Anda di halaman 1dari 7

RESUME

KASUS PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

1. Pengamatan pada Kanalis Servikalis dan Kavum Uteri


Pengamatan Kanalis Servikalis
Kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri internum. Dalam
menghadapi kehamilan muda dengan perdarahan selalu harus diperiksa apakah kanalis
servikalis tertutup atau terbuka, yang terpenting adalah ostium uteri internum (o.u.i).
apabila o.u.i terbuka dan teraba jaringan di dalam cavum uteri atau kanalis servikalis, ini
berarti abortus inkompletus. Kelahiran mioma, inversion uteri, dan incompetent cervix
disertai pula terbukanya kanalis servikalis.
Pengamatan kavum uteri
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri
submukosum. USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan
pada pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri
submukosum disarankan untuk melakukan SIS atau histeroskopi. Keuntungan dalam
penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.

2. Ultrasonografi Endometrium
 Salah satu pemeriksaan penunjang dasar yang penting pada penegakkan diagnosis
endometriosis adalah USG
 USG dapat dilakukan melalui perut, vagina, ataupun melalui anus
 Pemeriksaan melalui vagina merupakan pilihan pertama, karena kualitas gambar
yang dihasilkan lebih baik dibandingkan melalui perut
 Probe USG berukuran kecil, sehingga pemeriksaan ini biasanya tidak
menimbulkan rasa nyeri, namun dapat memberikan rasa tidak nyaman
 Probe USG vagina atau anus selalu dilapisi oleh kondom sehingga aman untuk
dipakai pada pasien yang berbeda
 Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan organ Rahim, indung telur, dinding usus,
dan rongga elvik pada umunnya
 Kelainan yang dapat dijumpai pada endometriosis misalnya adanya pembesaran
rahim, pembesaran indung telur, nodul endometriosis dan adanya perlengketan
diantara organ-organ tersebut
 USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang
merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium .
 Terdapat faktor risiko diabetes melitus, hipertensi, obesitas, nulipara. Perempuan
dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectar cancer memiliki risiko kanker
endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon terhadap pengobatan).
 Beberapa teknik pengambilan sample endometrium seperti D & K dan biopsi
endometrium dapat dilakukan.

3. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium adalah proses pengambilan sampel jaringan dari
endometrium agar dapat diperiksa. Dokter yang dapat melakukan tindakan ini adalah
dokter kandungan. Sistem reproduksi wanita terdiri dari beberapa bagian, seperti ovarium
yang menghasilkan sel telur, rahim, tuba falopi yang merupakan tempat berpindahnya sel
telur, dan serviks yang menghubungkan rahim ke vagina dan berperan sebagai pintu
masuk ke rahim. Sementara itu, rahim sebagian besar terdiri dari korpus atau bagian
dalam rahim di mana bayi akan tumbuh. Rahim memiliki dua lapisan, salah satunya
adalah endometrium, yang dapat ditemukan di bagian dalam rahim. Endometrium adalah
penanda yang baik akan adanya gangguan hormon karena struktur endometrium, seperti
ketebalannya, akan berubah saat siklus menstruasi. Apabila wanita hamil, ketebalan
endometrium akan bertambah sebagai respon terhadap bertambahnya produksi estrogen.
Hal ini dilakukan untuk menyiapkan rahim untuk pertumbuhan janin. Apabila tidak
terjadi fertilisasi, tubuh akan menghasilkan lebih banyak progesteron, yang akan
menipiskan endometrium, sehingga endometrium akan meluruh dan menjadi aliran darah
saat menstruasi. Semua bagian sistem reproduksi dapat mengalami kelainan, terutama
rahim dan endometrium. Kelainan yang dapat terjadi meliputi kanker rahim atau
endometrium, endometriosis (pertumbuhan endometrium di luar rahim), dan fibroid
(tumor jinak di dalam rahim). Biopsi dapat membantu dokter kandungan untuk lebih
memahami penyebab kelainan ini sehingga mereka dapat memberikan pengobatan yang
tepat.
Biopsi endometrium sering disarankan bagi wanita yang mengalaman pendarahan
yang tidak normal. Pendarahan tidak normal dapat berupa pendarahan yang banyak atau
berat saat menstruasi, menstruasi yang tidak teratur, atau tidak terjadinya menstruasi.
Semua kelainan tersebut dapat menandai adanya beberapa gangguan, termasuk
ketidakseimbangan hormon atau penyakit seperti kanker. Endometriosis adalah penyakit
di mana endometrium tumbuh di luar rahim dan menyebar ke organ di sekitarnya, seperti
ovarium dan usus. Endometrium masih dapat menebal, yang dapat menyebabkan iritasi
pada organ, sehingga menyebabkan terjadinya lesi. Endometriosis sering menyebabkan
menstruasi yang sangat menyakitkan dan ketidaksuburan. Kanker rahim dan
endometrium disebabkan oleh kelainan sel tertentu yang terus tumbuh dan menyebar.
Kanker rahim adalah kanker yang terjadi di bagian dalam rahim. Biopsi endometrium
juga dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hiperplasia, yaitu bertambah
besarnya endometrium akibat produksi sel yang tidak normal. Hiperplasia sering
dianggap sebagai tahap pra-kanker. Biopsi endometrium juga dapat berfungsi sebagai
salah satu alat pemeriksaan untuk ketidaksuburan, namun hanya yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon dan gangguan metabolisme, yang dapat mencegah sel telur
menjadi matang atau menebalnya endometrium sehingga endometrium tidak dapat
menopang rahim saat kehamilan. Wanita yang telah mengalami menopause juga dapat
menjalani biopsi endometrium apabila mereka terus mengalami pendarahan yang tidak
normal. Biopsi endometrium adalah penanda yang baik untuk mengetahui keberhasilan
terapi hormon dan kesuburan. Beberapa wanita menjalani Pap smear terlebih dahulu. Pap
smear adalah pemeriksaan kanker serviks yang dilakukan dengan mengambil sampel sel
dari serviks. Apabila hasilnya menunjukkan adanya kelainan, dokter kandungan dapat
meminta dilakukan pemeriksaan lainnya, seperti biopsi endometrium, untuk
menghasilkan diagnosis yang akurat. Biopsi endometrium tidak boleh dilakukan pada
wanita yang hamil, memiliki kelebihan berat badan yang parah, atau telah didiagnosis
menderita kanker sistem reproduksi. Peradangan pada vagina atau panggul juga dapat
menghambat kemampuan tes ini untuk mendeteksi kelainan. Pasien kemungkinan harus
menunggu sampai pendarahan berhenti sebelum menjalani tes ini. Biopsi endometrium
dapat diselesaikan dalam waktu 10 menit, namun hasilnya baru akan keluar setelah satu
minggu, yang akan menunjukkan apakah ada kelainan pada struktur, jaringan, dan sel
endometrium.

 Cara Kerja Biopsi Endometrium


Biopsi endometrium tidak membutuhkan obat bius, walaupun beberapa pasien
meminta pemberian obat bius untuk mengurangi kegelisahan mereka. Selama
tindakan, pasien akan diminta berbaring di meja pemeriksaan, dengan telapak kaki
di atas bantalan kaki dan kaki yang terbuka lebar. Kemudian, dokter kandungan
akan memasukkan spekulum secara perlahan agar vagina tetap terbuka dan tidak
goyah selama tindakan, sehingga ia dapat melihat serviks. Setelah itu, sebuah alat
akan digunakan untuk membuka serviks dan terkadang menarik serviks apabila
lubang serviks dirasa masih terlalu sempit. Zat penghilang rasa dapat digunakan
untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan dan nyeri. Sampai proses ini, dokter
kandungan memiliki setidaknya tiga pilihan cara pengambilan sampel
endometrium. Sampel dapat diambil dengan pipet, yang akan menyedot lapisan
endometrium. Pengambilan sampel juga dapat dilakukan dengan penyedotan
elektronik atau irigasi jet, yang menggunakan air untuk meluruhkan lapisan
endometrium. Setelah sampel diambil dan jaringan endometrium dikirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan, pasien akan dijadwalkan untuk kunjungan
selanjutnya, di mana hasil biopsi akan dibicarakan.

 Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Biopsi Endometrium


Pasien dapat merasakan ketidaknyamanan dan rasa sakit saat biopsi endometrium.
Pasien juga dapat mengalami kram perut dan pendarahan, namun keduanya akan
berhenti beberapa jam setelah tindakan. Walaupun jarang terjadi, tindakan ini dapat
menyebabkan kerobekan rahim, infeksi panggul, atau nyeri pada pelvis.

4. Persiapan dalam pemeriksaan diagnostik perdarahan uterus abnormal


a. Persiapan pasien
Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling dan persetujuan tindakan
medis. Melakukan pemeriksaan umum meliputi : tekanan darah, nadi, keadaan
jantung, dan paru-paru.
b. Persiapan alat
Persiapan alat meliputi : 2 spekulum, sonde uterus, dilatator hegar berbagai ukuran,
sendok kuret berbagai ukuran, cunam abortus, pinset, klem, kain steril dan 2 sarung
tangan steril. Alat-alat tersebut dalam keadaan yang steril dan diletakkan dalam bak
alat.
c. Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong
Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi : menggunakan baju tindakan,
pelindung kaki (alas kaki terbuat dari karet), kaca mata pelindung, masker, dan
sarung tangan steril.
d. Persiapan obat yang akan digunakan
Persiapan obat yang digunakan meliputi analgetika (petidin 1-2mg/kg berat badan),
sedativa (diazepam 10 mg), atropine sulfas 0,25 mg, oksigen serta regulator, larutan
antiseptik (povidoniodin 10%). Uterotonika (oksitosin 10 IU).

Tindakan kuretase :
a. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi.
b. Bagian bawah perut dan lipatan paha dibersihkan.
c. Pemberian sedativa dan analgetika dapat diberikan secara IV atau IM.
d. Memberikan cairan antiseptik pada vagina dan serviks. e. Memberikan oksitosin 10
IU atau metergin 0,2 mg untuk mencegah perforasi uterus dan meningkatkan
kontraksi uterus.
e. Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui bukaan serviks, besar, arah,
dan resiko terjadi perforasi.
f. Serviks dilakukan penjepitan diarah jam 11.00 dan 13.00 menggunakan tenakulum
atau dapat digantikan dengan menggunakan cunam ovum. Lignokain 0,5 % 1 ml
diberikan jika penjepitan dilakukan menggunakan tenakulum. h. Dilatasi dilakukan
dengan menggunakan dilatator sampai dapat dilalui oleh sendok kuret. Sendok kuret
dimasukkan melalui kanalis servikalis.
g. Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan pemeriksaan menggunakan sonde
uterus.
h. Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara sistematis sampai bersih
dengan tanda seperti menyentuh bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual dilakukan
kembali untuk mengetahui besar dan konsistensi uterus.
i. Pemeriksaan hasil kuretase.
Perawatan pascatindakan dilatasi dan kuretase, yaitu :
1. Pemberian analgetika (paracetamol 500 mg) untuk mengurangi nyeri jika
diperlukan.
2. Anjurkan untuk segera mobilisasi.
3. Memberikan antibiotik profilaksis (amoxcillin 500 mg).
4. Memberikan edukasi Keluarga Berencana (KB).
5. Melakukan observasi meliputi : skala nyeri, jumlah perdarahan pervaginam, dan
tanda-tanda infeksi.
j. Hasil dilatasi dan kuretase dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Bila tidak ditemukan lagi hiperplasia, pasien mendapat pengobatan progesterone
tablet, dilanjutkan dengan tablet MPA 3x10 mg 2 kali seminggu selama 6 bulan.
2. Bila hasil dilatasi dan kuretase ulang tidak menunjukkan adanya perubahan
terhadap pengobatan dengan progesteron maupun analog GnRH, sebaiknya pasien
dianjurkan untuk histerektom.
DAFTAR PUSTAKA

Anggie. 2010. Pemeriksaan Ginekologi.

http://angrainizainul.blogspot.co.id/2010/10/pemeriksaan-ginekologi.html?m=1 .
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017

Docdoc. 2012. Apa itu Biopsi Endometrium : Gambaran Umum, Manfaat, dan
Hasil yang Diharapkan.

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/biopsi/endometrium . Diakses pada


tanggal 30 Oktober 2017

Rahma Fitria. 2011. Perdarahan Uterus Abnormal.

http://rahmafitria.blogspot.id/2011/11/perdarahan-uterus-abnormal-
abnormal.html?m=1. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017

Mulidar, Fera dan Yuwinda Islami, Novita. 2016. Abnormal Uterine Bleeding.

http://albukharisubulussalam.com/index.php?option=com_dropfiles&format=&t

sk=frontfile.download&catid=32&id=id:_4B7CThdciAAAAAAAAAANQ&Itemid=100
000000000 . Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai