Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I

TTL : Jakarta, 14 Januari 2007

Usia : 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ortu : Ibu Ernia

Alamat : Jl. Cempaka wangi 4

Tgl masuk RS : 27 Januari 2011 / pukul 20.00 wib

No.kamar :5

No.RM : 00 – 62 – 13 - 04

Dr. Merawat : dr. Prastowo. Sp,A

Keluhan Utama :
Demam 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan :
Pusing ( + ), mual ( + ), muntah ( + ), pegal –

pegal di kaki ( + ), tidak BAB ( + ), sakit perut ( + ).

RPS :
1 hari SMRS orangtua OS mengeluh anaknya demam, demam timbul mendadak & tinggi ( 40 C),
demam naik turun, demam tidak turun bila diberi paracetamol, mual ( + ), muntah 1x, pusing
(+) , batuk ( - ), pilek ( - ), sesak ( - ), sakit perut ( + ), pegel-pegel di kaki ( + ), nafsu makan
menurun, tidak BAB, BAK sering.
Saat MRS orangtua OS mengeluh demam masih naik turun, mual ( + ), muntah 2x, pusing ( + ),
batuk ( -), pilek ( - ), sesak ( - ) sakit perut ( + ), pegel – pegel dikaki, nafsu mkn menurun, belum
BAB sejak 1 hari, BAK sering.

RPD :
1. DBD saat umur 3 ½ bulan

2. DBD umur 3 tahun disertai kejang

3. 5 hari yang lalu dirawat karena di diagnosis thypoid

RPK :
Disangkal.

R. Pengobatan :
Paracetamol.

R. Kehamilan Ibu :
- ANC teratur

- Tidak pernah sakit selama hamil

R. Kelahiran :
- Cukup bulan

- Lahir spontan

- BB : 3600 gram

- PB : 48 cm

- Langsung menangis

R. Makanan :
Nasi dan sayur – sayuran.
R. Imunisasi :

R. Tumbuh kembang :
- Tengkurap usia 3 bulan

- Berjalan usia 8 bulan

Kesan : sesuai perkembangan

Riwayat Alergi :
Disangkal.

Riwayat Psikososial :
Os sering jajan sembarangan.

PEMERIKSAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : CM

Tanda vital :

Suhu : 37,1 C

Tekanan Darah :-

Nadi : 124 x / menit

Pernapasan : 24x / menit

Antropometri :

BB : 23 kg

TB/PB : 98 cm

LK : 41 cm

Status Gizi :
• BB/U : 23/17 x 100% = 135% ( Gizi lebih )

• BB/TB : 23/16,5% x 100% = 139% (obesitas)

• TB/U : 98/103 x 100% = 95% ( baik/normal )

STATUS GENERALIS
Kepala :

Bentuk : Normocephal

Lingkar Kepala : 41 cm

Ubun – ubun : Datar

Mata :

• Cahaya +/+

• Refleks Pupil : isokor +/+

• Kojungtiva tidak anemis

• Sklera tidak ikterik

• Oedem palpebra ( + )

Hidung : Discharge ( - )

Telinga : Discharge ( - )

Mulut :

• Lidah kotor ( - )

• Lidah tremor ( - )

• Faring Hiperemis ( - )

• Tonsil T1 – T1
Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Dada ( Paru ) :

Inspeksi : simetris, retraksi intercostals ( - )

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler + / +

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I & II normal

Abdomen :

Inspeksi :Kembung ( + )

Palpasi : Nyeri epigastrium ( + )

Perkusi : Timpani di keempat kuadran

Auskultasi : BU dalam batas normal

Ekstremitas atas :

- Akral : Hangat

- Edema :(-)

- RCT : < 2 detik

Ekstremitas bawah :

- Akral : Hangat

- Edema :(-)

- RCT : < 2 detik


Inguinal : Tidak ada pembesaran kelenjar inguinal.

Anus & Rektum : diaper rash ( - )

Genitalia : tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang :

- DPL ( HHTL )

- Urin lengkap

- Elektrolit

Tanggal Jam Hb Ht Trombosit Leukosit

27 Jan 19 : 32 12, 7 gr / 40% 371000 9960


2011 dL

Na Darah : K Darah : Cl Darah :


136 mEq/L 4,2 mEq/L 103 mEq/L
( Normal : ( Normal : ( Normal :
135 – 147 ) 3,5 – 5,0 ) 94 – 111 )
- Warna : Kuning - Protein ( - )
- Kejernihan : Jernih - Glukosa ( - )
- Sedimen : - Keton ( - )
Leukosit : 1-2 / LPB - Darah Samar / Hb ( - )
Eritrosit : 0-1 / LPB - Bilirubin ( - )
Silinder : ( - ) - Urobilinogen 0,2 mg / dL
- Sel epitel gepeng ( 1+ ) - Nitrit ( - )
- Kristal ( - ) - Leukosit Esterase ( - )
- Bakteria ( - )
- Berat Jenis 1.005
- pH 5,0

Resume :
Assesment :

Planning :
Tanggal S O A P

28 Januari 2011 Muntah ( - ) S : 37, 9 C Ada perbaikan HHTL / 12 jam


Pusing ( + ) N : 112x / mnt Tubex TF
Pegal – pegal P : 28x / mnt Lanjutkan terapi
(-) Oedem palpebra (
Blm BAB +)
Nafsu mkn ↓ Nyeri epigastrium
(+)
29 Januari 2011 Demam ( + ) S : 39 C Ada perbaikan HHTL / 12 jam
Blm BAB N : 84x / mnt Lanjtkan terapi
Nafsu mkn ↓ P : 24x / mnt
Oedem palpebra(
+)
Tubex TF +2 ( - )

30 Januari 2011 Demam ( + ) S : 38 C HHTL / 12 jam


Nafsu mkn ↓ N : 112x / mnt Dengue Blood
P : 24x / mnt Lanjutkan terapi
Asites ( + )
Oedem pallpebra (
+)

Tanggal S O A P

31 Januari 2011 Demam ( - ) S : 36, 5 C Ada perbaikan HHTL / 12 jam


BAB 1x N : 120x / mnt Lanjutkan terapi
Nafsu mkn ↑ P : 26x/ mnt
Mata Oedem ( + )
Asites (+)
DB IgG & IgM ( + )

01 februari 2011 Demam ( - ) S : 36 C Ada perbaikan HHTL / 12 jam


BAB 1x N : 88x / mnt Lanjtkan terapi
Nafsu mkn ↑ P : 32x / mnt
Mata Oedem ( + )
Asites ( - )

02 februari 2011 Demam ( - ) S : 36 C Pulang


Nafsu mkn ↑ N : 94x / mnt
BAB 1x P : 22x / mnt
BAK Normal
Tanggal Jam Hb Ht Trombosit Leukosit

27 Jan 2011 19 : 32 12, 7 gr/dL 40% 371000 9960

29 Jan 2011 18 : 13 11, 8 gr/dL 37% 148000 3520

30 Jan 2011 01 : 22 11, 1 gr/dL 35% 101000 4240

30 Jan 2011 15 : 18 11, 8 gr/dL 37% 87000 4060

31 Jan 2011 00 : 45 11, 8 gr/dL 38% 59000 7640

31 Jan 2011 15 : 00 11, 9 gr/dL 38% 47000 5620

01 Feb 2011 00 : 25 13 gr/dL 44% 47000 12000

01 Feb 2011 16 : 44 13 gr/dL 41% 47000 8060

02 Feb 2011 01 : 13 13 gr/dL 42% 40000 9260

02 Feb 2011 19 : 00 13 gr/dL 41% 44000 8900

03 Feb 2011 09 : 00 13, 1 gr/dL 42% 54000 9500


TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit paling ringan ( mild undifferentiated febrile illness ), demam dengue,
demam berdarah dengue ( DBD ) sampai dengan demam berdarah dengue disertai syok (
dengue shock syndrome = DSS ) . Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini
memperlihatkan sebuah fenomena guung es, dengan kasus DBD dan DSS yang dirawat di rumah
sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan laut, sedangkan kasus dengue
ringan ( silent dengue infection dan demam dengue ) merupakan dasarnya.

I. DEFINISI
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus Dengue . Yang membedakan Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue adalah
pada DBD terdapat perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi.

II. EPIDEMIOLOGI
Istilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada
tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemic penyakit serupa di Bangkok, Setelah tahun
1958 penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemic dibeberapa Negara lain di Asia
Tanggara, di antaranya di Hanoi ( 1958 ), Malaysia ( 1962 – 1964 ), Saigon ( 1965 ) yang
disebabkan virus dengue tipe 2, dan Calcutta ( 19 63 ) dengan virus dengue tipe-2 dan Chikungu
berhasil diisolasi dari beberapa kasus. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di jakarta kasus
pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut – turut dilaporkan di Bandung (
1972 ), Yogyakarta ( 1972 ). Epidemi pertama di luar jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatra Barat dan lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara & Bali ( 1973 ). Sejak tahun 1968
angka kesakitan rata – rata DBD id Indonesia terus meningkat dari 0,05 ( 1968 ) manjadi 8,14 (
1973 ), 8,65 ( 1983 ), & mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

III. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B aerthropod borne virus ( arboviruses ) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis seroptipr yaitu den-
1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau
bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotype virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamataan virus dengue yang dilakukan sejak
tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat seroptipe ditemukan &
bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotype yang dominan & banyak
berhubungan dengan kasus berat.

IV. PATOGENESIS

Secondary heterologous dengue infection

Replikasi virus Anamnestic antibody respons

Kompleks virus-antibodi

Aktifasi komplemen
Komplemen menurun
Anafilatoksin (C3a, C5a)
Histamin dalam urin
Permeabilitas kapiler meningkat
Ht meningkat
30% kasus Perembesan plasma Natrium turun
syok
Cairan dalam
Hipovolemia rongga serosa
Anoksia Syok Asidosis

Meninggal
V. MANIFESTASI KLINIS

V.I. DEMAM DENGUE

Masa tunas berkisar antara 3 – 5 hari ( pada umumnya 5 – 8 hari ). Awal penyakit biasanya
mendadak, disertai gejalaprodormal seperti nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh,
anoreksia, rasa mengigil & malise. Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada
anggota badan, dan timbulnya ruam ( rash ). Ruam timbul pada 6 – 12 jam sebelum suhu naik
pertama kali, yaitu pada hari sakit ke 3 – 5 berlangsung selama 3 – 4 hari. Ruam bersifat
makulopapular yang menghilang pada tekanan.

Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak, disertai kenaikan
suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata, punggung, otot, sendi dan disertai rasa
mengigil. Pada beberapa penderita dpat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana
kuda atau bifasik, tetapi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan pada
semua pasien sehingga tidak dapat dianggap patognomonik.

Kelainan darah tepi demam dengue ialah leucopenia selama periode pra – demam dan
demam, neutrofilia relative dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relative dan limfositosis
pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens. Eosinofil menurun atau menghilang
pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama
periode demam, sel plasma meningkat pada periode memuncaknya penyakit dengan
terdapatnya trombositopenia. Darah tepi menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu.

Komplikasi demam dengue walaupun jarang dilaporkan ialah orkhitis atau ovaritis,
keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis dilaporkan, diantaranya menurunnya
kesadaran, paralisis sensorium yang bersifat sementara, meningismus, dan ensefalopati.
Diagnosis banding mencakup berbagai infeksi virus ( termasuk chicungunya ), bacteria dan
parasit yang memperlihatkan sindrim serupa. Menegakkan diagnosis klinis infeksi virus dengue
rinagn adalah mustahil, terutrama pada kasus – kasus sporadis.
V.II. DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi,
perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (
circulatory failure ).Fenomena patofisiologi utama yang menetukan derajat penyakit dan
membedakan DBD & DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, trombositopenia & diathesis hemoragik.

Patokan diagnosis DBD ( WHO, 1975 ) berdasarkan gejala klinis & laboraturium.

KLINIS

Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji turniket positif dan salah satu bentuk perdarahan
lain ( petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi ), hemetemesis dan atau
melena.
2. Pembesaran hati.
3. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun ( ≤ 20
mmHg ), tekanan darah menurun ( tekanan sistolik ≤ 80 mmHg ) disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.

LABORATORIUM
Trombositopenia ( ≤ 100.000 / ul ) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan
nilai Ht ≥ 20% dibandingkan dengan nilai hematokritpada masa sebelum sakit atau masa
konvalesen. Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertamai disertai trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DBD.
WHO ( 1975 ) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat :
 Derajat I
 demam tidak khas, uji Tourniquet positif
 Derajat II
 derajat I + perdarahan spontan
 Derajat III
 kegagalan sirkulasi (gelisah, nadi cepat & lembut, tek.drh turun ≥ 20mmHg,
hipotensi, sianosis, akral dingin & lembab)
 Derajat IV
 syok berat, nadi tak teraba, tek.darah tak terukur

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum tiba –
tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setalah demam menurun, yaitu diantara
hari sakit ke 3 – 7 hari. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis peningkatan reaksi
imunologis ( the immunological enchancement hypothesis ). Pada sebagian besar kasus
ditemukan tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab, dan dingin, sianosis sekitar
mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk
dalam fase syok. Pasien seringkali mengelug nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Demam fase akut mencakup spectrum infeksi bakteri dan virus yang luas. Pada hari – hari
pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic thrombocytopenic purpura (
ITP ) ayng disertai demam. PAda hari demam ke 3 – 4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih
besar, apabila gejala klinis seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjad nyata.
Kesulitan kadang – kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis ; dalam
hal ini trombositopenis dan hmokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain seperti tipe
dan lama demam dapat membantu.
VII. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien
DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada
ksus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

DEMAM DENGUE

Pasien DD dapat berobat jalan. Pada fase demam pasien dianjutkan tirah baring, selama
masih demam, obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Pada pasien
dewasa, analgerik atau sedative ringan kadang – kadang diperlukan untuk mengurangi rasa
nyeri kepala, nyeri otot, atau nyeri sendi. Dianjrkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus
buah, sirop, susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selam 2 hari. Tidak boleh
dilupakan monitor suhu, jumlah trombosit serta kadar hematokrit sampai normal kembali.

DEMAM BERDARAH DENGUE

Tatalaksana Tersangka DBD


Demam tinggi, mendadak <7 hari
Lesu, tidak ada ISPA
Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan
Syok Uji Torniquet
Kejang
Kesadaran menurun
positif negatif
perdarahan

Trombosit Trombosit
≤100.000/ul >100.000/ul
Rawat inap Rawat jalan
kontrol tiap hari
sp demam reda
Nasehat orang tua
Demam menetap >3 hari
Periksa Hb, Ht, leukosit, trombosit
Tatalaksana
DBD derajat I & II
Dapat minum Tidak dapat minum
Muntah terus menerus

Minum banyak 1 – 2 l/hari


Parasetamol
Antikonvulsif bila perlu Infus D5%:NaCl 0.9%=3:1
Tetesan rumatan
Periksa Hb, Ht, trombo tiao 6-12jam
Monitor klinis & lab
Tanda syok
Diuresis
Perdarahan
Hb,Ht,trombo tiap 6-12jam Ht naik, trombosit turun

Perbaikan Pulang Infus ganti Ringer laktat

O2 2-4 l/menit
Penggantian Vol cairan plasma :
RL/NaCL 0,9% : 20ml/kgbb/jam
DBD syok secepatnya (bolus dalam 30 menit)

Evaluasi 30 menit, syok telah teratasi? ( pantau tanda


Vital tiap 10 menit ).
Tidak
Ya
Lanjutkan cairan
20mg/kgBB/jam + Dekstran/FPP
Tetesan sesuaikan 10-20ml/kgBB/jam ( max 30 )
10mg/kgBB/jam
Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Evaluasi ketat
Tanda vital, Diuresis,tanda perdarahan
HHTL Teratasi Tidak teratasi

Stabil dlm 24 jam/Ht< 40


Tetesan 5 ml/kgBB/jam Ht
turun naik
Stop cairan tidak >48 jam Transfusi darah segar Koloid
setelah syok teratasi 10 ml/kgBB diulang 20ml/kgBB
Sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

1. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Prof. Dr. T. H. Rampengan, Sp. A (K)

2. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO

3. Ilmu Penyakit Dalam PDSPDI jilid III

Anda mungkin juga menyukai