Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

DISTRES PERNAPASAN NEONATUS


Oleh : Mutiara Aprilina M (182011101028)
Pembimbing : dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp. A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENDAHULUAN
Target AKN yang ditetapkan
pada SDG tahun 2030 yakni
dibawah 12 per 1.000 kelahiran
hidup (Kemenkes, 2017)
AKN di Indonesia berada pada
angka 15 per 1.000 kelahiran
hidup (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, 2012)

DISTRESS
PERNAPASAN
NEONATUS 2
DEFINISI

Distres pernapasan merupakan suatu kondisi gangguan napas pada


neonatus yang terdiri dari satu gejala atau lebih seperti berikut:
takipnea atau laju pernapasan lebih dari 60x/menit, retraksi dinding
dada (subcostal, intercostal, sternal, suprasternal), pernapasan cuping
hidung dan adanya bising pernapasan dalam bentuk merintih, stridor
atau wheezing

Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed
Forces India. 63(3): 269-272. 3
Reuter, S., Moser, C. dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
ETIOLOGI

Etiologi Diagnosis Banding


Pulmonal Transien takipneu neonatus, sindrom aspirasi mekonium,
sindrom distress pernapasan (HMD), pneumothoraks,
persisten hipertensi pulmonal pada neonatus, hypoplasia
pulmonal, fistula trakeaesofageal, hernia difragmatika
Infeksi Pneumonia, sepsis, meningitis
Penyebab lain Penyakit jantung kongenital, hipoglikemia, polisitemia,
atrsia koana, hidrosefalus, gangguan metabolik, supresi
jalan napas akibat penggunaan narkotik oleh maternal.

4
Hermansen, C. L. dan Mahajan, A. 2015. Newborn respiratory distress. American Family Physician. 92(11): 994-1001
FAKTOR RESIKO
 Prematuritas  Laki-laki
Kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan Anak laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar
20 minggu hingga sebelum 37 minggu dihitung mengalami distress pernapasan neonatus
dari hari pertama haid terakhir. Menyebabkan RDS dibandingkan dengan anak perempuan dengan
dan BPD rasio kemungkinan laki-laki: perempuan 1:3:1.

 Usia Ibu  Berat Badan Lahir Rendah


Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih BBLR erat kaitannya dengan usia kehamilan ibu,
dari 35 tahun memiliki risiko pada bayi untuk karena semakin muda usia kehamilan ibu maka
terjadi BBLR. Pada ibu hamil yang berusia lebih perkembangan organ semakin belum sempurna.
dari 35 mudah terkena penyakit seperti PE serta Selain itu kondisi BBLR dapat disertai oleh adanya
komplikasi kehamilan dan gangguan janin saat komplikasi atau penyulit akibat kurang matangnya
kehamilan organ karena faktor usia kehamilan.

Reuter, S., Moser, C., dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
World Health Organization. 2006. Newborns with low birth weight. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2019.
5
Takziah, M. 2013. Determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.
FAKTOR RESIKO

 Penggunaan Deksametason  Kelahiran Caesarian Section


Penggunaan deksametason antenatal pada kelahiran dengan caesarean section pada usia
kelahiran prematur terbukti menurunkan tingkat gestasi 37-39 bulan dapat menyebabkan
distress pernapasan karena deksametason dapat peningkatan morbiditas pada bayi. Hal tersebeut
meningkatan pematangan paru melalui beberapa disebabkan karena pada saat kelahiran dengan
mekanisme, termasuk pematangan sel pneumosit caesarean section, terjadi keterlambatan
tipe II dan produksi surfaktan. pembersihan cairan paru dengan udara akibat
kurangnya respons stress yang biasanya terjadi
pada kelahiran spontan.

Holme, N., dan P. Chetcuti. 2012. The pathophysiology of respiratory distress syndrome in neonates. Paediatrics 6
and Child Health. 22(12): 507-518.
PATOFISIOLOGI

DISTRES
PERNAPASAN PADA
NEONATUS
PRETERM

7
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN

8
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN

9
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN

PNEUMOTHORAKS PNEUMONIA

10
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa faktor resiko yang memungkinkan terjadinya
distres pernapasan neonatus seperti:
1. Mengetahui riwayat kelahiran bayi
2. Penyakit dan usia ibu saat kehamilan (diabetes melitus) dan penggunaan narkotika,
penyakit, serta obat-obatan saat kehamilan
3. Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 12
Dokter Anak Indonesia.
ANAMNESIS

Skema penyebab distress pernapasan pada neonatus prematur

Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach
13
to respiratory distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical
Sciences. 2(1): 24-35.
ANAMNESIS

Skema penyebab distress pernapasan pada neonatus aterm

Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach
14
to respiratory distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical
Sciences. 2(1): 24-35.
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sebagai berikut :


1. Takipnea atau laju pernapasan lebih dari 60x/menit
2. Retraksi dinding dada (subcostal, intercostal, sternal, suprasternal)
3. Pernapasan cuping hidung
4. Adanya bising pernapasan dalam bentuk merintih, stridor atau wheezing
5. Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer, dan edema pulmonal
6. Penyakit dapat menetap atau progresif pada 48-96 jam pertama

Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed
Forces India. 63(3): 269-272.
Reuter, S., Moser, C., dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
15
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
SKOR SILVER-ANDERSON RETRACTION
skor Silverman-Anderson Retraction lebih tepat digunakan untuk
bayi kurang bulan dengan Hyaline Membrane Disease (HMD),
Skor
Kriteria
0 1 2
Retraksi Simetris Melambat saat See-saw
dinding dada fase inspirasi appearance
atas
Retraksi Tidak ada Terlihat Terlihat jelas
dinding dada
bawah
Retraksi Tidak ada Terlihat Terlihat jelas Keterangan : skor > 6 menandakan adanya
xiphoid kegagalan napas yang sedang berlangsung
Dilatasi nasal Tidak ada Minimal Terlihat
Merintih Tidak ada Hanya terdengar Terdengar oleh 16
oleh stetoskop telinga
SKOR DOWNE

Skor
Kriteria
0 1 2
Laju <60 kali/menit 60-80 kali/menit >80 kali/menit INTERPRETASI
Respirasi
Skor ≤ 3 : Ringan
Sianosis Tidak ada Ada pada udara Menetap setelah dialiri Skor 4-5 : Sedang
ruangan bantuan oksigen Skor ≥ 6 : berat
Udara yang Normal Ringan Sedang
masuk
Retraksi Tidak ada Ringan Sedang
Merintih Tidak ada Hanya terdengar Terdengar oleh telinga
oleh stetoskop

Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, 17
Armed Forces India. 63(3): 269-272.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)
Gambaran Khas pada RDS

Pola retikulogranular, yang disebut dengan ground


glass appearance, disertai dengan gambaran bronkus
di bagian perifer paru (air bronchogram). Terdapat 4
stadium :
Stadium 1: pola retikulogranular
Stadium 2: stadium1 + air bronchogram
Stadium 3: stadium 2 + batas jantung-paru kabur
Stadium 4: stadium 3 + white lung

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis 18


Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)

Gambaran Khas pada MAS dan BPD

Gambaran yang yaitu gambaran opak kasar,


irregular, berbentuk garis atau ropey-like yang
menunjukan atelektasis atau fibrosis pada paru
dengan daerah lusen menerupai kista yang
menunjukan hiperekspansi akibat air-trapping,
hiperaerasi paru, dan pergeseran struktur
normal akibat atelektasis. Biasanya akan tampak
pengkaburan batas jantung

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis 19


Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)

Gambaran Khas pada TTN

Pada foto thoraks AP akan muncul gambaran


hiperinflasi paru serta fisura interlobaris terlihat
opak karena terdapat efusi pleura. Gambaran
radiologis dapat menghilang sejalan dengan
perbaikan klinis pasien.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 20
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)
Gambaran Khas pada Pneumonia Neonatal

Pneumonia neonatal merupakan kelainan pada


alveoli yang tersebar. Gambaran dapat berupa
garis-garis opak perihilar menyerupai TTN atau
infltrat luas hampir homogen menyerupai HMD.
Pada neonatus cukup bulan dengan gambaran
ground glass yang menyerupai HMD, pikirkan
terlebih dahulu pneumonia yang biasanya
disebabkan streptokokus. Terkadang dapat
dijumpai efusi pleura (tidak seperti HMD).

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 21
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 22
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM)

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap dan kultur


darah
2. Pemeriksaan analisis gas darah arteri (BGA)
3. Pemeriksaan rasio lesitin/sfingomielin pada
cairan paru (L/S ratio) < 2:1
4. Kadar gula darah sewaktu
5. Shake test (tes kocok), dilakukan dengan cara
pengocokan aspirat lambung, jika tak ada
gelembung, risiko tinggi untuk terjadinya
distres pernapasan (60 %)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 23
Dokter Anak Indonesia.
TATALAKSANA AWAL

*Failure CPAP: terjadi apabila dalam


penggunaan CPAP bertekanan 7 cmH2O
dan 70% FiO2 tampak kesulitan bernapas
atau ditandai dengan PCO2 >60 mmHg
dengan pH <7,2 atau terjadi apneu
berulang atau hipoksemia (PaO2<50
mmHg).

INSURE : intubate – surfactant administer – extubate


CDH : Congenital diafragmatica hernia
BMV : bag-mask ventilation
CPAP : Continous positive airway pressure

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 24
Dokter Anak Indonesia.
MANAJEMEN UMUM

1) Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka


2) Pertahankan suhu tubuh pada 36,5 -37,5 ° C setiap saat.
3) Mulailah nutrisi parenteral sesuai indikiasi (sesak, ada muntahan dengan residu) dengan asam
amino dan lipid dengan volume cairan awal sekitar 70–80 ml/kgBB/hari untuk setiap bayi dan
batasi natrium selama periode transisi awal.
4) Pemberian makanan enteral dengan ASI juga harus dimulai pada hari ke-1 jika bayinya
stabil.
5) Antibiotik harus digunakan dengan bijaksana dan berhenti lebih awal ketika tidak terbukti
adanya sepsis. Pemberian antibiotik spektrum luas, biasanya dimulai dengan ampisilin
50mg/KgBB tiap 12 jam dan gentamicin untuk berat lahir <2 kg dosis 3mg/KgBB perhari.
6) Tekanan darah harus dipantau secara teratur, yang bertujuan untuk mempertahankan perfusi
jaringan normal, jika perlu menggunakan inotropik. Hb harus dipertahankan pada batas normal.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 25
Dokter Anak Indonesia.
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN
Terapi definitif harus segera dilakukan agar penyakit Peberian oksigen berdasarkan skor downe:
dapat teratasi. Pemberian terapi suportif atau umum saja
tidak kan memberikan hasil yang baik. Contohnya, Distres napas ringan dengan sianosis : nasal
pemberian surfaktan pada RDS atau dekompresi pada prongs (0,5-1 lpm)
kasus pneumothoraks Distress napas sedang : CPAP. (diawali dengan
tekanan 5 cmH2O dengan FiO2 0,5)
Terapi oksigen diberikan sesuai dengan kondisi:
Distress napas berat : intubasi dan ventilator
1) Tampak klinis sianosis
mekanik.
2) Hipoksemia (saturasi oksigen <87% dan atau PaO2
<50 di suhu kamar
Penggunaan makser dan head-box tidak
3) Tampak adanya distress napas
direkomendasikan oleh WHO pada anak <5
Target saturasi berdasarkan usia gestasi: tahun.
Prematur : 87-93%
Aterm : 90-95%
Bronkopulmonar dysplasia : 90-95%
PPHN : >95% 26
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN

Pengaturan Ventilator Mekanik pada Distres Pernapasan Neonatus

PIP : Peak Inspiratory Pressure


PEEP : Positive End Expiratory Pressure
Ti : the inspiratory time
VR : Ventilation rate

Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach to respiratory 27
distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical Sciences. 2(1): 24-35.
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN

Penghentian penggunaan ventilator mekanik TINDAKAN OPERATIF


dilakukan ketika: Tindakan bedah dilakukan jika timbul
1. Hemodinamik, gambaran patologi dan komplikasi yang bersifat fatal seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, dan
klinis membaik
empisema subkutan. Tindakan yang segera
2. Pemeriksaan BGA baik (PaO2 >60 dilaksanakan adalah mengurangi tekanan
mmHg, pH >7,3, dan PaCO2 <50 mmHg) rongga dada dengan pungsi toraks, bila
3. Terdapat kenaikan berat badan yamg gagal dilakukan drainase
konsisten selama 5-7 hari
4. Hematokrit normal
5. Tampak usaha bernafas yang mumpuni

Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach to respiratory
distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical Sciences. 2(1): 24-35.
Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed Forces 28
India. 63(3): 269-272.
TERAPI PEMBERIAN SURFAKTAN

Surfaktan harus digunakan dan diberikan sedini mungkin dalam perjalanan RDS. Survanta®
(bovine survactant) diberikan dengan dosis total 4 mL/kgBB intratrakea (masing-masing
1mL/kg berat badan untuk lapangan paru depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri dan
kanan), terbagi dalam beberapa kali pemberian, biasanya 4 kali (masing-masing ¼ dosis
total atau 1 ml/kg). Dosis total 4 ml/kgBB dapat diberikan dalam jangka waktu 48 jam
pertama kehidupan dengan interval minimal 6 jam antar pemberian. Pemberian surfaktan
dilakukan dengan bantuan endotrakeal tube (ETT) disertai bagging intermiten untuk
mencegah desaturasi saat pemberian. Setelah permberian surfaktan, bayi harus diikuti
dengan bantuan ventilator pernafasan atau CPAP. Pengulangan dosis surfaktan
mungkin diperlukan, jika terdapat bukti RDS yang sedang berlangsung, khususnya pada
bayi dengan BBLSR.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 29
Dokter Anak Indonesia.
“ TERIMAKASIH

30

Anda mungkin juga menyukai