PENDAHULUAN
2
3 Mahasiswa dapat menentukan diagnosa dan masalah potensial pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi
NTB.
4 Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada bayi Ny. Y dengan berat
badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
5 Mahasiswa dapat menentukan rencana asuhan menyeluruh pada Ny. Y dengan
berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
6 Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang
NICU RSUD Provinsi NTB
7 Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada bayi Ny. Y
dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
pada nenonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab utama
adalah berkaitan dengan BBLR (Puspitasari, 2011).
B. Etiologi BBLR
Menurut Puspitasari (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi
belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut:
1. Komplikasi obstetric
a. Multiple gestation
b. Incompetence
c. Pro (premature rupture of membrane)
d. Pregnancy induce hypertention (PIH)
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran premature
2. Komplikasi Medis
a. Diabetes Maternal
b. Hipertensi Kronis
c. Infeksi traktus urinarius
3. Faktor ibu
1) Penyakit
Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
2) Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada berat badan
bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan
sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibunya. Agar dapat
melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
4) Keadaan sosioal ekonomi
Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian
yang tinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini
5
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
5) Kondisi ibu saat hamil
Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok.
4. Faktor Janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di
mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar
kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan
dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin
tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak
jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan. Pengaruh kehamilan
kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari
rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah,
malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaruh
terhadap peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
partus prematurus. Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar
lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. (Manuaba, 2009)
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang
membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan
sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu
faktor penyebab kelainan kromosom, resiko terjadinya kelainan kromosom pada
janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau lebih.
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
6
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.
D. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
lahir rendah. Menurut Sarwono Prawihardjo (2007), diklasifikasikan berat badan
waktu lahir, yaitu:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.5002.500 gram
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir <1.500 gram
3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir <1.000 gram
Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan:
7
1. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37
minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau
disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada
kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk
masa kehamilan.
E. Manifestasi Klinis
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut (Puspitasari, 2011) :
1) Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan barnapas pada bayi)
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.
3) Penyakit membrane hialin
Disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
8
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk untuk pernapasan
berikutnya.
4) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
5) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
9
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten
ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup
bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan
sampai usia gestasi 3334 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti
kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
5. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan
antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan
lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas)
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat)
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang
sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal
bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
elektrolit, asambasa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obatobatan
dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
9. Sistem Integument
10
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
11
I. Penanganan BBLR
Penanganan BBLR antara lain :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang
diatur:
a. Bayi berat badan di bawah 2 kg 35 0C
b. Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34 0C
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
e. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi
berada pada posisi tegak.
15
f. Tempatkan bayi di bawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada ibu
dan bayi seluas-luasnya.
g. Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai baju
yang longgar dan berkancing depan.
h. Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i. Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai
popok dan memakai kaus kaki
j. Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek, dll),
dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam
posisi kanguru.
16
Gambar 2.4 menyusui dalam PMK
17
a. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi
tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan
b. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
c. Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi
f. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27 0C.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan
c. Membungkus dengan selimut hangat
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan.
19
memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dan
bersiap siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4. Langkah IV : Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu tindakan segera
demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data menunjukan situasi yang
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat.
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Komperhesif Menyeluruh
Pada langkah ini direcanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langka ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dilengkapi.
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5
dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan dapat berkolaborasi
dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien.
20
pasien datang dengan keluhan seperti malas minum, earna kulit bayi kuking atau
ada alasan yang lainnya.
3) Keluhan utama
Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa oleh orangtua.
4) Riwayat perkawinanan
Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama pernikahan, menikah
berapa kali, dan status pernikahan syah atau tidak.
5) Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa, umur
kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi persalinan dan
keadaannya.
6) Riwayat Kehamilan
Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama, keluhan pada
TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL.
7) Riwayat persalinan
Riwayat perslainan harus ditanya denga teliti termasuk tanggal, tempat kelahiran,
siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau dukun, cara kelahiran misalnya
spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC, umur kehamilannya (UK) apakah
<37 minggu (preterem) atau >37 minggu (aterem), adanya kehamilan ganda,
keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama
misalnya apakah bayi mengalami asfiksia,hipotermi atau ikterus dalam 24 jam.
Masa kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.
8) Riwayat imunisasi
Status imunisasi harus ditanyakan secara rutin khususnya BCG, DPT, Polio,
Campak dan hepatitis B.
9) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan kembar, dan
riwaayat operasi.
21
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi pada
neonates, ASI eksklusif dengan frekuensi secara on demand atau paling tidak 3
jam sekali, pola eliminasi pada bayi, personal hygiene, dan istirahat.
11) Data psikolososial
Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayinya disambut dengan
baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat oleh kedua orang tua
kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang lain
Data obyektif :
1) Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien, tanda-
tanda vital meliputi nadi, suhu, respirasi.
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kepala : Adakah caput sucadenum, bagaimana warna rambut,
terdapat bekas luka atau tidak, bagaimana keadaan
suturanya.
Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka, pewarnaan
pada muka bagaimana apakah pucat, kuning, atau biru.
Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva pucat,
kemerahan atau putih, dan warna sclera kuning atau merah
muda.
Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih atau tidak,
berwarna pucat, biru,atau kemerahan.
Leher : Adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar limfe,
dan getah bening .
Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau tidak,
serta pewarnaan pada bagian dada apakah kuning atau
kemerahan.
22
Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan talipusat apakah kering atau
basah, terdapat tanda-tanda infeksi talipusat atau tidak,
pewarnana pada bagian abdomen kuning atau kemerahan,
serta dinding abdomen.
Genetalia : Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada bagian
genetalia untuk jenis kelamin laki-laki apakah ada penis,
apakah ada 2 testis dalam 1 scrotum apakah penis berlubang
di ujung dan untuk jenis kelamin perempuan apakah labia
mayora kanan dan kiri menutupi labia minora kanan dan kiri
atau tidak, terdapat vagina atau tidak, terdapat clitoris atau
tidak.
Anus : Berlubang atau tidak
Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti
pembengkak pada bagian kaki dan tangan adakah fraktur
pada bagian ekstremitas serta pewarnaan pada bagian
ekstremitas
Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut dengan
meraba telapak tangan sehingga dapat ditentukan bentuk,
besar , tepi permukaan serta konsistensi organ.
Perkusi : Tujuannya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk
sehingga dapat ditentukan batas batas suatu organ pada
paru, jantung dan hati.
3) Data Penunjang
Melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui jenis penyakit
2. Interpretasi data dasar :
Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Dasarnya yaitu data subyektif dan data obyektif
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
23
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau ada hal yang
perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai kondisi bayi. (Muslihatun, 2010)
5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Merencanankan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya. (Muslihatun, 2010)
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman.
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan,
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya.
7. Evaluasi
Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah tidak terjadi
kegawatdaruratan pada neonatus. Evaluasi dilaksanakan secara siklus dan dengan
mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan (Soepardan,
2007).
24
BAB IV
TINJAUAN KASUS
D. Riwayat Antenatal
Penyakit/kesehatan ibu dan pengobatan
Sebelum hamil : Ada
Selama hamil (Trimester I, II, III): Ada (Preeklamsi dan DM)
Kebiasaan waktu hamil
Makan : Nasi, sayur, lauk, 3x sehari
Obat / jamu : Tablet Fe, Kalk, vitamin C
Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah merokok
Aktivitas : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengajar.
Lain-lain : Tidak ada
E. Riwayat proses persalinan
Umur Kehamilan : 9 bulan
Kehamilan tunggal/kembar : Tunggal
Letak bayi :-
Warna air ketuban :-
Jumlah :-
26
Bau :-
Jenis persalinan : SC dengan indikasi PEB, DM, dan hipoksia
intrauterine.
Tempat bersalin : RSUD Provinsi NTB
Apgar Score : 7,9 (menit 1, 5)
Ditolong oleh : Dokter spesialis kandungan
BBL/PBL : 2170 gram / 44 cm
F. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan / Minum
Frekuensi : 1x dalam 2 jam
Porsi : 8 x 10-15 cc
Jenis minuman : PASI
b. Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 2x
Konsistensi : Lunak
Warna : Hitam kecoklatan
2) BAK
Frekuensi :4x
Warna : Kuning jernih
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sedang
BB : 2.170 gram
Warna kulit : Kemerahan
Tangisan : Ada
Tons otot : Baik
Tanda-Tanda Vital
1) Suhu : 36,4 0C
2) Denyut jantung : 140 x/menit
3) Pernafasan : 38 x/menit
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Simetris
Sutura : normal
Frontanel : normal
2. Mata
27
Simetris : ada
Tanda-tanda infeksi : tidak ada
Perdarahan pada kornea : tidak ada
Kelopak mata terbuka/tertutup : terbuka
Reflex pupil : normal
Reflex mengedip : normal
3. Telinga : simetris, bersih, normal
4. Hidung : normal
5. Mulut
Simetris : ada
Warna : kemerahan
Bibir dan langit-langit : ada
Adanya sumbing : tidak ada
Refleks rooting : ada
Refleks sucking : ada
Refleks swallowing : ada
6. Leher
Pembengkakan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
7. Dada
Bentuk : normal, simetris, ada retraksi dinding dada
Putting : ada, normal
Pembesaran mamae : tidak ada
8. Abdomen
Bentuk : simetris, keadaan tali pusat baik, tidak ada
perdarahan tali pusat
Penonjolan tali pusat saat menangis : ada
Bising usus : tidak ada
Meteorismus : tidak ada
Tali pusat
Berdarah : tidak
Bau : tidak
9. Bahu, tangan dan lengan
Bentuk : normal
Gerakan normal : normal
Warna : kemerahan
Jumlah jari : lengkap
Refleks grasping : ada
Refleks tonic neck : ada
10. Genitalia
Wanita
Vagina berlubang : ada
Uretra berlubang : ada
Miksi dalam 24 jam : ada
11. Tungkai dan kaki
Bentuk : Normal
28
Gerakan : Normal
Warna : Kemerahan
Jumlah jari : Lengkap
Jumlah kaki : Sepasang
Refleks babynsky : ada
Refleks walking : ada
12. Punggung
Benjolan : tidak ada
Spina bifida : tidak ada
13. Anus
Adanya anus : ada
Pengeluaran meconium dalam 24 jam : ada
Warna mekonium : hitam kecoklatan
Keluhan : tidak ada
14. Kulit
Verniks : tidak ada
Lanugo : ada
Warna : kemerahan
C. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 21 Januari 2017
GDS : 73 mg/dl, HB: 16,6 %, Golongan darah: B, PLT: 22, WBC: 7,3.
D. Terapi
Infus dan antibiotika, OGT, O2, perawatan incubator, fototherapy.
Data subjektif:
1. Ibu mengatakan melahirkan anaknya pada tanggal 21 Januari 2017 pukul 15.10
WITA secara SC.
2. Ibu mengatakan berat badan anaknya rendah.
3. Ibu mengatakan anaknya lahir kurang bulan.
Data Objektif:
1 Keadaan umum bayi sedang
2 TTV
Denyut jantung : 140 x/menit
Pernafasan : 38 x/menit
Suhu : 36,4 0C
3 Bayi tampak lemah, tidak ada sesak, tidak sianosis, tidak ada retraksi dada
4 Bayi malas minum
29
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa atau masalah potensial: Hipoglikemia, infeksi, dan gangguan minum.
V. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 25 Januari 2017
Waktu : 15.10 WITA
1. Mengobservasi keadaan umum bayi, tanda-tanda vital bayi, dan pengeluaran cairan
bayi setiap BAB dan BAK.
2. Beri tindakan sesuai advice dokter
1) Pasang infus dextrose 10%
Memasang infus dengan cairan dextrose 10% sesuai kebutuhan bayi.
2) Perawatan selang OGT
Melakukan perawatan selang OGT untuk pemberian ASI/ therapy feeding oral
melalui selang OGT dengan dosis 8x 10-15 cc.
3) Pasang fototerapi
Pemasangan fototerapi karena bayi kuning.
30
4) Pemberian antibiotika
Pemberian antibiotika yaitu dengan injeksi gentamisin dengan dosis 1x10 mg
secara IV.
5) Lakukan perawatan bayi dalam incubator
Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 34 0C.
3. Lakukan pencegahan infeksi
Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan menjaga hygiene atau kebersihan bayi
bayi yang baik selama perawatan, yaitu dengan menjaga kebersihan tubuh bayi dan
kebersihan tali pusat, serta prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan
keluarga sebelum dan sesudah memegang bayi.
4. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemberian ASI dan PASI per sonde dan perdot
dengan dosis 8x 10-15 cc.
5. Memberikan ibu KIE tentang :
VI. EVALUASI :
Tanggal : 25 Januari 2017
Waktu : 15.20 WITA
1. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran cairan bayi
2. Beri tindakan sesuai advice dokter
1) Telah terpasang infus dextrose 10%
2) Telah dilakukan perawatan selang OGT
33
3) Telah terpasang fototerapi
4) Telah diberikan antibiotika yaitu gentamisin 1x10 mg secara IV
5) Telah dilakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 34 0C.
3. Kebutuhan nutrisi bayi telah dipenuhi
4. Telah dilakukan pencegahan infeksi
5. Ibu telah mengerti KIE tentang:
1) Ibu mengerti cara mencuci tangan sebelun dan sesuadah menyentuh bayi
2) Ibu mengerti cara dan posisi menyusui yang benar
3) Ibu mengerti nutrisi yang baik untuk ibu menyusui
4) Ibu mengerti tentang perawatan payudara
5) Ibu mengetahui tentang metode kanguru
6) Ibu mengerti cara memerah ASI
7) Ibu mengerti cara menyimpan ASI
34
CATATAN PERKEMBANGAN
35
suhu 34 0C.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan mengenai isi laporan asuhan
kebidanan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah hususnya pada tinjauan
kasus untuk melihat kesenjangan antara teori dan praktek yang dimulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus ini telah
didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan melahirkan bayi perempuan pada tanggal
21 Januari 2017 pukul 15.10 wita secara SC. Data objektif yaitu kedaan umum bayi
sedang, suhu: 36,5 0C, denyut jantung 140 x/menit, pernafasan 38 x/menit, berat badan
2170 gram, panjang badan 44 cm. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan selama 3
hari dapat disimpulkan yaitu hari pertama dan kedua bayi tidak mau minum dengan tanda
vital bayi masih dalam batas normal akan tetapi berat badan bayi semakin menurun,
sedangkan pada hari ketiga bayi sudah mau minum ASI di ibu secara langsung sehingga
36
berat badan bayi bertambah. Berdasarkan hasil tersebut, tidak didapatkan kesenjangan
antara teori dan praktek yang ada di lahan.
Pada langkah kedua yaitu interpretasi data dasar, telah ditetapkan diagnosa
kebidanan yaitu: Bayi Ny. M umur 5 hari dengan berat badan lahir rendah preterm..
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena diagnosa
telah ditetapkan sesuai dengan permasalahan yang ada yang telah didapatkan berdasarkan
pengkajian.
Pada langkah ketiga, penetapan diagnosa dan masalah potensial pada bayi yaitu
kemungkinan terjadinya hipoglikemia, infeksi dan gangguan minum.. Pada langkah ini
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena kemungkinan
terjadinya masalah potensial telah disesuaikan dengan hasil pemeriksaan bayi.
Setelah dilakukannya pengkajian dan ditetapkan diagnosa, pada kasus ini telah
ditetapkan penanganan segera baik secara mandiri yaitu dengan perawatn bayi dalam
inkubator dan pemberian nutrisi terjadwal (on demand), sedangkan tindakan kolaborasi
yaitu dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemebrian terapi dan
cairan atau infus. Tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena
telah sesuai dengan asuhan kebidanan yang ada.
Perencanaan asuhan yang akan diberikan pada bayi baru lahir telah sesuai dengan
advice dokter dan kebutuhan bayi BBLR. Semua perencanaan yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah bayi sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
Pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya telah
terlaksana secara efisien dan aman dari pelaksanaan asuhan yang pertama hingga terakhir.
Dalam pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena
pelaksanaan telah sesuai dengan teori yang ada.
Langkah terakhir yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan yang telah
dilakukan dapat terselesaikan dengan baik. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek karena hasil evaluasi telah sesuai dengan
pelaksanaan yang dilakukan pada bayi Ny. Y.
37
Pada kasus ini, ditemukan bahwa salah satu penyebab terjadinya BBLR pada bayi
yaitu karena faktor penyakit yang dimiliki oleh ibu yaitu penyakit DM dan ibu memiliki
riwayat kelahiran preterm sebelumnya dan BBLR.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
2. Mahasiswa telah mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa pada
bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU
RSUP Mataram.
4. Mahasiswa telah mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
5. Mahasiswa telah mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
6. Mahasiswa telah mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. Y
dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
7. Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada bayi
Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan bahan evaluasi terhadap
kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Hasil laporan ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menilai sejauhmana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
ilmu yang telah didapatkan dari teori.
39
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2007). Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta
Muslihatun, Wafi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT. Bina
Pustaka: Jakarta.
Proverawati, A. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika: Yogyakarta.
Puspitasari, N. (2011). Buku Panduan Neonatus & Balita. Semarang: Gramedia Pustaka.
Pudjiadi, dkk (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Nuha
Medika: Yogyakarta.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Varney, Helen. Dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Word Health Organization (WHO). 2013. Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO
40