OLEH :
ARJUMARDI AZRAH 120100044
LEMBAR PENGESAHAN
COW Pembimbing
Pimpinan Sidang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, karena atas berkat dan rahmat-Nya berupa
kesehatan, rezeki, serta waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini tepat waktu.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul Penyakit
Ginjal Kronis penulis menemukan banyak hambatan. Namun, berkat bantuan
dari banyak pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Jubilate selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada dr. Riri, Sp.PD selaku pimpinan sidang, yang telah
meluangkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk memberi bimbingan dalam proses
penulisan laporan kasus ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus
penyakit ginjal kronis, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan pada pasien
yang dirawat inap selama masa kepanitraan klinik di Rumah Sakit Haji Adam
Malik Medan. Laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar dapat
dijadikan bahan yang lebih baik lagi untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
2.1 Definisi......................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.................................................................................................3
2.3 Epidemiologi............................................................................................4
2.4 Etiologi......................................................................................................5
2.5 Patofisiologi..............................................................................................6
2.7 Diagnosis...................................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................11
2.9 Rujukan..................................................................................................17
2.11 Prognosis.............................................................................................19
BAB IV DISKUSI................................................................................................34
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien
mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus
kurang dari 30%.1
Penyakit ginjal kronik tidak hanya akan menyebabkan gagal ginjal, tetapi
juga menyebabkan komplikasi kardiovaskular, keracunan obat, infeksi, gangguan
kognitif dan gangguan metabolik dan endokrin seperti anemia, renal osteodistrofi,
osteitis fibrosa cysta dan osteomalasia.3,5,7
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan panduan dari KDOQI (Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative) tahun 2002, penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 mL/min/1.73
m selama lebih dari 3 bulan. Gagal ginjal merupakan kelainan patologis pada
ginjal, yang ditandai dengan abnormalitas pada darah dan urin pada hasil
laboratorium. Penyakit ginjal kronik didefinisikan sesuai kriteria berikut8:
Tabel 2.1. Kriteria penyakit ginjal kronik1
1. Kerusakan ginjal 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, berdasarkan:
Kelainan patologik
Tanda-tanda kerusakan ginjal seperti kelainan komposisi darah atau urin,
atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang
dihitung dengan mempergunakan rumus Kockroft-Gault sebagai berikut1:
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit1
Derajat Penjelasan LFG(ml/mnt/1,73m2
2.3 Epidemiologi
Menurut data dari CDC tahun 2010, lebih dari 20 juta warga Amerika
Serikat yang menderita penyakit ginjal kronik, angka ini meningkat sekitar 6%
setiap tahunya. Lebih dari 35% pasien diabetes menderita penyakit ginjal kronik,
dan lebih dari 20% pasien hipertensi juga memliki penyakit ginjal kronik dengan
insidensi penyakit ginjal kronik tertinggi ditemukan pada usia 70 tahun atau
lebih.9 Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak
sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)
dan ginjal polikistik (10%).10 Menurut National Kidney Foundation, etiologi
penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes mellitus atau hipertensi,
obesitas , perokok, berumur lebih dari 50 tahun dan individu dengan riwayat
penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit ginjal dalam keluarga.8
2.4 Etiologi
Berbagai jenis kelainan dapat memiliki hubungan dengan kejadian gagal
ginjal. Bisa secara langsung menyebabkan kelainan atau primary renal process
5
2.5 Patofisiologi
Urutan peristiwa dalam patofisiologi gagal ginjal secara progresif secara
umum dapat diuraikan dari segi hipotesis nefron yang utuh. Meskipun sudah
terjadi kerusakan nefron pada gagal ginjal, namun beban jumlah zat yang harus
dikeluarkan untuk mempertahankan homeostasis adalah tidak berubah, sehingga
sisa nefron yang ada bekerja dengan keras dan mengalami hipertrofi untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Terjadi hiperfiltrasi atau peningkatan daya dorong
filtrasi sehubungan dengan dilatasi arteriola aferen dan vasokontriksi arteriola
eferen akibat angiotensin II. Mekanisme kompensasi ini cukup efektif untuk
mempertahankan keseimbangan homestasis cairan dan elektrolit hingga derajat
tertentu sekaligus memelihara fungsi ginjal.13
Mekanisme yang berpotensi merusak glomerulus ginjal adalah
peningkatan langsung dari tekanan hidrostatik, hasilnya adalah keluarnya protein
melewati dinding kapiler dan pada akhirnya kelainan ini menyebabkan perubahan
pada sel mesengium dan epitel dengan perkembangan sklerosis glomerulus.
Ketika sklerosis luas telah terjadi nefron sisanya akan menderita peningkatan
beban ekskresi, mengakibatkan lingkaran setan peningkatan aliran darah
glomerulus dan hiperfiltrasi.13
Jika kerusakan sudah mencapai sekitar 75% masa nefron maka beban kerja
nefron yang demikian tinggi mengakibatkan ketidakseimbangan glomerulus-
tubulus (keseimbangan laju filtrasi dan reabsorbsi tubulus) tidak dapat lagi
dipertahankan. fleksibilitas baik pada ekresi maupun konservasi zat terlarut dan
air menjadi berkurang. Dengan sedikit mengkonsumsi makanan dapat mengubah
keseimbangan yang rawan tersebut, karena makin rendah GFR maka semakin
besar perubahan kecepatan ekspresi per nefron dan selanjutnya hilangnya
kemampuan nefron untuk memekatkan dan mengencerkan urine menyebabkan
berat jenis urine tetap pada 1,010 atau 285 mOsm (sama dengan plasma) hal inilah
7
yang kemudian menimbulkan poliuria dan nokturia. Perlu di ingat bahwa orang
normal dapat memekatkan urinenya hingga 4 kali nilai plasma, sehingga urine nya
menjadi lebih pekat dan secara otomatis air yang dikeluarkan pun lebih sedikit,
hal itu juga bergantung dari apa yang dia makan. Sementara pada penderita gagal
ginjal maka untuk mengeluarkan zat terlarut 600 mOsm (285 mOsm/L pada orang
gagal ginjal) maka dia akan kehilangan air sebanyak 2 liter.12
Proteinuria menetap dan hipertensi sistemik karena sebab apapun dapat
merusak dinding kapiler glomerulus secara langsung, mengakibatkan sklerosis
glomerulus dan permulaan cidera hiperfiltrasi.13
2.7 Diagnosis
e. Meramalkan prognosis
10
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien penyakit ginjal kronik meliputi18:
Terapi spesifik terhadap penyakit dasar
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit komorbid
Memperlambat perburukan fungsi ginjal
12
protein mulai dilakukan pada LFG 60 ml/menit, sedangkan diatas nilai tersebut
2. Terapi farmakologis
Dilakukan untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Penggunaan obat
antihipertensi bermanfaat untuk memperkecil resiko kardiovaskular,
memperlambat perburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulur dan hipertrofi glomerulus.
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular pentingdilakukan
karena 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan olehpenyakit
kardiovaskular. Hal-hal ini termasuk pengendalian diabetes, pengendalian
hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian
hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan
elektrolit.
Tatalaksana secara farmakologi tarhadap pasien PGK harus diperhatikan
karena berpotensi memperburuk kerusakan ginjal. Beberapa obat perludibatasi
dosisnya pada pasien PGK atau sama sekali dihindari.
15
penuruna GFR setelah terapi selama dua bulan sebesar , 25% sejak awal terapi
maka penggunaannya dapat dilanjutkan, namun apabila penurunan GFR setelah
dua bulan terapi lebih dari 25% makq perlu dirujuk ke dokter ahli nefrologi.
Terapi kombinasi ARB dan ACEi seharusnya dihindari karena dapat menyebabkan
hipotensi. Penggunaan harus diperhatikan apabila terdapat peningkatan kada K+
pada serum.Penggunaan ARB atau ACEi pada penyakit akut harus dihentikan dan
dilanjutkan kembali apabila kondisi pasien sudah stabil. Penggunaan non-loop
diuretik (seperti thiazides) dan loop diuretik (seperti furosemide) etefektif untuk
semua tingkatan kerusakan ginjal. Furosemide baik digunakan jika terdapat
overload pada PGK, dan aman walaupun GFR < 30 ml/menit. Penggunaan beta-
blockers dapat digunakan pada pasien PJK , takiaritmia dan gagal jantung, namun
tidak dapat diberikan pada pasien asma dan adanya blokade parhadap impuls
jantung. Obat hipertensi jenis CCB dapat diberikan pada pasien dengan angina,
usia tua, atau dengan hipertensi sistolik.21
Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi harus dilakukan untuk
menghambat perburukan keadaan pasien. Anemia merupakan komplikasi yang
timbul pada 80-90% pasien PGK. Penyebab utama anemia adalah defisiensi
eritropoietin. Penyebab lain timbulnya anemia pada PGK adalah defisiensi besi,
kehilangan darah, masa hidup eritrosit yang pendek, defisiensi asam folat, depresi
sumsum tulang, inflamasi akut maupun kronik. Penatalaksanaan anemia ditujukan
untuk pencapaian kadar Hb > 10 g/dL dan Ht > 30%, baik dengan pengelolaan
konservatif maupun dengan EPO. Bila dengan terapi konservatif target Hb dan Ht
belum tercapai dilanjutkan dengan terapi EPO, apabila belum teratasi maka
dilakukan transfusi.
Osteodistrofi renal merupakan salah satu komplikasi dari PGK.
Hiperfosfatemia diatasi dengan pembatasan asupan fosfat, pemberian pengikat
fosfat, hingga terapi dengan dialisis.
Terapi pengganti ginjal dan dialisis dilakukan pada PGK stadium 5 dengan
GFR <15 ml/menit. Dialisis dapat dilakukan dengan hemodialisis, peritoneal
dialisis atau transplantasi ginjal.
2.9 Rujukan
Penyakit ginjal kronik merupakan tingkat kemampuan 2 sehingga lulusan
dokter harus mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat terhadap penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
4 Hyperkalemia (potassium level > 5.5 mEq per L [5.50 mmol per L]
despite treatment)
7 Stage 4 CKD (estimated GFR < 30 mL per minute per 1.73 m2)
CKD = chronic kidney disease; GFR = glomerular filtration rate. J Kidney Dis.
2002;39 (2 suppl 1):S1-S266.
gagal ginjal, gagal ginjal akut, dan penurunan LFG secara progresif. Faktor lain
yang perlu diperhatikan dalam menentukan prognosis pasien adalah adanya
penyakit dasar, adanya kondisi komorbid yang dapat memperberat penyakit, dan
ada atau tidaknya komplikasi dari penyakit ginjal kronik.
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Rengsi br Siaholo
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Petani
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Dsn VII Simpang Empat Lau Paka
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : Hal ini telah dialami os sejak 1 minggu SMRS. Sesak
nafas tidak berhubungan dengan aktifitas dan keluhan sesak
nafas terus-menerus dan memberat sejak 3 hari ini. Riwayat
sesak nafas sebelumnya tidak dijumpai. Batuk, dan nyeri
dada tidak dijumpai. Os juga mengeluhkan mual yang
dialami sejak 3 hari SMRS, muntah disangkal. Os juga
mengeluhkan volume BAK berkurang sejak 3 bulan SMRS,
dan semakin berkurang sejak seminggu terakhir dengan
21
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak Nafas : (+) Edema : (+)
Angina Pektoris : (-) Palpitasi : (-)
Lain-lain : (-)
ANAMNESA FAMILI : Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), ikterus (-/-), pupil
isokor ki=ka, diameter 3mm, reflex cahaya direk (+/+) / indirek
(+/+). Kesan: anemis
Telinga : Dalam batas normal, serumen (+), membran timpani (+)
Hidung : Dalam batas normal, deviasi septum (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Mulut : Lidah : Atrofi papil lidah (-), kering (-)
Gigi geligi : Perdarahan (-), Hyperplasia gingival (-)
Tonsil/faring : Hiperemis (-)
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat: (-)
24
Pembesaran kelenjar limfa (-), lokasi (-), jumlah (-), konsistensi (-),mobilitas (-),
nyeri tekan (-)
Posisi trakea : medial, TVJ: R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Thorakoabdominal, Tidak ada ketinggalan bernafas di
kedua lapangan paru
Palpasi
Nyeri tekan : tidak dijumpai
Fremitus suara : stem fremitus kanan = kiri
Iktus : tidak terlihat, teraba pada ICS V LMCS
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V /ICS VI
Peranjakan : 1 cm LMCS
Jantung
Batas atas jantung : Intercostal Space III Linea Midclavicularis
Sinistra
Batas kiri jantung : 1 cm medial Linea Midclavicularis Sinistra pada
25
Intercostal Space VI
Batas kanan jantung : ICS V Linea Parasternal Dextra
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : tidak ada
Jantung
M1>M2, P2>P1, T1>T2, A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-),
lain-lain (-), Heart Rate:76x/menit, regular, intensitas : cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus pada seluruh lapangan paru kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan Lambung/usus : Tidak tampak
Vena kolateral : Tidak ada
Caput medusa : Tidak ada
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba.
26
HATI
Pembesaran : Tidak ada
Permukaan : Tidak ada
Pinggir : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak ada
LIMFA
Pembesaran : (-), Schuffner (-), Haecket (-)
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri / Kanan, lain-lain: (-)
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati : Tidak ada
Pekak beralih : Tidak ada
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : Tidak ada
PINGGANG :-
INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan
GENITAL LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan
27
Lain-lain - -
Ht: 17 %
MCV: 74 fL Sedimen Telur Cacing
PCT: 0,270%
PDW:9,5%
Eosinofil: 0,00 %
Basofil: 0,10 %
Neutrofil: 87,90 %
Limfosit: 8,00 %
Monosit: 4,00 %
Ginjal
Blood Urea Nitrogen
(BUN): 98 mg/dl
Ureum: 210 mg/dl
Creatinin: 16,28 mg/dl
Elektrolit
Natrium (Na): 143 mEq/l
Kalium (K): 3,1 mEq/l
Klorida (Cl): 106 mEq/l
Albumin: 2,3
RESUME
Tinja : normal
Medikamentosa :
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
CKD St V HD hari Senin
10 Juli Badan Sensorium: CM ec Transfusi PRC 2
2016 terasa Suspect bag, 175 cc HD
lemas, TD: 150/80 Ca Cervix
dan sudah
BAK Hidronefr
dibuat pada LBP
berdarah HR: 76x/i osis
ringan nya
RR: 18x/i bilateral- Bila department
moderate urologi ingin
Temp: 36,5C Hematuri melakukan
a sistografi, hanya
Anemia 1x24 setelah
ec HD. .
penyakit
kronis dd
pendaraha
n
Hipoalbu
minemia
11 Juli Sesak Compos mentis CKD Stage V Tirah baring
32
2016 nafas (-) TD: 170/90 mmHg ec P6O2dd Diet ginjal 1500kkal
Bak HR : 96x/i HN + 50 gr protein
berdarah RR : 28x/i Suspect Ca IVFD NaCl 0,9%
(+). Temp :36,4C Cervix
Pemeriksaan fizik: 10gtt/i makro
Hidronefrosis
Kepala: ringan Inj. Ceftriaxone
Mata: conjunctiva bilateral 1gr/12jam
palpebra inf anemis Hematuria Inj. Ranitidine
(+)
Anemia ec 50mg/ 12jam
Sklera ikterik (-/-)
penyakit Inj. Transamin 500
Oedem palpebra (+)
kronis dd
T/H/M: dbn mh/ 12jam
pendarahan
Leher: TVJ R- cm
H2O Hipoalbumin Inj. Metodopnamide
emia(2,3) 1amp/ 12jam
Pembesaran KGB
(-/-) Inj. Vitamin K 10mg
Trachea medial / 8jam
Thorax: Sp: Vesikuler HD
St: (-) Transfusi PRC 2bag
Extremistas :
oedema(-/-) durante HD
USG ginjal dan
saluran kemih
Jawaban konsul Jawaban
konsul Memasang double
Obgyn :
Obgyn: lumen
Perdarahan per
vaginam (+) Susp. Ca
Cervix Jawaban konsul
Inspekulo : massa
eksofilik memenuhi CKD stage V Obgyn:
1/3 dinding vagina ec PGOI Biopsi dilakukan
VT: teraba massa jika Hb >10
eksofilik pada 1/3
dinding vagina
BAB IV
DISKUSI
Teori Kasus
Epidemiologi
1 Kerusakan ginjal
dengan LFG normal
atau
2 Kerusakan ginjal
dengan ringan
3 Kerusakan ginjal
dengan sedang
4 Kerusakan ginjal
dengan berat
5 Gagal ginjal
Diagnosis
penyakit termasuk semua faktor yang dapat Nausea (+). Oliguria (+).
memperburuk faal ginjal (LFG). Gambaran Hematuria (+). Anoreksia (+).
Penurunan berat badan (+).
klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk
Demam (+)
kelainan laboratorium) mempunyai spektrum
klinik luas dan melibatkan banyak organ dan
tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.
Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu
memastikan dan menentukan derajat penurunan
LFG pasien = 5
faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan
Ureum= 210 mg/dL
menentukan perjalanan penyakit termasuk
semua faktor pemburuk faal ginjal. Kreatinin= 16,28 mg/dL
Pemeriksaan faal ginjal (LFG) Bikarbonaat= 4,5 mmol/L
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam Hemoglobin= 5,5 g%
urat serum sudah cukup memadai sebagai uji
saring untuk faal ginjal (LFG). Pemeriksaan
klirens kreatinin dan radionuklida (gamma
camera imaging) hampir mendekati faal ginjal
yang sebenarnya.
Etiologi penyakit ginjal kronik (PGK)
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia
darah, elektrolit dan imunodiagnosis.
Pemeriksaan laboratorium untuk
perjalanan penyakit
Progresivitas penurunan faal ginjal,
hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan
pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama
faktor pemburuk faal ginjal (LFG).
Elektrolit
Natrium (Na): 143 mEq/l
Kalium (K): 3,1 mEq/l
Klorida (Cl): 106 mEq/l
Albumin: 2,3
43
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,
3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing 2009:1035-
1040.
2. Triyanti, K., Suhardjono, P. Soewondo, H. Shatri Renal Function Decrement in
Type 2 Diabetes Mellitus Patient in Cipto Mangunkusumo Hospital. Acta Med
Indones 2008;40(4) :192-200
3. Thomas, R., A. Kanso and J.R. Sedor. Chronic Kidney Disease and Its
Complication. Prim Care (2008); 35(2): 329-vii
4. Prodjosudjadi, W., A. Suhardjono. End-Stage Renal Disease in Indonesia:
Treatment Development. Ethn Dis.2009;19(suppl1):S1-33- S1-36
5. Fauci et al.2012. Harrisons Principles of Internal Medicine 18th Edition. New
York, U.S.A.:The McGraw-Hill Companies.2012
6. Barsoum, R.S. Chronic Kidney Disease in Developing World. N Engl J Med
2006;350;10
45