Anda di halaman 1dari 208

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PROGRAM

I. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KB


A. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil :
1. Pengertian
Kelas ibu hamil adalah kelas dimana terjadi interaksi yang positif antara sesama
ibu hamil dan fasilitator dalam berkomunikasi, penyampaian informasi dan
peningkatan edukasi peserta kelas ibu.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil agar
memahami tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
memahami perawatan bayi baru lahir demi menunjang upaya pemerintah
dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

b. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus pelaksanaan Kelas Ibu (Mother Class) ini adalah :
1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K di setiap
rumah ibu hamil
2) Terencananya persalinan dengan persiapan yang optimal baik penolong
persalinan, tempat bersalin, pemakaian KB pasca salin, transportasi,
dan lain-lain
3) Meningkatnya persalinan di tenaga kesehatan dengan tersedianya
rumah tunggu bagi wilayah dengan kondisi yang jauh dari fasilitas
kesehatan
4) Meningkatnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan ibu hamil, ibu nifas maupun perawatan bayi baru lahir
5) Meningkatkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ke
fasilitas kesehatan atau ke tenaga kesehatan dengan adanya materi
/pembelajaran yang diberikan pada kelas ibu
6) Mendorong kreatifitas pemegang program dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan pengembangan program kesehatan ibu dan anak

3. Sasaran :
a. Ibu hamil diwilayah puskesmas setempat di seluruh Kabupaten Kutai
Kartanegara
b. Suami/keluarga

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 1


4. Manfaat :
Keuntungan yang bisa didapatkan dengan dilaksanakannya kelas ibu adalah :
a. Materi bisa diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan
pedoman kelas ibu hamil
b. Penyampaian materi lebih konprehensif karena ada persiapan petugas
sebelum penyajian materi
c. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk materi tertentu
d. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian terstruktur
dengan baik
e. Ada interaksi antara petugas dengan ibu hamil
f. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan
g. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran

5. Pelaksanaan
a. Tempat/lokasi Pelaksanaan :
Pelaksanaan (pembentukan dan pembinaan) kelas ibu hamil dilakukan
diwilayah kerja puskesmas, baik didalam gedung puskesmas, di puskesmas
pembantu, polindes, posyandu, kantor desa maupun dimasyarakat yang
waktunya telah disepakati bersama

b. Lingkup Kegiatan :
Pembinaan didalam kelas ibu dengan pemberian materi yang disampaikan
oleh fasilitator, dilaksanakan minimal 4 kali dalam setiap kelas ibu dengan
frekuensi 1-1-2 (1 kali pada TM-1, 1 kali pada TM-2 dan 2 kali pada TM-3)

c. Teknis Pelaksanaan :
1) Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah,
swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat
2) Sosialisasi kelas ibu hamil pada stakeholder, tokoh agama dan
masyarakat
3) Identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada diwilayah kerja
4) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil :
a) Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang
b) Alat tulis menulis (papan tulis, spidol, bolpoint, buku catatan, dan
lain-lain)
c) Buku KIA
d) Lembar balik kelas ibu hamil
e) Buku pedoman kelas ibu hamil
f) Buku pegangan fasilitator
g) Alat peraga (KB kit, food model, boneka, selendang kanguru, dan
lain-lain)
h) Tikar/karpet/matras

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 2


i) Bantal dan kursi
j) Buku senam ibu hamil atau CD senam hamil
5) Mempersiapkan materi alat bantu penyuluhan, jadwal pelaksanaan
serta materi yang akan disampaikan
6) Mempersiapkan peserta kelas ibu
7) Mempersiapkan tim fasilitator pelaksanaan kelas ibu
8) Pelaksanaan kelas ibu hamil dilaksanakan sesuai kesepakatan antara
bidan dan ibu hamil
9) Langkah dalam proses pembelajaran, yaitu :
a) Pengkondisian peserta (5 menit)
b) Penyampaian materi (80 menit)
c) Rangkuman dan kesimpulan (5 menit)
10) Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan
pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.
Hal-hal yang perlu dimonitor antara lain adalah :
a) Peserta (keadaan dan minat, kehadiran, keaktifan bertanya dan
lain-lain)
b) Sarana dan prasarana
c) Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu,
membangun suasana belajar dan hal lainnya)
d) Waktu (ketepatan waktu dan sebagainya)
11) Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik sisi positif
maupun negatif dari pelaksanaan kelas ibu.
Cara melakukan evaluasi pelaksanaan kelas ibu hamil adalah
sebagaiberikut :
a) Sebelum penyajian materi pada setiap pertemuan kelas ibu hamil
terlebih dahulu dilakukan pre-test
b) Hasil evaluasi pre-test dikumpulkan, diperiksa, ditabulasi dan
dianalisa. Hal ini dilakukan setiap kali pertemuan.
c) Lakukan evaluasi akhir (post test) ditiap kali pertemuan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman ibu hamil tentang materi
yang diberikan
12) Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir
pelaksanaan kelas ibu hamil diwilayah kerjanya
13) Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kelas
ibu hamil dari identifikasi calon peserta, koordinasi dengan
stakeholder, fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
hasil pelaksanaan kelas ibu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 3


6. Pertanggungjawaban :
Bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kelas ibu adalah sebagai berikut :
a. Adanya narasi pelaksanaan
b. Adanya jadwal materi
c. Daftar ibu hamil disetiap kelas ibu binaan
d. Daftar hadir ibu hamil dalam setiap pembinaan
e. Lampiran materi
f. Kuesioner pre-test dan post-test
g. Lampiran nilai pre-test dan post-test
h. Dokumentasi kegiatan
i. Laporan pelaksanaan Kelas Ibu

B. Pendampingan P4K :
1. Pengertian :
Singkatan dari Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
yaitu merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari pendataan ibu hamil,
P4K dengan stiker, kunjungan rumah, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan pelayanan KB pasca salin.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.
b. Tujuan Khusus :
1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap
rumah ibu hamil
2) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB
pasca persalinan yang sesuai yang disepakati ibu hamil, suami,
keluarga dan bidan
3) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas
4) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan
KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 4


3. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan P4K adalah :
a. Kepala Puskesmas
b. Bidan Koordinator
c. Dokter
d. Bidan
e. Kader kesehatan
f. Forum Peduli P4K (Forum P4K/Pokja Posyandu, dll)
g. Ibu hamil

4. Manfaat :
a. Mempercepat berfungsinya Desa Siaga
b. Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar
c. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan
d. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun
e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
f. Meningkatnya peserta KB pasca persalinan
g. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
h. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi

5. Pelaksanaan
a. Orientasi P4K dengan stiker :
Orientasi ditujukan untuk pengelolaan program dan stakeholder terkait
ditingkat kecamatan dan kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan sosialisasi tentang tujuan, manfaat, mekanisme pelaksanaan,
sistem pencatatan dan pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan
dan diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana dilapangan.
b. Sosialisasi P4K (bagi yang belum pernah melaksanakan kegiatan ini) :
Sosialisasi ditujukan kepada camat, kepala desa/lurah, bidan, dukun bayi,
tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta lintas sektor ditingkat
kecamatan, desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
sosialisasi tentang tujuan, manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar
mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanaannya
dilapangan.
c. Operasionalisasi P4K dengan stiker :
1) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan :
Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah dan dihadiri oleh bidan
desa, kader, dukun bayi, tokoh masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam
membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu yang
diwujudkan dengan mendata jumlah ibu hamil yang ada diwilayah
desa, serta membahas dan menyepakati calon donor darah, transport
dan pembiayaan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 5


2) Mengaktifkan forum peduli KIA :
Forum peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-forum yang
sudah ada di masyarakat, antara lain : GSI, forum Desa Siaga, Pokja
Posyandu, dll.

3) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker :


Bidan didesa bersama kader dan atau dukun melakukan kontak dengan
ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker,
termasuk pemakaian KB pasca persalinan. Petugas harus mampu
memberikan penjelasan/konseling kepada keluarga tentang pentingnya
perencanaan persalinan serta bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan
keluarga bila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.

4) Pendataan jumlah ibu hamil diwilayah desa :


Pendataan jumlah ibu hamil diwilayah desa dilakukan setiap bulan
secara teratus untuk up-dating, dan disampaikan pada setiap pertemuan
bulanan. Kemudian pemberian konseling pada ibu hamil, dilanjutkan
dengan penempelan stiker dirumah ibu hamil dan pemberian buku KIA
kepada ibu hamil tersebut.

5) Pemasangan stiker dirumah ibu hamil :


Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh bidan, kemudian stiker
tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya didepan rumah dan
ibu hamil telah diberikan buku KIA untuk dipahami isinya). Stiker P4K
ini memuat informasi tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan
darah ibu hamil, nama pendamping persalinan diarahkan agar suami
yang mendampingi (tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan
menolong persalinan, rencana nama pendonor darah yang akan diminta
bila ibu mengalami kegawatdaruratan dan rencana transportasi/
ambulans desa yang akan dipakai bila ibu mengalami kegawatdaruratan
dan rencana pembiayaan (jamkesda, tabulin, dasolin).
Melalui stiker, pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan
secara intensif oleh bidan bersama suami, keluarga, kader, masyarakat,
forum peduli KIA, serta pendeteksian dini kejadian komplikasi sehingga
ibu hamil dapat menjalani kehamilan, persalinan dan nifas dengan aman
dan selamat, serta bayi yang dilahirkan sehat.

Pemasangan “Stiker P4K” bukanlah sekedar menempelkan stiker pada


setiap rumah ibu hamil, tapi harus dilakukan konseling pada ibu hamil,
suami dan keluarga untuk mendapat kesepakatan dan kesiapan dalam
merencanakan persalinan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 6


6) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi / ambulans desa :
Dalam rangka pengelolaan golongan darah ini, dikembangkan upaya
bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi lebih
berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk
mengisi persediaan darah di UTD RS. Untuk memastikan kegiatan
donor darah dan ambulan desa berjalan dengan maksimal maka perlu
dilakukan upaya partisipatif bidan bekerjasama dengan forum peduli
KIA, dukun, dan sektor terkait, dipimpin kepala desa/lurah
mewujudkan komitmen bersama dimasyarakat dalam penyediaan donor
darah dan sarana transportasi/ambulan desa. Komitmen tersebut dapat
diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi
pendonor darah atau sarana transportasi/ambulan desa bagi warga yang
bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor darah atau pemakaian
kendaraannya sewaktu-waktu bila diperlukan dalam situasi
kegawatdaruratan.
Surat Pernyataan Kesediaan tersebut dapat dituangkan dalam satu
lembar kertas yang memberikan informasi tentang nama, alamat,
nomor HP/telepon, umur, golongan darah atau jenis kendaraan.
Selanjutnya surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat
dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Terakhir surat pernyataan harus ditandatangani oleh yang membuat
pernyataan dan diketahui oleh Kepala Desa/Lurah setempat.
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan dan membuat daftar
tertulis orang-orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau
sarana transportasi/ambulans desa. Daftar ini dibuat diatas kertas karton
besar atau di papan tulis dan kemudian disosialisasikan kepada
masyarakat luas didesa/kelurahan.

7) Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin / Dasolin :


Lakukan pembahasan dipertemuan desa/kelurahan tentang mekanisme
penggunaan, pengelolaan dan pengawasan tabulin/dasolin. Mekanisme
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada keinginan dan kesepakatan
masyarakat. Namun sebagai panduan ketika melakukan fasilitasi
mekanisme penggunaan, pengelolaan dan pengawasan tabulin/dasolin
memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu :
Pengumpulan dan penyimpanan dana :
 Penyepakatan bersama jangka waktu pengumpulan dana
 Penyepakatan jumlah dana yang dikumpulkan
 Penyepakatan cara pengumpulan dan penyimpanan dana
 Pengesahan penanggungjawab pengumpul dan pengelola dana

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 7


Penggunaan Dana :
 Penyepakatan kategori pemanfaat
 Penetapan jumlah dana
 Penetapan besarnya dana yang dapat dimanfaatkan
 Penetapan bentuk dan jangka waktu pengembalian (jika bersifat
pinjaman)
 Penetapan tata cara pemanfaatan

Pengawasan dan Pelaporan Dana :


 Penetapan penanggungjawab pengawasan
 Penetapan bentuk pelaporan keuangan
 Penetapan tata cara pengawasan

8) Pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan:


Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta
dengan suami dan/keluarga atas komponen-komponen P4K dengan
stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang sanggup
menjadi pendonor darah, warga yang memiliki sarana
transportasi/ambulan desa, proses pencatatan perkembangan ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusu dini,
kesiapan bidan untuk kunjungan nifas, termasuk upaya penggalian dan
pengelolaan dana.
Dalam amanat persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan
dana, transportasi dan pendonor darah yang akan membantu ibu jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang
akan menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh
tanda tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat dan bidan. Amanat
persalinan ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan
yang sangat dibutuhkan pada saat kritis.
Dokumen Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil
dengan stiker. Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda
kesiapsiagaan, sementara Amanat Persalinan memperkuat komitmen
ibu hamil dan suami, yang berisi komponen berikut :
a) Warga yang sanggup menjadi pendonor darah
b) Warga yang memiliki sarana transportasi/ambulan desa
c) Proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir
d) Rencana pendampingan suami saat persalinan
e) Rencana inisiasi menyusu dini
f) Rencana penggunaan KB pasca persalinan
g) Kesiapan bidan untuk kunjungan nifas
h) Upaya penggalian dan pengelolaan dana

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 8


d. Rekapitulasi pelaporan :
1) Data yang telah didapat dari isian stiker dan data pendukung lainnya,
bidan didesa melakukan pencatatan di buku KIA untuk disimpan dan
dipelajari oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan sampai dengan
bayi yang dilahirkan berumur 5 tahun. Disamping itu, juga dicatat di
kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan. Bidan
didesa memberikan pelayanan sesuai standar dan pemantauan ibu
hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu (termasuk
laporan dari dokter dan BPS didesa tersebut) ke puskesmas setiap
bulan.
2) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh
bidan didesa/kelurahan dan juga laporan dari rumah bersalin swasta
serta melakukan PWS-KIA dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten setiap bulan.
3) Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan rekapitulasi dan analisa
laporan dari seluruh laporan puskesmas diwilayahnya dan laporan
yankes ibu dari Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, serta melakukan
PWS-KIA, evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
setiap bulan.

e. Forum Komunikasi :
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K dimasing-masing tingkat
wilayah dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi mempunyai wadah
forum komunikasi yang meliputi lintas program dan lintas sektor.

6. Pertanggungjawaban
Dokumen pertanggungjawaban kegiatan pendampingan P4K adalah sebagai
berikut :
a. Narasi kegiatan pendampingan P4K
b. Rekapitulasi hasil pendampingan P4K
c. Fc lembar amanat persalinan
d. Fc stiker P4K
e. Fc lembar identitas ibu hamil yang ada di buku KIA
f. Dokumentasi kegiatan

C. Kunjungan Rumah (Home Visit) Maternal


1. Home Visit Ibu Hamil :
a. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah ibu hamil yang dilakukan oleh bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan laboratorium, konseling
serta pelayanan lainnya yang dibutuhkan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 9


b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil sesuai standar
yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan KIA.
2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
b) Mempermudah akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
ANC berkualitas;
c) Mendeteksi secara dini adanya faktor risiko dan risiko tinggi pada
ibu hamil;
d) Mengingatkan dan memotivasi ibu, suami/keluarga tentang P4K;
e) Melakukan tindak lanjut pemeriksaan ibu hamil hasil feedback dari
Rumah Sakit;
f) Membangun komunikasi persuasif dengan ibu hamil,
suami/keluarga, forum peduli KIA, dukun bayi, dll;
g) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan ibu dan anak.

c. Sasaran :
1) Ibu hamil yang tidak datang memeriksakan diri
2) Ibu hamil yang tercatat sebagai bumil berisiko tinggi
3) Ibu hamil yang membutuhkan pengawasan

d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan K1 ibu hamil
2) Meningkatkan cakupan K6 ibu hamil
3) Meningkatkan cakupan ANC sesuai standar
4) Meningkatkan deteksi dini dan pengawasan ibu hamil risiko tinggi
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6) Meningkatnya kemitraan bidan dengan dukun bayi
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu hamil

e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi ibu hamil diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data kohort ibu hamil
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon ibu/suami/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku KIA
 Form home visit ibu hamil
 Tensimeter
 Stetoskop

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 10


 Doppler / stetoskop monoaural
 Metlin / pita ukur
 Pita LILA
 Set pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan
 Tablet tambah darah
 Vaksin Tetanus Toxoid (jika memungkinkan)
 Surat rujukan
c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
 Memberikan pelayanan ANC sesuai standar
 Penyuluhan/konseling dengan panduan buku KIA sesuai dengan
masalah dan kebutuhan ibu, melakukan feedback hasil
konseling, memberikan paraf, nama pemeriksa dan tanggal
 Konseling tentang perencanaan persalinan (P4K)
 Motivasi persalinan dibidan pada waktu menjelang persalinan
 Membangun komunikasi persuasif dengan dukun bayi dan
forum peduli KIA untuk peningkatan partisipasi aktif unsur
masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak
 Melakukan rujukan jika diperlukan
d) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh ibu
e) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku
KIA ibu
f) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan yang ada di buku KIA ibu dengan foto copy atau foto
dari kamera
5) Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam kohort
ibu, kartu ibu dan atau kantong persalinan setiba di puskesmas
6) Membuat laporan hasil kegiatan

f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi ibu hamil yang diberikan pelayanan
3) Form home visit yang ditandatangani oleh ibu
4) Fc lembar identitas ibu di buku KIA
5) Fc lembar pelayanan ibu hamil di Buku KIA
6) Fc kartu ibu
7) Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 11


2. Home Visit Ibu Nifas dan Neonatus
a. Pengertian :
Kunjungan rumah ibu nifas dan neonatus yang dilakukan oleh bidan untuk
melakukan pemeriksaan ibu nifas dan neonatus, konseling serta pelayanan
lainnya yang dibutuhkan.
b. Tujuan :
1) Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu nifas dan bayi baru lahir
sesuai standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan KIA.
2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan KF dan KN;
b) Mempermudah akses ibu nifas untuk mendapatkan pelayanan nifas
yang berkualitas;
c) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan neonatal esensial
pada bayi baru lahir;
d) Mendeteksi secara dini adanya faktor risiko dan risiko tinggi pada
ibu nifas;
e) Melakukan tindak lanjut pemeriksaan pada ibu nifas hasil feedback
dari Rumah Sakit;
f) Mengingatkan dan memotivasi ibu, suami/keluarga tentang KB
pasca salin;
g) Meningkatkan cakupan KB pasca salin;
h) Membangun komunikasi persuasif dengan ibu nifas,
suami/keluarga, forum peduli KIA, dukun bayi, dll;
i) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan ibu dan anak.

c. Sasaran :
1) Ibu nifas yang tidak datang memeriksakan diri
2) Ibu nifas yang tercatat sebagai ibu nifas berisiko tinggi
3) Ibu yang membutuhkan pengawasan
4) Bayi baru lahir

d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan KF lengkap
2) Meningkatkan cakupan KN1 dan KNL
3) Meningkatkan cakupan KB Pasca Salin
4) Meningkatkan deteksi dini dan pengawasan pada ibu nifas risiko tinggi
dan BBL
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6) Meningkatnya kemitraan bidan dengan dukun bayi
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu nifas dan BBL

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 12


e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi ibu nifas diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data kohort ibu nifas dan bayi
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon ibu/suami/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku KIA
 Form home visit ibu nifas
 Form home visit neonatus/bayi
 KI/KB beserta informed consent
 Form MTBM
 Tensimeter
 Stetoskop
 Set pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan
 Tablet tambah darah
 Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU)
 Salep mata antibiotika, vitamin K1 1 mg
 Vaksin Hepatitis B (jika diperlukan)
 Kasa steril
 Surat rujukan
 Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) KB

c) Melakukan kunjungan rumah untuk pelayanan kesehatan pada ibu


nifas dengan :
 Memberikan perawatan ibu nifas sesuai standar
 Penyuluhan/konseling dengan panduan buku KIA sesuai dengan
masalah dan kebutuhan ibu, melakukan feedback hasil
konseling, memberikan paraf, nama pemeriksa dan tanggal
 Konseling tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, KB
pasca salin (motivasi prioritas untuk KB MKJP)
 Memberikan 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas
(masing-masing kapsul diminum dengan selisih waktu 24 jam)
 Membangun komunikasi persuasif dengan dukun bayi dan
forum peduli KIA untuk peningkatan partisipasi aktif unsur
masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak
 Melakukan rujukan pada ibu nifas jika diperlukan
 Memberikan pelayanan KB pasca salin sesuai metode
kontrasepsi yang dipilih oleh ibu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 13


d) Memberikan pelayanan neonatal esensial dasar dengan :
 Menjaga bayi tetap hangat
 Bersihkan jalan nafas (bila perlu)
 Keringkan dan jaga bayi tetap hangat
 Potong dan ikat tali pusat tanpa membuhuhi apapun, kira-kira 2
menit setalah lahir
 Inisiasi Menyusu Dini
 Salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata
 Suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler, dipaha kiri
anterolateral
 Imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml intramuskuler, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik :
- Lihat postur, tonus dan aktivitas
- Lihat kulit
- Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada
- Hitung denyut jantung
- Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan thermometer
- Lihat dan raba bagian kepala (bentuk kepala dan ubun-
ubun)
- Memeriksa mata
- Memeriksa mulut (bibir, gusi, langit-langit, refleks hisap)
- Melihat dan meraba perut
- Memeriksa dan merawat tali pusat
- Melihat punggung dan meraba tulang belakang
- Melihat akstremitas
- Memeriksa anus
- Melihat dan raba alat kelamin luar
- Menimbang bayi
- Mengukur panjang badan
- Mengukur lingkar kepala bayi
- Menilai cara menyusui
 Semua penilaian pada bayi baru lahir dengan menggunakan
metode Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
 Bagi daerah yang sudah melaksanakan SHK, lakukan :
- Pengambilan darah untuk Skrining Hipotiroid Kongenital
- Mengirimkan sample darah sesuai wilayah yang telah
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan
- Konfirmasi hasil SHK (jika positif)
 Melakukan rujukan pada neonatus jika diperlukan
e) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh ibu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 14


f) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan ibu kedalam
buku KIA ibu (pada lembar catatan kesehatan ibu nifas sesuai
periode kunjungan) dan hasil pemeriksaan bayi pada lembar
catatan kesehatan bayi baru lahir sesuai periode kunjungan.
g) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan yang ada di buku KIA ibu dengan foto copy atau foto
dari kamera
5) Setiba di puskesmas, petugas mencatat semua data, informasi dan hasil
pemeriksaan kedalam register kunjungan rumah, kohort ibu nifas dan
kohort bayi
6) Membuat laporan hasil kegiatan

f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi ibu nifas dan neonatus yang diberikan pelayanan
3) Form home visit ibu nifas yang ditandatangani oleh ibu
4) Form home visit neonatus/bayi
5) Fc lembar identitas ibu di buku KIA
6) Fc lembar catatan kesehatan ibu nifas di Buku KIA
7) Fc KI/KB jika pasien berhasil dilakukan pelayanan KB pasca salin
8) Fc lembar catatan hasil pelayanan kesehatan bayi baru lahir
9) Fc kartu ibu dan kartu bayi
10) Form. MTBM dengan klasifikasinya
11) Dokumentasi kegiatan

D. Tindak Lanjut dan Rujukan Ibu Maternal Resiko Tinggi


1. Pendahuluan
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,
selamat serta melahirkan bayi yang sehat juga. Oleh karena itu setiap ibu hamil
harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan adanya
masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janinnya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah upaya kesehatan. Untuk mendapatkan
mutu pelayanan kesehatan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efisien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui tatanan sistem rujukan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 15


2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan ibu maternal resiko tinggi merupakan kegiatan
keberlanjutan dari hasil kunjungan rumah dan atau hasil pelayanan dan temuan
kasus risiko tinggi pada ibu maternal dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan
kasusnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada ibu
maternal dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB)
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan dan skrining kasus resiko tinggi pada ibu maternal
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang dari
fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan mampu PONEK
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dalam
penanganan kegawatdaruratan kasus obstetri

4. Sasaran :
Seluruh ibu maternal yang ada diwilayah kerja masing-masing puskesmas

5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan K1 dan K6
b. Peningkatan cakupan indikator program Penanganan Komplikasi Obstetri
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan dan rumah
sakit

6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping sasaran ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas :
Dalam melakukan pemetaan sasaran diharapkan bisa membuat analisa dan
perhitungan secara riil antara jumlah sasaran yang sudah diberikan
berdasarkan data estimasi dari capil dengan sasaran pelayanan diwilayah
kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data kohort dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data kohort serta melakukan
pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data kohort juga untuk
dilakukan kunjungan rumah bagi ibu yang memiliki risiko tinggi maupun
ibu yang memiliki keterbatasan untuk kontak ke sarana kesehatan.
c. Melakukan pelayanan sekaligus skrining terhadap kasus resiko tinggi :
Pelayanan diberikan dengan berkualitas sesuai standar, teliti dan terintegrasi
dengan program gizi, imunisasi, P2, kesehatan lingkungan dan imunisasi
untuk menemukan sedini mungkin risiko tinggi yang dialami oleh ibu.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 16


d. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Jika dari hasil pelayanan yang diberikan ditemukan risiko tinggi pada ibu
maternal, maka diharapkan agar bidan bisa melakukan konsultasi dengan
dokter dan atau dokter spesialis untuk melakukan rujukan, apakah rujukan
segera ataupun rujukan terencana. Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa
dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses rujukan yaitu
alat transportasi, surat rujukan dan administrasi lainnya (KTP ibu, KK, surat
jaminan, dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan
berlangsung. Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya
bagi rujukan yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit
tujuan rujukan untuk persiapan penanganan pasien.
e. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai. Karena ibu
masih harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.
Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone,
dan sebagainya.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam kohort ibu dan
dibuat dalam pelaporan bulanan yaitu laporan PWS, laporan AMP dan
laporan penanganan kegawatdaruratan obstetri.

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan rujukan ibu maternal risti
b. Rekapitulasi data ibu maternal yang dirujuk
c. Surat rujukan dari puskesmas
d. Visum dan jawaban dari RS rujukan
e. Fotocopy lembar identitas ibu di Buku KIA
f. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu hamil/bersalin/nifas

E. Kemitraan Bidan dan Dukun


1. Pendahuluan
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seseorang
tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam
sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem
kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun
sakit. Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat
tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu
dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar
diantara para anggotanya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 17


2. Pengertian :
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam
upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan
dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada
masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan
dukun serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Kemitraan dukun bayi, kader dan bidan memerlukan dukungan dari lintas
sektor, lintas program dan tokoh masyarakat.

3. Kebijakan :
a. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan
b. Kemitraan bidan dengan dukun dilaksanakan untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan
c. Semua dukun bayi yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan

4. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan rujukan oleh
dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten
2) Meningkatnya alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya
3) Meningkatnya peran dukun sebagai kader kesehatan ibu dan bayi baru
lahir

5. Sasaran :
a. Pengelola dan penanggung jawab Program KIA/KB, Promosi Kesehatan
dan Perencanaan di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas
b. Lintas sektor terkait disetiap jenjang administrasi (disesuaikan jadwal
setempat)
c. Bidan koordinator dan bidan puskesmas dan bidan praktik swasta

6. Sumber Dana :
Dengan menggunakan sumber dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara atau sumber dana DAK APBN

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 18


7. Pelaksanaan
a. Tempat / lokasi pelaksanaan :
Kemitraan bidan dan dukun bayi dilakukan didesa/kelurahan/kecamatan
dengan mengadakan pertemuan lintas sektor, keterlibatan lintas program
dan tokoh masyarakat

b. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi tentang pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
pemeriksaan kehamilan, penanganan ibu hamil risiko tinggi,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas, penanganan bayi baru lahir
dan imunisasi dasar serta Keluarga Berencana
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

c. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan sosialisasi kemitraan bidan dan dukun :
a) Bidan desa melakukan identifikasi dan pendataan tentang dukun
bayi yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, ketrampilan yang
dimiliki dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada bidan
koordinator dan kepala puskesmas
b) Bidan koordinator melakukan rekapitulasi tentang hasil pendataan
dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat dan dukun bayi
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kemitraan
antara bidan dengan dukun dengan terlebih dahulu menampilkan
data PWS, data cakupan persalinan, data kesakitan dan kematian
ibu maternal serta menyampaikan fenomena permasalahan yang
ada
f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 19


2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan kemitraan :
a) Draft kesepakatan kerjasama antara bidan dan dukun bayi dibuat
dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang saling
menguntungkan diantara kedua belah pihak dengan pembagian
peran sesuai referensi/regulasi
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan dukun bayi
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan agar tidak
ada pihak yang dirugikan dengan adanya kegiatan kemitraan
tersebut
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan penandatanganan oleh kedua
belah pihak (bidan dan dukun bayi), diketahui oleh kepala
puskesmas setempat dan disahkan dengan tanda tangan oleh
stakeholder yang hadir
e) Dokumen kesepakatan digandakan dan diberikan oleh kedua belah
pihak
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun, dan jika terdapat
kekeliruan maka akan dilakukan revisi sebelum masa berakhir

3) Kegiatan pembinaan dukun bayi :


a) Kegiatan dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan analisis situasi yang ada. Jika dari aktifitas
yang dilakukan oleh dukun bayi memerlukan pemantauan dan
pembinaan lebih lanjut, maka kegiatan dilakukan dengan frekuensi
lebih banyak.
b) Kegiatan dilakukan dipuskesmas. usahakan ruangan tenang
sehingga proses pembinaan bisa berlangsung dengan baik.
c) Dukun diminta juga membawa laporan hasil kegiatan saat
menghadiri kegiatan pembinaan (kegiatan penyuluhan perorangan,
pemeriksaan kehamilan, rujukan ke tenaga kesehatan,
pendampingan persalinan, perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir).
d) Dalam kegiatan ini disampaikan tentang hal-hal yang perlu diingat
tentang ketrampilan dukun bayi, pelaporan, dsb. Perlu diingatkan
tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh dukun.

4) Penjaringan dan perawatan ibu hamil :


a) Jika dukun atau kader mengetahui ada ibu hamil yang belum
memeriksakan dirinya, segera melaporkan ke bidan setempat (dan
akan lebih baik jika bisa mendampingi dengan mengantar ibu
hamil tersebut ke fasilitas kesehatan).
b) Bidan akan melakukan pemeriksaan, memasukkan data ibu hamil
tersebut kedalam kohort ibu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 20


c) Dalam pelaksanaannya, dukun bayi memiliki kemampuan untuk :
 melaksanakan motivasi untuk pemeriksaan kehamilan ke
fasilitas kesehatan, imunisasi TT, dan kebutuhan konsumsi
tablet tambah darah
 mampu menyebutkan tanda-tanda hamil muda dan hamil tua
 melakukan periksa pandang tentang faktor resiko tinggi yang
ada pada ibu hamil
 melakukan motivasi tentang pemberian ASI sedini mungkin
 mampu melakukan rujukan ke puskesmas
 melakukan motivasi tentang KB setelah bersalin
 memberikan nasehat tentang kebutuhan makanan yang bergizi

5) Pendampingan persalinan dukun oleh tenaga kesehatan :


a) Jika dukun dipanggil untuk melakukan pertolongan persalinan,
maka dukun akan mendampingi untuk melahirkan ke fasilitas
kesehatan
b) Jika ibu atau keluarga tidak berkenan, atau jika kondisi ibu sudah
dekat dengan proses kelahiran, maka dukun juga memanggil bidan
untuk melakukan pertolongan persalinan
c) Dalam hal ini, ketrampilan yang harus dimiliki oleh dukun adalah :
 mampu mengenali tanda-tanda persalinan
 mampu mempersiapkan lingkungan yang bersih untuk bersalin
termasuk kebutuhan untuk ibu dan bayi
 mampu membimbing ibu dalam mengejan
 mampu merawat tali pusat
 mampu membagi vitamin A pada ibu pasca bersalin
 mampu memandikan bayi dengan benar
 mampu menyebutkan tanda-tanda kelainan pada bayi
 mampu memberikan nasehat dan memotivasi pada ibu untuk
menyusui bayinya
 mampu memotivasi ibu untuk pemberian imunisasi dasar pada
bayinya
 mampu memotivasi ibu untuk ber-KB

8. Pertanggungjawaban
a. Kegiatan kesepakatan dalam kemitraan bidan dan dukun :
1) Narasi laporan kegiatan kemitraan
2) Jadwal materi
3) Undangan
4) Daftar hadir peserta pertemuan
5) Lampiran materi kemitraan
6) Draft kerjasama / MoU
7) Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 21


b. Pelaksanaan pendampingan persalinan :
1) Narasi laporan kegiatan pendampingan persalinan
2) Rekapitulasi ibu hamil dan atau ibu bersalin yang dirujuk kebidan
3) Partograf
4) Fotocopy lembar identitas di Buku KIA
5) Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu bersalin di Buku KIA
6) Fotocopy amanat persalinan
7) Dokumentasi kegiatan

F. Pendampingan Persalinan
1. Pengertian :
Merupakan bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan
dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi dengan menempatkan bidan sebagai penolong
persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi
mitra dalam merawat ibu dan bayi dalam masa nifas.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan rujukan oleh
dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten
2) Meningkatnya alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya
3) Meningkatnya peran dukun sebagai kader kesehatan ibu dan bayi baru
lahir

3. Sasaran :
a. Seluruh ibu bersalin yang ada diwilayah kerja puskesmas
b. Dukun bayi yang telah melakukan kemitraan dengan puskesmas setempat

4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana dari DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara

5. Pelaksanaan :
a. Jika dukun dipanggil untuk melakukan pertolongan persalinan, maka dukun
akan mendampingi membawa ibu untuk melahirkan ke fasilitas kesehatan
b. Jika ibu atau keluarga tidak berkenan, atau jika kondisi ibu sudah dekat
dengan proses kelahiran, maka dukun juga memanggil bidan untuk
melakukan pertolongan persalinan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 22


c. Dalam hal ini, ketrampilan yang harus dimiliki oleh dukun adalah :
 mampu mengenali tanda-tanda persalinan
 mampu mempersiapkan lingkungan yang bersih untuk bersalin termasuk
kebutuhan untuk ibu dan bayi
 mampu membimbing ibu dalam mengejan
 mampu merawat tali pusat
 mampu membagi vitamin A pada ibu pasca bersalin
 mampu memandikan bayi dengan benar
 mampu menyebutkan tanda-tanda kelainan pada bayi
 mampu memberikan nasehat dan memotivasi pada ibu untuk menyusui
bayinya
 mampu memotivasi ibu untuk pemberian imunisasi dasar pada bayinya
 mampu memotivasi ibu untuk ber-KB

8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pendampingan persalinan
b. Rekapitulasi ibu hamil dan atau ibu bersalin yang dirujuk kebidan
c. Partograf
d. Fotocopy lembar identitas di Buku KIA
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu bersalin di Buku KIA
f. Fotocopy amanat persalinan
g. Dokumentasi kegiatan

G. Pelacakan dan Pelaksanaan Audit Verbal Kematian Maternal


1. Pendahuluan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indikator kemajuan pembangunan nasional. Kondisi AKI dan AKB memberikan
isyarat dan peringatan kepada pembuat kebijakan dan instansi terkait untuk
melakukan analisa terhadap permasalahan dan kebutuhan untuk mengatasi hal
ini. Kegiatan audit diharapkan bisa memberikan umpan balik yang positif untuk
perbaikan disegala aspek dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

2. Pengertian :
Audit Verbal Kematian Maternal adalah serangkaian kegiatan penelusuran
sebab kematian atau kesakitan ibu guna mencegah kesakitan atau kematian
serupa dimasa yang akan datang.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA ditingkat
kabupaten/kota melalui upaya penerapan tata kelola klinik yang baik
(clinical governance) dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 23


b. Tujuan Khusus :
1) Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan secara
teratur dan berkesinambungan dalam wilayah kabupaten/kota.
2) Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor
penyebab kematian ibu yang dapat dicegah yang meliputi :
a) penyebab yang berhubungan dengan pasien/keluarga seperti :
situasi pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk
masalah sosial ekonomi dan perilaku pasien
b) Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan
c) Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan
kesehatan
d) Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan
3) Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan yang terpadu antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RS
pemerintah dan swasta, puskesmas, RB, BPS, organisasi profesi dan
lintas sektoral
4) Menentukan rekomendasi, intervensi, strategi pembelajaran dan
pembinaan bagi masing-masing pihak terkait dalam upaya mengatasi
masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
5) Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengembangan
terhadap rekomendasi yang disepakati
6) Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling sesuai
diterapkan dimasing-masing wilayah kabupaten/kota atas penyebab
timbulnya morbiditas atau mortalitas ibu

4. Sasaran :
a. Komunitas Pelayanan
b. Kelompok Masyarakat
c. Kelompok Petugas Kesehatan
d. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
e. Kelompok Pembuat Kebijakan

5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN

6. Pelaksanaan :
a. Kasus kematian/kesakitan dilaporkan oleh masyarakat/pasien, petugas
pemberi pelayanan dan institusi pemberi layanan ke puskesmas setempat
b. Untuk kematian yang terjadi dimasyarakat, bidan koordinator/bidan
puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan
menggunakan formulir yang tersedia

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 24


c. Untuk kematian yang terjadi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
(RB, BPS, bidan didesa), bidan koordinator/bidan puskesmas yang ditunjuk
akan melengkapi formulir kematian difasilitas dan otopsi verbalnya
d. Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setempat dalam waktu 3 hari
e. Bila kasus meninggal di institusi pelayanan kesehatan, dilakukan pengisian
formulir tersendiri yang harus dilengkapi oleh dokter penanggung jawab di
institusi pelayanan kesehatan dimana kasus meninggal
f. Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke sekretariat AMP
Kabupaten/kota setempat
g. Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data dan melaporkannya ke
koordinator. Data yang belum lengkap harus dikembalikan ke puskesmas
pengirim untuk dilengkapi. Data yang sudah terkumpul dan lengkap akan di
anonimasi
Sebelum kegiatan ini dijalankan, sebaiknya terlebih dahulu ditetapkan tim AMP
ditingkat puskesmas.
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan audit verbal maternal
b. Rekapitulasi data kematian maternal yang diaudit
c. Berkas/formulir audit verbal maternal
d. SK Tim AMP Puskesmas
e. Dokumentasi kegiatan

H. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini


1. Pengertian :
Inisiasi Menyusu Dini/IMD (Early Initiation) menurut UNICEF merupakan
kondisi ketika bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi
memiliki kemampuan untuk dapat menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi
kontak kulit ibu dan kulit bayi setidaknya dalam 60 menit pertama setelah bayi
lahir. Cara bayi melakukan IMD dinamakan the breast crawl atau merangkak
mencari payudara.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya
sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan
dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya
selama satu jam didada ibu, sampai menyusu sendiri.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menurunkan angka kematian bayi dan menunjang keberhasilan menyusui
secara eksklusif
b. Tujuan Khusus :
1) Mengurangi resiko kematian pada bayi baru lahir
2) Memberikan rasa nyaman pada bayi
3) Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
4) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 25


3. Manfaat :
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Ini akan menurunkan risiko kematian karena kedinginan
(hypothermia)
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih
stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian
energi
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit
ibunya dan bayi akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ‘baik’ dari
kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni dikulit
dan usus bayi
d. Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam
waktu yang lama
e. Hentakan kepala kedada ibu, sentuhan tangan bayi diputing susu dan
sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting susu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan lebih lama disusui
g. Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih dulu mendapatkan
kolostrum. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh,
penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus,
bahkan kelangsungan hidup bayi

4. Sasaran :
Seluruh ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan ibu bersalin yang
ditolong oleh dukun dengan didampingi oleh bidan

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN).

6. Pelaksanaan
a. Tahap persiapan (untuk menunjang keberhasilan terlaksananya IMD) :
1) Petugas telah memahami dengan baik manfaat IMD dan memahami
bagaimana proses pelaksanaannya
2) Didalam pelaksanaan kelas ibu, pada pertemuan terakhir bersama
suami dan atau keluarga, membahas tentang keuntungan ASI dan
menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, inisisasi menyusu dini
termasuk persiapan/perencaan persalinan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 26


b. Tahap tatalaksana IMD :
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing
3) Setelah proses kelahiran, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan
secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang
menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan
4) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Posisi kontak kulit dengan
kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi.
5) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
6) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa
menit atau satu jam, bahkan lebih. Biarkan bayi dalam posisi kulit
bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam.
7) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit
ibu pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi
caesar.
8) Bayi dipisahkan untuk ditimbang, diukur dan sebagainya setelah satu
jam menyusu atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif seperti
suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi bisa ditunda.
9) Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan
bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian
minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI ‘keluar’)
dihindarkan.

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
b. Rekapitulasi data ibu bersalin dengan IMD
c. Partograf
d. Fotocopy lembar identitas dalam Buku KIA
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir
f. Fotocopy amanat persalinan
g. Dokumentasi kegiatan pelaksanaan IMD

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 27


I. Audit Medik KB
1. Pendahuluan
Pelayanan KB merupakan salah satu komponen pokok dalam kesehatan
reproduksi. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KB,
telah dilakukan berbagai upaya yang dilaksanakan secara sistematik dan
berkesinambungan dalam suatu proses jaminan mutu yang mencakup 3 tahap
yaitu menetapkan standar pelayanan, menilai mutu pelayanan dan menjaga mutu
pelayanan, yang kesemuanya berorientasi pada klien dan membantu untuk
mencapai tujuan reproduktif yang diinginkan. Untuk melengkapi perangkat jaga
mutu, maka diperlukan audit medik pelayanan KB dalam upaya untuk
menurunkan angka komplikasi KB, angka kegagalan maupun angka drop out
KB.

2. Pengertian :
a. Audit Medik Pelayanan KB (AMP-KB) :
Suatu proses kajian kasus medik KB yang sistematis dan kritis dari
komplikasi, kegagalan penggunaan alat/obat kontrasepsi (alokon) serta
penatalaksanaannya dengan memanfaatkan data dan informasi yang terkait,
sehingga teridentifikasi berbagai faktor penyebab serta memperoleh solusi
perbaikan dan disepakatinya jenis intervensi yang diperlukan sebagai
kegiatan tindak lanjut.
b. Komplikasi Kontrasepsi :
Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat
proses pemberian/pemasangan metode kontrasepsi.
Contoh : perforasi, abses/hematoma, anemia, dan lain-lain.
c. Kegagalan Kontrasepsi :
Kasus terjadinya kehamilan pada akseftor KB aktif yang pada saat tersebut
menggunakan metode kontrasepsi.
d. Efek Samping Kontrasepsi :
Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat penggunaan alat
kontrasepsi, tetapi tidak menimbulkan akibat serius terhadap klien.
Contoh : perdarahan, gemuk, granuloma dari luka, dan lain-lain.
e. Tim Jaminan Mutu :
Suatu tim yang terdiri dari unsur profesi terkait, sektor kesehatan dan
BKKBN, yang bertugas menjaga mutu pelayanan KB. Dalam kaitannya
dengan AMP-KB, Tim Jaminan Mutu dapat bertindak sebagai Tim Audit
Medik.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan medik KB dalam rangka mendukung upaya
peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi, menurunkan fertilitas serta
berkontribusi dalam penurunan AKI

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 28


b. Tujuan Khusus :
1) Terlaksananya koordinasi tim jaminan mutu (RSU kabupaten/kota,
BKKBN, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sektor terkait)
2) Terlaksananya AMP-KB yang berkesinambungan dan sesuai dengan
standar pelayanan
3) Terlaksananya tindak lanjut yang disepakati untuk mengatasi masalah
sesuai hasil audit
4) Terlaksananya koordinasi yang optimal dilintas program, lintas sektor
serta organisasi profesi dan LSM

4. Sasaran :
a. Penanggung jawab program
b. Pengelola program
c. Pelaksana pelayanan

5. Ruang Lingkup :
Ruang lingkup AMP-KB dibatasi pada kasus-kasus komplikasi, kegagalan, dan
kasus unik akibat pelayanan KB.

6. Prinsip-prinsip AMP-KB :
a. Berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan siklus
pemecahan masalah
b. Tidak saling menyalahkan
c. Mencari solusi untuk perbaikan baik manajemen maupun teknis
d. AMP-KB dilakukan per-klien

7. Pelaksanaan Audit Medik Pelayanan KB


a. Persiapan :
1) Pengadaan / penggandaan pedoman audit
2) Sosialisasi AMP-KB
Tujuan sosialisasi, yaitu :
a) Persamaan pemahaman terhadap AMP-KB
b) Merencanakan terbentuknya tim audit
c) Merencanakan kegiatan AMP-KB
3) Pembentukan tim AMP-KB :
Tim terdiri dari :
a) Dokter puskesmas
b) Bidan koordinator
c) Bidan pengelola KB
d) Petugas Promkes Puskesmas
e) Bidan didesa
Tim ini dapat diintegrasikan dengan Tim Audit Maternal Perinatal atau
Tim Jaminan Mutu yang ada.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 29


4) Sosialisasi dan orientasi ke tingkat puskesmas
Tujuan sosialisasi :
a) Tim puskesmas mempunyai pemahaman yang sama terhadap
AMP-KB
b) Provider dapat melakukan pelacakan kasus
c) Puskesmas dapat melakukan pembahasan internal dan validasi
kasus
b. Pelaksanaan :
1) Provider (bidan koordinator/bidan pengelola KB/bidan desa)
melakukan identifikasi adanya kegagalan KB melalui data kohort KB,
data PWS-KB, data dari PLKB, maupun data dari kader atau
masyarakat setempat
2) Tim AMP-KB melaksanakan validasi kasus dengan melakukan
pelacakan tentang adanya kegagalan KB dengan mempergunakan
checklist audit medik KB, dan melakukan penanganan untuk setiap
kasus yang dilacak
3) Melakukan pembahasan AMP-KB :
Dalam pembahasan AMP-KB di puskesmas dapat menggunakan siklus
pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) atau menggunakan
metode Peningkatan Kinerja Pelayanan (PKP) yang telah
dikembangkan.
Hasil pembahasan AMP-KB dituangkan dalam bentuk rekomendasi
untuk merencanakan pelaksanaan intervensi pemecahan masalah.
Kemudian hasil intervensi akan ditinjau ulang pada pertemuan AMP-
KB berikutnya.

c. Monitoring dan Evaluasi :


Kegiatan monitoring perlu dilakukan selama pelayanan diberikan sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan evaluasi biasanya dilakukan pada akhir
siklus intervensi (maksimal tiap 3 bulan).

d. Pelaporan :
Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian penting dalam Audit Medik
Pelayanan KB, oleh karena akurasi data perlu diperhatikan dan mengikuti
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada baik ditingkat puskesmas, rumah
sakit maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Formulir yang digunakan adalah :
1) Formulir rujukan kasus KB (Form. R), digunakan oleh dokter
puskesmas, bidan puskesmas dan bidan desa untuk merujuk kasus KB
2) Formulir Audit Kasus KB (Form. A/KB/2001), digunakan oleh dokter,
bidan puskesmas dan bidan didesa pada saat pelacakan kasus KB baik
saat klien berkunjung ke fasilitas pelayanan, pada saat kontrol ulang,
atau pada saat petugas melakukan kunjungan rumah sebagai tindak
lanjut dari adanya laporan kasus kegagalan dan komplikasi.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 30


3) Formulir F/II/KB/00, laporan ini berisi laporan hasil peserta KB dan
persediaan alat kontrasepsi, dan pada laporan ini dapat diketahui
jumlah kasus KB, termasuk komplikasi dan kegagalan kontrasepsi.
Laporan ini dikirim sesuai dengan mekanisme pencatatan dan
pelaporan yang berlaku.
4) Data pencatatan dan pelaporan dapat dijadikan bahan kajian terhadap
kinerja pelayanan di puskesmas.

e. Indikator :
Sebagai perangkat untuk jaminan mutu pelayanan KB, diperlukan suatu
indikator, dalam hal ini adalah indikator outcome sebagai berikut :

Σ kasus kegagalan/metode
1) % Kegagalan/metode = X 100%
Σ peserta KB aktif/metode

Σ kasus kegagalan total


2) % Kegagalan/TOTA = X 100%
Σ peserta KB aktif

Σ kasus komplikasi/metode
3) % Komplikasi/metode = X 100%
Σ peserta KB aktif/metode

Σ kasus komplikasi total


4) % Kegagalan total = X 100%
Σ peserta KB aktif

Pengukuran dilakukan setiap 3 bulan, namun proses AMP-KB dilakukan


setiap bulan.

8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Audit Medik KB
b. Rekapitulasi data PUS yang dilakukan audit
c. Fotocopy KI/KB
d. Fotocopy KIV/KB
e. Formulir Audit Kasus KB (Form. A/KB/2001)
f. Formulir F/II/KB/00
g. Dokumentasi Kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 31


J. Pelacakan dan Pelayanan KB Unmet Need
1. Pendahuluan
Jika berkata unmet need di Indonesia sangat erat kaitanya dengan WUS (wanita
usia subur), fertilitias, pelayanan KB, dan AKI. Pada faktor di atas semuanya
mengarah kepada penduduk, dimana faktor tersebut saling mempengaruhi
populasi penduduk di Indonesia.
Pengertian KB adalah peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan, peningkatan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
Keluarga Kecil Yang Bahagia dan Sejahtera (UU No. 10 Tahun 1992). 
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka unmet need kontrasepsi di
Indonesia sebesar 11,4%. Tingginya angka unmet need merupakan salah satu
penyebab TFR 2,1 pada 2014 tidak dapat tercapai. Daerah unmet need tinggi di
Indonesia tersebar di 10 provinsi di Indonesia yaitu Jambi, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan DI Yogyakarta. Unmet need bervariasi
antara provinsi, terendah 3,2 persen di Bangka Belitung dan tertinggi 22,4
persen di Maluku.

2. Pengertian :
Unmet need dapat didefinisikan sebagai kelompok yang belum terpenuhi
kebutuhan kontrasepsinya, mencakup semua pria atau wanita usia subur yang
sudah menikah atau hidup bersama dan dianggap aktif secara seksual yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi, baik yang tidak ingin punya anak lagi
ataupun menunda kelahiran berikutnya.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Pelacakan dan pelayanan KB Unmet Need adalah memberikan jaminan
perencanaan dan pengaturan kehamilan yang aman dengan memperhatikan
kondisi kesehatan ibu demi mencapai kebahagiaan dalam keluarga
b. Tujuan Khusus :
1) Memberikan KIE yang terarah kepada ibu dan keluarga tentang
manfaat kontrasepsi KB pada pasangan usia subur
2) Memberikan penjelasan tentang metode kontrasepsi, keuntungan, efek
samping dan hal-hal lainnya
3) Membantu ibu dan keluarga dalam menentukan metode kontrasepsi
yang dipilih sesuai dengan kondisi ibu
4) Meningkatkan cakupan KB aktif

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 32


4. Sasaran :
a. Pasanganyang memiliki keinginan untuk menghindari kehamilan tetapi
tidak melakukan tindakan pencegahan kehamilan
b. Pasangan yang menghadapi hambatan pendidikan, keuangan, geografis dan
kondisi sosial

5. Sumber Dana :
Kegiatan dapat mempergunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN

6. Pelaksanaan :
a. Melakukan pendataan/penjaringan/skrining untuk mendapatkan data dari
ketua RT / kader posyandu tentang PUS yang unmet need
b. Membuat mapping jumlah PUS unmet need dan membuat pembagian
jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
c. Mempersiapkan alat dan bahan untuk keperluan kunjungan rumah (ABPK,
KI/KB, KIV/KB, tensimeter, timbangan berat badan, kalender kontrasepsi,
alokon dan alat yang dibutuhkan serta buku catatan)
d. Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan konseling, informasi dan
edukasi tentang pentingnya KB bagi PUS sesuai dengan kondisinya (tidak
ingin hamil namun tidak terlindungi dengan kontrasepsi). Jangan lupa untuk
mempergunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) agar ibu dan
keluarga mudah menerima penjelasan
e. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai kondisi serta pilihan ibu dan
suami. Pelayanan dapat dilakukan difasilitas kesehatan atau dirumah PUS
f. Catat data ibu dalam KIV/KB dan berikan ibu KI/KB serta bagaimana
penggunaan kartu tersebut
g. Setiba di puskesmas, lakukan pencatatan data ibu kedalam kohort KB

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelacakan dan pelayanan KB unmet need
b. Rekapitulasi data PUS unmet need yang dilayani
c. Form Pelacakan dan Pelayanan KB Unmeet Need
d. KI/KB/08 dan K/IV/KB/08
e. Kartu Keluarga
f. Form pengkajian PUS
g. Dokumentasi kegiatan

K. Pelayanan KB Pasca Salin


1. Pengertian :
Adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42
hari.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 33


2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).
b. Tujuan Khusus :
1) Menurunkan kejadian ibu hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu
dekat;
2) Meningkatkan cakupan peserta KB baru;
3) Menurunkan unmet need

3. Sasaran :
Sasaran pelayanan KB Pasca Persalinan adalah :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas

4. Sumber Dana :
Kegiatan pelayanan KB Pasca Persalinan ini dapat menggunakan dana APBD,
APBN/BOK, BLUD, BPJS/JKN, CSR/TJSP dan sumber dana lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pelaksanaan :
a. Data sasaran bisa didapatkan dari data ibu hamil di poli KIA, data ibu
bersalin dari kantong persalinan, data persalinan dari desa/Puskesmas
Pembantu, Klinik, Rumah Sakit serta data lainnya di wilayah kerja;
b. Petugas melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan
pelayanan;
c. Mempersiapkan format pendukung kegiatan (K1/KB, KIV/KB, Informed
Concent, ABPK, Kohort KB, Buku KIA, Alokon dan BHP yang
diperlukan) serta media edukasi lainnya;
d. Pada sasaran ibu hamil : sebelum pelayanan KB pasca salin dilakukan
tahapan persiapan dengan melakukan konseling pada pemeriksaan
kehamilan, juga dapat dilaksanakan terpadu dalam P4K melalui amanat
persalinan serta penyampaian informasi pada kelas ibu hamil. Tahap
persiapan ini diakhiri dengan pengisian informed concent;
e. Pada sasaran ibu bersalin : sebelum pelayanan KB pasca salin dilakukan
tahapan pemantapan pilihan KB terlebih dahulu, berikan konseling tentang
manfaat/keuntungan alokon KB sekaligus efek samping yang mungkin
terjadi. Jika sudah disepakati, lakukan persetujuan dengan menandatangani
informed consent dan tahapan lainnya dalam pelayanan KB;
f. Pada sasaran ibu nifas : sebelum pelayanan KB pasca salin, lakukan
konseling terlebih dahulu dengan menggunakan ABPK. Disampaikan
manfaat/keuntungan alokon KB sekaligus efek samping yang mungkin
terjadi. Jika sudah disepakati, lakukan persetujuan dengan menandatangani
informed consent dan tahapan lainnya dalam pelayanan KB;

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 34


g. Lakukan pencatatan pada KI/KB, KIV/KB, register pelayanan, kantong KB
pasca salin dan kohort KB;
h. Persiapkan laporan pertanggungjawaban.

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan KB pasca persalinan;
b. Rekapitulasi data PUS yang diberikan pelayanan;
c. KI/KB dan KIV/KB;
d. Form hasil pengkajian PUS;
e. Fotocopy Lembar konseling di Buku KIA (hal.33) dan lembar pelayanan
KB pasca salin (hal.13);
f. Dokumentasi kegiatan.

II. Pelayanan Kesehatan Anak


A. Kunjungan Rumah Bayi atau Balita :
1. Pengertian :
Kunjungan rumah bayi/balita adalah kunjungan rumah yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan (perawat, bidan dan/atau dokter) disebabkan bayi/balita belum
mendapatkan pelayanan SDIDTK karena beberapa alasan sehingga orang tua
tidak membawa bayi/balitanya ke posyandu atau fasilitas kesehatan.
Dampak negatif dari hal tersebut adalah tidak terdeteksinya bayi/balita yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehingga terlambat
dalam melakukan intervensi yang sesuai.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas dengan
terpenuhinya seluruh kebutuhan untuk tubuh dan berkembang
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan cakupan SPM kunjungan bayi dan pelayanan balita
2) Agar bayi dan/atau balita mendapatkan pelayanan sesuai standard
3) Meningkatnya cakupan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang pada bayi dan/atau balita

3. Sasaran :
a. Bayi/balita yang berumur mulai 28 hari dengan kelipatan 3 sampai berusia
24 bulan dan kelipatan 6 sampai 60 bulan/sesuai dengan sasaran SDIDTK
diwilayah puskesmas setempat
b. Ibu bayi/balita, keluarga

4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat mempergunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 35


5. Pelaksanaan :
a. Data sasaran kunjungan rumah didapat dari kohort bayi dan balita (sesuai
sasaran umur) dan laporan masyarakat
b. Petugas melakukan pelacakan dan kunjungan dengan membawa format
kunjungan rumah bayi dan balita, formulir deteksi dini tumbuh kembang,
instumen deteksi dini tumbuh kembang, timbangan, mikrotois, dan skrining
kit
c. Melakukan skrining deteksi dini tumbuh kembang, pengukuran BB, LK,
TB, stimulasi anak sesuai umur dan melakukan intervensi sesuai masalah
yang ditemukan
d. Format kunjungan rumah dan deteksi dini tumbuh kembang di
tandatangani oleh orang tua
e. Sarankan kepada ibu dan keluarga untuk melakukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan ke posyandu, polindes, pustu
atau ke puskesmas dengan membawa Buku KIA

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kunjungan rumah
b. Rekapitulasi bayi/balita yang diberikan pelayanan (data berdasarkan
formulir kunjungan rumah/deteksi dini tumbuh kembang
c. Formulirkunjungan rumah bayi/balita yang ditandatangani oleh ibu
d. Formulir deteksi dini tumbuh kembang
e. Fc lembar identitas di Buku KIA
f. Fc lembar pelayanan di Buku KIA
g. Dokumentasi kegiatan

B. SDIDTK plus Skrining TB di Posyandu, Kelompok Bermain/PAUD dan TK :


1. Pengertian :
a. SDIDTK adalah Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. Stimulasi merupakan suatu kegiatan merangsang kemampuan dasar
anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus
menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak
dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak,
pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok
masyarakat dilingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam
kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
b. Skrining TB adalah pelaksanaan skrining untuk pencegahan kasus TB pada
anak yang dilakukan di Posyandu, TK/PAUD, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 36


2. Tujuan :
a. Tujuan Umum :
Mengupayakan semua balita umur 0 -5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6
tahun agar tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di
era globalisasi.

b. Tujuan Khusus :
1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua
balita dan anak prasekolah diwilayah kerja puskesmas
2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak prasekolah diwilayah kerja
puskesmas
3) Terselenggaranya intervevsi dini pada semua balita dan anak
prasekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang
4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa
ditangani di puskesmas

3. Sasaran
a. Sasaran langsung :
Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja puskesmas, yaitu :
1) Anak umur 0-11 bulan
2) Anak umur 12-23 bulan
3) Anak umur 24-59 bulan
4) Anak umur 60-72 bulan
b. Sasaran tidak langsung :
Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan, perawat,
ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan lain-lain).

4. Sumber Dana :
Kegiatan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN, BLUD

5. Pelaksanaan :
1) Setiap kunjungan pelaksanaan tentukan umur bayi/balita/anak prasekolah;
2) Lakukan pengisian data identitas anak di formulir SDIDTK;
3) Lakukan pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan dan menuliskan
hasilnya di formulir SDIDTK;
4) Lakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP;
5) Lakukan skrining Kuesioner Tes Daya Dengar (TDD);
6) Lakukan skrining Tes Daya Lihat (TDL);
7) Lakukan deteksi dini Penyimpangan Perilaku Emosional;
8) Lakukan deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH);

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 37


9) Melakukan skrining TB setiap bulan pada semua kelompok umur dengan
mempergunakan form skrining yang sesuai;
10) Melakukan pemeriksaan autis jika diperlukan;
11) Pastikan semua hasil telah dilakukan pencatatan dengan menggunakan
formulir deteksi tumbuh kembang anak dan kohort bayi, balita dan anak
prasekolah;
12) Jika ditemukan hasil meragukan, maka ibu/keluarga/guru untuk melakukan
stimulasi dirumah/sekolah. Lalu 2 minggu kemudian petugas melakukan
pemeriksaan ulang, jika hasil ditemukan ada gangguan jelaskan kepada ibu
bahwa anaknya perlu dikonsultasikan kepada spesialis anak/RS/klinik
tumbuh kembang.

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan SDIDTK plus Skrining TB
b. Rekapitulasi data bayi, balita dan anak prasekolah yang diberikan
pelayanan SDIDTK
c. Rekapitulasi data bayi, balita dan anak pra sekolah yang diberikan
pelayanan skrining TB
d. Fc lembar identitas di buku KIA
e. Fc lembar SDIDTK
f. Fc lembar Skrining TB
g. Catatan perkembangan di Buku KIA
h. Fc lembar pelayanan balita (catatan kesehatan anak)
i. Rujukan kasus bagi balita/apras yang bermasalah
j. Dokumentasi kegiatan (utamakan saat pelaksanaan skrining KPSP)

C. Refreshing Pembinaan Kesehatan Anak Didik TK/SDIDTK Untuk Guru TK :


1. Pendahuluan :
Upaya kesehatan anak didik Taman Kanak-kanak mencakup aspek promotif
dalam pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) anak didik dan
lingkungan sekolah sehat, mencegah dan mendeteksi secara dini timbulnya
penyakit, serta tindak lanjutnya berupa penanganan penyakit atau
kelainan/penyimpangan tumbuh kembang anak secara sederhana. Upaya
tersebut diselenggarakan oleh guru TK bekerjasama dengan anak didik dan
orang tuanya serta petugas kesehatan

2. Tujuan
a. Tujuan umum :
Menyiapkan calon generasi muda yang sehat jasmani, mental, spiritual dan
sosial dalam lingkungan TK sehat.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 38


b. Tujuan Khusus :
1) Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak didik TK;
2) Memelihara kesehatan fisik, mental spiritual dan sosial anak didik TK;
3) Meningkatnya mutu penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan anak
didik TK oleh guru TK dan tenaga kesehatan;
4) Meningkatkan kesehatan lingkungan TK;
5) Agar diperoleh kondisi kesehatan kesehatan yang maksimal pada anak
didik TK maka pembinaan kesehatan bagi mereka menjadi hal yang
sangat penting disamping pemenuhan kebutuhan akan gizi yang
seimbang dan pelayanan kesehatan sesuai yang dibutuhkan termasuk
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembaangnya

3. Sasaran :
Guru PAUD, guru TK dan petugas kesehatan

4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN

5. Pelaksanaan
a. Mempersiapakan tempat dan sarana belajar :
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat
(camat/desa/lurah) dan sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga
belajar.
b. Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari jam,
topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu.
c. Mengundang guru PAUD, TK, tenaga kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas :
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran.
d. Mempersiapkan narasumber.
Menyusun pembagian kerja narasumber dan akan terlihat pada jadwal
belajar.
e. Penandatanganan perjanjian kerjasama, termasuk rancangan pelaporannya

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan refreshing
b. Jadwal materi
c. Daftar hadir peserta
d. Lampiran materi
e. Perjanjian kerjasama / MoU
f. Dokumentasi kegiatan
g. Undangan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 39


D. Pelacakan dan Pelaksanaan Audit Verbal Kematian Bayi dan Balita :
1. Pendahuluan
AKI dan AKB di Kutai Kartanegara masih menunjukan adanya masalah akses
dan kualitas pelayanan kesehatan yang serius. Pelacakan dan pelaksanaan Audit
Verbal Kematian Perinatal/Neonatal dan Balita dengan mengembangkan konsep
Audit Perinatal/Neonatal dan Balita tingkat kabupaten/kota dan dikembangkan
audit mencakup untuk bayi pada masa perinatal dan hingga neonatal dan balita.
AMP dapat dimanfaatkan untuk dapat menggali permasalahan yang berperan
atas kejadian morbiditas maupun mortalitas yang berakar pada pasien/keluarga,
petugas kesehatan, manajemen pelayanan serta kebijakan pelayanan.

2. Pengertian :
Merupakan serangkaian penelusuran sebab kematian atau kesakitan perinatal,
neonatal, bayi dan balita guna mencegah kesakitan atau kematian serupa di
masa yang akan datang.

3. Tujuan :
a. Tujuan Umum :
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA di tingkat
Kabupaten/Kota, provinsi dan nasional melalui upaya penerapan taat kelola
klinik yang baik (clinical governance) dalam rangka mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian Perinatal/Neonatal,
Bayi dan Balita.

b. Tujuan Khusus :
1) Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus perinatal/neonatal,
bayi dan balita secara teratur dan berkesinambungan dalam wilayah
kabupaten/kota.
2) Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor
penyebab kematian perinatal/neonatal, bayi dan balita yang dapat di
cegah yang meliputi :
a) Penyebab yang berhubungan dengan pasien/keluarga, seperti :
situasi pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk
masalah sosial ekonomi dan perilaku pasien;
b) Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan;
c) Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan
kesehatan;
d) Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan.
3) Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan yang terpadu antara dinas kesehatan kabupaten/kota, RS
Pemerintah dan swasta, puskesmas, RB, BPS, organisasi profesi dan
lintas sektoral.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 40


4) Menentukan rekomendasi,intervensi, strategi pembelajaran dan
pembinaan bagi masing-masing pihak terkait dalam upaya mengatasi
masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus.
5) Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi, dan
pengembangan terhadap rekomendasi yang disepakati.
6) Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling sesuai
diterapkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota atas penyebab
timbulnya morbiditas atau mortalitas ibu, perinatal maupun neonatal.

4. Sasaran :
a. Komunitas Pelayanan
b. Kelompok Masyarakat
c. Kelompok Petugas Kesehatan
d. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
e. Kelompok Pembuat Kebijakan

5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN

6. Pelaksanaan :
a. Kasus kematian/kesakitan dilaporkan oleh masyarakat/pasien, petugas
pemberi pelayanan dan institusi pemberi layanan ke puskesmas setempat;
b. Untuk kematian yang terjadi dimasyarakat, bidan koordinator/bidan
puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan
menggunakan formulir yang tersedia;
c. Untuk kematian yang terjadi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
(RB, BPS, bidan didesa), bidan koordinator/bidan puskesmas yang ditunjuk
akan melengkapi formulir kematian difasilitas dan otopsi verbalnya;
d. Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setempat dalam waktu 3 hari;
e. Bila kasus meninggal di institusi pelayanan kesehatan, dilakukan pengisian
formulir tersendiri yang harus dilengkapi oleh dokter penanggung jawab di
institusi pelayanan kesehatan dimana kasus meninggal;
f. Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke sekretariat AMP
Kabupaten/kota setempat;
g. Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data dan melaporkannya ke
koordinator. Data yang belum lengkap harus dikembalikan ke puskesmas
pengirim untuk dilengkapi. Data yang sudah terkumpul dan lengkap akan di
anonimasi.
Sebelum kegiatan ini dijalankan, sebaiknya terlebih dahulu ditetapkan tim AMP
ditingkat puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 41


7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan audit verbal neonatal, bayi dan balita
b. Rekapitulasi data kematian neonatal, bayi dan balita yang diaudit
c. Berkas/formulir audit verbal neonatal, bayi dan balita
d. SK Tim AMP Puskesmas
e. Dokumentasi kegiatan

E. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita :


1. Pengertian :
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5
tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangannya yang di bimbing oleh fasilitator dengan menggunakan Buku
KIA

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eklusif;
2) Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi;
3) Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita;
4) Meningkatkan kemampuan ibu untuk memantau pertumbuhan
danmelaksanakan stimulasi perkembangan balita;
5) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan
mencuci tangan yang benar;
6) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan balita.

3. Sasaran :
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak
usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokan usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5
tahun. Proses belajar dibantu oleh seorang fasilitator yang memahami
bagaimana teknis pelaksanaan kelas ibu.

4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 42


5. Pelaksanaan
a. Persiapan :
Persiapan dilaksanakn diruang lingkup yang lebih kecil
(kecamatan/desa/kelurahan) dengan melibatkan sejumlah unsur lokal
seperti Poskesdes/Polindes/Puskesmas, bidan, kader posyandu, toma, PKK
dan Guru TK.
Persiapan yang perlu dilaksanakan adalah :
1) Identifikasi sasaran :
Ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-5 tahun dengan
pengelompokan usia 0-1 tahun dengan 5 kali pertemuan, 1-2 tahun
sebanyak 5 kali pertemuan, 2-5 tahun sebanyak 6 kali pertemuan
dengan total 16 kali pertemuan dinyatakan lulus.
2) Mempersiapakan tempat dan sarana belajar :
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah) dan sebaiknya tidak terlalu jauh dari
rumah warga belajar.
3) Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu.
4) Mengundang ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun.
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran.
5) Mempersiapkan tim fasilitator dan nara sumber :
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber yang
akan terlihat pada jadwal belajar.
6) Menyusun rencana anggaran :
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya.

b. Penyelenggaraan Kelas Balita :


1) Pertemuan persiapan :
Seluruh kelas ibu balita dilaksanakan para penyelenggara perlu
melakukan pertemuan untuk membicarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan teknis pengelolaan kelas.

2) Pelaksanaan kelas ibu balita :


a) Membuat kesan yang menyenangkan :
Fasilitator dituntut untuk mampu membuat suasana kelas
menyenangkan bagi seluruh warga belajar.
b) Memilih topik berdasarkan kebutuhan :
Topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan
kebutuhan warga belajar.
c) Menerapkan metode yang sudah ditentukan :
Metode belajar menggunakan metode belajar orang dewasa.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 43


d) Disiplin waktu :
Waktu yang ideal untuk setiap sesi adalah 45 sampai dengan 60
menit.

3) Monitoring dan Evaluasi


a) Evaluasi dampak kegiatan :
Evaluasi dengan menggunakan perangkat evaluasi (instrumen)
yang lebih spesifik berupa daftar isian yang disusun dengan
indikator tertentu. Evaluasi oleh pelaksana (Bidan/Bikor/dokter)
dilakukan pada setiap pertemuan kelas ibu balita.
b) Pencatatan dan Pelaporan
Menggunakan regristrasi yang sudah ada seperti kohort ibu, kohort
bayi dan kohort balita dan pelaporan menjadi kegiatan stimulan
tumbuh kembang balita (LB3 KIA)

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kelas ibu balita
b. Jadwal materi
c. Daftar ibu yang tercatat di kelas ibu balita.
d. Daftar hadir
e. Laporan pelaksanaan
f. Nilai pre dan post test
g. Quesioner pre dan post test
h. Lampiran materi
i. Dokumentasi kegiatan

F. Lomba Balita Sehat :


1. Pendahuluan :
Anak adalah aset bangsa yang sangat berharga dalam membentuk kelangsungan
hidup, kualitas, dan kejayaan suatu bangsa di masa yang akan datang. Untuk
menjad aset bangsa yang berharga, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup
yang perlu dipenuhi yaitu hak dan kebutuhan akan makan dan zat-zat gizi,
kesehatan, bermain, kebutuhan emosional, pengembangan moral, pendidikan,
serta memerlukan lingkungan keluarga dan lingkungan sesuai yang mendukung
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya. Anak juga berhak
atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan serta mengembangkan diri dan
kemampuannya. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian para orang tua,
keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tersebut diatas,
diupayakan suatu kegiatan promotif seperti Lomba Balita Sehat

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas untuk
menyongsong pembangunan nasional.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 44


b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman dan peran orang tua dalam
pengasuhan anak;
2) Meningkatkan dan memotivasi kader kesehatan dalam pelaksanaan
perannya untuk memberikan konseling dan edukasi pada keluarga;
3) Meningkatkan dukungan dan peran serta masyarakat dalam
peningkatan UKBM.

3. Sasaran :
a. Kelompok umur 6-24 bulan
b. Kelompok umur 2-5 tahun

4. Persyaratan Peserta Lomba :


a. Memiliki Kartu Keluarga
b. Orangtua memiliki buku nikah
c. Akte kelahiran/surat keterangan kelahiran peserta
d. Akte kelahiran/surat keterangan kelahiran adek/kakak
e. Buku KIA
f. Kartu KB
g. Peserta merupakan utusan/perwakilan dari puskesmas
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, Sumber Dana lainnya

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan lomba diawali dengan penyebaran informasi lomba dengan leaflet,
poster, spanduk ke posyandu atau puskesmas pembantu oleh puskesmas
yang bersangkutan kepada masyarakat dilingkungannya;
b. Penerimaan pendaftaran peserta di puskesmas penyelenggara lomba :
Peserta dapat mendaftarkan diri langsung/melalui kader posyandu/bidan
desa atau puskesmas pembantu ke panitia lomba di puskesmas diwilayah
masing-masing dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto
copy persyaratan sebelum tanggal pelaksanaan lomba dan pada saat
pelaksanaan lomba peryaratan yang asli dilampirkan;
c. Panitia lomba di puskesmas menentukan tanggal pelaksanaan (sebaiknya
pelaksanaan di akhir bulan Mei / minggu pertama bulan Juni);
d. Semua peserta dari 2 kelompok umur yang terdaftar, diseleksi oleh tim
penilai sesuai petunjuk penilaian yang sudah ditentukan, sehingga
didapatkan juara I, II, dan III kelompok umur 6-24 bulan dan juara I, II, dan
III kelompok umur 2-5 tahun tingkat kecamatan;
e. Pemenang pertama dari masing-masing kelompok umur di tingkat
puskesmas/kecamatan merupakan peserta yang mewakili untuk mengikuti
lomba tingkat kabupaten (persyaratan, foto peserta yang didampingi ibunya,
dan hasil penilaian sesuai juknis diserahkan ke Dinas Kesehatan).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 45


6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaanLombaBalita Sehat
b. Rekapitulasi Penilaian sesuai petunjuk teknis
c. Daftar pemenang lomba beserta nilai
d. Dokumentasi kegiatan
e. Fotocopy Kartu Keluarga
f. Fotocopy Buku Nikah
g. Fotocopy KTP orang tua
h. Fotocopy akte kelahiran peserta
i. Fotocopy akte kelahiran kakak/adik peserta
j. FotocopyBuku KIA
k. Fotocopy Kartu KB
Catatan : Pada saat peserta yang menjadi pemenang lomba ditingkat
puskesmas/kecamatan dikirim ke kabupaten, semua persyaratan
administrasi yang asli harus dibawa.

III. Pelayanan Kesehatan Remaja


A. Advokasi dan sosialisasi PKPR
1. Advokasi dan sosialisasi PKPR tingkat Puskesmas
a. Pendahuluan :
Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan
generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan
pembangunan masa depan. Namun dewasa ini permasalahan remaja sangat
kompleks. Berdasarkan laporan Ditjen P2PL, Kementerian Kesehatan RI,
tahun 2011, presentasi kumulatif kasus AIDS terbesar adalah kelompok
umur 20-29 (47%). Hal ini mengidentifikasikan bahwa umur terbanyak
mulai terinfeksi HIV adalah pada umur belasan (remaja) atau awal 20
tahunan. Laporan SKRT 2007 menunjukkan tingginya proporsi remaja
dengan prilaku penggunaan NAPZA, antara lain sekitar 31,9% remaja
perempuan, dan 24,2% remaja laki-laki mulai merokok sebelum usia 13
tahun, minum minuman keras yang dimulai sejak usia kurang dari 14 tahun
dilakukan 12,5% remaja perempuan dan 11,9% remaja laki-laki.

b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 46


peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Puskesmas mampu tatalaksana SN-PKPR adalah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan remaja memenuhi kriteria yaitu memiliki
tenaga Kesehatan terlatih pelayanan Kesehatan peduli remaja, memiliki
Pedoman Kesehatan Remaja, dan melakukan pelayanan konseling pada
remaja.
5) Indikator Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja.
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
usia sekolah dan remaja adalah :
a) Minimal 40% Puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
Puskesmas Mampu Tatalaksanan SN-PKPR :
1) Memberikan layanan konseling bagi anak usia sekolah dan
remaja.
2) Membina Minimal 1 Posyandu Remaja (dilakukan pemberian
KIE, pelayanan kesehatan dan konseling) dan didampingi
petugas Puskesmas
b) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah
(SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di
wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas membina sekolah/madrasah:
Fasilitasi implementasi kegiatan UKS/M
1) Pendidikan kesehatan literasi kesehatan, PHBS optimalisasi
aktifitas fisik, pendidikan gizi.
2) Pelayanan kesehatan penjarkes, pemeriksaan berkala, BIAS,
pemberian TTD, pemberian obat cacing.
3) Pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pembinaan sanitasi
sekolah, kantin sehat, pengelolaan sampah.
4) Proporsi setiap jejaring sekolah ditentukan Kab/Kota.
c) Membina Minimal 1 Posyandu Remaja (dilakukan pemberian KIE,
pelayanan kesehatan dan konseling) dan didampingi petugas
Puskesmas.

6) Standart Nasional PKPR adalah :


a) Standart 1 (SDM) yaitu tersedianya tim PKPR yang kompeten
(mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan) untuk
melaksanakan PKPR sesuai dengan standar dan pedoman yang
berlaku.
b) Standart 2 (Fasilitas Kesehatan) yaitu Fasilitas kesehatan mampu
laksana PKPR sesuai dengan kebutuhan remaja, prosedur dan tata
laksana yang ramah remaja, serta didukung sarana, prasarana,
termasuk peralatan dan obat-obatan yang memadai.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 47


c) Standart 3 (Remaja) yaitu Remaja memperoleh informasi yang
dibutuhkan sehingga memahami kebutuhan mereka untuk hidup
sehat dan produktif, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis dan
tempat layanan kesehatan sesuai kebutuhan mereka.
d) Standart 4 (Jejaring) yaitu Terbangunnya jejaring dalam
penyediaan dan pemanfaatan PKPR antar remaja, kelompok
masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait, dan lembaga
swadaya masyarakat.
e) Standart 5 (Manajemen Kesehatan) yaitu adanya kebijakan dan
manajemen Kesehatan yang mampu menjamin dan meningkatkan
kualitas PKPR.

7) Upaya Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja


a) Puskesmas PKPR Pelayanan dalam gedung Puskesmas kegiatan
yang dilakukan :
• Pelayanan Klinis Kesehatan
• Pemberian KIE Kesehatan
• Konseling
• Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
• Rujukan
b) Pelayanan Luar Gedung Puskesmas (80%) di sekolah/madrasah
(SD/MI, SMP/Mts, SMA/SMK/MA)
• Usaha Kesehatan Sekolah Peningkatan Peran Tim Pembina
UKS (4 lintas sector Inti UKS)
• Penerapan model sekolah/madrasah sehat. Penerapan kegiatan
Trias UKS secara Kongkrit di keseharian sekolah.
c) Pelayanan Luar Gedung Puskesmas (20%) di luar sekolah (panti,
Lapas, anak jalanan).
• Pembinaan Kesehatan di Panti / Lapas. Pemeriksaan kesehatan,
KIE, Konseling, PKHS, rujukan.
• Posyandu Remaja. UKBM mendekatkan layanan kesehatan
(promotof dan preventif) yang diselenggarakan dari dan oleh
remaja.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mempersiapkan remaja sehat menuju kehidupan dewasa sebagai
generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas untuk
menyongsong pembangunan nasional, melalui kegiatan Puskesmas
Mampu Tatalaksana PKPR.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman dan peran lintas program
di Puskesmas dalam kegiatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) di dalam dan di luar gedung.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 48


b) Meningkatkan kerjasama lintas program dalam mengatasi kasus-
kasus remaja di masyarakat, melalui kegiatan Tim PKPR tingkat
Puskesmas
c) Melibatkan lintas program di Puskesmas dalam seleksi calon-calon
konselor sebaya di sekolah dan di luar sekolah.
d) Seluruh petugas puskesmas yang melayani kunjungan umum
remaja yaitu ruang KIA, Ruang Gizi, Ruang Balai Pengobatan,
Ruang Gizi, untuk melakukan konseling sederhana masalah
kesehatan remaja.
e) Sosialisasi dilakukan minimal setahun 1 (satu) kali atau lebih
sesuai kebutuhan, dilakukan bila belum ada klinik remaja (dalam
gedung puskesmas) dan kelas remaja (diluar gedung puskesmas),
serta diharapkan keaktifan Tim PKPR yang ada di puskesmas.

d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Pengelola Program KIA/KB, UKS, Gizi, Promkes, P2PL, Kesehatan
Jiwa dan SIMPUS
4) Seluruh Petugas Puskesmas dan Petugas Pembantu

e. Tim PKPR Tingkat Puskesmas terdiri dari :


1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskemas
3) Pengelola Program KIA, Gizi, Promkes, UKS dan Remaja

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR di Tingkat
Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola program PKPR
tentang Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim PKPR di Tingkat Puskesmas (pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam struktur Tim PKPR Tingkat Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk pembentukan Tim PKPR di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 49


6) Indikator :
Sebagai perangkat untuk jaminan mutu pelayanan remaja, diperlukan
suatu indikator, dalam hal ini adalah indikator outcome sebagai berikut:

% Puskesmas
Pembantu yang Σ pustu menyelenggarakan kegiatan kes.
menyelenggarakan remaja sesuai kriteria disuatu wilayah
kegiatan kesehatan = kerja dalam 1 tahun
remaja x 100%

Σ seluruh pustu disuatu wilayah kerja


dalam 1 tahun

7) Penilaian indikator dilakukan setiap bulan, target 90%

h. Pemantauan dan penilaian :


1) Mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam menyelenggarakan
PKPR.
2) Melakukan upaya yang spesifik untuk menanggulangi kekurangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan SN-PKPR.
3) Meningkatkan mutu SN-PKPR yang diselenggarakan secara
berkesinambungan.
4) Penilaian SN-PKPR di tingkat Puskesmas dan Kabupaten
Pengumpulan data melalui Instrumen Pemantauan Terbatas Tingkat
Pemenuhan SN-PKPR, pegolahan data melalui matriks rekapitulasi
pemenuhan Standart Nasional PKPR

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
PKPR di Tingkat Puskesmas.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim PKPR Puskesmas (SK Puskesmas dan struktur)
8) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR
9) Hasil penilaian SN-PKPR tingkat Puskesmas

2. Advokasi dan sosialisasi PKPR tingkat Kecamatan/Kelurahan


a. Pendahuluan :
Kasus remaja bermasalah yang sangat memperihatinkan dan memerlukan
perhatian dari tiap sektor terkait dan masyarakat, karena jumlahnya yang
selalu meningkat yaitu remaja yang merokok berjenis kelamin, remaja yang
mengkonsumsi alkohol, dan remaja perempuan yang telah mengkonsumsi

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 50


alkohol belum terlaporkan.Remaja yang telah menggunakan NAPZA yang
didalamnya termasuk oplosan (minuman berenergi dicampur dengan obat
CTM/DMP dioplos dengan alkohol 70%).Data ini di dapat dari laporan dari
berbagai elemen masyarakat, namun ada juga kasus yang masih belum
dilaporkan dan ditutup tutupi oleh pihak tertentu.Untuk itu diperlukan
kerjasama lintas sektor terkait untuk penanganan masalah-masalah remaja
di masyarakat.

b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja

2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang PKPR bukan hanya tugas dan
tanggung jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab dan
dedikasi semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan kualitas kesehatan remaja, dan diharapkan dari
sosialisasi dapat terbentuk Tim PKPR di tingkat kecamatan dan
kelurahan/desa. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih
sesuai dengan kebutuhan.
b) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi kebutuhan
remaja serta intervensi yang telah diberikan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 51


c) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang kesehatan remaja.
d) Memberdayakan orang tua dan guru agar dapat memberikan
informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan remaja kepada
anak dan murid remajanya.
e) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan
pemberitaan yang bertujuan untuk membangun prilaku sehat,
penghapusan eksploitasi remaja dalam media misalnya
pemanfaatan yang semena-semena dalam periklanan,
meningkatkan kepekaan gender pada remaja.
f) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.
g) Meningkatkan motivasi kepada semua pihak agar dapat
berpartisipasi menciptakan lingkungan kondusif bagi remaja
h) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah
kerja puskesmas tentang tumbuh kembang dan kesehatan remaja,
masalah dan kebutuhannya

d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) KUA
6) Polsek
7) Danramil
8) PKK
9) LSM/Swasta/Toma/Toga

e. Tim PKPR Tingkat Kecamatan dan Kelurahan terdiri dari :


1) Camat
2) Lurah/Kades
3) Perwakilan dari masing-masing instansi pemerintah dan swasta

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR di Tingkat
Kecamatan dan Kelurahandiawali dengan laporan kegiatan Pimpinan
Puskesmas tentang rencana pembentukan Tim PKPR di Tingkat
Kecamatan dan Kelurahan kepada Stakeholder (Camat).
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 52


dilakukan diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
PKPR di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim PKPR Tingkat Kecamatan dan
Kelurahan).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim PKPR di tingkat
Kecamatan dan Kelurahan

h. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi dan Sosialisasi tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
PKPR di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintassektor dalam mendukung kegiatan PKPR di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

i. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi PKPR tingkat Kecamatan/
Kelurahan :
a) Pengelola program Remaja melakukan identifikasi dan pendataan
tentang remaja yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Remaja melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data remaja, data cakupan remaja, data kesakitan dan
kematian remaja serta menyampaikan fenomena permasalahan
yang ada

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 53


f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama
untuk meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap remaja.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya tim
PKPR kecamatan/kelurahan
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK
tim PKPR kecamatan/kelurahan, diketahui dan disahkan dengan
tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim PKPR Kecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir

j. Pertanggungjawaban :
1. Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
PKPR di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
2. Jadwal Kegiatan
3. Daftar Hadir peserta
4. Materi
5. Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6. Dokumentasi kegiatan
7. Terbentuknya Tim PKPR Kecamatan dan Kelurahan (SK Camat dan
struktur)
8. Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR
tingkat kecamatan dan kelurahan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 54


B. Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer Counselor/konselor sebaya
1. Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer Counselor/konselor sebaya di
sekolah
a. Pendahuluan :
Remaja merupakan suatu masa transisi dalam proses kehidupan. Dimana
problematika saat remaja sangat komples.Hal ini membuat para remaja
memerlukan informasi dan tempat bertanya yang tepat.Karena dari berbagai
informasi yang ada baik informasi dari lingkungan sekitar remaja maupun
dari informasi media banyak informasi negative yang didapatkan
remaja.Dilihat dari kasus remaja bermasalah sangat memperihatinkan dan
memerlukan perhatian.
Peran konselor sebaya/teman sebaya yang memberikan informasi positif
sangat dibutuhkan.

b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengembangkan hubungan sehat antar sebaya dengan cara
memberikan PKHS (Pengenalan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat) kepada remaja, melalui kegiatan pembentukan konselor sebaya
di sekolah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 55


2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman remaja di sekolah tentang
PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).
b) Meningkatkan kepedulian antara teman sebaya terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada remaja disekolah.
c) Melibatkan remaja dalam kegiatan peningkatan pelayanan
kesehatan pada remaja di sekolah, melalui peran konselor sebaya
di sekolahseperti membantu petugas PKPR untuk menemukan
sedini mungkin masalah kesehatan yang dialami klien sebaya.
d) Setelah mengikuti kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah, remaja mampu berperan sebagai
konselor sebaya dan membentuk jejaring disekolahnya masing-
masing.

d. Sasaran :
Murid SMP dan SMU sederajat yang telah diseleksi sebagai calon konselor
sebaya di sekolah

e. Persyaratan Calon konselor sebaya terdiri dari :


1) Mempunyai pengetahuan terkait dengan kesehatan remaja
2) Berkelakuan baik, bersedia sebagai role model bagi teman sebayanya
3) Mempunyai sifat empati, kongruensi (memahami diri sendiri)
4) Bisa menghargai orang lain, jujur, dapat dipercaya/menjaga
kerahasiaan klien.
5) Mempunyai keterampilan sebagai pendengar aktif dan dapat
berkomunikasi dengan baik

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Persiapan Teknis :
1) Identifikasi calon konselor sebaya di sekolah :
Remaja yang dipilih melalui seleksi calon konselor sebaya di sekolah.
2) Mempersiapakan tempat dan sarana Pembentukan dan Pelatihan
Fasilitator Peer Counselor di sekolah :
Tempat kegiatan adalah tempat dapat disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah), Puskesmas maupun Sekolah terkait
3) Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, narasumber dan daftar alat bantu/peraga (minimal 7
materi inti)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 56


4) Mengundang Calon konselor sebaya yang telah dipilih.
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran melalui pihak sekolah
yang terkait
5) Mempersiapkan tim fasilitator dan nara sumber :
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber yang
akan terlihat pada jadwal belajar
6) Menyusun rencana anggaran :
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya

h. Penyelenggaraan Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer


Counselor di sekolah:
1) Membuat kesan yang menyenangkanFasilitator/Narasumber dituntut
untuk mampu membuat suasana kelas menyenangkan bagi seluruh
calon konselor sebaya disertai dengan metode permainan.
2) Memilih materi dengan penyampaian yang mudah diterima oleh calon
konselor sebaya
3) Disiplin waktu
Dilaksanakan sesuai jadwal dengan sistim pelatihan, waktu ideal (lama
pelatihan yaitu 30 jam pelajaran @45 menit) dapat disesuaikan dengan
pendanaan di puskesmas masing-masing.

i. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer Counselor di
sekolahdiawali dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR
Kecamatan dan Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon konselor
sebaya di sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang calon-calon konselor sebaya yang telah lulus seleksi dari
pihak sekolah untuk diseleksi kembali di Puskesmas
4) Memperoleh hasil seleksi calon konselor sebaya oleh Puskesmas untuk
di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim PKPR di tingkat
Kecamatan dan Kelurahan

j. Monitoring dan Evaluasi


1) Evaluasi dampak kegiatan :
Evaluasi dengan menggunakan perangkat evaluasi (instrumen) yang
lebih spesifik berupa daftar isian yang disusun dengan indikator
tertentu. Dengan mengisi format 3 (pedoman teknik konseling
kesehatan remaja bagi konselor sebaya), Evaluasi Observer terhadap

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 57


konselor sebaya, pengisian format Home, Education/Employmen,
Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions
(HEADSSS)
2) Pencatatan dan Pelaporan :
Menggunakan format pencatatan dan pelaporan

k. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah
2) Jadwal materi
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer
Counselor di sekolah
6) Nilai pre dan post test
7) Quesioner pre dan post test
8) Lampiran materi
9) Dokumentasi kegiatan
10) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
11) SPJ Perjalanan Dinas Peserta

2. Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di luar sekolah


a. Pendahuluan :
Remaja merupakan suatu masa transisi dalam proses kehidupan. Dimana
problematika saat remaja sangat komples.Hal ini membuat para remaja
memerlukan informasi dan tempat bertanya yang tepat.Karena dari berbagai
informasi yang ada baik informasi dari lingkungan sekitar remaja maupun
dari informasi media banyak informasi negatife yang didapatkan
remaja.Dilihat dari kasus remaja bermasalah sangat memperihatinkan dan
memerlukan perhatian.
Banyaknya remaja yang putus sekolah disebabkan berbagai faktor seperti
faktor ekonomi keluarga, kenakalan remaja, kehamilan tidak diinginkan,
penyalahgunaan narkoba, penurunan minat belajar, kasus kriminal dan lain-
lain.Hal ini semakin menambah kompleks permasalahan remaja.Keadaan
remaja semakin tidak terkontrol karena tidak ada pantauan dari pihak
sekolah dan masyarakat.Untuk itu peran konselor sebaya/teman sebaya
yang memberikan informasi positif sangat dibutuhkan remaja diluar
sekolah.

b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 58


2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengembangkan hubungan sehat antar sebaya dengan cara
memberikan PKHS (Pengenalan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat) kepada remaja, melalui kegiatan pembentukan konselor sebaya
diluar sekolah.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman remaja di luar sekolah
tentang PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).
b) Meningkatkan kepedulian antara teman sebaya terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada remaja di luar sekolah / masyarakat.
c) Melibatkan remaja dalam kegiatan peningkatan pelayanan
kesehatan pada remaja di luar sekolah, melalui peran konselor
sebaya di luar sekolah seperti membantu petugas PKPR untuk
menemukan sedini mungkin masalah kesehatan yang dialami klien
sebaya.
d) Setelah mengikuti kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di luar sekolah, remaja mampu berperan sebagai
konselor sebaya dan membentuk jejaring di lingkungannya.

d. Sasaran :
1) Remaja usia 10-20 tahun yang putus sekolah yang telah diseleksi oleh
Tim PKPR Tingkat Kecamatan dan Kelurahan untuk menjadi calon
konselor sebaya di masyarakat.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 59


e. Persyaratan Calon konselor sebaya terdiri dari :
1) Mempunyai pengetahuan terkait dengan kesehatan remaja
2) Berkelakuan baik, bersedia sebagai role model bagi teman sebayanya
3) Mempunyai sifat empati, kongruensi (memahami diri sendiri)
4) Bisa menghargai orang lain, jujur, dapat dipercaya/menjaga
kerahasiaan klien.
5) Mempunyai keterampilan sebagai pendengar aktif dan dapat
berkomunikasi
dengan baik

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Persiapan :
Identifikasi Calon konselor sebaya di luar sekolah :
1) Remaja yang dipilih melalui seleksi calon konselor sebaya di luar
sekolah
2) Mempersiapakan tempat dan sarana Pembentukan dan Pelatihan
konselor sebaya / Peer Counselor di luar sekolah :
Tempat kegiatan adalah tempat dapat disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah), Puskesmas maupun Sekolah terkait
Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, narasumber dan daftar alat bantu/peraga (minimal 7
materi inti)
3) Mengundang Calon konselor sebaya yang telah dipilih.
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran melalui pihak sekolah
yang terkait
4) Mempersiapkan Tim fasilitator dan nara sumber :
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber yang
akan terlihat pada jadwal belajar
5) Menyusun rencana anggaran :
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya.

h. Penyelenggaraan Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di


luar sekolah:
1) Membuat kesan yang menyenangkanFasilitator/Narasumber dituntut
untuk mampu membuat suasana kelas menyenangkan bagi seluruh
calon konselor sebaya disertai dengan metode permainan.
2) Memilih materi dengan penyampaian yang mudah diterima oleh calon
konselor sebaya

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 60


3) Disiplin waktu
Dilaksanakan sesuai jadwal dengan sistim pelatihan, waktu ideal (lama
pelatihan yaitu 30 jam pelajaran @45 menit) dapat disesuaikan dengan
pendanaan di Puskesmas masing-masing

i. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di luar
sekolahdiawali dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR
Kecamatan dan Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon konselor
sebaya di luar sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan Peer
Counselor di luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang calon-calon konselor sebaya yang telah lulus seleksi dari
Tim PKPR Kecamatan dan Kelurahannya untuk diseleksi kembali di
Puskesmas
4) Memperoleh hasil seleksi calon konselor sebaya oleh Puskesmas untuk
di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di luar sekolah

j. Monitoring dan Evaluasi


1) Evaluasi dampak kegiatan :
Evaluasi dengan menggunakan perangkat evaluasi (instrumen) yang
lebih spesifik berupa daftar isian yang disusun dengan indikator
tertentu. Dengan mengisi format 3 (pedoman teknik konseling
kesehatan remaja bagi konselor sebaya), Evaluasi Observer terhadap
konselor sebaya, pengisian format Home, Education/Employmen,
Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions
(HEADSSS)
2) Pencatatan dan Pelaporan
Menggunakan format pencatatan dan pelaporan

k. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer
Counselor di luar sekolah
2) Jadwal materi
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di
luar sekolah
6) Nilai pre dan post test
7) Quesioner pre dan post test
8) Lampiran materi
9) Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 61


10) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
11) SPJ Perjalanan Dinas Peserta

C. Pembinaan Konselor Sebaya


1. Pembinaan Konselor Sebaya di sekolah
a. Pendahuluan :
Konseling kesehatan remaja merupakan kegiatan yang mewakili pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR), yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan remaja dan meningkatkan daya tahan remaja terhadap berbagai
masalah yang dialaminya sehingga mereka mampu memelihara kesehatan
dan terhindar dari prilaku beresiko.Salah satu upaya nyata PKPR dalam
mengikut sertakan remaja adalah melalui pelatihan konselor sebaya (peer
counselor).Konselor sebaya dibutuhkan sebagai tempat curhat (curahan
Hati) karena remaja lebih mudah mengkomunikasikan masalahnya kepada
sebayanya.Selain itu, konselor sebaya diharapkan dapat memotivasi dan
memberikan informasi yang benar mengenai kesehatan remaja.

b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Pembinaan konselor sebaya disekolah adalah kegiatan yang membantu
konselor sebaya dengan cara mendidik remaja menjadi kader kesehatan
remaja (pendidik atau konselor sebaya) agar dapat berperan sebagai
narasumber atau agen pengubah prilaku teman sebayanya serta dapat
berperan sebagai penghubungantara pemberi layanan dengan teman
sebayanya disekolah.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 62


c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan partisipasi aktif remaja dan keterlibatan remaja,
terhadap kesehatan sejak awal tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pada semua program yang ditujukan untuk kesehatan dan
kesejahteraan remaja.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi konselor sebaya di sekolah
b) Meningkatkan pelayanan konselor sebaya terhadap teman
sebayanya di sekolah melalui pelaporan kegiatan jejaring konselor
sebaya.
c) Melibatkan konselor sebaya di sekolah untuk kegiatan-kegiatan
yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan seperti
melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling individu
dan konseling kelompok disekolah, ikut serta dalam event-event
kegiatan remaja, membuat jejaring PKPR disekolah untuk
meningkatkan cakupan konselor sebaya (10% dari jumlah murid
sekolah telah menjadi konselor sebaya).
d. Sasaran :
1) Kepala sekolah dan guru BP
2) Konselor sebaya yang telah dilatih
3) Siswa / siswi SMP dan SMU

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

f. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya disekolah diawali dengan
kegiatan tindak lanjut dari kegiatan pembentukan dan pelatihan
konselor sebaya di sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembinaan Konselor Sebaya di
sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Melakukan pemberitahuan kepada pihak sekolah/kepala sekolah bahwa
akan dilakukan pembinaan konselor sebaya di sekolahnya
4) Memperoleh hasil laporan kegiatan konselor sebaya di sekolah
5) Kegiatan dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan analisis situasi yang ada. Jika dari aktifitas
yang dilakukan oleh konselor sebaya memerlukan pemantauan dan
pembinaan lebih lanjut, maka kegiatan dilakukan lebih frekuensi lebih
banyak.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 63


6) Kegiatan dilakukan dipuskesmas/sekolah, usahakan ruangan tenang
sehingga proses pembinaan bisa berlangsung dengan baik. Konselor
sebaya diminta juga membawa laporan hasil kegiatan saat menghadiri
kegiatan pembinaan disekolah (kegiatan konseling perorangan
disekolah, konseling kelompok disekolah, penyuluhan kelompok
disekolah, rujukan ke tenaga kesehatan/puskesmas, pendampingan
kasus remaja, kunjungan rumah remaja bermasalah, kegiatan
penjaringan konselor sebaya), rekap pengisian format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS)

h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di
sekolah
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di sekolah
6) Lampiran laporan kegiatan konselor sebaya
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Peserta

2. Pembinaan Konselor Sebaya di luar sekolah


a. Pendahuluan
Konseling kesehatan remaja merupakan kegiatan yang mewakili pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR), yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan remaja dan meningkatkan daya tahan remaja terhadap berbagai
masalah yang dialaminya sehingga mereka mampu memelihara kesehatan
dan terhindar dari prilaku beresiko.Salah satu upaya nyata PKPR dalam
mengikut sertakan remaja adalah melalui pelatihan konselor sebaya (peer
counselor).Konselor sebaya dibutuhkan sebagai tempat curhat (curahan
Hati) karena remaja lebih mudah mengkomunikasikan masalahnya kepada
sebayanya.Selain itu, konselor sebaya diharapkan dapat memotivasi dan
memberikan informasi yang benar mengenai kesehatan remaja.

b. Pengertian
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 64


3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Pembinaan konselor sebaya diluar sekolah adalah kegiatan yang
membantu konselor sebaya dengan cara mendidik remaja menjadi
kader kesehatan remaja (pendidik atau konselor sebaya) agar dapat
berperan sebagai narasumber atau agen pengubah prilaku teman
sebayanya serta dapat berperan sebagai penghubung antara pemberi
layanan dengan teman sebayanya di lingkungannya.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Penurunan angka kesakitan dan kematian pada masa remaja sehingga
tercapai remaja Indonesia sehat fisik, mental dan sosial serta tinggal di
lingkungan aman yang mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi konselor sebaya di luar sekolah
b) Meningkatkan pelayanan konselor sebaya terhadap teman
sebayanya di lingkungan sekitar tempat tinggalnya melalui
pelaporan kegiatan jejaring konselor sebaya.
c) Melibatkan konselor sebaya di luar sekolah untuk kegiatan-
kegiatan yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan
seperti melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling
individu dan konseling kelompok dilingkungan tempat tinggalnya,
ikut serta dalam event-event kegiatan remaja, membuat jejaring
PKPR dilingkungannya untuk meningkatkan cakupan konselor
sebaya (10% dari jumlah remaja usia 10-19 th telah menjadi
konselor sebaya).

d. Sasaran :
1) Konselor sebaya yang telah dilatih
2) Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
3) Tokoh masyarakat

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 65


f. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di luar sekolahdiawali dengan
kegiatan tindak lanjut dari kegiatan pembentukan dan pelatihan
konselor sebaya di luar sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembinaan Konselor Sebaya di luar
sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Melakukan pemberitahuan kepada Tim PKPR Kecamatan dan
Kelurahan bahwa akan dilakukan pembinaan konselor sebaya di
wilayahnya
4) Memperoleh hasil laporan kegiatan konselor sebaya di luar sekolah
5) Kegiatan dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan analisis situasi yang ada. Jika dari aktifitas yang
dilakukan oleh konselor sebaya memerlukan pemantauan dan
pembinaan lebih lanjut, maka kegiatan dilakukan lebih frekuensi lebih
banyak.
6) Kegiatan dilakukan aula/gedung pertemuan kecamatan/kelurahan/
puskesmas. Usahakan ruangan tenang sehingga proses pembinaan bisa
berlangsung dengan baik.
7) Konselor sebaya diminta juga membawa laporan hasil kegiatan saat
menghadiri kegiatan pembinaan kegiatan konseling perorangan,
konseling kelompok, penyuluhan kelompok, rujukan ke tenaga
kesehatan/puskesmas, pendampingan kasus remaja, kunjungan rumah
remaja bermasalah, rekap pengisian format Home, Education/
Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/
Depressions (HEADSSS)

g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di luar
sekolah
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di luar sekolah
6) Lampiran laporan kegiatan konselor sebaya
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Peserta

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 66


D. Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
1. Pendahuluan :
Kasus remaja bermasalah yang sangat memperihatinkan dan memerlukan
perhatian dari tiap sektor terkait dan masyarakat, karena jumlahnya yang selalu
meningkat yaitu remaja yang merokok berjenis kelamin, remaja yang
mengkonsumsi alkohol, dan remaja perempuan yang telah mengkonsumsi
alkohol belum terlaporkan.Remaja yang telah menggunakan NAPZA yang
didalamnya termasuk oplosan (minuman berenergi dicampur dengan obat
CTM/DMP dioplos dengan alkohol 70%).Data ini di dapat dari laporan dari
berbagai elemen masyarakat, namun ada juga kasus yang masih belum
dilaporkan dan ditutup tutupi oleh pihak tertentu. Sedangkan data remaja yang
telah mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas didalam gedung dan
diluar gedung melalui rujukan dari UKS, Konselor sebaya baik yang didalam
sekolah maupun yang diluar sekolah, dokter kecil maupun guru BP maupun
remaja yang datang sendiri ke puskesmas, remaja yang mendapat pelayanan
rujukan ke RSUD, RS jiwa, psikologi maupun kasus kepolisian dan kematian
remaja (data terlampir pada tabel). Kasus HIV/AIDS dikalangan remaja belum
terdeteksi karena kurangnya kerjasama lintas sektor dan kurangnya alat
pemeriksaan yang ada di puskesmas-puskemas sehingga remaja tidak dapat
diperiksa.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan partisipasi aktif remaja untuk mendukung generasi yang
sehat, mandiri dan berkepribadian.

b. Tujuan Khusus :
a) Rekapitulasi data remaja sebagai informasi kepada masyarakat,
misalnya tentang masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi
kebutuhan remaja serta intervensi yang telah diberikan
b) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan
urgensi penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat
secara terus menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar
daln lain-lain
c) Data yang tersedia disiapkan untuk menjadi bahan informasi tentang
permasalahan, remaja yang akan terlibat di dalamnya, kebijakan yang
diimplementasikan, organisasi yang dapat mempengaruhi pemegang
keputusan.

3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 67


4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

5. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)di sekolah dan luar
sekolahdiawali dengan pengumpulan data sasaran kegiatan survey PKPR.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, pendanaan dan
surat pemberitahuan ke sekolah dan tim PKPR Kecamatan dan Kelurahan
agar dapat bekerjasama dalam pengumpulan sasaran survey)
c. Melakukan pelaksanaan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah, kuesioner survey, pengisian format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS)
d. Memperoleh hasil Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di sekolah dan
luar sekolah
e. Melakukan pengolahan data Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah
f. Penyajian dan melaporkan hasil Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah kepada Pimpinan Puskesmas, Dinas Kesehatan
dan publikasi kepada masyarakat.
g. Hasil survey dapat digunakan sebagai kajian bagi rencana tindak lanjut
pelayanan kesehatan remaja.

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta suvey.
d. Narasi laporan kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah
f. Fc rekap hasil pengisian format Home, Education/ Employmen, Activities,
Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions (HEADSSS)
g. Format Quesioner Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di sekolah dan
luar sekolah
h. Dokumentasi kegiatan
i. SPJ Perjalanan Dinas Petugas Survey

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 68


E. Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR
1. Pendahuluan
Masalah remaja salah satunya adalah dampak dari kurangnya perhatian lintas
sektor, orang tua dan remaja itu sendiri kepada wadah kegiatan positif bagi
remaja, sehingga remaja melakukan hal-hal yang berdampak negatif bagi
dirinya dan orang lain.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Dihasilkannya program kesehatan remaja yang dapat memenuhi kebutuhan
remaja di wilayah puskesmas, sehingga timbul rasa memiliki serta
menimbulkan motivasi remaja untuk menegakkan kredibilitas dan
memasarkan program diantara remaja.

b. Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan lokasi kegiatan yang melibatkan remaja, misal
pelatihan Peer Counselor atau kegiatan KIE secara Outbond/luar
ruangan, di mall, café dan lokasi-lokasi yang disukai remaja.
2) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan
urgensi penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat
secara terus menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar
daln lain-lain
3) Mengembangkan inovasi kegiatan dengan memanfaatkan sarana
komunikasi atau teknologi yang ada, misalnya pelayanan konseling
melalui hot-line service/SMS atau pemberian informasi melalui website
dan media elektronik seperti radio, televisi.

4) Mencari masukkan, usulan dan ide dari remaja untuk perbaikan


program kesehatan keluarga dan untuk inisiasi program inovatif, dengan
mengadakan pertemuan berkala dengan kader kesehatan remaja, tentang
berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan remaja, melalui
pembinaan konselor sebaya disekolah maupun diluar sekolah yang
dilakukan oleh petugas program remaja berintegrasi dengan lintas
program dan pihak terkait. Juga dapat melalui forum diskusi, seminar,
lokakarya dan lain-lain.
5) Bekerjasama dengan remaja melakukan kampanye kesehatan remaja
misalnya tentang menjauhi seks bebas/seks pranikah, narkoba, pada
kesempatan khusus.

3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 69


4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan luar
sekolahdiawali dengan pengumpulan data sasaran kegiatan PKPR.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, pendanaan dan
surat pemberitahuan ke sekolah dan tim PKPR Kecamatan dan Keluharan
agar dapat bekerjasama dalam Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR)
c. Melakukan pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR sekolah
dan luar sekolah
d. Memperoleh hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan
luar sekolah
e. Melakukan pengolahan data laporan kegiatanPengembangan Inovasi
Kegiatan PKPR di sekolah dan luar sekolah
f. Penyajian dan melaporkan hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah kepada Pimpinan Puskesmas, Dinas Kesehatan
dan publikasi kepada masyarakat.
g. Hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR dapat digunakan sebagai
kajian bagi rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan remaja

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR.
d. Narasi laporan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah
dan luar sekolah
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah
f. Format Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan luar sekolah
g. Dokumentasi kegiatan
h. SPJ Perjalanan Dinas Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR

F. Tindak Lanjut dan Rujukan Remaja Bermasalah


1. Pendahuluan
Setiap remaja diharapkan dapat menjalankan proses kehidupan remaja dengan
sehat penuh dengan kreatifitas dan menjadi berguna bagi keluarga dan
masyarakat dilingkungannya. Oleh karena itu setiap remaja harus dapat dengan
mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang optimal, baik remaja beresiko termasuk bagi remaja yang
bermasalah.Remaja terbagi dalam remaja tak bermasalah, remaja beresiko dan
remaja bermasalah.Pelayanan PKPR bertujuan untuk menurunkan kasus remaja

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 70


yang bermasalah dan mendeteksi secara dini remaja beresiko agar tidak menjadi
kasus remaja beresiko, serta melindungi remaja yang tak bermasalah dari hal-hal
yang negatif.Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efisien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui tatanan sistem rujukan.

2. Pengertian :
a. Tindak lanjut dan rujukan remaja bermasalah merupakan kegiatan
keberlanjutan dari hasil kunjungan rumah pembinaan remaja dan atau hasil
pelayanan dipuskesmas maupun hasil rujukan dari para konselor sebaya,
temuan kasus remaja bermasalah dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan
kasusnya.
b. Indikator remaja berisiko tinggi :
1) Penurunan kemampuan belajar
2) Absen sekolah yang berlebihan
3) Keluhan psikosomatik yang sering/menetap
4) Perubahan kebiasaan tidur atau makan
5) Kesulitan konsentrasi atau kebosanan yang menetap
6) Tanda dan gejala stres atau kecemasan
7) Menarik diri atau berpindah kelompok
8) Perilaku menentang atau kekerasan yang hebat dan atau perubahan
kepribadian yang radikal
9) Konflik dengan orang tua
10) Perilaku seksual yang berlebihan
11) Konflik dengan hukum
12) Memperlihatkan pikiran bunuh diri
13) Penyalahgunaan obat dan alkohol
14) Melarikan diri dari rumah
15) Kehamilan remaja
16) Pernikahan dini

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
remaja bermasalah dalam rangka meningkatkan kesehatan remaja sebagai
calon-calon ibu dan ayah yang sehat sehingga dapat menunjang upaya
menurunkan AKI dan AKB

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan pada remaja bermasalah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 71


2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti kepolisian, panti rehabilitasi, dinas
social, P2TP2A dan lain-lain.
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan kasus remaja
bermasalah
4. Sasaran :
Seluruh remaja yang ada diwilayah kerja masing-masing puskesmas

5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan pelayanan remaja
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
menangani kasus-kasus remaja yang terjadi
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait

6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping sasaran remaja tak bermasalah, remaja beresiko dan
remaja bermasalah :
Dalam melakukan pemetaan sasaran diharapkan bisa membuat analisa dan
perhitungan secara riil antara jumlah sasaran yang sudah diberikan
berdasarkan data estimasi dari capil dengan sasaran pelayanan diwilayah
kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data remaja serta melakukan
pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data remaja juga untuk
dilakukan kunjungan rumah bagi remaja yang memiliki risiko maupun
remaja yang memiliki keterbatasan untuk kontak ke sarana kesehatanseperti
remaja dengan KTD yang merasa malu untuk datang ke puskesmas, remaja
dengan kasus-kasus psikologis, kecelakaan remaja, dan lain-lain.
c. Melakukan pelayanan sekaligus skrining terhadap kasus resiko:
Pelayanan diberikan dengan berkualitas sesuai standar, teliti dan terintegrasi
dengan program KIA, gizi, imunisasi, P2, kesehatan lingkungan dan
promkes untuk menemukan sedini mungkin risiko yang dialami oleh
remaja.
d. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Jika dari hasil pelayanan yang diberikan ditemukan risikopada remaja,
maka diharapkan agar petugas bisa melakukan konsultasi dengan dokter
dan atau dokter spesialis untuk melakukan rujukan, apakah rujukan segera
ataupun rujukan terencana. Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 72


dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses rujukan yaitu
alat transportasi, surat rujukan dan administrasi lainnya (KTP remaja/surat
keterangan RT, KK, surat jaminan, dll), obat-obatan, peralatan dan
pendampingan saat rujukan berlangsung. Perlu diingat bahwa sebelum
rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan yang bersifat “segera” agar
bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan untuk persiapan penanganan
pasien seperti kasus kecelakaan, over dosis obat-obatan/narkoba,
perencanaan bunuh diri, dan lain-lain.
e. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai. Karena
remaja masih harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.
Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone,
dan sebagainya.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register remaja dan
dibuat dalam pelaporan bulanan yaitu laporan bulanan remaja, dan laporan
rujukan remaja

7. Indikator pelayanan remaja :


a. Prevalensi anemia pada remaja< 10%
b. Prevalensi Gonorhoe dikalangan kelompok beresiko tinggi, untuk Sifilis<
10%
c. Prevalensi HIV/AIDS dalam kelompok resiko tinggi< 1%
d. Cakupan Pelayanan Kespro Remaja dalam sekolah Luar sekolah 85%
e. Prevalensi Permasalahan Remaja Menurun
f. Puskesmas Mampu Tata laksana PKPR 90%
g. Melatih Konselor sebaya/Kader PKPR 10% dari jumlah murid
h. Melakukan pembinaan minimal 1 sekolah
i. Melaksanakan UKS ditiap sekolah 100%
j. Konseling remaja kontak oleh petugas 100%
k. Pelaksanaan KIE disekolah minimal 2x setahun

8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatan tindak lanjut dan rujukan remaja
beresiko
b. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan rujukan remaja beresiko
c. Rekapitulasi data remaja yang dilakukan konseling dan dirujuk
d. Dokumentasi
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan remaja/ family folder/ pengisian format
Home, Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS) (inisial identitas)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 73


G. Kunjungan Rumah (Home Visite) Remaja Bermasalah
1. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah remaja yang dilakukan oleh petugas untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan,konseling remaja serta pelayanan
lainnya yang dibutuhkan.

2. Tujuan
a. Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja sesuai standar yang
dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan remaja.

b. Khusus :
1) Meningkatkan cakupan remaja
2) Mempermudah akses remaja untuk mendapatkan pelayanan remaja
berkualitas
3) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani remaja
bermasalah dengan melakukan pendekatan keluarga
4) Mengingatkan dan memotivasi remaja, orang tua/keluarga tentang
kesehatan remaja dan masalah-masalah yang dihadapi remaja
5) Membangun komunikasi persuasif dengan remaja, orang tua/keluarga,
forum peduli remaja/ PKPR kecamatan dan kelurahan, guru/sekolah dll
6) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan remaja

c. Sasaran :
1) Remaja yang bermasalah (KTD, pengguna narkoba/NAPZA, remaja
dengan HIV/AIDS, remaja dengan kasus kenakalan remaja, korban KtP
dan KtA dan lain-lain)
2) Remaja yang tercatat sebagai remaja berisiko (remaja tergabung dalam
geng motor, kelompok remaja dijalan, remaja yang tinggal di lokasi
rawan, remaja yang berganti-ganti pacar/pasangan seperti lokalisasi,
remaja dengan keluarga yang tersangkut kasus narkoba, broken home
dan lain-lain)
3) Remaja yang membutuhkan pengawasan (remaja dengan masalah
psikologis, remaja dengan kehamilan, remaja yang telah kembali dari
pusat rehabilitasi/penjara/RS/RS jiwa)

Indikator remaja berisiko tinggi/bermasalah :


1) Penurunan kemampuan belajar
2) Absen sekolah yang berlebihan
3) Keluhan psikosomatik yang sering/menetap
4) Perubahan kebiasaan tidur atau makan
5) Kesulitan konsentrasi atau kebosanan yang menetap
6) Tanda dan gejala stres atau kecemasan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 74


7) Menarik diri atau berpindah kelompok
8) Perilaku menentang atau kekerasan yang hebat dan atau perubahan
kepribadian yang radikal
9) Konflik dengan orang tua
10) Perilaku seksual yang berlebihan
11) Konflik dengan hukum
12) Memperlihatkan pikiran bunuh diri
13) Penyalahgunaan obat dan alkohol
14) Melarikan diri dari rumah
15) Kehamilan remaja
16) Pernikahan dini

d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan remaja
2) Meningkatkan peran serta orang tua/keluarga
3) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar
4) Meningkatkan perhatian dan pelaporan masyarakat tentang aktifitas
negative dan positif di wilayahnya
5) Tertanganinya kejadian kasus remaja secara dini
6) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian remaja

e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi remaja diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data remaja
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku konseling remaja
 Form home visit remaja pengisian format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS)
 Tensimeter
 Stetoskop
 Bila remaja mengalami kehamilan diharapkan kordinasi dengan
bidan/petugas KIA untuk dilakukan home visite ibu hamil.
 Surat rujukan
c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
 Memberikan pelayanan remaja sesuai standar (pendampingan
dan konseling)
 Penyuluhan/konseling remaja sesuai dengan masalah dan
kebutuhan remaja, melakukan feed back hasil konseling,
memberikan paraf, nama pemeriksa dan tanggal

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 75


 Motivasi remaja agar menjadi lebih baik
 Membangun komunikasi persuasif dengan orang tua/keluarga
dan forum peduli remaja/Tim PKPR kecamatan/kelurahan
untuk peningkatan partisipasi aktif unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan remaja
 Melakukan rujukan jika diperlukan
d) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh remaja
e) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam form
konseling remaja
f) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan/konseling yang ada di form konseling remaja dengan
foto copy atau foto dari kamera
5) Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku
register remaja setiba di puskesmas
6) Membuat laporan hasil kegiatan

f. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan rencana kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi remaja yang diberikan pelayanan
3) Form home visit yang ditandatangani oleh remaja
4) Fc lembar konseling remaja/ pengisian format Home, Education/
Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/
Depressions (HEADSSS)
5) Dokumentasi kegiatan
6) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah

H. Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah SD, SMP dan SMU
1. Pendahuluan
Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar
kesehatan sbg urusan wajib pemerintah daerah. Penjaringan dilakukan 1 tahun
sekali pada awal tahun pelajaran terhadap peserta didik kelas 1 SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA negeri dan swasta. Kegiatan penjaringan anak
sekolah penting dilakukan karena sebagian besar anak usia 10 s/d 19 tahun
adalah anak usia sekolah. Dari penjaringan anak sekolah dapat diperoleh
keadaan/status kesehatan anak sekolah secara rutin dan berdampak baik bagi
peningkatan kesehatan anak sekolah.

2. Pengertian :
a. Penjaringan kesehatan :
Penjaringan anak sekolah adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan
kesehatan (skrining) pada seluruh peserta didik/murid disekolah kelas 1
SD/MI, 7 SMP/Mts, dan 10 SMA/SMK/MA (entry level), guna mencegah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 76


kesakitan dan mendeteksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi pada
anak sekolah, serta melakukan tindak lanjut setelah pelaksanaan
penjaringan anak sekolah.
2) Pemeriksaan Berkala :
Pemeriksaan berkala anak sekolah adalah serangkaian pemeriksaan
kesehatan (skrining)yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas 2-6
SD/MI, 8-9 SMP/Mts dan 11-12 SMA/SMK/MA. Pemeriksaan berkala
dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan remaja usia 10 sampai 19 tahun atau anak
usia sekolah secara optimal dalam mendukung proses belajar sebagai upaya
menciptakan generasi yang sehat, mandiri, berkarakter, cerdas dan kreatif
guna meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia.
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan salah satu
Indikator Standar Pelayanan Minimal.
1) Capaian SPM (kelas 1, kelas 7 dan kelas 10).
2) Capaian Program Penjaringan dan pemerikasaan berkala adalah seluruh
sasaran murid (Kelas 1-6 SD/sederajat, kelas 1-3 SMP/sederajat, kelas
1-3 SMA/sederajat).

b. Tujuan Khusus :
1) Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
2) Tersedianya data/informasi utk menilai perkembangan peserta didik
a) pertimbangan menyusun program
b) pembinaan kesehatan sekolah
3) Base data utk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan pelayanan kesehatan UKS dan program pembinaan peserta
didik
4) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
5) Tindak lanjut apabila didapatkan masalah kesehatan pada peserta didik.

4. Sasaran :
a. Peserta didik kelas 1 SD/MI (kelas 1-6)
b. Peserta didik kelas 1 SLTP/MTs (kelas 1-3)
c. Peserta didik kelas 1 SMU/SMK/MA (kelas 1-3)

5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 77


6. Pelaksanaan :
a. Pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan dengan unsur TP UKS
lainnya dan Kepala Sekolah serta unsur lain yg dipandang perlu (rencana
kerja penjaringan kesehatan jadwal, tenaga pelaksana, kegiatan
pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan hasil penjaringan kesehatan menurut
sekolah sasaran)
b. Pembentukan TIM Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah
tingkat Puskesmas dengan Kepala Puskesmas sebagai Penanggung Jawab
dan anggota TIM merupakan lintas program terkait : program UKS (strata
UKS dan koodinator antar program, pemantauan Buku Raport Kesehatan),
program Gizi (Penilaian Status Gizi, Risiko anemia dan pemberian tablet
tambah darah), Dokter/Pelayanan Kesehatan dasar (Pemeriksaan penyakit,
Gigi dan mulut, Mata/penglihatan, telinga dan pendengaran), program
remaja dan kesehatan jiwa (pemeriksaan Risiko yang berhubungan dengan
gaya hidup, gangguan kesehatan reproduksi, gangguan mental emosional,
Modalitas belajar, dominasi otak dan rujukan), kesjaor (penggunaan alat
bantu dan penilaian kebugaran), P2P (pemberian Imunisasi dan obat cacing
dan kondisi siswa terkait Covid 19), KIE dilakukan oleh masing-masing
program.
c. Rapat Tim Penjaringan untuk membentuk Tim, pembagian tugas, jadwal
kegiatan, petugas pelaksana, anggaran, kerjasama rekapitulasi hasil
penjaringan, pencatatan dan pelaporan.
d. Advokasi dan sosialisasi kepada Kepala sekolah dan guru terkait
pelaksanaan kegiatan penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah
(data sasaran peserta didik, jadwal dan proses kegiatan) pada saat pandemi
kegiatan ini dapat dilakukan online semasa Pandemi Covid 19 melalui
telephone/Hp atau WhatsApp Group sekolah dan Puskesmas.
e. Koordinasi penyebaran kuesioner (fotocopy dan Link e-PANTAS)
f. Penjaringan dan pemeriksaan berkala kesehatan anak sekolah merupakan
serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik, laboratorium, penyimpangan
mental emosional serta kesegaran jasmani.
g. Rangkaian pemeriksaan seharusnya dilaksanakan seluruhnya, namun dalam
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi wilayah
setempat
h. Menggunakan format e-PANTAS Online (Google Form) dan offline
menggunakan fotocopy format kuesioner e-PANTAS sehingga dapat
dilakukan pada saat pandemi Covid 19 dan dapat digunakan saat
pelaksanaan tatap muka.
i. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah dasar :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi & mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan,
5) pendengaran)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 78


6) Pemeriksaan laboratorik
7) Pengukuran kebugaran jasmani
8) Deteksi dini penyimpangan mental emosional
j. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah lanjutan:
1) Pengisian kuesioner :
2) Keadaan kesehatan umum
3) Riwayat kesehatan
4) Informasi kesehatan keluarga
5) Riwayat imunisasi
6) Gaya hidup
7) Kesehatan intelegensia
8) Kesehatan mental remaja
9) Kesehatan reproduksi
10) Bahan edukasi dan konseling
k. Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi dan mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
5) Pengukuran kebugaran jasmani
6) Pemeriksaan laboratorik :
7) Pemeriksaan Hb
8) Pemeriksaan feses/tinja
l. Pelaksana Penjaringan
1) Dokter dan atau dokter gigi
2) Tenaga paramedik: perawat umum; tenaga laborat; tenaga paramedik
lain, misalnya perawat gigi; petugas gizi, petugas P2P
3) Dua guru: guru kelas/wali kelas; guru pembina UKS/guru bid studi
Penjaskes/OR
4) Dokcil/ kader kes remaja

7. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/Setingkat :


Jumlah SD dan setingkat yg murid SD kls 1diperiksa kesehatnnya
oleh tenaga terlatih di satu wil kerja pd kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah SD kelas 1 dan setingkat di satu wilayah kerja dlm kurun
waktu yang sama

Cakupan tersebut juga berlaku pada perhitungan cakupan penjaringan murid


klas 7 SMP dan kelas 10 SMU sederajat.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 79


8. Cakupan Pemeriksaan Berkala Kesehatan Siswa SD/Setingkat :
Jumlah SD dan setingkat yg murid SD kls 2-6 diperiksa kesehatnnya
oleh tenaga terlatih di satu wil kerja pd kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah SD kelas 2-6 dan setingkat di satu wilayah kerja dlm kurun
waktu yang sama

Cakupan tersebut juga berlaku pada perhitungan cakupan penjaringan murid


kelas 2-3 SMP dan kelas 2-3 SMU sederajat.

9. Pencatatan dan pelaporan


a. Pencatatan hasil kegiatan penjaringan :
1) Memperoleh data kesehatan peserta didik
2) Kelainan dg indikasi mengganggu proses belajar, prevalensi tinggi,
menyebabkan cacat fisik, mental & sosial
b. Puskesmas mengumpulkan dan mengelola data :
1) Gambaran kondisi kesehatan anak yg baru msk sekolah
2) Rekap data dilaporkan ke Dinkes Kab/Kota
c. Penggunaan Google Form e-PANTAS dilakukan dengan menyebar link e-
PANTAS dibantu oleh guru dan pihak sekolah kepada masing-masing
murid melalui group kelas dan saat pembelajaran Daring/Online. Peserta
didik dan orang tua dapat mengisi kuesioner pada link tersebut. Hasil
pengisian link tersebut otomatis akan masuk ke dalam link petugas
Puskesmas secara otomatis langsung terpilah ke masing-masing sekolah
berserta dengan indentitas peserta didik. Selanjutnya hasil akan terekap
otomatis dan akan terlihat analisis hasil dari kuesioner yang telah diisi oleh
peserta didik. Hasil e-PANTAS dapat langsung dilaporkan ke petugas
Kabupaten. Hasil e-PANTAS dilakukan follow up atau tindak lanjut sesuai
masalah yang ditemukan pada masing-masing peserta didik, dilaporkan ke
pada kepala sekolah dan diinformasikan kepada orang tua yang peserta
didik. Hal ini juga nantinya akan dilakukan tindak lanjut rujukan ke
Puskesmas dan RS sesuai dengan masalah yang ditemukan pada peserta
didik. Data dari hasil e-PANTAS dikoordinasikan ke petugas lintas
program yang ada di Puskesmas sebagai tindak lanjut program terkait.

d. Pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan anak sekolah melalui tatap muka


untuk pemeriksaan penilaian status gizi, risiko anemia, (TB, TD, BB, Lila,
pemeriksaan sclera mata), pemeriksaan gigi dan gusi, pemeriksaan
penglihatan dan pendengaran, pemberian imunisasi, pemberian tablet
tambah darah, pemberian obat cacing dan KIE serta pemantauan strata UKS
dan buku Raport kesehatan anak sekolah. Untuk penilaian risiko yang
berhubungan dengan gaya hidup, gangguan kesehatan reproduksi,
gangguan mental emosional, modalitas belajar, dan dominasi otak
menggunakan Kuesioner fotocopy Form e-PANTAS dilakukan dengan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 80


menyebar kuesioner e-PANTAS dibantu oleh guru dan pihak sekolah
kepada masing-masing murid melalui group kelas dan saat pembelajaran
tatap muka. Peserta didik dan orang tua dapat mengisi kuesioner tersebut.
Hasil pengisian kuesioner tersebut direkap oleh masing-masing pengelola
program terkait sesuai dengan asal sekolah berserta dengan indentitas
peserta didik. Selanjutnya hasil akan terekap kedalam format rekapan hasil
kuesioner e-PANTAS. Hasil e-PANTAS dapat langsung dilaporkan ke
petugas Kabupaten. Hasil e-PANTAS dilakukan follow up atau tindak
lanjut sesuai masalah yang ditemukan pada masing-masing peserta didik,
dilaporkan ke pada kepala sekolah dan diinformasikan kepada orang tua
yang peserta didik. Hal ini juga nantinya akan dilakukan tindak lanjut
rujukan ke Puskesmas dan RS sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
peserta didik. Data dari hasil e-PANTAS dikoordinasikan ke petugas lintas
program yang ada di Puskesmas sebagai tindak lanjut program terkait.

10. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatanPenjaringan dan pemeriksaan
berkala anak sekolah SD, SMP dan SMU
b. Narasi laporan hasil kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak
sekolah SD, SMP dan SMU
b. Rekapitulasi data hasil Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah
SD, SMP dan SMU (e-PANTAS)
c. SK TIM Penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah di Puskesmas
d. SPJ Kegiatan
e. Dokumentasi kegiatan

IV. Pelayanan Kesehatan Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan


Dan Anak
A. Sosialisasi Penanganan KtP/KtA
1. Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA di Puskesmas
a. Pendahuluan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan merupakan rambu-rambu bagI
penyelenggaraan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
sehingga arah dan tujuan program dapat diketahui, diukur dan dijadikan
pedoman oleh semua pihak terkait sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak; Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi; Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; dan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 81


Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdagangan
Orang.

b. Pengertian :
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan
2) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan adalah ketentuan mengenai
cakupan dan jenis pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh secara minimal oleh setiap perempuan
dan anak korban kekerasan.
3) Perempuan dan anak korban kekerasan adalah perempuan dan anak
yang mengalami penderitaan fisik, psikis, mental, seksual,
penelantaran, yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang dilakukan
oleh individu, kelompok, atau korporasi.
4) Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan
perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.
5) Kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,mental,
seksual, psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang
mengancam integritas tubuh dan merendahkan martabat anak.
6) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
7) Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah sebagai
berikut:
a) Kekerasan Fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 UU PKDRT Jo. Pasal 89
KUHP, Pasal 80 ayat (1) huruf d, UU PA).
b) Kekerasan Psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang (Pasal 7, UU PKDRT).
8) Kekerasan Seksual, meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan/atau pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu (Pasal 8, UU PKDRT).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 82


b) Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan
yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia (KUHP Pasal 285).
c) Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
(KUHP Pasal 289).
d) Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan (Pasal 81 UU PA).
e) Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul (Pasal 82 UU PA).
9) Penelantaran meliputi tapi tidak terbatas pada :
a) Tindakan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun social (Pasal 1
butir 6, UU PA).
b) Tindakan mengabaikan dengan sengaja untuk memelihara,
merawat, atau mengurus anak sebagaimana mestinya (Pasal 13
ayat (1) huruf c, UU PA).
c) Tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut
(Pasal 9 ayat (1) UU PKDRT).
d) Tindakan yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan
cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di
dalam atau di luar rumah sehingga korban berada dibawah kendali
orang tersebut (Pasal 9 ayat (2) UU PKDRT).
10) Eksploitasi, meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Tindakan yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain (Pasal
88 UU PA).
b) Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tapi
tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa, penindasan, pemerasan,
pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan
hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan
seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materil maupun immaterial (Pasal 1 butir 7 UU PTPPO).
c) Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh
seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan
keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan
pelacuran atau pencabulan (Pasal 7 butir 8 UU PTPPO, Pasal 4
ayat (1) UU Pornografi).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 83


11) Kekerasan Lainnya, meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan
hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan
tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana yang
menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan hakiki
seseorang (Pasal 1 butir 12 UU PTPPO).
b) Pemaksaan adalah suatu keadaan di mana seseorang/korban
disuruh melakukan sesuatu sedemikian rupa sehingga orang itu
melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak
sendiri(Penjelasan Pasal 18 UU PTPPO).
c) Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancamaan kekerasan, penggunaaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi (mengacu pada Pasal 1 butir 1 UU PTPPO).
d) Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah seseorang yang
mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi,
dan/atau sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan
orang.
e) Pemulangan merupakan proses mengembalikan perempuan dan
anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik debarkasi/entry
point, atau dari daerah penerima ke daerah asal.
f) Titik debarkasi adalah tempat penurunan perempuan dan anak
korban kekerasan dari luar negeri dengan menggunakan angkutan
darat, kapal, atau pesawat udara di pos lintas batas, pelabuhan, atau
bandar udara di wilayah Indonesia.
g) Reintegrasi sosial merupakan upaya mengembalikan perempuan
dan anak korban kekerasan kepada keluarga inti, keluarga atau
institusi pengganti, atau masyarakat..
h) Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif
yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang
hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM ini berupa masukan,
proses, hasil, dan/atau manfaat pelayanan.
i) Pelayanan Terpadu adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan
perlindungan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang
dilaksanakan secara bersama-sama oleh instansi atau lembaga
terkait sebagai satu kesatuan penyelenggaraan: penanganan
pengaduan, pelayanan kesehatan, rehabilitasi sosial, penegakan
dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 84


Pelayanan terpadu ini dapat diselenggarakan oleh pusat pelayanan
berbasis rumah sakit, puskesmas, atau lembaga pemberi layanan
lainnya.Pelayanan ini dapat dilakukan dalam satu atap atau secara
jejaring, tergantung kebutuhan di masing-masing daerah.
j) Unit Pelayanan Terpadu atau disingkat UPT adalah suatu unit
kesatuan yang menyelenggarakan fungsi pelayanan terpadu bagi
perempuan dan anak korban kekerasan. UPT tersebut dapat berada
di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan Pusat Krisis Terpadu (PKT)
yang berbasis Rumah Sakit, Puskesmas, Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak (UPPA), Kejaksaan, Pengadilan, Rumah
Perlindungan Trauma Center (RPTC), Rumah Perlindungan Sosial
Anak (RPSA), Satuan Tugas Pelayanan Warga pada Perwakilan RI
diluar negeri, Women Crisis Center (WCC), LBH, dan lembaga
sejenis lainnya. Layanan ini dapat berbentuk satu atap (one stop
crisis center) atau berbentuk jejaring, tergantung kebutuhan di
masingmasing daerah.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Melindungi hak anak dan perempuan untuk menciptakan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang mendukung anak dan perempuan
untuk beraktifitas sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak serta
kehidupan perempuan.
2) Tujuan Khusus :
a) Penjangkauan korban dan menindaklanjuti pengaduan yang
berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap perempuan
dan anak.
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskemas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan Penanganan
KtP/KtA
c) Meningkatnya kemudahan bagi korban kasus KtP/KtA dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan Penanganan KtP/KtA,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
curatif dan rehabilitatif

d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Petugas pengelola program KIA, Remaja, Lansia, Gizi, Promosi
kesehatan, SIMPUS, kesling, kesehatan jiwa.
3) Dokter Puskesmas
4) Petugas Loket, apotik, Cleaning service

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 85


e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA
di Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola/petugas
Penanganan KtP/KtA di Puskesmas tentang Sosialisasi Internal
Penanganan KtP/KtA di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialiasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Penanganan KtP/KtA di Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim KtP/KtA di Puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Internal Penanganan
KtP/KtA di Puskesmas di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

g. Indikator Utama Pelayanan Penanganan KtP/KtA :


1) Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan
dan anak, dengan indikator utama:
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan
penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan
terpadu.
2) Penanganan laporan/pengaduan korban kekerasan terhadap perempuan
dan anak juga dapat diukur melalui indikator penunjang:
Cakupan ketersediaan petugas di unit pelayanan terpadu yang memiliki
kemampuan untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat tentang
kekerasan terhadap perempuan dan anak, dalam hal ini adalah
kemampuan untuk penjangkauan korban dan menindaklanjuti
pengaduan yang berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan
terhadap perempuan dan anak.
3) Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan,
dengan indikator utama:
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan
layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu
tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit.

h. Pemantauan dan penilaian


1) Mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam menyelenggarakan
Penanganan KtP/KtA di Puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 86


2) Melakukan upaya yang spesifik untuk menanggulangi kekurangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan Penanganan KtP/KtA di
Puskesmas.
3) Meningkatkan mutu Penanganan KtP/KtA di Puskesmas yang
diselenggarakan secara berkesinambungan.

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA di
Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA di
Puskesmas
3) SK Tim Penanganan KtP/KtA di Puskesmas
4) Dokumentasi kegiatan

2. Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/


Kelurahan
a. Pendahuluan :
Kejahatan terhadap anak dan perempuan, terutama kejahatan seksual, masih
terus terjadi di sekitar kita.Yang memprihatinkan, dari beberapa kasus yang
terjadi meningkat tiap tahun, sebagian besar kejahatan seksual terhadap
anak dan perempuan itu justru terjadi di tempat-tempat yang seharusnya
menjadi tempat teraman bagi mereka.Dan sebagian besar adalah orang-
orang terdekat dengan korban. Kebanyakan adalah orang yang telah mereka
percaya sebagai orang yang akan melindungi dan memberi keamanan bagi
korban. Keadaan ini menyebabkan kasus KtP dan KtA banyak yang belum
terungkap dan terlaporkan, karena pelaku adalah orang terdekat sehingga
kasus KtP dan KtA kebanyakn belum terungkap dan masih menjadi rahasia.
Hal ini semakin menambah masalah dari dampak kasus KtP dan KtA
dikemudian hari dan akan berakibat buruk bagi masa depan korban
selanjutnya.

b. Pengertian :
Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait untuk
menyamakan persepsi pendekatan terhadap korban KtP dan KtA, melalui
kriteria peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas mampu KtP dan KtA

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan / kerjasama antara institusi, lembaga,
organisasi dan sektor swasta dalam upaya meningkatkan Penanganan
KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 87


2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang Penanganan KtP/KtA bukan
hanya tugas dan tanggung jawab bidang kesehatan namun
tanggung jawab dan dedikasi semua instansi terkait dan elemen
masyarakat terhadap peningkatan Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan, dan diharapkan dari sosialisasi dapat
terbentuk Tim Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/
Kelurahan. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih sesuai
dengan kebutuhan.
b) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
kasus KtP dan KtA, hasil survey, identifikasi kebutuhan korban
KtP dan KtA serta intervensi yang telah diberikan, dan sosialisasi
pencegahan terjadinya kasus KtP dan KtA.
c) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan.
d) Memberdayakan orang tua dan guru agar dapat memberikan
informasi yang tepat dan benar tentang kasus KtP dan KtA kepada
anak dan murid remajanya.
e) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan
pemberitaan yang bertujuan untuk membangun lingkungan yang
kondusif bagi anak dan perempuan, penghapusan eksploitasi anak
dan perempuan dalam media misalnya pemanfaatan yang semena-
semena dalam periklanan, meningkatkan kepekaan gender pada
anak dan perempuan.
f) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaporan masyarakat terhadap kasus KtP dan KtA yang ada
dilingkungannnya.
g) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah
kerja puskesmas tentang tumbuh kembang dan kesehatan anak,
masalah dan kebutuhannya anak dan perempuan.

d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) Polsek
6) Danramil
7) PKK
8) LSM/Swasta/Toma/Toga/Peksos/CSR

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 88


f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan
Puskesmas tentang rencana Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA
di tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada Stakeholder (Camat).
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Ekternal
Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan / Kelurahan (Tempat dan
waktu pelaksanaan dilakukan di Puskesmas/ Kecamatan/Kelurahan/
Desa, materi, pendanaan dan undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat

4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim


Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan (pembagian
tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Sosialisasi Ekternal
Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim Sosialisasi
Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan

g. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Penanganan
KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelola Penanganan KtP/KtA di puskesmas melakukan
identifikasi dan pendataan tentang kasus KtP dan KtA yang terkait
dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang
hasil pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja
puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 89


d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data remaja, data cakupan remaja, data kesakitan dan
kematian remaja serta menyampaikan fenomena permasalahan
yang ada
f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama
untuk meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap korban KtP
dan KtA.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya tim
Penanganan KtP/KtA
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK
tim Penanganan KtP/KtA kecamatan/kelurahan, diketahui dan
disahkan dengan tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim Penanganan KtP/KtA Kecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir.

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di
tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim penanganan KtP dan KtA di Kecamatan dan
Kelurahan (SK Camat dan struktur)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 90


B. Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak
1. Pendahuluan
Kejahatan terhadap anak dan perempuan, terutama kejahatan seksual, masih
terus terjadi di sekitar kita. Sangat memprihatinkan, dari beberapa kasus yang
terjadi meningkat tiap tahun, sebagian besar kejahatan seksual terhadap anak
dan perempuan itu justru terjadi di tempat-tempat yang seharusnya menjadi
tempat teraman bagi mereka.Dan sebagian besar adalah orang-orang terdekat
dengan korban. Kebanyakan adalah orang yang telah mereka percaya sebagai
orang yang akan melindungi dan memberi keamanan bagi korban. Keadaan ini
menyebabkan kasus KtP dan KtA banyak yang belum terungkap dan
terlaporkan, karena pelaku adalah orang terdekat sehingga kasus KtP dan KtA
kebanyakn belum terungkap dan masih menjadi rahasia. Hal ini semakin
menambah masalah dari dampak kasus KtP dan KtA dikemudian hari dan akan
berakibat buruk bagi kehidupan korban selanjutnya.

2. Pengertian
a. Pengaduan adalah laporan yang diajukan oleh korban atau keluarganya
masyarakat dan/atau lembaga atas terjadinya dugaan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
b. Penanganan pengaduan adalah tindakan untuk merespon adanya laporan
dugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang kemudian dibuktikan
dan ditindaklanjuti berupa: penjangkauan korban; rujukan ke pelayanan
kesehatan, psikososial, bimbingan rohani, bantuan hukum, pemulangan dan
reintegrasi sosial.
c. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk untuk menerima pengaduan dan
menindaklanjuti pengaduan oleh masyarakat.
d. Kemampuan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang berdasarkan
pelatihan/pendidikan tertentu untuk melaksanakan penanganan pangaduan
perempuan dan anak korban kekerasan

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
untuk mendapatkan penanganan pengaduan dalam bentuk layanan yang
diberikan oleh petugas unit pelayanan terpadu dalam merespon aduan atau
pelaporan oleh masyarakat dan/atau lembaga lain.

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pengaduan yang berkaitan dengan dugaan
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak..

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 91


2) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak.
3) Memberdayakan orang tua, guru dan masyarakat agar dapat
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang pengaduan/
laporan korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
4) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaporan masyarakat terhadap kasus KtP dan KtA yang ada
dilingkungannnya.

4. Sasaran :
Seluruh Masyarakat

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan
Puskesmas tentang rencana Penanganan pengaduan/laporan korban
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Penanganan pengaduan/laporan
korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (penyediaan ruang
pengaduan, penyediaan petugas khusus yang menangani pengaduan laporan
KtP dan KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penangan pengaduan
kasus, rencana tindak lanjut penanganan pengaduan korban KtP dan KtA.

7. Lingkup Kegiatan :
a. Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak dilakukan di Puskesmas
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan
pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan
pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu :
a. Pengelola kegiatan perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit
pelayanan terpadu.di puskesmas melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kasus KtP dan KtA yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 92


b. Pengelola Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c. Menyusun perencanaan waktu bagi perempuan dan anak korban kekerasan
yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam
unit pelayanan terpadu

9. Cakupan Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap


Perempuan dan Anak :

Cakupan korban
kekerasan yang
mendapatkan
Jml pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti
penanganan oleh
= oleh unit pelayanan terpadu
petugas terlatih
Jumlah laporan/pengaduan yang masuk ke x 100%
didlm unit pely. unit pelayanan terpadu
pengaduan

Pembilang : Jumlah pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti oleh petugas unit


pelayanan terpadu.

Penyebut : Jumlah laporan/pengaduan yang masuk ke unit pelayanan terpadu.

Konstanta : Persentase (%)

Contoh Perhitungan:
Misalnya: Pada tahun 2009 jumlah laporan/pengaduan dari masyarakat dan/atau
lembaga lain sebanyak 210, sedangkan yang ditindaklanjuti sebanyak 140, maka
persentasenya adalah:

140
------- x 100% = 67 %
210

Target 100%

Langkah Kegiatan:
a. Pencatatan pengaduan
b. Inventarisasi pengaduan
c. Membuat buku registrasi pelayanan
d. Penjangkauan
e. Rujukan untuk tindak lanjut pelayanan
f. Standarisasi identifikasi
g. Monitoring dan evaluasi

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 93


Indikator Penunjang:
Cakupan ketersediaan petugas di Unit Pelayanan Terpadu yang memiliki
kemampuan untuk menindaklanjuti pengaduan/laporan masyarakat.

Cara Perhitungan/Rumus:

Cakupan
ketersediaan petugas Jml petugas yang memiliki kemampuan
penanganan pengaduan di unit pelayanan
di unit pely. terpadu
terpadu
yang memiliki
= Jumlah petugas penerima pengaduan di unit
kemampuan untuk pelayanan terpadu x 100%
menindaklanjuti
pengaduan/lap.
masy

Pembilang:
Jumlah petugas yang memiliki kemampuan penanganan
pengaduan di unit pelayanan terpadu.

Penyebut:
Jumlah petugas penerima pengaduan di unit pelayanan terpadu.

Konstanta:
Persentase (%)

Contoh Perhitungan:
Pada tahun 2009 jumlah petugas penerima pengaduan yang ada
di unit pelayanan terpadu sebanyak 5 orang, sedangkan petugas
yang memiliki kemampuan untuk menerima dan menindaklanjuti
pengaduan adalah 2 orang, maka persentasenya adalah:

2
------- x 100% = 40%
5

Target 100%

Langkah Kegiatan:
a. Inventarisasi petugas penerima pengaduan
b. Pembuatan buku register dan formulir penerimaan pengaduan
c. Pelatihan kepada petugas penerima pengaduan
d. Monitoring evaluasi

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 94


10. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak.
b. Jadwal Kegiatan
c. Registrasi laporan pengaduan
d. Rekapitulasi hasil kegiatan
f. Dokumentasi kegiatan

C. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA


1. Pendahuluan
Peran dan fungsi Puskesmas dan puskesmas pembantu dalam menangani
masalah KtP dan KtA yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada korban
kasus KtP dan KtA secara optimal.Kejahatan terhadap anak dan perempuan,
terutama kejahatan seksual, masih terus terjadi di sekitar kita.Yang
memprihatinkan, dari beberapa kasus yang terjadi meningkat tiap tahun,
sebagian besar kejahatan seksual terhadap anak dan perempuan itu justru terjadi
di tempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi mereka. Dan
sebagian besar adalah orang-orang terdekat dengan korban. Kebanyakan adalah
orang yang telah mereka percaya sebagai orang yang akan melindungi dan
memberi keamanan bagi korban. Keadaan ini menyebabkan kasus KtP dan KtA
banyak yang belum terungkap dan terlaporkan, karena pelaku adalah orang
terdekat sehingga kasus KtP dan KtA kebanyakn belum terungkap dan masih
menjadi rahasia. Hal ini semakin menambah masalah dari dampak kasus KtP
dan KtA dikemudian hari dan akan berakibat buruk bagi kehidupan korban
selanjutnya.

2. Pengertian
a. Pengaduan adalah laporan yang diajukan oleh korban atau keluarganya
masyarakat dan/atau lembaga atas terjadinya dugaan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
b. Penanganan pengaduan adalah tindakan untuk merespon adanya laporan
dugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang kemudian dibuktikan
dan ditindaklanjuti berupa: penjangkauan korban; rujukan ke pelayanan
kesehatan, psikososial, bimbingan rohani, bantuan hukum, pemulangan dan
reintegrasi sosial.
c. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk untuk menerima pengaduan dan
menindaklanjuti pengaduan oleh masyarakat.
d. Kemampuan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang berdasarkan
pelatihan/pendidikan tertentu untuk melaksanakan penanganan pangaduan
perempuan dan anak korban kekerasan
e. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 95


f. Rehabilitasi kesehatan yang bersifat fisik adalah upaya pemeriksaan
termasuk pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, laboratorium dan
pengobatan medis bagi korban KtP/A akibat trauma fisik yang diderita.
g. Rehabilitasi kesehatan yang bersifat psikis adalah upaya pemeriksaan dan
terapi kejiwaan oleh dokter ahli jiwa kepada korban KtP/A yang mengalami
gangguan mental emosional akibat trauma yang dialaminya.
h. Rehabilitasi kesehatan reproduksi adalah upaya medis untuk
mengembalikan fungsi kesehatan reproduksi seoptimal mungkin akibat
trauma terhadap organ reproduksi dari saksi dan/atau korban KtP/A.
i. Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak.
j. Pelayanan medik spesialistik dasar adalah pelayanan medic spesialistik
penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, bedah dan anak.
k. Pelayanan medik spesialistik lainnya adalah pelayanan medic spesialistik
kesehatan jiwa dan pelayanan spesialistik forensik/kedokteran kehakiman.
l. Pelayanan kesehatan adalah jumlah korban KtP/A yang memperoleh
pelayanan kesehatan secara komprehensif oleh tenaga kesehatan terlatih di
Puskesmas dan/atau di RS.
m. Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A adalah Puskesmas yang mempunyai
minimal 2 orang tenaga kesehatan terlatih. Rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan terpadu adalah rumah sakit yang mempunyai
minimal 3 orang tenaga kesehatan terlatih.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana KtP dan KtA

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pelayanan kesehatan korban yang
berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan
anak..
2) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak
korban KtP/KtA
3) Memberdayakan orang tua, guru dan masyarakat agar dapat
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang Pelayanan
kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA
4) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaporan masyarakat terhadap kasus KtP dan KtA yang ada
dilingkungannnya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 96


4. Sasaran :
Korban Kasus KtP dan KtA

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA
diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan
tindak lanjut Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban
KtP/KtA
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan kesehatan bagi
perempuan dan anak korban KtP/KtA (penyediaan ruang pelayanan,
penyediaan petugas khusus yang menangani pelayanan kesehatan KtP dan
KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penangan pelayanan kesehatan
korban kasus, rencana tindak lanjut penanganan pelayanan kesehatan
korban KtP dan KtA.

7. Lingkup Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA dilakukan
di Puskesmas dan puskesmas pembantu
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan Pelayanan
kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
yangdilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
a. Pengelolaan kegiatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih, di
dalam unit pelayanan pelayanan kesehatan korban di puskesmas, dengan
melakukan identifikasi dan pendataan tentang kasus KtP dan KtA yang
terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
b. Pengelolaan Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c. Menyusun perencanaan waktu bagi perempuan dan anak korban kekerasan
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit
pelayanan terpadu.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 97


Cara Perhitungan/Rumus :

Cakupan korban Jml korban KtP/A yang memperoleh


kekerasan yang layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlatih dipuskesmas mampu tatalaksana
mendapatkan
KtP/A atau PPT/PKT di RS disuatu wilayah
layanan kesehatan kerja tertentu pada kurun waktu tertentu
oleh tenaga Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata
=
kesehatan terlatih datang ke puskesmas mampu tatalaksana x 100%
dipuskesmas mampu kasus KtP/A dan ke RS disuatu wilayah
tatalaksana KtP atau kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu
PPT/PKT di rumah
sakit

Pembilang:
Jumlah korban KtP/A yang memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A atau PPT/PKT di RS
di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.

Penyebut:
Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang ke Puskesmas mampu
tatalaksana kasus KtP/A dan ke RS di suatu wilayah kerja tertentu dalam kurun
waktu tertentu

Ukuran/konstanta:
Persentase (%)

Contoh Perhitungan:
Jumlah korban KtP/A yang mendapat layanan kesehatan diPuskesmas mampu
tatalaksana KtP/A atau puskesmas pembantu, yang berada di suatu kabupaten A
pada tahun 2007 = 75 orang.
Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang di Puskesmas mampu
tatalaksana kasus KtP/A atau rumah sakit di kabupaten A
pada tahun 2007 = 150 orang.
Persentase cakupan = 75/150 x 100% = 50%

Target 100%

Langkah Kegiatan:
a. Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan puskesmas
pembantu
b. Pelatihan data base/pelatihan manajemen kasus bagi petugas puskesmas
pembantu
c. Pendataan/survei data Jumlah kasus KtP/A di Puskesmas dan puskesmas
pembantu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 98


d. Monitoring dan evaluasi rujukan kasus KtP/A

Indikator Penunjang:
Cakupan Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap perempuan
dan anak (KtP/A)
Cara Perhitungan/Rumus:

Cakupan puskesmas
mampu tatalaksana Jml puskesmas mampu tatalaksana kasus
KtP/A di kabupaten/kota dalam kurun waktu
kasus kekerasan = x 100%
tertentu
terhadap perempuan
2 puskesmas dari sasaran program di
dan anak kabupaten/kota dalam kurun waktu tertentu

Pembilang:
Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A di kabupaten/kota dalam
kurun waktu tertentu.

Penyebut:
2 Puskesmas dari sasaran program di kabupaten/kota dalam kurun waktu
tertentu.

Ukuran/konstanta:
Persentase (%)

Contoh Perhitungan:
Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A di suatu kabupaten A pada
tahun 2007 adalah 2, sedangkan jumlah sasaran program Puskesmas yang
mampu tatalaksana kasus KtP/A dikabupaten/kota adalah sebesar 2 puskesmas.
Persentase cakupan = 2/2 x 100% = 100%

Target 100%

Langkah Kegiatan:
a. Pendataan: Jumlah tenaga dan sarana pelayanan kesehatan serta kompilasi
data korban KtP/A di kecamatan
b. Pelatihan tenaga kesehatan (Dokter/Dokter Gigi, Perawat/Bidan)
c. Penyediaan sarana/prasarana pelayanan kesehatan
d. Sosialisasi program di wilayah kerja setempat
e. Pemantauan pasca pelatihan
f. Penguatan jejaring dengan instansi terkait
g. Monitoring dan evaluasi secara berjenjang

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 99


9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban
KtP/KtA
b. Jadwal Kegiatan
c. Registrasi laporan pelayanan
d. Rekapitulasi hasil kegiatan
f. Dokumentasi kegiatan

D. Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA


1. Pendahuluan :
Kejahatan terhadap anak dan perempuan, terutama kejahatan seksual, masih
terus terjadi di sekitar kita.Yang memprihatinkan, dari beberapa kasus yang
terjadi meningkat tiap tahun, sebagian besar kejahatan seksual terhadap anak
dan perempuan itu justru terjadi di tempat-tempat yang seharusnya menjadi
tempat teraman bagi mereka.Dan sebagian besar adalah orang-orang terdekat
dengan korban. Kebanyakan adalah orang yang telah mereka percaya sebagai
orang yang akan melindungi dan memberi keamanan bagi korban. Keadaan ini
menyebabkan kasus KtP dan KtA banyak yang belum terungkap dan
terlaporkan, karena pelaku adalah orang terdekat sehingga kasus KtP dan KtA
kebanyakn belum terungkap dan masih menjadi rahasia. Hal ini semakin
menambah masalah dari dampak kasus KtP dan KtA dikemudian hari dan akan
berakibat buruk bagi kehidupan korban selanjutnya.

2. Pengertian :
a. Petugas yang dimaksud adalah seseorang yang terlatih untuk melaksanakan
pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal kepada perempuan dan anak
yang mengalami kekerasan.
b. Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk: motivasi dan diagnosis
psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vocational dan
pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik,
bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas,
bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut,
dan/atau rujukan (Pasal 7 butir 3, UU Nomor 11 tentang Kesejahteraan
Sosial).
c. Rehabilitasi sosial adalah pemulihan korban dari gangguan psikososial dan
pengembalian keberfungsian sosial secara wajar baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Kegiatan pemulihan korban yang dimaksud
meliputi: pelayanan kesehatan, pendampingan korban, konseling,
bimbingan rohani dan resosialisasi (Pasal 4 PP Nomor 4 tahun 2006).
d. Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) adalah suatu lembaga
yang memberikan layanan perlindungan awal dan pemulihan psiko-sosial
serta perlindungan kondisi traumatis yang dialami korban. (Permensos
102/2007).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 100


e. Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) adalah unit pelayanan
perlindungan lanjutan dari Temporary Shelter yang berfungsi memberikan
perlindungan, pemulihan, rehabilitasi, advokasi, dan reunifikasi bagi anak
yang membutuhkan perlindungan khusus agar anak dapat tumbuh kembang
secara wajar.
f. Rumah aman adalah tempat tinggal sementara yang digunakan untuk
memberikan perlindungan terhadap saksi dan/atau korban sesuai dengan
standar yang ditentukan (UU 23/2004 tentang PKDRT).

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana KtP dan KtA

b. Tujuan Khusus :
1) Untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan pemulihan yang sifatnya
traumatis atas kejadian-kejadian yang dialami korban.
2) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pelayanan rehabilitasi terhadap korban
yang berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap
perempuan dan anak..
3) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA
4) Memberdayakan orang tua, guru dan masyarakat agar dapat
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang Rehabilitasi
Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
5) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA

4. Sasaran :
Korban Kasus KtP dan KtA

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan tindak
lanjut Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Kesehatan
Reproduksi bagi korban KtP/KtA (penyediaan ruang pelayanan, penyediaan
petugas khusus yang menangani rujukan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi
bagi korban KtP/KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penanganan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 101


pelayanan kesehatan korban kasus, rencana tindak lanjut penanganan
pelayanan kesehatan korban KtP dan KtA.

7. Lingkup Kegiatan :
a. Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA dilakukan di
puskesmas dan melakukan tindak lanjut untuk rehabilitasi lanjutan melalui
koordinasi dengan pihak terkait seperti panti rehabilitasi, dinas social dan
lain-lain
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan Rehabilitasi
Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA oleh petugas terlatih di dalam
unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait

8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA yang
dilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
a. Pengelolaan kegiatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA oleh petugas terlatih, di dalam unit pelayanan pelayanan kesehatan
korban di pusat rehailitasi, dengan melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kasus KtP dan KtA yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas untuk
dilakukan rencana tindak lanjut rujukan rehabilitasi lanjutan melalui
koordinasi dengan lintas sektor terkait
b. Pengelolaan Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c. Menyusun perencanaan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu

Cara Perhitungan/Rumus:

Cakupan pelayanan
rehabilitasi sosial
yang diberikan oleh
Jml korban kekerasan yang memperoleh
petugas rehabilitasi
pelayanan rehabilitasi sosial
sosial terlatih
Jumlah korban kekerasan yang
kepada perempuan = membutuhkan rehabilitasi sosial x 100%
dan anak korban
kekerasan di UPT

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 102


Pembilang:
Jumlah korban kekerasan yang memperoleh pelayanan rehabilitasi sosial.

Penyebut:
Jumlah korban kekerasan yang membutuhkan rehabilitasi sosial

Konstanta:
Persentase (%)

Contoh Perhitungan:
Pada tahun 2007 jumlah korban kekerasan yang membutuhkan
rehabsos ke UPT adalah sebanyak 163, dan yang mendapat
layanan rehabilitasi sosial adalah sebanyak 100 korban, maka
persentasenya adalah:

100
--------- X 100 % = 61,35 %
163

Target 75%

Langkah Kegiatan:
a. Penyediaan sarana dan prasarana
b. Pendanaan
c. Inventarisasi jumlah tenaga rehabilitasi sosial
d. Standarisasi pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban kekerasan
e. Koordinasi antar sektor/institusi
f. Pelatihan
g. Monitoring dan evaluasi
h. Pelaporan

Cakupan petugas rehabilitasi sosial yang terlatih


1. Pengertian:
a. Petugas yang dimaksud adalah seseorang yang terlatih untuk melaksanakan
pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal kepada perempuan dan anak
yang mengalami kekerasan.
b. Petugas rehabilitasi sosial terdiri dari pekerja sosial, psikolog, psikiater,
konselor, pembimbing rohani dan tokoh masyarakat yang peka gender.
c. Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional
dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal atau
pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang
diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional
pekerjaan social yang peka gender.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 103


d. Konselor adalah petugas terlatih yang melakukan konseling yakni
pemberian bantuan oleh seseorang yang ahli/terlatih sedemikian rupa
sehingga pemahaman dan kemampuan psikologis diri korban meningkat
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
e. Psikolog adalah tenaga yang memiliki kemampuan untuk melakukan
pemulihan psikologis bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
f. Psikiater adalah profesi dokter spesialistik yang bertugas menangani
masalah-masalah gangguan jiwa.

2. Definisi Operasional:
Persentase cakupan ketersediaan petugas pelayanan rehabilitasi sosial terlatih di
UPT bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

3. Cara Perhitungan/Rumus:
Cakupan petugas
rehabilitasi sosial Jml petugas terlatih dalam rehabilitasi sosial
= Jumlah petugas rehabilitasi sosial yang ada x 100%
yang terlatih
di UPT
Pembilang:
Jumlah petugas terlatih yang memiliki kemampuan rehabilitasi sosial

Penyebut:
Jumlah petugas rehabilitasi sosial yang ada di UPT

Konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Misalnya: Pada tahun 2009 jumlah petugas rehabsos terlatih yang ada di UPT
sebanyak 20 orang, sedangkan petugas yang mempunyai kemampuan rehabsos
adalah 2 orang, maka persentasenya adalah:
2
------- x 100% = 10%
20

Target 75%

Langkah Kegiatan:
a. Inventarisasi jumlah petugas rehabilitasi sosial
b. Standarisasi pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban kekerasan
c. Koordinasi antar sektor/institusi
d. Pelatihan
e. Monitoring dan evaluasi
f. Pelaporan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 104


9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
b. Jadwal Kegiatan
c. Registrasi laporan pelayanan
d. Rekapitulasi hasil kegiatan (Data dengan Inisial korban, untuk arsip data
asli)
f. Dokumentasi kegiatan (blur foto korban)

E. Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA


1. Pendahuluan
Setiap kasus KtP dan KtA diharapkan mendapat pelayanan kesehatan yang
optimal dan penanganan tindak lanjut dari lintas sektor lain yang terkait. Oleh
karena itu setiap korban KtP dan KtA harus dapat dengan mudah mengakses
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.Salah
satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) adalah upaya kesehatan.Untuk mendapatkan mutu
pelayanan kesehatan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya
guna (efisien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui tatanan sistem rujukan.

2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan korban KtP dan KtA merupakan kegiatan
keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas temuan kasus korban
KtP dan KtA dengan melakukan rujukan menuju fasilitas kesehatan yang lebih
memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya serta rujukan ke lintas sektor
terkait.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada kasus
korban KtP dan KtA

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti kepolisian, panti rehabilitasi, dinas
social, P2TP2A dan lain-lain.
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan ke
jejaring penanganan Ktp/KtA

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 105


4. Sasaran :
Seluruh korban kasus KtP dan KtA

5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
menangani kasus-kasus Ktp dan KtA yang terjadi
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait

6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping kasus KtP dan Kta yang terjadi diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan kasus Ktp dan KtA diharapkan bisa membuat
analisa kasus KtP dan KtA diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data kasus KtP dan KtA
serta melakukan pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data kasus
KtP dan KtA juga untuk dilakukan kunjungan rumah bagi korban KtP dan
KtA
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
korban KtP dan KtA masih harus terus dipantau bagaimana perkembangan
kesehatannya.Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat
(sms), telephone, dan sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register kasus KtP
dan KtA dan dibuat dalam pelaporan bulanan yaitu laporan bulanan KtP
dan KtA, dan laporan rujukan KtP dan KtA

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
b. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan ke jejaring
penanganan Ktp/KtA
c. Surat rujukan dari puskesmas/kronologis kasus KtPA

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 106


d. Visum dan jawaban dari RS rujukan/ rujukan balik/hasil konseling
pendampingan/ pengisian format Home, Education/Employmen, Activities,
Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions (HEADSSS)

F. Kunjungan Rumah (Home Visite) KtP/KtA


1. Kunjungan rumah korban KtP/KtA
a. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah remaja yang dilakukan oleh petugas untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan, konseling korban KtP dan KtA serta
pelayanan lainnya yang dibutuhkan.

b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada korban KtP dan KtA sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi korban KtP dan KtA.

2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi korban Ktp/KtA
b) Mempermudah akses pelayanan kesehatan bagi korban KtP dan
KtA untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas
c) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani korban kasus
KtP dan KtA dengan melakukan pendekatan keluarga
d) Mengingatkan dan memotivasi korban KtP dan KtA, orang
tua/keluarga tentang kesehatan korban dan masalah-masalah yang
dihadapi korban

c. Sasaran :
Korban KtP dan KtA

d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi Korban KtP dan KtA
2) Meningkatkan peran serta orang tua/keluarga
3) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar
4) Meningkatkan perhatian dan pelaporan masyarakat tentang kasus KtP
dan KtA
5) Tertanganinya kejadian kasus KtP dan KtA secara dini
6) Menurunnya kejadian KtP dan KtA

e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi kasus KtP dan KtA diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data Korban KtP dan KtA
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 107


a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku konseling Korban KtP dan KtA
 Form home visit Korban KtP dan KtA
 Tensimeter
 Stetoskop
 Bila Korban KtP dan KtA mengalami kehamilan diharapkan
kordinasi dengan bidan/petugas KIA untuk dilakukan home
visite ibu hamil.
 Surat rujukan
c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
 Memberikan pelayanan remaja sesuai standar
 Penyuluhan/konseling Korban KtP dan KtA sesuai dengan
masalah dan kebutuhan remaja, melakukan feed back hasil
konseling, memberikan paraf, nama pemeriksa dan tanggal
 Motivasi Korban KtP dan KtA agar menjadi lebih baik
 Melakukan rujukan jika diperlukan
d) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh Korban KtP dan KtA atau
keluarga
e) pengisian format Home, Education/Employmen, Activities, Drugs,
Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions (HEADSSS)
f) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam form
konseling Korban KtP dan KtA
g) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan/konseling yang ada di form konseling Korban KtP
dan KtA dengan foto copy atau foto dari kamera
5) Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku
register kasus KtP dan KtA setiba di puskesmas
6) Membuat laporan hasil kegiatan

f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a. Rekapitulasi Korban KtP dan KtA yang diberikan pelayanan
b. Form home visit yang ditandatangani oleh Korban KtP dan KtA
c. Fc lembar konseling Korban KtP dan KtA, format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS) dengan identitas inisial.
d. Dokumentasi kegiatan
e. Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 108


V. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
A. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT)
1. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT) di Puskesmas
a. Pendahuluan
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya
untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanankesehatan reproduksi
kepada setiap individu pada setiap siklus hidupnya. Menjadi lebih
penting lagi karena keterpaduan pelayanan kesehatan reproduksi ini
akan menghilangkan miss opportunity sekaligus lebih menjamin
efektifitas dan efesiensi dalam pelayanan.

b. Pengertian
1) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang bertumpu pada pelayanan
yang dilaksanakan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan klien sesuai
dengan siklus hidup, sehingga PKRT merupakan keterpaduan dari
berbagai pelayanan pada komponen kesehatan reproduksi.
2) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi yang mengintegrasikan 4 komponen
program, yaitu KIA, KB, Pencegahan dan penanganan IMS/ISR dan
HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja
3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi yang mengintegrasikan 4 komponen
esensial di atas dengan komponen kesehatan reproduksi lain seperti
pada menopause dan andropouse pada lanjut usia, pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan, pencegahan dan
penanganan kanker serviks dan lain sebagainya.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu
dalam rangka pencapaian akses universal kesehatan reproduksi..

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan penyelenggaraan kesehatan reproduksi terpadu
ditingkat pelayanan kesehatan dasar, untuk menjadi Puskesmas
yang mampu tatalaksana PKRT
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskemas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan dan
pemahaman konsep dasar PKRT
c) Meningkatnya kemudahan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT) di Puskesmas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 109


d) Meningkatkan cakupan dan mutu Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu PKRT di Puskesmas
e) Terbentuk nya Tim PKRT

d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Petugas pengelola program KIA, KB, Remaja, Lansia, Gizi, Promosi
Kesehatan, SIMPUS, kesling.
3) Dokter Puskesmas
4) Petugas Loket, apotik

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

f. Pelaksanaan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT) di Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait PKRT di Puskesmas kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu di Puskesmas dan
terbentuknya Tim PKRT di puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PKRT di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

g. Kriteria Puskesmas Mampu Tatalaksana PKRT sebagai berikut :


1) Melaksanakan keterpaduan antara program KIA, KB, IMS-HIV,
kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi lanjut usia serta
program kesehatan reproduksi lainnya.
2) Telah mendapat advokasi, sosialisasi atau fasilitasi puskesmas PKRT
3) Setiap poli melakukan pelayanan yang mengintegrasikan komponen
program kesehatan reproduksi selalui anamnesis, diagnose, pengobatan
termasuk komunikasi, informasi, pendidikan dan konseling, dapat
dilihat melalui ketersediaan bagan alur pelaksanaan pelayanan di
puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 110


4) Pencatatan pelayanan menggunakan rekam medis atau format yang
sudah ada (kartu Ibu, register kohort ibu, buku KIA dan program lain
yang sudah ada seperti KB, Gizi, remaja, lansia dll)

h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu PKRT di Puskesmas
3) SK Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
Puskesmas
4) Dokumentasi kegiatan

2. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi


Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan
a. Pendahuluan
Kesehatan reproduksi berkaitan erat dengan siklus kehidupan, untuk itu
pelayanan kesehatan reproduksi harus diberikan melalui pendekatan dengan
memperhatikan usia dan kebutuhan setiap individu dan dilaksanakan secara
terpadu. Kesehatan reproduksi bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak
reproduksi setiap orang memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,
aman, dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjamin kesehatan ibu
dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

b. Pengertian
Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait untuk
menyamakan persepsi pendekatan terhadap Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)

2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)bukan hanya tugas dan tanggung
jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab dan dedikasi
semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)di
tingkat Kecamatan/Kelurahan, dan diharapkan dari sosialisasi
dapat terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 111


(PKRT)di tingkat Kecamatan/Kelurahan. Sosialisasi dilaksanakan
setahun 1 kali atau lebih sesuai dengan kebutuhan.
b) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT), hasil survey,
identifikasi kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PKRT serta intervensi yang telah diberikan, dan sosialisasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
c) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT)di tingkat Kecamatan/Kelurahan.
d) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan
pemberitaan yang bertujuan untuk membangun lingkungan yang
kondusif bagi anak dan perempuan, penghapusan eksploitasi anak
dan perempuan dalam media misalnya pemanfaatan yang semena-
semena dalam periklanan, meningkatkan kepekaan gender pada
anak dan perempuan.
e) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
f) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah
kerja puskesmas tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT).

d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) Polsek
6) Danramil
7) PKK
8) LSM/Swasta/Toma/Toga

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahann diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 112


2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
tingkat Kecamatan/Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan
dilakukan diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahan).

g. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan tentang
pelaksanaan pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelolaan kegiatanAdvokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahanmelakukan identifikasi dan pendataan
tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada
kepala puskesmas
b) PengelolaanPelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
tingkat Kecamatan/Kelurahan dengan melakukan rekapitulasi
tentang hasil pendataan sasaran dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 113


d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data sasaran kesehatan reproduksi terpadu (PKRT),
data cakupan, data kesakitan dan kematian data sasaran serta
menyampaikan fenomena permasalahan yang ada
f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama
untuk meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahan.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya
timPelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahan
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK
timPelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT), diketahui
dan disahkan dengan tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)Kecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir.

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 114


5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
di Kecamatan dan Kelurahan (SK Camat dan struktur)

3. Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran PKRT


a. Pendahuluan
Peran dan fungsi Puskesmas dan puskesmas pembantu dalam menangani
pelayanan kesehatan reproduksi yaitu memberikan pelayanan kesehatan
pada masyarakat secara optimal.Hampir disetiap pelayanan kesehatan di
Indonesia, saat ini telah tersedia pelayanan untuk KIA dan KB, tetapi belum
tersedia program terkait pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.Oleh
karena itu diusahakan untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
terpadu.

b. Pengertian
1) Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindaklanjuti Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT)
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT).

d. Sasaran :
Ibu Hamil, PUS, WUS, Catin, remaja, Lansia, korban kasus KTPA.

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 115


f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
diawali dengan laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas tentang
rencana dan tindak lanjut Pelayanan kesehatan reproduksi pada
kelompok sasaran
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan kesehatan
reproduksi pada kelompok sasaran (penyediaan ruang pelayanan,
penyediaan petugas khusus yang menangani Pelayanan kesehatan
reproduksi pada kelompok sasaran, format pencatatan dan pelaporan,
alur penangan pelayanan kesehatan korban kasus, rencana tindak lanjut
penanganan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran

g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran dilakukan di
Puskesmas dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran yang
dilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
1) Pengelolaan kegiatan bagi sasaran PKRT yang mendapatkan
penanganan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih, di dalam unit
pelayanan pelayanan kesehatan korban di puskesmas, dengan
melakukan identifikasi dan pendataan tentang sasaran PKRT yang
terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
2) Pengelolaan data PKRTdengan melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu bagi sasaran PKRT yang mendapatkan
pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan
terpadu

Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
2) Pelatihan data base/pelatihan manajemen PKRT bagi petugas
puskesmas pembantu
3) Pendataan/survei data jumlah sasaran PKRT di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan PKRT

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 116


i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
2) Jadwal Kegiatan
3) Registrasi laporan pelayanan
4) Rekapitulasi hasil kegiatan
5) Dokumentasi kegiatan

4. Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)


a. Pendahuluan
Setiap masyarakat diharapkan mendapat pelayanan kesehatan yang optimal
dan penanganan tindak lanjut dari lintas sektor lain yang terkait. Oleh
karena itu setiap masyarakat harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.Salah satu
bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) adalah upaya kesehatan.Untuk mendapatkan
mutu pelayanan kesehatan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efisien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-
unit pelayanan kesehatan melalui tatanan sistem rujukan.

b. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan
dipuskesmas mampu tatalaksana PKRT dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan
kasusnya serta rujukan ke lintas sektor terkait..

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan
b) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan
maupun rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari
fasilitas kesehatan dasar ke lintas sektor lain seperti kepolisian,
panti rehabilitasi, dinas social, P2TP2A dan lain-lain.
c) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan
rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
d. Sasaran :
Ibu Hamil, PUS, WUS, Catin, remaja, Lansia, korban kasus KTPA

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 117


e. Manfaat :
1) Peningkatan cakupan Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
2) Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
3) Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
4) Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan,
rumah sakit dan lintas sektor terkait

f. Pelaksanaan :
1) Melakukan mapping sasaran PKRT yang terjadi diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan sasaran PKRT diharapkan bisa membuat
analisa pelayanan PKRT diwilayah kerja puskesmas.
2) Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)serta melakukan pemantauan
cakupan yang dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)juga untuk dilakukan kunjungan rumah
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
3) Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan
dan administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat
jaminan, dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan
berlangsung. Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan,
khususnya bagi rujukan yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi
rumah sakit tujuan rujukan untuk persiapan penanganan pasien
4) Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)masih
harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.
Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms),
telephone, dan sebagainya.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) dan dibuat dalam
pelaporan bulanan yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT), dan laporan rujukan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 118


g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)
2) Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan ke
jejaring PKRT
3) Surat rujukan dari puskesmas
4) Visum dan jawaban dari RS rujukan/ rujukan balik
5) Rekap kegiatan
6) Dokumentasi

B. Kunjungan Rumah (Home Visite)


1. Kunjungan rumah Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) :
a. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah PKRT yang dilakukan oleh petugas untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan, konseling PKRT serta pelayanan
lainnya yang dibutuhkan.

b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi sasaran PKRT

2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)
b) Mempermudah akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT) yang berkualitas
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dengan
memperhatikan kepuasan klien

c. Sasaran :
Ibu Hamil, Bayi, Balita, Anak usia sekolah, Remaja, dewasa, dan lansia

d. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi sasaran PKRT diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data sasaran PKRT yang akan dilakukan
kunjungan rumah
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku konseling PKRT
 Form home visit PKRT

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 119


 Tensimeter
 Stetoskop
 Bila sasaran PKRT mengalami kehamilan diharapkan
kordinasi dengan bidan/petugas KIA untuk dilakukan home
visite ibu hamil.
 Surat rujukan
c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
 Memberikan pelayanan PKRT sesuai standar
 Penyuluhan/konseling PKRT sesuai dengan masalah dan
kebutuhan sasaran PKRT, melakukan feed back hasil
pelayanan/konseling, memberikan paraf, nama pemeriksa dan
tanggal kunjungan
 Motivasi sasaran PKRT agar menjadi lebih baik
 Melakukan rujukan jika diperlukan
d) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh sasaran PKRT
e) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam form
konseling/pelayanan PKRT
f) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan/konseling yang ada di form konseling PKRT dengan
foto copy atau foto dari kamera
5) Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku
register PKRT setiba di puskesmas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
7) Monitoring dan Evaluasi
Melalui Indikator strategis yang dapat digunakan secara komposit,
untuk memantau kemajuan program PKRT sebagai berikut :
a) Kesehatan Ibu dan Anak
b) Keluarga Berencana
c) IMS-ISR termasuk HIV dan AIDS
d) Kesehatan Reproduksi Remaja
e) Kesehatan reproduksi usia lanjut
f) Indikator keterpaduan pelayanan

8) Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a) Rekapitulasi kunjungan rumah sasaran PKRT yang diberikan
pelayanan
b) Form home visit yang ditandatangani oleh sasaran PKRT
c) Fc lembar konseling PKRT
d) Dokumentasi kegiatan
e) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
f) SPJ kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 120


VI. Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas
A. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas
1. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di Puskesmas
a. Pendahuluan :
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar, baik dalam bentuk
UKP dan UKM, harus menyelenggarakan pelayanan perkesmas
didalamnya. Dilaksanakan secara terpadu baik lintas program maupun lintas
sektor yang dilakukan di dalam dan di luar gedung. Tenaga kesehatan di
puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar sesuai tingkat
usianya.Hal tersebut juga berlaku pada penyandang disabilitas.

b. Pengertian :
1) Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi
antara individu- individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi
penghambat kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara
penuh dan sama dengan orang-orang lainnya.
2) Penyandang Disabilitas adalah seseorang yang mengalami gangguan
/keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik secara permanen
yang ketika melakukan aktifitas dan relasi sosial menghadapi hambatan
untuk berpatisipasi berdasarkan kesamaan hak dengan masyarakat
lainnya.
3) Jenis-jenis Disabilitas yaitu disabilitas penglihatan, disabilitas
pendengaran, disabilitas intelektual, disabilitas fisik, anak dengan
sindroma down, anak dengan gangguan palsi serebral, disabilitas sosial,
anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH),
anak dengan gangguan spectrum autism, anak dengan gangguan ganda,
anak dengan lambat belajar, anak dengan kesulitan belajar khusus, anak
dengan gangguan komunikasi, anak dengan gangguan proses sensori
(GPS).
4) Pelayanan Perkesmas adalah perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh
dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
normal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
pelayanan kesehatan penyandang disabilitas, melalui upaya
pemberdayaan di tingkat keluarga dan masyarakat.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 121


2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi penyandang
disabilitas, tenaga yang dimaksud meliputi dokter, perawat, bidan,
psikolog anak, terapis wicara, psioterapi, okupasi terapis, ahli gizi.
b) Meningkatkan peran dan fungsi tenaga kesehatan dalam membantu
orang tua untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
penyandang disabilitas.
c) Meningkatnya kemudahan Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di Puskesmas
d) Meningkatkan cakupan dan mutu Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di Puskesmas
e) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas

d. Sasaran
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

f. Pelaksanaan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas diawali dengan
laporan kegiatan pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di
Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas
(Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas dan
terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan dan Kelurahan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 122


g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di Puskesmas
3) SK Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di Puskesmas
4) Dokumentasi kegiatan
5) SPJ kegiatan

2. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang


Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan
a. Pendahuluan
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang menyeluruh termasuk
kepada penyandang disabilitas adalah upaya pemenuhan hak warga Negara
yang harus diwujudkan oleh pemerintah melalui berbagai lembaga dan
kementerian terkait maupun masyarakat serta keluarga dan orang tua.
Mengingat sebagian besar penyandang disabilitas yang berusia 0-18 tahun
sampai dengan usia dewasa berada di masyarakat, maka perlu ditingkatkan
kesadaran masyarakat (community awareness) tentang hak-hak penyandang
disabilitas, dan upaya pemberdayaan masyarakat/keluarga/orang tua untuk
mendukung pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas.

b. Pengertian
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi adalah pertemuan lintas program dan
lintas sektor terkait untuk menyamakan persepsi pendekatan terhadap
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas

2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitasbukan hanya tugas dan tanggung jawab
bidang kesehatan namun tanggung jawab dan dedikasi semua
instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap peningkatan
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan, dan diharapkan dari sosialisasi dapat
terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
tingkat Kecamatan/Kelurahan. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1
kali atau lebih sesuai dengan kebutuhan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 123


b) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas hasil pendataan,
identifikasi kebutuhan Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas serta intervensi yang telah diberikan, dan sosialisasi
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas
c) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan.
d) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan
pemberitaan yang bertujuan untuk membangun lingkungan yang
kondusif bagi Penyandang Disabilitas,
e) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas
f) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah
kerja puskesmas tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas

d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Pengelola SLB
5) Pemangku kepentingan (stakeholders) pelayanan terkait penyandang
disabilitas baik pemerintah maupuh swasta
6). Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahann diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitasdi tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan dilakukan
diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 124


4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat Kecamatan/
Kelurahan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur
Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di tingkat
Kecamatan / Kelurahan.

g. Lingkup Kegiatan :
1) Adanya data tentang Penyandang Disabilitas di tingkat
Kecamatan/Kelurahan untuk bahan pelaksanaan kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi PelayananPelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan:
a) Pengelolaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada
kepala puskesmas
b) Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi
tingkat Kecamatan/Kelurahan dengan melakukan rekapitulasi
tentang hasil pendataan sasaran dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjasama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data sasaran Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas, data cakupan, data kesakitan dan kematian data sasaran
serta menyampaikan fenomena permasalahan yang ada

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 125


f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama
untuk meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di tingkat
Kecamatan/Kelurahan.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya
timPelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di tingkat
Kecamatan/Kelurahan
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK
timPelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas, diketahui dan
disahkan dengan tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang
DisabilitasKecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 1 (satu) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir.

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
Kecamatan dan Kelurahan (SK Camat dan struktur)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 126


B. Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas
1. Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di Puskesmas
a. Pendahuluan
Peran dan fungsi Puskesmas dan puskesmas pembantu dalam menangani
pelayanan kesehatan pada masyarakat secara optimal. Oleh karena itu
diusahakan untuk menyediakan pelayanan kesehatan terpadubaik lintas
sektor dan dan lintas program baik di dalam dan di luar gedung.Kesehatan
anak merupakan salah satu prioritas dalam pelayanan puskesmas. Tenaga
kesehatan dipuskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
anak sesuai dengan tingkatan usia. Hal tersebut juga berlaku kepada anak
dengan disabilitas. Anak disabilitas harus mendapatkan pelayanan
kesehatan secara komprehensif sesuai dengan usia mereka.

b. Pengertian
1) Anak dengan disabilitas adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
yang mengalami gangguan/keterbatasan fisik, mental, intelektual, dan
sensorik secara permanen yang ketika melakukan aktifitas dan relasi
social menghadapi hambatan untuk berparisipasi berdasarkan
kesamaan hak dengan anak-anak lainnya.
2) Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
3) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitasmelalui
kegiatan puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindak lanjuti Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 127


d. Sasaran :
1) Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
2) Anak dengan disabilitas

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitasdiawali dengan
laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan
tindak lanjut Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas (penyediaan ruang pelayanan, penyediaan petugas
khusus yang menangani Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas,
format pencatatan dan pelaporan, alur Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas, rencana tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas

g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas dilakukan di Puskesmas
dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas yang dilakukan
oleh petugas terlatih di Puskemasadalah :
1) Pengelolaan kegiatan bagi Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas yang mendapatkan penanganan pelayanan kesehatan oleh
petugas terlatih, di puskesmas, dengan melakukan identifikasi dan
pendataan tentang anak dengan disabilitas yang terkait dengan
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala
puskesmas
2) Pengelolaan data anak dengan disabilitas dengan melakukan
rekapitulasi tentang hasil pendataan dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu bagi sasaran anak dengan disabilitas
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas di puskesmas

Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 128


2) Pelatihan data base/pelatihan manajemen anak dengan disabilitas bagi
petugas puskesmas pembantu
3) Pendataan/survei data jumlah anak dengan disabilitas di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
2) Registrasi laporan pelayanan
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
4) Dokumentasi kegiatan

2. Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga


a. Pendahuluan
Semua anak dilahirkan dengan kondisi yang sangat spesifik dan unik,
masing-masing berbeda satu sama lain. Ada diantaranya terlahir dengan
kondisi yang berbeda yang disebut penyandang disabilitas anak.Disabilitas
ada yang dibawa sejak lahir atau yang disebut kelainan kongenital maupun
disabilitas yang di dapat akibat dari kondisi tertentu.Keduanya dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan berdampak terhadap
penurunan kualitas sumber daya manusia. Anak dengan disabilitas memiliki
hak yang sama dengan anak lain meliputi hak hidup, hak tumbuh kembang,
hak berpartisipasi, hak perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pemenuhan hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia wajib
dijamin, dilindungi, dan dipenuhi orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan Negara.

b. Pengertian
1) Anak dengan disabilitas adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun
yang mengalami gangguan/keterbatasan fisik, mental, intelektual, dan
sensorik secara permanen yang ketika melakukan aktifitas dan relasi
social menghadapi hambatan untuk berparisipasi berdasarkan
kesamaan hak dengan anak-anak lainnya.
2) Pola asuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat
berkembang dengan baik. Hakekatnya adalah pemberian kasih sayang,
rasa aman, disiplin dan contoh yang baik.
3) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 129


c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kepedulian dan kemandirian orang tua, keluarga, dan
masyarakat dalam mengasuh dan merawat anak dengan disabilitas
untuk mencapai kemandirian serta kemampuan optimal anak sesuai
dengan potensi yang dimiliki.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindak lanjuti Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas pada keluarga
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas pada keluarga
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga

d. Sasaran :
1) Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
2) Anak dengan disabilitas

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga
diawali dengan laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas tentang
rencana dan tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas pada keluarga
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas pada keluarga (penyediaan ruang pelayanan
konseling keluarga, penyediaan petugas khusus yang menangani
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas, format pencatatan dan
pelaporan, alur Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas, rencana
tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas

g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga dilakukan
melalui pelayanan kesehatan di Puskesmas dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kerjasama antara orang tua dan petugas
kesehatanuntuk memberikan hak-hak anak dan membantu anak
disabilitas dalam kehidupan sehari-sehari

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 130


h. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga yang
dilakukan oleh petugas Puskemas adalah :
1) Pengelolaan kegiatan bagi Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas pada keluarga yang mendapatkan penanganan pelayanan
kesehatan oleh petugas, di puskesmas, dengan melakukan identifikasi
dan pendataan tentang anak dengan disabilitas yang terkait dengan
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala
puskesmas
2) Pengelolaan data keluarga yang mempunyai anak dengan disabilitas
dengan melakukan rekapitulasi tentang hasil pendataan dari semua desa
yang ada diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu bagi sasaran anak dengan disabilitas
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas di puskesmas

Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
2) Pendataan/survei data jumlah keluarga yang mempunyai anak dengan
disabilitas di wilayah Puskesmas dan puskesmas pembantu
3) Membantu orang tua yang mempunyai anak dengan disabilitas untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab terhadap anak dengan disabilitas,
kegiatan ini dapat dilakukan di dalam dan diluar gedung puskesmas
melalui kunjungan rumah.
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada
keluarga
2) Registrasi laporan pelayanan
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
4) Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 131


C. Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
1. Pendahuluan
Pelaksanaan rujukan anak dengan disabilitas dilakukan dengan mengacu pada
system rujukan kesehatan yang telah ada.Puskesmas merupakan pusat rujukan
pelayanan kesehatan di tingkat dasar.Jika ditemukan kasus yang membutuhkan
pelayanan rujukan lebih lanjut, dapat dikirim ke saranan pelayanan kesehatan
yang mampu.Penemuan kasus kelainan tumbuh kembang ana dengan disabilitas
diselenggarakan semaksiamal mungkin dipelayanan dasar.Untuk kasus di luar
kemampuan dan kewenangan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan dasar,
harus di rujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut di rumah sakit,
terutama yang telah mengembangkan klinik tumbuh kembang.

2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas
mampu tatalaksana anak dengan disabilitas dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya
serta rujukan ke lintas sektor terkait..

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan Anak dengan Disabilitas
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti panti rehabilitasi, dinas sosial, SLB,
P2TP2A, BPBP2A Akupasi terapi, dan lain yang menangani anak
dengan disabilitas (Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Yayasan
sayap ibu, Pusat Studi dan Informasi Kecacatan Indonesia (PSIKI),
Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK).
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas

4. Sasaran :
a. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
b. Anak dengan disabilitas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 132


5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait

6. Pelaksanaan :
a. Melakukan mapping anak dengan disabilitas yang ada diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan diharapkan bisa membuat analisa Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data anak dengan disabilitas dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas serta melakukan pemantauan cakupan yang
dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
juga untuk dilakukan kunjungan rumah Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas masih harus
terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.Pemantauan bisa
dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone, dan sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas dan dibuat dalam pelaporan bulanan
yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas dan
laporan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan
b. Lampiran kegiatan
c. Surat rujukan dari puskesmas
d. Visum dan jawaban dari RS rujukan/ rujukan balik

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 133


D. Kunjungan Rumah (Home Visite)
1. Kunjungan rumah Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
a. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah anak dengan disabilitas yang dilakukan oleh
petugas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, konseling Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas serta pelayanan lainnya yang
dibutuhkan.

b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas

2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
b) Mempermudah akses Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas yang berkualitas
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas dengan memperhatikan kepuasan klien
c. Sasaran :
1) Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
2) Anak dengan disabilitas

d. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi anak dengan disabilitas diwilayah masing-
masing
2) Melakukan penelusuran data anak disabilitas yang akan dilakukan
kunjungan rumah
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
 Buku konseling dan perawatan Anak dengan Disabilitas
 Form home visit Anak dengan Disabilitas
 Tensimeter
 Stetoskop
 Bila Anak dengan Disabilitasmengalami kehamilan
diharapkan kordinasi dengan bidan/petugas KIA untuk
dilakukan home visite ibu hamil.
 Surat rujukan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 134


c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
 Memberikan pelayanan Anak dengan Disabilitas sesuai
standar
 Penyuluhan/konseling Anak dengan Disabilitas sesuai dengan
masalah dan kebutuhan sasaran Anak dengan Disabilitas,
melakukan feed back hasil pelayanan/konseling, memberikan
paraf, nama pemeriksa dan tanggal kunjungan
 Motivasi keluarga Anak dengan Disabilitasagar memberikan
yang terbaik
 Melakukan rujukan jika diperlukan
d) Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form
home visit dan ditanda tangani oleh keluarga anak dengan
Disabilitas
e) Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam form
konseling/pelayanan Anak dengan Disabilitas
f) Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan/konseling yang ada di form konseling Anak dengan
Disabilitas dengan foto copy atau foto dari kamera

5) Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku


register Anak dengan Disabilitas setiba di puskesmas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
7) Monitoring dan Evaluasi
Melalui evaluasi kegiatan yang dapat digunakan secara komposit,
untuk memantau kemajuan program Anak dengan Disabilitas

e. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Rekapitulasi kunjungan rumah anak dengan disabilitas yang diberikan
pelayanan
2) Form home visit yang ditandatangani oleh keluarga anak dengan
disabilitas
3) Fc lembar konseling Anak dengan Disabilitas
4) Dokumentasi kegiatan
5) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 135


VII. Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas Di SLB
A. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di
SLB pada Puskesmas
1. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan bagi anak di SLB, perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan secara khusus.Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan
terdepan diharapkan dapat melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan
secara komprehensif, berkesinambungan dan berkualitas.Dilaksanakan secara
terpadu baik lintas program maupun lintas sektor yang dilakukan di dalam dan
di luar gedung. Tenaga kesehatan di puskesmas memberikan pelayanan
kesehatan dasar sesuai tingkat usianya. Hal tersebut juga berlaku pada
penyandang disabilitas.

2. Pengertian :
a. Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi antara
individu-individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi penghambat
kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara penuh dan sama
dengan orang-orang lainnya.
b. Penyandang Disabilitas adalah seseorang yang mengalami gangguan
/keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik secara permanen yang
ketika melakukan aktifitas dan relasi sosial menghadapi hambatan untuk
berpatisipasi berdasarkan kesamaan hak dengan masyarakat lainnya.
c. Jenis-jenis Disabilitas yaitu disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran,
disabilitas intelektual, disabilitas fisik, anak dengan sindroma down, anak
dengan gangguan palsi serebral, disabilitas sosial, anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH), anak dengan gangguan
spectrum autism, anak dengan gangguan ganda, anak dengan lambat
belajar, anak dengan kesulitan belajar khusus, anak dengan gangguan
komunikasi, anak dengan gangguan proses sensori (GPS).
d. Pelayanan Perkesmas adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara normal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatannya.
e. Sekolah inklusi adalah sekolah umum yang melaksanakan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan siswayang memerlukan pendidikan khusus dalam
satu kesatuan yang sistemik dengan menggunakan kurikulum yang fleksibel
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
f. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus
yaitu salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan
pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 136


g. Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu upaya yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumebr daya
manusia yang berkualitas.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
pelayanan kesehatan penyandang disabilitas, melalui upaya pemberdayaan
di tingkat keluarga dan masyarakat.

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB
2) Meningkatkan peran dan fungsi tenaga kesehatan dalam membantu
orang tua dan guru untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
penyandang disabilitas di SLB.
3) Meningkatnya cakupan pembinaan UKS di SLB
4) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
SLB pada Puskesmas

4. Sasaran :
a. Pimpinan Puskesmas
b. Dokter Puskesmas
c. Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

6. Pelaksanaan :
a. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
(Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)
c. Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan petugas
puskesmas pembantu
d. Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmas dan terbentuknya Tim Advokasi,

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 137


Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB
pada Puskesmas
e. Membuat rencana tindak lanjut untuk Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada pihak SLB

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
b. Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
c. SK Tim Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmas
d. Dokumentasi kegiatan

B. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di


SLB
1. Pendahuluan
Pelayanan Kesehatan di SLB meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas, guru
Pembina UKS, kader kesehatan dan komite sekolah. UKS di SLB merupakan
bagian dari UKS secara keseluruhan yang harus dikebangkan sejajar dengan
UKS di sekolah-sekolah umum, namun kenyataannya sebagian besar SLB di
Indonesia saat ini belum memiliki sarana dan prasarana pelayanana UKS yang
memadai dan masih jauh tertingga disbanding dengan di sekolah umu
2. Pengertian
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi adalah pertemuan lintas program dan
lintas sektor terkait untuk menyamakan persepsi pendekatan terhadap Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada
Puskesmas

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi pendidikan sekolah luar biasa,
lembaga, organisasi dan sektor swasta dalam upaya meningkatkan
Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB

b. Tujuan Khusus :
1) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas bukan hanya tugas dan tanggung jawab bidang kesehatan
namun tanggung jawab dan dedikasi semua instansi terkait dan elemen
masyarakat terhadap peningkatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB, dan diharapkan dari
sosialisasi dapat terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 138


di SLB. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih sesuai
dengan kebutuhan.
2) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB, hasil pendataan,
identifikasi kebutuhan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
SLB serta intervensi yang telah diberikan, dan sosialisasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
3) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
4) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan pemberitaan
yang bertujuan untuk membangun lingkungan yang kondusif bagi
Penyandang Disabilitas di SLB,
5) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
6) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah kerja
puskesmas tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas

4. Sasaran :
a. Camat
b. Lurah / Kades
c. Dinas Pendidikan Cabang
d. Pengelola SLB/kepala sekolah/guru SLB
e. Pemangku kepentingan (stakeholders) pelayanan terkait penyandang
disabilitas baik pemerintah maupuh swasta
f. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

6. Pelaksanaan :
a. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas
tentang rencana Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB (Tempat
dan waktu pelaksanaan dilakukan di Puskesmas /Kecamatan/ Kelurahan/
Desa, materi, pendanaan dan undangan)
c. Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 139


d. Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB dalam pembagian
tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di SLB.

7. Lingkup Kegiatan :
a. Adanya data tentang Penyandang Disabilitas di SLB untuk bahan
pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang kerjasama
lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
SLB
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

8. Teknis Pelaksanaan
a. Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di SLB:
1) Pengelolaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB, melakukan identifikasi dan
pendataan tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala
puskesmas
2) Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
dengan melakukan rekapitulasi tentang hasil pendataan sasaran dari
semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, mempersiapkan tempat, konsumsi, dan
keperluan administrasi lainnya)
4) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerja samaSLB
dengan puskesmas dengan terlebih dahulu menampilkan data sasaran
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas, data cakupan, data
kesakitan dan kematian data sasaran serta menyampaikan fenomena
permasalahan yang ada
5) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang adanya
kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah pihak

b. Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


1) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama untuk
meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di SLB.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 140


2) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa), dinas
pendidikan, dinas pendidikan luar sekolah, dispora, komite sekolah
SLB, kepala sekolah SLB.
3) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan adanya
kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya tim Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
4) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah disetujui,
maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK tim Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB, diketahui dan disahkan
dengan tanda tangan oleh stakeholder
5) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
6) Dokumen berlaku sampai dengan 1 (satu) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan revisi
sebelum masa berakhir.

9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Jadwal Kegiatan
c. Daftar Hadir peserta
d. Materi
e. Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
f. Dokumentasi kegiatan
g. Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB

C. Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha


Kesehatan Sekolah (UKS)
1. Pendahuluan
Pelayanankesehatan anak di SLB dapat dilakukan dengan pendekatan UKS
yang pelaksanaannya dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan
dengan tujuan agar derajat kecacatan yang menyebabkan gangguan fungsi tidak
semakin bertambah, mempercepat / meningkatkan fungsi pemulihan, sehingga
mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Selain itu juga meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit / cedera serta menghindari terjadinya
komplikasi akibat kecacatan yang disandangnya.

2. Pengertian
a. Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi antara
individu-individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi penghambat
kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara penuh dan sama
dengan orang-orang lainnya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 141


b. Penyandang Disabilitas adalah seseorang yang mengalami gangguan
/keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik secara permanen yang
ketika melakukan aktifitas dan relasi sosial menghadapi hambatan untuk
berpatisipasi berdasarkan kesamaan hak dengan masyarakat lainnya.
c. Jenis-jenis Disabilitas yaitu disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran,
disabilitas intelektual, disabilitas fisik, anak dengan sindroma down, anak
dengan gangguan palsi serebral, disabilitas sosial, anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH), anak dengan gangguan
spectrum autism, anak dengan gangguan ganda, anak dengan lambat
belajar, anak dengan kesulitan belajar khusus, anak dengan gangguan
komunikasi, anak dengan gangguan proses sensori (GPS).
d. Pelayanan Perkesmas adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara normal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatannya.
e. Sekolah inklusi adalah sekolah umum yang melaksanakan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan siswayang memerlukan pendidikan khusus dalam
satu kesatuan yang sistemik dengan menggunakan kurikulum yang fleksibel
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
f. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus
yaitu salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan
pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
g. Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu upaya yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumebr daya
manusia yang berkualitas.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan status kesehatan dan mengurangi tingkat ketergantungan
anak penyandang cacat/disabilitas di SLB

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas di SLB,
tenaga yang dimaksud meliputi dokter, perawat, bidan, psikolog anak,
terapis wicara, psioterapi, okupasi terapis, ahli gizi.
2) Meningkatkan akses anak penyandang cacat/disabilitas di SLB
terhadap sarana pelayanan kesehatan di puskesmas
3) Meningkatnya kemudahan Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di Puskesmas melalui kegiatan UKS di SLB

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 142


4) Meningkatkan cakupan Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di
SLB dengan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

4. Sasaran
a. Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu
b. Anak penyandang disabilitas di SLB
c. Komite sekolah
d. Keluarga / orang tua anak disabilitas
e. Tim Pelaksana UKS
f. Organisasi social peduli disabilitas

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
menyiapkan tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan
c. Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan petugas
puskesmas pembantu
d. Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan pendekatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan terbentuknya Tim Pelayanan
kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)
e. Membuat rencana tindak lanjut untuk Pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
f. Kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan berkala di SLB juga dapat dilakukan
bersama dengan jadwal kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah
di SD, SMP dan SMA

7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
c. SK Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
d. Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 143


D. Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas Di SLB
1. Pendahuluan
Pelaksanaan rujukan anak dengan disabilitas dilakukan dengan mengacu pada
system rujukan kesehatan yang telah ada.Puskesmas merupakan pusat rujukan
pelayanan kesehatan di tingkat dasar.Jika ditemukan kasus yang membutuhkan
pelayanan rujukan lebih lanjut, dapat dikirim ke saranan pelayanan kesehatan
yang mampu.Penemuan kasus kelainan tumbuh kembang ana dengan disabilitas
diselenggarakan semaksiamal mungkin dipelayanan dasar.Untuk kasus di luar
kemampuan dan kewenangan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan dasar,
harus di rujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut di rumah sakit,
terutama yang telah mengembangkan klinik tumbuh kembang.

2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas
mampu tatalaksana anak dengan disabilitas dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya
serta rujukan ke lintas sektor terkait..

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan Anak dengan Disabilitas di SLB
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti panti rehabilitasi, dinas sosial, SLB,
P2TP2A, BPBP2A Akupasi terapi, dan lain yang menangani anak
dengan disabilitas (Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Yayasan
sayap ibu, Pusat Studi dan Informasi Kecacatan Indonesia (PSIKI),
Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK).
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB melalui UKS

4. Sasaran :
a. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
b. Anak dengan disabilitas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 144


5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan Pelaksanaan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas di SLB melalui kegiatan UKS
b. Peningkatan peran serta orang tua dan guruserta kerjasama lintas sektor
dalam Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait

6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping anak dengan disabilitas yang ada diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan diharapkan bisa membuat analisa Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data anak dengan disabilitas dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas di SLB serta melakukan pemantauan cakupan
yang dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB juga untuk dilakukan kunjungan rumah Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB masih
harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.Pemantauan
bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone, dan
sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB dan dibuat dalam pelaporan
bulanan yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB dan laporan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 145


7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan
b. Lampiran kegiatan
c. Surat rujukan dari puskesmas
d. Visum dan jawaban dari RS rujukan/ rujukan balik
e. Dokumentasi kegiatan

E. Penjaringan dan pemeriksaan berkala Anak sekolah dengan Disabilitas di SLB


1. Pendahuluan
Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar
kesehatan sebagai urusan wajib pemerintah daerah.Penjaringan dilakukan 1
tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap peserta didik Anak Pra Sekolah
TKLB, kelas 1 SDLB, SMPLB, SMALB. Kegiatan penjaringan anak dengan
disabilitasdi SLB penting dilakukan karena sebagian besar anak usia pra sekolah
dan anak usia 10 s/d 19 tahun adalah anak usia sekolah. Dari penjaringan anak
dengan disabilitas di SLB dapat diperoleh keadaan/status kesehatan anak dengan
disabilitas secara rutin dan berdampak baik bagi peningkatan kesehatan anak
dengan disabilitas di SLB.

2. Pengertian :
Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah adalah serangkaian kegiatan
pemeriksaan kesehatan murid disekolah guna mencegah kesakitan dan
mendeteksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi pada anak sekolah, serta
melakukan tindak lanjut setelah pelaksanaan penjaringan anak sekolah.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan anak berkebutuhan khusususia 10 sampai
19 tahun atau anak usia sekolah luar biasa sebagai upaya aagar anak
berkebutuhan khusus mendapatkan haknya sebagai anak indonesi
b. Tujuan Khusus :
1) Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
2) Tersedianya data/informasi utk menilai perkembangan peserta didik :
a) Pertimbangan menyusun program
b) Pembinaan kesehatan sekolah
3) Termanfaatkannya data utk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan &
evaluasi program pembinaan peserta didik

4. Sasaran :
a. Peserta didik di Kelas 1 SD/MI SLB
b. Peserta didik di Kelas 1 SLTP/MTs SLB
c. Peserta didik di Kelas 1 SMU/SMK/MA SLB

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 146


5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN

6. Pelaksanaan :
a. Pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan dg unsur TP UKS lainnya &
Kepala Sekolah Luar Biasa serta unsur lain yg dipandang perlu (rencana
kerja penjaringan kesehatan : jadwal, tenaga pelaksana, kegiatan
pelaksanaan, pencatatan & pelaporan hasil penjaringan kesehatan menurut
sekolah sasaran
b. Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik,
laboratorium, penyimpangan mental emosional serta kesegaran jasmani.
c. Rangkaian pemeriksaan seharusnya dilaksanakan seluruhnya, namun dlm
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan & kondisi wilayah
setempat
d. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah dasar SLB :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi dan mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
5) Pemeriksaan laboratorik
6) Pengukuran kebugaran jasmani
7) Deteksi dini penyimpangan mental emosional
e. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah lanjutan:
1) Pengisian kuesioner sesuai dengan kemampuan anak
2) Keadaan kesehatan umum
3) Riwayat kesehatan
4) Informasi kesehatan keluarga
5) Riwayat imunisasi
6) Gaya hidup
7) Kesehatan intelegensia
8) Kesehatan mental remaja
9) Kesehatan reproduksi
10) Bahan edukasi dan konseling

f. Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi dan mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
6) Pengukuran kebugaran jasmani
7) Pemeriksaan laboratorik :
8) Pemeriksaan Hb
9) Pemeriksaan feses/tinja

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 147


g. Pelaksana Penjaringan
1) Dokter dan atau dokter gigi
2) Tenaga paramedik: perawat umum; tenaga laborat; tenaga paramedik
lain, misalnya perawat gigi; petugas gizi
3) Dua guru: guru kelas/wali kelas; guru pembina UKS/guru bidang studi
Penjaskes/OR
4) Dokcil/ kader kes remaja

CAKUPAN PENJARINGAN KES SISWA PRA SEKOLAH LUAR BIASA,


SDLB, SMPLB, SMULB

Cakupan ini berlaku pada setiap jenjang pendidikan luar biasa

Jumlah SDLB dan setingkat yg murid SDLB kls 1 diperiksa kesehatannya


oleh tenaga terlatih di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
--------------------------------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah SDLB dan setingkat di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama
.
Cakupan tersebut juga berlaku pada perhitungan cakupan penjaringan murid pra
sekolah LB, SMPLB dan SMULB sederajat.

Indikator Tingkat Puskesmas :

1) Presentase anak sekolah di SLB yang dilayani penjaringan


= Jumlah murid SLB baru yang diperiksa x 100%
Jumlah murid SLB Baru

Target Penjaringan 100%

2) Presentase anak usia sekolah SLB yang dirujuk


= Jumlah murid SLB yang dirujuk x 100%
Jumlah murid SLB yang seharusnya dirujuk

Target rujukan 100%

3) Presentase anak sekolah di SLB yang dibina


= Jumlah murid SLB yang dibina x 100%
Jumlah seluruh murid SLB

Target pembinaan 100%

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 148


4) Presentase keluarga dari anak usia sekolah di SLb di wilayah kerja
puskesmas yang dibina
= Jumlah keluarga murid SLB yang dibina x 100%
Jumlah seluruh keluarga murid SLB diwilayah kerja puskesmas

Target pembinaan 100%

5) Trend menurunnya presentase absensi murid di SLB akibat sakit


= Jumlah murid SLB yang absen karena sakit dalam 1 bulan x 100%
Jumlah seluruh murid SLB pada bulan tersebut

Untuk melihat trend penurunan absensi murid yang sakit, dilakukan


pemantauan presentase absensi per semester atau per tahun

7. Pencatatan dan pelaporan


a. Pencatatan hasil kegiatan penjaringan menggunakan formulir penjaringan
kesehatan peserta didik dalam pelaksanaan UKS namun disesuaikan dengan
kondisi disabilitas anak
1) Memperoleh data kesehatan peserta didik
2) Kelainan dg indikasi mengganggu proses belajar, prevalensi tinggi,
menyebabkan cacat fisik, mental & sosial
b. Puskesmas mengumpulkan dan mengelola data
1) Gambaran kondisi kesehatan anak yg baru msk sekolah
2) Rekap data dilaporkan ke Dinkes Kab/Kota, frekuensi pelaporan
puskesmas ke dinas kesehatan untuk penjaringan kesehatan dilaporkan
1 tahun sekali, untuk pemeriksaan berkala dilaporkan 6 bulan sekali,
untuk kesehatan insidentil dilaporkan 6 bulan sekali

8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatan Penjaringan anak pra sekolah dan
anak sekolah SDLB, SMPLB dan SMULB
b. Narasi laporan hasil kegiatan Penjaringan anak pra sekolah luar biasa, anak
sekolahSDLB, SMPLB dan SMULB
b. Rekapitulasi data hasil Penjaringan anak prasekolah luar biasa, SDLB,
SMPLB dan SMULB
c. Berkas/formulir Penjaringan anak prasekolah luar biasa, SDLB, SMPLB
dan SMULB
d. Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 149


VIII. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Luar Sekolah
A. Advokasi dan sosialisasi pembinaan Posyandu Remaja
1. Advokasi dan sosialisasi Posyandu Remaja tingkat Puskesmas
a. Pendahuluan :
Dalam rangka memenuhi Permenkes nomor 4 tahun 2019 tentang standar
teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada spm bidang kesehatan yang
salah satunya adalah pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar.
Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan
generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan
pembangunan masa depan. Namun dewasa ini permasalahan remaja sangat
kompleks. Berdasarkan laporan Ditjen P2PL, Kementerian Kesehatan RI,
tahun 2011, presentasi kumulatif kasus AIDS terbesar adalah kelompok
umur 20-29 (47%). Hal ini mengidentifikasikan bahwa umur terbanyak
mulai terinfeksi HIV adalah pada umur belasan (remaja) atau awal 20
tahunan. Laporan SKRT 2007 menunjukkan tingginya proporsi remaja
dengan prilaku penggunaan NAPZA, antara lain sekitar 31,9% remaja
perempuan, dan 24,2% remaja laki-laki mulai merokok sebelum usia 13
tahun, minum minuman keras yang dimulai sejak usia kurang dari 14 tahun
dilakukan 12,5% remaja perempuan dan 11,9% remaja laki-laki.
Meningkatnya permasalahan pada remaja ini membutuhkan wadah kegiatan
positif bagi remaja.

b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Puskesmas mampu tatalaksana SN-PKPR adalah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan remaja memenuhi kriteria yaitu memiliki
tenaga Kesehatan terlatih pelayanan Kesehatan peduli remaja, memiliki
Pedoman Kesehatan Remaja, dan melakukan pelayanan konseling pada
remaja.
5). Indikator Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja.
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
usia sekolah dan remaja adalah :

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 150


Minimal 40% Puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
Puskesmas Mampu Tatalaksanan SN-PKPR :
• Memberikan layanan konseling bagi anak usia sekolah dan
remaja diluar sekolah.
• Membina Minimal 1 Posyandu Remaja (dilakukan pemberian
KIE, pelayanan kesehatan dan konseling) dan didampingi
petugas Puskesmas

6) Standart Nasional PKPR adalah :


a) Standart 1 (SDM) yaitu tersedianya tim PKPR yang kompeten
(mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan) untuk
melaksanakan PKPR sesuai dengan standar dan pedoman yang
berlaku.
b) Standart 2 (Fasilitas Kesehatan) yaitu Fasilitas kesehatan mampu
laksana PKPR sesuai dengan kebutuhan remaja, prosedur dan tata
laksana yang ramah remaja, serta didukung sarana, prasarana,
termasuk peralatan dan obat-obatan yang memadai.
c) Standart 3 (Remaja) yaitu Remaja memperoleh informasi yang
dibutuhkan sehingga memahami kebutuhan mereka untuk hidup
sehat dan produktif, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis dan
tempat layanan kesehatan sesuai kebutuhan mereka.
d) Standart 4 (Jejaring) yaitu Terbangunnya jejaring dalam
penyediaan dan pemanfaatan PKPR antar remaja, kelompok
masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait, dan lembaga
swadaya masyarakat.
e) Standart 5 (Manajemen Kesehatan) yaitu adanya kebijakan dan
manajemen Kesehatan yang mampu menjamin dan meningkatkan
kualitas PKPR.

7) Upaya Kesehatan Remaja


Pelayanan Luar Gedung Puskesams (20%) di luar sekolah (panti,
Lapas, anak jalanan).
• Pembinaan Kesehatan di Panti / Lapas. Pemeriksaan kesehatan,
KIE, Konseling, PKHS, rujukan.
• Posyandu Remaja. UKBM mendekatkan layanan kesehatan
(promotof dan preventif) yang diselenggarakan dari dan oleh
remaja.
8) Posyandu Remaja
Posyandu Remaja atau Pos Pelayanan Terpadu Remaja adalah sebuah
wadah Pos Kesehatan Remaja yang memfasilitasi dalam memahami
seluk beluk remaja selama masa puber yang ditujukkan pada remaja
pada umumnya. Posyandu remaja merupakan salah satu kegiatan
upaya kesehatan berbasis kesehatan masyarakat (UKBM) khusunya

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 151


remaja, untuk memantau dan melibatkan remaja demi peningkatan
kesehatan dan keterampilan hidup sehat secara berkesinambungan.
Posyandu Remaja memiliki tujuan yaitu meningkatkan peran remaja
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi posyandu remaja,
meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS),
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaha tentang
kesehatan reproduksi bagi remaja, meningkatkan pengetahuan terkait
kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
mempercepat upaya perbaikan gizi remaja, mendorong remaja untuk
melakukan aktivitas fisik, melakukan deteksi dini dan pencegahan
Penyakit Tidak Menular (PTM), dan meningkatkan kesadaran remaja
dalam pencegahan kekerasan.
9) Kegiatan Posyandu Remaja tentu memiliki manfaat bagi remaja itu
sendiri. Pertama, remaja akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang meliputi beberapa hal seperti kesehatan reproduksi
remaja, masalah kesehatan jiwa, pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
gizi, aktivitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM),
pencegahan kekerasan pada remaja. Kedua, mempersiapkan remaja
untuk memiliki keterampilan hidup sehat melalui PKHS. Ketiga,
sebagai aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan
remaja. .
10) Sasaran kegiatan Posyandu Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun,
laki-laki dan perempuan dengan tidak memandang status pendidikan
dan perkawinan termasuk remaja dengan disabilitas. Sedangkan untuk
sasaran petunjuk pelaksanaan terdiri dari petugas kesehatan,
Pemerintah Desa/Kelurahan (termasuk tokoh masyarakat, tokoh
agama, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya), pengelola program
remaja, keluarga dan masyarakat, serta kader kesehatan remaja.
11) Kegiatan Posyandu remaja lebih menkankan pada pendidikan remaja
dan kearifan remaja itu sendiri melalui pemberdayaab remaja untuk
mengenali dirinya sendiri dan mengenali masalah pada dirinya serta
memunculkan solusi untuk dirinya sendiri.
12) Pelaksanaan Posyandu remaja dibagi menjadi :
a) Meja 1 adalah meja pendaftaran, semua peserta yang hadir hars
registrasi gara kader dapat mengetahui jumlah peserta yang hadir
disetiap posyandu, selain itu registrasi ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat penerima manfaat dan kurva setiap bulan sebagai
bahan evaluasi promosi kegiatan posyandu remaja.
b) Meja 2 adalah meja penimbangan dan pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, pengukuran
tekanan darah dan penilaian status gizi. Setiap peserta dicatat
hasilnya untuk mengetahui pertumbuhannya setiap bulan dan
penanganan deteksi masalah gizi.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 152


c) Meja 3 adalah meja pendokumentasian. Setelah melakukan
pengukuran, kader akan melakukan pendokumentasian dalam
buku rapot kesehatan remaja, register dan format lainnya.
d) Meja 4 adalah Pemberian vitamin dan tablet Fe. Remaja dapat
melakukan konsultasi terkait keadaan / masalah gizi mereka.
Pemeriksaan anemia bagi remaja putri. Secara berkala remaja
diberikan vitamin dan penanganan rujukan ke Puskesmas.
e) Meja 5 adalah meja bimbingan dan konseling remaja. Kader dan
petugas kesehatan memberikan konseling Gizi, Kesehatan
reproduksi dan masalah remaja. Peserta mendapatkan edukasi
mengenai kesehatan remaja, informasi lainnya seperti
kewirausahaan. Dalam pelaksanannya dimeja ini pelaksanaan
kegiatannya sangat flexible, tidak harus dengan system
penyuluhan
13) Kader Remaja adalah remaja yang dipilih/secara sukarela mengajukan
diri dan dilatih untuk ikut melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
remaja bagi diri sendiri, teman sebaya, serta masyarakat.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mempersiapkan remaja sehat menuju kehidupan dewasa sebagai
generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas untuk
menyongsong pembangunan nasional, melalui kegiatan Posyandu
Remaja.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman dan peran lintas program
di Puskesmas dalam kegiatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) di luar gedung khususnya kegiatan pembinaan Posyandu
Remaja.
b) Meningkatkan kerjasama lintas program dalam mengatasi kasus-
kasus remaja di masyarakat, melalui kegiatan Tim PKPR tingkat
Puskesmas
c) Melibatkan lintas program di Puskesmas dalam seleksi calon-calon
konselor sebaya di luar sekolah (kader Posyandu Remaja).
d) Seluruh petugas puskesmas yang melayani kunjungan umum
remaja yaitu ruang KIA, Ruang Gizi, Ruang Balai Pengobatan,
Ruang Gizi, untuk melakukan konseling sederhana masalah
kesehatan remaja dan rujukan dari Posyandu Remaja.
e) Sosialisasi dilakukan minimal setahun 1 (satu) kali atau lebih
sesuai kebutuhan, dilakukan bila belum ada klinik remaja (dalam
gedung puskesmas) dan kelas remaja/Posyandu Remaja (diluar
gedung puskesmas), serta diharapkan keaktifan Tim PKPR yang
ada di puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 153


f) Surveylans dan pemanyt=tauan kesehatan remaja di wilayah kerja
Puskesmas

d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Pengelola Program KIA/KB, UKS, Gizi, Promkes, P2PL, Kesehatan
Jiwa dan SIMPUS
4) Seluruh Petugas Puskesmas dan Petugas Pembantu

e. Tim PKPR Tingkat Puskesmas terdiri dari :


1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskemas
3) Pengelola Program KIA, Gizi, Promkes, UKS, kesehatan jiwa dan
Remaja

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu Remaja di
Tingkat Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola
program PKPR tentang Posyandu Remaja kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan) tentang Posyandu Remaja
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim POsyandu Remaja di Tingkat Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim Posyandu Remaja Tingkat
Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk pembentukan Tim POKJA
Posyandu Remaja di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
6) Indikator :
Sebagai perangkat untuk jaminan mutu pelayanan remaja, diperlukan
suatu indikator, dalam hal ini adalah indikator outcome sebagai berikut:

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 154


% Puskesmas
Pembantu yang Σ pustu menyelenggarakan kegiatan
menyelenggarakan Posyandu Remaja sesuai kriteria disuatu
kegiatan Posyandu = wilayah kerja dalam 1 tahun
Remaja x 100%

Σ seluruh pustu disuatu wilayah kerja


dalam 1 tahun

7) Penilaian indikator dilakukan setiap bulan, target 90%

h. Pemantauan dan penilaian :


1) Mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam menyelenggarakan
Posyandu Remaja.
2) Melakukan upaya yang spesifik untuk menanggulangi kekurangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan Posyandu Remaja.
3) Meningkatkan kualitas Posyandu Remaja yang diselenggarakan secara
berkesinambungan (Strata Posyandu remaja).
4) Penilaian Posyandu Remaja di tingkat Puskesmas dan Kabupaten
Pengumpulan data melalui Instrumen Pemantauan Terbatas Tingkat
Puskesmas, pegolahan data melalui strata Posyandu Remaja

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
Posyandu Remaja di Tingkat Puskesmas.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim POKJA Posyandu Remaja Puskesmas (SK
Puskesmas dan struktur)
8) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu
Remaja
9) Hasil mapping, survey mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat
desa (MMD) terkait Posyandu Remaja tingkat Puskesmas

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 155


2. Advokasi, sosialisasi dan Pembentukan Posyandu Remaja tingkat
Kecamatan/Kelurahan
a. Pendahuluan :
Kasus remaja bermasalah yang sangat memperihatinkan dan memerlukan
perhatian dari tiap sektor terkait dan masyarakat, karena jumlahnya yang
selalu meningkat yaitu remaja yang merokok berjenis kelamin, remaja yang
mengkonsumsi alkohol, dan remaja perempuan yang telah mengkonsumsi
alkohol belum terlaporkan. Remaja yang telah menggunakan NAPZA yang
didalamnya termasuk oplosan (minuman berenergi dicampur dengan obat
CTM/DMP dioplos dengan alkohol 70%). Data ini di dapat dari laporan
dari berbagai elemen masyarakat, namun ada juga kasus yang masih belum
dilaporkan dan ditutup tutupi oleh pihak tertentu. Untuk itu diperlukan
kerjasama lintas sektor terkait untuk penanganan masalah-masalah remaja
di masyarakat melalui suatu wadah remaja.

b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya
5) Posyandu Remaja
Posyandu Remaja atau Pos Pelayanan Terpadu Remaja adalah sebuah
wadah Pos Kesehatan Remaja yang memfasilitasi dalam memahami
seluk beluk remaja selama masa puber yang ditujukkan pada remaja
pada umumnya. Posyandu remaja merupakan salah satu kegiatan
upaya kesehatan berbasis kesehatan masyarakat (UKBM) khusunya
remaja, untuk memantau dan melibatkan remaja demi peningkatan
kesehatan dan keterampilan hidup sehat secara berkesinambungan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 156


6) Kader Posyandu Remaja
Setiap dusun atau RT/RW biasanya mengadakan Posyandu Remaja
dengan beranggotakan maksimal 50 remaja. Adapun criteria kader
posyandu remaja yaitu berusia 10-18 tahun, mau secara sukarela
remaja menjadi kader dan berdomisili diwilayah posyandu remaja
7) Manfaat Posyandu Remaja
a) Remaja memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan
b) Membekali remaja dengan keterampilan hidup sehat
c) Sebagai sarana sosialisasi remaja
d) Kesehatan remaja akan terus terpantau
8) Kegiatan Posyandu Remaja
a) Pengisian Kuesioner kesehatan (mendaftarkan diri dan pengisian
kuesioner kesehatan)
b) Pemeriksaan kesehatan (Timbang BB, TB, TD, Lila, lingkar perut
pengecekan anemia)
c) Pelayanan kesehatan (Konseling, pemberian obat-obatan/vitamin,
menjelaskan kondisi kesehatan tertentu, rujukan)
d) Kegiatan berbeda setiap bulannya (penyuluhan, pemutaran film,
bedah buku, pengembangan soft skill atau senam).
9) Pelaksanaan Posyandu remaja dibagi menjadi :
a) Meja 1 adalah meja pendaftaran, semua peserta yang hadir hars
registrasi gara kader dapat mengetahui jumlah peserta yang hadir
disetiap posyandu, selain itu registrasi ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat penerima manfaat dan kurva setiap bulan sebagai
bahan evaluasi promosi kegiatan posyandu remaja.
b) Meja 2 adalah meja penimbangan dan pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, pengukuran
tekanan darah dan penilaian status gizi. Setiap peserta dicatat
hasilnya untuk mengetahui pertumbuhannya setiap bulan dan
penanganan deteksi masalah gizi.
c) Meja 3 adalah meja pendokumentasian. Setelah melakukan
pengukuran, kader akan melakukan pendokumentasian dalam buku
rapot kesehatan remaja, register dan format lainnya.
d) Meja 4 adalah Pemberian vitamin dan tablet Fe. Remaja dapat
melakukan konsultasi terkait keadaan / masalah gizi mereka.
Pemeriksaan anemia bagi remaja putri. Secara berkala remaja
diberikan vitamin dan penanganan rujukan ke Puskesmas.
e) Meja 5 adalah meja bimbingan dan konseling remaja. Kader dan
petugas kesehatan memberikan konseling Gizi, Kesehatan
reproduksi dan masalah remaja. Peserta mendapatkan edukasi
mengenai kesehatan remaja, informasi lainnya seperti
kewirausahaan. Dalam pelaksanannya dimeja ini pelaksanaan
kegiatannya sangat flexible, tidak harus dengan system penyuluhan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 157


10) Kader Remaja adalah remaja yang dipilih/secara sukarela mengajukan
diri dan dilatih untuk ikut melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
remaja bagi diri sendiri, teman sebaya, serta masyarakat. Usia 10-19
tahun, berjiwa kreatif, inovatif, dan berkomitmen. Mau secara sukarela
menjadi kader, berdomisili diwilayah posyandu remaja. Kader remaja
yang sudah tidak lagi berusia remaja dapat juga bergabung dalam
kegiatan posyandu remaja. Kader Posyandu remaja dapat bergabung
dengan organisasi remaja yang lain seperti saka bhakti/husada, karang
taruna dan lainnya.
11) Pengorganisasian Posyandu remaja. Pembentukan posyandu remaja
bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
pemasalahan, kemampuan sumber daya yang ada. Langkah-langkah
pembentukan posyandu remaja dapat dilakukan dengan tahapan:
a) Pendekatan Internal (lintas program di Puskesmas)
b) Pendekatan Eksternal (mempersiapkan Stakeholder, dan
masyarakat agar mendukung penyelenggaraan posyandu remaja
dengan membentuk Forum Peduli Kesehatan Desa/Kelurahan
melalui dukungan sarana dan prasarana serta pembiayaan
oprasional posyandu remaja.
c) Survey Mawas Diri (SMD) menimbulkan rasa memiliki
masyarakat melalui temuan masalah melalui masyarakat dan
potensi yang dimiliki masyarakat. SMD dilakukan 1x diawal
pembentukan posyandu remaja.Pengumpulan melalui kuesioner
SMD sekurangnya 30 kepala keluarga terpilih, yang berdomisili
ditempat yang akan di bentuk posyandu remaja. Hasil SMD adalah
data tentang masalah kesehatan serta potensi masyarakat yang ada
di desa/kelurahan.
d) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Inisiatif penyelenggara
MMD adalah para tokoh masyarakat pendukung pembentukan
posyandu remaja. Hasil yang didapatkan dalam kegiatan MMD
dapat ditemukan prioritas masalah dan upaya yang akan dilakukan
disesuaikan dengan kegiatan utama posyandu remaja.
e) Pembentukan dan pemantauan posyandu remaja dilakukan melalui
pembentukan posyandu remaja dilakukan melalui MMD
berdasarkan SMD. Pemilihan pengurus dan kader posyandu remaja
melibatkan organisasi/komunitas remaja, tokoh dan anggota
masyarakat. Melalui pemilihan secara musyarwarah. Orientasi
pengurus dan pelatihan kader posyandu remaja sebelum melakukan
tigasnya sebagai kader posyadu remaja. Penyelenggaraan dan
pemantauan Posyandu remaja diselenggarakan oleh kader dan
pengurus yang telah di latih dan mengikuti orientasi. Pelaksanaan
posyandu remaja dilakukan rutin setiap bulan dengan waktu dan
tempat yang telah disepakati.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 158


f) Struktur Organisasi ditetapkan melalui MMD pada saat
pembentukan posyandu remaja. Pengelolaannya oleh unsure dan
lembaga yang ada di masyarakat.

12) Tugas dan tanggung jawab para pelaksana serta integrasi kegiatan
Tugas dan tanggung jawab kader posyandu, petugas puskesmas, Stake
holder, instansi terkait, Tim penggerak PKK, tokoh masyarakat,
organisasi masyarakat, pihak swasta dan dunia usaha telah di tetapkan
disaat pembentukan posyandu remaja. Integrasi program POsbindu
PTM untuk remaja usia 15-19 tahun diberikan juga kegiatan pelayanan
posyandu remaja seperti konseling emnggunakan anamneses
HEEADSSS, pemberian tablet Fe, KIE dan pengembangan
keterampilan. Integrasi dengan kelompok kader kesehatan remaja
(KRR) seperti karang taruna, kelompok PIK remaja, saka bhakti
husada, kelompok keagamaan.
13) Pembiayaan Posyandu remaja melalui sumber dana APBN, APBD,
Anggaran dana desa, dan sumber lainyang tidak mengikat untuk
dipergunakan untuk pembinaan peningkatan petugas kesehatan dan
kader posyandu remaja. Biaya oprasional kesekretariatan Pokja
Posyandu remaja, biaya oprasionalpembinaan, supervise dan
bimbingan teknis serta biaya oprasional kader posyandu remaja.
14) Kegiatan Utama yang harus ada di posyandu remaja :
Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), Kesehatan Reproduksi,
masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
Gizi, aktifitas fisik, Penyakit tidak menulat (PTM), Pencegahan
keserasan pada remaja, penyuluhan lainnyaterkait isu kesehatan
lainnya misalnya keselakaan lalu lintas, penyakit menulat yang sedang
terjadi dimasyarakat.
15) Kegiatan pengembangan atau tambahan dilakukan bila 8 kegiatan
utama telah dilaksanakan dengan baik dan tersedia sumber daya dan
dana yang mendukung. Kegiatan pengembangan antara lain Bina
Keluarga remaja, pemilihan duta kesehatan remaja, kampanye
kesehatan diluar kegiatan rutin posyandu remaja, pelatihan
kewirausahaan, perayaan hari besar nasional, peningkatan kerjasama
dengan dunia usaha.
16) Pencatatan dan pelaporan. Dapat menggunakan format baku sesuai
system informasi posyandu (SIP) atau Sistem informasi manajemen
(SIM) yaitu Register data remaja yang terdaftar di posyandu remaja,
buku pemantauan kesehatan remaja, buku catatan kegiatan pertemuan
Posyandu remaja, buku catatan konseling, buku pengelolaan keuangan,
buku inventaris sarana dan media KIE, dan pencatatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan. Pelaporan kegiatan posyandu remaja dilaporkan ke
desa/kelurahan dan kepada pengelola program.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 159


17) Strata Posyandu remaja
a) Pratama. Frekuensi pelaksanaan kegiatana posyandu < dari 8 kali
dalam setahun, jumlah kader < 5 orang, Pencapaian pelaksanaan
KIE dalam setahun sesuai jadwal < 50%, program tambahan tidak
ada, cakupan dana swadaya tidak ada.
b) Madya. Frekuensi pelaksanaan kegiatana posyandu 8-9 kali dalam
setahun, jumlah kader > dari atau sama dengan 5 orang, Pencapaian
pelaksanaan KIE dalam setahun sesuai jadwal < 50%, program
tambahan tidak ada, cakupan dana swadaya tidak ada.
c) Purnama. Frekuensi pelaksanaan kegiatana posyandu 10-11 kali
dalam setahun, jumlah kader lebih dari atau sama dengan 5 orang,
Pencapaian pelaksanaan KIE dalam setahun sesuai jadwal lebih
dari atau sama dengan 50%, program tambahan ada, cakupan dana
swadaya tidak ada.
d) Mandiri. Frekuensi pelaksanaan kegiatana posyandu 12 kali dalam
setahun, jumlah kader lebih dari atau sama dengan 5 orang,
Pencapaian pelaksanaan KIE dalam setahun sesuai jadwal lebih
dari atau sama dengan 50%, program tambahan ada, cakupan dana
swadaya ada.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja/Posyandu
Remaja

2) Tujuan Khusus :
Mempersamakan persepsi tentang Posyandu Remaja bukan hanya
tugas dan tanggung jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab
dan dedikasi semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan kualitas kesehatan remaja, dan diharapkan dari sosialisasi
dapat terbentuk Tim POKJA Posyandu Remaja di tingkat kecamatan
dan kelurahan/desa. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih
sesuai dengan kebutuhan.
a) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi kebutuhan
remaja serta intervensi yang telah diberikan.
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang kesehatan remaja.
c) Memberdayakan orang tua, guru, lintas sector dan masyarakat agar
dapat memberikan informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan
remaja kepada anak remajanya terkait Posyandu Remaja.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 160


d) Mengupayakan kesepakatan media untuk meningkatkan pemberitaan
yang bertujuan untuk membangun prilaku sehat, penghapusan
eksploitasi remaja dalam media misalnya pemanfaatan yang semena-
semena dalam periklanan, meningkatkan kepekaan gender pada
remaja.
e) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja.
f) Meningkatkan motivasi kepada semua pihak agar dapat
berpartisipasi menciptakan lingkungan kondusif bagi remaja melalui
kegiatan Posyandu Remaja
g) Meningkatkan Sensitifitas kepada pemegang keputusan diwilayah
kerja puskesmas tentang tumbuh kembang dan kesehatan remaja,
masalah dan kebutuhannya

d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas terkait yang ada di wilayah Kecamatan
4) Guru, remaja, organisasi remaja, konselor sebaya/kader remaja
5) KUA
6) Polsek
7) Danramil
8) PKK
9) LSM/Swasta/Toma/Toga/CSR

e. Tim POKJA Posyandu Remaja Tingkat Kecamatan dan Kelurahan terdiri


dari :
1) Camat
2) Lurah/Kades
3) Perwakilan dari masing-masing instansi pemerintah dan swasta
4) PKK
5) CSR

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.

g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu Remaja di
Tingkat Kecamatan dan Kelurahan diawali dengan laporan kegiatan
Pimpinan Puskesmas tentang rencana pembentukan Tim POKJA
Posyandu Remaja di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 161


2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan
dilakukan diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
POKJA Posyandu Remaja di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim POKJA
Posyandu Remaja Tingkat Kecamatan dan Kelurahan).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim POKJA Posyandu
Remaja di tingkat Kecamatan dan Kelurahan

h. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi dan Sosialisasi tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
Posyandu Remaja di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang kerjasama
lintassektor dalam mendukung kegiatan Posyandu Remaja di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

i. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi Posyandu Remaja tingkat
Kecamatan/ Kelurahan :
a) Pengelola program Remaja melakukan identifikasi dan pendataan
tentang remaja yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Remaja melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data remaja, data cakupan remaja, data kesakitan dan
kematian remaja serta menyampaikan fenomena permasalahan yang
ada

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 162


f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan advokasi dan sosialisasi :


a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama untuk
meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap remaja.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa), ketua
RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya tim
POKJA Posyandu Remaja kecamatan/kelurahan
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK tim
POKJA Posyandu Remaja kecamatan/kelurahan, diketahui dan
disahkan dengan tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim POKJA Posyandu Remaja Kecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir

j. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
Posyandu Remaja di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Struktur Posyandu remaja, Alur Kegiatan, SK Tim Pengurus Posyandu
remaja
7) Dokumentasi kegiatan
8) Terbentuknya Tim POKJA Posyandu Remaja Kecamatan dan
Kelurahan (SK Camat dan struktur)
9) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu
Remaja tingkat kecamatan dan kelurahan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 163


B. Pembentukan dan Pelatihan Kader Posyandu Remaja
1. Pembentukan dan Pelatihan Kader Posyandu Remaja
a. Pendahuluan :
Remaja merupakan suatu masa transisi dalam proses kehidupan. Dimana
problematika saat remaja sangat komples.Hal ini membuat para remaja
memerlukan informasi dan tempat bertanya yang tepat.Karena dari berbagai
informasi yang ada baik informasi dari lingkungan sekitar remaja maupun
dari informasi media banyak informasi negative yang didapatkan
remaja.Dilihat dari kasus remaja bermasalah sangat memperihatinkan dan
memerlukan perhatian. Kegiatan Posyandu remaja merupakan salah satu
kegiatan UKBM remaja, kegiatan ini dilakukan untuk memantau kesehatan
remaja dengan melibatkan remaja itu sendiri. Posyandu remaja merupakan
tempat untuk pemberian informasi kesehatan maupun informasi penting
lainnya pada remaja setiap bulannya. Peran konselor sebaya/teman
sebaya/kader posyandu remaja yang memberikan informasi positif sangat
dibutuhkan.

b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja / Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar berbagai
pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta serta mitra
potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kesehatan remaja di wilayahnya

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 164


c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengembangkan hubungan sehat antar sebaya dengan cara
memberikan PKHS (Pengenalan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat) kepada remaja, melalui kegiatan posyandu remaja

2) Tujuan Khusus :
a) Melibatkan remaja dalam upaya intervensi terkait remaja untuk
hidup sehat.
b) Meningkatkan kepedulian antara teman sebaya terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada remaja dilingkungannya.
c) Memantau kesehatan remaja secara berkala
d) Mengedukasi remaja untuk hidup sehat
e) Menurunkan angka pernikahan dini dan masalah remaja lainnya
f) Membekali remaja untuk mempersiapkan masa depannya melalui
generasi berencana yang kreatif dan berwawasan luas

g) Setelah mengikuti kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Kader


Posyandu Remaja, remaja mampu berperan sebagai kader
posyandu remaja dan membentuk dan mengaktifkan posyandu
remaja di lingkungannya masing-masing.

d. Sasaran :
Kader posyandu remaja yaitu berusia 10-19 tahun

e. Persyaratan kader posyandu remaja terdiri dari :


1) Mempunyai pengetahuan terkait dengan kesehatan remaja
2) Berkelakuan baik, bersedia sebagai role model bagi teman sebayanya
3) Mempunyai sifat empati, kongruensi (memahami diri sendiri)
4) Bisa menghargai orang lain, jujur, dapat dipercaya/menjaga
kerahasiaan klien.
5) Mau secara sukarela remaja menjadi kader dan berdomisili diwilayah
posyandu remaja
6) Mempunyai keterampilan sebagai pendengar aktif dan dapat
berkomunikasi dengan baik

f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, Anggaran
Desa/Kelurahan, pendanaan masyarakat

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 165


g. Persiapan Teknis :
1) Identifikasi calon kader posyandu remaja
2) Mempersiapakan tempat dan sarana Pembentukan dan Pelatihan kader
posyandu remaja :
Tempat kegiatan adalah tempat dapat disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah)
3) Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, narasumber dan daftar alat bantu/peraga
4) Mengundang Calon kader posyandu remaja yang telah dipilih.
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran melalui pihak
camat/kelurahan/desa yang terkait
5) Mempersiapkan tim fasilitator dan nara sumber :
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber yang
akan terlihat pada jadwal kegiatan
6) Menyusun rencana anggaran :
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya

h. Penyelenggaraan Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan kader posyandu


remaja:
1) Membuat kesan yang menyenangkanFasilitator/Narasumber dituntut
untuk mampu membuat suasana kelas menyenangkan bagi seluruh
calon kader posyandu remaja disertai dengan metode permainan.
2) Memilih materi dengan penyampaian yang mudah diterima oleh calon
kader posyandu remaja
3) Disiplin waktu
Dilaksanakan sesuai jadwal dengan sistim pelatihan, waktu ideal dapat
disesuaikan dengan pendanaan di puskesmas masing-masing atau
berkordinasi dengan pihak stakeholder terkait pendanaan.

i. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan kader posyandu remaja diawali
dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR Kecamatan dan
Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon kader posyandu remaja.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan kader
posyandu remaja (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang calon-calon kader posyandu remaja yang telah lulus
seleksi
4) Memperoleh hasil seleksi calon kader posyandu remaja oleh
Puskesmas untuk di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan
Pelatihan kader posyandu remaja

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 166


5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim posyandu remaja di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan
j. Monitoring dan Evaluasi
1) Evaluasi dampak kegiatan :
Evaluasi dengan menggunakan perangkat evaluasi (instrumen) yang
lebih spesifik berupa daftar isian yang disusun dengan indikator
tertentu. Dengan mengisi format 3 (pedoman teknik konseling
kesehatan remaja bagi kader posyandu remaja), Evaluasi Observer
terhadap kader posyandu remaja, materi pelaksanaan proses 5 meja
posyandu remaja, pengisian format Home, Education/Employmen,
Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions
(HEADSSS) dan register posyandu remaja
2) Pencatatan dan Pelaporan :
Menggunakan format pencatatan dan pelaporan
k. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Kader
Posyandu Remaja
2) Jadwal materi
3) Daftar / biodata Kader Posyandu remaja.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Kader Posyandu
Remaja
6) Nilai pre dan post test
7) Quesioner pre dan post test
8) Lampiran materi
9) Dokumentasi kegiatan
10) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen),
11) SPJ Perjalanan Dinas Peserta

C. Pembinaan Posyandu Remaja


1. Pembinaan Kegiatan Posyandu Remaja
a. Pendahuluan :
Masa remaja disebut masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana
psikologisnya sedang labil untuk mencari jati dirinya. Dalam fase ini,remaja
melakukan penyesuaian dengan lawan jenis, perubahan perilaku dan
sosialisasi dengan lingkungan sekitar. Saat masa remaja, cenderung
memisahkan diri dari keluarga dan mulai bergabung dengan komunitasnya.
Hal ini yang membuat remaja rentan akan permasalahan dari masalah diri
sendiri, keluarga hingga permasalahan dengan perkembangan zaman.
Perlunya pendampingan dan pembinaan agar remaja tidak terjerumus pada
hal yang negative yang dapat merugikan dirinya sendiri ataupun orang
lain.Sebagai bentuk kepedulian terhadap remaja, maka pemerintah
menghadirkan posyandu remaja untuk mendampingi remaja menghadapi
fase-fase krusial dalam hidupnya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 167


b. Pengertian :
1) Kader adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Kader Posyandu Remaja adalah konselor yang memberikan konseling
kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang membutuhkan
teman bicara untuk mengenali dan memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Pembinaan Kegiatan Posyandu Remaja adalah kegiatan yang
membantu konselor sebaya dengan cara mendidik remaja menjadi
kader kesehatan remaja (pendidik atau konselor sebaya) agar dapat
berperan sebagai narasumber atau agen pengubah prilaku teman
sebayanya serta dapat berperan sebagai penghubungantara pemberi
layanan dengan teman sebayanya diposynadu remaja. Kegiatan
dilakukan seperti proses kegiatan posyandu lainnya. Pelaksanaan setiap
bulan dengan system 5 meja pelayanan, namun yang membedakan dari
posyandu lainnya, posyandu remaja dalap melakukan kegiatan yang
berbeda setiap bulannya.
6) Pelaksanaan Posyandu remaja dibagi menjadi :
a. Meja 1 adalah meja pendaftaran, semua peserta yang hadir hars
registrasi gara kader dapat mengetahui jumlah peserta yang hadir
disetiap posyandu, selain itu registrasi ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat penerima manfaat dan kurva setiap bulan sebagai
bahan evaluasi promosi kegiatan posyandu remaja.
b. Meja 2 adalah meja penimbangan dan pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, pengukuran
tekanan darah dan penilaian status gizi. Setiap peserta dicatat
hasilnya untuk mengetahui pertumbuhannya setiap bulan dan
penanganan deteksi masalah gizi.
c. Meja 3 adalah meja pendokumentasian. Setelah melakukan
pengukuran, kader akan melakukan pendokumentasian dalam buku
rapot kesehatan remaja, register dan format lainnya.
d. Meja 4 adalah Pemberian vitamin dan tablet Fe. Remaja dapat
melakukan konsultasi terkait keadaan / masalah gizi mereka.
Pemeriksaan anemia bagi remaja putri. Secara berkala remaja
diberikan vitamin dan penanganan rujukan ke Puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 168


e. Meja 5 adalah meja bimbingan dan konseling remaja. Kader dan
petugas kesehatan memberikan konseling Gizi, Kesehatan
reproduksi dan masalah remaja. Peserta mendapatkan edukasi
mengenai kesehatan remaja, informasi lainnya seperti
kewirausahaan. Dalam pelaksanannya dimeja ini pelaksanaan
kegiatannya sangat flexible, tidak harus dengan system penyuluhan
7) Kader Remaja adalah remaja yang dipilih/secara sukarela mengajukan
diri dan dilatih untuk ikut melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
remaja bagi diri sendiri, teman sebaya, serta masyarakat.
8) Strata Posyandu Remaja
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan partisipasi aktif remaja dan keterlibatan remaja,
terhadap kesehatan sejak awal tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pada semua program yang ditujukan untuk kesehatan dan
kesejahteraan remaja.

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi kader remaja dan peserta di posyandu remaja
b) Meningkatkan pelayanan kader posyandu remaja terhadap peserta
posyandu remaja melalui pelaporan kegiatan posyandu remaja.
c) Melibatkan peran aktif kader posyandu remaja untuk kegiatan-
kegiatan yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan
seperti melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling
individu dan konseling kelompok dimasyarakat, ikut serta dalam
event-event kegiatan remaja, membuat jejaring terkait Posyandu
remaja

d. Sasaran :
1) Ketua POKJA dan Ketua Posyandu Remaja
2) Kader Posyandu Remaja yang telah dilatih
3) Peserta Posyandu Remaja Usia 10-19 tahun

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, ABD, anggaran
kesehatan di desa/kelurahan, CSR.

f. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Kegiatan Pembinaan Posyandu Remaja diawali dengan kegiatan
tindak lanjut dari kegiatan pembentukan dan pelatihan kader posyandu
remaja.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembinaan Posyandu remaja (Tempat
dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 169


3) Melakukan pemberitahuan kepada remaja di masyarakat bahwa akan
dilakukan kegiatan Posyandu Remaja di wilayahnya
4) Pelaksanaan kegiatan Posyandu remaja dengan system 5 meja
dilakukan setiap bulan seperti kegiatan posyandu balita dan lansia.
5) Memperoleh hasil laporan kegiatan Posyandu remaja setiap bulannya.
6) Kegiatan dilakukan dengan frekuensi setiap bulan dengan kegiatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan analisis situasi yang
ada. Kegiatan terkait wirausaha, keterampilan dan pengendalan diri
remaja dan lain-lain. Pembinaan oleh petugas Puskesmas dapat
dilakukan secara berkala jika dari aktifitas yang dilakukan oleh kader
posyandu memerlukan pemantauan dan pembinaan lebih lanjut, maka
kegiatan dilakukan lebih frekuensi lebih banyak, dapat dilakukan di
luar kegiatan posyandu remaja.
7) Kegiatan dilakukan di gedung Posyandu yang telah ada sarana dan
prasarananya oleh desa/kelurahan setempat (Posbindu, Posyandu
Lansia, Posyandu Balita), menggunakan gedung atau tempat yang telah
disepakati antara kelompok remaja dan desa/kelurahan. Usahakan
ruangan yang luas dapat menampung peserta Posyandu remaja dan
sirkulasi udaya serta pencahayaan yang optimal, sehingga proses
posyandu remaja bisa berlangsung dengan baik.
8) Kader Posyandu remaja melakukan tugasnya dalam kegiatan posyandu
remaja di masing-masing meja pelayanan. Setelah pelaksanaan
posyandu remaja, para kader membuat laporan hasil kegiatan saat
menghadiri kegiatan posyandu remaja dan dilaporkan kepada petugas
Puskesmas.

h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Posyandu remaja
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata kader posyandu remaja.
4) Daftar hadir kader dan peserta posyandu remaja
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Posyandu Remaja
6) Lampiran laporan kegiatan Posyandu remaja
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Petugas

D. Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja


1. Pendahuluan
Masalah remaja salah satunya adalah dampak dari kurangnya perhatian lintas
sektor, orang tua dan remaja itu sendiri kepada wadah kegiatan positif bagi
remaja, sehingga remaja melakukan hal-hal yang berdampak negatif bagi
dirinya dan orang lain.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 170


2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Dihasilkannya program kesehatan remaja yang dapat memenuhi kebutuhan
remaja di wilayah puskesmas, sehingga timbul rasa memiliki serta
menimbulkan motivasi remaja untuk menegakkan kredibilitas dan
memasarkan program diantara remaja melalui kegiatan posyandu remaja.

b. Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan lokasi kegiatan diluar posyandu remaja yang melibatkan
remaja, misal pelatihan wirausaha, keagamaan, study wisata atau kegiatan
KIE secara Outbond/luar ruangan, di mall, café dan lokasi-lokasi yang
disukai remaja.
2) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan urgensi
penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat secara terus
menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar daln lain-lain
3) Mengembangkan inovasi kegiatan dengan memanfaatkan sarana
komunikasi atau teknologi yang ada, misalnya pelayanan konseling
melalui hot-line service/SMS atau pemberian informasi melalui website
dan media elektronik seperti radio, televisi.
4) Mencari masukkan, usulan dan ide dari remaja untuk perbaikan dan
peningkatan posyandu remaja dan untuk inisiasi program inovatif, dengan
mengadakan pertemuan berkala dengan kader posyandu remaja, tentang
berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan remaja, melalui
pembinaan kader posyandu remaja yang dilakukan oleh petugas program
remaja berintegrasi dengan lintas program dan pihak terkait. Juga dapat
melalui forum diskusi, seminar, lokakarya dan lain-lain.
5) Bekerjasama dengan remaja melakukan kampanye kesehatan remaja
misalnya tentang menjauhi seks bebas/seks pranikah, narkoba, pada
kesempatan khusus.
6) Mengembangkan kegiatan dalam pengembangan kegiatan posyandu
remaja misalnya mengadakan kegiatan Bank Sampah, mengelola tanaman
obat keluarga, kebun, peternakan, perikanan, dan ekonomi kreatif lainnya

3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
c. Remaja yang mengikuti organisasi remaja yang ada dilingkungan posyandu
remaja

4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, ABD, anggaran kesehatan
di desa/kelurahan, CSR.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 171


5. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja diawali dengan
pengumpulan data sasaran Kegiatan Posyandu Remaja.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja (Tempat dan waktu pelaksanaan, pendanaan dan surat
pemberitahuan ke desa/kelurahan dan tim Posyandu Remaja Kecamatan dan
Kelurahan agar dapat bekerjasama dalam Pengembangan Inovasi Kegiatan
Posyandu Remaja)
c. Melakukan pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
d. Memperoleh hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
e. Melakukan pengolahan data laporan kegiatan Pengembangan Inovasi
Kegiatan Posyandu Remaja
f. Penyajian dan melaporkan hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja kepada Kepala desa/kelurahan, Pimpinan Puskesmas, Ketua Tim
POKJA Posyandu remaja di Kecamatan dan kelurahan untuk di publikasikan
kepada masyarakat.
g. Hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja dapat digunakan
sebagai kajian bagi rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan remaja

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja.
d. Narasi laporan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja
f. Format Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
g. Dokumentasi kegiatan
h. SPJ Perjalanan Dinas Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja

IX. Pelayanan Kesehatan Calon Pengantin


A. Sosialisasi dan advokasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin.
1. Sosialisasi dan Advokasi Lintas Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin di Puskesmas.
a. Pendahuluan
Salah indikator bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan
reproduksinya berada dalam kondisi yang baik. Calon pengantin yang akan
menikah adalah cikal bakal terbentuknya sebuah keluarga, sehingga
sebelum menikah, calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi
kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat
melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang
sehat, sejahtera dan berkualitas. Masalah kesehatan reproduksi tidak
terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan,

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 172


motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat
kurang. Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggung jawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah
anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya, serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan. Hak reproduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk dimana mereka harus mendapatkan
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual, efek obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.

b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu
atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
3) Alur pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin :
a) Catin mengisi formulir persyaratan nikah (Model N1 sampai
dengan N4 dan formulir lainnya yang diperlukan) dri
kelurahan/desa tempat tinggal catin.
b) Catin datang ke KUA atau lembaga agama lainnya untuk
mengurus pernikahannya.
c) Catin membawa surat pengantar yang diperoleh dari KUA atau
lembaga lainnya ke Puskesmas untuk mendapatkan surat
keterangan kesehatan termasuk status imunisasi.
d) Difasilitas kesehatan (Puskesmas dan RS), petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi anamneses,
pemeriksaan fisik, skrining dan pelayanan imunisasi Td,
pemeriksaan laboratorium, KIE dan konseling, pengobatan dan
rujukan bila diperlukan.
e) Catin kembali ke KUA atau lembaga agama lainnya dengan
membawa surat keterangan kesehatan termasuk imunisasi TT.
f) Setelah catin melakukan pernikahan, KUA akan mencatatkan
pernikaha pasangan pengantin yang telah meyerahkan formulir
yang telah dipersiapkan.
4) Pemeriksaan kesehatan calon pengantin perlu dilakukan untuk
menetukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan dengan sehat dan aman. Pemeriksaan yang
diperlukan catin :
a) Anamenese (wawancara oleh tenaga kesehatan : riwayat penyakit,
kesehatan jiwa dan riwayat kesehatan keluarga)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 173


b) Pemeriksaan fisik ( tanda-tanda vital, dan seluruh tubuh), termasuk
status gizi (BB, TB, Lila dan tanda-tanda anemia)
c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium: pemeriksaan darah Hb,
golongan darah, dalam kondisi tertentu dilakukan laboratorium
gula darah, HIV, IMS, Hepatitis, TORCH, Malaria, Talasemia, dan
pemeriksaan lain sesuai Indikasinya)
d) Status imunisasi TT (setiap wanita usia subur (15-49 tahun)
diharapkan sudah mendapatkan 5 kali imunisasi TT lengkap.
5) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi. Gender adalah
pembagian peran kedudukandan tugas antara laki-laki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan
perempuanyang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah
suatu keadaan setara dimana antara laki-laki dan perempuan dalam hak
(hokum) dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan.
6) Informasi yang perlu diketahui oleh calon pengantin terkait kesehatan
reproduksi yaitu kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara
mengatasinya. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS), HIV-AIDS dan infeksi
saluran reproduksi (ISR), cara penularan, upaya pencegahan dan
pengobatannya. Pelayanan KB. Hubungan suami istri harus didasari
rasa cinta dan kasih sayang serta menghormati pasangannya. Informasi
tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Mitos-
mitos dalam perkawinan.
7) Perilaku yang harus dihindari dalam aktifitas seksual yaitu melakukan
hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas. Melakukan
hubungan melalui anal dan oral karena beresiko dalam penularan
penyakit dan merusak organ reproduksi.
8) Kekerasan dalam rumah tangga yaitu kesekrasan secara fisik, psikis,
seksual, penelantaran, eksploitasi dan kekerasan lainnya.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kesehatan calon pengantin yang akan menikah sebagai
cikal bakal terbentuknya sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah,
calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat
menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat melahirkan generasi
penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan
berkualitas.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pelayanan puskesmas melalui kegiatan pelayanan
kesehatan Catin

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 174


b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskesmas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan kesehatan
Catin.
c) Meningkatnya kemudahan bagi catin dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan catin,
khususnya aspek promotif dan preventif.
d. Sasaran
1) Pimpinan Puskesmas
2) Petugas pengelola program Gizi, Promosi Kesehatan, kesling, KIA,
program remaja, kesehatan jiwa dan laboratorium
3) Dokter Puskesmas

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskemas
dengan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin di
Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola program terkait
catin tentang Sosialisasi Lintas Program Puskesmas terkait pelayanan
catin di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Puskemas pelayanan kesehatan reproduksi catin di Puskesmas
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas Program di
Puskesmas di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Lintas Program Kesehatan
reproduksi di Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Lintas Program Kesehatan reproduksi
di Puskesmas
3) SK Tim Sosialisasi Lintas Program Kesehatan reproduksi di Puskesmas
4) Materi sosialisasi
5) Dokumentasi kegiatan
6) Administrasi terkait lainnya

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 175


B. Sosialisasi dan advokasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin.
1. Sosialisasi dan Advokasi Lintas Sektor Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin Tingkat Kecamatan/Kelurahan/Desa.
a. Pendahuluan
Salah indikator bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan
reproduksinya berada dalam kondisi yang baik. Calon pengantin yang akan
menikah adalah cikal bakal terbentuknya sebuah keluarga, sehingga
sebelum menikah, calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi
kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat
melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang
sehat, sejahtera dan berkualitas. Masalah kesehatan reproduksi tidak
terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan,
motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat
kurang. Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggung jawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah
anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya, serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan. Hak reproduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk dimana mereka harus mendapatkan
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual, efek obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.

b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
3) Alur pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin :
a) Catin mengisi formulir persyaratan nikah (Model N1 sampai
dengan N4 dan formulir lainnya yang diperlukan) dri
kelurahan/desa tempat tinggal catin.
b) Catin datang ke KUA atau lembaga agama lainnya untuk
mengurus pernikahannya.
c) Catin membawa surat pengantar yang diperoleh dari KUA atau
lembaga lainnya ke Puskesmas untuk mendapatkan surat
keterangan kesehatan termasuk status imunisasi.
d) Difasilitas kesehatan (Puskesmas dan RS), petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi anamneses,
pemeriksaan fisik, skrining dan pelayanan imunisasi Td,
pemeriksaan laboratorium, KIE dan konseling, pengobatan dan
rujukan bila diperlukan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 176


e) Catin kembali ke KUA atau lembaga agama lainnya dengan
membawa surat keterangan kesehatan termasuk imunisasi TT.
f) Setelah catin melakukan pernikahan, KUA akan mencatatkan
pernikaha pasangan pengantin yang telah meyerahkan formulir
yang telah dipersiapkan.
4) Pemeriksaan kesehatan calon pengantin perlu dilakukan untuk
menetukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan dengan sehat dan aman. Pemeriksaan yang
diperlukan catin :
a) Anamenese (wawancara oleh tenaga kesehatan : riwayat penyakit,
kesehatan jiwa dan riwayat kesehatan keluarga)
b) Pemeriksaan fisik ( tanda-tanda vital, dan seluruh tubuh), termasuk
status gizi (BB, TB, Lila dan tanda-tanda anemia)
c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium: pemeriksaan darah Hb,
golongan darah, dalam kondisi tertentu dilakukan laboratorium
gula darah, HIV, IMS, Hepatitis, TORCH, Malaria, Talasemia, dan
pemeriksaan lain sesuai Indikasinya)
d) Status imunisasi TT (setiap wanita usia subur (15-49 tahun)
diharapkan sudah mendapatkan 5 kali imunisasi TT lengkap.
5) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi. Gender adalah
pembagian peran kedudukandan tugas antara laki-laki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan
perempuanyang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah
suatu keadaan setara dimana antara laki-laki dan perempuan dalam hak
(hokum) dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan.
6) Informasi yang perlu diketahui oleh calon pengantin terkait kesehatan
reproduksi yaitu kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara
mengatasinya. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS), HIV-AIDS dan infeksi
saluran reproduksi (ISR), cara penularan, upaya pencegahan dan
pengobatannya. Pelayanan KB. Hubungan suami istri harus didasari
rasa cinta dan kasih sayang serta menghormati pasangannya. Informasi
tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Mitos-
mitos dalam perkawinan.
7) Perilaku yang harus dihindari dalam aktifitas seksual yaitu melakukan
hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas. Melakukan
hubungan melalui anal dan oral karena beresiko dalam penularan
penyakit dan merusak organ reproduksi.
8) Kekerasan dalam rumah tangga yaitu kesekrasan secara fisik, psikis,
seksual, penelantaran, eksploitasi dan kekerasan lainnya.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 177


c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama lintas sector dalam pelayanan calon pengantin
di wilayah Kecamatan/Kelurahan/Desa
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan peran serta lintas sector dalam pelayanan kesehatan
Catin
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta lintas sector
(Stakeholder, KUA, tokoh agama) melalui kerjasama lintas
program dalam pelayanan kesehatan Catin.
c) Meningkatnya kemudahan bagi catin dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan melalui pern lintas sektor
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan catin,
melalui kerjasama lintas sector terkait pelayanan catin
d. Sasaran
1) Stake holder, instansi terkait (capil, KUA, dll)
2) Tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, PKK dll
3) CSR

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN) atau dana
CRS

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi Lintas sektor pelayanan kesehatan reproduksi bagi
calon pengantin di wilayah Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan
pengelola program terkait catin tentang Sosialisasi Lintas Program
Puskesmas terkait pelayanan catin di Puskesmas kepada Pimpinan
Puskesmas dan stakeholder
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Kecamatan/kelurahan/desa (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang stakeholder, instansi terkai, tokoh agama, tokoh
masyarakat dan CSR
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
pelayanan kesehatan reproduksi catin di Kecamatan/Kelurahan/desa
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Kesehatan
Reproduksi di Kecamatan/ kelurahan/desa).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas sektor di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 178


g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Lintas sektor Kesehatan reproduksi
di Kecamatan/ kelurahan/desa
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Lintas sektor Kesehatan reproduksi di
Kecamatan/ kelurahan/desa
3) SK Tim Sosialisasi Lintas sektor Kesehatan reproduksi di Kecamatan/
kelurahan/desa
4) Materi sosialisasi
5) Dokumentasi kegiatan
6) SPJ

X. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia


A. Sosialisasi Puskesmas Santun lansia
1. Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun lansia di Puskesmas
a. Pendahuluan
Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan
yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan
masyarakat. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut
usia mengalami perubahan fisik dan mental. Salah satu permasalahan yang
sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan sehingga
diperlukan pembinaan kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut
usia.
Puskesmas merupakan unit terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas diharapkan
mampu melakukan upaya promotif, preventif dan kuratif terhadap
pelayanan kesehatan lanjut usia dipelayanan tingkat dasar.

b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Puskesmas Santun Usia lanjut adalah Puskesmas yang melakukan
pelayanan kepada Usia Lanjut yang meliputi aspek promotif dan
preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, yang dilakukan
secara pro-aktif, baik, sopan dan memberikan kemudahan dukungan
bagi usia lanjut.
3) Ciri-ciri Puskesmas Santun Usia Lanjut
g) Pelayanan baik, berkualitas dan sopan
h) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan kepada usia
lanjut
i) Memberikan keringanan/penghapusan biaya yankes bagi usila tak
mampu
j) Memberikan dukungan/bimbingan pada usila dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 179


k) Melakukan pelayanan kesehatan secara proaktif
l) Melakukan kerjasama dgn lintas program dan lintas sektor
4) Pra Usia Lanjut (pra-senilis/virilitas) adalah seseorang yang berusia
antara 45-59 tahun
5) Usia Lanjut :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
6) Usia Lanjut Risiko Tinggi :
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
7) Usia Lanjut Potensial :
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa
8) Usia Lanjut Tidak Potensial :
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
9) Kartu Menuju Sehat (KMS) :
Adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut
baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS adalah untuk
memantau dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan di kelompok usia lanjut (posyandu) atau puskesmas.
10) Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang telah
mengembangkan program kesehatan usia lanjut dan menyediakan
minimal loket, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan khusus bagi Usia
Lanjut, mempunyai petugas terlatih kesehatan lansia/geriatri serta
melakukan pembinaan terhadap kelompok lansia.

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai lansia bahagia dan berdaya guna melalui kegiatan puskesmas
santun lansia

2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pelayanan puskesmas melalui kegiatan pelayanan
kesehatan lansia
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskesmas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan kesehatan
lanjut usia
c) Meningkatnya kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 180


d. Sasaran
4) Pimpinan Puskesmas
5) Petugas pengelola program Gizi, Promosi Kesehatan, SIMPUS,
kesling.
6) Dokter Puskesmas
7) Petugas Loket, apotik, Cleaning service

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
6) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskemas
Santun lansia di Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan pengelola
program Lansia tentang Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
7) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
8) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
9) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Puskemas Santun lansia di Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim Program Puskesmas Santun Lansia
di Puskesmas).
10) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas Program
Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas di tingkat Kecamatan dan
Kelurahan.

g. Indikator keberhasilan dan target yang diharapkan adalah :


1) Pelayanan Medis :
a) Skrining kesehatan pada 30 % usila
b) Skrining kesehatan 100 % usila dipanti werda
c) 30 % PKM melaksanakan konseling usila

2) Kegiatan non medis :


a) 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut
b) 50 % desa mempunyai kelompok usia lanjut
c) 50 % kelompok usia lanjut melaksanakan senam usila

h. Pemantauan dan penilaian


1) Mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam menyelenggarakan
Puskesmas Santun Lansia.
2) Melakukan upaya yang spesifik untuk menanggulangi kekurangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan Puskesmas Santun Lansia.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 181


3) Meningkatkan mutu Puskesmas Santun Lansia yang diselenggarakan
secara berkesinambungan.

i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia
3) SK Tim Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun lansia
4) Materi sosialisasi
5) Dokumentasi kegiatan
6) Administrasi terkait lainnya

2. Sosialisasi Lintas Sektor Puskesmas Santun lansia ditingkat Kecamatan /


Kelurahan
a. Pendahuluan
Lanjut Usia merupakan populasi yang akan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya UHH yang meningkat. Kesejahteraan dan kesehatan lansia
yang semakin membaik mendukung keadaan ini. Namun meningkatnya
UHH ini menimbulkan masalah seperti banyaknya lanjut usia yang
menderita penyakit degeneratif yang akan membutuhkan pembiayaan yang
tinggi. Juga lansia yang yang mempunyai masalah kemandirian sehingga
aktifitasnya tergantung dengan orang disekitarnya. Untuk itu peran keluarga
lansia sangat dibutuhkan dalam menangani masalah tersebut.

b. Pengertian
1) Kelompok Usia Lanjut/ Posyandu Lanjut Usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut dimasyarakat dimana proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
2) Pra Usia Lanjut (pra-senilis/virilitas) :
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
3) Usia Lanjut :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
4) Usia Lanjut Risiko Tinggi :
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
5) Usia Lanjut Potensial :
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 182


6) Usia Lanjut Tidak Potensial :
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
7) Kartu Menuju Sehat (KMS) :
Adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut
baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS adalah untuk
memantau dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan di kelompok usia lanjut (posyandu) atau puskesmas.
8) Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang telah
mengembangkan program kesehatan usia lanjut dan menyediakan
minimal loket, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan khusus bagi Usia
Lanjut. mempunyai petugas terlatih kesehatan lansia/geriartri serta
melakukan pembinaan terhadap kelompok lansia

c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberdayaannya.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya didukung oleh keluarga dan lingkungannya
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan
masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia
c) Meningkatnya peran serta masyarakat seperti lintas sektor untuk
memberikan perhatian dan dukungan terhadap lansia
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
curatif dan rehabilitatif

d. Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut terbagi 2, yaitu :
1) Sasaran Langsung :
a) Kelompok pra lanjut usia 45-59 tahun
b) Kelompok lanjut usia 60-69 tahun
c) Kelompok usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun
atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan

2) Sasaran Tidak Langsung :


a) Keluarga dimana usia lanjut berada
b) Masyarakat dilingkungan usia lanjut berada
c) Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan
lanjut usia

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 183


d) Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lanjut usia
e) Masyarakat luas

e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor Puskemas Santun lansia tingkat
kecamatan / kelurahan
2) Tingkat Kecamatan dan Kelurahan diawali dengan laporan kegiatan
Pimpinan Puskesmas tentang rencana Sosialisasi Lintas Sektor
Puskemas Santun lansia di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
3) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor
Puskemas Santun lansia (Tempat dan waktu pelaksanaan dilakukan
diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan dan
undangan)
4) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
5) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor
6) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Lintas Sektor bagi
Lanjut Usia

g. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi Lintas Sektor Puskemas Santun lansia tentang pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan lansia di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan lansia di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas

h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor Puskesmas Santun lansia tingkat
Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelola program Lansia melakukan identifikasi dan pendataan
tentang lansia yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Lansia melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 184


mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, dan lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerja sama
antara lintas sektor dan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data sasaran Lansia, data cakupan kesehatan Lansia,
data kesakitan dan kematian Lansia serta menyampaikan fenomena
permasalahan yang ada
f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

2) Penandatanganan kesepakatan kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor


Puskesmas Santun Lansia:
a) Draft kesepakatan kerjasama antara lintas sektor dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bekerjasama
untuk meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap remaja.
b) Mengundang stakeholder setempat (camat, lurah/kepala desa),
ketua RW/RT dan lintas sektor lainnya.
c) Menyampaikan draft kesepakatan untuk didiskusikan dengan
adanya kegiatan kerjasama lintas sektor dan terbentuknya tim
Peduli Lansia kecamatan/kelurahan
d) Jika isi kesepakatan dengan pembagian peran yang ada telah
disetujui, maka dilanjutkan dengan kesepakatan struktur dan SK
tim peduli lansia kecamatan/kelurahan, diketahui dan disahkan
dengan tanda tangan oleh stakeholder
e) Dokumen SK digandakan dan diberikan kepada masing-masing
pengurus Tim Peduli Lansia Kecamatan/kelurahan
f) Dokumen berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun atau sesuai
kesepakatan, dan jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
revisi sebelum masa berakhir

i. Indikator keberhasilan dan target yang diharapkan adalah :


Kegiatan non medis :
1) 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut
2) 50 % desa mempunyai kelompok usia lanjut
3) 50 % kelompok usia lanjut melaksanakan senam usila

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 185


j. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Laporan Kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor Puskesmas Santun
Lansia
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MoU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan

B. Pelayanan Kesehatan di posyandu lansia :


1. Pendahuluan
Salah satu dampak pembangunan kesehatan adalah meningkatnya usia harapan
hidup yang berakibat meningkatnya jumlah lanjut usia dengan berbagai masalah
dan kebutuhan bagi lanjut usia dibidang kesehatan. Oleh karena itu berbagai
upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan baik, diantaranya
dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya untuk penduduk usia lanjut.

2. Pengertian
a. Kelompok Usia Lanjut/ Posyandu Lanjut Usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut dimasyarakat dimana proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan
pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
b. Pra Usia Lanjut (pra-senilis/virilitas) :
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
c. Usia Lanjut :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
d. Usia Lanjut Risiko Tinggi :
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
e. Usia Lanjut Potensial :
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa
f. Usia Lanjut Tidak Potensial :
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
g. Kartu Menuju Sehat (KMS) :
Adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik
fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS adalah untuk memantau
dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan di kelompok
usia lanjut (posyandu) atau puskesmas.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 186


3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberdayaannya.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya dan sebagai bentuk implementasi dari pelayanan pro
aktif Puskesmas
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat
dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia
3) Meningkatnya kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
4) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitatif

4. Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut terbagi 2, yaitu :
a. Sasaran Langsung :
1) Kelompok pra lanjut usia 45-59 tahun
2) Kelompok lanjut usia 60-69 tahun
3) Kelompok usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

b. Sasaran Tidak Langsung :


1) Keluarga dimana usia lanjut berada
2) Masyarakat dilingkungan usia lanjut berada
3) Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan lanjut
usia
4) Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lanjut usia
5) Masyarakat luas

5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)

6. Pelaksanaan :
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lanjut usia secara umum mencakup
kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, curatif dan
rehabilitatif, yaitu :
a. Kegiatan Promotif :
bertujuan meningkatkan gairah hidup para lanjut usia agar merasa tetap
dihargai dan tetap berguna

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 187


b. Kegiatan Preventif :
bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif dengan kegiatan
deteksi dini kesehatan usia lanjut yang dilakukan dikelompok, puskesmas
dengan instrumen KMS Lanjut Usia dan Buku Saku Pemantauan Kesehatan
Lanjut Usia
c. Kegiatan Kuratif :
adalah pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yang sakit serta Latihan
Vitalisasi Otak yang memiliki rangkaian gerakan yang diolah sedemikian
rupa dengan memperhatikan konsep dan kaidah anatomi dan fisiologi otak
d. Kegiatan Rehabilitatif :
kegiatan dilakukan yang bersifat medik, psikologis, edukasi dan
pengembangan keterampilan atau hobby untuk mengembalikan semaksimal
mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan pada usia lanjut
e. Kegiatan Rujukan :
dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang
memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :


a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari
b. Pemeriksaan status mental
c. Pemeriksaan status gizi
d. Pengukuran tekanan darah, denyut nadi
e. Pemeriksaan Hb, gula darah, protein
f. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas
g. Penyuluhan kesehatan
h. Kunjungan kader dan tenaga kesehatan kerumah Lansia yang tidak datang

Kegiatan Tambahan adalah :


a. Pemberian makanan tambahan sebagai contoh menu makanan
b. Kegiatan olahraga
c. Kerohaniaan
d. Rekreasi
e. Forum diskusi
f. Penyaluran dan pengembangan hobi

Indikator keberhasilan dan target yang diharapkan adalah :


a. Pelayanan Medis :
1) Skrining kesehatan pada 30 % usila
2) Skrining kesehatan 100 % usila dipanti werda
3) 30 % PKM melaksanakan konseling usila

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 188


b. Kegiatan non medis :
1) 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut
2) 50 % desa mempunyai kelompok usia lanjut
3) 50 % kelompok usia lanjut melaksanakan senam usila

Indikator tingkat perkembangan kelompok usila :


a. Frekuensi pertemuan / pelaksanaan kegiatan selama 1 tahun
b. Kehadiran kader
c. Yankes ( cakupan penimbangan : BB dan TB )

Penghitungan :

A
CB= x 100 %
BxC

CB : Cakupan penimbangan ( BB dan TB )


A : Jumlah usila yang diukur TB dan BB dalam setahun
B : Jumlah anggota kelompok
C : Frekuensi pertemuan per tahun

Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana ( urine dan darah / HB ) setiap 3


bulan sekali
Untuk mengetahui strata kelompok usila dilakukan perhitungan :

A
CL= x 100 %
B
CL : Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana ( urine dan darah / HB )
A : Jumlah usila yang telah diperiksa urine dan darah / HB minimal 1 kali
dalam setahun
B : Jumlah anggota kelompok

Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan yaitu presentasi usila kelompok yang


mendapat pemeriksaan kesehatan (TD dan status mental) dalam 1 tahun.
Cakupan penyuluhan adalah presentasi usila kelompok yang mendapat
penyuluhan dalam 1 tahun
Senam usila dilaksanakan dengan frekuensi senam usila dalam 1 tahun
Kegiatan sektor seperti pengajian, diskusi, usaha ekonomi produktif, rekreasi dll
Tersedianya dana untuk kelompok usila
Perkembangan kelompok usila ada 4 tingkat :
a. Pratama :
Kelompok yang belum mantap, kegiatan terbatas, tidak rutin setiap bulan,
frekuensinya < 8 kali, jumlah kader terbatas, masih perlu dukungan dana
dari pemerintah.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 189


b. Madya :
Kelompok yang telah berkembang dalam melaksanakan kegiatan hampir
setiap bulan, frekuensi paling sedikit 8 kali dalam setahun, jumlah kader
aktif > 3 orang, cakupan program ≤ 50 %, masih perlu dana pemerintah

c. Purnama :
Kelompok yang sudah mantap dalam melaksanakan kegiatan secara
lengkap paling sedikit 10 kali dalam setahun, dengan beberapa kegiatan
tambahan diluar kesehatan, cakupan > tinggi (≥ 60 %)
d. Mandiri :
Kelompok purnama dengan kegiatan tambahan yang beragam, mampu
membiayai kegiatan dengan dana sendiri

7. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan :


5 sistem tahapan mekanisme pelaksanaan :
a. Tahap pertama : pendaftaran
b. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari, TB, BB
c. Tahap ketiga : TD, pemeriksaan kesehatan dan status mental
d. Tahap keempat : laboratorium sederhana (air seni dan kadar darah)
e. Tahap kelima : penyuluhan dan konseling

Mekanisme yang lain :


a. Terintegrasi dengan kelompok yang sudah ada
b. Kegiatan khusus disarana Yankes (hari khusus untuk Yankes usila)

8. Pembinaan dan Evaluasi


a. Pembinaan :
Dilakukan berupa asistensi kepada masyarakat dan kelompok usila dengan
prinsip kemitraan.
Model yang bisa diterapkan dalam melakukan pembinaan adalah
manajemen Analisa Rumusan Rencana Intervensi dan Forum Komunikasi
(ARRIF), yaitu :
1) Analisis situasi (ada tidaknya kelompok usila, bila ada apakah sudah
jalan)
2) Analisis tingkat perkembangan (pratama, madya, purnama, mandiri)
3) Analisis kasus (kepemimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok,
kader dan pendanaan)
4) Analisis sumber daya ( SDM, sumber dana dan peralatan)
a) Rumusan masalah, dilihat dari kerterjangkauan, tingkat
perkembangan dsb nya
b) Rumusan tujuan
c) Rumusan langkah penyelesaiaan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 190


b. Evaluasi :
Untuk melakukan evaluasi yang akurat diperlukan beberapa indikator
sebagai alat atau tolak ukur perkembangan kelompok usila.

9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelayanan di posyandu lansia
b. Rekapitulasi puskesmas pelayanan posyandu lansia
c. Hasil pelayanan posyandu lansia by name per-posyandu
d. Absensi lansia per-posyandu
d. Dokumentasi kegiatan

C. Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care)


1. Pengertian :
Merupakan kunjungan rumah lansia yang dilakukan oleh petugas untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan, konseling lansia serta pelayanan lainnya
yang dibutuhkan.

2. Tujuan
a. Umum :
Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care) bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia agar Mandiri Produktif Berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat.

b. Khusus :
1) Meningkatkan akses masyarakat lansia untuk mendapatkan pelayanan
yang berkualitas (Penguatan sistem kesehatan untuk mendukung
“Active and Healthy Ageing”) Mempermudah akses lansia untuk
mendapatkan pelayanan lansia berkualitas
2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani perawatan lansia
bermasalah dengan melakukan pendekatan keluarga
3) Mengingatkan dan memotivasi lansia, orang tua/keluarga tentang
kesehatan lansia dan masalah-masalah yang dihadapi lansia
4) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan lansia

3. Sasaran :
a. Lansia bermasalah yang memerlukan perawatan di rumah (penderita
penyakit degeneratif seperti stroke, penurunan fungsi indera, luka diabetes
dan lain-lain)
b. Lansia yang tercatat sebagai lansia berisiko (penderita penyakit kronis
seperti hipertensi kronis, DM, jantung dan lain-lain)
c. Lansia yang membutuhkan pengawasan (lansia dengan masalah psikologis,
pikun dan lain-lain)

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 191


4. Manfaat :
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan lansia
b. Meningkatkan peran serta keluarga dalam perhatian terhadap lansia
c. Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar
d. Meningkatkan perhatian dan pelaporan masyarakat tentang kesehatan lansia
di wilayahnya
e. Tertanganinya kasus-kasus yang berkaitan dengan lansia secara dini

5. Pelaksanaan :
a. Melakukan identifikasi lansia diwilayah masing-masing
b. Melakukan penelusuran data lansia yang memerlukan home care. Mapping
dilakukan oleh petugas berdasarkan data yang terkumpul dari petugas
pusban/polindes, kader, tokoh masyarakat dan agama serta data yang
didapatkan dari desa/kelurahan.
c. Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah.
1) Jadwal dibuat dalam bentuk tim. Tim terdiri dari bidan, perawat dan
atau dokter puskesmas.
2) Setiap tim berangkat ke desa/kelurahan melakukan home care sesuai
dengan hasil mapping yang sudah dibuat oleh petugas sebelumnya.
d. Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
1) Menghubungi nomor telepon keluarga (jika tersedia)
2) Mempersiapkan alat dan bahan :
a) Buku kesehatan/konseling lansia
b) Form home visit lansia
c) Tensimeter
d) Stetoskop
e) Surat rujukan
e. Melakukan kunjungan rumah tingkat desa/kelurahan untuk :
1) Memberikan pelayanan lansia sesuai standar
2) Perawatan/konseling lansia sesuai dengan masalah dan kebutuhan
lansia, melakukan feed back hasil konseling, memberikan paraf, nama
pemeriksa dan tanggal
3) Motivasi lansia agar lebih semangat menjalani kehidupannya
4) Memberdayakan keluarga agar mampu merawat lansia melalui
pembelajaran dan praktek bersama cara merawat lansia terkait
kebutuhan dasar/fisiologis sehari-hari.
5) Membangun komunikasi persuasif dengan keluarga dan masyarakat
lingkungan lansia untuk peningkatan partisipasi aktif unsur masyarakat
dalam peningkatan kesehatan lansia
6) Melakukan rujukan jika diperlukan
f. Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form home visit
dan ditanda tangani oleh lansia/keluarga
g. Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam format
perawatan/konseling lansia

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 192


h. Mendokumentasikan kegiatan dan dokumentasi catatan hasil
pemeriksaan/konseling yang ada di format perawatan lansia dengan foto
copy atau foto dari kamera
i. Mencatat semua data, informasi dan hasil pemeriksaan kedalam buku
register remaja setiba di puskesmas

6. Monitoring dan evaluasi :


Setelah pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan monitoring tentang kegiatan hasil
kunjungan rumah yang telah didapatkan petugas kesehatan dan
mengevaluasinya

7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a. Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
b. SK tim tenaga home care
c. Rekapitulasi lansia yang diberikan pelayanan home visit
d. Form home visit yang ditandatangani oleh lansia/keluarga
e. Fc lembar perawatan/konselinglansia
f. Dokumentasi kegiatan

D. Skrining Kesehatan Lansia


1. Pendahuluan :
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan
berpengaruh pada peningkatan Usaha Harapan Hidup (UHH) di Indonesia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dalam Wirakusumah
(2000), pada Tahun 1980 UHH adalah 55,7 tahun, angka ini meningkat pada
tahun 1990 menjadi 59,5 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan UHH menjadi
71,7 tahun.
Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu merumuskan
kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia
sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas
(Depsos RI, 2004). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1
menetapkan bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus
ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial
maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan
bahwa Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif secara sosial dan ekonomis.
Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan seseorang mengalami
perubahan fisik dan mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu
permasalahan yang paling mendasar pada usia lanjut adalah masalah kesehatan
sehingga diperlukan pembinaan kesehatan, karena seiring dengan meningkatnya

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 193


jumlah penduduk lanjut usia juga akan mempengaruhi angka beban
ketergantungan. Untuk mengurangi beban ketergantungan ini upaya yang
dilakukan agar penduduk lanjut usia bisa hidup mandiri dan tetap produktif
harus ditingkatkan.

2. Pengertian :
a. Lanjut usia adalah :
Seseorang yang telah mencapai usia usia 60 tahun keatas
b. Pasien Geriatri adalah :
pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
c. Sindrom geriatri adalah :
Kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang
pasien geriatri. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14-i yaitu :
1) Berkurangnya kemampuan bergerak (immobilisasi);
2) Jatuh dan patah tulang (instabilitaspostural);
3) Mengompol (inkontinensia urine);
4) Infeksi (infection);
5) Gangguan fungsi panca indera (impairment of senses);
6) Gangguan gizi (inanition);
7) Masalah akibat tindakan medis (iatrogenik);
8) Gangguan tidur (insomnia);
9) Gangguan fungsi kognitif (intelectual impairment);
10) Isolasi/menarik diri (isolation);
11) Berkurangnya kemampuan keuangan (impecunity);
12) Konstipasi (impaction);
13) Gangguan sistem imun (immune deficiency);
14) Gangguan fungsi seksual (impotence)
d. Skrining atau penapisan adalah proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan
pada popolasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit
yang akan dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran
pencegahan dan diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk risiko tinggi
e. Skrining pada usia lanjut adalah identifikasi dugaan penyakit atau kelainan
yang belum dikenali pada usia lanjut dengan menerapkan pengujian,
pemeriksaan atau dengan prosedur lain yang dapat diterapkan secara cepat.
f. Tempat pelayanan skrining kesehatan meliputi: Puskesmas dan jaringannya,
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia.
g. Tenaga pelaksana skrining meliputi: Dokter, Bidan, Perawat, Nutrisionis,
kader Posyandu Lansia atau Posbindu
f. Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
2) Pengukuran tekanan darah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 194


3) Pemeriksaan gula darah
4) Pemeriksaan kolesterol
5) Pemeriksaan gangguan mental
6) Pemeriksaan gangguan kognitif
7) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
8) Anamnesa perilaku berisiko

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus yang ditemukan pada usia lanjut
b. Tujuan Khusus :
1) Deteksi dini dan kelainan dan atau penyakit kronis / degeneratif pada
usia lanjut.
2) Penanganan dan tindak lanjut bagi usia lanjut yang terdiagnosis
memiliki kelainan dan atau penyakit termasuk rujukan ke fasilitas yang
lebih tinggi

4. Sasaran
Usia lanjut 60 tahun ke atas wajib mendapatkan skrining kesehatatan sesuai
standart minimal sekali dalam setahun. Usia lanjut yang ditemukan memiliki
faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara dini dan yang ditemukan
menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang mampu menanganinya.

5. Sumber Dana
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

6. Pelaksanaan
a. Pendataan usia lanjut yang akan dilakukan skrining melalui data yang
dikumpulkan oleh petugas puskesmas/pusban/plindes, kader dan data desa
masing-masing desa/kelurahan
b. Skrining kesehatan usia lanjut
1) Dilaksanakan oleh tim skrining yang bisa terdiri atas bidan, perawat
dan atau dokter umum ke desa/kelurahan.
2) Skrining dilaksanakan tingkat desa/kelurahan sesuai dengan hasil
mapping sasaran skrining yang sudah di data sebelumnya.
3) Pelaksanaan skrining di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan
menggunakan form skrining P3G.
c. Pemberian buku kesehatan usia lanjut
Usia lanjut yang pertama kali kontak atau belum mendapatkan buku
kesehatan, maka diberikan buku kesehatan baru.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 195


d. Pelayanan rujukan
Usia lanjut yang dideteksi atau terdiagnosis memiliki kelainan atau penyakit
dilakukan penanganan yang sesuai termasuk rujukan ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi.
e. Pencatatan dan pelaporan
f. Pencatatan hasil skrining menggunakan form 8 laporan bulanan usia lanjut.
Sedangkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten menggunakan
form 1 sampai form 9.

7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan skrining
b. SK Tim tenaga skrining
c. Rekapitulasi usia lanjut yang mendapatkan skrining
d. Fc form skrining atau hasil skrining by name
e. Dokumentasi kegiatan

E. Sosialisasi Perawatan Jangka Panjang (PJP) Lansia Tingkat Kecamatan


1. Pendahuluan
Meningkatnya Umur Harapan Hidup pada lansia juga diikuti dengan
meningkatnya angka ketergantungan lansia dengan usia produktif yang artinya
ada sekian lansia yang ketergantungan dengan usia produktif terkait memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari baik secara fisiologis, mental, sosial dan
ekonomi.
Menurut data Riskesdes 2018, sekitar 26% lansia memiliki gangguan
kemandirian, sekitar 4% dengan ketergantungan sedang sampai dengan berat.
Ini berarti diperlukan perawatan jangka panjang oleh petugas kesehatan dan atau
keluarga untuk memastikan lansia yang bersangkutan dapat terpenuhi kebutuhan
hidupnya. Mengingat konsep budaya Indonesia yang menganut model keluarga
besar, maka perawatan lansia didorong dilaksanakan oleh keluarga agar lansia
merasa nyaman menjalani perawatan di tengah keluarga.

2. Pengertian
Perawatan Jangka Panjang (PJP) menurut definisi WHO (2012) adalah sistem
kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh caregiver informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya 11
mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya,
sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki
kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta
kemanusiaan.

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 196


3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan advokasi dan penggalangan dukungan stakeholder terkait
pelaksanaan pelatihan caregiver informal tingkat desa/kelurahan
b. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan sosialisasi Perawatan Jangka Panjang (PJP) oleh
caregiver informal kepada stakeholder
2) Menggalang dukungan stakeholder terkait pelatihan Perawatan
Jangka Panjang (PJP) oleh caregiver informal

4. Sasaran
Seluruh stakeholder terkait meliputi kepala desa, lurah, camat, kader kesehatan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM dan kelompok peminat kesehatan lansia.

5. Sumber Dana
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

6. Pelaksanaan
a. Perencanaan
1) Identifikasi dan mapping lansia dengan ketergantungan sedang, berat
dan total perdesa/kelurahan.
2) Membuat list daftar undangan sosialisasi Perawatan Jangka Panjang
(PJP) Lansia Tingkat Kecamatan
3) Membuat perencanaan pertemuan sosialisasi (materi, jadwal materi,
rencana kesepakatan, dll)
b. Pelaksanaan Kegiatan
a. Kegiatan sosialisasi dibuka oleh pimpinan puskesmas.
2) Pimpinan puskesmas atau pengelola program menyampaikan materi
Perawatan Jangka Panjang (PJP) meliputi:
a) Latar belakang yang mendasari pentingnya Perawatan Jangka
Panjang (PJP)
b) Pengertian, tujuan dan manfaat Perawatan Jangka Panjang (PJP)
c) Sasaran yang bisa menjadi tenaga caregiver informal
d) Metode pelatihan caregiver informal
3) Diskusi dan tanya jawab
4) Kesepakatan dan Rekomendasi

7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Sosialisasi Perawatan jangka Panjang
(PJP)
b. Jadwal Materi Kegiatan
c. Materi Kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 197


d. Notulen dan Rekomendasi Kegiatan
e. Absensi Kegiatan
f. Dokumentasi kegiatan

F. Pelatihan Caregiver Informal Lansia oleh Puskesmas


1. Pendahuluan
Pelatihan caregiver informal lansia merupakan tindaklanjut dari hasil pertemuan
sosialisasi Perawatan Jangka Panjang (PJP) tingkat kecamatan. Pelatihan
caregiver informal dilaksanakan oleh puskesmas untuk melatih tenaga informal
yang bersedia untuk memberikan perawatan kepada lansia dengan
ketergantungan sedang, berat dan total.

2. Pengertian
Caregiver informal lansia adalah tenaga caregiver yang berasal dari keluarga,
tetangga, relawan dan kader yang memberikan bantuan dan pendampingan
kepada lansia (caregiver informal seharusnya mendapat pelatihan dasar PJP)

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melatih tenaga garegiver lansia agar mampu memberikan perawatan jangka
panjang yang optimal kepada lansia yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional, sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya konsep Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
sistem rujukannya
2) Dipahaminya indikasi Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia.
3) Dipahaminya prinsip pelayanan kesehatan dalam Perawatan Jangka
Panjang (PJP) bagi lansia.
4) Caregiver informal mampu memberikan perawatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari
5) Caregiver mampu memberikan penanganan awal pada keadaan bahaya
seperti serangan stroke, luka bakar, jatuh, dll.
6) Caregiver mampu mengenali tanda bahaya yang mengindikasikan
rujukan lansia ke rumah sakit

4. Sasaran
Yang berminat menjadi caregiver informal, meliputi:
a. Kader kesehatan
b. Tetangga
c. Keluarga (anak, suami, istri, ipar, sepupu, saudara, dll)
d. Relawan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 198


5. Sumber Dana
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

6. Pelaksanaan
a. Perencanaan Pelatihan
1) Identifikasi dan mapping lansia dengan ketergantungan sedang, berat
dan total perdesa/kelurahan. Mapping dapat dilakukan oleh petugas
puskesmas/pusban/polindes, kader, petugas desa, toma, dll.
2) Identifikasi calon caregiver informal yang bersedia untuk dilatih untuk
tiap desa/kelurahan.
3) Melakukan advokasi desa/kelurahan/kecamatan untuk support
pelaksanaan pelatihan.
4) Membuat SK tim pelatihan dan SK tim tenaga pelaksana narasumber
pelatihan
5) Mempersiapkan pelatihan; meliputi undangan, materi, daftar materi,
ruang pertemuan, dll.
b. Pelaksanaan
1) Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari sebanyak 17 jam pelajaran (JPL)
2) Pelatihan mengacu pada kurikulum yang sudah ada baik materi dan
waktu pelaksanaannya.
3) Pelatihan disertai dengan praktek dan simulasi perawatan dasar
kebutuhan lansia sehari-hari. Selain itu juga dilengkapi dengan
keterampilan komunikasi dasar bagi caregiver untuk membantu
memahami dan memunuhi kebutuhan sosial, mental emosional lansia
yang dirawat.
4) Setiap selesai sesi materi pelatihan dilengkapi dengan diskusi dan
Tanya jawab.
5) Membentuk group WA caregiver informal untuk tiap desa/kelurahan
sebagai wadah koordinasi pelaporan, informasi dan komunikasi lansia
yang di rawat kepada petugas penanggunjawab
puskesmas/pusban/polindes.
6) Membuat kesepakatan dan rekomendasi hasil pelatihan.

7. Pertanggungjawaban
a. Narasi laporan kegiatan pelatihan caregiver informal oleh puskesmas
b. SK Tim pelaksana pelatihan dan SK tim narasumber pelatihan
c. Materi pelatihan dan jadwal materi pelatihan
d. Notulen dan kesepakatan
e. Absensi peserta pelatihan
f. Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 199


XI. Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan
A. Rapat Koordinasi Bidan :
1. Pengertian :
Rapat koordinasi bidan adalah pertemuan yang dilaksanakan dipuskesmas
dengan dihadiri oleh seluruh bidan yang ada diwilayah kerjanya untuk
membahas permasalahan yang terkait dengan pelayanan KIA, KB dan kesehatan
reproduksi

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pembinaan teknis dan kualitas pelayanan KIA dalam upaya
percepatan pencapaian target SPM dan penurunan AKI dan AKB
b. Tujuan Khusus :
1) Memperjelas kualifikasi, kedudukan, fungsi, ruang lingkup dan
mekanisme kerja bidan
2) Meningkatkan koordinasi antar bidan dan antar program di puskesmas
3) Melakukan evaluasi terhadap target dan pencapaian SPM
4) Mempercepat penyampaian informasi terhadap perubahan dan
perkembangan terkini ilmu kebidanan
5) Melakukan analisis dan pembahasan tindak lanjut permasalahan yang
ada dimasing-masing wilayah kerja

3. Sasaran :
a. Seluruh bidan puskesmas
b. Seluruh bidan puskesmas pembantu, polindes / bidan desa
c. Bidan swasta yang ada diwilayah kerja (BPS)

4. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN).

5. Pelaksanaan
a. Perencanaan :
1) Identifikasi masalah dan potensi yang ada
2) Analisis masalah
3) Penyusunan rencana kegiatan (pembuatan jadwal, materi, dll)
b. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan dibuka oleh kepala puskesmas
2) Bidan koordinator menyampaikan pembahasan masalah yang akan
dibicarakan dalam pertemuan :
a) Umpan balik PWS-KIA dan SPM (cakupan yang masih rendah dan
lain-lain)
b) Evaluasi hasil supervisi fasilitatif
c) Audit Maternal Perinatal

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 200


d) Materi lain yang terkait dengan pelayanan KIA, KB dan kesehatan
reproduksi
3) Materi disampaikan sesuai jadwal
4) Diskusi dan tindak lanjut
5) Pemaparan hasil capaian target dan cakupan SPM dan PWS-KIA
6) Pembahasan kesepakatan yang menjadi tindak lanjut pembahasan
masalah

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan rapat koordinasi bidan
b. Jadwal materi pertemuan
c. Daftar hadir
d. Lampiran materi
e. Kesepakatan hasil rapat
f. Dokumentasi kegiatan

B. Re-Training Pasca Pelatihan :


1. Pengertian :
Pelatihan kembali (Re-Training)merupakan proses pembelajaran dari hasil
perolehan keahlian, konsep, peraturan atau sikap untuk disampaikan kembali
kepada orang lain (bidan, perawat) dalam rangka pencapaian kompetensi dan
peningkatan kualitas pelayanan.
Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin,
sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mengembangkan kompetensi kerja dan meningkatkan kemampuan serta
produktifitas petugas kesehatan

b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kompetensi petugas kesehatan yang disampaikan oleh
tenaga kesehatan pasca latih
2) Menyebarkan informasi dan membagi keterampilan dari petugas pasca
latih
3) Efisiensi waktu dan dana dalam perolehan keterampilan
4) Refreshing tenaga pasca latih dalam memberikan ilmu dan ketarmpilan
yang diperoleh saat pelatihan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 201


3. Sasaran :
Seluruh tenaga kesehatan yang ada diwilayah puskesmas (prioritas tenaga yang
bekerja di puskesmas dan puskesmas pembantu), yang terkait dengan
pencapaian kompetensi pelatihan.

4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan sumber dana APBD, APBN, BLUD, TJSP,
dan sumber dana lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan.

5. Pelaksanaan
a. Persiapan :
1) Membuat tim kerja
2) Menyusun perencanaan (undangan, jadwal, materi, alat peraga yang
dibutuhkan, ruang pelatihan dan sarana prasarana lainnya)
b. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan dibuka oleh kepala puskesmas
2) Lakukan test awal untuk semua peserta re-training
3) Materi disampaikan sesuai jadwal. Untuk materi keterampilan/
kompetensi, disampaikan dengan alat peraga.
4) Untuk melihat kemampuan peserta dalam mengikuti materi, lakukan
ujian praktik untuk peserta
5) Lakukan test akhir jika semua materi telah disampaikan
6) Lakukan analisa penilaian peserta berdasarkan nilai test awal dan test
akhir
7) Membuat pelaporan hasil kegiatan
c. Monitoring dan evaluasi :
Setelah pelaksanaan re-tarining, perlu dilakukan monitoring tentang
penerapan materi yang telah didapatkan petugas kesehatan dan
mengevaluasinya.

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan re-training
b. Jadwal materi
c. Daftar hadir peserta
d. Nilai pre-test dan post-test
e. Lampiran materi re-training
f. Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 202


C. Konsultasi Program :
1. Pengertian :
Konsultasi Program adalah kegiatan konsultatif yang dilakukan oleh bidan
koordinator dan pengelola program kesehatan lainnya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan arahan tentang pelaksanaan program di
puskesmas.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan KIA dalam pencapaian
target SPM dan penurunan AKI dan AKB
b. Tujuan Khusus :
1) Mendapatkan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan program
2) Mendapatkan bimbingan dalam proses administratif pencatatan dan
pelaporan kegiatan program
3) Melakukan diskusi untuk pemecahan permasalahan dan tindak lanjut
yang akan dipilih

3. Sasaran :
Semua pengelola program KIA di Puskesmas yang meliputi pengelola program
Kesehatan ibu, Kesehatan anak, Kesehatan remaja, Kesehatan lansia dan KB.

4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan dana APBD, BLUD dan
sumber dana lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pelaksanaan :
a. Kegiatan konsultasi program dilakukan minimal 3 kali dalam 1 tahun oleh
pengelola program
b. Sebelum melakukan konsultasi, terlebih dahulu melakukan analisa
permasalahan program yang akan dikonsultasikan termasuk analisa dan
kondisi di puskesmas pembantu
c. Melakukan analisis kebutuhan
d. Melakukan konsultasi :
1) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) : konsultasi pertama
2) Pelaksanaan teknis kegiatan program : konsultasi kedua
3) Teknis pelaporan kegiatan program : konsultasi ketiga
e. Membuat laporan hasil konsultasi program

6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan konsultasi program
b. Analisa permasalahan dan kebutuhan
c. Laporan cakupan SPM
d. Laporan hasil konsultasi

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 203


D. Penyeliaan Fasilitatif :
1. Pendahuluan :
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB menuntut peningkatan kualitas
kerja bidan didesa dan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Pendekatan
Penyeliaan Fasilitatif KIA merupakan suatu pendekatan yang berbasis kendali
manajemen, yang melengkapi kendali manajemen lainnya yang terlebih dahulu
telah dikembangkan dipelayanan KIA. Penguatan aspek supervisi ini,
merupakan langkah strategis mengingat pada aspek pemantauan (monitoring),
program KIA sudah menerapkan instrumen Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) dan pada aspek evaluasi telah juga menggunakan instrumen Audit
Maternal Perinatal (AMP).

2. Pengertian :
Penyeliaan (supervision) secara sederhana diartikan sebagai pengamatan dari
orang yang lebih tahu terhadap orang yang kurang tahu. Sedangkan fasilitatif
(supportive) merupakan dorongan untuk perbaikan mutu. Jadi Penyeliaan
Fasilitatif (Supportive Supervison) diartikan sebagai suatu pendekatan
pengamatan yang mengacu upaya perbaikan mutu, sistematis dan terarah,
berbasis data, upaya pemberdayaan obyek selia dan berkesinambungan.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Memperbaiki kendali manajerial program KIA dan pembinaan aspek klinis
medis dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan di
fasilitas kesehatan dasar.

b. Tujuan Khusus :
1) Untuk pemenuhan standar input, proses dan output
2) Untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dasar
3) Meningkatkan kedisiplinan petugas dalam mematuhi standar
operasional prosedur
4) Memotivasi petugas untuk meningkatkan kompetensi dan keilmuan

4. Peran Tim Penyeliaan Fasilitatif :


a. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan
b. Membina bidan dan tenaga kesehatan terkait dalam pengelolaan program
KIA
c. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk
penilaian terhadap prasarana dan logistik (fasilitas pendukung), kinerja
klinis dan kinerja manajerial fasilitas kesehatan dan bidan diwilayah
kerjanya
d. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta
melaksanakan tindakan yang mengarah peningkatan mutu pelayanan KIA

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 204


e. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta
memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada fasilitas kesehatan
dan bidan diwilayahnya
f. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara
horisontal (pada tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kecamatan)
g. Mengusulkan pemberian penghargaan bagi fasilitas kesehatan dan bidan
berprestasi, kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dan
pengembangan karir

5. Sasaran :
a. Bidan di polindes/poskesdes
b. Bidan di puskesmas pembantu
c. Bidan praktik swasta lainnya

6. Tugas Tim Penyeliaan Fasilitatif :


a. Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan fasilitas kesehatan dan
bidan diwilayah kerjanya yaitu bidan di polindes, poskesdes, bidan di
puskesmas, BPS dan bidan yang bekerja di RB maupun sesama lintas
program dan lintas sektor
b. Merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif di polindes,
poskesdes, puskesmas maupun BPS
c. Menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan KIA di polindes,
poskesdes dan di puskesmas serta melakukan verifikasi tingkat kepatuhan
yang diselia
d. Mengidentifikasi komponen yang tidak memenuhi standar dan secara
bersama-sama dengan mencari solusi pemecahan masalahnya
e. Membuat rencana tindak lanjut bersama-sama
f. Melanjutkan dan memantau upaya perbaikan mutu yang dilakukan
g. Membuat pencatatan dan pelaporan hasil penyeliaan
h. Memberikan masukan untuk perencanaan baik ditingkat puskesmas maupun
ditingkat kabupaten sebagai bahan penguatan sistem penyeliaan
i. Mengusulkan penghargaan bagi tenaga kesehatan berprestasi, peningkatan
kompetensi dan pengembangan karir

7. Kualifikasi Tim Penyeliaan Fasilitatif :


a. Kepala puskesmas, bidan koordinator, pengelola program KIA dan program
pada unit terkait yang bertugas di puskesmas
b. Mampu dan terampil dalam pelaksanaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi)
c. Dapat bekerja dalam tim

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 205


8. Sumber Dana :
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber dana APBD, APBN,
BPJS/JKN, BLUD dan sumber dana lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan

9. Ruang Lingkup Kerja


a. Pihak yang dibina :
Tim PF puskesmas membina bidan di puskesmas pembantu, didesa,
polindes, poskesdes dan BPS.

b. Aspek yang dibina


1) Aspek klinis profesi bidan :
a) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
b) Pertolongan persalinan sesuai standar
c) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar
d) Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar
e) Pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan kebidanan dan
rujukannya
f) Pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan neonatal dan
rujukannya
g) Pelayanan kesehatan neonatal, bayi dan anak balita
h) Konseling dan pelayanan KB
i) Pelayanan penanganan efek samping KB sesuai kewenangan

2) Manajemen program KIA :


Tim penyeliaan fasilitatif puskesmas melakukan pembinaan aspek
manajemen program KIA yang meliputi aspek :
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Penyeliaan, Pemantauan dan Evaluasi

10. Pelaksanaan Kegiatan


a. Perencanaan :
Pada tahap ini diharapkan Tim Penyeliaan Fasilitatif mampu :
1) Mengidentifikasi potensi dan permasalahan klinis profesi bidan,
berdasarkan :
a) Kompetensi tenaga bidan
b) Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis pakai di fasilitas
pelayanan
c) Dukungan kebijakan dan peraturan terkait
d) Faktor sosial budaya yang mendukung dan menghambat pelayanan
2) Mengidentifikasi potensi dan masalah manajemen program KIA,
berdasarkan :
a) Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, bayi
baru lahir, neonatus, bayi, anak balita dan anak prasekolah

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 206


b) Hasil pencatatan dan pelaporan serta ketersediaan formulir-
formulir pencatatannya
c) Hasil penilaian daftar tilik penyeliaan program KIA
3) Analisis masalah :
Analisis masalah dilakukan dengan membandingkan perbedaan antara
standar yang ditetapkan dengan keadaan sebenarnya. Semakin besar
kesenjangan antara harapan (standar) dengan kenyataan, maka semakin
besar masalah.
4) Alternatif pemecahan masalah :
Pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan pertimbangan pilihan
tindakan yang secara nyata akan menghilangkan sebagian atau
keseluruhan dari masalah. Ketersediaan sumber daya, kemudahan
untuk dilaksanakan, dapat diterima masyarakat, merupakan
pertimbangan untuk menetapkan suatu solusi atas masalah yang ada.
5) Penyusunan rencana kerja :
Penyusunan rencana kerja merupakan langkah kegiatan dan tahapan
yang akan dilakukan dengan menetapkan tujuan, proses kegiatan,
sasaran, keluaran, waktu, biaya dan penanggung jawab.

b. Pelaksanaan :
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA, Tim PF puskesmas perlu memahami dan
terampil berbagai pendekatan dalam pembinaan, seperti :
1) Pertemuan konsultatif
Tim PF diharapkan mampu memanfaatkan pertemuan berkala
dipuskesmas bersama bidan didesa sebagai sarana pembinaan dan
penyampaian informasi dua arah. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh
kepala puskesmas, pengelola program KIA dan petugas program terkait
lainnya.
2) Penyeliaan fasilitatif
Penyeliaan yang baik adalah penyeliaan yang dijalankan secara efektif,
terarah dan bersifat fasilitatif, tidak mengagetkan dan mencari-cari
kesalahan. Langkah Tim PF dalam penyeliaan fasilitatif adalah :
a) Pra-penyeliaan :
Tim PF diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan
memberikan penyeliaan fasilitatif dan menguasai dengan benar
daftar tilik penyeliaan.
b) Penyeliaan :
 Orientasi
 Kajian mandiri
 Verifikasi
 Pertemuan bulanan
 Upaya peningkatan mutu

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 207


c) Sumber data penyeliaan :
Sumber data yang digunakan dalam kegiatan penyeliaan terutama
komponen dari daftar tilik. Namun berbagai instrumen pemantauan
dan evaluasi internal dapat digunakan untuk peningkatan kualitas
program seperti :
 PWS-KIA
 Laporan bulanan
 Buku register kohort ibu, kohort bayi dan kohort anak balita
 Pencatatan pelayanan kesehatan

c. Pemantauan dan Evaluasi :


Tim PF diharapkan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi baik untuk
kinerja klinis bidan maupun kinerja manajerial program KIA. Dari aspek
waktu, kegiatan pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara berkala.
Kegiatan pemantauan dapat dilakukan setiap 3-4 bulanan, sedangkan
evaluasi internal dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. Tujuan utama
pemantauan dan evaluasi adalah untuk menilai tingkat pencapaian program.
Hasil penyeliaan, pemantauan dan evaluasi pada akhirnya sangat berguna
untuk dasar perencanaan tahunan berbasis data sehingga intervensi yang
akan dilakukan lebih tepat sasaran atau dapat menyelesaikan permasalahan
sesuai kebutuhan karena benar-benar berdasarkan bukti sebagai langkah
perbaikan mutu secara berkelanjutan.

11. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan penyeliaan fasilitatif
b. Analisa permasalahan dimasing-masing puskesmas pembantu, polindes/
poskesdes, BPS
c. Hasil penilaian penyeliaan dengan daftar tilik PF
d. Cakupan SPM masing-masing puskesmas pembantu dan desa
e. Dokumentasi kegiatan

Program Penyehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kukar Tahun 2022 | 208

Anda mungkin juga menyukai