Anda di halaman 1dari 63

Case Based Discussion

Perempuan Usia 54 Tahun dengan Riwayat


Liposarkoma, Limphedema dan Myalgia
Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Disampaikan Oleh:
Fina Rahmatul Ummah
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. M
Usia : 54 Tahun

Anamnesis
Jenis Kelamin : Perempuan
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sukoharjo
Tanggal Masuk : 23 Maret 2021
Keluhan Utama :

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Pasien mengeluh nyeri di lengan atas kanan


RPS: Seorang perempuan usia 54 tahun, konsulan dari
poli bedah onkologi dengan keterangan liposarcoma
regio humerus dextra post wide eksisi post radioterapi
25 kali + skar hipertrofik regio humerus dextra agar
mendapatkan tatalaksana pencegahan lymphedema.
Pasien datang ke poli rehab medik dengan keluhan

Anamnesis
nyeri kemeng-kemeng di lengan kanan bagian atas.
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Keluhan dirasakan sejak akhir tahun kemarin. Keluhan


dirasa terus menerus, memburuk secara tiba-tiba
hingga gerakan sendi bahu pasien terbatas. Nyeri
mereda dengan sendirinya atau ketika di istirahatkan
dan di kompres dengan air dingin. Saat sakit memburuk,
pasien merasa kebas di tangan terutama pada 3 jari
(jempol, telunjuk dan tengah). Tidak didapatkan keluhan
berupa demam, penurunan berat badan. Nyeri
dirasakan tidak menjalar.
RPD:
• Pasien merasa tangan sebelah kanan lebih besar
daipada tangan kiri amun tidak nyeri
• Agustus 2018, pasien mengalami kecelakaan motor
dengan truk.
• Setelah kecelakaan, pasien merasakan nyeri di

Anamnesis
lengan kanan atas.
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

• Pasien mendapatkan operasi di lengan kanan atas


Px Fisik

dan dilakukan pemeriksaan hasil PA di RS.


• Beberapa hari setelah operasi, luka tidak menutup
dengan sempurna.
• Pasien dirujuk ke Indriyati untuk melakukan MRI.
Setelah medapatkan hasil MRI, pasien diberitahu
menderita keganasan kemudian melakukan operasi
kedua di RS Karima pada November 2018.
RPD:
• Setelah operasi, luka dapat menutup dengan baik
namun pasien merasa lengan kanan atasnya masih
berukuran besar dan merasakan sakit.

Anamnesis
• Awal tahun 2020, pasien dirujuk ke RSUD Dr.
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Moewardi untuk mendapatkan radioterapi.


• Kini pasien sudah menyelesaikan radioterapi
sebanyak 25x.
• Dalam rangka evaluasi keberhasilan radioterapi,
dilakukan biopsi pada pasien bulan Maret 2020.
• Sejak saat itu, pasien rutin memeriksakan diri ke poli
bedah onklogi setiap bulannya.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa : disangkal


Riwayat DM : disangkal

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Riwayat HT: disangkal


Px Fisik

Riwayat jantung : disangkal


Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa : disangkal


Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang

Riwayat hipertensi : disangkal


Diagnosis

Px Fisik

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal


Riwayat keganasan : Ibu Ca. Mammae

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien beroobat menggunakan fasilitas BPJS, seorang ibu
rumah tangga sejak 2 tahun yang lalu. Tinggal bersa suami.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang

Vital Sign
Diagnosis

Px Fisik
Px Fisik

a. Tekanan darah : 100/83 mmHg


b. Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
c. Frekuensi nadi : 78 x/menit
d. Suhu : 36 oC
e. Saturasi oksigen : 98%
MATA
Conjunctival pucat (+/+)
sklera ikterik (-/-) KEPALA
refleks cahaya (+/+) Bentuk mesocephal,
pupil isokor (3mm/3mm) Jejas (-)
oedem palpebra (-/-)
sekret (-/-)

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik

Px Fisik
HIDUNG
Nafas cuping hidung (-/-)
KULIT deformitas (-)
Warna kuning ikterik(-) darah (-/-)
pucat (-) sekret (-/-)
TELINGA
Deformitas (-/-),
darah (-/-),
sekret (-/-)

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang

bibir kering (-),


Diagnosis

Px Fisik

Px Fisik
lidah simetris,
MULUT tonsil T1-T1,
stomatitis (-),
mukosa pucat (-),
gusi berdarah (-),
gusi bengkak (-),
LEHER papil lidah atrofi (-)
Benjolan pada daerah tiroid (-)
pembesaran kelenjar getah bening (-),
nyeri tekan (-),
Nyeri saat menelan (-)
THORAKS
Simetris(+),
retraksi (-)

PARU

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Inspeksi : Pengembangan dinding simetris


Px Fisik

Px Fisik
Palpasi : fremitus teraba kanan-kiri sama
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (+/-),
wheezing (-/-)

JANTUNG
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II reguler,
intensitas normal, bising (-)
ABDOMEN
Inspeksi : abdomen distended (-), ascites (-), sikatriks (-)
Auskultasi : bising usus (+) 6 x/menit
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Tatalaksana

Px Penunjang

Anamnesis
Diagnosis

EKSTREMITAS
Px Fisik

Px Fisik
Clubbing Finger (-),
CRT < 2 detik
Oedema Akral Dingin

- - - -
- - - -

Brachii dextra :
• Tanda inflamasi (-)
• Luka ost operasi baik,
• Scar (+)
• Edema (+)
Pemeriksaan Muskuloskeletal
Manual Muscle Test
Nilai Otot
No. Area Group Otot
Kanan Kiri
1. Ekstremitas Superior    

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Px Fisik

  a. Shoulder (fleksor - ekstensor, abduktor - 4 5


adduktor, eksorotator - endorotator)
  b. Elbow (fleksor - ekstensor, pronator - supinator) 4+ 5
  c. Wrist (palmar-dorsal fleksor) 4 5
2. Ekstremitas Inferior    
  a. Hip (fleksor-ekstensor, abduktor-adduktor, 5 2
eksorotator-endorotator)
  b. Knee (fleksor-ekstensor) 5 5
  c. Ankle (plantar-dorsi fleksor) 5 5
Pmx Fungsi Motorik

Tonus
Normal Normal

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Refleks Fisiologis Normal Normal
Px Fisik

+2 +2 +2 +2 +2 +2

+2 +2 +2 +2 +2 +2
Refleks Patologis
- -

- -
PEMERIKSAAN ROM
SHOULDER
  ROM PASIF ROM AKTIF
  Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Fleksi 0-180 0-180 0-180 0-180
Px Fisik

Ekstensi 0-180 0-180 0-180 0-180


Abduksi 0-60 0-60 0-60 0-60
Adduksi 0-160 0-160 0-160 0-160
Eksteral Rotasi 0-75 0-75 0-75 0-75
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
PEMERIKSAAN ROM
ELBOW

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

  ROM PASIF ROM AKTIF

Px Fisik
Px Fisik

  Dextra Sinistra Dextra Sinistra


Fleksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi 0 0 0 0
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
PEMERIKSAAN ROM
ELBOW

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

  ROM PASIF ROM AKTIF

Px Fisik
Px Fisik

  Dextra Sinistra Dextra Sinistra


Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Radius deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Pemeriksaa Saraf Otak

Nervi Olfaktorius : tidak dilakukan


Nervi Optikus : fiksasi cahaya (+/+), fiksasi objek

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

(+/+)

Px Fisik
Px Fisik

Nervi Okularis : dalam batas normal


Nervus Trigemi : dalam batas normal
Nervus Facialis : dalam batas normal
Nervus Vestibulocochlear : dalam batas normal
Nervus Glosofaringeus : dalam batas normal
Nervus Vagus : dalam batas normal
Nervus Aksesorius : dalam batas normal
Nervus Hipoglosus : dalam batas normal
Hasil Pemeriksaan MRI Humerus Kanan
di RS Indriyati
(05 Desember 2018)
Interpretasi
• Tampak gambaran fibrosis, disertai infiltrat dan fluid
collection di lapisan subcutaneus fat di regio humerus

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

1/3 proksimal, batas-batas tidak tegas, bersinggungan

Px Fisik
Px Fisik

dengan fascia m. Deltoid, panjang craniocaudal +/- 15


cm. Tampak signal patologis intramuskular deltoid.
• Marrow di regio kolom humeri tampak slightly
hypointens pada Tq, slightly hyperintens pada PDFS.
Korteks intak, tak tampak periosteal.
• Tampak pembesaran kelenjar limfe regio aksila multipel,
bentuk oval, kontur reguler, diameter longitudinal
terlebar +/- 2 cm
Hasil Pemeriksaan MRI Humerus Kanan
di RS Indriyati
(05 Desember 2018)
Kesan:
• Gambaran fibrosis, disertai infiltrat dan fluid collection
di lapisan subcutaneus fat di regio humerus 1/3
proksimal, batas-batas tidak tegas, bersinggungan

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

dengan fascia m. Deltoid, panjang craniocaudal +/- 15

Px Fisik
Px Fisik

cm dd/
• Proses infeksi pada scar post operasi
• Malignant soft tissue mass belum dapat disingkirkan
• Gambaran marrow edema tidak spesifik, tidak prominen
di regio kolum humeri
• Pembesaran kelenjar limfe regio aksila multiple, bentuk
oval, kontur reguler, diameter longitudinal terlebar +/- 2
cm
MRI Ekstremitas Atas Kontras
di RSDUD Dr. Moewardi
(08/10/2019)

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Px Fisik
Px Fisik
MRI Ekstremitas Atas Kontras di RSDUD Dr. Moewardi
(08/10/2019)
Interpretasi
• Tak tampak sotf tissue mass pada regio humerus
dextra
• Tampak jaringan fibrotik pada kutis di 1/3

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

proksimal regio humerus dextra

Px Fisik
Px Fisik

• Os humerus intak
• Tak tampak bone marrow replacement
• Tak tampak kelainan m. Deltoid, m. Subscapular,
m. Coracobrachialis, m. Bisceps dan m. Triceps
dextra.
• Arteri dan vena brachialis tampak baik
• Tak tampak limfadenopati di aksila bilateral
MRI Ekstremitas Atas Kontras di RSDUD Dr. Moewardi
(08/10/2019)

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Px Fisik

Kesan :
• Tak tampak massa residif pada regio humerus
dextra
• Jaringan fibrotik pada kutis dan subkutis di 1/3
proksimal regio humerus dextra
Biopsi di RSUD Dr. Moewardi
(11 Maret 2021)

Makroskopis :
jaringan pecah belah 2cc, kuning, cetak semua, 2
blok

Anamnesis
Tatalaksana

Px Penunjang
Diagnosis

Px Fisik
Px Fisik

Mikroskopis :
fragmen –fragmen jaringan tumor terdiri dari sel-sel
adiposit yang monomorf. Sitoplasmas cukup. Inti
dengan kromatin halus. Tidak didapat tanda-tanda
ganas.

Kesimpulan/diagnosis PA :
Humerus Dextra : Limpoma.
IMPAIRMENT, DISABILITY, HANDICAP

Anamnesis
Px Penunjang
Tatalaksana

Impairment : Nyeri

Diagnosis

Px Fisik
Disability : Mengangkat beban yang
berat
Handicap :-
DAFTAR MASALAH
Keterbatasan ROM shoulder dextra

Anamnesis
Edema regio brachii dextra

Px Penunjang
Tatalaksana

Diagnosis

Px Fisik
Skar regio brachii dextra
Impairment : nyeri
Disability : mengangkat beban yang berat
Limpoma
Tatalaksana

Myalgia
Limfadema
ASSESMENT

Riwayat Liposarkoma

Diagnosis
Px Penunjang
Px Fisik
Anamnesis
TATA LAKSANA
Non Medikamentosa
Edukasi

Px Penunjang
Tatalaksana

Anamnesis
Tatalaksana

Diagnosis
• Menjelaskan mengenai penyakitnya dan

Px Fisik
kemungkinan rekurensi.
• Memberi motivasi untuk rajin melakukan latihan baik
di rumah maupun datang ke poli rehabiitasi medik
sesuai jadwal
Rehabilitasi Medik : Fisioterapi
• Cryotherapy brachii dextra
• TENS brachii dextra
• ROM + Stretching exercise
PLANNING TERAPI

• Menyusun program terapi di rumah untuk

Px Penunjang
Tatalaksana

Anamnesis
Tatalaksana

memperbaiki kekuatan otot dan mengulangi

Diagnosis

Px Fisik
gerakan terapi.
• Melakukan evaluasi terapi rehabilitasi medic
setelah emat kali terapi.
TUJUAN TERAPI

• Mengurangi nyeri

Px Penunjang
Tatalaksana

Anamnesis
Tatalaksana

Diagnosis
• Mencegah perburukan limfadema

Px Fisik
• Mencegah rekurensi
• Menguatkan otot bahu
PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad

Px Penunjang
Tatalaksana

Anamnesis
Tatalaksana

Diagnosis

Px Fisik
bonam
Ad sanam : dubia ad
bonam
Ad fungsionam : dubia ad
bonam
z

LIPOSARKOMA
z
Definisi

Liposarkoma adalah tumor ganas yang berasal


dari diferensiasi adipositik. Liposarkoma
termasuk subtipe sarkoma jaringan lunak yang
lebih umum, terhitung sekitar 15% hingga 20%
dari semua sarkoma jaringan lunak.

(Lee et al, 2018)


z
Etiologi

Penyebab liposarkoma masih belum


diketahui, meskipun trauma dicurigai
menjadi salah satu penyebabnya.

(Zafar dan Wheeler, 2021)


z
PATOFISIOLOGI

Liposarkoma adalah tumor kompleks. Berdasarkan


WHO 2002, patofisiologi liposarkoma dapat
dijelaskan dengan baik dengan membaginya
menjadi tiga subtipe yaitu (Zafar dan Wheeler,
2021) :
 Liposarkoma yang dibedakan dengan baik dan
berdiferensiasi (WDLPS/DDLPS).
 Liposarkoma miksoid dan sel bulat (MLS dan RCL).

 Liposarkoma pleomorfik (PLS).


z
KLASIFIKASI
Berdasarkan karakteristik morfologi dan
biokimia yang ditunjukkan pada berbagai
tahap diferensiasi adiposit, menurut WHO
liposarkoma dibagi menjadi 3 kelompok
dan 5 jenis yaitu :
 liposarkoma yang berdiferensiasi
baik/berdiferensiasi (WDL/DDL),
 myxoid/liposarkoma sel bulat (MRCL)

 liposarkoma pleomorfik (PLS).

(Yang et al, 2020)


z
GEJALA KLINIS

 tidak memiliki gejala awal apa pun

 selama tahap awal penyakit sampai tumor telah


tumbuh ke ukuran yang cukup besar untuk menekan
jaringan di sekitarnya dan menyebabkan nyeri atau
penurunan fungsi.

 gejala nonspesifik : demam, menggigil, kelelahan,


keringat malam, dan penurunan berat badan.

 Jika tumor berada di lokasi retroperitoneal, tumor


dapat muncul dengan gejala spesifik di perut termasuk
nyeri perut atau panggul, pembengkakan, dan sembelit
atau sensasi merasa kenyang lebih cepat dari yang
diharapkan setelah makan.

(Kodavanti dan Eisenberg, 2018)


z
GEJALA KLINIS

(Kodavanti dan Eisenberg, 2018)


z
DIAGNOSIS

Identifikasi sindrom stroke relatif


mudah:
 gejala neurologis akut yang muncul
tiba-tiba,
 memuncak dalam beberapa menit,

 dianggap sebagai stroke sampai


terbukti sebaliknya
z
DIAGNOSIS

Identifikasi sindrom stroke relatif


mudah:
 gejala neurologis akut yang muncul
tiba-tiba,
 memuncak dalam beberapa menit,

 dianggap sebagai stroke sampai


terbukti sebaliknya
z
DIAGNOSIS

 Awali dengan anamnesis secara menyeluruh tentang


riwayat pasien.

 Benjolan yang tidak berubah ukuran atau bentuknya


selama bertahun-tahun kemungkinan besar jinak,
sedangkan yang baru-baru ini diketahui,
pembengkakan yang terus membesar harus
diwaspadai.

 (Smolle et al, 2017)


z
DIAGNOSIS

 Langkah paling penting dalam diagnosis liposarkoma


melibatkan pengambilan biopsi massa yang menjadi
perhatian. (Kodavanti dan Eisenberg, 2018)

 Liposarkoma juga dapat didiagnosis dengan


pencitraan tubuh baik dengan computed tomography
(CT) atau magnetic resonance imaging (MRI).
(Kodavanti dan Eisenberg, 2018)
z
PENATALAKSANAAN

 kombinasi kemoterapi, radiasi, dan reseksi


bedah, yang kesemuanya juga membawa risiko
dan efek jangka panjang.
 Rencana rehabilitasi multidisiplin dapat
membantu meminimalkan gejala dan gejala sisa
yang berdampak negatif pada fungsi dan kualitas
hidup pasien termasuk nyeri, neuropati perifer
akibat kemoterapi, fibrosis radiasi, pembatasan
aktivitas setelah eksisi bedah, amputasi,
disfungsi usus dan kandung kemih dan
limfedema.

(Andrews et al, 2019; dan Smith, 2017)


z
PENATALAKSANAAN

 Penyintas sarkoma perlu diskrining untuk mengetahui


gejala depresi.

 Dukungan psikososial telah terbukti mengurangi depresi


dan berdampak positif pada pasien, memperkuat
perlunya kewaspadaan dari penyedia layanan kesehatan
dalam memantau kesehatan mental pasien dan
penyintas sarkoma.

 Obat antidepresan dan anxiolytic dapat membantu,


bahkan untuk mereka tanpa kondisi kesehatan mental
premorbid.

(Andrews et al, 2019)


z
TATALAKSANA RM :
CRYOTHERAPY

 Teknik non-invasif, dilakukan dengan cepat


dan hemat biaya dalam pengaturan rawat
jalan
 Cryosurgery dapat memberikan hasil kosmetik
yang sangat baik.
 Dilakukan dengan menggunakan cyrogen,
biasanya nitrogen cair, untuk mendinginkan
jaringan target ke suhu di bawah nol.

(Prohaskan dan Jan, 2021)


z
TATALAKSANA RM :
INDIKASI CRYOTHERAPY

 lesi jinak : keratosis seboroik, veruka, kutil,


moluskum kontagiosum, lentigo matahari, dan
bekas luka hipertrofik/keloid.
 Lesi pra-ganas dan ganas : keratosis aktinik,
karsinoma sel basal, dan karsinoma sel
skuamosa non invasif.
 Pengobatan lesi ganas dengan cryotherapy
bukanlah terapi lini pertama dan biasanya
disediakan untuk pasien yang tidak dapat
melakukan eksisi.

(Prohaskan dan Jan, 2021)


z
TATALAKSANA RM :
KONTRAINDIKASI CRYOTHERAPY

 Neoplasma dengan perilaku yang tidak pasti.

 Sebelum cryosurgery dilakukan, diagnosis harus


ditegakkan dengan diagnosis histologis atau
klinis dan dermatoskopik.
 Kondisi yang dapat diperburuk oleh paparan
dingin: cryoglobulinemia, multiple myeloma,
penyakit Raynaud, urtikaria dingin, riwayat
cedera yang diinduksi dingin sebelumnya di situs
atau tungkai, serta sirkulasi yang buruk di situs
atau di tungkai itu.

(Prohaskan dan Jan, 2021)


z
TATALAKSANA RM : TENS

 modalitas yang menggunakan arus listrik untuk


mengaktifkan saraf untuk terapeutik.
 Bebas dari risiko overdosis.

 Frekuensi rendah <10Hz dalam hubungannya


dengan intensitas tinggi digunakan untuk
menghasilkan kontraksi otot.
 Frekuensi tinggi> 50 Hz digunakan dengan
intensitas rendah untuk menghasilkan
paresthesia tanpa kontraksi otot.

Gibson et al, 2017)


z
TATALAKSANA RM : TENS
 Indikasi mendasar untuk TENS adalah berusaha mengelola rasa
sakit, baik akut maupun kronis.

 Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa TENS efektif untuk


nyeri neuropatik, nosiseptif, dan muskuloskeletal.

 Kehamilan, epilepsi, dan alat pacu jantung merupakan


kontraindikasi untuk TENS.

 KI terhadap penempatan bantalan elektroda di area tertentu : di


atas mata, trans-otak, bagian depan leher, secara bersamaan
ditempatkan elektroda dada anterior dan posterior, secara
internal, di atas kulit yang rusak atau lesi, di atas tumor,
langsung di atas tulang belakang, daerah paresthesia parah di
mana pengguna mungkin tidak mengenali iritasi kulit.

(Teoli dan An, 2020)


z
TATALAKSANA RM : JENIS TENS

 Intense TENS digunakan terutama sebagai "kontra-


iritan". Baik frekuensi dan intensitas tinggi digunakan
untuk waktu yang singkat.
 Akupunktur-like TENS (AL-TENS) adalah pendekatan
hiperstimulasi dan sering digunakan pada pasien yang
tidak merespon TENS konvensional. Titrasi ke frekuensi
rendah, intensitas lebih tinggi, lebar pulsa lebih panjang.
 TENS konvensional menggunakan frekuensi tinggi,
intensitas rendah, lebar pulsa kecil. Pendekatan ini
digunakan dalam pengobatan distribusi nyeri dermatom.
z
TATALAKSANA RM :
Latihan ROM dan Peregangan

 Peregangan diresepkan untuk meningkatkan panjang otot dan


ROM atau untuk menyelaraskan serat kolagen selama
penyembuhan otot. (Page, 2012)

 Peregangan sering kali dimasukkan dalam intervensi terapi


fisik untuk penanganan nyeri bahu, punggung, dan lutut.
(Page, 2012)

 Latihan pergerakan ROM dan peregangan juga dilakukan di


rumah. Hal ini sesuai idengan rekomendasi Ludewig dan
Borstad (2003) pada hasil penelitianya yang menunjukkan
peningkatan secara signifikan lebih besar dalam skor
Kuesioner Peringkat Bahu (SRQ). Subjek intervensi juga
melaporkan pengurangan nyeri dan kecacatan yang jauh lebih
besar daripada kontrol.
z

LIMPHEDEM
z
Definisi

penyakit kronis yang ditandai dengan


meningkatnya pengumpulan cairan
limfatik di dalam tubuh sehingga
menyebabkan pembengkakan yang
dapat menyebabkan perubahan pada
kulit dan jaringan.

(Sleigh dan Manna, 2021)


z
GEJALA KLINIS

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh


sangat penting dalam membedakan limfedema primer
dan sekunder karena keduanya sangat mirip.

 Limfedema primer adalah kongenital sedangkan


limfedema sekunder terjadi akibat luka, cedera atau
obstruksi.

 Riwayat mendetail tentang durasi, distribusi, infeksi,


perjalanan ke luar negeri, kanker, disfungsi hati,
disfungsi jantung dan pembedahan sebelumnya,
terutama dengan diseksi kelenjar getah bening sangat
penting.

(Sleigh dan Manna, 2021)


z
GEJALA KLINIS

 Pada tahap awal, limfedema sering menyerupai edema


umum dan sering dianggap sebagai pembengkakan atau
edema sederhana.
 Pada limfedema, pengangkatan ekstremitas atau terapi
diuretik tidak memadai dan tidak mengatasi pembengkakan.
 Selama tahap awal, pitting terlihat jelas, kulit menjadi lembut
dan pengangkatan ekstremitas membantu mengatasi
edema.
 Saat penyakit berkembang, pitting tidak lagi terlihat, kulit
mengeras dan elevasi tidak meredakan pembengkakan.

(Sleigh dan Manna, 2021)


z
TATALAKSANA
Limfedema adalah penyakit progresif dan diagnosis
serta pengobatan dini sangat penting. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mendiagnosis dan merawat
baik kasus ringan maupun awal untuk menghentikan
perkembangan kondisi seumur hidup dan seringkali
melemahkan ini.

Modalitas awal terdiri dari drainase limfatik manual, di mana


cairan dipijat dari ekstremitas dan perban kompresi untuk
menjaga volume tetap rendah setelah dikeringkan. Ketika
volume tungkai stabil, pasien dapat dipasang pakaian
kompresi untuk pengendalian jangka panjang

(Sleigh dan Manna, 2021)


Daftar Pustaka
Andrews CC, Siegel G dan Smith S. Rehabilitation to Improve the Function and
Quality of Life of Soft Tissue and Bony Sarcoma Patients. Patient Relat
Outcome Meas. 2019; 10: 417-425.
Gibson W, Wand BM dan O'Connell NE. Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) for neuropathic pain in adults. Cochrane Database Syst
Rev. 2017 Sep; 9.
Kodavanti P dan Eisenberg P. Liposarcoma. [online]. NORD’s Rare Disease.
Diakses 26 Maret 2021. Diakses dari <https://rarediseases.org/rare-
diseases/liposarcoma/>
Lee ATJ, Thway K, Huang PH dan Jones RL. Clinical and molecular spectrum of
liposarcoma. J Clin Oncol. 2018 Jan 10; 36(2): 151-159.
Ludewig P dan Borstad J. Effect of home exercise programme on shoulder pain
and functional status in construction workers. Occup Environ Med. 2003
Nov; 60(11): 841-849.
McFarland EG, Rojas JL dan Beard M. Shoulder range of motion exercise. [pdf].
John Hopkin Medicine. 2017. Diakses 26 Maret 2021. Diakses dari <
https://www.hopkinsmedicine.org/orthopaedic-
surgery/_documents/patient-information/patient-forms-guides/shoulder-
rom.pdf>
Daftar Pustaka
Page P. Current concept in muscle stretching for exercise and rehailitation. Int J Sports Phys
Ther. 2012 Feb; 7(1): 2012.
Prohaska J dan Jan AH. Cryotherapy. [online]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
2021 Jan. Diakses 26 Maret 2021. Diakses dari <
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482319/>
Smith SR. Rehabilitation strategy and outcomes of the sarcoma patiet. Phys Med Rehabil
Clin N Am. 2017 Feb; 28(1): 171-180.
Teoli D dan AN J. Transcutaneus electrical nerve stmulation. [online]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing. 2020 Jan. Diakses 26 Maret 2021. Diakses dari <
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537188/>
Yang L, Chen S, Luo P, Yan W dan Wang C. Liposarcoma: Advances in cellular and molecular
genetics alterations and corresponding clinical treatment. J Cancer. 2020; 11(1): 100-
107.
Zafar R dan Wheeler Y. Liposarcoma. [online]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
2021 Jan. Diakses 26 Maret 2021. Diakses dari <
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538265/>

Anda mungkin juga menyukai