupan energi protein untuk anak balita perorang perhari


menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini :
Tabel 2. Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan
Umur
Energi (Kkal)
0 - 6 bulan
550
7 12 bulan
650
1 3 tahun
1000
4 6 tahun
1550
Sumber : (Depkes 2005, dikutip dalam Sari, 2013)

Protein (gr)
10
16
25
39

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Mengukur TB dan BB
c. Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
d. Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung
(kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm
pada wanita (Nurarif & Kusuma, 2015).
e. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
f. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, elektrolit, Hb dan Ht.

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan

marasmus

mengikuti

10

langkah

utama

penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :


a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
sering atau cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi
masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hiportemia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36

c Pada

keadaan ini harus di hangatkan dengan cara ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu di tutupi selimut atau dengan
membungkus anak dengan slimut tebal dan meletakan lampu di
dekatnya. Selama masa penghangatan di lakukan pengukuran suhu anak
pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan
stabil tetap di bungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar tidak
jatuh kembali pada kaadaan hipotermia.
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering di jumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi ada riwayat, anak sangat kehausan, mata cekung, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan :

(1) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan ) setiap 30 menit dengan sendok makan.
(2)

Jika tidak ada personal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5 % dan
Nacl perbandingan 1 : 1

d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit pada semua


KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektolit di
antaranya :
(1) Kelebihan natrium (Na) tubuh walaupun kadar Na plasma rendah.
(2) Defisiensi kalium dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit di perlukan waktu
minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam atau
rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang di
encerkan 2 x ( dengan Pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan
50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan
lumat.

yang banyak mengandung mineral bentuk makanan

e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi.


Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara
rutin di berikan antibiotik spektrum luas.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 Fase :
(1) Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada fase stabilisasi

perlu pendekatan yang sangat hati- hati

karena keadaan faal anak yang sangat lemah dan kapasitas


homeostatis berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak di rawat sehingga energi protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal saja, formula khusus seperti
formula WHO. 75/ modifikasi/ modisko yang dilanjutkan dan
jadwal pemberian makanan harus di susun agar dapat mencapai
prinsip tersebut dengan persaratan sebagai berikut : porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkl/ kilogram
perhari, protein 1-1,5 gram/ kilogram bb/ hari, cairan 130
ml/kg/bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg/bb/ hari), bila anak
mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula.
(2) Fase transisi (minggu II)
(a) Pemberian makanan pada fase transisi di berikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung yang dapat

terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah


banyak secara mendadak.
(b) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0,9
1,0 gr/ 100). Dengan formula khusus lanjutan (energi 100
kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 24 jam.
Modifikasi bubur/ makanan keluarga dapat digunakan asal
kandungan energi dan protein sama.
(c) Naikan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya hanya tercapai jumlah 30 ml/ kg
bb/kali pemberian (200 ml/ kg bb/hari).
(3) Fase rehabilitasi (minggu III-VII)
(a) Formula WHO F 135/ Pengganti/ modisko dengan
jumlah tidak terbatas dan sering.
(b) Energi : 150-220 kkal/kg bb/hari.
(c) Protein : 4-6 kg/ kkal/kg bb/ hari.
(d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
(e) Secara perlahan di perkenalkan makanan keluarga.
g. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dengan berikan
setiap hari :
(1) Tambahan multivitamin lain

(2) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi
folat/ sirup besi.
(3) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat
dosisi tunggal.
(4) Vitamin A oral 1 kali.
(5) Dosis tambahan disesuaikan dengan buku pedoman pemberian
kapsul vitamin A.
h. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
i. Persiapan untuk tidak lanjut
Bila BB anak sudah berada digaris warna kuning anak dapat dirawat
dirumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan, puskesmas/ bidan di desa
(Nurarif & Kusuma, 2015).
9. Komplikasi
a.

Infeksi tuberculosis

b.

Malnutrisi kronik

c.

Gangguan tumbuh kembang.

d.

Hipoglikemia

e.

Hipotermia

f.

Dehidrasi

g.

Gangguan keseimbangan elektrolit (Liansyah, 2015).

11. Penyimpangan KDM


Malabsorbsi, infeksi dan kegagalan melakukan sintesis protein
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi kalori dan protein

Perubahan status kesehatan

Fungsi saluran cerna terganggu

kurang pengetahuan
tentang gizi seimbang

Hiperperistaltik
Defisiensi pengetahuan
Daya tahan tubuh
menurun

Hilangnya lemak
dibantalan kulit

Penyerapan makanan
di usus menurun

Keadaan umum lemah

Turgor kulit menurun


dan keriput

Diare

Portal of entry
Resiko infeksi

Distensi abdomen
Kerusakan integritas
kulit

Peningkatan asam lambung


Anoreksia

Malnutrisi
Asam amino esensial
menurun dan produksi
albumin menurun
Atropi/pengecilan otot
Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan

Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Bagan 1. Penyimpangan KDM
(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)

36

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode untuk menerapkan suatu konsep dalam
praktik keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu. Teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
(implementasi), evaluasi dan catatan perkembangan (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
Adapun tahap-tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Data subjektif ini diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya sedangkan
data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat.
Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah,
adanya edema dan berat badan (Nursalam, 2013).
37

Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu :


1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian,
nomor medrek, diagnosa medik dan alamat (Wong, 2004).
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat (Wong, 2004).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan alasan
utama individu mencari bantuan profesional kesehatan (Wong,
2004).
(2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan oleh
klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit
(keluhan utama saat MRS) atau keluhan utama saat dilakukan
pengkajian oleh beberapa waktu atau hari setelah klien MRS.
Pada umumnya anak dengan marasmus keluhan yang paling
dirasakan oleh klien adalah gangguan pertumbuhan (berat
38

badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,


sering diare dan keluhan lain yang menunjukan terjadinya
kekurangan gizi (Wong, 2004).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama klien dijadikan dasar untuk menggali kondisi
klien saat ini dengan menggunakan format PQRST, sebagai
petunjuk untuk mempermudah mengingat langkah-langkah
pengumpulan data.
(a) Paliative/Provokatif (P) : Apa penyebab keluhan tersebut,
Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi
keluhan. Biasanya penyebab diare pada anak dengan
marasmus adalah kekurangan energi protein.
(b) Quality/Quantity (Q)

Bagaimana keluhan

tersebut

dirasakan, apakah terlihat, terdengar. Seberapa sering


keluhan itu dirasakan. Keluhan biasanya dirasakan terus
menerus.
(c) Region/Radiasi (R) : Lokasi keluhan tersebut dirasakan,
apakah penyebarannya juga ke area lain. Biasanya pada
anak dengan marasmus ini dirasakan bagian abdomen.
(d) Severity/scale (S) : Severity of scale, Intensitas keluhan
yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak.
Pada klien dengan marasmus tidak mempunyai skala.
39

(e) Timming (T) : Kapan keluhan tersebut mulai muncul/


dirasakan, seberapa sering keluhan tersebut muncul?
apakah munculnya secara tiba-tiba atau bertahap. Biasanya
keluhan dirasakan bertambah pada saat klien bergerak atau
beraktivitas

dan

berkurang saat

klien

istrahat/tidur

(Asmadi, 2008).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
Yang perlu diketahui yaitu Kesehatan ibu selama hamil, berapa
kali

dalam

melakukan

pemeriksaan

kehamilan,

tempat

pemeriksaan, keluhan selama hamil, imunisasi TT berapa kali,


nutrisi selama ibu hamil, lamanya hamil dan kebiasaan atau
perilaku

ibu

sewaktu

hamil

yang

merugikan

bagi

perkembangan dan pertumbuhan janin seperti : kebiasaan


merokok dan mengkonsumsi obat - obatan secara sembarang
(Wong, 2004).
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
Yang perlu diketahui yaitu tempat persalinan, penolong
persalinan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, dan komplikasi waktu lahir
(Wong, 2004).

40

(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)


Yang perlu diketahui yaitu keadaan bayi lahir awal, berat badan
dan panjang badan, penilaian APGAR Skor (warna, sianosis,
pucat, ikhterik), demam, kesulitan menghisap, kesulitan
pemberian makan atau ASI (Wong, 2004).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji adalah silsilah keluarga, pendidikan dan
pekerjaan keluarga, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan
atau

penyakit

menular

lainnya

dalam

keluarga

dengan

menggunakan genogram keluarga tiga generasi (Wong, 2004).


d) Riwayat Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi
dimulai sejak lahir hingga umur 1 (satu) tahun seperti BCG
diberikan 1 kali pada saat usia lahir bayi 0-11 bulan, DPT diberikan
sebanyak 3 kali pada saat usia bayi 2-11 bulan, hepatitis B
diberikan 3 kali pada usia 0-11 bulan, polio diberikan sebanyak 4
kali pada saat usia bayi 0-11 bulan dan campak diberikan 1 kali saat
usia anak 9-11 bulan (Depkes, 2000 dikutip dalam Hidayat, 2012).
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
Hal yang perlu diketahui yaitu berat badan selama sakit (berat
badan selama sakit biasanya menurun disebabkan oleh
41

kekurangan energi protein, panjang badan, jumlah gigi, lingkar


kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Biasanya pada
anak dengan marasmus terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (Wong, 2004).
(2) Perkembangan Anak
Tabel 3. Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan
No
Umur
Motorik Kasar
(Bulan)
1.
I
Dapat memutar kepala dari
satu sisi kesisi lain bila
telungkup.
2.
2
Bila
telungkup,
dapat
mengangkat kepala hampir 45
derajat dari meja.
3.
3
Mampu mengangkat kepala
dan bahu dari posisi telungkup
sampai 45-90 derajat dari
meja.
4.
4
Mampu duduk tegak bila
disangga dan berguling dari
telungkup kesisi lain.
5.
5
Dapat membalik dari posisi
telungkup ke telentang dan
bila telentang, menempatkan
kaki ke mulut.
6.
6
Berguling dari telungkup ke
telentang
7.

8.

9.

10.

10

11.

11

12.

12

Motorik Halus
Refleks menggenggam kuat
Tangan sering terbuka dan
releks
menggenggam
menghilang.
Menggenggam
tangan
sendiri dan menarik selimut
atau pakaian.
Menggenggam objek dengan
kedua
tangan dan dapat
memasukkan objek ke mulut
Mampu
menggenggam
objek secara volunter dan
memainkan jari-jari kaki.
Memegang
botol
dan
menggenggam kaki lalu
menarik ke mulut.
Memindahkan objek dari
satu tangan ke tangan lain.
Mulai menggenggam dengan
menggunakan jari telunjuk.
Menggunakan ibu jari dan
jari
telunjuk
dalam
menggenggam kasar.
Mulai menggenggam objek
dengan tangan
Memiliki genggaman lebih
erat.

Bila digendong dalam posisi


berdiri, meloncat secara aktif.
Duduk dengan mantap tanpa
sokongan
Menarik badan ke posisi
berdiri
dan
berdiri
berpegangan pada perabot
Saat berdiri, mengangkat salah
satu kaki untuk melangkah
Bila duduk, berputar untuk
meraih objek dan berjalan
memegang perabot
Berjalan dengan satu tangan Melepaska kotak kedalam
dipegang dan dapat duduk dari cangkir.
posisi berdiri tanpa bantuan

42

13.

15

Berjalan tanpa bantuan dan Membangun menara dari


memanjat tangga.
dua kotak dan mencoretcoret secara spontan
14.
18
Berlari secara kikuk, sering Membangun menara tiga
jatuh dan melompat ditempat sampai empat kotak dan
dengan kedua kaki
mengatur sendok tanpa
memutar.
15.
24
Berlari dengan seimbang dan Membangun menara dengan
menendang
bola
tanpa enam sampai tujuh kotak
gangguan keseimbangan
16.
30
Melompat dengan kedua kaki Membangun menara dengan
dan berdiri pada satu kaki.
delapan kotak.
17.
36
Mengendarai sepeda roda tiga Membangun menara dari 9
atau 10 kotak
18.
48
Melompat dan meloncat pada Menggunakan
gunting
satu kaki dan berjalan, dengan
baik
untuk
menangkap bola dan menuruni memotong
gambar
tangga dengan kaki bergantian mengikuti garis.
19.
60
Meloncat dan melompat pada Mengikat
tali
sepatu,
kaki bergantian melompat dari menggunakan gunting, alat
ketinggian 12 inci dan sederhana
atau
pensil
bertumpu pada ibu jari kaki.
dengan sangat baik & dapat
meniru gambar segitiga.
Sumber : (Wong, 2004)

f) Riwayat Nutrisi
yang perlu ditanyakan adalah riwayat pemberian ASI, pemberian
susu formula, pemberian makanan tambahan dan pola perubahan
nutrisi tiap tahapan usia (Wong, 2004).
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013). Adapun
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dilanjutkan
sewaktu mengukur tanda-tanda vital.

b) Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan
yaitu :
(1) Komposmentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekeliling.
(2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi.
(4) Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat memberontak,
berteriak dan tak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
(5) Supor/semikoma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
(6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri apapun (Nurarif &
Kusuma, 2015).
GCS (Glasgow Coma Score) yaitu skala yang digunakan
untuk menilai tingkat kesadaran atau respon utama klien terhadap
lingkungannya

yaitu

membuka mata,

melakukan gerakan (Muttaqin, 2008).

mengucap

kata

dan

Eye (Buka Mata)


(4)

Spontan

(3)

Berdasarkan suara

(2)

Dengan rangsangan nyeri

(1)

Tidak ada respon


Respon verbal

(5)

Senyum, orientasi terhadap obyek

(4)

Menangis tetapi dapat ditenangkan

(3)

Menangis dan tidak dapat ditenangkan

(2)

Mengerang dan agitatif

(1)

Tidak memberi respon


Respon Motorik

(6)

Mengikuti perintah/aktif

(5)

Melokalisir rangsang nyeri

(4)

Menjauhi rangsangan nyeri

(3)

Fleksi abnormal

(2)

Ekstensi abnormal

(1)

Tidak memberi respons (Nurarif & Kusuma, 2015)

c) Tanda-Tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan. Biasanya anak dengan marasmus
TTV lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat (Wong, 2004).

d) Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui ukuranukuran fisik anak (berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada) dengan
menggunakan alat ukur sesuai usia dan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. Pengukuran Antropometri Usia 0 - 60 Bulan
No.

Umur
(Bulan)

BB (kg)

1.
0
2,5-4,0
2.
1
3,0-4,3
3.
2
3,6-5,2
4.
3
4,2-6,0
5.
4
4,7-6,7
6.
5
5,3-7,3
7.
6
5,8-7,8
8.
7
6,2-8,3
9.
8
6,6-8,8
10.
9
7,0-9,2
11.
10
7,3-9,5
12.
11
7,6-9,9
13.
12
7,8-10,2
14.
15
8,4-10,9
15.
17
8,9-11,5
16.
24
9,9-12,3
17.
29
10,8-13,5
18.
36
11,7-14,6
19.
41
12,5-15,7
20.
48
13,2-16,7
21.
53
13,8-17,7
22.
60
14,5-18,7
Sumber: (Djitowiyono, 2010)

TB (cm)

LK (cm)

LILA
(cm)

48-52
49,8-54,6
52,8-58,1
55,5-61,1
57,8-63,7
59,8-65,9
61,6-67,8
63,2-69,5
64,6-71,0
66,0-72,3
67,2-73,6
68,5-74,9
69,6-76,1
72,9-79,4,
75,9-82,4
79,2-85,6
83,7-90,4
87,8-94,9
91,5-99,1
96,4-102,9
99,7-106,6
102,7-109,9

32-38
34-41
36-42,5
37,5-44
38,5-45
39,5-45,5
40-46
40,5-47
41-47,5
41,5-48
41-48
42,5-49
43-49,5
44-50
44,5-50,5
45-51
45,5-52,5
46-53
46,5-53,5
47-53,8
47,5-53,8
47,8-54

9,5-13,5
14,75
14,75
14,75
15,10
15,10
15,10
16,00
16,25
16,50
16,75
17,00

LID
A
(cm)
30-38
-

untuk menentukan BB Ideal Balita (0-5 tahun) dengan


menggunakan rumus Berat Badan Ideal (BBI) :
(Umur (tahun) X 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan :
n

= umur

2 dan 8 = nilai konstanta (Depkes, 1973 dikutip dalam Nursalam, 2008).


Tabel 5. Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori
Kategori
Umur
No.
(Tahun)
Normal
Kurus
1.
1
7,8-10,2
6,1-7,7
2.
2
9,9-12,3
7,6-9,8
3.
3
11,7-14,6
8,8-11,6
4.
4
13,2-16,7
10,0-13,1
5.
5
14,5-18,7
10,9-14,4
Sumber : (Djitowiyono, 2010)

Sangat Kurus
< 6,0
< 7,5
< 8,7
< 9,9
< 11,0

Selain menggunakan rumus Berat badan ideal (BBI) tersebut,


dapat juga menggunakan rumus sebagai berikut :
BB
BMI

=
(TB)

Keterangan :
BB

= Berat badan (kg)

TB

= Tinggi badan (m)


Interprestasi status gizi berdasarkan kategori IMT / BMI

menurut Kemenkes RI (2003) :


(1) Kategori kurus jika nilai IMT/BMI < 18,0
(2) Kategori normal jika nilai IMT/BMI berada diantara 18,5 - 25,0
(3) Kategori gemuk (obesitas) jika nilai IMT/BMI > 25,0

e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem


(1) Sistem Integument
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu warna kulit dan
distribusi rambut, adanya pembengkakan atau tidak dan turgor
kulit. Biasanya anak dengan marasmus kulit kering, turgor kulit
jelek, wajah nampak seperti orang tua, akral teraba dingin dan
mengendor disebabkan karena kehilangan banyak lemak di
bawah kulit dan otot-ototnya terjadi atropi serta rambut tampak
kering dan mudah rontok, kusam, jarang dan depigmentasi
(Engel, 2009).
(2) Sistem Pernapasan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk dada simetris
atau tidak, pergerakan dada, frekuensi pernafasan, bunyi napas,
taktil fremitus, vokal resonan, perkusi paru, kembang kempis
paru dan adanya pembengkakan atau tidak. Biasanya pada anak
dengan marasmus terjadi gangguan sistem pernapasan yaitu
batuk, sesak napas dan ada bunyi napas tambahan (ronchi)
(Engel, 2009).
(3) Sistem Kardiovaskuler
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
konjungtiva anemis atau tidak, adanya peningkatan vena

jugularis, bunyi jantung, adanya peningkatan TD atau tidak dan


bunyi perkusi jantung (Udjianti, 2010).
(4) Sistem Pencernaan
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
bentuk mulut dan abdomen simetris atau tidak, warna kulit,
terdapat peradangan atau lesi pada mulut dan gusi, jumlah gigi,
adanya stomatitis, keadaan lidah, adanya pembengkakan,
frekuensi bising usus, bunyi perkusi abdomen dan terdapat
nyeri tekan. Biasanya pada anak dengan marasmus perut
tampak buncit, terjadi hepatomegali dan bising usus meningkat
bila terjadi diare (Wong, 2004).
(5) Sistem Pengindraan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan, ketajaman
penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak,
sklera icterus, bentuk hidung, adanya sekret pada hidung atau
tidak, bentuk telinga, adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan/gangguan pada sistem pengindraan (Engel,
2009).
(6) Sistem Persarafan
Pengkajian neurologi meliputi fungsi serebral yaitu kesadaran
dan status mental, fungsi saraf kranial, fungsi motorik dan
fungsi sensorik (Muttaqin, 2008).

(7) Sistem Muskuloskeletal


Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk kesimetrisan,
kekuatan otot dan pergerakan. Biasanya pada anak dengan
marasmus terjadi atrofi otot hingga tulang-tulang terlihat lebih
jelas karena kurangnya asupan energi protein sehingga terjadi
kelemahan otot (Engel, 2009).
(8) Sistem Endokrin
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan para tiroid atau tidak, refleks menelan dan
adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada
sistem endokrin (Engel, 2009).
(9) Sistem Perkemihan
Pada umumnya yang perlu dikaji adalah fungsi eliminasi klien
apakah terjadi perubahan pola eliminasi atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem perkemihan (Engel, 2009).
(10) Sistem Reproduksi
Meliputi fungsi alat reproduksi normal ataupun tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem reproduksi (Engel, 2009).
(11) Sistem Imun
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu daya tahan tubuh klien
apakah menurun atau masih dalam keadaan stabil. Biasanya
anak dengan marasmus terjadi penurunan daya tahan tubuh

yang disebabkan kurangnya asupan kalori dan protein (Engel,


2009).
4) Pola Aktifitas Sehari-hari
Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari-hari adalah :
a) Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makan klien apakah
ada perubahan sebelum dan selama di rumah sakit, riwayat
pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, nafsu makan
biasanya berkurang, kaji apakah ada mual/muntah dan keadaan
umum lemah (Wong, 2004).
b) Eliminasi
BAB dan BAK biasanya tidak terjadi gangguan.
c) Istirahat tidur
Biasanya istirahat tidur klien terganggu, tidak merasa segar setelah
tidur, tidur tampak tidak nyenyak akibat diare (Wong, 2004).
d) Personal hygiene
Bagaimana kebiasaan mandi klien, perawatan rambut, potong kuku,
gosok gigi, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
Pasien dengan marasmus biasanya belum dapat melakukan personal
hygiene sendiri seperti biasanya karena kelemahan otot sehingga
memerlukan bantuan dari orang-orang terdekat (Wong, 2004).

e) Aktivitas & olahraga


Kaji kemampuan klien beraktifitas sebelum sakit dan sesudah sakit.
Aktivitas biasanya belum bisa dilakukan oleh klien akibat
kelemahan yang dirasakan (Wong, 2004).
5) Data Psikologis
a) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien dan
keluarga.
b) Pola Koping : hal apa saja yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalahnya adakah tindakan yang maladaptif (Nursalam, 2008).
6) Data Sosial
Mencakup orang yang terdekat dengan klien, hubungan dan pola
interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat. Biasanya pada anak
terjadi penarikan diri dari interaksi sosialnya atau hubungan
interpersonal akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Nursalam,
2008).
7) Data Spritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme keluarga
terhadap kesembuhan anak (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008).
8) Reaksi Hospitalisasi
a) Pemahaman orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di
rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya
tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya

terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit serta prosedur


pengobatan
b) Pemahaman anak tentang rumah sakit dan rawat inap (Nursalam,
2008).
9) Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada malformasi anorektal (anus imperforata)
adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan fisik
b) Mengukur TB dan BB
c)

Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi


dengan tinggi badan (dalam meter)

d)

Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang


(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka
lengkung (kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada lakilaki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

e)

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk


memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak) (Nurarif & Kusuma, 2015).

10)Pengobatan & Perawatan


a) Pengobatan
(1) Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
(2) Pemberian multivitamin
(3) Pemberian zinc jika terjadi diare
(4) Pemberian cairan glukosa/RL 5 % dan Nacl (Nurarif &
Kusuma, 2015).
b) Perawatan
(1) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perseorangan.
(2) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
(3) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
(4) Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein
(5) Pemberian imunisasi
(6) Penyuluhan /pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
(7) Pemantauan (surveilance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.

b. Klasifikasi/ Pengelompokan Data


Klasifikasi/pengelompokan
kesehatan

yang

terdiri

data
dari

adalah
data

mengidentifikasi

subjektif

dan

data

masalah
objektif.

Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang


terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan- keluhan
pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur oleh
seorang perawat (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki,

mengklasifikasi,

dan

mengelompokan

data

serta

mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa


keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan data objektif. Analisa
data terdiri dari PES (Problem, Etiologi, Symptom) (Asmadi, 2008).
d. Prioritas Masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai dengan kriteria
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi
yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan aktual, diagnosis keperawatan risiko dan diagnosis keperawatan
potensial (Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
marasmus berdasarkan ( Nurarif dan Kusuma, 2015). adalah sebagai berikut :
a.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang kurang.

b.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.

c.

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


malnutrisi.

d.

Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi,diet,perawatan,dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.

e.

Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan yang
meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan untuk
penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari perencanaan adalah
menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon klien terhadap
masalah kesehatan baik yang aktual, risiko, maupun potensial (Nursalam,
2013).
Adapun contoh rencana keperawatan untuk klien dengan marasmus
berdasarkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat
diuraikan sebagai berikut :
a.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang kurang.
Tujuan

Kriteria hasil

kebutuhan nutrisi menjadi adekuat

1) Nafsu makan meningkat


2) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg)
3) Porsi makan dihabiskan
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
No
Intervensi
Rasional
1)
Kaji tingkat kebutuhan nutrisi 1) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
klien
klien sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
2)
Monitor bising usus
2) Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
absorbsi.
3)
Timbang berat badan pasien 3) Indikator
kebutuhan
nutrisi
atau
setiap hari
pemasukan yang adekuat.
4)
Catat dan monitor adanya 4) Peningkatan aktifitas adrenergic dapat
anoreksia,
kelemahan umum,
menyebabkan gangguan sekresi insulin
nyeri abdomen munculnya mual
atau terjadi resisten yang mengakibatkan
dan muntah
hiperglikemia,
polidipsi,
poliuria,
perubahan kecepatan dan kedalaman
pernapasan (tanda asidosis metabolic).
5)
Kolaborasi dengan ahli gizi
5) Bermanfaat untuk menentukan kegunaan
atau kebutuhan kalori dengan tepat
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC

b.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi


Tujuan

Kriteria hasil

Tidak akan terjadi kerusakan pada kulit

1) Turgor kulit baik


2) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami.
3) Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, temperature,
hidrasi dan pigmentasi) dan tidak ada luka.
Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Kerus akan Integritas Kulit
No
Intervensi
Rasional
1) Anjurkan
pasien
untuk 1) Menghindari dermal langsung dan
menggunakan pakayan yang
meningkatkan evaporasi lembab pada
longgar
kulit
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap 2) Mencegah terjadinya kerusakan pada
bersih dan kering
kulit.

3)

Mobilisasi pasien (ubah posisi


pasien setiap dua jam sekali)

3) Baring yang sering akan mengakibatkan


penekanan pada kulit dan mengurangi
stress pada titik yang tertekan
4) Dengan mengoleskan lation akan dapat
menjaga
kebersihann
kulit
dan
kenyamanann pada kulit
5) Mandi dapat menjaga kebersihan kulit

4) Oleskan
lotion
atau
minyak/baby oil pada daerah
yang tertekan
5) Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC

c.

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


malnutrisi
Tujuan

Kriteria hasil

pertumbuhan dan perkembangan anak baik

1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya


2) Kematangan fisik yaitu tinggi badan dan berat badan sesuai usia.
3) Status nutrisi seimbang
4) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg).
Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan
No
Intervensi
Rasional
1)
Kaji faktor penyebab gangguan 1) Agar tindakan yang dilakukan slebih
perkembangan anak
tepat dan akurat
2)
Mendorong asupan makanan dan 2) Membantu dalam proses penyembuhan
cairan tinggi kalium yang sesuai
3)
Berikan pasien makanan yang 3) Agar perkembangan mental anak tidak
tinggi kalori dan tinggi protein
mengalami
pemberhentian
atau
serta makanan dan minuman
kemunduran
bergizi yang mudah dikonsumsi.
4)
Kolaborasi dengan ahli gizi, 4) Untuk mengevaluasi asupan nutrisi
jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang
di
butuhkan
untuk
persyaratan gizi yang sesuai.
5) Berikan perawatan yang konsisten 5) Dengan perawatan yang baik maka
dapat
mempercepat
kesembuhan
berbagai macam penyakit

6)

Pantau kecenderungan kenaikan 6) Untuk mengetahui peningkatan berat


dan penurunan berat badan
badan
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC

d.

Defisiensi

pengetahuan

mengenai

kondisi,

diet,

perawatan

dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan

: Dapat mengetahui dan mengerti penyakit yang di alami

Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyaki, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melakasanakan prosedur yang di jelaskan
secara benar
3) Menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat atau tim kesehatan.
Tabel 9. Intervensi dan Rasional : Defisiensi Pengetahuan
No
Intervensi
Rasional
1)
Instruksikan pasien mengenai 1) Evaluasi cepat dan intervensi terhadap
tanda
dan
gejala
untuk
terjadinya infeksi menurunkan resiko
melaporkan
pada
pemberi
komplikasi lebih serius.
perawatan
pada
kesehatan
dengan cara yang tepat.
2)
Diskusikan perubahan gaya 2) Memberikan dasar pengetahuan di mana
hidup yang mungkin di perlukan
pasien
dapat
membuat
pilihan
untuk mencegah komplikasi di
berdasarkan informasi.
masa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit.
3)
Berikan pengetahuan pasien 3) Dapat melakukan pendidikan kesehatan
tentang
proses
penyakit
sesuai dengan tingkat pengetahuan klien
gambarkan tanda & gejala yang
sehingga
dapat
mengidentifikasi
biasa muncul pada penyakit,
terjadinya penyakit serta penanganan
dengan cara yang tepat.
lebih dini.
4)
Diskusikan pilihan terapi serta 4) Klien lebih nyaman dalam menerima
penanganan.
terapi yang diberikan.
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC

e.

Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun


Tujuan

: Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Infeksi
No.
Intervensi
Rasional
1)
Anjurkan pada keluarga dan 1) Menurunkan resiko kontaminasi silang
pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien.
2)
Dorong keseimbangan istrahat 2) Memudahkan proses penyembuhan
adekuat dengan aktifitas sedang
dan meningkatkan tahanan alamiah
dan tingkatkan masukan nutrisi
adekuat
3)
Ajarkan pasien dan keluarga 3) Untuk menambah pengetahuan pasien
tentang tanda dan gejala infeksi
dan keluarga tentang penyakit yang
dialami
4)
Kolaborasi dalam pemberian 4) Antibiotik dapat berguna secara
obat antibiotik.
profilaktik untuk mencegah infeksi.
5)
Batasi pengunjung
5) Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC

4. Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2013).

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai


tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan (Asmadi, 2008).
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan efektivitas asuhan
keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur
kesehatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir (Nursalam, 2013).

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama

: An. S

Umur

: 5 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: -

Pekerjaan

: -

Suku/Bangsa

: Sunda/Indonesia

Tanggal masuk Rumah Sakit : 28 Februari 2016


Tanggal Pengkajian

: 1 Maret 2016

Diagnosa Medik

: Marasmus

Nomor Medrek

: 0001517483

Alamat

: Majalaya

63

b) Identitas penanggung jawab


Nama

: Ny. S

Umur

: 65 tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Sunda/Indonesia

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Majalaya

Hub dengan klien

: Nenek klien

c) Identitas Saudara Kandung


Nama

: An. M

Umur

: 7 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Suku/Bangsa

: Sunda/Indonesia

Hub dengan klien

: Kakak klien

2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah sakit :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan sejak 3 hari sebelum klien masuk rumah
sakit cucunya BAB lebih dari 3 (tiga) kali sehari. Usaha yang

64

dilakukan nenek klien untuk mengatasi keluhan tersebut adalah


dengan memberikan oralit tetapi keluhan tidak teratasi. Melihat
kondisi cucunya saat itu yang masih BAB lebih dari 3 (tiga)
kali sehari dan berbaring lemah, nenek klien berinisiatif
membawa klien di RSUD Majalaya namun tidak mempunyai
biaya untuk pengobatan klien sehingga meminta bantuan pada
tetangganya untuk membantu pengobatan klien, namun tidak
ada perubahan dan pada tanggal 28 Februari 2016, nenek klien
dan tetangganya membawa klien di Rumah Sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung untuk dilakukan perawatan.
(2) Keluhan Utama : BAB lebih dari 3 kali sehari
(3) Riwayat keluhan utama :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta berwarna
kehijauan dan penyebabnya tidak diketahui. Keluhan yang
menyertai yaitu lemah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
(a) Nenek klien mengatakan Ibu klien melakukan perawatan
kehamilan sejak usia 3 (tiga) bulan.
(b) Nenek Klien mengatakan Ibu klien memeriksakan
kehamilannya 2 bulan sekali sejak usia kehamilan 3 bulan.

65

(c) Tempat pemeriksaan kehamilan di Puskesmas


(d) Nenek klien mengatakan keluhan Ibu klien selama hamil
yaitu mengidam, mual dan muntah.
(e) Nenek klien mengatakan pola makan Ibu klien selama
hamil cukup baik.
(f) Lamanya hamil 9 bulan 6 hari
(g) Nenek klien mengatakan selama hamil ibu klien belum
pernah dirawat di rumah sakit.
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
(a) Nenek klien mengatakan bahwa ibu klien melahirkan
anaknya di rumah sendiri.
(b) Nenek klien mengatakan proses kelahiran klien ditolong
oleh bidan.
(c) Nenek klien mengatakan proses persalinan ibu klien normal
dan lamanya partus + 1 jam.
(d) Jenis pertolongan persalinan spontan
(e) Nenek klien mengatakan klien lahir tanpa ada penyulit/
komplikasi selama melahirkan.
(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)
(a) Nenek klien mengatakan keadaan klien waktu lahir baik
dan sehat.
(b) Nenek klien mengatakan BB klien waktu lahir adalah 2.700
gr (2,7 kg) dan panjang badan 48 cm.

66

(c) APGAR score tidak di ketahui.


(d) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
(e) Nenek

klien

mengatakan

tidak

pernah

mengalami

kecelakaan dan tidak ada riwayat keracunan.


(f) Nenek klien mengatakan cucunya tidak mempunyai riwayat
alergi baik terhadap makanan, minuman maupun obat
obatan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
(2) Nenek klien mengatakan bahwa kedua orang tua klien
pendidikannya SD dan bekerja merantau.
(3) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit malnutrisi seperti marasmus, kwashiorkor
dan penyakit malnutrisi lainnya.
GI

G II

G III

65

35

25
7

Bagan 1. Genogram 3 Generasi

67

Keterangan :
: Laki laki
: Perempuan
?

: Tinggal serumah
X

Meninggal

: Usia tidak diketahui

: Hubungan pernikahan

: Klien

: Garis Keturunan

d) Riwayat Imunisasi
Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
(a) Berat badan saat lahir 2.700 gr (2,7 kg)
(b) Berat badan saat ini 9 kg
(c) Panjang badan saat lahir 48 cm
(d) Panjang badan saat ini 72 cm
(e) Usia mulai tumbuh gigi 6 bulan.
(2) Perkembangan Anak
(a) Mampu mengangkat kepala dan bahu : 5 bulan
(b) Berguling : 8 bulan
(c) Duduk dengan mantap tanpa sokongan : 11 bulan
(d) Mulai menggenggam objek dengan tangan : 12 bulan
(e) Duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan : 14 bulan
(f) Berjalan tanpa bantuan dan memanjat tangga : 17 bulan
(g) Berlari secara kikuk : 21 bulan

(h) Berlari dengan seimbang dan menendang bola tanpa


gangguan keseimbangan : 27 bulan
(i) Melompat dengan kedua kaki : 32 bulan
(j) Mengendarai sepeda roda tiga kotak : 40 bulan
(k) Menuruni tangga dengan kaki bergantian : 52 bulan
(l) Meloncat dan melompat : 64 bulan
Nenek
perkembangan

klien
klien

mengatakan
lambat

dan

pertumbuhan
tidak

sesuai

dan
dengan

perkembangan anak seusianya. Nenek klien juga mengatakan


bahwa pertumbuhan dan perkembangan klien berbeda dengan
tahapan perkembangan saudaranya. Nampak pertumbuhan dan
perkembangan terganggu.
f) Riwayat Nutrisi
(1) Riwayat Pemberian ASI
(a) Pertama kali disusui : setelah lahir
(b) Waktu pemberian

: tidak menentu

(c) Cara pemberian

: berbaring disisi bayi atau dengan


cara duduk memangku bayi

(d) Lamanya pemberian : 1 bulan


(2) Pemberian Susu Formula
(a) Alasan pemberian : anak sudah tidak menyusui dengan
ASI.
(b) Jumlah pemberian : 400-500 ml / hari
(c) Cara pemberian

: menggunakan dot

(3) Pemberian Makanan Tambahan


(a) Pertama kali di berikan pada usia 1 bulan
(b) Jenis makanan tambahan adalah SUN
(4) Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Tabel 11. Pola Perubahan Nutrisi
No.
Usia
Jenis Nutrisi
1.
0 bulan
ASI
2.
1 bulan
Susu formula + SUN
3.
11 bulan
Susu + menu keluarga
4.
25 bulan
Susu (kadang-kadang) + air
putih + menu keluarga
(Nasi, ikan dan sayur) tapi
jarang sampai sekarang.

Lama Pemberian
1 bulan
10 bulan
24 bulan
Sampai sekarang

3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum

: Lemah

b) Kesadaran

: Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)

c) Tanda-Tanda Vital

(1) Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

(2) Nadi

: 98x/menit

(3) Suhu badan

: 36,6 C

(4) Pernapasan

: 28 x/menit

d) Pemeriksaan Antropometri
(1) Tinggi badan

: 72 cm

(2) Berat badan

: 9 kg

(3) Lingkar kepala

: 48 cm

(4) Lingkar lengan atas : 11 cm


(5) Lingkar perut

: 42 cm

BMI

: BB
2
(TB)
9
= 9
2
(72)
0,5184

BMI

= 17, 36

: 17,36 kg/m (kurus)

e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem


(1) Sistem Integument
Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti
rambut jagung, rambut nampak kusam dan berminyak serta
distribusi rambut tidak merata, wajah nampak seperti orang
tua, warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, tidak ada nyeri tekan, kulit
0

teraba lengket dan akral teraba hangat dengan suhu 36,6 c,


fungsi peraba klien baik dimana klien dapat membedakan
sensasi panas, dingin, tajam dan kasar.
(2) Sistem Pernapasan
Bentuk dada normal, perbandingan antara diameter anterior
posterior dengan diameter transversal 1 : 2, tidak terdapat
adanya retraksi dinding dada, tidak terdapat penggunaan otototot bantu pernapasan, irama napas reguler, frekuensi napas 28
x/menit, tidak terdapat adanya nyeri dada dan pembengkakan
pada dada, ekspansi paru simetris, perkusi paru terdengar
resonan, bunyi napas vesikuler dan tidak ada
nafas tambahan seperti ronchi atau wheezing.

bunyi suara

(3) Sistem Kardiovaskuler


Konjungtiva anemis, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat
peningkatan vena jugularis (JVP), CRT > 3 detik, nadi karotis
teraba, nampak ictus kordis dan teraba pada ICS V garis
midklavikula kiri, perkusi jantung pekak, auskultasi terdengar
bunyi jantung Lup (S1) terdengar pada ICS

4 & 5 garis

midklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar pada


ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak ada bunyi
jantung tambahan/mur-mur.
(4) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, tidak ada lesi atau peradangan, gigi
nampak kotor, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap, lidah bersih dan
berwarna merah, pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan
faring merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks
menelan baik dimana klien tidak mengalami kesulitan
menelan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat
merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit, abdomen nampak
buncit, klien nampak kurus, bising usus 7 x/menit, perkusi
abdomen hipertimpani pada daerah epigastrium, tidak teraba
adanya pembesaran hati dan limpa dan tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen.

(5) Sistem Pengindraan


(a) Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka dan
menutup, mata nampak cekung, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien
dapat menggerakan bola mata kesegala arah seperti
kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO, fungsi
penglihatan baik dimana klien dapat melihat papan nama
perawat dan menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.
(b) Telinga
Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau peradangan
pada

lubang

telinga,

tidak

ada

nyeri

tekan

dan

pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran klien


baik dimana klien dapat mendengar suara gesekan rambut.
(c) Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung, tidak
ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi penciuman
klien baik dimana klien dapat membedakan antara bau
parfum dan minyak gosok.

(d) Mulut
Mukosa bibir kering, gigi nampak kotor, tidak ada lesi
atau peradangan, tidak ada karies, tidak ada stomatitis,
tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap,
lidah bersih dan berwarna merah, pergerakan lidah
kesegala arah, palatum dan faring merah muda dan lunak,
tidak ada sianosis, refleks menelan baik dimana ketika
klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak mengalami
kesulitan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien
dapat merasakan rasa manis, asin, dan pahit.
(e) Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, kulit teraba lengket dan
0

akral teraba hangat dengan suhu 36,6 c, fungsi peraba


klien baik dimana klien dapat membedakan sensasi panas,
dingin, tajam dan kasar.
(6) Sistem Persarafan
(a) Fungsi Serebral
i. Status mental : orientasi klien terhadap orang, tempat
dan waktu baik dibuktikan dengan klien mengenal
neneknya dan klien mampu menyebutkan tempat
klien berada sekarang.
ii. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)

iii. Bicara : baik klien dapat menyebutkan dua benda


yang ditunjukan yaitu pulpen dan jam tangan dan
klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
(b) Sistem Saraf Kranial
i. N I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman klien baik dimana klien dapat
membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
ii. N II (Optikus)
Fungsi penglihatan klien baik dimana klien dapat
melihat papan nama perawat dan menyebut warnanya
dengan jarak 30 cm.
iii. N III, N IV, N VI (Okulomotorius, Troklearis,
Abdusen).
Kontraksi pupil : isokor (miosis), mata nampak
cekung dan gerakan kelopak mata baik dimana
kelopak mata klien dapat membuka dan menutup,
klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah
seperti kebawah, atas dan dalam.
iv. N V (Trigeminus)
Klien dapat membedakan sensasi halus dan kasar,
tidak ada gangguan dalam mengunyah dan tidak
terjadi paralisis pada otot wajah.

v. N VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi, keadaan alis simetris
dan dapat mengangkat alis.
vi. N III (Akustikus/Auditorius)
Fungsi pendengaran klien baik dimana klien dapat
mendengar suara gesekan rambut dan klien dapat
mendengar suara dan melakukan perintah.
vii. N IX (Glosofaringeus)
Refleks menelan dan refleks muntah baik dimana
ketika klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak
mengalami kesulitan.
viii. N X (Vagus)
Klien dapat membuka mulut dan dapat berbicara
dengan jelas.
ix. N XI (Asesorius)
Klien dapat memalingkan/menoleh ke kiri dan ke
kanan serta klien dapat mengangkat bahu.
x. N XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan lidahnya ke samping/segala
arah.
(c) Fungsi sensorik
Klien dapat berespon terhadap rangsangan nyeri dan suhu.

(d) Fungsi motorik


Kekuatan otot 4 4
4 4
(7) Sistem Musculoskeletal
(a) Ekstermitas atas
Bentuk kedua ekstremitas atas simetris kiri dan kanan,
nampak terdapat atropi otot pada kedua ekstremitas,
nampak terpasang infus N4 4 tpm pada tangan kanan,
tidak ada edema, kuku nampak panjang dan kotor,
pergerakan (ROM) kedua ekstremitas tidak terbatas, tidak
ada nyeri tekan dan pembengkakan, CRT > 3

detik,

refleks biceps +/+, tricep +/+, kekuatan otot


Ekstermitas bawah
Bentuk kedua ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan,
nampak terdapat atropi otot pada kedua ekstremitas dan
pantat begi, Kuku nampak panjang dan kotor, tidak ada
edema pada kedua tungkai, pergerakan (ROM) kedua
ekstremitas tidak terbatas, tidak ada nyeri tekan dan
pembengkakan, CRT > 3 detik, refleks patella +/+, refleks
babinsky -/-, nampak tidak ada kesulitan dalam bergerak,
kekuatan otot 4 4
(8) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid dan
tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid dan paratiroid.

(9) Sistem Perkemihan


Tidak terdapat adanya edema pada palpebra, tidak ada nyeri
atau keluhan saat berkemih dan tidak terdapat distensi kandung
kemih.
(10) Sistem Reproduksi
Nampak tidak ada pembengkakkan dan kelainan pada
genetalia.
(11) Sistem Imun
Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tidak ada nyeri
tekan di daerah kelenjar limfe.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Tabel 12. Pola aktivitas sehari-hari
No
Pola kebutuhan
Sebelum dirawat
Selama di rawat
1.
Pola Nutrisi :
a. Makan
1) Frekuensi
3x sehari
3 x sehari
2) Jenis
Nasi/bubur, ikan dan bubur
sayur (kadang-kadang).
di habiskan
3) Porsi makan
Tidak di habiskan hanya
porsi dihabiskan.
Baik
4) Nafsu makan
Menurun
b. Minum
1) Jumlah
400-450 gelas / hari.
500-500 gelas / hari.
2) Jenis
Air putih/susu
Air putih
3) Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
2.
Pola Eliminasi :
a. BAB :
1) Frekuensi
2-3x sehari
> 3x sehari
2) Warna
Kuning kecoklatan
Kehijauan
3) Konsistensi
Lembek
Cair
4) Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
b. BAK :
1) Frekuensi
4-5 kali sehari
Tidak menentu
2) Jumlah
400-500 cc / hari
800-1000cc/hr
3) Warna
Kuning jernih
Kuning jernih
4) Bau
Khas amoniak
Khas amoniak
5) Keluhan
Tidak ada
Tidak ada

3.

4.

5.

Istrahat dan tidur


a. Siang
b. Malam
Keluhan
Personal hygiene
a. Mandi
b. Mencuci rambut
c. Gosok gigi
d. Gunting kuku

Kualitas
2 3 jam / hari
9-10 jam / hari.
Tidak ada

Kualitas
12 jam / hari
9 10 jam / hari
Tidak ada

2x sehari
3x seminggu
2 x sehari
Setiap minggu

Aktivitas /Olahraga

Aktivitas klien setiap


hari bermain bersama
teman-temannya.

Belum pernah
Belum pernah
Belum pernah
Belum pernah
Nenek klien mengatakan
selama masuk rumah
sakit
cucunya belum
pernah mandi, keramas,
sikat gigi dan
potong
kuku.
Klien nampak lemah dan
berbaring di atas tempat
tidur
dan
nampak
aktivitas klien dibantu
oleh
keluarga
dan
perawat.
Nenek klien mengatakan
aktivitas klien dibantu
oleh
keluarga
dan
perawat.

5) Data Psikologis
Nenek klien mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan dan
kondisi cucunya saat ini. Nenek klien nampak cemas dan gelisah,
nampak nenek klien selalu bertanya-tanya tentang

penyakit yang

dialami cucunya dan nenek klien nampak bingung jika ditanya


mengenai penyakit klien.
6) Data Sosial
a)

Klien tinggal bersama neneknya dan orang yang terdekat dengan


klien adalah neneknya.

b) Klien selalu bermain dengan teman-temannya disekitar rumah


dan Pola bermain klien teratur.

7) Data Spritual
Klien dan keluarganya beragama islam, nenek klien selalu berdoa
kepada tuhan agar anaknya cepat sembuh dan nenek klien mulai
mengajarkan dan mengenalkan pada anaknya tentang shalat 5 waktu.
8) Reaksi Hospitalisasi
a)

Pemahaman nenek terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di


rumah sakit
(1) Alasan nenek klien membawa klien ke Rumah Sakit karena
klien sering BAB lebih dari 3 kali sehari.
(2) Nenek klien berharap agar klien cepat sembuh
(3) Nenek klien mengatakan belum mengetahui penyakit
cucunya.
(4) Perasaan nenek klien saat ini yaitu sangat cemas dan khawatir
dengan keadaan dan kondisi cucunya saat ini.

b) Pemahaman anak tentang rumah sakit dan rawat inap


Klien belum memahami tentang rawat inap dan klien belum bisa
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Klien mengatakan
ingin cepat pulang karena sudah tidak betah di rumah sakit.

9) Data Penunjang
Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No.
Jenis Pemeriksaan
Hasil
1.
Hematologi
Hemoglobin
11,9
Hematokrit
36
Eritrosit
5,04
Leukosit
8.800
Trombosit
669.000
Indeks Eritrosit
2.
MCV
71,8
MCH
23,6
MCHC
32,9
Hitung Jenis Leukosit
3.
Basofil
0
Eosinofil
1
Batang
1
Segmen
49
Limfosit
36
Monosit
12
Metomilosit
1
Kimia Klinik
4.
AST SGOT
41
ALT SGPT
42
GDS
92
CRP Kuantitatif
2,9
Natrium
138

10) Pengobatan
a)

Ampicilin 4 x 450 mg/6 jam/IV

b) Gentamisin 80 mg/amp/1x70 mg/24 jam/IV


c)

As. Folat 1 mg/tab/1x1 mg/24 jam

d) Zinc 20 mg/tab/1x1 mg/24 jam


e)

Multivitamin syr 1 x 1 sendok/24 jam

Nilai Rujukan
11,5 - 13,5
34 - 40
4,11- 5,95
5.000 - 14.500
150.000 - 450.000
75 - 87
24 - 30
31 - 37
0,1 - 1
1-6
3-5
30 - 55
30 - 48
2 - 10
< 31
< 33
< 140
<5
135- 145

b. Klasifikasi Data
DS :
1)

Nenek klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari


dengan konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta
berwarna kehijauan.

2) Nenek klien mengatakan nafsu makan cucunya menurun.


3)

Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan klien


lambat dan tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya.

4) Nenek

klien

juga

mengatakan

bahwa

pertumbuhan

dan

perkembangan klien berbeda dengan tahapan perkembangan


saudaranya.
5) Nenek klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
perawat.
6) Nenek klien mengatakan selama masuk rumah sakit

cucunya

belum pernah mandi, keramas, sikat gigi dan potong kuku.


7) Nenek klien mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan dan
kondisi cucunya saat ini.
8) Nenek klien mengatakan belum mengetahui penyakit cucunya.
DO :
1) Mukosa bibir kering
2) Mata nampak cekung
3) Konjungtiva anemis
4) CRT > 3 detik

5) Klien nampak lemah


6) Nampak porsi makan tidak di habiskan, hanya porsi
dihabiskan.
7) Nampak nafsu makan menurun.
8) Lingkar lengan atas : 11 cm
9) Lingkar perut : 42 cm
10) BMI : 17,36 (kurus)
11) Wajah nampak seperti orang tua.
12) Kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek
13) Nampak terdapat atropi otot pada kedua ekstremitas dan pantat
begi.
14) Nampak pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
15) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat tidur.
16) Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
17) Kekuatan otot 4 4
4 4
18) Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti rambut
jagung.
19) Rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut
tidak merata
20) Kulit teraba lengket
21) Gigi nampak kotor
22) Kuku nampak panjang dan kotor
23) Nenek klien nampak cemas dan gelisah.

24) Nampak nenek

klien selalu bertanya-tanya tentang

penyakit

yang dialami cucunya.


25) Nenek klien nampak bingung jika ditanya mengenai penyakit
klien
26) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung belakang.
27) SGOT : 41 U/mL
28) SGPT : 42 U/mL
c. Analisa Data
Tabel 14. Analisa Data
No
Symptom
Etiologi
1. DS :
Malabsorbsi, infeksi,
a) Nenek klien mengatakan
kegagalan melakukan
sintesis protein
cucunya BAB lebih dari 3

kali
sehari
dengan
Intake kurang dari
konsistensi
feses
cair,
kebutuhan
berbusa dan berampas serta

berwarna kehijauan.
defisiensi kalori & protein
DO :

a) Mukosa bibir kering


fungsi saluran cerna
b) Mata nampak cekung
terganggu
c) Kulit nampak keriput seperti

orang tua dan turgor kulit


Hiperperistaltik
jelek
d) CRT > 3 detik

e) Klien nampak lemah


Penyerapan makanan di
usus menurun

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Kehilangan cairan dan


elektrolit berlebihan

Gangguan keseimbangan
cairan dan elektroit

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan

Problem
Kekurangan
volume cairan

2.

DS :
a) Nenek klien mengatakan
nafsu
makan
cucunya
menurun.
DO :
a) Nampak porsi makan tidak
di habiskan, hanya porsi
dihabiskan.
b) Nampak
nafsu
makan
menurun.
c) Lingkar lengan atas : 11 cm
d) Lingkar perut : 42 cm
e) BMI : 17,36 kg/m (kurus)
f) Rambut
nampak
tipis,
jarang, kaku dan kemerahan
seperti rambut jagung.
g) Rambut nampak kusam dan
berminyak serta distribusi
rambut tidak merata.

Malabsorbsi, infeksi,
kegagalan melakukan
sintesis protein

Intake kurang dari


kebutuhan

defisiensi kalori & protein

fungsi saluran cerna


terganggu

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan di
usus menurun

Diare

Distensi abdomen
Peningkatan
asam lambung

Anoreksia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

3.

DS :
Malabsorbsi, infeksi,
a) Nenek klien mengatakan
kegagalan melakukan
pertumbuhan
dan
sintesis protein
perkembangan klien lambat

dan tidak sesuai dengan


Intake kurang dari
kebutuhan
perkembangan
anak

seusianya.
b) Nenek
klien
juga Defisiensi kalori & protein

mengatakan
bahwa
Malnutrisi
pertumbuhan
dan

perkembangan
klien
Asam amino esensial
berbeda dengan tahapan
menurun dan produksi
perkembangan saudaranya.
albumin menurun
DO :

a) Nampak terdapat atropi otot


pada kedua ekstremitas dan
Atropi/ pengecilan otot
pantat begi.
Keterlambatan
b) Nampak pertumbuhan dan
pertumbuhan dan
perkembangan terganggu
perkembangan

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan

4.

DS :
a) Nenek klien mengatakan
aktivitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat.

Malabsorbsi, infeksi,
kegagalan melakukan
sintesis protein

Intake kurang dari


kebutuhan

Intoleransi
aktifitas

85

DO :
a) Klien nampak lemah dan
berbaring di atas tempat
tidur.
b) Konjungtiva anemis
c) Nampak
aktivitas
klien
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
4 4
d) Kekuatan otot 4 4

5.

6.

defisiensi kalori & protein

fungsi saluran cerna


terganggu

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan di
usus menurun

Diare

Distensi abdomen
Peningkatan
asam lambung

Anoreksia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kelemahan otot

Intoleransi aktifitas

DS :
Diare

a) Nenek klien mengatakan


selama masuk rumah sakit
Distensi abdomen
cucunya
belum
pernah
Peningkatan
mandi, keramas, sikat gigi
asam lambung
dan potong kuku.

Anoreksia
b) Nenek klien mengatakan
aktivitas klien dibantu oleh
Ketidakseimbangan
keluarga dan perawat.
nutrisi kurang dari
DO :
kebutuhan tubuh
a) Rambut nampak kusam dan

Kelemahan otot
berminyak serta distribusi

rambut tidak merata.


b) Kulit teraba lengket
Intoleransi aktifitas
c) Gigi nampak kotor

d) Kuku nampak panjang dan


Defisit perawatan diri
kotor
e) Nampak
aktivitas
klien
dibantu oleh keluarga dan
perawat
DS :
Malabsorbsi, infeksi,
a) Nenek klien mengatakan
kegagalan melakukan
cemas dan khawatir dengan
sintesis protein
keadaan
dan
kondisi

cucunya saat ini.


Intake kurang dari
b) Nenek klien mengatakan
kebutuhan

belum mengetahui penyakit


anaknya.
Defisiensi kalori & protein

Defisit perawatan
diri

Kecemasan
keluarga

86

7.

8.

DO :

a) Nenek klien nampak cemas


Marasmus
dan gelisah.

b) Nampak nenek klien selalu Perubahan status kesehatan


bertanya-tanya
tentang

penyakit
yang
dialami
Kurang terpaparnya
cucunya.
informasi
c) Nenek
klien
nampak

bingung
jika
ditanya
Kurang pengetahuan
mengenai penyakit klien
tentang penyakit

Koping tidak efektif

Stress psikologis

Kecemasan keluarga
DS : Malabsorbsi, infeksi,
DO :
kegagalan melakukan
sintesis protein
a) Kulit nampak keriput seperti

orang tua dan turgor kulit


Intake kurang dari
jelek
kebutuhan
a) Nampak ada kemerahan

pada bagian punggung


belakang.
Defisiensi kalori dan
protein
b) Klien nampak lemah dan
Hilangnya
berbaring di atas tempat
lemak dibantalan
tidur.
kulit

Turgor kulit menurun dan


keriput

Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko infeksi berhubungan
Malabsorbsi, infeksi,
dengan daya tahan tubuh
kegagalan melakukan
sintesis protein
menurun, di tandai dengan :
DS :
DO :
Intake kurang dari
kebutuhan
a) Nampak ada kemerahan
pada bagian punggung

belakang.
Defisiensi kalori dan
protein

Daya tahan tubuh menurun

Keadaan umum lemah

Portal of entry

Resiko infeksi

Resiko
Kerusakan
integritas kulit

Resiko infeksi

87

d. Prioritas Masalah
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
dan eletrolit berlebih (diare), ditandai dengan :
DS :
a)

Nenek klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari


dengan konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta
berwarna kehijauan.

DO :
a)

Mukosa bibir kering

b) Mata nampak cekung


c)

Kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek

d) CRT > 3 detik


e)

Klien nampak lemah

2) Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang, ditandai dengan :


DS :
a)

Nenek klien mengatakan nafsu makan cucunya menurun.

DO :
a)

Nampak porsi makan tidak di habiskan, hanya porsi


dihabiskan.

b) Nampak nafsu makan menurun.


c)

Lingkar lengan atas : 11 cm

d) Lingkar perut : 42 cm

88

e)

BMI : 17,36 kg/m (kurus)

f)

Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti


rambut jagung.

g)

Rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut


tidak merata.

3) Keterlambatan

pertumbuhan

dan

perkembangan

berhubungan

dengan malnutrisi, di tandai dengan :


DS :
a)

Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan klien


lambat dan tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya.

b) Nenek klien juga mengatakan bahwa pertumbuhan dan


perkembangan klien berbeda dengan tahapan perkembangan
saudaranya.
DO :
a)

Nampak terdapat atropi otot pada kedua ekstremitas dan pantat


begi.

b) Nampak pertumbuhan dan perkembangan terganggu.


4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, ditandai
dengan :
DS :
a)

Nenek klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh keluarga


dan perawat.

89

DO :
a)

Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat tidur

b) Konjungtiva anemis
c)

Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

d) Kekuatan otot 4 4
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit, ditandai
dengan :
DS :
a)

Nenek klien mengatakan selama masuk rumah sakit cucunya


belum pernah mandi, keramas, sikat gigi dan potong kuku.

b) Nenek klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh keluarga


dan perawat.
DO :
a)

Rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut


tidak merata.

b) Kulit teraba lengket


c)

Gigi nampak kotor

d) Kuku nampak panjang dan kotor


e)

Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

6) Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan


keluarga tentang penyakit klien, ditandai dengan :

90

DS :
a)

Nenek klien mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan


dan kondisi cucunya saat ini.

b) Nenek klien mengatakan belum mengetahui penyakit anaknya.


DO :
a)

Nenek klien nampak cemas dan gelisah.

b) Nampak nenek klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit


yang dialami cucunya.
c)

Nenek klien nampak bingung jika ditanya mengenai penyakit


klien.

7) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring


lama, ditandai dengan :
DS : DO :
a)

Kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek

b) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung belakang.


c)

Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat tidur.

8) Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun,


di tandai dengan :
DS : DO :
a)

Nampak ada kemerahan pada bagian punggung belakang.

91

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dan
eletrolit berlebih (diare), ditandai dengan :
DS :
1)

Nenek klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari


dengan konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta
berwarna kehijauan.

DO :
1) Mukosa bibir kering
2) Mata nampak cekung
3) Kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek
4) CRT > 3 detik
5) Klien nampak lemah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, ditandai dengan :
DS :
1) Nenek klien mengatakan nafsu makan cucunya menurun.
DO :
1) Nampak porsi makan tidak di habiskan, hanya porsi
dihabiskan.
2) Nampak nafsu makan menurun.
3) Lingkar lengan atas : 11 cm
4) Lingkar perut : 42 cm

92

5) BMI : 17,36 kg/m (kurus)


6)

Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti rambut


jagung.

7) Rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut


tidak merata.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi, di tandai dengan :
DS :
1)

Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan klien


lambat dan tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya.

2) Nenek

klien

juga

mengatakan

bahwa

pertumbuhan

dan

perkembangan klien berbeda dengan tahapan perkembangan


saudaranya.
DO :
1)

Nampak terdapat atropi otot pada kedua ekstremitas dan pantat


begi.

2) Nampak pertumbuhan dan perkembangan terganggu.


d. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan otot, ditandai

dengan :
DS :
1) Nenek klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
perawat.

93

DO :
1) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat tidur
2) Konjungtiva anemis
3) Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
4) Kekuatan otot 4 4
4 4
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit, ditandai
dengan :
DS :
1) Nenek klien mengatakan selama masuk rumah sakit cucunya
belum pernah mandi, keramas, sikat gigi dan potong kuku.
2) Nenek klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
perawat.
DO :
1) Rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut
tidak merata.
2) Kulit teraba lengket
3) Gigi tampak kotor.
4) Kuku nampak panjang dan kotor
5) Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit klien, ditandai dengan :

94

DS :
1) Nenek klien mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan dan
kondisi cucunya saat ini.
2) Nenek klien mengatakan belum mengetahui penyakit anaknya.
DO :
1) Nenek klien nampak cemas dan gelisah.
2) Nampak nenek

klien selalu bertanya-tanya tentang

penyakit

yang dialami cucunya.


3) Nenek klien nampak bingung jika ditanya mengenai penyakit
klien.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, ditandai dengan :
DS : DO :
1) Kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek
2) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung belakang.
3) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat tidur.
h. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun,
di tandai dengan :
DS : DO :
1) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung belakang.

95

3.

Perencanaan
Nama

: Anak S

Tanggal Masuk RS

: 28 Februari 2016

Umur

: 5 Tahun

Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2016

Jenis kelamin

: Perempuan

Ruang

: Kenanga Lantai I

Alamat

: Majalaya

Diagnosa

: Marasmus

Tabel 15. Rencana Asuhan Keperawatan


No

Diagnosa Keperawatan

1
1.

2
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan dengan hilangnya
cairan dan eletrolit berlebih
(diare), ditandai dengan :
DS :
a) Nenek
klien
mengatakan
cucunya BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi
feses cair, berbusa dan
berampas serta berwarna
kehijauan.
DO :
a) Mukosa bibir kering
b) Mata nampak cekung
c) Kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit
jelek

Tujuan
3
Setelah di berikan tindakan
Keperawatan selama 3 hari,
di harapkan
klien dapat
mempertahankan
keseimbangan cairan dan
elektrolit secara maksimal,
dengan kriteria :
1) Turgor kulit elastis (baik)
2) Mukosa bibir lembab
3) Mata tidak cekung
4) CRT < 3 detik.

Rencana Asuhan Keperawatan


Intervensi
4
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan
cairan dan elektrolit.
2) Observasi TTV klien

Rasional
5
1) Penurunan sirkulasi volume
cairan menyebabkan kekeringan
mukosa bibir dan menentukan
intervensi selanjutnya.
2) Untuk
mmengetahui
tingkat
perkembangan klien

3) Pantau intake dan output cairan, catat 3) Untuk memberikan informasi


tentang keadekuatan volume
warna urine dan hitung balance
cairan
dan
kebutuhan
cairan.
penggantian.
4) Anjurkan nenek klien untuk memberi 4) Untuk mengganti cairan yang
hilang sehingga dapat mencegah
minum banyak.
terjadinya dehidrasi.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan 5) Mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang secara oral.
parenteral dan obat yang dianjurkan
dokter.

96

d) CRT > 3 detik


b) Klien nampak lemah.
2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan intake yang
kurang, ditandai dengan :
DS :
a) Nenek klien mengatakan
nafsu
makan
cucunya
menurun.
DO :
a) Nampak porsi makan tidak di
habiskan, hanya porsi
dihabiskan.
b) Nampak
nafsu
makan
menurun.
c) Lingkar lengan atas : 11 cm
d) Lingkar perut : 42 cm
e) BMI : 17,36 kg/m (kurus)
f) Rambut nampak tipis, jarang,
kaku dan kemerahan seperti
rambut jagung.
g) Rambut nampak kusam dan
berminyak serta distribusi
rambut tidak merata.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3 hari,
kebutuhan nutrisi menjadi
adekuat dengan kriteria:
1) Nafsu makan meningkat
2) Berat badan dalam batas
normal (18,5 - 25,0
kg).
3) Porsi makan dihabiskan
4) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi

1) Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien

2)
3)
4)

5)
6)

1) Untuk mengetahui kebutuhan


nutrisi klien sehingga dapat
menentukan
intervensi
selanjutnya.
Anjurkan kepada nenek klien untuk 2) Untuk mencukupi kebutuhan
memberikan makanan yang cukup
nutrisi klien.
gizi dengan porsi kecil tapi sering.
Timbang berat badan pasien setiap 3) ndikator kebutuhan nutrisi atau
hari.
pemasukan yang adekuat.
Berikan HE kepada nenek klien 4) Pendidikan
kesehatan
dapat
tentang nutrisi yang baik untuk anak
memberikan
pengetahuan
usia 5 tahun.
tentang kebutuhan nutrisi yang
baik untuk anak sesuai dengan
tahapan usia.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 5) Bermanfaat untuk menentukan
kegunaan atau kebutuhan kalori
pemberian nutrisi tinggi kalori dan
dengan tepat.
tinggi protein.
Berkolaborasi
dengan
dokter 6) Vitamin dapat merangsang nafsu
makan
pemberian vitamin

97

3.

Keterlambatan pertumbuhan dan


perkembangan
berhubungan
dengan malnutrisi, di tandai
dengan :
DS :
a) Nenek klien
mengatakan
pertumbuhan
dan
perkembangan klien lambat
dan tidak sesuai dengan
perkembangan
anak
seusianya.
b) Nenek klien juga mengatakan
bahwa
pertumbuhan
dan
perkembangan klien berbeda
dengan
tahapan
perkembangan saudaranya.
DO :
a) Nampak terdapat atropi otot
pada kedua ekstremitas dan
pantat begi.
b) Nampak pertumbuhan dan
perkembangan terganggu

Setelah di berikan tindakan


Keperawatan selama 4 hari, di
harapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak
baik
dengan kriteria :
1) Anak
dapat
berfungsi
optimal sesuai dengan
tingkat usia
2) Kematangan fisik yaitu
tinggi badan dan berat
badan sesuai usia.
3) Status nutrisi seimbang

1) Kaji faktor Penyebab gangguan


perkembangan anak.
2) Kaji tingkat perkembangan anak

1) Agar tindakan yang dilakukan


lebih tepat dan akurat.
2) Untuk
mengetahui
tingkat
perkembangan anak.
3) Ajarkan pada orang tua tentang tugas 3) Untuk menstimulasi anak sesuai
perkembangan anak sesuai dengan
dengan kelompok usianya.
kelompok usia.
4) Berikan pasien makanan yang tinggi 4) Agar perkembangan mental anak
kalori dan tinggi protein serta
tidak mengalami pemberhentian
makanan dan minuman bergizi yang
atau kemunduran.
mudah dikonsumsi.
5) Berikan mainan sesuai dengan usia 5) Untuk meminimalkan dampak
anak
hospitalisasi pada anak.

98

4.

Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan otot, ditandai
dengan :
DS :
a) Nenek
klien
mengatakan
aktivitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat.
DO :
a) Klien nampak lemah dan
berbaring di atas tempat tidur.
b) Konjungtiva anemis
c) Nampak
aktivitas
klien
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
d) Kekuatan otot 4 4
4 4

Setelah di berikan tindakan 1) Observasi tingkat kelemahan klien


keperawatan selama 4 hari, di
harapkan
klien
dapat
melakukan aktivitas sendiri, 2) Kaji kemampuan toleransi aktivitas
dengan kriteria :
klien
1) Klien dapat melakukan
aktivitas sendiri
3) Identifikasi
faktor
yang
2) Tidak terjadi kelemahan
menimbulkan kelemahan.
otot.
4) Berikan HE tentang pembatasan
aktivitas.

1) Untuk mengetahui seberapa besar


tingkat kelemahan yang dialami
klien
2) Dapat menghindarkan klien dari
cedera
sehingga
tidak
menimbulkan masalah baru
3) Untuk membatasi kegiatan klien
yang
dapat
menimbulkan
kelemahan
4) Untuk memberikan pemahaman
tentang pentingnya pembatasan
aktivitas.

5.

Defisit
perawatan
diri
berhubungan dengan proses
penyakit, ditandai dengan :
DS :
a) Nenek
klien
mengatakan
selama masuk rumah sakit
cucunya belum pernah mandi,
keramas, sikat gigi dan
potong kuku.
b) Nenek
klien
mengatakan
aktivitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat.
DO :
a) Rambut nampak kusam dan
berminyak serta distribusi
rambut tidak merata.
b) Kulit teraba lengket

Setelah di berikan tindakan


Keperawatan selama 4 hari, di
harapkan perawatan diri klien
dapat
terpenuhi,
dengan
kriteria :
1) Keluarga klien dapat
memenuhi
dan
mempertahankan
kebersihan diri
klien
secara mandiri.
2) Klien nampak bersih dan
terlihat segar
3) Rambut nampak bersih
4) Gigi nampak bersih
5) Kuku nampak pendek dan
bersih.

1) Untuk mengetahui kemampuan


keluarga
sehingga
dapat
merencanakan apa yang harus
dilakukan selajutnya.
2) Bantuan
perawat
dapat
memberikan kemudahan bagi
pasien dan keluarga sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan
pasien dan keluarga.
3) Memberikan support dan dapat
memberikan kepercayaan diri
keluarga untuk tetap enjaga
kebersihan diri dan kesehatan
klien.
4) Agar keluatga klien memahami
tentang pentingnya perawatan diri
terhadap kesehatan tubuh.

1) Observasi kemampuan dan hambatan


keluarga dalam perawatan diri klien
2) Bantu keluarga dalam melakukan
perawatan diri kepada klien.

3) Berikan
reinforcement
kepada
keluarga klien jika dapat melakukan
perawatan diri klien.
4) Berikan HE pada keluarga klien
tentang pentingnya perawatan diri.

99

6.

7.

c) Gigi nampak kotor


d) Kuku nampak panjang dan
kotor.
e) Nampak
aktivitas
klien
dibantu oleh keluarga dan
perawat
Kecemasan keluarga berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
keluarga tentang penyakit klien,
ditandai dengan :
DS :
a) Nenek
klien
mengatakan
cemas dan khawatir dengan
keadaan dan kondisi cucunya
saat ini.
b) Nenek
klien
mengatakan
belum mengetahui penyakit
anaknya.
DO :
a) Nenek klien nampak cemas
dan gelisah.
b) Nampak nenek klien selalu
bertanya-tanya
tentang
penyakit
yang
dialami
cucunya.
c) Nenek klien nampak bingung
jika
ditanya
mengenai
penyakit klien.
Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baring
lama, ditandai dengan :
DS : -

Setelah di berikan tindakan


1) Identifikasi
tingkat
kecemasan 1) Sebagai data dasar untuk
Keperawatan selama 4 hari, di
keluarga klien.
menetukan intervensi selanjutnya.
harapkan
ansietas
dapat 2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga 2) Untuk mengetahui sejauh mana
teratasi, dengan kriteria :
tentang penyakit klien.
pemahaman
keluarga
klien
1) Nenek klien tidak cemas. 3) Berikan kesempatan pada keluarga
terhadap penyakitnya.
klien
untuk
mengungkapkan 3) Memberi
2) Nampak nenek
klien
kesempatan
untuk
perasaannya terkait penyakit klien.
tenang dan rileks.
menerima
masalah
dan
3) Keluarga mulai paham
menurunkan ansietas sampai ke
tentang penyakit anak.
tingkat yang dapat diterima.
4) Teknik
relaksasi
dapat
4) Ajarkan keluarga klien teknik
menurunkan ketegangan otot
relaksasi.
sehingga klien merasa tenang
dan
dapat
mengurangi
kecemasan.
5) Untuk menambah pengetahuan
5) Beri HE kepada keluarga klien
keluarga klien sehingga dapat
memahami
dan
mengetahui
tentang penyakit yang dialami klien.
penyakit klien.

Setelah di berikan tindakan


Keperawatan selama 3 hari,
di harapkan
kerusakan
integritas kulit tidak terjadi,
dengan kriteria :
1) Tidak terjadi kemerahan.

1) Observasi keadaan integritas kulit


terutama daerah yang menonjol
2) Anjurkan
keluarga
untuk
menggunakan pakaian yang longgar

1) Penekanan yang terlalu lama


beresiko
terjadinya
iskemia
stimulasi sirkulasi mencegah
kerusakan integritas kulit.
2) Menghindari dermal langsung
dan meningkatkan evaporasi

100

DO :
1) Tidak terdapat adanya
a) Kulit nampak keriput seperti
luka
pada
punggung
orang tua dan turgor kulit
belakang.
jelek
2) Tidak ada tanda-tanda
b) Nampak ada kemerahan pada
iritasi
bagian punggung belakang.
c) Klien nampak lemah dan
berbaring di atas tempat tidur.

8.

Resiko
infeksi
berhubungan
dengan daya
tahan
tubuh
menurun, di tandai dengan :
DS : DO :
a) Nampak ada kemerahan pada
bagian punggung belakang.

Setelah di berikan tindakan


Keperawatan selama 3 hari,
di harapkan, tidak terjadi
infeksi.dengan kriteria :
1) klien bebas dari tanda dan
gejala
infeksi
seperti
kemerahan, panas dan
lainlain.
2) Menunjukan kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya infeksi.

3) Ubah posisi klien tiap 2 jam dengan


posisi miring dan terlentang.
4) Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.
5) Masase/oleskan lotion/minyak kayu
putih atau baby oil pada daerah
punggung.
6) Beri penjelasan pada keluarga klien
tentang pentingnya mobilisasi.

3)

1) Observasi tanda tanda vital pasien


terutama suhu tubuh

1)

2) Monitor adanya tanda-tanda infeksi.

2)

3) Anjurkan
pada
keluarga
dan
pengunjung untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
4) Batasi pengunjung

3)

5) Ajarkan keluarga tanda dan gejala


infeksi.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotik.

4)
5)
6)

lembab pada kulit sehingga tidak


terjadi
iritasi
yang
dapat
mencegah kerusakan kulit
Membantu menurunkan resiko
terjadinya iskemia jaringan
Mencegah terjadinya kerusakan
pada kulit,
Membantu
meningkatkan
sirkulasi dan menjaga kebersihan
dan kenyamanan pada kulit.
Menambah pengetahuan keluarga
sehingga dapat terlibat aktif
dalam perawatan.
Tanda tanda vital pasien dapat
meningkat terutama suhu tubuh
apabila terjadi infeksi pada pasien
Memonitor adanya tanda-tanda
infeksi
dapat
memberikan
tindakan lebih cepat untuk
menanganinya.
Untuk
menurunkan
resiko
kontaminasi silang dan infeksi.

4) Untuk mencegah kontaminasi


silang dari pengunjung.
5) Untuk menambah pengetahuan
keluarga tentang penyakit yang
dialami klien.
6) Antibiotik dapat berguna secara
profilaktik
untuk
mencegah
infeksi.

101

4. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 16. Implementasi dan Evaluasi
Hari/
Jam
Implementasi
No.
DX
tanggal
1. Rabu, 02 07.30
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan
Maret
elektrolit.
2016
Hasil :
a) Mukosa bibir kering
b) Mata nampak cekung
c) Turgor kulit jelek
d) CRT > 3 detik
e) Nenek klien mengatakan cucunya masih BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair,
berbusa dan berampas serta berwarna kehijauan.
2) Mengobservasi TTV dengan cara :
08.00
Mengukur tekanan
darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan, menghitung
denyut nadi selama 60 detik (4 x 15 detik) pada arteri
radialis bagian pergelangan tangan kiri, mengukur
suhu tubuh dengan menggunakan termometer air raksa
pada bagian axila kanan selama 5-10 menit,
menghitung pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik)
dengan melihat pergerakan dinding thoraks.
Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
3) Memantau intake dan output cairan dengan mencatat
08.15
warna urine dan menghitung balance cairan.

Hari/
Tanggal
Rabu, 02
Maret
2016

Jam
13.20

Evaluasi

Paraf

S:
Nenek
klien
mengatakan
cucunya masih BAB lebih dari
3 kali sehari.
O:
1) Mukosa bibir kering
2) Mata nampak cekung
3) Turgor kulit belum elastis
(jelek).
4) CRT > 3 detik
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
&5

102

2.

Rabu, 02
Maret
2016

08.20

4)

09.00

5)

09.10

1)

09.14

2)

09.15

3)

Hasil :
a) IWL = 15 x BB / 24 jam
15 x 9 / 24
135 / 24 = 5,6 cc (kurang).
b) Klien nampak kekurangan cairan (normal IWL
pada anak usia lima tahun = 8-8,6 cc).
Menganjurkan nenek klien untuk memberi minum
banyak.
Hasil :
a) Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran yang
diberikan
b) Klien minum + 500 cc
Memberikan cairan parenteral dan obat yang
dianjurkan dokter.
Hasil :
a) Nampak terpasang IVFD N4 4 tpm
b) Zinc 20 mg tablet di berikan PO
Mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi klien
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan nafsu makan kllien
menurun
b) Klien tampak mengkonsumsi bubur + telur tetapi
hanya porsi di habiskan.
c) Nampak nafsu makan menurun.
Menganjurkan kepada nenek klien untuk memberikan
makanan yang cukup gizi dengan porsi kecil tapi
sering.
Hasil :
Nenek klien tampak kooperatif dengan saran yang di
berikan oleh perawat.
Menimbang berat badan pasien setiap hari.
Hasil :
BMI = 17,36 (kurus)

Rabu, 02
Maret
2016

13.30

S:
Nenek klien mengatakan nafsu
makan klien menurun
O:
1) Klien
tampak
mengkonsumsi bubur +
telur tetapi hanya porsi di
habiskan.
2) Nampak
nafsu
makan
menurun.
3) BB : 9 kg
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
5&6

103

09.30

11.40

09.20

3.

Rabu, 02
Maret
2016

09.50

10.05

4) Memberikan HE kepada nenek klien tentang nutrisi


yang baik untuk anak usia 5 tahun.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
5) Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein.
Hasil :
Klien diberikan makanan diet tinggi kalori dan tinggi
protein
6) Berkolaborasi dengan dokter pemberian vitamin
Hasil :
a) Multivitamin syr diberikan PO
b) As. Folat 1 mg tab diberikan PO
1) Mengkaji faktor Penyebab gangguan perkembangan
anak.
Hasil :
Nenek klien mengatakan tidak mengetahui penyebab
gangguan perkembangan anak S, namun saat nenek
klien ditanya mengenai asupan makanan selama masa
pertumbuhannya, nenek klien mengatakan asupan
nutrisi selama masa pertumbuhan klien tidak tercukupi
dimana klien hanya makan seadanya karena kondisi
ekonomi keluarga.
2) Mengkaji tingkat perkembangan anak
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien lambat dan tidak sesuai
dengan perkembangan anak seusianya.
b) Wajah nampak seperti orang tua
c) Kulit nampak keriput
d) Status nutrisi belum seimbang
e) BB : 9 kg
f) TB : 72 cm

Rabu, 02
Maret
2016

13.35

S:
1) Nenek klien mengatakan
pertumbuhan
dan
perkembangan klien lambat
dan tidak sesuai dengan
perkembangan
anak
seusianya.
2) Nenek klien mengatakan
asupan nutrisi selama masa
pertumbuhan klien tidak
tercukupi dimana klien
hanya makan seadanya
karena kondisi ekonomi
keluarga.
O:
1) Wajah nampak seperti orang
tua
2) Kulit nampak keriput
3) Status
nutrisi
belum
seimbang

104

10.10

11.45

10.45
4.

Rabu, 02
Maret
2016

11.00

11.05

11.10

3) Mengajarkan pada orang tua tentang tugas


perkembangan anak sesuai dengan kelompok usia.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
4) Memberikan pasien makanan yang tinggi kalori dan
tinggi protein serta makanan dan minuman bergizi
yang mudah dikonsumsi.
Hasil :
Klien diberikan makanan diet tinggi kalori dan tinggi
protein.
5) Memberikan mainan sesuai dengan usia anak.
Hasil :
Nampak ada mainan baru (boneka).
1) Mengobservasi tingkat kelemahan klien
Hasil :
a) Klien nampak lemah
b) Kekuatan otot 4 4
4 4
2) Mengkaji kemampuan toleransi aktivitas klien
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan klien belum dapat
melakukan aktivitas sendiri.
b) Nampak aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan
perawat.
c) Nampak klien belum dapat melakukan aktivitas
sendiri
3) Mengidentifikasi
faktor
yang
menimbulkan
kelemahan.
Hasil :
Nenek klien mengatakan kelemahan yang alami
cucunya disebabkan karena diare dan nafsu makan
menurun

4) BB : 9 kg
5) TB : 72 cm
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3 & 4.

Rabu, 02
Maret
2016

13.40

S :
Nenek klien mengatakan klien
belum
dapat
melakukan
aktivitas sendiri.
O:
1) Nampak aktivitas klien di
bantu oleh keluarga dan
perawat.
2) Nampak klien belum dapat
melakukan aktivitas sendiri
3) Klien nampak lemah
4) Kekuatan otot 4 4
4 4
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 & 4

105

11.15

5.

Rabu, 02
Maret
2016

07.40

07.45

07.48

07.50

4) Memberikan HE tentang pembatasan aktivitas.


Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran yang
dianjurkan oleh perawat.
1) Mengobservasi kemampuan dan hambatan keluarga
dalam perawatan diri klien.
Hasil :
a) Keluarga klien mengatakan belum dapat
melakukan perawatan secara mandiri karena takut
dengan kondisi anak.
b) Keluarga klien masih nampak bingung untuk
melakukan perawatan secara mandiri kepada anak
2) Membantu keluarga dalam melakukan perawatan diri
kepada klien.
Hasil :
Keluarga klien tidak kooperatif karena belum
memahami pentingnya perawatan diri terhadap
kesehatan anak
3) Memberikan reinforcement kepada keluarga klien jika
dapat melakukan perawatan diri klien.
Hasil :
Keluarga klien belum dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri.
4) Memberikan HE pada keluarga klien tentang
pentingnya perawatan diri.
Hasil :
Keluarga klien nampak kooperatif dan memahami
pentingnya perawatan diri untuk kesehatan anak.

Rabu, 02
Maret
2016

13.45

S:
Keluarga klien mengatakan
belum
dapat
melakukan
perawatan
secara
mandiri
karena takut dengan kondisi
anak.
O:
1) Keluarga
klien
masih
nampak bingung untuk
melakukan perawatan secara
mandiri kepada anak.
2) Keluarga klien belum dapat
melakukan perawatan diri
secara mandiri.
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intevensi 1, 2, 3 & 4.

106

6.

Rabu, 02
Maret
2016

09.40

09.45

09.48

10.08

10.35

1) Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga klien.


Hasil :
a) Nenek klien mengatakan cemas dan khawatir
dengan keadaan dan kondisi cucunya saat ini.
b) Nampak nenek klien berada pada tingkat
kecemasan sedang ditandai dengan ketegangan
otot, ekspresi wajah nampak tegang, nenek klien
nampak gelisah dan konsentrasi kurang dimana
nenek klien nampak bingung jika ditanya mengenai
penyakit klien.
2) Mengkaji tingkat pengetahuan
keluarga tentang
penyakit klien.
Hasil :
a) Nampak nenek klien selalu bertanya-tanya tentang
penyakit yang dialami cucunya.
b) Nenek klien nampak bingung jika ditanya
mengenai penyakit klien
3) Memberikan kesempatan pada keluarga klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Hasil :
Keluarga klien dapat mengungkapkan perasaannya
4) Mengajarkan keluarga klien teknik relaksasi dengan
cara menganjurkan keluarga klien melakukan teknik
napas dalam yaitu dengan menghirup udara melalui
hidung kemudian dihembuskan secara perlahan
lahan melalui mulut selama + 1 menit.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengikuti ajaran yang
diberikan.
5) Memberikan HE kepada keluarga klien tentang
penyakit yang dialami klien.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.

Rabu, 02
Maret
2016

13.55

S:
Nenek klien mengatakan cemas
dan khawatir dengan keadaan
dan kondisi cucunya saat ini.
O:
1) Nampak nenek klien berada
pada tingkat kecemasan
sedang ditandai dengan
ketegangan
otot
dan
ekspresi wajah nampak
tegang.
2) Nenek klien nampak gelisah
3) Nampak nenek klien selalu
bertanya-tanya
tentang
penyakit
yang
dialami
cucunya.
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4 & 5

107

7.

Rabu, 02
Maret
2016

11.20

11.25

11.30

11.35

11.40

11.45

1) Mengobservasi keadaan integritas kulit terutama


daerah yang menonjol
Hasil :
a) Warna kulit sawo matang
b) Kulit nampak keriput
c) Turgor kulit jelek
d) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang.
d) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat
tidur.
e) Nenek klien mengatakan klien lemah dan hanya
berbaring di atas tempat tidur.
2) Menganjurkan keluarga untuk menggunakan pakaian
yang longgar
Hasil :
Keluarga nampak kooperatif dan mengikuti saran yang
diberikan
3) Mengubah posisi klien tiap 2 jam dengan posisi mika
miki dan terlentang.
Hasil :
Klien merasa lebih nyaman dengan posisi yang
diberikan.
4) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
Hasil :
a) Kulit nampak keriput dan kering
b) Turgor kulit jelek dan teraba lengket
c) Warna kulit sawo matang
5) Mengoleskan minyak kayu putih pada daerah
punggung dengan cara memutar.
Hasil :
Klien merasa nyaman setelah dimasase pada daerah
punggung yang tertekan.
6) Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang
pentingnya mobilisasi.

Rabu, 02
Maret
2016

14.00

S:
Nenek klien mengatakan klien
lemah dan hanya berbaring di
atas tempat tidur.
O:
1) Nampak ada kemerahan
pada
bagian
punggung
belakang.
2) Kulit nampak keriput dan
kering
3) Turgor kulit jelek dan teraba
lengket
4) Klien nampak lemah dan
berbaring di atas tempat
tidur.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4 & 5

108

8.

Rabu, 02
Maret
2016

12.15

12.20

12.25

Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
1) Mengobservasi TTV dengan cara :
Mengukur tekanan
darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan, menghitung
denyut nadi selama 60 detik (4 x 15 detik) pada arteri
radialis bagian pergelangan tangan kiri, mengukur
suhu tubuh dengan menggunakan termometer air raksa
pada bagian axila kanan selama 5-10 menit,
menghitung pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik)
dengan melihat pergerakan dinding thoraks.
Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
2) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi.
Hasil :
a) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang
b) Kulit nampak keriput dan kering
c) SGOT : 41 U/mL
d) SGPT : 42 U/mL
e) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah
mendapatkan imunisasi.
3) Menganjurkan pada keluarga dan pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran yang
diberikan.

Rabu, 02
Maret
2016

14.05

S:
Nenek klien mengatakan klien
tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
O:
1) Nampak ada kemerahan
pada
bagian
punggung
belakang.
2) SGOT : 41 U/mL
3) SGPT : 42 U/mL
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4, 5
& 6.

109

12.28

12.30

13.10

4) Membatasi pengunjung
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran yang
diberikan.
5) Mengajarkan keluarga tanda dan gejala infeksi.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
6) Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotik.
Hasil :
a) Ampicilin 1,8 cc diberikan per IV
b) Gentamisin 2 cc diberikan per IV

110

5. Catatan Perkembangan
Tabel 17. Catatan Perkembangan
No
Hari/ Tgl
Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
Dx
1
Kamis, 03
07.10 S :
Maret
.
Nenek klien mengatakan cucunya sudah tidak BAB
2016
lebih dari 3 kali sehari.
07.15 O :
1) Mukosa bibir masih kering
2) Mata nampak masih cekung
3) Turgor kulit belum elastis (jelek).
4) CRT > 3 detik
07.20 A : Tujuan tercapai sebagian
07.25 P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 & 5
I :
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan
07.30
elektrolit.
Hasil :
a) Mukosa bibir masih kering
b) Mata nampak masih cekung
c) Turgor kulit jelek
d) CRT > 3 detik
e) Nenek klien mengatakan cucunya sudah tidak
BAB lebih dari 3 kali sehari.
2) Mengobservasi TTV dengan cara :
07.35
Mengukur tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan,
menghitung denyut nadi selama 60 detik (4 x 15
detik) pada arteri radialis bagian pergelangan
tangan kiri, mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer air raksa pada bagian
axila kanan selama 5-10 menit, menghitung
pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik) dengan
melihat pergerakan dinding thoraks.
Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
3) Memantau intake dan output cairan dengan
07.40
mencatat warna urine dan menghitung balance
cairan.
Hasil :
Memantau intake dan output cairan dengan
mencatat warna urine dan menghitung balance
cairan.
Hasil :
a) IWL = 15 x BB / 24 jam
15 x 9 / 24
135 / 24 = 5,6 cc (kurang).
b) Klien nampak kekurangan cairan (normal IWL
pada anak usia lima tahun = 8-8,6 cc).

111

07.50

13.10

2.

Kamis, 03
Maret
2016

07.45
07.50

07.55
08.00
08.05

08.10

08.15
08.20

11.40

09.20

09.25

4) Menganjurkan nenek klien untuk memberi minum


banyak.
Hasil :
a) Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan
b) Klien minum + 500 cc
5) Memberikan cairan parenteral dan obat yang
dianjurkan dokter.
Hasil :
a) Nampak terpasang IVFD N4 4 tpm
b) Zinc 20 mg tablet di berikan PO
E : Masalah teratasi.
S:
Nenek klien mengatakan nafsu makan klien masih
menurun
O:
1) Klien tampak mengkonsumsi bubur + telur tetapi
hanya porsi di habiskan.
2) Nampak nafsu makan menurun.
3) Klien nampak kurus
4) BB : 9 kg
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5 & 6
I :
1) Mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi klien
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan nafsu makan kllien
menurun
b) Klien tampak mengkonsumsi bubur + telur
tetapi hanya porsi di habiskan.
c) Nampak nafsu makan menurun.
d) Klien nampak kurus
2) Menganjurkan kepada nenek klien untuk
memberikan makanan yang cukup gizi dengan
porsi kecil tapi sering.
Hasil :
Nenek klien tampak kooperatif dengan saran yang
di berikan oleh perawat.
3) Menimbang berat badan pasien setiap hari.
Hasil :
BMI = 17,36 kg (kurus)
4) Memberikan HE kepada nenek klien tentang nutrisi
yang baik untuk anak usia 5 tahun.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
5) Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein.
Hasil : Klien diberikan makanan diet tinggi kalori
dan tinggi protein
6) Berkolaborasi dengan dokter pemberian vitamin
Hasil :
a) Multivitamin syr diberikan PO
b) As. Folat 1 mg tab diberikan PO
E : Masalah belum teratasi

112

3.

Kamis, 03
Maret
2016

09.45

S:
1) Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien lambat dan tidak sesuai
dengan perkembangan anak seusianya.
2) Nenek klien mengatakan asupan nutrisi selama
masa pertumbuhan klien tidak tercukupi dimana
klien hanya makan seadanya karena kondisi
ekonomi keluarga.

09.54

09.58
10.02
10.08

10.12

10.18

10.25

10.30

O:
1) Wajah nampak seperti orang tua
2) Kulit nampak keriput
3) Status nutrisi belum seimbang
4) BB : 9 kg
5) TB : 72 cm
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3 & 4.
I :
1) Mengkaji
faktor
Penyebab
gangguan
perkembangan anak.
Hasil :
Nenek klien mengatakan tidak mengetahui
penyebab gangguan perkembangan anak S, namun
saat nenek klien ditanya mengenai asupan makanan
selama masa pertumbuhannya, nenek klien
mengatakan asupan nutrisi selama masa
pertumbuhan klien tidak tercukupi dimana klien
hanya makan seadanya karena kondisi ekonomi
keluarga.
2) Mengkaji tingkat perkembangan anak
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien lambat dan tidak sesuai
dengan perkembangan anak seusianya.
b) Wajah nampak seperti orang tua
c) Kulit nampak keriput
d) Status nutrisi belum seimbang
e) BB : 9 kg
f) TB : 72 cm
3) Mengajarkan pada orang tua tentang tugas
perkembangan anak sesuai dengan kelompok usia.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
4) Memberikan pasien makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein serta makanan dan minuman
bergizi yang mudah dikonsumsi.
Hasil :
Klien diberikan makanan diet tinggi kalori dan
tinggi protein.
E : Masalah belum teratasi

113

4.

Kamis, 03
Maret
2016

08.30

S :
Nenek klien mengatakan klien masih belum dapat
melakukan aktivitas sendiri.

08.35

O:
1) Nampak aktivitas klien masih di bantu oleh
keluarga dan perawat.
2) Nampak klien masih belum dapat melakukan
aktivitas sendiri
3) Klien nampak lemah
4) Kekuatan otot

08.40
08.45
08.50

08.55

08.58

09.05

5.

Kamis, 03
Maret
2016

09.10
09.15
09.20

09.25
09.30
09.35

4 4
4 4
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 & 4.
I :
1) Mengobservasi tingkat kelemahan klien
Hasil :
a) Klien nampak lemah
b) Kekuatan otot 4 4
4 4
2) Mengkaji kemampuan toleransi aktivitas klien
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan klien belum dapat
melakukan aktivitas sendiri.
b) Nampak aktivitas klien di bantu oleh keluarga
dan perawat.
c) Nampak klien belum dapat melakukan aktivitas
sendiri
3) Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan
kelemahan.
Hasil :
Nenek klien mengatakan kelemahan yang alami
cucunya disebabkan karena diare dan nafsu makan
menurun
4) Memberikan HE tentang pembatasan aktivitas.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran yang
dianjurkan oleh perawat.
E : Masalah belum teratasi
S:
Keluarga klien mengatakan belum dapat melakukan
perawatan secara mandiri.
O:
1) Keluarga klien masih nampak bingung untuk
melakukan perawatan secara mandiri kepada anak.
2) Keluarga klien belum dapat melakukan perawatan
diri secara mandiri.
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intevensi 1, 2, 3 & 4.
I :
1) Mengobservasi kemampuan dan hambatan
keluarga dalam perawatan diri klien.
Hasil :
a) Keluarga klien mengatakan belum dapat
melakukan perawatan secara mandiri

114

09.40

09.45

09.55

6.

Kamis, 03
Maret
2016

10.00
10.10
10.15

7.

Kamis, 03
Maret
2016

10.20
10.25
10.30
10.35

10.40
10.45

b) Keluarga klien masih nampak bingung untuk


melakukan perawatan secara mandiri kepada
anak
2) Membantu keluarga dalam melakukan perawatan
diri kepada klien yaitu memandikan klien dengan
menggunakan washlap, sabun dan air hangat, cuci
rambut dengan menggunakan shampo, gosok gigi
dengan menggunakan pasta gigi dan odol, dan
gunting kuku dengan menggunakan pemotong
kuku.
Hasil :
a) Klien nampak bersih dan terlihat segar
b) Rambut nampak bersih
c) Gigi nampak bersih
d) Kuku nampak pendek dan bersih.
e) Keluarga klien nampak kooperatif
f) Keluarga klien belum dapat memenuhi dan
mempertahankan kebersihan diri klien secara
mandiri.
3) Memberikan reinforcement kepada keluarga klien
jika dapat melakukan perawatan diri klien.
Hasil :
Keluarga klien belum dapat melakukan perawatan
diri secara mandiri.
4) Memberikan HE pada keluarga klien tentang
pentingnya perawatan diri.
Hasil :
Keluarga klien nampak kooperatif dan memahami
pentingnya perawatan diri untuk kesehatan anak.
E : Masalah belum teratasi
S:
Nenek klien mengatakan sudah tidak cemas dan
khawatir dengan keadaan dan kondisi cucunya saat ini.
O:
1) Nenek klien tidak cemas.
2) Nampak nenek klien tenang dan rileks.
3) Nampak nenek klien sudah tidak bertanya-tanya
tentang penyakit yang dialami cucunya.
4) Keluarga mulai paham tentang penyakit anak.
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intevensi 1, 2, 3, 4 & 5.
S:
Nenek klien mengatakan klien masih lemah dan hanya
berbaring di atas tempat tidur.
O:
1) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang.
2) Kulit nampak keriput dan kering
3) Turgor kulit jelek dan teraba lengket
4) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat
tidur.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4 & 5

115

I :
10.50

10.55

11.00

11.10

11.15

8.

Kamis, 03
Maret
2016

11.20
11.30
11.35

11.40
11.45
11.50

1) Mengobservasi keadaan integritas kulit terutama


daerah yang menonjol.
Hasil :
a) Warna kulit sawo matang
b) Kulit nampak keriput
c) Turgor kulit jelek
d) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang.
e) Klien nampak lemah dan berbaring di atas
tempat tidur.
f) Nenek klien mengatakan klien masih lemah dan
hanya berbaring di atas tempat tidur.
2) Menganjurkan keluarga untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hasil :
Keluarga nampak kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan
3) Mengubah posisi klien tiap 2 jam dengan posisi
mika miki dan terlentang.
Hasil :
Klien merasa lebih nyaman dengan posisi yang
diberikan.
4) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering.
Hasil :
a) Kulit nampak keriput dan kering
b) Turgor kulit jelek dan teraba lengket
c) Warna kulit sawo matang
5) Mengoleskan minyak kayu putih pada daerah
punggung dengan cara memutar.
Hasil :
Klien merasa nyaman setelah dimasase pada daerah
punggung yang tertekan.
E : Masalah belum teratasi
S :
Nenek klien mengatakan klien tidak pernah
mendapatkan imunisasi.
O:
1) Nampak masih ada kemerahan pada bagian
punggung belakang.
2) SGOT : 41 U/mL
3) SGPT : 42 U/mL
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4, 5 & 6.
I :
1) Mengobservasi TTV dengan cara :
Mengukur tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan,
menghitung denyut nadi selama 60 detik (4 x 15
detik) pada arteri radialis bagian pergelangan
tangan kiri, mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer air raksa pada bagian
axila kanan selama 5-10 menit, menghitung
pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik) dengan

116

11.55

11.58

12.00

12.10

13.10

1.

Jumat, 04
Maret
2016

13.15
07.10
07.15

07.20
07.25
07.30

melihat pergerakan dinding thoraks.


Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
2) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi.
Hasil :
a) Nampak masih ada kemerahan pada bagian
punggung belakang
b) Kulit nampak keriput dan kering
c) SGOT : 41 U/mL
d) SGPT : 42 U/mL
e) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah
mendapatkan imunisasi.
3) Menganjurkan pada keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan.
4) Membatasi pengunjung
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan.
5) Mengajarkan keluarga tanda dan gejala infeksi.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
6) Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotik.
Hasil :
a) Ampicilin 1,8 cc diberikan per IV
b) Gentamisin 2 cc diberikan per IV
E : Masalah belum teratasi
S:
Nenek klien mengatakan cucunya sudah tidak BAB
lebih dari 3 kali sehari.
O:
1) Mukosa bibir masih kering
2) Mata nampak masih cekung
3) Turgor kulit belum elastis (jelek).
4) CRT > 3 detik
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 & 5
I :
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan
elektrolit.
Hasil :
a) Mukosa bibir masih kering
b) Mata nampak masih cekung
c) Turgor kulit belum elastis
d) CRT > 3 detik
e) Nenek klien mengatakan cucunya sudah tidak
BAB lebih dari 3 kali sehari.

117

07.35

07.40

07.50

08.30

2.

Jumat, 04
Maret
2016

13.10
07.45
07.50

07.55
08.00
08.05

2) Mengobservasi TTV dengan cara :


Mengukur tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan,
menghitung denyut nadi selama 60 detik (4 x 15
detik) pada arteri radialis bagian pergelangan
tangan kiri, mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer air raksa pada bagian
axila kanan selama 5-10 menit, menghitung
pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik) dengan
melihat pergerakan dinding thoraks.
Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
3) Memantau intake dan output cairan dengan
mencatat warna urine dan menghitung balance
cairan.
Hasil :
Memantau intake dan output cairan dengan
mencatat warna urine dan menghitung balance
cairan.
Hasil :
a) IWL = 15 x BB / 24 jam
15 x 9 / 24
135 / 24 = 5,6 cc (kurang).
b) Klien nampak kekurangan cairan (normal IWL
pada anak usia lima tahun = 8-8,6 cc).
4) Menganjurkan nenek klien untuk memberi minum
banyak.
Hasil :
a) Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan
b) Klien minum + 500 cc
5) Memberikan cairan parenteral dan obat yang
dianjurkan dokter.
Hasil :
a) Nampak terpasang IVFD N4 4 tpm
b) Zinc 20 mg tablet di berikan PO
E : Masalah teratasi.
S:
Nenek klien mengatakan nafsu makan klien masih
menurun
O:
1) Klien tampak mengkonsumsi bubur + telur tetapi
hanya porsi di habiskan.
2) Nampak nafsu makan menurun.
3) Klien nampak kurus
4) BB : 9 kg
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5 & 6
I :
1) Mengkaji tingkat kebutuhan nutrisi klien

118

08.10

08.15
08.20

11.40

09.20

3.

Jumat, 04
Maret
2016

09.25
09.45

09.54

09.58

10.02
10.08

Hasil :
a) Nenek klien mengatakan nafsu makan kllien
menurun
b) Klien tampak mengkonsumsi bubur + telur
tetapi hanya porsi di habiskan.
c) Nampak nafsu makan menurun.
d) Klien nampak kurus
2) Menganjurkan kepada nenek klien
untuk
memberikan makanan yang cukup gizi dengan
porsi kecil tapi sering.
Hasil :
Nenek klien tampak kooperatif dengan saran yang
di berikan oleh perawat.
3) Menimbang berat badan pasien setiap hari.
Hasil :
BMI = 17,36 kg (kurus)
4) Memberikan HE kepada nenek klien tentang nutrisi
yang baik untuk anak usia 5 tahun.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
5) Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein.
Hasil :
Klien diberikan makanan diet tinggi kalori dan
tinggi protein
6) Berkolaborasi dengan dokter pemberian vitamin
Hasil :
a) Multivitamin syr diberikan PO
b) As. Folat 1 mg tab diberikan PO
E : Masalah belum teratasi
S:
1) Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien masih lambat dan tidak sesuai
dengan perkembangan anak seusianya.
2) Nenek klien mengatakan asupan nutrisi selama
masa pertumbuhan klien tidak tercukupi dimana
klien hanya makan seadanya karena kondisi
ekonomi keluarga.
O:
1) Wajah nampak seperti orang tua
2) Kulit nampak keriput
3) Status nutrisi belum seimbang
4) Klien nampak kurus
5) BB : 9 kg
6) TB : 72 cm
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3 & 4.
I :

10.12

1) Mengkaji
faktor
Penyebab
gangguan
perkembangan anak.
Hasil :
Nenek klien mengatakan tidak mengetahui
penyebab gangguan perkembangan anak S, namun

119

10.18

10.25

10.30

4.

Jumat, 04
Maret
2016

10.35
08.30
08.35

saat nenek klien ditanya mengenai asupan makanan


selama masa pertumbuhannya, nenek klien
mengatakan asupan nutrisi selama masa
pertumbuhan klien tidak tercukupi dimana klien
hanya makan seadanya karena kondisi ekonomi
keluarga.
2) Mengkaji tingkat perkembangan anak
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien masih lambat dan tidak
sesuai dengan perkembangan anak seusianya.
b) Wajah nampak seperti orang tua
c) Kulit nampak keriput
d) Status nutrisi belum seimbang
e) Klien nampak kurus
f) BB : 9 kg
g) TB : 72 cm
3) Mengajarkan pada orang tua tentang tugas
perkembangan anak sesuai dengan kelompok usia.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
4) Memberikan pasien makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein serta makanan dan minuman
bergizi yang mudah dikonsumsi.
Hasil :
Klien diberikan makanan diet tinggi kalori dan
tinggi protein.
E : Masalah belum teratasi
S :
Nenek klien mengatakan klien masih belum dapat
melakukan aktivitas sendiri.
O:
1) Nampak aktivitas klien masih di bantu oleh
keluarga dan perawat.
2) Nampak klien masih belum dapat melakukan
aktivitas sendiri
3) Klien nampak lemah
4) Kekuatan otot

08.40
08.45
08.50

08.55

4 4
4 4
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 & 4.
I :
1) Mengobservasi tingkat kelemahan klien
Hasil :
a) Klien nampak lemah
b) Kekuatan otot 4 4
4 4
2) Mengkaji kemampuan toleransi aktivitas klien
Hasil :
a) Nenek klien mengatakan klien belum dapat
melakukan aktivitas sendiri.
b) Nampak aktivitas klien di bantu oleh keluarga
dan perawat.

120

08.58

09.05

5.

Jumat, 04
Maret
2016

09.10
09.20
09.25

7.

Jumat, 04
Maret
2016

09.35
09.40
10.00
10.05

10.10
10.15
10.20

10.25

c) Nampak klien belum dapat melakukan aktivitas


sendiri
3) Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan
kelemahan.
Hasil :
Nenek klien mengatakan kelemahan yang alami
cucunya disebabkan karena diare dan nafsu makan
menurun
4) Memberikan HE tentang pembatasan aktivitas.
Hasil :
Nenek klien kooperatif dan mengikuti saran yang
dianjurkan oleh perawat.
E : Masalah belum teratasi
S:
Keluarga klien mengatakan sudah dapat melakukan
perawatan secara mandiri.
O:
1) Klien nampak bersih dan terlihat segar
2) Rambut nampak bersih
3) Gigi nampak bersih
4) Kuku nampak pendek dan bersih.
5) Keluarga klien nampak kooperatif
6) Keluarga klien sudah dapat memenuhi dan
mempertahankan kebersihan diri klien secara
mandiri
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intevensi 1, 2, 3 & 4.
S:
Nenek klien mengatakan klien masih lemah dan hanya
berbaring di atas tempat tidur.
O:
1) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang.
2) Kulit nampak keriput dan kering
3) Turgor kulit jelek dan teraba lengket
4) Klien nampak lemah dan berbaring di atas tempat
tidur.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4 & 5
I :
1) Mengobservasi keadaan integritas kulit terutama
daerah yang menonjol.
Hasil :
a) Warna kulit sawo matang
b) Kulit nampak keriput
c) Turgor kulit jelek
d) Nampak ada kemerahan pada bagian punggung
belakang.
e) Klien nampak lemah dan berbaring di atas
tempat tidur.
f) Nenek klien mengatakan klien masih lemah dan
hanya berbaring di atas tempat tidur.
2) Menganjurkan keluarga untuk menggunakan
pakaian yang longgar.

121

10.30

10.35

10.40

8.

Jumat, 04
Maret
2016

10.45
11.30
11.35

11.40
11.45
11.50

11.55

Hasil :
Keluarga nampak kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan
3) Mengubah posisi klien tiap 2 jam dengan posisi
mika miki dan terlentang.
Hasil :
Klien merasa lebih nyaman dengan posisi yang
diberikan.
4) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering.
Hasil :
a) Kulit nampak keriput dan kering
b) Turgor kulit jelek dan teraba lengket
c) Warna kulit sawo matang
5) Mengoleskan minyak kayu putih pada daerah
punggung dengan cara memutar.
Hasil :
Klien merasa nyaman setelah dimasase pada daerah
punggung yang tertekan.
E : Masalah belum teratasi
S :
Nenek klien mengatakan klien tidak pernah
mendapatkan imunisasi.
O:
1) Nampak masih ada kemerahan pada bagian
punggung belakang.
2) Kulit nampak keriput dan kering
3) SGOT : 41 U/mL
4) SGPT : 42 U/mL
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4, 5 & 6.
I :
1) Mengobservasi TTV dengan cara :
Mengukur tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter pada bagian lengan atas kanan,
menghitung denyut nadi selama 60 detik (4 x 15
detik) pada arteri radialis bagian pergelangan
tangan kiri, mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan termometer air raksa pada bagian
axila kanan selama 5-10 menit, menghitung
pernapasan selama 60 detik (4 x 15 detik) dengan
melihat pergerakan dinding thoraks.
Hasil :
TTV :
TD
: 100/70 mmHg
N
: 98x/menit
S
: 36,6 C
P
: 28 x/menit
2) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi.
Hasil :
a) Nampak masih ada kemerahan pada bagian
punggung belakang
b) Kulit nampak keriput dan kering
c) SGOT : 41 U/mL
d) SGPT : 42 U/mL

122

11.58

12.00

12.10

13.10

13.15

e) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah


mendapatkan imunisasi.
3) Menganjurkan pada keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan.
4) Membatasi pengunjung
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengikuti saran
yang diberikan.
5) Mengajarkan keluarga tanda dan geja
6) la infeksi.
Hasil :
Keluarga klien kooperatif dan mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
7) Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotik.
Hasil :
a) Ampicilin 1,8 cc diberikan per IV
b) Gentamisin 2 cc diberikan per IV
E : Masalah belum teratasi

123

B. Pembahasan
Selama melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan
pada Anak S Pra sekolah (5 tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga
Gedung Kemuning Lantai I RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung yang
dilaksanakan mulai tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016, penulis
mendapatkan kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan praktek di
lapangan selama melaksanakan asuhan keperawatan. Selain itu, penulis juga
menemukan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dilapangan.
Adapun uraian secara lengkap pembahasan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan di lapangan pada Anak S Pra sekolah (5 tahun) dengan
Marasmus dengan tinjauan teori asuhan keperawatan pada Anak S Pra
sekolah (5 tahun) dengan Marasmus dapat disimak dalam penjelasan di
bawah ini :
1. Pengkajian
Demi lancarnya pelaksanaan asuhan keperawatan penulis terlebih
dahulu melakukan pendekatan therapeutik sekaligus membina hubungan
saling percaya dengan klien dan orang tua. Dalam pengkajian penulis
melaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan dalam pengkajian yaitu
pengumpulan data yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif,
klasifikasi data dan analisa data. Dalam pengumpulan data penulis
124

menggunakan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara head


to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi yang di aplikasikan secara persistem dan studi dokumentasi
dengan melihat status klien di ruangan.
Data subyektif yang penulis dapatkan berasal dari klien dan nenek
klien. Respon non verbal klien tidak penulis abaikan, tetapi dijadikan
sebagai data yang dapat melengkapi data subyektif tersebut. Penulis juga
melakukan wawancara dengan nenek klien, mencari keterangan dari pihak
lain yaitu tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian
pelayanan kesehatan pada klien dan catatan medis klien serta dokumentasi
dari tim kesehatan lain.
TTV pada klien marasmus pada pengkajian dalam teori ditemukan
TTV rendah. Namun, pada Anak S TTV normal. Hal ini dikarenakan pada
saat dilakukan pengkajian Anak S sudah dirawat di rumah sakit dan
diberikan pengobatan sehingga TTV kembali normal. Selain itu juga
karena respon tiap orang terhadap keluhan yang dirasakan berbeda-beda,
tapi tidak menyimpang dari konsep yang ada.
Secara konseptual pemeriksaan fisik pada klien dengan Marasmus
pada pengkajian sistem pernapasan secara konsep teori ditemukan adanya
batuk, sesak napas dan bunyi napas tambahan (ronchi). Namun, hal ini
tidak terjadi pada Anak S karena tidak mengalami gangguan sistem
pernapasan.

125

Pola aktivitas sehari-hari pada pemenuhan pola istrahat tidur


terdapat kesenjangan antara fakta di lapangan dengan konsep teori
Marasmus. Pada konsep teori di temukan istrahat tidur klien terganggu dan
berubah karena adanya diare. Namun hal ini tidak terjadi pada Anak S.
walaupun anak S masih mengalami diare tetapi kualitas istrahat tidur klien
masih teratur dan masih sesuai dalam batas normal.
Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial, spritual dan kultural
terhadap stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik berbeda
pula.
2. Diagnosa keperawatan
Pada tinjauan teori, terdapat 5 (lima) diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada klien Marasmus adalah sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi.
d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diet, perawatan dan
pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

126

Sedangkan pada kasus Anak S penulis menemukan 8 (delapan)


diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data hasil pengkajian dan
sebagai hasil analisa dan perumusan masalah keperawatan, yaitu :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dan
eletrolit berlebih (diare).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit klien.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
h. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
Berdasarkan uraian diatas, terdapat perbedaan antara diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Anak S dengan konsep Marasmus. Dari
5 diagnosa keperawatan menurut konsep teori, diagnosa keperawatan yang
tidak ditemukan pada Anak S yaitu :
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
b. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diet, perawatan dan
perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

127

Adapun kesenjangan diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan


yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada tinjauan teori adalah sebagai
berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dan
eletrolit berlebih (diare). Penulis munculkan diagnosa baru ini karena
data yang ditemukan sangat menunjang munculnya diagnosa ini yang
ditandai dengan mukosa bibir kering, mata nampak cekung, konjungtiva
anemis, turgor kulit jelek dan CRT > 3 detik.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. Penulis
munculkan diagnosa baru ini karena data yang ditemukan sangat
menunjang munculnya diagnosa ini yang ditandai dengan klien nampak
lemah dan berbaring di atas tempat tidur, nampak aktivitas klien
dibantu oleh keluarga dan perawat, kekuatan otot 4 4, Klien nampak
lemah dan berbaring di atas tempat tidur.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit. Penulis
munculkan diagnosa baru ini karena data yang ditemukan sangat
menunjang munculnya diagnosa ini yang ditandai dengan rambut
nampak kusam dan berminyak, kulit nampak keriput dan teraba lengket,
gigi nampak kotor, kuku nampak panjang dan kotor, nampak aktivitas
klien dibantu oleh keluarga dan perawat dan adanya respon dari nenek
klien yang mengatakan selama masuk rumah sakit cucunya belum
pernah mandi, keramas, sikat gigi dan potong kuku.

128

d. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga


tentang penyakit klien. Penulis munculkan diagnosa baru ini karena
data yang ditemukan sangat menunjang munculnya diagnosa ini yang
ditandai dengan nenek klien nampak cemas dan gelisah, nampak nenek
klien selalu bertanya-tanya tentang

penyakit yang dialami cucunya,

nenek klien nampak bingung jika ditanya mengenai penyakit klien dan
adanya respon dari nenek klien yang mengatakan cemas dan khawatir
dengan keadaan dan kondisi cucunya saat ini.
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama. Penulis munculkan diagnosa baru ini karena data yang ditemukan
sangat menunjang munculnya diagnosa ini yang ditandai dengan kulit
nampak keriput, turgor kulit jelek, nampak ada kemerahan pada bagian
punggung belakang dan klien nampak lemah dan berbaring di atas
tempat tidur.
Kesenjangan ini dapat disebabkan beberapa hal antara lain pada
studi kasus tidak ditemukan tanda dan gejala yang menunjang untuk
mengangkat masalah keperawatan tersebut dan masalah keperawatan
diangkat disesuaikan dengan kondisi klien.
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini penulis bersama keluarga klien
menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan masalah yang muncul, perencanaan ini disesuaikan dengan
kemampuan, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada
129

diruangan. Hal-hal yang mendukung dalam penyusunan perencanaan yaitu


adanya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga
memudahkan dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan serta
dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat memperlancar
dan menyusun perencanaan.
Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus,
kesenjangan ini terjadi karena tidak semua diagnosa yang ada dalam teori
muncul dalam kasus begitu pula untuk diagnosa yang ada dalam kasus dan
tidak muncul dalam teori.
Untuk diagnosa yang ada dalam teori dan muncul dalam kasus
pada prinsipnya

terdapat beberapa perbedaan dalam penyusunan

perencanaan yaitu untuk intervensi


a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada dalam teori
dan tidak terdapat dalam kasus adalah intervensi : monitor bising usus,
catat dan monitor adanya anoreksia, kelemahan umum, nyeri abdomen
munculnya mual dan muntah.
b. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi yang ada dalam teori dan tidak terdapat dalam kasus adalah
intervensi : mendorong asupan makanan dan cairan tinggi kalium yang
sesuai, berikan perawatan yang konsisten dan pantau kecenderungan
kenaikan dan penurunan berat badan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun yang
ada dalam teori dan tidak terdapat dalam kasus adalah intervensi :

130

dorong keseimbangan istrahat adekuat dengan aktifitas sedang dan


tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Untuk diagnosa yang ada dalam teori dan ada dalam kasus tetapi
tidak semua intervensi yang ada dalam teori dicantumkan dalam kasus
disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada diruang
perawatan serta disesuaikan dengan kondisi klien pada saat itu.
Kesenjangan ini terjadi karena perencanaan dari diagnosa yang
tidak ada dalam teori, penulis bersama keluarga klien dan petugas
kesehatan yang ada diruangan membuat perencanaan bersama berdasarkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga tindakan yang dilakukan mengacu pada perencanaan tanpa
mengabaikan kondisi klien saat itu. Yang merupakan suatu pendukung
dalam tahap pelaksanaan ini adalah adanya kerja sama yang baik antara
penulis, klien dan nenek klien. Sehingga memudahkan dalam setiap
tindakan. Selain itu, adanya dukungan serta bimbingan dari perawat
pembimbing.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ada antara lain :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dan
eletrolit berlebih (diare), semua perencanaan yang ada dilaksanakan dan
diimplementasikan karena disesuaikan dengan kondisi klien.
131

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang kurang, semua perencanaan yang ada dilaksanakan dan
diimplementasikan karena disesuaikan dengan kondisi klien.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi,

semua

perencanaan

yang

ada

dilaksanakan

dan

diimplementasikan karena disesuaikan dengan kondisi klien.


d. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan otot, semua

perencanaan yang ada dilaksanakan dan diimplementasikan karena


disesuaikan dengan kondisi klien.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit, semua
perencanaan yang ada dilaksanakan dan diimplementasikan karena
disesuaikan dengan kondisi klien.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit klien, semua perencanaan yang ada dilaksanakan dan
diimplementasikan karena disesuaikan dengan kondisi klien.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama,

semua

perencanaan

yang

ada

dilaksanakan

dan

diimplementasikan karena disesuaikan dengan kondisi klien.


h. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, semua
perencanaan yang ada dilaksanakan dan diimplementasikan karena
disesuaikan dengan kondisi klien.

132

5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Setelah

mengimplementasi asuhan

keperawatan

yang telah

direncanakan selama 4 hari, yang dimulai tanggal 01 Maret sampai dengan


04 Maret 2016, maka seluruh tujuan yang telah ditetapkan diharapkan
dapat tercapai.
Dalam studi kasus ini terdapat delapan diagnosa yang terdiri dari
tiga diagnosa aktual, yaitu kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, tiga diagnosa potensial yaitu intoleransi aktivitas, defisit
perawatan diri, kecemasan keluarga dan dua diagnosa resiko, yaitu resiko
kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi. Diantara delapan diagnosa
tersebut, tiga diagnosa teratasi yaitu kekurangan volume cairan, defisit
perawatan diri dan kecemasan keluarga.
Berdasarkan teori yang ada, evaluasi merupakan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
tindakan keperawatan serta tujuan yang telah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor apa yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

133

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan pada Anak S Pra sekolah (5 tahun) dengan Marasmus di Ruang
Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung mulai tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016 dengan
mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa :
1.

Dalam pengkajian semua aspek harus dikaji secara komprehensif yang


meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spritual untuk mendapatkan data
yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberi respon yang
berbeda terhadap stimulus baik internal maupun eksternal sehingga
diharapkan kejelian dalam meneliti respon atau gejala yang dinampakkan
oleh

klien

serta

kepekaan

dan

kemampuan

khusus

dalam

menginterpretasikan dan menganalisa data klien dengan Marasmus


2.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).

134

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Anak S Pra


sekolah (5 tahun) dengan Marasmus adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dan
eletrolit berlebih (diare).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan proses penyakit.
f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang penyakit klien.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama.
h. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
3.

Perencanaan yang penulis lakukan pada Anak S pada dasarnya


disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien dalam mengatasi
masalahnya.

4.

Pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun


sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga

135

memudahkan dalam setiap tindakan. Selain itu juga, adanya dukungan


serta bimbingan dari perawat pembimbing.
5.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk


menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu
pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

6.

Dokumentasi

merupakan

pencatatan

setelah

diberikan

asuhan

keperawatan selama 4 (empat) hari pada klien. Walaupun tidak semua


masalah keperawatan teratasi tetapi sudah menunjukan perubahan yang
besar bagi klien. Melihat kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberian asuhan keperawatan pada Anak S dengan Marasmus
didasarkan pada teori dan kondisi klien sangat besar pengaruhnya
terhadap proses kesembuhan klien.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada Anak dengan Marasmus, maka penulis merekomendasikan:
1.

Bagi Rumah Sakit


Rumah

Sakit

diharapkan

mampu

memberikan

pelayanan

yang

komprehensif meliputi bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien. Selain
itu juga, perlu tambahan tenaga perawat yang terampil sehingga dapat
membimbing mahasiswa yang akan melakukan praktek keperawatan di
rumah sakit, agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang
komprehensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
136

lengkap dan akurat pada status klien, juga diperlukan adanya kerjasama
yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses
kesembuhan klien.
2.

Bagi Institusi Pendidikan


Institusi

dan

penyelenggara

diharapkan

menyediakan

buku-buku

referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang


penatalaksanaan perawatan anak dengan Marasmus serta menyediakan
waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit
dan studi khusus untuk penyusunan karya tulis dimasa yang akan datang.
3.

Bagi Profesi Keperawatan


Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan dan titik tolak dalam
pengembangan profesi keperawatan khususnya pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus.

4.

Bagi Penulis Sendiri


Semoga karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus. Penulis jangan pernah puas
dengan apa yang telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
tetapi belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dimasa yang akan
datang.

137

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta.


Engel, J. (2009). Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik. Edisi 4. EGC :
Jakarta.
Djitowiyono, S. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Nuha Medika :
Yogyakarta.
Hidayat, A.A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Salemba
Medika : Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2015-2019. Kementerian Kesehatan RI : Indonesia.
(2003). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
Kementian kesehatan RI : indondonesia.
Liansyah, T.M. (2015). Malnutrisi pada Anak. Journal Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Vol. 2 (1).
P.1-12.
Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jilid 1. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid 1. Mediaction
Publishing : Jogjakarta.
. (2015). Handbook For Health Student, Mediaction
Publishing : Jogjakarta.

Nursalam. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Salemba


Medika : Jakarta.
Nursalam., Susilaningrum, R., & Utami, S.( 2008). Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak. Salemba Medika : Jakarta.
Puspitawati, N. & Sulistyarini, T. (2013). Sanitasi Lingkungan yang tidak Baik
Mempengaruhi Status Gizi pada Balita. Journal Stikes, Vol. 6 (1). P.74-83.
RSUP, dr. Hasan Sadikin Bandung. (2015). Medical Record Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Ruang Kenanga Gedung Kemuning
Lantai I. Bandung.
Sari, L.P. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Gizi Buruk di Ruang Teratai Lantai III Selatan RSUP
Fatmawati. Karya Ilmiah Akhir Ners. di terbitkan. Depok : Program
Profesi Ilmu Keperawatan.
Smeltzer, S.C. & Bare, G.C. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 2.
EGC : Jakarta.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
EGC : Jakarta.
Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika : Jakarta.
Wong, D.L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC :
Jakarta.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SATPEL)


NUTRISI PADA ANAK USIA 5 TAHUN

OLEH :
LISRAWATI
13.13.1112

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2016

SATUAN ACARA PENYUL


U H A N (S A P )
NUTRISI PADA ANAK

Bidang Study : Keperawatan Anak


Topik

: Nutrisi Pada Anak

Sub Topik

: Anjurkan pemberian makan selama anak sakit dan sehat

Sasaran

: Ibu klien

Tempat

: RSUP Hasan Sadikin Bandung, Ruang Kenanga

Hari / Tanggal :
Waktu

I.

: 1 x 30 menit

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui nutrisi
yang perlu diberikan kepada anaknya baik selama sakit maupun anak
tersebut sehat.

II.

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari nutrisi.
2. Menyebutkan zat gizi yang terkandung dalam makanan.
3. Mengerti cara pemberian makan selama anak sakit dan sehat.

III.

SASARAN
Ibu dan keluarga di lingkungan Posyandu barada yang datang
memeriksakan anaknya ke Posyandu tersebut.

IV.

MATERI
1. Penertian Nutrisi
2. Zat gizi yang terkandung dalam makanan
3. Cara pemberian makan selama anak sakit dan sehat

V.

METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

VI.

MEDIA
1. Flip Chart
2. Leaflet KMS

VII.

MATERI EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di posyandu
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara banar
3. Evaluasi Proses
Ibu mengerti tentang jenis nutrisi yang diperlukan
Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 20 orang

VIII.

KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
1

3 menit

KEGIATAN PESERTA

Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan

Menjawab salam

mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri

Mendengarkan

Menjelaskan tujuan dari

Memperhatikan

penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
2

15 menit

Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang penertian

Memperhatikan

nutrisi
Menjelaskan tentang zat gizi

Memperhatikan

yang terkandung dalam


makanan
Memberi kesempatan kepada

Bertanya dan menjawab

peserta untuk bertanya

pertanyaan yang diajukan

Menjelaskan cara pemberian

Memperhatikan

makan selama anak sehat dan


sakit
Memberi kesempatan kepada

Bertanya dan menjawab

peserta untuk bertanya

pertanyaan yang diajukan

10 menit

Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta

Menjawab pertanyaan

tentang materi yang telah


diberikan dan reinforcement
kepada ibu yang dapat
menjawab pertanyaan
4

2 menit

Terminasi :
Mengucapkan terima kasih atas Mendengarkan
peran serta peserta
Menucapkan salam penutup

Menjawab salam

MATERI PENYULUHAN
NUTRISI PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Nutrisi atau zat makanan adalah merupakan bagian dari makanan
termasuk didalamnya air, protein dan asam amino yang membentuknya
lemak dan asam lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

ZAT YANG TERKANDUNG DALAM MAKANAN


I.Air
Kebutuhan tubuh akan air merupakan urutan kedua setelah
kebutuhan oksigen. Fungsi dari air bermacam-macam. Air merupakan
komponen terpenting dari struktur tubuh dan dalam fungsinya sebagai
pelarut, maka air memainkan peranan dasar dalam reaksi seluler. Air
mengatur suhu tubuh dengan mengambil panas yang dihasilkan pada
reaksi seluler dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Air penting
sebagai pelumas tubuh misalnya saliva, memungkinkan makanan
masuk ditelan.
II.

Protein dan Asam Amino


Fungsi protein adalah :
a. Penunjang pertumbuhan, protein merupakan bahan padat utama
dari otot, organ dan glandula endokrin. Merupakan unsur utama

dari matrix tulang dan gigi, kulit, kuku, rambut, sel darah dan
serum.
b. Pengaturan proses tumbuh, protein mempunyai fungsi yang sangat
khusus dalam pengaturan proses-proses tubuh misalnya, Hb
melakukan peranan vital membawa oksigen kejaringan.
c. Energi, protein merupakan sumber energi potensial, setiap gramnya
menghasilkan 4 Kkal (0,01 MJ), jika protein digunakan untuk
energi maka tidak akan dipakai untuk kebutuhan sintesis.
Sumber Protein :
a. Kandungan protein tinggi pada susu, daging, ikan, unggas, keju,
biji-bijian.
b. Kandungan protein menengah pada telur, kacang-kacangan,
tepumg, biji-bijian,susu cair.
c. Kandungan protein rendah sebagaian besar pada buah-buahan dan
sayur-sayuran.
III.

Lemak dan Asam Lemak


Fungsi utama lemak adalah memberikan energi, lemak bertindak
sebagai karier dari vitamin A, D, E, K yang larut dalam air dan
memberikan rasa yang menyenangkan dan memberikan perasaan kenyang
karena kecepatan pengosongan dari lambung.
Sumber makanannya adalah baik susu ASI dan sapi mengandung
sekitar 50% kal lemak. Sekitar 4% dari kalori total dalam ASI diberikan
oleh asam linoleat. Sumber makanan lain adalah mimyak, LARD,

mentega, margarine dan bumbu selada yang merupakan sumber lamak


yang paling pekat.
IV.

Karbohidrat
Gula dan zat tepung merupakan sumber utama energi manusia. Fungsi
karbohidrat :
a. Energi, setiap gram karbohidrat yang dioksida rata-rata menghasilkan 4
kal. Sejumlah karbohidrat dalam bentuk glukosa, akan digunakan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan. Sebagian kecil
disimpan sebagai glikogendalam hepar dan otot dan beberapa akan
disimpan sebagai jaringan adiposa.
b. Aksi pencadangan protein, tubuh akan menggunakan karbohidrat
sebagai sumber utama energi, karena itu jika terdapat defisiensi kalor
dalam diet maka akan digunakan jaringan adiposa dan pritein.
c. Pengaturan metabolisme lemak, diperlukan sejumlah karbohidrat dalam
diet sehingga oksidasi lemak dapat berlangsung dengan normal. jika
karbohidrat dalam diet terbatas, maka lemak akan dimetabolisir lebih
cepat dari pada penanganan tubuh terhadap produk metabolisme ini.
Jika lemak tidak dioksidasi dengan lengkap maka akan terbentuk keton.
d. Peranan dalam fungsi gastointestinal, diduga laktosa mempercepat
pertumbuhan bakteri yang diperlukan dalam usus kecil, bakteri ini
berguna untuk sintesis vit B kompleks dan vit K.
Sumber karbohidrat : pada diet bayi muda laktosa merupakan
karbohidrat predominan yang ditemukan dalamASI dan susu sapi.

Dengan semakin besarnya anak-anak ditambahkan biji-bijian, roti dan


makanan lain seperti kentang.
CARA PEMBERIAN MAKAN SELAMA ANAK SAKIT
1.

Umur 0 4 Bulan
Berikan air susu ibu (ASI) sesuai dengan keinginan anak, paling
sedikit 8 kali sehari, siang maupun malam.
Jangan diberikan makanan atau minuman selain ASI.

2.

Umur 4 6 Bulan

Berikan air susu ibu (ASI) sesuai dengan keinginan anak, paling
sedikit 8 kali sehari, siang maupun malam.

Beri makanan pendamping ASI 2 kali sehari, tiap 2 kali sendok


makan.

Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan setelah pemberian


ASI.

Makanan pendamping ASI adalah : bubur tim lumat ditambah


kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam,
kacang hijau, santan, minyak.

3. Umur 6 12 Bulan

Berikan ASI sesuai dangan keinginan anak

Berikan bubur nasi ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu,
daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, santan, minyak.

Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. Setiap kali makan


diberikan sebagai berikut :
Umur 6 bulan : 6 sendok makan
Umur 7 bulan : 7 sendok makan
Umur 8 bulan : 8 sendok makan
Umur 9 bulan : 9 sendok makan
Umur 10 bulan : 10 sendok makan
Umur 11 bulan : 11 sendok makan
4. Umur 12 24 Bulan
Berikan ASI sesuai keinginan anak
Berikan bubur nasi ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu,
daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, santan, minyak.
Berikan makan tersebut 3 kali sehari
Berikan juga makanan selingan 2 kali seharidiantara waktu makan
seperti : bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan
sebagainya.
5. Umur 2 Tahun atau lebih
Berikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari
yang terdiri dari nasi, lauk, pauk, sayur, dan buah.
Berikan juga makanan yang bergizi sebagai selingan 2 kali sehari
diantara waktu makan seperti :
Bubur kacang hijau
Biskuit

Nagasari
CATATAN :
Cuci tangan sebelum menyuapkan makanan anak.
Gunakan bahan makanan yang baik dan aman, peralatan yang bersih
dan cara memasak yang benar.
Anjurkan pemberian makan untuk anak dengan Diare persisten :

Jika masih didapatkan ASI, berikan lebih sering dan lebih lama,
siang dan malam.

Jika anak mendapat susu selain ASI :


Gantikan dengan meningkatkan pemberian ASI atau
Gantikan dengan setengah bagian susu dengan bubur nasi dan
ditambah tempe
Jangan diberi susu kental manis

Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makanan yang


sesuai dengan umur anak.

NUTRISI

Tujuan nutrisi pada anak


pra sekolah
Supaya pertumbuhan
dan perkembangan
maksimal
Memperbaiki gizi anak

PENGERTIAN NUTRISI
Nutrisi

adalah

diperlukan

zat-zat
tubuh

menghasilkan
membangun
jaringan.

yang
untuk
energy,

dan

memelihara

Meningkatkan
perkemangan anak
selanjutnya

Contoh makanan sehari


untuk anak pra sekolah

3 piring nasi atau


pandananya ( 1 piring =
200 gr )
2 potong lauk hewani (1
potong = 50 gr )
2 potong lauk nabati (1
potong = 20 gr )
1 porsi sayur ( 1 porsi =
100 tanpa kuah )
2 potong buah (1 potong
= 100 gr buah matang )
1gelas susu (1 gelas = 200
gr

Tips bagi anak agar anak


Ibu mengetahui makanan

kesukaan anaknya
Penyajan yang menarik

dan pengelolaan yang


bervariasi, perhatikan
juga gizi seimbangnya
Berikan pengertian

tentang bahaya anak jajan


diluar

Bahaya makan jajanan

NUTRISI PADA ANAK

Membuat anak tidak napsu


makan di rumah
Kebersihanya tidak terjaga
Kandungan gizi tidak

tercukupi
Mendidik anak menjadi

komsutif

OLEH:
LISRAWATI
13.13.1112

Beri vitamin bila

diperlukan untuk
menambah nafsu makan

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KAB MUNA

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA


AKADEMI KEPERAWATAN
JL. POROS RAHA-TAMPO KM. 6 MOTEWE TLP. 0403-22954
LEMBAR BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
UJIAN AKHIR PROGRAM ( UAP ) T.A 2016 / 2017

Nama Mahasiswa

IRHAM

Nim

13.13.1100

JudulKaryaTulisIlmiah

Asuhan Keperawatan Anak M Usia Pra Sekolah


(5

Tahun)

Dengan

Post

Colostomy

a/i

Malformasi Anorektal (MAR) di Ruang Bedah


Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
NamaPembimbing

Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,NS, M.Kes

Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan

No

Hari/Tgl

Uraian Perbaikan

1.

Senin, 02
Mei 2016

Judul KTI

2.

Selasa, 03
Mei 2016

BAB 1

a. Latar Belakang
b. Ruang Lingkup

Senin, 09
Mei 2016

BAB I

Konsul Judul dan ACC Judul KTI


Lanjut BAB 1
Perhatikan sistematika penulisan tanda baca
dan spasi.
Tambahkan data statistik, WHO, Nasional
melalui jurnal.
Lengkapi masalah kasus ke pendekatan
proses keperawatan.
ACC BAB 1
Lanjut BAB II

Paraf

4.

Rabu, 11
Mei 2016

BAB II
a. Pengertian
b. Anfis

Simpulkan berdasarkan penalaran penulis


Untuk penentuan gambar sesuai panduan
Ikuti penomoran bagan dalam panduan
Referensi sesuai buku literatur
Sistematika penulisan sesuai panduan

Tambahkan
konsep
antropometrik
disesuaikan usia
Perhatikan sistematika penulisan
Atur sesuai penomoran bagan dalam isi
tabel
Cari kembali intervensi sesuai masalah
MAR
Simpulkan berdasarkan penalaran penulis
Untuk penentuan gambar sesuai panduan
Ikuti penomoran bagan dalam panduan
Referensi sesuai buku literatur
Sistematika penulisan sesuai panduan

c. Tinjauan teori
- Pengkajian
d. Intervensi

5.

Jumat, 13

BAB II

Mei 2016

a. Pengertian
b. Anfis

c. Tinjauan teori
- Pengkajian
d. Intervensi

6.

7.

8.

Senin, 16
Mei 2016

BAB II

Senin, 23
Mei 2016

BAB III

Selasa, 24
Mei 2016

BAB III

Tambahkan
konsep
antropometrik
disesuaikan usia
Perhatikan sistematika penulisan
Atur sesuai penomoran bagan dalam isi
tabel
Cari kembali intervensi sesuai masalah
MAR
- ACC BAB II, Lanjut BAB III

(Tinjauan Teori)

(Tinjauan Kasus)

(Tinjauan Kasus)

- Pada riwayat SMR narasikan sesuai


tindakan pelaksanaan operasi sesuai dengan
usia.
- KU prioritaskan pasien
- Tambahkan data BBI setelah pemeriksaan
antropometri.
- Pada pemeriksaan fisik, lengkapi data- data
yang belum lengkap.
- Untuk klasifikasi data susun berdasarkan
prioritas ke keluhan utama.
- Analisa data sesuaikan dengan susunan
diagnosa.
- Rencana keperawatan sesuai prioritas
diagnosa keperawatan.
- Diagnosa medis dilengkapi
- Pada riwayat keluhan utama untuk data
obyektif menggunakan bahasa lugas
- Judul bagan genogram letakan pada center
- Pada analisa data, tentukan etiologi sesuai

9.

Rabu, 25
Mei 2016

A. Laporan Kasus

keluhan dari pasien/ masalah.


- Tanggal implementasi, caper disesuaikan
dengan jadwal evaluasi.

BAB III

A. Laporan Kasus

Pada analisa data, tambahkan etiologi sesuai


keluhan dari pasien atau masalah.
Perbaiki kalimat pada implementasi
keperawatan.
Lanjutkan Pembahasan

Kamis, 26
Mei 2016

BAB III

11.

Jumat, 27
Mei 2016

BAB III

ACC BAB III


Lanjutkan BAB IV

12.

Jumat 03
Juni 2016

BAB IV

13.

Selasa, 31
Mei 2016

BAB IV

ACC BAB IV
Buat lembaran- lembaran depan

14.

Jumat, 3
Juni 2016

10.

B. Pembahasan

(Kesimpulan
Rekomendasi)

BAB IV

Perbaiki kalimat yang ada pada pola


aktivitas sehari-hari.

&

- Perbaiki Kata Pengantar, Daftar Isi &


Abstrak.
- Perbaiki penulisan Daftar Pustaka sesuaikan
dengan buku panduan

15.

16.

Sabtu, 4
Juni 2016

BAB IV

Perbaiki penulisan daftar pustaka

Lanjut kelengkapan KTI

RIWAYAT HIDUP

I.

II.

Identitas Penulis
Nama

: LISRAWATI

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

: Kafofoo,1 Januari 1993

Status

: Mahasiswi

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Muna / Indonesia

Alamat

: Desa kafofoo Kec. Kontukowuna

Riwayat Pendidikan
a. SD Negeri 18 Kabawo Tamat Pada Tahun 2007
b. SMP Negeri 2 Kabawo Tamat Pada Tahun 2010
c. SMA Negeri 1 Kontukowuna Tamat Pada Tahun 2013
d. Mengikuti pendidikan DIII 2013-2016
.

Anda mungkin juga menyukai