Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Acute Generalized
Exanthematous Pustulosis
Oleh:
Dwi Fajarisman H 17710238
Pembimbing:
dr. Dyah Ratri A., Sp. KK

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSU WAHIDIN SUDIROHUSODO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2019
Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Sooko, Mojokerto
Tanggal pemeriksaan : 30 Juli 2019

2
Keluhan Utama : Merintis di leher belakang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan keluhan merintis yang
berisi nanah di leher bagian belakang dan bercak merah di sekitar kemaluan,
sebelumnya pada hari minggu malam kurang lebih 2 hari yang lalu pasien
mengeluh panas dan pilek dan diberikan obat as. Mefenamat kemudian timbul
bercak merah di sekitar kemaluan, terkadang kulit terasa panas, mata merah (-),
mulut kering (-), sakit saat menelan (-), demam (+), pusing (-), mual (-), muntah (-),
BAB dalam batas normal, BAK dalam batas normal.
3
RPD RPK RPO
Pasien tidak pernah sakit seperti Di keluarga tidak ada yang As. Mefenamat
ini, Riwayat Hipertensi (-), Riwayat menderita seperti ini
DM (-), Trauma (-)

4
PEMERIKSAAN FISIK
•Kesadaran : Compos Mentis, 456
•Vital Sign
-Tekanan Darah : 110/70 mmHg
•Abdomen
-Nadi : 96 x/menit
-inspeksi : Flat, jejas (-)
-Suhu : 37,9 °C -Palpasi : Supel
-RR : 20 x/menit -Perkusi : Timpani
•Kepala Leher : a/i/c/d : -/-/-/-
-Auskultasi : Bising usus (+), normal

-Konjungtiva hiperemi (+/+) •Ekstremitas


-Edema palpebra (+/+) -Inspeksi : Tidak terdapat edema
-Palpasi : Akral hangat , CRT < 2detik
•Thorax
-Cor : S1S2 tunggal regular
-Pulmo : Gerak napas simetris, retraksi (-),
5
fremitus raba simetris (+/+), sonor
(+/+) ,ves +/+, Ronkhi -/-,Wheezing -/-
STATUS DERMATOLOGIS

• Regio Colli Posterior


Makula eritema dengan
pustul multipel, Skuama tipis
(+)
• Regio Generalisata
Makula eritema batas tidak
tegas, multipel, skuama –

6
Pemeriksaan penunjang

7
DIAGNOSIS
Acute Generalized Exanthematous Pustulosis

DIAGNOSA BANDING

SJS/TEN
8
DRESS
TERAPI

NON MEDIKAMENTOSA MEDIKAMENTOSA

• IUFD PZ 14 tpm
• Edukasi untuk menghentikan
• Inj. Dexametasone 3x2 mg
penggunaan obat as. mefenamat
• Tab. Cetirizine 2x5 mg

9
FOLLOW UP
30 Juli 2019
S O A P
Pasien mengeluh KU: Baik AGEP
- Inf. PZ 14 tpm
merintis di leher Vital Sign:
dan bercak merah TD: 110/70 mmHg - Inj. Dexamethasone 3x2 mg
di sekitar kemaluan. Nadi : 92x/menit
Demam (+) Suhu : 37,9 °C - Cetirizine 2x5 mg Tab

Status Dermatologis
Regio Colli Posterior
Makula eritema
dengan pustul
multipel, skuama tipis
(+)
Regio Generalisata
10 Makula eritema batas
tidak tegas, multipel,
skuama (-)
FOLLOW UP
1 Juli 2019
S O A P
Lesi mengelupas, KU: Baik AGEP - Dexamethasone 3x1/2 Tab
Lesi baru (-), Vital Sign:
Bercak merah (-), TD: 110/70 mmHg - Cetirizine 2x5 mg Tab
Demam (-) Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5 °C - Atopiclair

Status Dermatologis
Regio Coli Posterior
Skuama (+)
Regio Generalisata
Lesi (-)

11
FOLLOW UP
2 Juli 2019
S O A P
Lesi baru (-), Bercak KU: Baik AGEP - Dexamethasone 3x1/2 Tab
merah (-), Demam (-) Vital Sign:
TD: 110/70 mmHg - Cetirizine 1x5 mg Tab
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5 °C - Atopiclair

Status Dermatologis - KRS


Regio Coli Posterior
Skuama (+)
Regio Generalisata
Lesi (-)

12
FOLLOW UP LESI

30 Juli 2019 8 Juli 2019

13

1 Juli 2019
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Akut generalized exanthematous AGEP jarang ditemukan pada anak tetapi

pustulosis (AGEP) adalah reaksi berat yang sebuah studi retrospektif dari Cina

terjadi pada kulit yang ditandai oleh menemukan 20 kasus selama periode tahun

perkembangan pustula nonfolikular yang 1990-2008.

pesat dan steril dengan dasar eritem. Data karakteristik demografik dari

Hal ini disebabkan oleh reaksi obat populasi studi yang dilakukan oleh EuroSCAR

terutama Antibiotik adalah penyebab paling tahun 2007 menunjukkan bahwa pasien AGEP

umum. Kemudian ditandai dengan demam lebih banyak ditemukan pada perempuan

dan leukositosis. dibandingkan laki-laki dengan rerata usia 56


tahun.

14
TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI
AGEP adalah reaksi obat yang paling sering
terkait dengan obat seperti: pristinamycin (Obat
antistaphylococcal yang digunakan di Eropa),
aminopenisilin, kuinolon, hydroxychloroquine,
sulfonamida, terbinafin, diltiazem, ketokonazol,
dan flukonazol. Periode waktu dari paparan obat
terhadap onset reaksi biasanya 48 jam.
Namun antibiotik dengan onset 24 jam. Agen
infeksi seperti parvovirus B197 Chlamydia
pneumoniae dan cytomegalovirus yang jarang

15
menjadi etiologi pada AGEP.
PATOGENESIS
Etiologi (Agent)

Vasodilatasi Kapiler Epidermal Turn Over ↑

Eriteme Skuama

Kehilangan Edema Hipoproteinemia Hipoalbumin


panas >> perifer

Menggigil
16
SSJ/TEN DRESS AGEP
Onset erupsi 1-3 minggu 2-6 minggu 48 jam
Durasi erupsi 1-3 beberapa <1
DIAGNOSIS BANDING (minggu)
Demam +++ +++ +++
Gambaran Bulla, erosi Karakteristik seprti lesi Nonfolikular, pustule
kutaneus mukokutaneus morbili yang difuse, steril dengan dasar
gatal, macula eritem serta gangguan
eksantema membran mukosa
yang minimal

Histologi Nekrosis epidermal Infiltrat limfositik Intracorneal,


perivascular subcorneal, dan atau
pustule intraepidermal
Gangguan organ Tubular nephritis dan Interstitial nephritis, Lebih dari 20% kasus
dalam
tracheobronchial necrosis pneumonitis,
myocarditis,
dan thyroiditis

17
Neutrofil ↓ ↑ ↑↑↑
Eosinofil - ↑↑↑ ↑
Mortalitas, % 30-40 10 5
KESIMPULAN
Acute Generalized Exanthematous Pustulosis
adalah reaksi kulit dengan berbagai etiologi
terutama yang paling sering adalah obat. AGEP
merupakan reaksi yang berat, biasanya ditandai
dengan pembentukan pustula steril akut
dengandasar eritematosa, demam dan
neutrofilia. Penegakan diagnosis dan
tatalaksana pada pasien ini sudah tepat karena
sesuai panduan skor euro SCAR dan terapi
AGEP berdasar literatur. Tatalaksana yang
diberikan pada pasien ini berupa terapi
non‐medikamentosa dan medikamentosa baik
18 oral dan topikal steroid, analgesik, antihistamin.
TERIMAKASIH

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSU WAHIDIN SUDIROHUSODO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA

19 2019

Anda mungkin juga menyukai