Anda di halaman 1dari 30

NAMA

 HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh


proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996)
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
biasanya dengan meningkatnya usia terjadi
perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus
fibrosus mengalami perubahan karena digunakan
terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya
di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah
(Moore dan Agus, 2013).
Pathway
Trauma dan stess
fisik

Ruptur diksus

Aliran darah ke diksus berkurang, respon


beban yg berat, ligamentum longitudinalis
post menyempit

lempeng tulang rawan & korpus vertebrae yg


berdekatan misahan

Nukleus pulposus keluar melalui serabut2 anulus


yang robek

Gangguan rasa
Cemas Tindakan operasi Jepitan syaraf spinal
nyaman (nyeri)
Kerusakan jalur simpatetik Raeksi peradangan Blok syaraf parasimpatis
desending

Edema
pembengkakan
Kehilangan kontrol Kelumpuhan otot
tonus vasomotor Terputusnya jarungan pernafasan
persyarafan simpatis ke saraf di medula spinalis
jantung
Penekanan saraf dan
pembuluh darah

Paralisis & paralegi pola napas tak


Reflek spinal efektif

Penurunan fungsi
jaringan
Mengaktifkan sistem Kerusakan
saraf simpatis mobilitas fisisk

Konstriksi Kelemahan fisik


pembuluh darah

Ketidak mampuan perawatan


diri (ADL)
Resiko infark miokard
Nyeri punggung bawah

Paraparesis
Manifestasi
Klinis
Hilangnya tonus
sfingter

Skiatika atau iskialgia


3. Mielografi

Mielografi merupakan pemerikasaan dengan


Pemeriksaan diagnostik menurut muttaqin (2008) : bahan kontras melalui tindakan lumbal dan penyinaran

1. Rontgen Foto Limbosakral dengan sinar jika diketahui adanya penyumbatan hambatan

Tidak banyak didapatkan kelainan.Kadang- kanalis spinalis yang mungking disebabkan HNP.

kadang didapatkan antrosis menunjang tanda-tanda 4. Pemeriksaan Laboratorium

deformita vertebra,penyimpatan diskus Intervertebralis. Pemeriksaan rutin dilakukan dengan

2. MRI laboratorium klinik untuk menilai komplikasi terhadap

Pemeriksaan MRI didapat melokalisasi protusi orang lain dari cidera tulang belakang.

diskus kecil jika secara klinilis tidak didapatkan pada MRI 5. Elektromyografi

maka pemriksaan CT scan dan mielogram dengan kontras Dapat menunjukan lokasi lesi meliputi bagian
dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus akar saraf spinal.
vertebralis. 6. Epidural venogram : menunjukan lokasi hernisiasi.

7. Lumbal functur : untuk mengetahui lokasi infeksi dan

kondisi cairan serebro.


1. Penatalaksanaan medis :
 Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol kecemasan
yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal), relaksan otot,
anti inlamasi atau kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi yang
biasanya terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf yang terkena,
antibiotik diberikan pasca operasi untuk mengurangi resiko infeksi pada insisi
pembedahan (Smeltzer, 2001).

 Fisioterapi
1. Laminektomi Adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan
memungkinkan ahli bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi
dan menghilangkan kompresi medulla.

2. Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank tulang)
yang digunakan untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra ; tujuan
peleburan spinal adalah untuk menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan
tulang belakang dan mengurangi angka kekambuhan.

3. Traksi lumbal yang bersifat intermitten. (Smeltzer, 2001).

4. Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang berguna


untuk mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
Penatalaksanaan Keperawatan :

 Tirah baring (biasanya 2 minggu) pada alas yang keras atau datar.

 Imobilisasi dengan menggunakan kolar servikal, traksi servikal, brace atau korset.

 Kompres lembab panas (untuk 10 sampai 20 menit diberikan pada daerah belakang leher

beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan menolong relaksasi otot

bagi klien yang mengalami spasme otot).

 Anjurkan mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung

yaitu membungkuk dan mengangkat barang.

 Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri.


Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan (30 – 50 tahun), kebanyakan pada jenis
kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat)
2. Riwayat kesehatan
-Keluhan Utama : Biasanya pasien mmengeluh nyeri pada punggung bawah.

P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).


Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap,
atau hilang timbul, makin lama makin nyeri.
R : Nyeri terasa pada punggung bagian bawah
S : Nyeri terasa pada posisi duduk dan nyeri menjalar hinga ekstermitas bawah,
dengan skala nyeri 3-5.
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilang timbul, makin lama makin nyeri.
 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada
punggung bagian bawah ditengah tengah antara bokong dan betis belakang
tumit dan telapak kaki. Kekuatan otot menurun, paraparesif falsif,
parastesia.
 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah menderita Tb tulang, osteomilitis,
keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis). Hipertensi,
cedera tulang belakang, DM, penyakit jantung.
 Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota keluarga yang mengalami
hipertensi dan DM
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran composmetis
TTV
 TD : hipotensi <100/80 mmHg (dewasa : 120/80

mmHg)
 Nadi : bradikardi < 60 x/menit (dewasa : 60 –

100 x/menit)
 Suhu : 36,5-37,5 c

 RR : 16-20x/menit
Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala Dan Leher

 Inspeksi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada


daerah kepala hingga leher, mungkin ditemukan ekspresi wajah
yang menandakan keluhan nyeri.
 Palpasi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada kepala dan
leher klien
 Thorax (Paru – Jantung)

 Inspeksi : Pada pemeriksaan pulmonal bisa terdapat apnea.


 Palpasi : Dada simetris, tidak ada retraksi otot napas.
 Perkusi : Bunyi paru sonor dan bunyi jantung redup atau pekak.
 Auskultasi : Tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

Sedangkan pemeriksaan jantung mungkin didapatkan


peningkatan denyut jantung yang tidak begitu berarti
 Abdomen
 Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada tanda

kelainan lainnya.
 Palpasi : Konsistensi lembek, suhu hangat,

palpasi
 hepatosplenomegani negatif, palpasi lien

negatif, palpasi ginjal negatif.


 Perkusi : Tidak ada tanda acites, perkusi sonor.

 Auskultasi : BU 5 – 12 kali per menit, terdengar

bising aorta
 Anus Dan Genetalia

Pemeriksaan anus dan genetalia tidak diperlukan


pada penyakit ini.
Ekstremitas
 Atas
 Inspeksi : Tidak ada lesi, censedung tidak ada kelainan.
 Palpasi : Kemungkinan didapatkan kelemahan pada Biseps. Reflek
biseps berkurang atau hilang
 Bawah
 Inspeksi : Mungkin didapatkan adanya kelaemahan hingga dapat
menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan
atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit, melemahnya
fleksi plantar, abduksi jari kaki dan kesulitan berjalan jinjit.
 Palpasi : Parestesia tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara
jari kaki pertama dan kedua, pertengahan betis dan aspek lateral
kaki, termasuk jari kaki ke empat dan kelima. Penurunan refleks
lutut dan pergelangan kaki, refleks pergelangan kaki mungkin
berkurang atau hilang. Kekutan otot 2
 B1 (Breathing)
Tidak menganggu sistem pernapasan, : tidak sesak
napas, tidak mengalami batuk, frekuensi
pernapasan normal, suaran lapang paru sonor
 B2 (Blood)
Hipotensi : berkaitan dengan gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh system persarafan
otonom.
 B3 (Brain)
Di dapatkan perubahan gaya berjalan, Parestesia,
Pengkajian tingkat kesadaran : Tingkat kesadran
klien biasanya compos metis
Pengkajian fungsi serebral. Status mental :
Biasanya setatus mental klien mengalami
perubahan yang berhubungan dengan penurunan
status kongnitif, status persepsi, dan penurunan
memoty.
 Pemeriksaan saraf cranial I-IX :
 Saraf I (olfaktorius) : biasanya tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan
 Saraf 2 (optikus) : tes ketajaman penglihatan pada kondisi
normal
 Saraf 3 (okulomtoris), 4(choclearis), 6 (abdusens) : biasanya
tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor.
 Saraf 5 (trigeminus) dan 7 (facialis) : Umumnya tidak ada
paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasnya tidak ada
kelainan. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
 Saraf 8 (vestibulococlearis) : Tidak ditemukan adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi
 Saraf 9 (glossofaringeal) dan Saraf 10 (vagus) : kemampuan
menelan baik
 Saraf 11 (accesorius) : tidak ada atropi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
 Saraf 12 (hipoglosus) : lidah simetris indra pengecapan normal.
 B4 (Bladder)
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan akibat penurunan perfusi pada ginjal
 B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun, mual muntah, konstipasi.
 B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktifitas dan
menggerakkan badan karena adanya nyeri,
kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah
 Aktifitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu menganggkat
beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Penurunan rentan gerak dari ekstermitas pada salah
satu bagian tubuh. Tidak mampu melakukan
aktifitas yang biasanya di lakukan
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkenak.
Gangguan pada berjalan.

 Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam
defekasi, adanya inkontinensia/retensi urin.
 Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis,
ansietasmasalah pekerjaan, financial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar
dari keluarga/orang terdekat.
 Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari
tangan/kaki
Tanda : Penurunan reflex tendon dalam,
kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme
otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
(sensori).
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokkan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki atau fleksi pada leher : nyeri yang tidak
ada hentinya atau adanya apisode nyeri yang lebih berat
secara intermiten, nyeri yang menjalar kekaki, bokong
(lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher (servikal).
Keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap ; dengan cara bersandar dari bagian tubuh
yang terkena, perubahan cara berjalan, berjalan dengan
terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian
tubuh yang terkena, Nyeri pada palpasi.
 Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah “punggung”
yang baru saja terjadi
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf
pada diskus intervetebralis
2. Cemas berhubungan dengan prosedur
operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan
dengan paralisis dan paralegi
4. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang
berhubungan dengan kelemahan fisik umum
Rencana Keperawatan
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
penjepitan saraf pada radiks intervertebralis
 Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang.
 Kriteria Hasil :
K : pasien mengerti bagaimana cara mengatasi nyeri dan
mengerti tentang penyebabnya
A : klien mengatakan nyeri berkurang
P : pasien mampu melaksanakan teknik distraksi dan relaksasi
P : skala nyeri berkurang 0 – 2, lokasi nyeri minimal, wajah tidak
menyeringai
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dalam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang
menghilangkan rasa nyerinya nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan Informasi mengurangi ansietas yang
cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien untuk
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, mendapatkan rasa kontrol terhadap
balutan (24-48 jam), distraksi dan nyeri.
relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi,
diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :
K : klien mengerti tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan
A : klien mengatakan merasa tenang dan tidak cemas
lagi
P: klien nampak lebih rilek dan tidak cemas
P : tidak tegang , wajah klien nampak rileks, respon klien
namppak tersenyum,
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan 1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat
dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan berkomunikasi dengan efektif tanpa
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari menggunakan alat khusus, sehingga dapat

2. Berikan informasi mengenai klien yang juga mengurangi rasa cemasnya.

pernah mengalami gangguan seperti yang dialami 2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat
klien danmenjalani operasi mengurangi kecemasan, justru malah

3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap

alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien perawat.

4. Berikan support sistem (perawat, keluarga atau 3. Memungkinkan klien untuk memilih metode

teman dekat dan pendekatan spiritual) komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan
5. Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang
tingkat keterampilannya sehingga dapat
dimiliki berhubungan dengan penyakit,
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
perawatan dan tindakan
4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki
pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.

5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja


yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia
untuk berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai