NEONATUS
Disusun Oleh :
Moch. Fahmi, S.Ked
201310401011032
Pembimbing :
Dr. Effendy, Sp.A
KASUS NEONATUS
ANAMNESA
IDENTITAS BAYI
No. Register
: 221716
Nama
: By Ny. Zuria
TTL
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jogoroto, Jombang
Nama
: Ny. Zuria
Umur
: 29 Tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Alamat
Ayah
: Tn. Slamet
Umur
: 45 Tahun
Pekerjaan
: Buruh tani
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Alamat
Ayah
RIWAYAT KEHAMILAN
G2 P1001 A000
Riwayat keputihan selama hamil (+), warna putih kental, Bau (+), gatal (-).
RIWAYAT PERSALINAN
Pasien datang dengan rujukan dari bidan G2 P1001 A000 karena bayi
kurang bulan Kala I fase aktif, KPD (-).
Bayi lahir hari Sabtu tanggal 29 Maret 2014, Pk.11.50 WIB jenis kelamin
laki-laki
Bayi dikirim ke ruang anggrek karena Kurang bulan, Berat lahir rendah
dengan Apgar score 4-5
Keadaan Umum
Aktifitas lemah, merintih, tonus otot lemah, kulit berwarna kemerahan
dengan akral cyanotic, sesak (+), Hipersalivasi (+), posisi semi extensi
Vital Sign
: 36,5 OC
HR (Heart Rate)
RR ( Respiratory Rate )
: 50 x / menit, teratur
Anthropometri
BB Lahir
: 1290 gram
BB Masuk
: 1220 gram
Panjang Badan
: 39 cm
Lingkar Dada
: 24 cm
Lingkar Abdomen
: 23 cm
Sistem Pernafasan :
Sistem Cardivaskular
Sistem Neurologis :
Aktivitas : bangun/sadar
Pergerakan :spontan
Tonus :lemah
Tidak Kejang
Sistem Gastrointestinal
Belum BAB
Sistem Genitourinaria
Belum BAK
Telinga : normal
Ekstremitas
Akral dingin
Cyanosis
Kulit
Lanugo
: Halus (2)
Payudara
Genital
Total: 9
PEMERIKSAAN MATURITAS NEUROMUSCULAR
Posture
: Semi ekstensi
(2)
Square window
: 450
(2)
Arm recoil
: 1100-1400
(2)
Popliteal angle
: <1400
(1)
Scarf sign
(1)
Heel to ear
(2)
Total: 10
Jumlah Score = 19 Berarti usia kehamilan sekitar 30-32 minggu
RESUME
Kenaikan berat badan selama kehamilan 12 kg, ANC rutin setiap bulan di
Bidan
Saat usia kehamilan 6 bulan ibu mengalami sakit flu, nafsu makan
berkurang selama kehamilan karena mual. Konsumsi jamu selama
kehamilan (+), suami perokok aktif, sering merokok didalam rumah.
Bayi lahir spontan, tidak langsung menangis, merintih, Apgar Score 4-5-55-7, berat badan 1220 gram dan sisa ketuban meconeal
Cardiovaskular : Normal
Gastrointestinal : baik
DIAGNOSIS
-
Bayi Kurang Bulan/ Bayi Berat Lahir Rendah/ Sesuai Massa Kehamilan
Cheilognatopalatoschizis
PLANNING DIAGNOSIS
DL
Hb
Leukosit
Hct
Eritrosit
Trombosit
Golongan darah
CRP kuantitatif
Kultur
PLANNING THERAPY
Thermoregulasi
OGTRetensiPuasa
Inj Ca Gluconas 6 ml
PLANNING MONITOR
Saturasi oksigen
PROGNOSIS : Jelek
PROGRESS NOTE
29-3-2014
0/1/1
Sesak (+), Hipersalivasi
(+), sianosis (+), febris
(-), gerak tangis lemah,
tonus lemah.
BB 1220gr
HR= 143x RR=50x
T=36,5oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/-/+/+
pch (+), cleft bibirlangit-langit (+).
-Th: Simetris, retraksi
intercostae (+)
supraternal (+), Suara
nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal
reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+)
normal, H/L tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed --/--
30-3-2014
1/2/2
Sesak (+), Hipersalivasi
(+), sianosis (-), febris
(-), gerak tangis lemah,
tonus lemah.
BB 1340gr
HR= 138x RR=55x
T=36,1oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/-/-/+ pch
(+), cleft bibir-langitlangit (+).
-Th: Simetris, retraksi
intercostae (+)
supraternal (+), Suara
nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal
reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+)
normal, H/L tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed --/-Lab:
Hb: 22,9 Hct: 62,9
Leu:7000 Eri: 5,5 jt
Trombosit: 53.000
31-3-2014
2/3/3
Sesak (+), Hipersalivasi
(+), sianosis (-), febris
(-), gerak tangis lemah,
tonus lemah.
BB 1300gr
HR= 140x RR=56x
T=36,6oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/-/-/+ pch
(+), cleft bibir-langitlangit (+).
-Th: Simetris, retraksi
intercostae (+)
supraternal (+), Suara
nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal
reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+)
normal, H/L tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed --/--
- BKB/BBLR/SMK
- Susp Perinatal
Infection
- Cheilognatopalatoschi
zis
- BKB/BBLR/SMK
- Susp Perinatal
Infection
- Cheilognatopalatoschi
zis
- BKB/BBLR/SMK
- Susp Perinatal
Infection
- Cheilognatopalatoschi
zis
Planning Dx:
DL+Golongan darah
Planning Tx:
- Nasal Canul O2
- OGT
- Inf D10 120 cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x100
mg
Planning Tx:
- Nasal Canul O2
- OGT
- Inf D10 80 cc/24 jam
- Inj Aminofusin 60
cc/24 jam
-NaCl 3% 10cc/24 jam
-KCl 7,4% 3cc/24 jam
-Ca Glukonas 10%
5cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x100
mg
-Minum ASI/PASI 2
cc/2 jam
1-4-2014
2-4-2014
3/4/4
4/5/5
Sesak (+), Hipersalivasi Sesak (+), Hipersalivasi
(+), sianosis (-), febris
(+), sianosis (-), febris
(+), gerak tangis lemah, (+), gerak tangis lemah,
gerak aktif.
tonus lemah.
BB 1280gr
BB 1300gr
HR= 142x RR=60x
HR= 120x RR=56x
T=36,9oC CRT<2dtk
T=36,8oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/+/-/+
-K/L: a/i/c/d=-/+/-/+
pch (+), cleft bibirpch (+), cleft bibirlangit-langit (+).
langit-langit (+).
-Th: Simetris, retraksi
-Th: Simetris, retraksi
intercostae (+)
intercostae (+)
supraternal (+), Suara
supraternal (+), Suara
nafas vesikuler
nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh
inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal -/-, wh -/-, s1-s2 tunggal
reguler murmur (-)
reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+)
-Abd: Supel, BU (+)
normal, H/L tak teraba
normal, H/L tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed --/-- -Eks: AH ++/++ ed --/-P O2= 100%
Residu lambung coklat
2 cc
- BKB/BBLR/SMK
- BKB/BBLR/SMK
- Susp Perinatal
- Susp Perinatal
Infection
infection
- Cheilognatopalatoschi - Cheilognatopalatoschi
zis
zis
Planning Tx:
Planning Tx:
- Nasal Canul CPAP
- Nasal Canul O2
FiO2 40%, monitor
- OGT
saturasi
- Inf D10 0,18 S 100
Planning Tx:
- Nasal Canul O2
- OGT
- Inf D10 80 cc/24 jam
- Inj Aminofusin 60
cc/24 jam
-NaCl 3% 10cc/24 jam
-KCl 7,4% 3cc/24 jam
-Ca Glukonas 10%
5cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x100
mg
-Minum ASI/PASI
2cc/2jam
3-4-2014
5/6/6
Sesak (+), Hipersalivasi
(+), sianosis (-), febris
(-), gerak tangis lemah,
tonus lemah.
BB 1360gr
HR= 140x RR=56x
T=36,6oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/-/+/+
pch (+), cleft bibirlangit-langit (+).
-Th: Simetris, retraksi
intercostae (+)
supraternal (+), Suara
nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal
reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+)
normal, H/L tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed --/--
- BKB/BBLR/SMK
- Susp Perinatal
Infection
- Cheilognatopalatoschi
zis
Planning Tx:
- Nasal Canul O2
- OGT
- Inf D10 0,18 S 100
- OGT
- Inf D10 80 cc/24 jam
- Inj Aminofusin 60
cc/24 jam
-NaCl 3% 10cc/24 jam
-KCl 7,4% 3cc/24 jam
-Ca Glukonas 10%
5cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x1 cc
-Minimal Handling
-Minum ASI/PASI 2
cc/2 jam monitor residu
lambung
S
O
A
P
cc/24 jam
- Inj Aminofusin 75
cc/24 jam
-NaCl 3% 10cc/24 jam
-KCl 7,4% 3cc/24 jam
-Ca Glukonas 10%
5cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x1 cc
-Puasa (TPN)
-Minimal Handling
cc/24 jam
- Inj Aminofusin 75
cc/24 jam
-NaCl 3% 10cc/24 jam
-KCl 7,4% 3cc/24 jam
-Ca Glukonas 10%
5cc/24 jam
- Inj Viccilin sx 2x1 cc
-Puasa (TPN)
-Minimal Handling
4-4-2014
6/7/7
Sesak (+), Hipersalivasi (+),
sianosis (-), febris (+), gerak
tangis lemah, gerak aktif.
BB 1260gr
HR= 150x RR=50x
T=37,4oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/+/-/+ pch (+), cleft
bibir-langit-langit (+).
-Th: Simetris, retraksi intercostae
(+) supraternal (+), Suara nafas
vesikuler inspirasi>ekspirasi, rh
-/-, wh -/-, s1-s2 tunggal reguler
murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+) normal, H/L
tak teraba
-Eks: AH ++/++ ed ++/++ Sklerm
++/++
5-4-2014
7/8/8
Sesak (+), Hipersalivasi (+), sianosis
(-), febris (+), gerak tangis lemah,
tonus lemah.
BB 1400gr
HR= 110x RR=40x
T=37,2oC CRT<2dtk
-K/L: a/i/c/d=-/+/-/+ pch (+), cleft
bibir-langit-langit (+).
-Th: Simetris, retraksi intercostae (+)
supraternal (+), Suara nafas vesikuler
inspirasi>ekspirasi, rh -/-, wh -/-, s1s2 tunggal reguler murmur (-)
-Abd: Supel, BU (+) normal, H/L tak
teraba
-Eks: AH ++/++ ed ++/++
Sklerm ++/++
Hb: 12,6 Hct: 35,6
Leu:3000 Eri: 3,28 jt
Trombosit: 10.000
Bilirubin total: 23,57
Bilirubin direk: 12,8
- BKB/BBLR/SMK
- Susp sepsis
- Cheilognatopalatoschizis
Planning Tx:
- Nasal Canul CPAP FiO2 40%,
monitor saturasi
- OGT
- Inf D10 0,18 S 100 cc/24 jam
- Inj Aminofusin 75 cc/24 jam
- BKB/BBLR/SMK
- Sepsis
- Cheilognatopalatoschizis
Planning Dx: Kultur, GDA
Planning Tx:
- Nasal Canul O2
- OGT
- Inf D10 0,18 S 100 cc/24 jam
- Inj Aminofusin 75 cc/24 jam
TINJAUAN PUSTAKA
CHEILLOGNATOPALATOSCHIZIS
Definisi
Cheillognatopalatoschizis merupakan kelainan kongenital yang terjadi
akibat proses pembentukan bibir atau mulut yang tidak semprna. Kelainan
kongenital ini dapat disebut dengan orofacial cleft. Kelainan kongenital ini terjadi
pada masa awal kehamilan. Bayi baru lahir dapat mengalami cleft lip, cleft palate,
atau keduanya (Parker, 2010).
Cheillognatopalatoschizis
merupakan
kelainan
kongenital
yang
sempurna, hal tersebut menyebabkan terbentuknya celah pada bibir atas. Celah
pada bibir dapat
terhubung sampai ke hidung. Langit-langit (palatum) mulai terbentuk diantara 69 minggu kehamilan (Parker, 2010).
Patogenesis
Pembentukan langit-langit dimulai pada akhir minggu kelima
kehamilan (Jonhson, 2009). Pada tahap ini, langit-langit terdiri dari 2 bagian,
yaitu bagian anterior (primer) dan bagian posterior (sekunder). Pada hidung
tua, kemungkinan memiliki anak dengan celah yang adalah 1 dalam 700. Dalam
keluarga di mana tidak ada kerabat tingkat pertama yang terpengaruh, tingkat
kejadian palatoskisis adalah 2,5 %. Ketika kerabat tingkat pertama dipengaruhi ,
tingkat kejadiannya sebesar 10 %. Tingkat kejadian yang sama (10-12 %) terjadi
pada keturunan orang yang lahir dengan cacat sumbing . Jika celah tersebut adalah
bagian dari sindrom autosomal dominan, tingkat kejadian bisa setinggi 50%.
Sebuah deformitas sumbing dikaitkan dengan sindrom pada 30% kasus. Lebih
dari 400 sindrom dengan cacat sumbing sebagai salah satu karakteristik telah
banyak dijelaskan dalam penelitian sebelumnya
Seperti dijelaskan sebelumnya, etiologi palatoskisis belum dapat
dijelaskan dengan baik. Namun , beberapa bukti bahwa faktor-faktor eksternal
mungkin memainkan peran. Relatif sedikit dari banyak teratogen diakui
menyebabkan bibir sumbing . Konsumsi alkohol dalam periode embryologic tidak
menghasilkan banyak bayi dengan celah. Teratogen lain yang terkait dengan bibir
sumbing termasuk fenitoin, retinoid, dan obat-obatan terlarang (misalnya ,
kokain). Celah Mekanis diinduksi dapat terjadi in utero dengan cara pelampiasan
langsung pada embrio .
Pemetaan genetik dari keluarga dengan bentuk warisan dari langitlangit telah menghasilkan identifikasi gen yang terlibat dalam pengembangan
langit-langit . Sumbing berhubungan dengan ankyloglossia, gangguan terkait-X ,
terbukti disebabkan oleh mutasi gen TBX22. TBX22 adalah anggota dari keluarga
gen T - box, yang merupakan faktor transkripsi pada vertebrata terlibat dengan
arah mesoderm. Secara khusus, TBX22 dinyatakan dalam rak palatal sesaat
sebelum ketinggian mereka di atas lidah. Mutasi pada gen hasil ini di langit-langit
karena hilangnya fungsi TBX22 (Lidral, 2008).
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada penderita palatoskisis sangat tergantung pada derajat
palatoskisis, adanya sindrom yang menyertai atau kelainan kongenital lain serta
dari faktor usia. Tindakan bedah pada celah bibir umumnya dilakukan bulan
pertama
kelahiran.
American
Cleft
Palate-Craniofacial
Association
DAFTAR PUSTAKA
American Cleft Palate-Craniofacial Association. Parameters for evaluation and
treatment of patients with cleft lip/palate or other craniofacial anomalies.
Revised edition, Nov 2009. Chapel Hill, NC. P. 1-34.
Correa A, Gilboa SM, Besser LM, et al. Diabetes mellitus and birth defects. Am J
Obstet Gynecol 2008;199(3): 237.e1-9.
Honein MA, Rasmussen SA, Reefhuis J, Romitti P, Lammer EJ, Sun L, et al.
Maternal smoking, environmental tobacco smoke, and the risk of oral
clefts. Epidemiology 2007;18(2):22633.
Johnson CY, Honein MA, Hobbs CA, Rasmussen SA. Prenatal diagnosis of
orofacial clefts, National Birth Defects Prevention Study, 1998-2004.
Prenat Diagn. May 19 2009
Lidral AC, Moreno LM, Bullard SA. Genetic Factors and Orofacial Clefting.
Semin Orthod. Jun 2008;14(2):103-114.
Parker SE, Mai CT, Canfield MA, Rickard R, Wang Y, Meyer RE, et al; for the
National Birth Defects Prevention Network. Updated national birth
prevalence estimates for selected birth defects in the United States, 20042006. Birth Defects Res A Clin Mol Teratol. 2010;88(12):1008-16.
Samanich J. Cleft palate. Pediatr Rev. Jun 2009;30(6):230-2.
TINJAUAN PUSTAKA
INFEKSI PERINATAL
Definisi
Infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal, intranatal dan
postnatal. Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi
juga lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibanding dengan
bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan
(imunitas) transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir,
bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain. Terhadap kuman
yang berasal dari orang lain ini bayi tidak memiliki imunitas (Barbara, 2003).
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Etiologi Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti
Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus,
dan Coccus gonococcus. Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
perinatologi dapat dibagi menjadi 3 yakni, faktor maternal, faktor lingkungan, dan
faktor penjamu.
herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini
antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma. Riwayat kehamilan yang
meningkatkan resiko bayi terinfeksi, diantaranya adalah infeksi pada ibu selama
kehamilan seperti TORCH, ekslampsia, diabetes melitus, penyakit bawaan pada
ibu.
Pada masa intranatal atau saat persalinan Infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilikus masuk ketubuh bayi. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme
masuk dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam rongga amnion,
biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam
akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi
pula walaupun air ketuban belum pecah, yaitu pada partus lama yang sering
dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa dalam dan kromilage (melebarkan
jalan lahir dengan jari penolong). Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina, misalnya pada Blennorhoe.
Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin
dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir
yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya: herpes genetalia, candida albicans,
gonorrhea).
Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial
dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang
endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus (Barbara, 2003).
Diagnosis
Diagnosis infeksi tidak mudah karena tanda khas seperti yang terdapat
pada bayi lebih tua sering kali tidak ditemukan, diagnosis dapat dibuat dengan
pengamatan yang cermat. Diagnosis dini dapat dibuat apabila terdapat kelainan
tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum.
Tanda dan Gejala Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang
mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut: bayi malas minum, gelisahletargi, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan turun, pergerakan kurang,
muntah, diare, sklerema dan oedema, perdarahan, ikterus dan kejang, suhu tubuh
dapat normal, hipotermia, atau hipertermi (Harianto, 2008).
Klasifikasi
Jenis Infeksi karena bakteri pada bayi baru lahir dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1. Infeksi bakteri sistemik
Bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar, kejang disertai satu
tanda infeksi, gangguan nafas, malas minum atau tidak bisa minum
dengan atau tanpa muntah, bagian tubuh merah dan mengeras,ubunubun cembung, suhu bisa panas atau dingin.
2. Infeksi bakteri lokal berat
Pada bayi ditemukan nanah didaerah mata, telinga, tali pusat atau
umbilikus kemerahan dan meluas sampai kekulit perut,bernanah
serta ada kerusakan kulit.
3. Infeksi bakteri lokal
Pada bayi terdapat nanah keluar dari mata dalam jumlah sedikit,
daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan, berbau busuk dan
terjadi sedikit kerusakan kulit (Saifudin, 2008).
Penatalaksanaan
Penanganan secara umum bayi yang mengalami infeksi, diantaranya
adalah :
1. Mempertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
3. Injeksi antibiotik berspektrum luas sesuai dosis dan terarah
4. Perawatan sumber infeksi.
Pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak terarah dapat
menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotik serta
tumbuhnya jamur yang berlebihan seperti Candida albicans (Saifudin, 2008).
Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang
ada pada masing-masing unit perawatan neonatus. Tidak adanya pola kuman yang
khas yang dapat digunakan sebagai pedoman terapi sementara menunggu hasil
kultur selesai yang memakan waktu tiga sampai lima hari merupakan salah satu
penyebab resistensi (Hadinegoro, 2002). Oleh karena itu uji mikrobiologi dan uji
resistensi harus dilakukan secara rutin untuk memudahkan para dokter dalam hal
memilih antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
BAYI PREMATUR
Definisi
Persalinan prematur menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum
kehamilan berusia lengkap 37 minggu. Persalinan prematur yaitu persalinan yang
terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya
karena mempunyai dampak yang potensial meningkatnya kematian perinatal.
Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa
dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau
sangat prematur, dan extremely premature atau amat sangat prematur. Usia
kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir (WHO,
2013).
Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok:
Hipotermia
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada
yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak cokelat (brown fat), untuk mencegah
hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk tubuh bayi
tetap normal.
Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan 2000 gram adalah 350C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram 340C. Bayi dalam inkubator hanya perlu dipakaikan popok. Hal ini penting
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah
laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit-penyakit
yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat
dilakukan.
b.
Infeksi
Bayi prematur mudah sekali di serang infeksi, ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Bayi prematur lebih rentan terjadi infeksi dibandingkan dengan bayi yang
lahir cukup bulan, kejadian tersebut dapat dijelaskan karena hal berikut:
1. Traktus genitalia ibu yang mengalami infeksi merupakan penyebab
utama kelahiran prematur, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
transmisi secara vertical pada bayi baru lahir.
2. Angka kejadian infeksi intraamnion sangat berhubungan dengan
masa kehamilan.
3. Bayi prematur dilaporkan memiliki kondisi imun yang lemah
4. Bayi prematur seringkali mendapatkan perawatan invasif (IV line dan
Patofisiologi
Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin yang
berefek terhadap janin dengan gangguan yang berbedabeda. Pada pertumbuhan
intrauterin normal, pertambahan berat plasenta sejalan dengan pertambahan berat
janin, tetapi walaupun untuk bayi besar memerlukan plasenta yang besar, tidak
demikian sebaliknya. Namun demikian berat lahir memiliki hubungan yang
berarti dengan berat plasenta. Berat lahir juga berhubungan sekali dengan luar
permukaan villus plasenta.
Selama embryogenesis status gizi ibu memiliki efek kecil terhdap
pertumbuhan bayi, hal itu terjadi karena kebanyakan wanita memiliki cukup
banyak simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian
pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hypertropi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu, jika masukkan nutrisi ibu
kurang. Pada bayi prematur akan mengalami berat badan lahir rendah,
pembentukan substansi surfaktan yang belum sempurna dan imaturnya system
imunulogi yang memerlukan perawatan yang lebih intensif (Syaifudin, 2007).
24.000 / mm, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b) Hematokrit (Hct) : 43% - 61 % (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic) prenatal / perinatal).
c) Hemoglobin (Hb) : 15 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dsengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
d) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3 5 hari.
e) Destrosix : tetes glukosa pertama 4 6 jam pertama setelah kelahiran ratarata 40 50 mg/dl meningkat 60 70 mg/dl pada hari ke tiga (Syaifudin,
2007).
Berikan surfaktan awal (< 2 jam usia ) bila diindikasikan dan profilaksis
pada semua neonatus dengan kelahiran ekstrim prematur ( < 29 minggu ) .
Banyak pusat menggunakan early CPAP dalam mempertahankan
AAP mencatat bahwa early CPAP tidak meningkatkan risiko untuk hasil
yang merugikan jika terapi surfaktan baik tertunda atau tidak diberikan. Selain itu,
pemberian early CPAP dapat mengurangi durasi ventilasi mekanis dan terapi
kortikosteroid postnatal.
b. Manajemen Suhu
Pemeliharaan
lingkungan
termal
netral
sangat
penting
untuk
bayi
adalah
kepentingan
utama
dalam
pencegahan
menggunakan bungkus plastik dan lingkungan yang lembab untuk bayi berat lahir
ekstrim rendah.
Dalam perawatan, mempertahankan suhu lingkungan lebih dari suhu
70F (> inkubasi 21 C). Pemeliharaan suhu ini sangat penting selama resusitasi
neonatal.
c. Perawatan Kulit
Bayi prematur memiliki kulit yang belum matang, menurunnya atau
tidak adanya stratum korneum, penurunan kekompakan antara lapisan kulit,
peningkatan fiksasi air, dan edema jaringan. Integritas kulit yang belum matang
menyebabkan kulit bayi mudah terluka, penyerapan transdermal obat dan bahan
lainnya saat kontak dengan kulit bayi, dan peningkatan risiko infeksi.
Cairan awal harus glukosa dan air. Bayi cukup bulan dapat dimulai pada
60-80 mL/kg/hari. Bayi kurang bulan perlu hingga 100-150 mL/kg/hari.
Elektrolit tidak harus ditambahkan hingga 24 jam usia ketika output urine
memadai. Elektrolit dan kalsium harus dipantau pada 12-24 jam usia
tergantung pada derajat pada prematuritas dan masalah medis lainnya .
DAFTAR PUSTAKA
http-::www.who.int:mediacentre:factsheets:fs363:en:.html
Furdon SA, 2014, Prematurity Treatment & Management, Department of
Pediatrics, Albany Medical Center
Kimberly G. Lee, 2011, Health Guide Premature Infant, Associate Professor of
Pediatrics, Division of Neonatology, Medical University of South
Carolina, Charleston
Richard E., Md, 2003, Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition (May 2003)
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo