Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi SKA


SKA adalah gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut.
Berbeda dengan angina pektoris stabil (APS), gangguan aliran darah ke miokard pada SKA
bukan disebabkan oleh penyempitan yang statis namun terutama akibat pembentukan
trombus didalam arteri koroner yang sifatnya dinamis. (Rilantomo, 2013)

2.2 Epidemiologi SKA


Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia, berdasarkan diagnosis dokter
atau gejala sebesar 1,5%. Angka kejadiannya juga meningkat seiring dengan bertambahnya
umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 3,6%. (RISKESDAS, 2013)

2.3 Patofisiologi SKA


Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak atheroma pembuluh darah
koroner yang robek atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan
penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini diikuti oleh proses
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit
(white trombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang
lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner.Berkurangnya aliran darah koroner
menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang lebih 20
menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard). (PERKI, 2015)

2.4 Klasifikasi SKA


1. Infark miokard dengan segmen ST (STEMI).
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI).
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP). (PERKI, 2015)

2.5 Definisi STEMI


STEMI merupakan bagian dari SKA yang menggambarkan cedera miokard, akibat
oklusi total arteri koroner oleh thrombus. Bila tidak dilakukan revaskularisasi segera, maka
akan terjadi nekrosis miokard yang berhubungan linear dengan waktu. STEMI merupakan
indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. (Rilantomo, 2013)

2.6 Diagnosa Banding STEMI


Diagnosa banding STEMI adalah :
1. Penyakit Katup jantung (Stenosis Regurgitasi Aorta).
2. Miokarditis .
3. Perikarditis.
4. Emboli Paru.
5. Diseksi Aorta. (PERKI, 2015)

2.7 Diagnosa
Diagnosa SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan
karakteristik : pria, diketahui mempunyai penyakit arterosklerosis non koroner, diketahui
mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard/ bedah pintas koroner/ IKP,
mempunyai faktor resiko (umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, DM, riwayat PJK dini
dalam keluarga. (Liwang dan Wijaya, 2014)

2.7.1 Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemi dapat berupa nyeri dada yang tipikal seperti rasa
tertekan atau berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area
interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung intermiten atau persisten
(lebih dari 20 menit). Keluhan sering disertai diaphoresis, mual atau muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, sinkop. (Liwang dan Wijaya, 2014)

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
- Umum : kecemasan, sesak, keringat dingin, tekanan darah normal
atau meningkat.
- Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ
- Jantung : takikardia, S1 lemah, timbulnya S4, terdapatnya S3,
murmur sistolik.
- Paru : rales atau mengi bila terdapat gagal jantung
Ekstremitas : normal atau terdapat tanda penyakit vascular perifer. (Liwang dan
Wijaya, 2014)
2.7.3 Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat penting untuk pengenalan STEMI,
LBBB baru pada kondisi klinis yang sama dapat dianggap setara. Elevasi ST
menunjukan beberapa millimeter lebih besar voltase pada segmen ST dibandingkan
segmen PR. (Dharma, 2015)

Gambar 2.1.Perubahan EKG pada STEMI. (Young dan Libby, 2007)


Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi > 1 mm pada sadapan ekstremitas
dan >2 mm pada sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang menghadap ke
daerah anatomi jantung yang sama. (Dharma, 2015)

Tabel 2.1. Lokasi Infark Miokard berdaarkan EKG (Dharma, 2015)


Lokasi Infark Lokasi Elevasi Arteri Kororner
Miokard Akut Segmen ST
Anterior V3,V4 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal
Anteroseptal V1,V2,V3,V4 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal, cabang LAD-septal
Anterior ekstensif I,aVL,V2-V6 Arteri koroner kiri proksimal LAD
Anterolateral I,aVL,V3,V4,V5,V6 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal dan/cabang sirkumfleks
Inferior II,III,aVF Arteri koroner kanan (paling sering)
cabang desenden posterior dan/ cabang
arteri koroner kiri sirkumfleks
Lateral I,aVL,V5,V6 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal dan/cabang sirkumfleks
Septum V1,V2 Arteri koroner kiri cabang LAD-septal
Posterior V7,V8,V9 Arteri koroner kanan/sirkumfleks
Ventrikel Kanan V3R-V4R Arteri koroner kanan bagian proksimal

2.7.4. Biomarka Jantung


Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis
miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard. Dalam keadaan
nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin I/T menunjukkan kadar yang
normal dalam 4-6 jam setelah awitan SKA, pemeriksaan hendaknya diulang 8-12 jam
setelah awitan angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama. Kadar CK-MB
yang meningkat dapat dijumpai pada seseorang dengan kerusakan otot skeletal
(menyebabkan spesifisitas lebih rendah) dengan waktu paruh yang singkat (48 jam).
Mengingat waktu paruh yang singkat, CK-MB lebih terpilih untuk mendiagnosis
ekstensi infark (infark berulang) maupun infark periprosedural. (PERKI, 2015)

Gambar 2.2 Biomarka Jantung

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Tindakan Umum dan Langkah Awal
Terapi awal pada pasien dengan diagnosa kerja kemungkinan SKA atau SKA
atas keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan
atau marka jantung adalah :
1. Tirah baring
2. Suplemen O2 harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri < 95%
atau mengalami distres respirasi. Suplemen O2 dapat diberikan pada semua pasien
SKA dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 aspirin.
3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali.
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.
5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg dilanjutkan dengan maintanance 75 mg per
hari.
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual. (PERKI, 2015)

2.8.2 Terapi Reperfusi


Terapi reperfusi wajib dalam 12 jam pertama setelah awitan nyeri dada. Pilihan
metode reperfusi berupa terapi fibrinolitik. Obat fibrinolitik yang dikenal saat ini ada
2 : fibrin non-spesifik seperti Streptokinase (SK) dan fibrin spesifik seperti Alteplase
(tPA). Fibrinolitik lebih dianjurkan apabila presentasi 3 jam, tindakan invasif tidak
mungkin dilakukan atau akan terlambat (door-to-balloon > 90 menit atau door-to-
needle> 1 jam), serta tidak ada kontraindikasi fibrinolitik. Dosis Streptokinase : 1,5 juta
unit dilarutkan dalam 100 ml dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 30-60
menit, tanpa heparin atau dengan heparin IV selama 24-48 jam. Dosis Alteplase : 15 mg
IV bolus dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30 menit, kemudian 0,6 mg/kgBB selama
60 menit, tidak boleh lebih 100 mg diberikan dengan heparin 24-48 jam IV. (Liwang
dan Wijaya, 2014)
Gambar 2.3 Langkah-langkah reperfusi. (PERKI, 2015)

Anda mungkin juga menyukai