Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sekitar 15 juta bayi
dilahirkan di dunia setiap tahun. Lebih satu juta dari bayi tersebut meninggal segera
setelah dilahirkan dan banyak yang tidak terhitung jumlahnya menderita kecacatan
sepanjang hayat secara fisik atau neurologis. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi
adalah sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini lebih rendah dari
tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDG)
tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (WHO,
2013).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, sekitar
86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal setiap tahun di Indonesia. Angka kematian
bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI), 2010). Penyebab terjadinya kematian bayi baru lahir adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 226 bayi (36%), cacat bawaan sebanyak 210 bayi (33%),
kekurangan oksigen (asfiksia) sebanyak 199 bayi (31%), sedangkan penyebab lain
kematian bayi baru lahir disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan dan
trauma persalinan. Asfiksia menduduki peringkat ke 3 di Indonesia, angka tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan SDKI tahun 2012 yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI,
2012)
Prevalensi BBLR secara global pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 15%,
sedangkan di negara berkembang sekitar 16%, terkonsentrasi di Asia dan Afrika. BBLR
di negara sedang berkembang, sekitar 72% terjadi di Asia dan 22% di Afrika (UNICEF
dan WHO, 2004). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi BBLR di Indonesia mengalami penurunan dari 11,1% di tahun 2010 menjadi
10,2% di tahun 2013. Walaupun secara nasional terjadi penurunan, namun di beberapa
daerah prevalensi BBLR masih sangat tinggi seperti di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar
16,9% (Kemenkes, 2013).
1
Berdasarkan laporan surveilans, jumlah kematian bayi di Kabupaten Lombok
Barat dari tahun 2012 hingga tahun 2014 menunjukan penurunan. Tahun 2012 sebanyak
139 bayi mati, Tahun 2013 menurun menjadi 90 bayi mati dan Tahun 2014 menurun lagi
menjadi 60 bayi mati. Sedangkan untuk kematian ibu tahun 2012 sebanyak 8 orang,
Tahun 2013 sebanyak 10 ibu mati dan Tahun 2014 ini menurun menjadi 7 ibu. Penyebab
kematian bayi paling besar adalah BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu sebanyak 51
kasus, dan meningkat dari tahun sebelumnya (43 kasus). Penyebab kematian kedua yaitu
kasus Asfiksia sebanyak 9 kasus, kemudian lainlain 7 kasus. Untuk kelainan kongenital
dan pneumonia mencapai 6 kasus. Secara kumulatif jumlah kematian bayi memang
menurun, namun jika dilihat secara penyebab kasus, BBLR meningkat cukup banyak.
BBLR bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi pada saat bayi masih di dalam
kandungan sehingga hal ini berhubungan dengan kesehatan ibu hamil. (Dikes Kab.Lobar,
2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang NICU RSUD Provinsi NTB terhitung
pada bulan terakhir yaitu bulan Januari 2017, tercatat sebanyak 18 (14,06%) kasus BBLR
dari 128 bayi. Dari uraian teraebut, penulis dapat mengambil judul laporan Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal pada bayi Ny. Y dengan Berat Badan Lahir
Rendah Preterm di Ruang NICU RSUD Provinsi NTB agar dapat memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir patologis secara komprehensif.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan patologi dengan
penerapan manajemen kebidanan 7 langkah varney pada bayi Ny. Y dengan berat
badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.

1.2.2 Tujuan Khusus


1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada bayi Ny. Y dengan
berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
2 Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada bayi Ny. Y dengan
berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.

2
3 Mahasiswa dapat menentukan diagnosa dan masalah potensial pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi
NTB.
4 Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada bayi Ny. Y dengan berat
badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
5 Mahasiswa dapat menentukan rencana asuhan menyeluruh pada Ny. Y dengan
berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.
6 Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang
NICU RSUD Provinsi NTB
7 Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada bayi Ny. Y
dengan berat badan lahir rendah preterm di ruang NICU RSUD Provinsi NTB.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian terhadap kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan patologis khususnya pada bayi
dengan berat badan lahir rendah preterm di lahan praktek.

1.3.2 Bagi Lahan Praktek


Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan patologis khususnya pada ibu dengan suspek tumor ganas ovarium agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi pasien.

1.3.3 Bagi Mahasiswa


Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian praktek yang telah
dilakukan. Mahasiswa dapat dengan mudah menilai kekuragannya dan dijadikan
sarana untuk menambah keterampilan praktek dalam menerapkan asuhan
kebidanan patologis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


A. Pengertian
Berat lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran yang ditimbang dalam
waktu satu jam sesudah lahir. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR (WHO, 2010).
Prawirohardjo (2007), sejak tahun 1961, WHO telah mengganti istilah premature
baby dengan low birth weight baby (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir merupakan bayi
prematur.Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan yang sesuai, atau bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
menurut masa kehamilannya/kecil untuk masa kehamilan (KMK).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh
WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth
Weight Infants (Proverawati, 2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, 2010).
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir rendah adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir. World Health Organization (WHO) sejak tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low
birth weight infant (bayi berat lahir rendah). Menurut WHO BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Angka kematian bayi menjadi indikator
pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak saat ini. Secara statistik, angka kesakitan dan kematian

4
pada nenonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab utama
adalah berkaitan dengan BBLR (Puspitasari, 2011).

B. Etiologi BBLR
Menurut Puspitasari (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi
belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut:

1. Komplikasi obstetric
a. Multiple gestation
b. Incompetence
c. Pro (premature rupture of membrane)
d. Pregnancy induce hypertention (PIH)
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran premature
2. Komplikasi Medis
a. Diabetes Maternal
b. Hipertensi Kronis
c. Infeksi traktus urinarius
3. Faktor ibu
1) Penyakit
Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
2) Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada berat badan
bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan
sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibunya. Agar dapat
melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
4) Keadaan sosioal ekonomi
Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian
yang tinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini

5
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
5) Kondisi ibu saat hamil
Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok.
4. Faktor Janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di
mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar
kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan
dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin
tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak
jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan. Pengaruh kehamilan
kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari
rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah,
malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaruh
terhadap peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
partus prematurus. Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar
lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. (Manuaba, 2009)
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang
membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan
sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu
faktor penyebab kelainan kromosom, resiko terjadinya kelainan kromosom pada
janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau lebih.
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah

6
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.

C. Ciri-Ciri Bayi Berat lahir Rendah


Gambaran bayi berat badan lahir rendah tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat
dikatakan bahwa makin kecil muda kehamilan makin nyata. Sebagai gambaran umum
dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik
(Manuaba, 2009) :
1. Berat kurang dari 2.500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkaran dada kurang dari 30 cm
4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala relatif lebih besar
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasna tak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi lurus
11. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
12. Fekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit.

D. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
lahir rendah. Menurut Sarwono Prawihardjo (2007), diklasifikasikan berat badan
waktu lahir, yaitu:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.5002.500 gram
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir <1.500 gram
3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir <1.000 gram
Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan:

7
1. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37
minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau
disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada
kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk
masa kehamilan.

E. Manifestasi Klinis
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna.

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut (Puspitasari, 2011) :
1) Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan barnapas pada bayi)
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.
3) Penyakit membrane hialin
Disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
8
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk untuk pernapasan
berikutnya.
4) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
5) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

G. Masalah yang Terjadi pada BBLR


Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,
susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
(Maryunani, 2009).
1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan
(zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli,
sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang
kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan
pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk
bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.
Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah
yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.

9
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten
ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup
bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan
sampai usia gestasi 3334 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti
kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
5. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan
antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan
lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas)
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat)
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang
sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal
bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
elektrolit, asambasa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obatobatan
dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
9. Sistem Integument

10
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.

H. Cara Perawatan BBLR


Menurut Safrudin dan Hamidah (2011) cara perawatan adalah sebagai berikut:
1. Bayi yang baru lahir jangan dimandikan
2. Membersihkan dan mengeringkan bayi dengan kain lunak yang bersih, kering dan
hangat
3. Menjaga agar tubuh bayi tetap hangat dengan cara:
1) Oleskan tubuh bayi setiap hari dengan minyak kelapa yang telah
dihangatkan
2) Membungkus dengan kain yang bersih, kering dan cukup tebal serta kepala
bayi ditutup dengan topi atau kepala yang bersih
3) Bayi tidak boleh di letakkan di tempat yang banyak angin seperti didepan
pintu/jendela yang terbuka
4) Pakaian dan kain pembungkus diganti bila basah
5) Menempatkan bayi secara langsung di atas dada ibu (metode kanguru)
6) Menjaga kehangatan ruangan misalnya memasang lampu untuk mengatasi
masuknya udara dingin
7) Memberi minum ASI sedini dan seiring mungkin dengan memperhatikan:
a. Tangan dicuci bersih sebelum menyusui
b. Putting susu dibersihkan dengan kapas/kain bersih lembab
c. Bayi dipangku pada posisi tegak
d. Bila bayi tidak dapat mengisap dengan kuat ibu dapat membantu
memegangi/menyangga dagu bayi atau dipompa dan diberikan dengan
sendok.
e. Bila bayi tertidur pada waktu menyusu, bayi dibangunkan dengan cara
menepuknepuk pipinya.
f. Sisasisa ASI di mulut dibersihkan dengan kapas atau kain bersih yang
dibasahi dengan air hangat
g. Bayi diawasi sampai kirakira 15 sampai 30 menit sesudah disusukan.
4. Menjaga / memelihara kebersihan bayi
1) Penimbangan berat badan secara teratur 1 kali/1 bulan, bila berat badan
tidak naik dalam sebulan, segera dirujuk ke dokter puskesmas
2) Menjaga dan memelihara lingkungan bayi agar tetap bersih dan hangat
3) Memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup.

11
I. Penanganan BBLR
Penanganan BBLR antara lain :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang
diatur:
a. Bayi berat badan di bawah 2 kg 35 0C
b. Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34 0C
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.

4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.

J. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu :
1. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi
usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik
bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang
lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi
telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka
kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha
untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi telentang jangka lama
bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki
12
katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan
ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi
yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
2. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal
ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi.
Bayi dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa
otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan
panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk
pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda
terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan
perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah
personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambah kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm, karena
kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan
sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih
luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum
berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
13
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus dipenuhi
dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun
beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun
koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34
minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal (dengan syarat bayi stabil secara medis) dapat
menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat
hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode
alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan
terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai
asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka
dalam menerima makanan.
3. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Pengertian
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara
perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan
PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat
bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini
dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena
sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR
tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat
14
memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara
kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara
ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Proverawati, 2010).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Proverawati, 2010):
a. Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel pada
kulit ibu
b. Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi
c. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.
d. Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos dalam
(laki-laki) selama PMK.

Gambar 2.1 posisi bayi dalam gendongan PMK

e. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi
berada pada posisi tegak.

15
f. Tempatkan bayi di bawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada ibu
dan bayi seluas-luasnya.
g. Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai baju
yang longgar dan berkancing depan.

Gambar 2.2 perawatan metode kanguru

h. Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i. Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai
popok dan memakai kaus kaki
j. Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek, dll),
dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam
posisi kanguru.

Gambar 2.3 mengeluarkan bayi dari baju kanguru

16
Gambar 2.4 menyusui dalam PMK

Gambar 2.5 ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK


PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan
durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau disebut PMK
intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan
metode kanguru disebut PMK kontinu.
4. Perawatan pada incubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan
yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu
inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Proverawati, 2010).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup

17
a. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi
tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan
b. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
c. Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi
f. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27 0C.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan
c. Membungkus dengan selimut hangat
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan.

K. Pencegahan Terjadinya BBLR


Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
18
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

2.2 Konsep Dasar 7 Langkah Varney


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis
data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney (7 langkah) meliputi :
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang
minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak akan selesai jika setiap
informasi yang dapat diperoleh hendak dikumpulkan. Maka dari itu sebelumnya harus
mempertanyakan: data apa yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat
bersangkutan. Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang
ditinjau. Data yang mempunyai pengaruh atas/berhubungan dengan situasi yang
sedang ditinjau. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan
secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data secara garis
besar, di klasifikasikan menjadi data subjektif dan objektif. Pada waktu
mengumpulkan data subyektif bidan harus mengembangkan antar personal yang
efektif dengan pasien/klien yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal -hal yang
menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan berupaya mendapat data fakta
yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

19
memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dan
bersiap siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4. Langkah IV : Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu tindakan segera
demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data menunjukan situasi yang
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat.
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Komperhesif Menyeluruh
Pada langkah ini direcanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langka ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dilengkapi.
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5
dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan dapat berkolaborasi
dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien.

7. Langkah VII : Evaluasi


Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus


1. Pengkajian
Data subyektif :
1) Identitas data pasien dan orangtua
Menurut darwan budi suyanto, identitas merupakan bagian terpenting dalam suatu
anamesis. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa anak yang diperiksa
benar-benar adalah anak yang dimaksud.
2) Alasan datang/kunjungan
Pada pengkajian alasan kunjungan meliputi apa yang menjadi alasan pasien untuk
datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir ataukah ada alasan bahwa

20
pasien datang dengan keluhan seperti malas minum, earna kulit bayi kuking atau
ada alasan yang lainnya.
3) Keluhan utama
Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa oleh orangtua.
4) Riwayat perkawinanan
Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama pernikahan, menikah
berapa kali, dan status pernikahan syah atau tidak.
5) Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa, umur
kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi persalinan dan
keadaannya.

6) Riwayat Kehamilan
Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama, keluhan pada
TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL.
7) Riwayat persalinan
Riwayat perslainan harus ditanya denga teliti termasuk tanggal, tempat kelahiran,
siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau dukun, cara kelahiran misalnya
spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC, umur kehamilannya (UK) apakah
<37 minggu (preterem) atau >37 minggu (aterem), adanya kehamilan ganda,
keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama
misalnya apakah bayi mengalami asfiksia,hipotermi atau ikterus dalam 24 jam.
Masa kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.
8) Riwayat imunisasi
Status imunisasi harus ditanyakan secara rutin khususnya BCG, DPT, Polio,
Campak dan hepatitis B.
9) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan kembar, dan
riwaayat operasi.
21
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi pada
neonates, ASI eksklusif dengan frekuensi secara on demand atau paling tidak 3
jam sekali, pola eliminasi pada bayi, personal hygiene, dan istirahat.
11) Data psikolososial
Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayinya disambut dengan
baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat oleh kedua orang tua
kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang lain

Data obyektif :
1) Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien, tanda-
tanda vital meliputi nadi, suhu, respirasi.

2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kepala : Adakah caput sucadenum, bagaimana warna rambut,
terdapat bekas luka atau tidak, bagaimana keadaan
suturanya.
Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka, pewarnaan
pada muka bagaimana apakah pucat, kuning, atau biru.
Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva pucat,
kemerahan atau putih, dan warna sclera kuning atau merah
muda.
Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih atau tidak,
berwarna pucat, biru,atau kemerahan.
Leher : Adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar limfe,
dan getah bening .

Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau tidak,
serta pewarnaan pada bagian dada apakah kuning atau
kemerahan.

22
Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan talipusat apakah kering atau
basah, terdapat tanda-tanda infeksi talipusat atau tidak,
pewarnana pada bagian abdomen kuning atau kemerahan,
serta dinding abdomen.
Genetalia : Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada bagian
genetalia untuk jenis kelamin laki-laki apakah ada penis,
apakah ada 2 testis dalam 1 scrotum apakah penis berlubang
di ujung dan untuk jenis kelamin perempuan apakah labia
mayora kanan dan kiri menutupi labia minora kanan dan kiri
atau tidak, terdapat vagina atau tidak, terdapat clitoris atau
tidak.
Anus : Berlubang atau tidak
Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti
pembengkak pada bagian kaki dan tangan adakah fraktur
pada bagian ekstremitas serta pewarnaan pada bagian
ekstremitas
Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut dengan
meraba telapak tangan sehingga dapat ditentukan bentuk,
besar , tepi permukaan serta konsistensi organ.
Perkusi : Tujuannya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk
sehingga dapat ditentukan batas batas suatu organ pada
paru, jantung dan hati.
3) Data Penunjang
Melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui jenis penyakit
2. Interpretasi data dasar :
Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Dasarnya yaitu data subyektif dan data obyektif
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
23
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau ada hal yang
perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai kondisi bayi. (Muslihatun, 2010)
5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Merencanankan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya. (Muslihatun, 2010)
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman.
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan,
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya.
7. Evaluasi
Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah tidak terjadi
kegawatdaruratan pada neonatus. Evaluasi dilaksanakan secara siklus dan dengan
mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan (Soepardan,
2007).

24
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA BAYI


NY. Y DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PRETERM
DI RUANG NICU RSUD PROVINSI NTB
25 JANUARI 2017

Tanggal masuk RS : 21 Januari 2017


Hari/tanggal : Rabu, 25 September 2016
Jam : 15.00 WITA
Tempat : Ruang NICU, RSUD Provinsi NTB

I IDENTIFIKASI DATA DASAR


DATA SUBYEKTIF
A Identitas
1 Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny. Y
Umur : 5 hari
Tgl/Jam Lahir : Sabtu, 21 Januari 2017 jam 15.10 WITA
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : Minggu, 18 September 2016
Anak ke : Satu (1)
2 Identitas Orangtua
Nama ibu : Ny. Y Nama ayah : Tn. J
Umur : 41 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Alamat : Bima Alamat : Bima
A. Keluhan Utama / Alasan Dirawat
Ibu mengatakan berat badan bayinya kurang dari 2.500 gram dan kurang bulan.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Bayi lahir di OK Cito RSUP Provinsi NTB pada tanggal 21 Januari 2017 jam 15.10
WITA secara SC atas indikasi PEB, DM, dan hipoksia intrauterine. Apgar score 7-9,
berat badan 2.170 gram, panjang badan 44 cm, anus (+), kelainan (-), masuk NICU
25
jam 16.30 WITA dengan keadaan umum lemah, tangisan (+), sianosis (-), kembung
(-), muntah (-), hipotermi (+), BAB (-), BAK (-).

C. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Hamil UK Penolo Tempat JP Penyulit BBL JK Umur Ket


Ke (gr)
ng H B N

1 Preterm Dokter RS Spon - - - - M


tan

2 Preterm Bidan RS Spon - - - 1900 M


tan gr

3 preterm Dokter RS SC - - - 900 gr M

ini preterm Dokter RS SC - 2170 4 hr H


gr

D. Riwayat Antenatal
Penyakit/kesehatan ibu dan pengobatan
Sebelum hamil : Ada
Selama hamil (Trimester I, II, III): Ada (Preeklamsi dan DM)
Kebiasaan waktu hamil
Makan : Nasi, sayur, lauk, 3x sehari
Obat / jamu : Tablet Fe, Kalk, vitamin C
Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah merokok
Aktivitas : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengajar.
Lain-lain : Tidak ada
E. Riwayat proses persalinan
Umur Kehamilan : 9 bulan
Kehamilan tunggal/kembar : Tunggal
Letak bayi :-
Warna air ketuban :-
Jumlah :-

26
Bau :-
Jenis persalinan : SC dengan indikasi PEB, DM, dan hipoksia
intrauterine.
Tempat bersalin : RSUD Provinsi NTB
Apgar Score : 7,9 (menit 1, 5)
Ditolong oleh : Dokter spesialis kandungan
BBL/PBL : 2170 gram / 44 cm
F. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan / Minum
Frekuensi : 1x dalam 2 jam
Porsi : 8 x 10-15 cc
Jenis minuman : PASI
b. Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 2x
Konsistensi : Lunak
Warna : Hitam kecoklatan
2) BAK
Frekuensi :4x
Warna : Kuning jernih

DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sedang
BB : 2.170 gram
Warna kulit : Kemerahan
Tangisan : Ada
Tons otot : Baik
Tanda-Tanda Vital
1) Suhu : 36,4 0C
2) Denyut jantung : 140 x/menit
3) Pernafasan : 38 x/menit

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Simetris
Sutura : normal
Frontanel : normal
2. Mata

27
Simetris : ada
Tanda-tanda infeksi : tidak ada
Perdarahan pada kornea : tidak ada
Kelopak mata terbuka/tertutup : terbuka
Reflex pupil : normal
Reflex mengedip : normal
3. Telinga : simetris, bersih, normal
4. Hidung : normal
5. Mulut
Simetris : ada
Warna : kemerahan
Bibir dan langit-langit : ada
Adanya sumbing : tidak ada
Refleks rooting : ada
Refleks sucking : ada
Refleks swallowing : ada
6. Leher
Pembengkakan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
7. Dada
Bentuk : normal, simetris, ada retraksi dinding dada
Putting : ada, normal
Pembesaran mamae : tidak ada
8. Abdomen
Bentuk : simetris, keadaan tali pusat baik, tidak ada
perdarahan tali pusat
Penonjolan tali pusat saat menangis : ada
Bising usus : tidak ada
Meteorismus : tidak ada
Tali pusat
Berdarah : tidak
Bau : tidak
9. Bahu, tangan dan lengan
Bentuk : normal
Gerakan normal : normal
Warna : kemerahan
Jumlah jari : lengkap
Refleks grasping : ada
Refleks tonic neck : ada
10. Genitalia
Wanita
Vagina berlubang : ada
Uretra berlubang : ada
Miksi dalam 24 jam : ada
11. Tungkai dan kaki
Bentuk : Normal
28
Gerakan : Normal
Warna : Kemerahan
Jumlah jari : Lengkap
Jumlah kaki : Sepasang
Refleks babynsky : ada
Refleks walking : ada
12. Punggung
Benjolan : tidak ada
Spina bifida : tidak ada
13. Anus
Adanya anus : ada
Pengeluaran meconium dalam 24 jam : ada
Warna mekonium : hitam kecoklatan
Keluhan : tidak ada
14. Kulit
Verniks : tidak ada
Lanugo : ada
Warna : kemerahan

C. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 21 Januari 2017
GDS : 73 mg/dl, HB: 16,6 %, Golongan darah: B, PLT: 22, WBC: 7,3.
D. Terapi
Infus dan antibiotika, OGT, O2, perawatan incubator, fototherapy.

I. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : Bayi Ny. Y umur 5 hari dengan berat badan lahir rendah preterm.

Data subjektif:
1. Ibu mengatakan melahirkan anaknya pada tanggal 21 Januari 2017 pukul 15.10
WITA secara SC.
2. Ibu mengatakan berat badan anaknya rendah.
3. Ibu mengatakan anaknya lahir kurang bulan.
Data Objektif:
1 Keadaan umum bayi sedang
2 TTV
Denyut jantung : 140 x/menit
Pernafasan : 38 x/menit
Suhu : 36,4 0C
3 Bayi tampak lemah, tidak ada sesak, tidak sianosis, tidak ada retraksi dada
4 Bayi malas minum
29
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa atau masalah potensial: Hipoglikemia, infeksi, dan gangguan minum.

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Mandiri : Perawatan dalam inkubator dan pemberian nutrisi terjadwal (on demand).
Kolaborasi : Dokter spesialis anak dalam pemberian infus/cairan dan antibiotika.
Rujukan : Tidak ada

IV. RENCANA ASUHAN


Tanggal : 25 Januari 2017
Waktu : 15.05 WITA
1. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran cairan bayi

2. Beri tindakan sesuai advice dokter


1) Pasang infus dextrose 10%
2) Perawatan selang OGT (pemberian ASI/ therapy feeding oral melalui OGT)
3) Pasang fototerapi
4) Pemberian antibiotika
5) Lakukan perawatan bayi dalam inkubator
3. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Berikan ibu KIE tentang
a. Cara mencuci tangan sebelun dan sesuadah menyentuh bayi
b. Cara dan posisi menyusui yang benar
c. Nutrisi yang baik untuk ibu menyusui
d. Perawatan payudara
e. Perkenalkan metode kanguru pada ibu
f. Ajarkan ibu cara memerah ASI
g. Ajarkan ibu cara menyimpan ASI

V. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 25 Januari 2017
Waktu : 15.10 WITA

1. Mengobservasi keadaan umum bayi, tanda-tanda vital bayi, dan pengeluaran cairan
bayi setiap BAB dan BAK.
2. Beri tindakan sesuai advice dokter
1) Pasang infus dextrose 10%
Memasang infus dengan cairan dextrose 10% sesuai kebutuhan bayi.
2) Perawatan selang OGT
Melakukan perawatan selang OGT untuk pemberian ASI/ therapy feeding oral
melalui selang OGT dengan dosis 8x 10-15 cc.
3) Pasang fototerapi
Pemasangan fototerapi karena bayi kuning.
30
4) Pemberian antibiotika
Pemberian antibiotika yaitu dengan injeksi gentamisin dengan dosis 1x10 mg
secara IV.
5) Lakukan perawatan bayi dalam incubator
Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 34 0C.
3. Lakukan pencegahan infeksi
Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan menjaga hygiene atau kebersihan bayi
bayi yang baik selama perawatan, yaitu dengan menjaga kebersihan tubuh bayi dan
kebersihan tali pusat, serta prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan
keluarga sebelum dan sesudah memegang bayi.
4. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemberian ASI dan PASI per sonde dan perdot
dengan dosis 8x 10-15 cc.
5. Memberikan ibu KIE tentang :

a. Cara mencuci tangan yang benar


Bersihkan kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan menggosok kedua telapak tangan
secara lembut. Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.
Menggosok jari-jari tangan dan sela-sela jari hingga bersih, bersihkan ujung jari
dengan cara mengatup secara bergantian, gosok dan putan ibu jari secara
bergantian, letakkan ujung jari di telapak tangan kemudian gosok perlahan,
bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,
kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air yang bersih
yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
b. Ajarkan ibu cara dan posisi menyusui yang benar
Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu tangan ibu berada pada satu
garis lurus menyangga kepala dan badan bayi, posisikan kepala bayi menghadap
ke payudara ibu sehingga perut bayi juga berhadapan dengan perut ibu kemudian
sangga payudara dengan tangan yang satu lagi, posisi ibu jari diatas dan jari-jari
yang lain dibawah dengan jarak cukup jauh sehingga mulut bayi menempel pada
putting dan areola, dekatkan payudara ke pinggir bibir bayi untuk memancing
bayi membuka mulutnya, pastikan mulut bayi terbuka lebar dan sebagian besar
derah areola harus masuk ke mulut bayi, pastikan dagu menempel pada payudara
31
tapi hidungnya tidak tertutup. Posisi menyusui yang baik yaitu ibu bias duduk
dengan tidak membiarkan kaki bergelantungan.
c. Menjelaskan nutrisi yang baik untuk ibu menyusui yaitu anjurkan ibu untuk
minum paling sedikit 8 sampai 12 gelas air setiap hari, anjurkan ibu untuk makan-
makanan yang segar dan bervariasi setiap hari yaitu protein (ikan, tahu, tempe,
telur, biji-bijian), karbohidrat (nasi, jagung, kentang dan ubi), sayur-sayuran dan
buah-buahan untuk melancarkan ASI dan sebagai sumber energi.
d. Menjelaskan cara perawatan payudara yaitu memilih dan menggunakan bra yang
dapat menyerap keringat. Selain itu, pilihlah ukuran yang pas agar tidak terlalu
sempit ataupun terlalu besar guna menyangga payudara dengan baik, hal ini dapat
mempermudah sang ibu dalam memberikan ASI. Bersihkanlah puting payudara
dengan menggunakan air hangat setiap selesai mandi. Hindari pemakaian sabun
terhadap puting karena akan membuat puting kering dan terkelupas. Pijatlah
bagian puting payudara dan daerah sekitarnya secara lembut dengan
menggunakan telunjuk dan ibu jari. Pemijatan ini dapat menambah kelenturan dan
kelembaban payudara bahkan dapat menghilangkan sel-sel kulit mati. Untuk
melakukan pemijatan ada baiknya untuk menggunakan baby oil ataupun minyak
kelapa dan ketika sudah selesai dipijat maka bersihkan puting dengan
menggunakan air hangat. Ambil beberapa tetes ASI kemudian oleskan disekitar
puting setelah selesai menyusui (memiliki efek penyembuhan), lalu biarkan
hingga kering sebelum payudara ditutup dengan bra.Bila puting mengalami lecet
atau nyeri akibat cara bayi mengisap ASI salah, cobalah untuk ganti posisi dengan
menyusui dari puting satunya yang tidak sakit.
e. Menjelaskan tentang metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara perawatan
yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu
dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR
mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi
BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak
dibawah kulitnya. PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu
32
dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak
antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara
ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
f. Mengajarkan ibu cara memerah ASI
Cara memerah ASI yang baik yaitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
kemudian letakkan sehelai kain yang telah dilembapkan dengan air hangat pada
payudara ibu selama 2 menit untuk membantu pengeluaran ASI. Kemudian pijat
payudara dan tekan-tekan ringan kulit di sekeliling kedua putting susu, letakkan
jemari pada kelenjar susu sekitar 2,5 cm di atas putting susu lalu tekan kea rah
dalam kea rah dinding dada sehingga ASI keluar dan segera tamping ASI dalam
wadah.
g. Mengajarkan ibu cara menyimpan ASI
Cara menyimpan ASI yang baik yaitu dengan memastikan terlebih dahulu
kebersihan kemasan atau wadah yang digunakan untuk menyimpan ASI,
sebaiknya penyimpanan ASI perah disesuaikan dengan penggunaannya. ASI akan
tahan selama 6 jam jika ditempatkan pada suhu ruangan sekitar 25 0C, ASI perah
dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga beberapa bulan tergantung dari
suhu penempatannya. Cara mencairkannya yaitu cukup dengan menempatkan
botol penyimpan ASI ke dalam wadah yang berisi air hangat yang didiamkan
beberapa saat.

VI. EVALUASI :
Tanggal : 25 Januari 2017
Waktu : 15.20 WITA
1. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran cairan bayi
2. Beri tindakan sesuai advice dokter
1) Telah terpasang infus dextrose 10%
2) Telah dilakukan perawatan selang OGT
33
3) Telah terpasang fototerapi
4) Telah diberikan antibiotika yaitu gentamisin 1x10 mg secara IV
5) Telah dilakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 34 0C.
3. Kebutuhan nutrisi bayi telah dipenuhi
4. Telah dilakukan pencegahan infeksi
5. Ibu telah mengerti KIE tentang:
1) Ibu mengerti cara mencuci tangan sebelun dan sesuadah menyentuh bayi
2) Ibu mengerti cara dan posisi menyusui yang benar
3) Ibu mengerti nutrisi yang baik untuk ibu menyusui
4) Ibu mengerti tentang perawatan payudara
5) Ibu mengetahui tentang metode kanguru
6) Ibu mengerti cara memerah ASI
7) Ibu mengerti cara menyimpan ASI

34
CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/ Tanggal Perkembangan

1. 25 Januari 2017 A. Subjektif data


Ibu mengeatakan bayinya tidak mau minum.
B. Objektif data
Keadaan umum bayi sedang, tangisan +, OGT
terpasang, minum ASI per sonde 8x 10 cc, muntah
-, kembung-, hipotermi -, BAB +, BAK +, BB
2.150 gram, suhu 36,5 0C, nadi 128 x/menit, RR
37 x/menit.
C. Assasement
Bayi Ny. Y umur 5 hari, keadaan umum bayi
sedang dengan BBLR.
D. Planning
1) Mengobservasi keadaan umum dan TTV bayi
2) Penuhi kebutuhan nutrisi bayi melalui OGT
3) Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
4) Lanjutkan infus D 10%
5) Pemberian antibiotika
6) Lanjutkan perawatan dalam incubator dengan
suhu 34 0C.
2. 26 Januari 2017 A. Subjektif data
Ibu mengatakan bayi belum mau minum.
B. Objektif data
k/u sedang, tangis +, OGT terpasang, minum ASI
per sonde 8x10 cc, muntah -, kembung-, hipotermi
-, BAB +, BAK +, BB 2.100 gram, suhu 36,7 0C,
nadi 128 x/menit, RR 37 x/menit.
C. Assasement
Bayi Ny. Y umur 6 hari keadaan umum bayi
sedang dengan BBLR.
D. Planning
1) Mengobservasi k/u bayi
2) Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
3) Melanjutkan terapi
4) Lanjutkan infus D 10%
5) Injeksi gentamisin 1x10 mg
6) Lanjutkan perawatan dalam incubator dengan

35
suhu 34 0C.

3. 27 Januari 2017 A. Subjektif data


Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu.
Objektif data
k/u bayi sedang, tangis+, minum PASI di ibu 25
cc, BAB +, BAK +, muntah -, kembung -, OGT -,
O2 -, infus dan antibiotic lanjut, BB 2.160 gram,
suhu 36,8 0C, nadi 144 x/menit, RR 44 x/menit.
B. Assasement
Bayi Ny. M umur 7 hari dengan keadaan umum
bayi sedang dengan BBLR.
C. Planning
1) Mengobservasi k/u bayi
2) Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
3) Lanjutkan infus D 10%
4) Injeksi gentamisin 1x15 mg
5) Lanjutkan perawatan dalam incubator dengan
sushu 34 0C.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan mengenai isi laporan asuhan
kebidanan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah hususnya pada tinjauan
kasus untuk melihat kesenjangan antara teori dan praktek yang dimulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus ini telah
didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan melahirkan bayi perempuan pada tanggal
21 Januari 2017 pukul 15.10 wita secara SC. Data objektif yaitu kedaan umum bayi
sedang, suhu: 36,5 0C, denyut jantung 140 x/menit, pernafasan 38 x/menit, berat badan
2170 gram, panjang badan 44 cm. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan selama 3
hari dapat disimpulkan yaitu hari pertama dan kedua bayi tidak mau minum dengan tanda
vital bayi masih dalam batas normal akan tetapi berat badan bayi semakin menurun,
sedangkan pada hari ketiga bayi sudah mau minum ASI di ibu secara langsung sehingga
36
berat badan bayi bertambah. Berdasarkan hasil tersebut, tidak didapatkan kesenjangan
antara teori dan praktek yang ada di lahan.
Pada langkah kedua yaitu interpretasi data dasar, telah ditetapkan diagnosa
kebidanan yaitu: Bayi Ny. M umur 5 hari dengan berat badan lahir rendah preterm..
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena diagnosa
telah ditetapkan sesuai dengan permasalahan yang ada yang telah didapatkan berdasarkan
pengkajian.
Pada langkah ketiga, penetapan diagnosa dan masalah potensial pada bayi yaitu
kemungkinan terjadinya hipoglikemia, infeksi dan gangguan minum.. Pada langkah ini
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena kemungkinan
terjadinya masalah potensial telah disesuaikan dengan hasil pemeriksaan bayi.
Setelah dilakukannya pengkajian dan ditetapkan diagnosa, pada kasus ini telah
ditetapkan penanganan segera baik secara mandiri yaitu dengan perawatn bayi dalam
inkubator dan pemberian nutrisi terjadwal (on demand), sedangkan tindakan kolaborasi
yaitu dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemebrian terapi dan
cairan atau infus. Tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena
telah sesuai dengan asuhan kebidanan yang ada.
Perencanaan asuhan yang akan diberikan pada bayi baru lahir telah sesuai dengan
advice dokter dan kebutuhan bayi BBLR. Semua perencanaan yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah bayi sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
Pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya telah
terlaksana secara efisien dan aman dari pelaksanaan asuhan yang pertama hingga terakhir.
Dalam pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek karena
pelaksanaan telah sesuai dengan teori yang ada.
Langkah terakhir yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan yang telah
dilakukan dapat terselesaikan dengan baik. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek karena hasil evaluasi telah sesuai dengan
pelaksanaan yang dilakukan pada bayi Ny. Y.

37
Pada kasus ini, ditemukan bahwa salah satu penyebab terjadinya BBLR pada bayi
yaitu karena faktor penyakit yang dimiliki oleh ibu yaitu penyakit DM dan ibu memiliki
riwayat kelahiran preterm sebelumnya dan BBLR.

38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
2. Mahasiswa telah mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa pada
bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan pada bayi Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU
RSUP Mataram.
4. Mahasiswa telah mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
5. Mahasiswa telah mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.
Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
6. Mahasiswa telah mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. Y
dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram.
7. Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada bayi
Ny. Y dengan berat badan lahir rendah preterm di Ruang NICU RSUP Mataram

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan bahan evaluasi terhadap
kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Hasil laporan ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menilai sejauhmana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
ilmu yang telah didapatkan dari teori.

5.2.2 Bagi Lahan Praktek


Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit agar dapat
mempertahnkan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien.

5.2.3 Bagi Mahasiswa


Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan tolak ukur mahasiswa untuk dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa sendiri dalam menerapkan ilmu di lahan
praktek, dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk kesempurnaan praktek yang
selanjutnya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta

Manuaba. (2009). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: Candradinata

Muslihatun, Wafi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT. Bina
Pustaka: Jakarta.

Proverawati, A. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika: Yogyakarta.

Puspitasari, N. (2011). Buku Panduan Neonatus & Balita. Semarang: Gramedia Pustaka.

Pudjiadi, dkk (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Nuha
Medika: Yogyakarta.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Varney, Helen. Dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Word Health Organization (WHO). 2013. Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO

40

Anda mungkin juga menyukai