ASFIKSIA NEONATORUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus yang berjudul "Asfiksia Berat".
Pepatah lama mengatakan "Tak ada gading yang tak retak", begitu juga
penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan dan
penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca
yang bersifat membangun sangat diharapkan dengan tujuan pembuatan dan
penyusunan laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : By. H
Umur : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8 Ulu
Kebangsaan : Indonesia
Agama No. : Islam
: 078746
RM Pav/kelas
: Neonatus / III
MRS Tanggal : 04 April 2012 pukul 10.15 WIB
Riwayat kehamilan
Riwayat ibu demam (-)
Riwayat ibu Hipertensi (-)
Riwayat ibu diabetes melitus (-)
Riwayat ibu anemia (-)
Pedigree Keluarga:
Tn. A 34 thn,
Ny. H 30 thn,
Karyawan swasta
Wiraswasta
Os
Riwayat Sosial Ekonomi
Os adalah anak Pertama dari Tn.A yang bekerja sebagai Pegawai swasta,
dan Ny K yang bekerja sebagai wiraswasta. Secara ekonomi, keluarga Os
tergolong ekonomi menengah ke keatas.
Pemeriksaan Khusus
Kepala : caput (-), normocephali, flushing (-)
Rambut : hitam
Ubun-ubun : frontanemia mayor dan minor belum menutup.
Muka : tidak ada kelainan bentuk, muka oval.
Mata : simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva, tidak
anemis.
Leher
: Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Paru-paru
V. DIAGNOSA SAMENTARA
lahir spontan
ibu G1P0A0
Neo posterm/AGA,
Asfiksia berat + T. Infeksi + RDS
VI. RESUME
Pada tanggal 04 April 2012 pukul 10.15 WIB lahir seorang bayi perempuan,
berusia 0 hari, beralamat di Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8 Ulu,
berkebangsaan Indonesia, beragama Islam, lahir spontan dari ibu G1P0A0,
Posterm, hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang kebidanan RSUD
Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis,
APGAR Score 2/3/7 dilakukan pembersihan jalan nafas + VTP,
Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+),
mekonium (+), tali pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100
gram, PB 48 cm. Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit
berat, aktifitas: kurang aktif, refleks hisap: lemah, tangis: merintih,
nadi 116 x/menit, isi dan tegangan kurang, pernapasan 48 x/menit,
suhu badan 36,4 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan
hasil: hb 16,1 g/dl, ht 44 %, leukosit 20.400/mm 3 trombosit
317.000/mm3, diff count : 0/0/1/61/32/6, CRP (+). OS lalu dikirim ke
NICU (Neonatal Intensive Care) RSUD Palembang bari untuk
dilakukan perawatan.
IX. PENATALAKSANAAN
1. Inj. Vit K 1 strip (i.m)
2. Zalf mata Oxytetsa
3. Stop Oral
4. IVFD D10 1/5 NS gtt 8x/m
5. Inj. Ampicilin 2 x 155 mg
6. Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam
7. Rontgen Thorax
8. Oksigenasi (O2 2 L/menit)
9. Monitor
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsional : bonam
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbulikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada kelainan tali
pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat janin dan
jalan lahir, dan lain-lain.
4. F aktor N eonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, sebagai berikut.
a. Pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial.
c. Kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika,
atresi/stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
(Abdoerrachman dkk, 1985)
(Pulse)
(Grimace)
bernafas
(Respiration)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium beupa analisis gas darah tali pusat
menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif,
pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi,
berupa :
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah sesudah lahir
c. Gula darah sewaktu
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
e. Ureum kreatinin
f. Laktat
g. Ronsen dada
h. Ronsen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala
(IDAI, 2004).
G. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim
disebut resusitasi bayi baru lahir. Penilaian awal dilakukan pada setiap
bayi baru lahir untuk menetukan apakah tindakan resusitasi harus
segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua
bayi dengan cara melihat :
1. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
3. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ?
4. Apakah tonus otot baik ?
Apabila semua jawaban diatas ‘Ya’, berarti bayi baik dan tidak
memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan Asuhan
Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih jawaban ‘tidak’, bayi
memerlukan tindakan resusitasi segera.
1) . Langkah awal dalam stabilisasi
a. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
b. Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi
terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup atau
untuk pemasangan pipa endotrakeal.
c. Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan
bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot
kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah
sindrom aspirasi mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan
amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret dari jalan napas
dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.
d. Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada
posisi yang benar
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan
mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk
memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan
sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka
perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil
telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh dan ekstremitas
bayi.
3) . Pemberian Oksigen
Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan
oksigen. Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan
menggunakan sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak
mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen.
Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan
karena dapat merusak jaringan. Penghentian pemberian oksigen
dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu
bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi
oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali
sianosis, maka pemeberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis
sentral hilang. Kemudian secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah
arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar oksigen mencapai
normal.
4) . Kompresi dada
Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
setelah dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Kompresi
dada dilakukan dengan menekan sternum menggunakan 1 jempol atau
2 jari tegak lurus di linea parasentralis kiri sedalam 1/3 diameter
anteroposterior rongga dada dengan 3 kali penekanan dan 1 kali
ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan 15 kali ventilasi
selama 30 detik).
5) . Terapi Medikamentosa
a. Epinefrin 1:10.000
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg berat badan atau 0,01-0,03 mg/kg berat badan
diberikan secara cepat, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% menjadi
1-2 ml bila secara endotrakea.
Bayi Ny H, perempuan, berusia 0 hari, lahir spontan dari ibu G 1P0A0, Posterm,
hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang kebidanan RSUD Palembang
Bari, saat lahir tidak langsung menangis, APGAR Score 2/3/7 dilakukan
pembersihan jalan nafas + VTP, Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau busuk
(+), kental (+), mekonium (+), tali pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100
gram, PB 48 cm.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit berat, aktifitas: kurang aktif,
refleks hisap: lemah, tangis: merintih, nadi 132 x/menit, isi dan tegangan kurang,
pernapasan 64 x/menit, suhu badan 36,4 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin,
didapatkan hasil: hb 16,1 g/dl, ht 44 %, leukosit 20.400/mm 3 trombosit
317.000/mm3, diff count : 0/0/1/61/32/6, CRP (+). OS lalu dikirim ke NICU
(Neonatal Intensive Care) RSUD Palembang bari untuk dilakukan perawatan.
Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan nilai APGAR SCORE menit
pertama 2, menit kelima 3 dan menit ke sepuluh 7 yang menandakan bahwa bayi
Ny. H mengalami asfiksia berat. Hal ini dapat disebabkan dari faktor ibu, faktor
persalinan maupun faktor janin. Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu tidak
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, anemia, gagal jantung maupun infeksi
sistemik. Sehingga dalam kasus ini kemungkinan penyebabnya adalah dari faktor
janin dan persalinan, yaitu umur bayi yang > 42 minggu / posterm dan riwayat
KPSW (+), ketuban hijau, bau busuk (+), kental (+) dan terdapat mekonium.
Pada kasus ini HMD, dapat disingkirkan, karena riwayat bayi yang posterm / usia
kehamilan > 42 minggu dan berat badan lahir yang normal. Sedangkan TTN
biasanya terjadi pada bayi dengan sectio cessaria, sehingga diagnosis TTN juga
dapat disingkirkan. Sehingga diagnosis yang paling mungkin dalam kasus ini
adalah RDS akibat aspirasi mekonium yang dapat dilihat dari usia kehamilan
posterm dan air ketuban yang terdapat mekonium.
Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+),
tali pusat layu (+), dan CRP (+) dapat dipikirkan pula kemungkinan bayi
Ny. H adalah tersangka infeksi sehingga diperlukan perawatan lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN