BAB 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang
pembuluh darah retina dimana dapat berpengaruh pada vena retina sentral,
yang mengakibatkan terjadinya oklusi vena retina sentral (Central retinal vein
occlusion/HRVO), atau cabang pada vena retina, sehingga terjadi oklusi cabang
vena retina (Branch retinal vein occlusion/ BRVO). Pada studi populasi di Israel,
insiden dari oklusi vena retina adalah 2 dari 1000 orang pada usia 40 tahun atau
lebih.1 Sehingga rata-rata umur terjadinya penyakit ini adalah pada usia sekitar
60 tahun.1,2,3
Oklusi cabang vena retina (BRVO) terjadi karena adanya sumbatan aliran
pada cabang vena retina sentral. Gangguan aliran vena hampir selalu terjadi
pada persimpangan dari arteri dan vena, dimana arteri retina menyilang dengan
vena.1,2 BRVO jarang dapat terjadi pada penyakit inflamasi mata. Apabila oklusi
tidak terjadi pada penyimpangan arteri dan vena, kemungkinan adanya penyakit
vaskular retina yang sering terjadi kedua setelah diabetik retinopati. 2,3 Pada
studi kasus penyakit mata, meningkatnya faktor resiko pada BRVO dikarenakan
masa tubuh selama 20 tahun serta adanya riwayat glaukoma. 1,2 Diabetes
2
melitus bukan merupakan faktor resiko yang berperan penting pada BRVO. 1
Keakuratan diagnosa dan penatalaksanaan dari gejala sisa pada penyakit oklusi
2. Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk melaporkan suatu oklusi cabang vena
BAB 2
Laporan Kasus
1. Identifikasi
Kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu mata kanan tiba-tiba terasa kabur.
Penglihatan terus menurun tanpa ada perbaikan. Tidak disertai nyeri dan
pusing, tidak melihat kilatan cahaya, tidak melihat benda-benda terbang, tidak
ada keluhan penglihatan tertutup tirai dan juga tidak disertai berair-air serta
mata merah.
Sejak 1 bulan yang lalu mata kanan semakin kabur, lalu penderita
tidak bersedia.
dirujuk ke RSMH.
4
3. Pemeriksaan Fisik
Status generalis :
Status Oftalmologikus
OD OS
Visus 6/30 ph (-) 6/9 ph 6/6
KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
5
4. Retinal Drawing
5. Pemeriksaan penunjang
a. Foto Fundus
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
6
d. Hasil laboratorium
Hasil konsul PDL tanggal 13 juli 2011 : Hipertensi stage 2 dan CVD lama.
- Captopril 3x 25 mg
- Hidroklorotiazid 1x 50 mg
- Ranitidin 2x 150 mg
6. Diagnosis Banding :
-
Branch Retinal Vein Occlusion Oculi Dextra + Retinopati Hipertensi grade
7. Diagnosis Kerja :
Branch Retinal Vein Occlusion Oculi Dextra + Retinopati Hipertensi grade II
8. Penatalaksanaan :
-
Pro Fotokoagulasi Laser Oculi Dextra
9. Prognosis :
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
OD OS
Visus 6/30 ph (-) 6/9 ph 6/6
KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Status lokalis Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
8
Retinal Drawing :
Diagnosis Kerja :
Branch Retinal Vein Oculi dextra
Penatalaksanaan :
-
Pro Photokoagulasi Laser Oculi dextra
kanan.
-
Penderita duduk menghadap slit lamp dan dilakukan photokoagulasi
laser jenis Grid dan Scatter dengan spot time 30 mikro detik, spot size
-
Diberikan tetes mata Polimixin Neomicin
OD OS
Visus 6/30 ph (-) 6/9 ph 6/6
BCVA S +0.50 6/6
TIO 18,5 mmHg 15,6mmHg
KBM Orthoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil B,C,RC(+)N,Ø3mm B,C,RC(+)N,Ø3mm
Lensa Jernih Jernih
Segmen RFOD (+) RFOS (+)
Posterior
Papil: Bulat , batas tegas , warna merah Bulat , batas tegas , warna
normal , c/d:0,3 , a/v:1/3. merah normal , c/d:0,3 ,
a/v:1/3.
Makula: Reflek Fovea (+) ↓, oedem (+), Reflek Fovea (+) normal.
makular star (+).
Retina: Perdarahan dot (+), blot (+) di Arterial spastik (+).
kuadran superotemporal, eksudat
(-), sikatrik laser (+)
Retinal Drawing :
10
Penatalaksanaan :
-
Polimixin-Neomicin-Dexametashon tetes mata 4 x sehari
Follow up (tanggal 15 Agustus 2011)
OD OS
Visus 6/21 ph 6/15 6/9 ph 6/6
BCVA S + 0.50 6/9 BCVA S + 0.50 6/6
ADD + 2. 50 ADD + 2.50
TIO 18,5 mmHg 15,6mmHg
KBM Orthoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil B,C,RC(+)N,Ø3mm B,C,RC(+)N,Ø3mm
Lensa Jernih Jernih
Segmen RFOD (+) RFOS (+)
Posterior
Papil: Bulat , batas tegas , warna merah Bulat , batas tegas , warna
normal , c/d:0,3 , a/v:1/3. merah normal , c/d:0,3 ,
a/v:1/3.
Makula: Reflek Fovea (+) ↓, oedem (+), Reflek Fovea (+) normal.
makular star (+).
Retina: Perdarahan dot (+), blot (+) di Arterial spastik (+).
kuadran superotemporal, eksudat
(-), sikatrik laser (+)
11
Retinal drawing :
Hasil OCT :
Penatalaksanaan :
-
Bilberry 80 mg, lutein 36 mg, zeaxanthin 12 mg 2 x sehari
12
BAB 3
Tinjauan Pustaka
Oklusi vena retina telah dilaporkan dapat terjadi antara 1–2% dari
populasi dan merupakan penyakit pembuluh darah retina yang sering terjadi
keterlibatan retina, oklusi vena retina telah dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu pada cabang, sentral dan hemi oklusi vena retina (BRVO,CRVO dan
HRVO).4 BRVO tiga kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan CRVO. 2,4
dan 1,6% meningkat dengan usia. Mengenali oklusi dari vena retina adalah hal
1. Patogenesis
kerusakan endotel vaskular retina. 2 Pada dua pertiga kasus, BRVO terjadi pada
itu, BRVO yang terjadi pada daerah nasal sering asimptomatik, sehingga pasien
tidak datang untuk mencari pengobatan. Pada mata yang terdapat persilangan
13
antara arteri dan vena merupakan faktor resiko untuk terjadinya BRVO. Dalam
keadaan ini arteri terletak di anterior dari vena. Peningkatan kekakuan arteri
Kompresi dari arteri dan vena diyakini menjadi penyebab utama BRVO,
dimana kompresi vena dapat menyebabkan aliran turbulen pada vena. Aliran
turbulensi yang disertai dengan kerusakan endotel vaskular yang sudah ada
aliaran vena terganggu atau terputus, maka iskemik retina terjadi pada tempat
oklusi. Iskemik retina merupakan salah satu regulator terpenting dari produksi
2. Epidemiologi
Oklusi vena retina cabang adalah penyakit gangguan pembuluh darah retina
nomor dua tersering setelah diabetik retinopati. Pada studi di Amerika Serikat,
usia penderita yang terkena diatas 43 tahun adalah 0,6%. Studi lain
mengatakan bahwa prevalensi terjadinya BRVO adalah sama pada tiap etnis
dan ras. 3
Sedangkan pada studi dari Australia, The Blue Mountains Eye Study,
prevalensi dari BRVO usianya lebih tua dari 48 tahun adalah 1,1%. Pada studi
dari The Singapore Malay Eye Study melaporkan prevalensi sebesar 0,6%
tahun. Dan pada studi The Beijing Eye Study dilaporkan prevalensi BRVO pada
3. Gambaran Klinis
berkelok-kelok, dan oedem retina atau oedem makula. Cotton wool spot dan
pembengkakan diskus sektoral dapat juga di temukan. 1-15 Oklusi arteri vena
retina cabang sering terjadi pada persilangan dari arteri dan vena serta derajat
oklusi tidak mengenai dari persilangan pada arteri dan vena, maka
Diagnosa pada akut BRVO jarang sulit kecuali perubahan funduskopik sangat
minimal. Apabila ada beberapa BRVO pada satu mata atau ada penyakit
sangat sulit.1,8-12
pada arteri dapat menyempit dan berselubung (sheated). Kuadran yang paling
dapat menurun yang disebabkan oleh perdarahan retina, oedem, atau iskemik
yang mengenai makula sentral. Apabila blokade dari vena perifer sampai ke
cabang pada daerah nasal, tajam penglihatan dapat berpengaruh kecuali ada
komplikasi lain yang terjadi. Distribusi dari perdarahan intra retina biasanya
dengan pengecualian, semakin dekat BRVO terjadi pada saraf optik, semakin
15
besar area retina yang terkena dan semakin serius komplikasinya. Bila oklusi
vena cabang pada saraf optik, maka yang dapat terkena adalah dua kudaran
retina. Kecuali bila oklusi di perifer dari diskus, dapat mengenai satu
kuadran.1,2,4-7
Apabila onset BRVO lebih dari 6 bulan atau lebih, maka dapat dikategorikan
sebagai kronik. Diagnosa dapat lebih sulit pada mata yang dengan BRVO kronik
apakah oklusi nya perfusi (non iskemik) atau nonperfusi (iskemik) dengan
pembuluh kapiler retina nonperfusi lebih kecil dari diameter lima diskus, oklusi
diklasifikasikan sebagai perfusi. Dan bila area nonperfusinya lebih besar dari
mata yang terkena BRVO biasanya mengenai paling tidak satu kuadran retina,
angiografi tidak dapat dilakukan pada mata dengan perdarahan intra retina yang
pembuluh darah parafovea dan area kapiler retina yang nonperfusi. Sehingga,
bulan.1,3,5
BRVO pada makula adalah sub grup dimana ditemukan tanda klinik dan tanda
tajam penglihatan dapat terganggu karena adanya oedem makula atau iskemik
merupakan penyebab paling sering hilang nya penglihatan pada BRVO. Pada
makula, oedem dapat dikenali dengan adanya penebalan dari yang diikuti
termasuk dilatasi kapiler dan mikroaneurisma dan menjadi area oklusi vena.
oedem makula dan endapan lipid pada retina. Ablasio retina serosa dengan
hard eksudat yang masif dikatakan sebagai komplikasi BRVO yang jarang. 1,5-6
pasien dengan BRVO dan menilai respon dari terapi nya. Yang khas pada
intra retina pada area yang terkena maupun yang tidak. Ablasio serosa dapat
disingkirkan dari akumulasi cairan intra retin dan subretina dan terapi dapat
ditegakkan. Selain itu, OCT sangat berguna pada evaluasi vitreoretina seperti
retina pada fovea yang diukur dengan OCT pada pasien BRVO. 1,5
17
Evaluasi klinis termasuk riwayat dari faktor resiko penyakit vaskular dan
jumlah sel darah dan laju endap darah, tes koagulasi, viskositas plasma,
agregasi eritrosit, serum kolesterol dan trigliserida, glukosa darah dan kreatinin.
Pada studi The Eye Disease Case Control Study mengidentifikasi kelainan
-
Penyakit kardiovaskular
-
Peningkatan indeks massa tubuh pada usia 20 tahun
-
Riwayat glaukoma. 1-3,5
4. Penatalaksanaan
dan pengobatan faktor resiko dan gangguan sistemik. Tergantung dari stadium
Tidak ada keuntungan dari terapi anti koagulan dengan heparin atau coumarin
yang dapat dibuktikan, sebagai pencegahan atau terapi dari BRVO. Manfaat
lebih besar dari manfaatnya. Sejak komplikasi sistemik dan progresifitas dari
adekuat.3,5
permeabilitas dan anti inflamasi yang kuat. Beberapa kasus oedem makula
dilaporkan. Dosis yang tepat masih belum jelas. Dosis dari 4 mg sampai 25 mg
ablasio retina.3-5
dengan derajat iskemia retina dan tingkat keparahan oedem makula pada
intravitreal pada dosis hingga 2,5 mg efektif dan aman dalam meningkatkan
makula yang disebabkan oleh BRVO. Hasil ini sering terlihat dalam 1 bulan
untuk oedem makula yang menetap dan berhubungan dengan BRVO dan masih
menjadi gold standart. Pada studi The Branch Retinal Vein Occlusion Study
(BVOS) rata-rata tajam penglihatan pada mata yang ditrapi dengan laser
meningkat dari 20/40 sampai 20/50, dibandingkan dengan mata yang tidak
penglihatan yang lebih buruk dari 20/100 sampai 20/200. Pada kasus dengan
penurunan tajam penglihatan yang menetap pada 20/40 atau kurang dan
laser fotokoagulasi grid makula pada area yang terkena. Ketika nonperfusi
Laser argon hijau merupakan panjang gelombang pilihan pada tindakan laser
fotokoagulasi yang tidak disengaja pada zona avaskular fovea. Bila batas nya
20
tidak dapat diidentifikasi, spot laser harus dilakukan diluar dari fovea dari awal
tindakan. Pada saat oedem sudah berkurang, batas lebih mudah terlihat, dan
pada tindakan berikutnya, laser dapat dilakukan dekat zona avaskular fovea.
Tindakan ini dapat sangat aman dan efektif sebagai satu-satunya pengobatan.
Pada umumnya respon terapi harus diperiksa kurang labih selama 3 bulan.
Apabila tajam penglihatan belum ada perbaikan dan oedem makula masih
retina menyebabkan proliferasi kapiler retina dan endotel vena, dimana dapat
termal dari epitel pigmen retina dapat mengubah sawar darah retina,
segmen posterior dengan atau tanpa tamponade gas dan ditunjukkan pada
pisau lain yang digunakan untuk selubung arteriovena untuk memisahkan arteri
dari vena retina pada tempat oklusi. Diketahui bahwa dekompresi dari vena
daerah blokade dengan kembalinya aliran vena distal. Tehnik ini dapat
ablasio retina.4,5
mata dengan ketajaman penglihatan 20/40 atau lebih baik, 25% memiliki
ketajaman penglihatan antara 20/50 dan 20/100, dan 22% memiliki ketajaman
penglihatan 20/200 atau lebih buruk. Bila oklusinya semakin berada di distal dari
BAB 4
Diskusi
datang dengan keluhan utama mata kanan kabur mendadak. Mata kanan kabur
sudah dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Penderita sudah berobat
ke Rumah Sakit lain dan dirujuk ke RSMH, tetapi penderita tidak bersedia, dan
keluhan tampak benda-benda terbang, tidak ada kilatan cahaya, tidak ada
penglihatan seperti tertutup tirai dan tidak ada riwayat mata merah . Pada
hipertensi sejak tahun 2007 (14 tahun) yang tidak terkontrol obat, riwayat sakit
(CVD) lama.
Pada pemeriksaan oftalmologi, visus mata kanan pasien 6/30 dan 6/9
pinhole 6/6 pada mata kiri. Pemeriksaan segmen posterior mata kanan pasien
didapatkan reflek fovea menurun pada makula, oedem makula, macular star
dan pada retina didapatkan perdarahan dot, perdarahan blot pada kuadran
bulan setelah di terapi disertai dengan perbaikan visus menjadi 6/21 pinhole
iskemik, tetapi pada pasien ini tidak dilakukan karena keterbatasan alat yang
belum tersedia. Diagnosa BRVO pada mata kanan berdasarkan dari anamnesis
dilakukan pengobatan dengan laser fotokoagulasi grid dan scatter karena tajam
yang tidak tampak pada fovea dan oedem makula tidak berkurang secara
dengan gambaran “grid”, dengan spot dilakukan pada area pembuluh darah
yang terjadi kebocoran. Spot tidak dilakukan mendekati fovea. Selain itu
preretina. Kekuatan laser dapat ditambah pada area yang oedem dan harus
diperhatikan untuk tidak melakukan burn yang berat pada daerah makula
tajam penglihatan. Komplikasi dapat terjadi bila laser mengenai fovea ataupun
mengenai perdarahan intraretina. Visus mata kanan masih tetap 6/30 dengan
pinhole negatif, pada makula reflek fovea masih menurun, dengan oedem
makula dan macular star, sedangkan pada retina etap didapatkan perdarahan
dot, blot pada kuadran superotemporal serta ada sikatrik laser. Setelah 1 bulan
dilakukan laser, visus didapatkan 6/21 pinhole 6/15 lalu dilakukan koreksi
kacamata terbaik dengan S+0.50 visus menjadi 6/9 sedangkan pada mata kiri
koreksi kacamata terbaiknya S+0.50 visus menjadi 6/6 dan addisi kedua mata
+2.50. Pada segmen posterior tampak oedem sudah berkurang dan dilakukan
komplikasi yang terjadi pada pasien ini dapat segera diatasi.selain itu, faktor
resiko pada penderita ini juga ditemukan, yaitu riwayat hipertensi dan penyakit
kardiovaskular maka penanganan yang lebih tepat pada pasien ini dapat
25
BAB 5
Kesimpulan
keluhan tersebut sudah mulai timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin
kabur. Pada pemeriksaan visus mata kanan didapatkan 6/30 dan pada segmen
posterior di makula, reflek fovea menurun, oedem makula, dan macular star,
memantau hasil terapi. Dan pasien disarankan untuk kontrol ulang ke poli mata
untuk menilai kemajuan tajam penglihatan dan menilai berkurang nya oedem
makula.
27
Bab 6
Daftar Pustaka
8. Sadaf Hamid, Sajid Ali Mirza, Ishrat Sokh. Branch Retinal Vein Occlusion
Review Article. J Ayub Med Coll Abbottabad 2008;20(2). Available at
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/Past/20-2/Sadaf.pdf.
9. Sadaf Hamid, Sajid Ali Mirza, Ishrat Shokh. Etiology and management of
Branch Retinal Vein Occlusion. World Applied Sciences Journal 6(1): 94-
99,2009.
10. Jiri Rehak, Matus Rehak. Branch Retinal Vein Occlusion : Phatogenesis,
Visual Prognosis, and Treatment Modalities. Department of Ophtalmology,
University Hospital, Czech Republic.
11. Atul Mishra. Branch Retinal Vein Occlusion. Fellow Retina Foundation
Ahmedabad. Rajendra Eye Hospital. Available at
http://www.jdosmp.org/lectures/am_brvo.htm
Daftar Isi