BAB I
LAPORAN KASUS
Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari teratur, lama
7 hari, 1-2 softex/hari.
HPHT: 11-4-2018, tafsiran persalinan: 18-1-2019.
Riwayat Perkawinan
Umur waktu pertama kawin : 25 tahun.
Lama perkawinan : 3 tahun
2
Riwayat Kehamilan
No. Tgl,Bln, Umur Jenis Penolong Anak, BB Keadaan Menyusui
Th Partus Hamil Persalinan Lahir anak
sekarang
1. 2016 Aterm SPT Nakes Laki”, 3600 Hidup ASI
gram
2. Hamil ini
Vulva/Vagina
Inspeksi : bentuk normal, livide (+), tampak keluar cairan
jernih, blood slyme (+)
VT : taa.
1.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
WBC : 8.0
HB : 12.2
HCT : 34.5
PLT : 231
Pemeriksaan urine
Albumin : (+2)
Ultrasonografi
Tampak janin gemelli kepala-lintang hidup keduanya
Bayi 1: BPD 8.32 AC 25.72 TBJ 2420
Bayi 2 : BPD 8.41 AC 27.92 TBJ 2104
1.5 Diagnosis
Ny. A 28 th/GIIP1001/34-35 mgg + Gemelli/H-H + Preeklampsia Berat (PEB)
1.6 Penatalaksanaan
Pasang iuf RL
Pasang dower kateter
SM 20% IV (pelan)
SM 40% boka-boki 6 jam selama 24jam
Nifedipine 10 mg sublingual lanjut 3x10mg oral
Monitoring (selama menunggu persiapan tindakan seksio sesaria)
6
Terapi post OP :
Inf. RL 1000/24jam
Inj. Cefazoline 2g
Inj. Ketorolac 3x30mg
Inj. Ranitidine 2x50mg
Inj. Ondancentron 2x8mg
Follow up 20-12-2018
Subjektif Objektif Assesment Planning
Mual (-), A/I/C/D = -/-/-/- Ny. A 28 th/ P2-3 + Observasi :
pusing(-), Visus 5/5 ODS Gemelli post sc H+1 keluhan subyektif,
demam (-), TD = 130/90 vital sign,
nyeri luka post mmHg kontraksi uterus,
op (+), makan N = 88 x / perdarahan, urine
dan minum menit tampung/24 jam
mau, BAB (-) RR =20 x/menit Cefadroxil 2x1
terakhir 1 hari Suhu =36,6 0 C As. Mefenamat
yang lalu Cor : S1 S2 2x1
tunggal
Pul : vesikuler
8
Follow up 21-12-2018
Subjektif Objektif Assesment Planning
Mual (-), A/I/C/D = -/-/-/- Ny. A 28 th/ P2-3 + Inf aff
Pusing(-), Visus 5/5 ODS Gemelli post sc H+2 Observasi :
demam (-), TD =140/90 keluhan subyektif,
nyeri luka post mmhg vital sign,
op berkurang, N = 80 x/menit kontraksi uterus,
makan dan RR =20 x/menit perdarahan
minum mau, Suhu =36 0 C Cefadroxil 2x1
BAB tidak ada Mamma D et S: As. Mefenamat
keluhan ASI +/+ 2x1
Cor : S1 S2 Biosanbe
tunggal
Pul : vesikuler
+/+, ronkhi -/-
Fundus Uteri : 2
9
jari bawah
pusat, kontraksi
baik
Vagina: lochia
rubra (+), luka
jahitan baik
Urine: 500
cc/24 jam
Follow up 22-12-2018
Subjektif Objektif Assesment Planning
Sudah tidak ada A/I/C/D = -/-/-/- Ny. A 28 th/ P2-3 + KRS
keluhan Visus 5/5 ODS Gemelli post sc H+3
TD =130/90
mmhg
N = 84 x/menit
RR =20 x/menit
Suhu =360 C
Cor : S1 S2
tunggal
Pul : vesikuler
+/+, ronkhi -/-
Fundus Uteri : 2
jari dibawah
pusat, kontraksi
baik
Vagina: lochia
rubra (+), luka
jahitan baik
Tabel 1.2 Follow Up Pasca Persalinan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GEMELLI
I. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multifetus merupakan salah satu
masalah terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyebabnya karena kehamilan
kembar merupakan kehamilan dengan resiko tinggi. Kehamilan kembar dapat
menimbulkan dampak negatif atau komplikasi bagi ibu dan anak yang
dikandungnya. Komplikasi bagi ibu dapat berupa hidramnion, perdarahan
antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta), preeklampsi, anemia, dan
perdarahan post partum. Sedangkan komplikasi bagi anak adalah meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan gangguan pertumbuhan
intrauterin dan prematuritas. Hal ini menyebabkan meningkatnya angka kematian
perinatal, dimana 70% - 80% terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, pada
bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram, atau pada keadaan dimana
terjadi anastomose pembuluh darah plasenta dan kemudian terjadi aliran darah
fetus yang tidak merata atau disebut sebagai twin-to-twin transfusion syndrome
Pada lebih dari 50% bayi yang lahir dari kehamilan kembar di Indonesia,
memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Pertumbuhan intrauterin yang
terganggu, mungkin dapat berhubungan dengan kegagalan mencapai pertumbuhan
mental dan fisik yang maksimal.
Pada tahun 1972, di Indonesia, tercatat bahwa kehamilan kembar
menyebabkan problem neurologi mayor, seperti disfungsi otak (25%), EEG
abnormal tanpa kejang (60%), dan defisit bicara (30%). Kehamilan kembar dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kehamilan kembar monozigot yang terjadi apabila
terdapat fertilisasi dari 1 ovum, dan kehamilan kembar dizigot, apabila fertilisasi
terjadi pada 2 ovum. Frekuensi kembar dizigot lebih banyak yaitu 70% dari
seluruh kehamilan kembar, dan kembar monozigot 30% dari seluruh kehamilan
kembar.
11
II. ETIOLOGI
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Janin
kembar biasanya merupakan hasil dari fertilisasi pada dua sel telur yang berbeda
(double ovum, dizigotik, kembar fraternal). Kurang lebih hanya sepertiganya
merupakan kembar yang berasal dari ovum tunggal yang dibuahi dan selanjutnya
mengalami pembelahan menjadi dua struktur yang serupa, yang masing-masing
mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi ovum tunggal
tersendiri (single ovum, monozigotik, kembar identik).
Salah satu atau kedua proses dapat terlibat dalam pembentukan fetus
dengan jumlah yang lebih besar. Sebagai contoh, kembar empat atau kuadriplet
dapat timbul dari satu, dua, tiga, atau empat buah ovum.
Kembar monozigotik muncul dari pembelahan ovum yang sudah difertilisasi atau
dibuahi pada berbagai tahap perkembangan awal sebagai berikut:
1. Jika pembelahan terjadi sebelum terbentuknya morula (inner cell mass) dan
lapisan luar dari blastokis belum membentuk korion, ± 72 jam setelah fertilisasi,
maka akan terbentuk 2 embrio, 2 amnion, 2 korion (diamniotik, dikorionik,
monozigotik)
2. Jika pembelahan terjadi antara hari keempat sampai kedelapan, setelah
pembentukan inner cell mass, dan sel-sel pembentuk korion sudah terbentuk tetapi
amnion belum terbentuk, maka dua embrio akan berkembang, dengan masing-
masing berada pada kantung amnion terpisah. Kedua kantung amnion akan
diliputi oleh korion, sehingga akan terbentuk kehamilan kembar yang
diamnionik, monokorionik, monozigotik.
12
3. Jika amnion sudah terbentuk, yang biasanya terjadi setelah hari kedelapan
setelah fertilisasi, pembelahan akan menghasilkan dua embrio dengan satu
kantung amnion (monoamnionik, monokorionik,monozigotik).
4. Jika pembelahan terjadi lebih lambat lagi, yaitu setelah terbentuknya lempeng
embrio (embrionic disc), maka pembelahan yang terjadi tidak akan sempurna dan
akan terbentuk kembar siam.
Pada kehamilan kembar dizigotik, selalu terdapat 2 amnion, 2 korion, dan
2 plasenta, tetapi kadang-kadang kedua plasenta bersatu karena pinggir-
pinggirnya bertemu saat tumbuh.
Tabel 1. Perbedaan Kehamilan Kembar Monozigot dan Dizigot
13
III. PATOLOGI
Kehamilan kembar dapat menimbulkan dampak negatif atau komplikasi bagi ibu
dan anak yang dikandungnya.
Komplikasi Maternal
Preeklampsi
Secara keseluruhan kejadian preeklampsi pada kehamilan kembar mencapai 10 –
30 %. Penyebab mengapa terjadi preeklampsi pada kehamilan kembar belum
jelas. Diduga disebabkan karena kegagalan implantasi plasenta yang optimal
Perdarahan antepartum
Kehamilan kembar meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan massa plasenta pada kehamilan kembar. Kejadian
solusio plasenta 2,8 x lebih banyak pada kehamilan kembar dibandingkan
kehamilan tunggal. Kejadian ini dikarenakan pada kehamilan kembar terjadi
peningkatan kemungkinan preeklampsi dan overdistensi uterus
Kelahiran prematur
Hiperemesis gravidarum
Karena kadar hormon HCG dan hormon kehamilan lainnya meningkat lebih dari
kehamilan tunggal.
Anemia
Polihidramnion
DIC
Apabila terjadi kematian salah satu janin.
Komplikasi Fetal
Berat badan lahir rendah
Dapat disebabkan karena kelahiran prematur atau pertumbuhan janin tehambat
(PJT). Angka kejadian PJT pada kehamilan kembar berkisar 12-47 %, terjadi pada
salah satu atau kedua janin. Pertumbuhan yang terhambat
kemungkinandisebabkan oleh twin-to-twin transfusion syndrome, dimana terjadi
ketidakseimbangan aliran uteroplasental antara janin selain oleh sebab kurang
optimalnya implantasi plasenta
15
Perawatan
Mengingat kemungkinan persalinan kurang bulan maka dianjurkan supaya
ibu berhenti bekerja pada minggu ke-28. Pada kehamilan biasa, istirahat kerja
baru diberikan pada usia kehamilan ibu pada minggu ke-34. Perjalanan jauh tidak
diizinkan. Istirahat harus cukup dan sedapat-dapatnya koitus ditinggalkan pada 3
bulan terakhir. Jika ternyata serviks sudah terbuka karena regangan yang
berlebihan, diusahakan untuk mempertahankan kehamilan dengan istirahat rebah.
Mengingat kemungkinan gestosis, makanan harus dalam porsi kecil-kecil
dan dianjurkan rendah garam. Ibu juga harus sering memeriksakan diri agar
preeklampsi dapat segera didiagnosis. Untuk menghindarkan anemi secara rutin,
diberi garam besi dan Hb, dan pemeriksaan darah 3 bulan sekali.
Pada multifetus, semua kemungkinan presentasi janin dapat ditemukan.
Presentasi yang paling sering ditemukan diantaranya adalah ; kepala-kepala,
kepala-sungsang, kepala-lintang. Karena anak kecil, mungkin juga terjadi letak
muka atau presentasi majemuk.
Pimpinan Persalinan
Mengingat penyulit-penyulit yang mungkin terjadi pada kehamilan
kembar, maka ibu dianjurkan melahirkan di rumah sakit. Pimpinan persalinan
kembar memakan waktu sedikit lebih lama dibandingkan kehamilan tunggal.
Persalinan pervaginam
Secar khas, bayi kembar yang lebih besar, menjadi kekuatan pendorong
utama yang menghasilkan dilatasi serviks dan jaringan lunak lainnya dari jalan
lahir.
Segera setelah anak pertama lahir, presentasi bayi kedua, ukuran dan
hubungannya dengan jalan lahir harus cepat ditentukan dengan kombinasi
pemeriksaan abdominal, vaginal, kadangakala intrauteri yang dilakukan secara
hati – hati. Jika anak kedua dalam letak memanjang, ketuban dipecahkan setelah
his timbul kembali dan ditunggu partus spontan. Jika waktu diperiksa dalam
teraba tali pusat terkemuka dilakukan ekstraksi atau versi ekstraksi. Selain itu,
19
bunyi jantung anak kedua harus diperiksa dengan teliti, mengingat kemungkinan
solusio plasenta dan tali pusat menumbung.
Perdarahan dari dalam uterus menunjukkan terjadinya pelepasan plasenta
yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin. Jika kontraksi rahim tidak
timbul kembali dalam waktu 10 menit, infus larutan oksitosisn yang diencerkan
dapat dilakukan untuk menstimulasi aktivitas miometrium yang tepat, sehingga
terjadi persalinan spontan atau dibantu dengan forsep. Jika anak kedua dalam
letak lintang, dilakukan versi luar menjadi letak memanjang dan selanjutnya
ketuban dipecahkan kalau his sudah kembali.
Jika oksiputa atau bokong bayi segera masuk ke dalam pintu atas atas
panggul tetapi belum terfiksasi di dalam jalan lahir, bagian presentasi seringkali
dibantu kedalam rongga panggul dengan satu tangan pada vaginal sedangkan
tangan yang lain berada pada fundus uteri.
Jika anak kedua belum lahir dalam ½ jam setelah anak pertama lahir, anak
kedua dilahirkan dengan persalinan buatan (forseps atau versi ekstraksi).
Penyulit mekanis yang dapat dijumpai pada kehamilan kembar walaupun jarang
terjadi, antara lain:
1. Turunnya kedua bagian depan anak-anak bersamaan ke dalam rongga panggul
(collision, impaction, compaction). Dalam hal ini bagian depan yang paling tinggi
hendaknya ditolak sedikit keatas.
2. Kait-mengait dagu anak jika anak pertama lahir dengan letak sungsang dan
anak kedua dengan letak kepala (interlocking). Pengaitan ini harus dilepaskan bila
tidak mungkin dilakukan seksio sesaria.
Segera setelah anak kedua lahir, diberi 10 IU oksitosin i.m untuk
mencegah perdarahan pasca salin. Fundus diperhatikan dan bila perlu dilakukan
masase serta segera setelah tanda-tanda bahwa plasenta lepas, plasenta dilahirkan.
Setelah plasenta lahir, dapat diberi ergonovin/metil ergonovin dan bila perlu infus
oksitosin 10 IU dalam 500 cc glukosa. Pada persalinan kembar selalu harus
tersedia darah untuk mengatasi perdarahan pascapersalinan.
Seksio Sesaria
Indikasi seksio sesaria pada persalinan kembar :
20
protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan > 1+ dipstik (Prawirohardjo,
2014).
II. Klasifikasi
Pembagian klasifikasi hipertensi dalam kehamilan yaitu (Prawirohardjo,
2014):
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan
koma.
proteinuria.
1. Primigravida, primipaternitas
6. Obesitas
IV. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah teori kelainan vaskularisasi
plasenta, teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel, teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin, teori adaptasi kardiovaskular, teori
genetik, teori defisiensi gizi, dan teori inflamasi (Prawirohardjo, 2014).
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteria ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri arkuarta memberi cabang
arteria radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
arteri basalis memberi cabang arteria spiralis. Pada hamil normal, dengan sebab
yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis,
yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri
spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini
memberi dampak penunrnan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke
janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan "remodelling
arteri spiralis".
23
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arreri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan "remodeling arteri
spiralis", sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-
perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis HDK selanjutnya. Diameter rata-
rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada
preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri
spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta.
Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu
diimbangi dengan produksi antioksidan.
V. Preeklampsia
Gejala Klinis Preeklampsia
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada
preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan
beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipneu, edema
paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak
(Santoso, 2010).
disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi
dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
proteinuria). Sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (PNPK, 2016).
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium yakni: (Myrtha, 2015)
1) Preeklampsia ringan
Tekanan darah >140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstream.
2) Preeklampsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium
Terdapat edema paru dan sianosis
Trombositopeni berat <100.000 sel/m3atau penurunan trombosit dengan
cepat
Sindroma HELLP
Pertumbuhan janin terhambat
VII. Penanganan Preeklampsia
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Perawatan yang penting
pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia
dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
28
Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat
menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan onkotik koloid / pulmonary
capillary wedge pressure. Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral
ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Ardnya
harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan
dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera
dilakukan tindakan koreksi dengan dipasang Folley catheter untuk mengukur
pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2 - 3 jam
atau < 500 cc/24 jam (Cunningham et al., 2005).
Penggunaan penghambat
kanal kalsium lain belum
banyak diteliti.
Tabel 2.1 Obat Anti Hipertensi Lini Pertama (Myrtha, 2015)
Obat lini kedua
Nama obat Dosis Keterangan
Labetalol 200-1200 mg/hr terbagi dalam Mungkin berhubungn dengan
2-3 dosis gangguan pertumbuhan fetus
Hydralazine 50-300 mg/hari terbagi 2-4 Penelitian sedikit, sedikit
dosis efek samping yang
terdokumentasi, bermanfaat
sebagai kombinasi dengan
agen simpatolitik, dapat
menyebabkan
trombositopenia neonatus
Beta bloker Tergantung jenis obat Dapat menurunkan aliran
darah uteroplasenta, dapat
mengganggu respons fetus
terhadap stres hipoksia, risiko
gangguan pertumbuhan jika
mulai digunakan pada
trimester pertama atau kedua
(atenolol), dapat
menyebabkan hipoglikemia
neonatus pada dosis lebih
tinggi
Hydrochlorothiazide 12,5-25 mg/har Dapat menyebabkan
gangguan elektrolit,
digunakan sebagai kombinasi
dengan metildopa dan
vasodilator untuk mengatasi
retensi cairan
Tabel 2.2 Obat Anti Hipertensi Lini Kedua (Myrtha, 2015)
Kontraindikasi
30
lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai
jumlah janin lebih dari satu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Mahamuda (2011) yang berjudul Hubungan kehamilan ganda dengan
preeklampsia pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara kehamilan ganda dengan preeklampsia dengan
p value = 0,000 < α = 0,05 Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan yang sangat
signifikan antara kehamilan ganda dengan kejadian preeklampsia disebabkan oleh
beban yang diterima rahim menjadi 2 kali lipat dari kehamilan normal.
34
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA