Anda di halaman 1dari 24

MDCT IN TRAUMATIC BRAIN

INJURY
Indikasi CT Scan
Resiko tinggi atau sedang  dilakukan Intoksikasi obat atau alkohol
non-enhanced CT (NECT) sejak awal
Lupa ingatan jangka pendek
Gagal mencapai GCS 15 dalam 2 jam
Fraktur terbuka tulang tengkorak atau Kejang
fraktur basis cranii anak berusia < 2 tahun
Muntah
Usia antara 60-65 tahun
Multidetector CT (MDCT) pada TBI
Menghasilkan gambaran 2 dimensi multiplanar berkualitas tinggi dan 3
dimensi
NECT dari bawah foramen magnum melalui vertex.
Dua rangkaian data aksial harus diperoleh  jaringan lunak dan
gambaran tulang
Trauma kepala  pencitraan multiplanar  mengevaluasi garis fraktur
dengan baik, melihat pergeseran segmen, terutama pada pasien dengan
fraktur facial yang kompleks dan fraktur tulang temporal, sehingga dapat
memfasilitasi rencana operasi
Cedera pada scalp,
fraktur tulang
tengkorak

DAI, kontusio
kortikal, hematom
Primer Lesi intra aksial
intraparenkim (IPHs)
dan lesi vaskular.

Perlukaan Perdarahan ekstra


EDH, SDH, SAH, IVH
kranioserebral aksial

kerusakan iskemik
dan hipoksik, edem
Sekunder
cerebri, dan herniasi
otak
Cedera primer
Fraktur
tertutup atau terbuka, simpel atau comminuted, linear, depresi, elevasi,
atas diastatik.
meliputi calvaria, basis cranii, atau keduanya
Komplikasi fraktur basis cranii  kebocoran cairan serebrospinal (CSF)
dan infeksi, kerusakan nervus cranialis, cedera pada sinus dural, vena
jugularis, atau arteri carotis interna (ICA).
Multidetektor CT yang tipis (1mm) dengan gambaran tulang dan 3D
sangat direkomendasikan untuk mengevaluasi adanya fraktur basis cranii,
tulang orbita, dan tulang facialis
Fraktur tulang temporal
↑ risiko cedera nervus
mencakup otic facialis, cedera
Petrous capsule dan atau karotis, kebocoran
apeks petrosus CSF dan tuli
sensorineural
Fraktur tulang
temporal
Keterlibatan telinga ↑ risiko gangguan
Non Petrous tengah dan/atau
pendengaran konduktif
(NPF) akibat kerusakan rantai
mastoid ossicular
Epidural hematom (EDH)

• Terjadi di lokasi benturan, dan


biasanya terjadi fraktur pada
>90% kasus
• Jarang melewati sutura kranial
• EDH akut  lesi biconvex
• Terjadi akibat disrupsi arteri
meningea media atau salah satu
cabangnya
Delayed EDH merupakan komplikasi yang jarang terjadi
namun dapat terlihat dengan jelas setelah dilakukan
evakuasi hematoma serebral
Subdural hematom (SDH)
• akibat rupturnya jembatan vena (bridging veins) karena gaya akselerasi atau
deselerasi dari kepala pada bidang sagital
• SDH tampak sebagai lesi hiperdens berbentuk bulan sabit di antara hemisfer
serebral dan tabula interna dari tulang tengkorak
Perdarahan subarachnoid (SAH)

Disebabkan karena adanya cedera pada


pembuluh darah kecil subarachnoid atau
karena ruptur dari kontusio hemoragik
atau hematoma ke ruang subarachnoid.

gambaran fokus kurvalinier dalam sulkus


dan cisterna
Perdarahan intraventrikular (IVH)

Terjadi akibat cedera peregangan


pada pembuluh subependimal yang
melapisi dinding ventrikel lateral
dan ketiga atau dari perdarahan
pada pleksus choroid

lesi hiperdens didalam ventrikel


Kontusio cerebri Hematom intraparenkimal
Melibatkan girus, menyebabkan IPH lebih jarang terjadi
nekrosis yang tebal dan perdarahan
pada korteks dan leptomeninges
dibandingkan dengan
NECT  fokus kecil dengan atenuasi kontusio
tinggi di dalam puncak gyrus; terdapat IPH traumatis sering kali
hubungan dengan daerah hipodens
yang kurang jelas pada edema
multipel dan menunjukkan
vasogenik predileksi pada lobus frontal
Lesi yang bertambah besar dapat dan temporal
bergabung menjadi hematom
intraserebral
Diffuse axonal injury (DAI)
DAI disebabkan oleh gaya akselerasi-deselerasi pada bidang koronal atau sagital yang
biasanya dihasilkan dari trauma dan juga disebut sebagai "axonal stretch injury“
MRI lebih unggul dari CT untuk mendemonstrasikan DAI dan dilakukan untuk mencari
DAI pada pasien yang tidak sadar tanpa bukti kerusakan otak struktural pada CT
Diffuse vascular injury
Cedera vaskular
Cedera vaskular traumatik meliputi oklusi arteri, diseksi arteri,
pembentukan pseudoaneurisma, fistula arteriovenosa dan cedera sinus
venosus dural
Meskipun jarang, cedera vaskular traumatis mewakili penyebab stroke
paling banyak pada subjek yang berusia kurang dari 45 tahun.
Trauma pembuluh darah ekstrakranial
Mekanisme  peregangan arteri karena proses deselerasi yang cepat
CTA Cervical  modalitas mendeteksi BCVIs.
Pseudoaneurisma muncul ketika kontras mengisi kantong pada dinding luar arteri yang
mengalami cedera. Dengan diseksi, CTA akan menunjukkan gambaran pembuluh darah
yang sangat menyempit dan ireguler  gambaran “string-like”
Trauma  pseudoaneurisma, fistula arteriavenosus, transeksi dan diseksi arteri
Trauma pembuluh darah intra kranial
Arteri yang paling sering cedera yaitu ICA.
Cedera traumatik pada arteri intrakranial meliputi diseksi,
pseudoaneurisma, dan CCF.
CCF traumatik adalah aliran langsung pada arteriovenosus shunt yang
berkembang di dalam sinus kavernosus akibat robekan bagian kavernosa
ICA.
Peningkatan tekanan vena  dilatasi sinus kavernosus dan aliran
retrograde vena melalui vena ophtalmica superior dan inferior.
CCF traumatis mungkin muncul beberapa minggu atau bahkan berbulan-
bulan setelah trauma awal.
NECT pd CCF  gambaran pembesaran vena optalmica superior dan
sinus kavernosus, pembesaran otot ekstra okular, proptosis, dan
Cedera sekunder
Pembengkakan otak post
trauma Infark cerebral post trauma
Pembengkakan otak pasca-trauma  Jarang terjadi namun
↑ volume otak yang diakibatkan oleh
merupakan komplikasi yang
kenaikan kadar air dalam jaringan.
Pembengkakan otak timbul karena
berat pada TBI.
adanya edema serebral, baik Selain dengan adanya herniasi
intraselular (sitotoksik) dan cerebral, hal lain yang dapat
ekstraselular (vasogenik). menyebabkan infark yaitu
Delayed onset 24-48 jam post
vasospasme, peningkatan
trauma
CT  efek massa dan effacement dari TIK, hipoksia global atau
sulkus. hipoperfusi, dan iskemi
Tx  kraniotomi dekompresi kompresif dari hematom
intracerebral
Herniasi otak

Herniasi cerebral merupakan perubahan


posisi dari jaringan otak dari satu
kompartemen kranial ke lainnya karena
adanya efek massa yang timbul akibat
cedera intrakranial primer.

Anda mungkin juga menyukai