DISTRESS
PERNAPASAN
NEONATUS 2
DEFINISI
Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed
Forces India. 63(3): 269-272. 3
Reuter, S., Moser, C. dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
ETIOLOGI
4
Hermansen, C. L. dan Mahajan, A. 2015. Newborn respiratory distress. American Family Physician. 92(11): 994-1001
FAKTOR RESIKO
Prematuritas Laki-laki
Kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan Anak laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar
20 minggu hingga sebelum 37 minggu dihitung mengalami distress pernapasan neonatus
dari hari pertama haid terakhir. Menyebabkan RDS dibandingkan dengan anak perempuan dengan
dan BPD rasio kemungkinan laki-laki: perempuan 1:3:1.
Reuter, S., Moser, C., dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
World Health Organization. 2006. Newborns with low birth weight. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2019.
5
Takziah, M. 2013. Determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.
FAKTOR RESIKO
Holme, N., dan P. Chetcuti. 2012. The pathophysiology of respiratory distress syndrome in neonates. Paediatrics 6
and Child Health. 22(12): 507-518.
PATOFISIOLOGI
DISTRES
PERNAPASAN PADA
NEONATUS
PRETERM
7
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN
8
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN
9
DISTRES PERNAPASAN PADA BAYI CUKUP BULAN
PNEUMOTHORAKS PNEUMONIA
10
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa faktor resiko yang memungkinkan terjadinya
distres pernapasan neonatus seperti:
1. Mengetahui riwayat kelahiran bayi
2. Penyakit dan usia ibu saat kehamilan (diabetes melitus) dan penggunaan narkotika,
penyakit, serta obat-obatan saat kehamilan
3. Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 12
Dokter Anak Indonesia.
ANAMNESIS
Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach
13
to respiratory distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical
Sciences. 2(1): 24-35.
ANAMNESIS
Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach
14
to respiratory distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical
Sciences. 2(1): 24-35.
PEMERIKSAAN FISIK
Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed
Forces India. 63(3): 269-272.
Reuter, S., Moser, C., dan Baack, M. 2014. Respiratory distress in the newborn. Pediatrics in Review. 35(10): 417-429.
15
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
SKOR SILVER-ANDERSON RETRACTION
skor Silverman-Anderson Retraction lebih tepat digunakan untuk
bayi kurang bulan dengan Hyaline Membrane Disease (HMD),
Skor
Kriteria
0 1 2
Retraksi Simetris Melambat saat See-saw
dinding dada fase inspirasi appearance
atas
Retraksi Tidak ada Terlihat Terlihat jelas
dinding dada
bawah
Retraksi Tidak ada Terlihat Terlihat jelas Keterangan : skor > 6 menandakan adanya
xiphoid kegagalan napas yang sedang berlangsung
Dilatasi nasal Tidak ada Minimal Terlihat
Merintih Tidak ada Hanya terdengar Terdengar oleh 16
oleh stetoskop telinga
SKOR DOWNE
Skor
Kriteria
0 1 2
Laju <60 kali/menit 60-80 kali/menit >80 kali/menit INTERPRETASI
Respirasi
Skor ≤ 3 : Ringan
Sianosis Tidak ada Ada pada udara Menetap setelah dialiri Skor 4-5 : Sedang
ruangan bantuan oksigen Skor ≥ 6 : berat
Udara yang Normal Ringan Sedang
masuk
Retraksi Tidak ada Ringan Sedang
Merintih Tidak ada Hanya terdengar Terdengar oleh telinga
oleh stetoskop
Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, 17
Armed Forces India. 63(3): 269-272.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)
Gambaran Khas pada RDS
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 20
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)
Gambaran Khas pada Pneumonia Neonatal
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 21
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RADIOLOGI)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pedoman Pelayanan Medis Jilid II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 22
Dokter Anak Indonesia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 23
Dokter Anak Indonesia.
TATALAKSANA AWAL
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 24
Dokter Anak Indonesia.
MANAJEMEN UMUM
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 25
Dokter Anak Indonesia.
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN
Terapi definitif harus segera dilakukan agar penyakit Peberian oksigen berdasarkan skor downe:
dapat teratasi. Pemberian terapi suportif atau umum saja
tidak kan memberikan hasil yang baik. Contohnya, Distres napas ringan dengan sianosis : nasal
pemberian surfaktan pada RDS atau dekompresi pada prongs (0,5-1 lpm)
kasus pneumothoraks Distress napas sedang : CPAP. (diawali dengan
tekanan 5 cmH2O dengan FiO2 0,5)
Terapi oksigen diberikan sesuai dengan kondisi:
Distress napas berat : intubasi dan ventilator
1) Tampak klinis sianosis
mekanik.
2) Hipoksemia (saturasi oksigen <87% dan atau PaO2
<50 di suhu kamar
Penggunaan makser dan head-box tidak
3) Tampak adanya distress napas
direkomendasikan oleh WHO pada anak <5
Target saturasi berdasarkan usia gestasi: tahun.
Prematur : 87-93%
Aterm : 90-95%
Bronkopulmonar dysplasia : 90-95%
PPHN : >95% 26
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN
Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach to respiratory 27
distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical Sciences. 2(1): 24-35.
TERAPI DEFINITIF DAN OKSIGEN
Kishore, S. S., Murty YV, S. S., Rao P, T., Madhukusudhan K., Pundareekaksha V., Pathrudu GB. 2015. Aproach to respiratory
distress in the newborn. International Journal of health Research in Modern Integrated Medical Sciences. 2(1): 24-35.
Mathai, S., U. Raju, dan M. Kanitkar. 2007. Management of respiratory distress in the newborn. Medical Journal, Armed Forces 28
India. 63(3): 269-272.
TERAPI PEMBERIAN SURFAKTAN
Surfaktan harus digunakan dan diberikan sedini mungkin dalam perjalanan RDS. Survanta®
(bovine survactant) diberikan dengan dosis total 4 mL/kgBB intratrakea (masing-masing
1mL/kg berat badan untuk lapangan paru depan kiri dan kanan serta paru belakang kiri dan
kanan), terbagi dalam beberapa kali pemberian, biasanya 4 kali (masing-masing ¼ dosis
total atau 1 ml/kg). Dosis total 4 ml/kgBB dapat diberikan dalam jangka waktu 48 jam
pertama kehidupan dengan interval minimal 6 jam antar pemberian. Pemberian surfaktan
dilakukan dengan bantuan endotrakeal tube (ETT) disertai bagging intermiten untuk
mencegah desaturasi saat pemberian. Setelah permberian surfaktan, bayi harus diikuti
dengan bantuan ventilator pernafasan atau CPAP. Pengulangan dosis surfaktan
mungkin diperlukan, jika terdapat bukti RDS yang sedang berlangsung, khususnya pada
bayi dengan BBLSR.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan 29
Dokter Anak Indonesia.
“ TERIMAKASIH
30