Skenario 1:
Seorang wanita usia 20 tahun datang ketempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit cekot-
cekot pada gigi sebelah kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Rasa sakit timbul tiba-tiba terutama
pada malam hari.Apa yang terjadi pada gigi wanita tersebut?
1
BAB II
Kata Kunci :
2
BAB III
Rumusan Masalah :
3
BAB IV
PEMBAHASAN
Karies Gigi
4
Fase awal karies menggambarkan fase paling dini karies gigi yang dapat kembali normal
(reversed) atau tidak berkembang (arrested) atau berkembang menjadi suatu kavitas (progresif).
Pada lesi karies yang masih bersifat reversibel atau masih bisa kembali normal, bisa diatasi
dengan oral higiene yang baik, aplikasi fluor dan perbaikan pola makan. Scara klinis yang
disebut dengan karies sampai sekarang adalah lobang atau kavitas yang sudah dapat dirasakan
scara mekanis dengan sonde sehingga pada tahap awal terjadinya karies dini jarang diperhatikan
dalam diagnosis klinik.
5
d. Teori Demineralisasi dan Remineralisasi
Menurut Steinberg et al. (1992), proses kimia yang terjadi pada permukaan email setelah
gigi erupsi adalah peristiwa demineralisasi dan remineralisasi. Ion kalsium (Ca+²) merupakan
faktor utama yang berperan dalam peristiwa tersebut. Pada keadaan normal (pH normal) garam
kalsium ini berada dalam suatu keseimbangan dinamik antara email, air liur dan plak. Reaksi
kimia dari siklus demineralisasi dan remineralisasi sebagai berikut.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus
tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat
dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makroskopis dapat dilihat.
6
Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin
Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan menembus
pulpa.
Karies Profunda stadium I - Karies telah melewati setengah dentin,biasanya radang pulpa
belum dijumpai.
Karies Profunda stadium II - Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan
pulpa.
Karies Profunda stadium III - Pulpa telah dibuka, dijumpai bermacam-macam radang pulpa.
1. D1 - Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.
2. D2 - Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi.
4. D4 - Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai
7
berganti, sehingga bila saliva berada di dalam linkungan gigi, maka karies tidak akan
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
8
Macam - Macam Karies
Karies Email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan
terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.
Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali permukaan
email rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri. Rencana perawatan karies:
Karies Dentin
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan
gigi dan pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam, dan
manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan
mengikis dentin. Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena
rangsangan dingin, makanan masam, dan manis. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka
bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Biasanya
penumpatan secara langsung masih bisa dilakukan dengan memberikan bahan pelapis sebelum
diberikan bahan penumpat.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang
rusak. Salah satu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi
adalah semen glass ionomer. Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang
sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior tanpa
mengesampingkan faktor kekuatan, keawetan, dan biokompabilitas dari bahan tersebut.
3. Karies Pulpa
Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan
pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada
tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih
9
kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai pulpa gigi. Disinilah
dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau
fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus. Rencana perawatan
dengan restorasi dengan preparasi minimal dan perawatan endodontik.
Pulpitis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa
dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat
menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya
yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun
kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies,
dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila
lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama maka hal ini
merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel yang nantinya akan terus
berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.
a) Pulpitis Reversibel
Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh
pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil
dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan
sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih
10
buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai
titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit
dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau
pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus
dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu
meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa
dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi amalgam.
b) Pulpitis Irreversibel
Definisi irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat
simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan
pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi
semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan
oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan
untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal
dihilangkan. Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies,
jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh
faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan
kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-
tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan
oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah
pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai
menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada
hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang
yang terkena.
11
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan
sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada
jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit
dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau drainase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa
sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang
bocor.
Pulpitis ireversibel merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut
dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak adanya
respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro abses dan daerah
nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limfosit, sel plasma, dan makrofage.
pulpitis irefersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan jaringan
pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis
ireversibel dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita
tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan mengganggu aktifitas
penderita.
12
Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.
13
Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).
Patofisilogi
P u l p i t i s d a p a t t e r j a d i k a r e n a a d a n ya j e j a s b e r u p a k u m a n b e s e r t a
p r o d u k n ya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa kuman). Namun
pada praktek sehari - hari Pulpitis biasanya terjadi diawali dengan karies yang tebentuk
karena kerusakan email akibat dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri - bakteri
penghasil asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang menyebabkan proses
demineralisasi.
Demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi. Bila karies sudah terbentuk dan tidak
mendapat perawatan, maka proses demineralisasi terus berlanjut dan menyebabkan
karies semakin meluas ke dalamgigi sehingga menembus lapisan-lapisan email,
dentin dan pada akhirnya akan mencapai ke dalam ruang pulpa. Bila karies sudah mencapai
ke dalam ruang pulpa maka bakteri akan masuk ke dalam ruangan tersebut dan
mengakibatkan peradangan pada jaringan pulpa. Jika peradangan hanya sebagian
(pada cavum dentis) maka kita sebut pulpitis aku parsial, dan jika
mengenai seluruh jaringan pulpa maka kita sebut pulpitis akut totalis.
Fisiologi
Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangung dentin primer selama perkembangan
gigi, dentin sekunder setelah erupsi dan dentin reparative sebagai respon terhadap stimulasi
selama odontoblas tetpau utuh. Pulpa bereaksi terhadap stimuli panas dan dingin yang hanya
dirasakan sebagai rasa skait. Pulpa biasanya tahan terhadap sushu sekitar 16 derajat celcius dan
55 derajat celcius yang dikenakan secara langsung pada daerah superfisial. Rasa sakit merupakan
suatu reaksi protektif yang menjadi tanda bahwa terjadi suatu peradangan atau kerusakan pada
pulpa. Apabila terjadi kerusakan pada pulpa sangat kecil kemungkinan untuk kembali seperti
semula. Semua ini tergantung pada aktivitas seluler, suplai nutrisi, usia, metabolik dan parameter
fisiologis yang lainnya.
Histologi
Telah diketahui bahwa secara histologis jaringan pulpa mempunyai fungsi induktif,
formatif, nutritif, defensif dan sensatif. Adapun pengertian dari masing-masing fungsi tersebut
adalah:
14
Fungsi Induksif: yaitu pulpa berpartisipasi dalam induksi dan pengembangan
odontoblas dan dentin. Bila ini terbentuk maka menginduksi pembentukan
enamel.
Fungsi Formatif: yaitu fungsi odontoblas yang khusus dalam pembentukan dentin
Fungsi Nutritif: yaitu mensuplai nutrisi dalam rangka pembentukan dentin lewat
tubulus dentin.
Fungsi Defensif: oleh odontoblas akan mempengaruhi dentin terhadap rangsangan
dan oleh sel-sel radang yang memiliki imunokompeten terhadap respon radang
dan imunologik
Fungsi Sensatif: yaitu melalui sistem saraf mengirim rangsangan ke SSP yang
manifestasinya berupa rasa nyeri.
Salah satu fungsi utama jaringan pulpa adalah formatif yang diperankan oleh odontoblas
untuk membentuk dentin primer, sekunder maupun dentin reparatif. Dentin primer terbentuk di
saat gigi dalam pertumbuhan, dentin sekunder terbentuk setelah gigi erupsi, sedangkan dentin
tersier atau reparatif dibentuk sebagai repons terhadap rangsangan.
Jaringan pulpa mudah merespon dengan adanya rangsangan, baik rangsangan fisis, kimia
maupun bakteri. Jaringan pulpa membentuk dentin reparatif sebagai respon, selain itu juga
menimbulkan rasa nyeri yang merupakan sinyal sebagai tanda bahwa jaringan pulpa dalam
keadaan terancam. Oleh karena adanya hubungan timbal balik antara jaringan pulpa dan
periapikal, maka jaringan pulpa yang mengalami keradangan dan tidak dirawat atau
perawatannya kurang baik maka penyakit pulpa dapat menjalar ke daerah periapikal.
Pada bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab, klasifikasi dan mekanisme penyakit
pulpa, yang sangat diperlukan untuk menentukan rencana perawatan saluran akar yang akan
dilakukan.
Patomekanisme
P u l p i t i s d a p a t t e r j a d i k a r e n a a d a n ya j e j a s b e r u p a k u m a n b e s e r t a
p r o d u k n ya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa kuman). Namun
pada praktek sehari-hari Pulpitis biasanya terjadi diawali dengan karies yang tebentuk karena
kerusakan email akibat dari fermentasi karbohidratoleh bakteri-bakteri penghasil
asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang menyebabkan proses demineralisasi.
15
Demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi. Bila karies sudah terbentuk dan tidak
mendapat perawatan, maka proses demineralisasi terus berlanjut dan menyebabkan
karies semakin meluas ke dalamgigi sehingga menembus lapisan-lapisan email,
dentin dan pada akhirnya akan mencapai ke dalam ruang pulpa. Bila karies sudah mencapai
ke dalam ruang pulpa maka bakteri akan masuk ke dalam ruangan tersebut dan
mengakibatkan peradangan pada jaringan pulpa. Jikaperadangan hanya sebagian
(pada cavum dentis) maka kita sebut pulpitis akut parsial dan jika
mengenai seluruh jaringan pulpa maka kita sebut pulpitis akut totalis.
Terapi: pulpektomi
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran
akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi. Perawatan terdiri
dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal
sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau
formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan
pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas
pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus
dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa
diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.
16
BAB V
HIPOTESA AWAL
1. Pulpitis irreversibel
2. Pulpitis reversibel
17
BAB VI
A. DATA PASIEN
a. Data pribadi :
- Nama : Nn. Arini
- Umur : 20 tahun
- Alamat : Jl. Semeru 17 Surabaya
- Pekerjaan : Mahasiswa
b. Keluhan utama :
- Gigi dengan keluhan sakit cekot-cekot
- Rasa sakit timbul tiba-tiba/spontan
c. Riwayat dental :
- Gigi yang sakit gigi sebelah kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.
- Timbul terutama pada malam hari.
d. RiwayatMedis :
- Keadaanpasiensehattidakdalamkeadaansakit, mengidapalergidanpenggunaanobat-
obatan.
B. Pemeriksaan Objektif
- Pemeriksaanekstra oral :
- Keadaan umum pasien penderita : komposmentis/normal
- Tonus otot : normal
- Pembengkakan : (-)
- Perubahan warna : (-)
- Jeringan parut ekstra oral : normal
- Kepekaan jaringan limfe servikal/fasial membesar : (-)
- Pasien tidak dalam sakit berat
- Pemeriksaan klinis (intra oral) :
- Mukosa : Normal
- Palatum : Normal
- Lidah: Normal
- Dasar Mulut : Normal
- Hubungan Rahang: Normal
Tes klinis :
- Kaca mulut dan sonde (sondasi) : (+), Adanya kavitas pada gigi 46 dan tampak
karies profunda, pulpa (+)
- Palpasi : (-)
18
- Perkusi : (-)
- Tes vital : (+), uji termal dingin ( chloretyl, es)
- Tesmobilitas : Gingiva normal
C. Pemeriksaan Penunjang
- Radiologi : Normal
- Darah : Normal
- Patologi anatomi : Normal
- Mikrobiologi : Normal
19
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, Ny. Arini yang berusia 20 tahun menderita Pulpitis
irriversibel.
20
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
21
BAB IX
Strategi menyelesaikan masalah
Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut sangat responsif terhadap rangsangan
dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam, kadang-kadaang rasa sakit
timbul spontan, menggangu tidur atau timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang lebih
baik dilakukan adalah pulpektomi daripada terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit.
Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran ganda, biasanya dokter gigi tidak cukup
waktu untuk menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan instrumentasi saluran akar,
maka dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat jaringan pulpa dari korona dan saluran akar
yang terbesar saja. Biasanya saluran saluran akar terbear merupakan penyebab rasa sakit yang
hebat, saluran akar yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara signifikan. Pada kasus
dengan saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan perawatan darurat lagi dan seluruh
saluran akar harus dibersihkan.
22
BAB X
Pulpitis irreversibel
Prognosis
Prognosa gigi baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi endodentik dan
restorasi yang tepat.
Komplikasi
23
DAFTAR PUSTAKA
Birnbaum, W. dan Dunne, S.M., 2010, Diagnosis Kelainan Dalam Mulut Petunjuk bagi Klinisi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Silverglade, Lee. 2011. Preventive Dentistry: Overview of Common Oral Lessions. University of
Illinois at Chicago.
Widodo , Trijoedani. Respons imun humoral pada pulpitis (Humoral immune response on
pulpitis). Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni 2005: 49–51 Bagian Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya – Indonesia.
24