2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil agar
memahami tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
memahami perawatan bayi baru lahir demi menunjang upaya pemerintah
dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus pelaksanaan Kelas Ibu (Mother Class) ini adalah :
1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K di setiap
rumah ibu hamil
2) Terencananya persalinan dengan persiapan yang optimal baik penolong
persalinan, tempat bersalin, pemakaian KB pasca salin, transportasi,
dan lain-lain
3) Meningkatnya persalinan di tenaga kesehatan dengan tersedianya
rumah tunggu bagi wilayah dengan kondisi yang jauh dari fasilitas
kesehatan
4) Meningkatnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan ibu hamil, ibu nifas maupun perawatan bayi baru lahir
5) Meningkatkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ke
fasilitas kesehatan atau ke tenaga kesehatan dengan adanya materi
/pembelajaran yang diberikan pada kelas ibu
6) Mendorong kreatifitas pemegang program dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan pengembangan program kesehatan ibu dan anak
3. Sasaran :
a. Ibu hamil diwilayah puskesmas setempat di seluruh Kabupaten Kutai
Kartanegara
b. Suami/keluarga
5. Pelaksanaan
a. Tempat/lokasi Pelaksanaan :
Pelaksanaan (pembentukan dan pembinaan) kelas ibu hamil dilakukan
diwilayah kerja puskesmas, baik didalam gedung puskesmas, di puskesmas
pembantu, polindes, posyandu, kantor desa maupun dimasyarakat yang
waktunya telah disepakati bersama
b. Lingkup Kegiatan :
Pembinaan didalam kelas ibu dengan pemberian materi yang disampaikan
oleh fasilitator, dilaksanakan minimal 4 kali dalam setiap kelas ibu dengan
frekuensi 1-1-2 (1 kali pada TM-1, 1 kali pada TM-2 dan 2 kali pada TM-3)
c. Teknis Pelaksanaan :
1) Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah,
swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat
2) Sosialisasi kelas ibu hamil pada stakeholder, tokoh agama dan
masyarakat
3) Identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada diwilayah kerja
4) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil :
a) Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang
b) Alat tulis menulis (papan tulis, spidol, bolpoint, buku catatan, dan
lain-lain)
c) Buku KIA
d) Lembar balik kelas ibu hamil
e) Buku pedoman kelas ibu hamil
f) Buku pegangan fasilitator
g) Alat peraga (KB kit, food model, boneka, selendang kanguru, dan
lain-lain)
h) Tikar/karpet/matras
B. Pendampingan P4K :
1. Pengertian :
Singkatan dari Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
yaitu merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari pendataan ibu hamil,
P4K dengan stiker, kunjungan rumah, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan pelayanan KB pasca salin.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.
b. Tujuan Khusus :
1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap
rumah ibu hamil
2) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB
pasca persalinan yang sesuai yang disepakati ibu hamil, suami,
keluarga dan bidan
3) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas
4) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan
KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing
4. Manfaat :
a. Mempercepat berfungsinya Desa Siaga
b. Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar
c. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan
d. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun
e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
f. Meningkatnya peserta KB pasca persalinan
g. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
h. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi
5. Pelaksanaan
a. Orientasi P4K dengan stiker :
Orientasi ditujukan untuk pengelolaan program dan stakeholder terkait
ditingkat kecamatan dan kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan sosialisasi tentang tujuan, manfaat, mekanisme pelaksanaan,
sistem pencatatan dan pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan
dan diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana dilapangan.
b. Sosialisasi P4K (bagi yang belum pernah melaksanakan kegiatan ini) :
Sosialisasi ditujukan kepada camat, kepala desa/lurah, bidan, dukun bayi,
tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta lintas sektor ditingkat
kecamatan, desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
sosialisasi tentang tujuan, manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar
mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanaannya
dilapangan.
c. Operasionalisasi P4K dengan stiker :
1) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan :
Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah dan dihadiri oleh bidan
desa, kader, dukun bayi, tokoh masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam
membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu yang
diwujudkan dengan mendata jumlah ibu hamil yang ada diwilayah
desa, serta membahas dan menyepakati calon donor darah, transport
dan pembiayaan.
e. Forum Komunikasi :
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K dimasing-masing tingkat
wilayah dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi mempunyai wadah
forum komunikasi yang meliputi lintas program dan lintas sektor.
6. Pertanggungjawaban
Dokumen pertanggungjawaban kegiatan pendampingan P4K adalah sebagai
berikut :
a. Narasi kegiatan pendampingan P4K
b. Rekapitulasi hasil pendampingan P4K
c. Fc lembar amanat persalinan
d. Fc stiker P4K
e. Fc lembar identitas ibu hamil yang ada di buku KIA
f. Dokumentasi kegiatan
c. Sasaran :
1) Ibu hamil yang tidak datang memeriksakan diri
2) Ibu hamil yang tercatat sebagai bumil berisiko tinggi
3) Ibu hamil yang membutuhkan pengawasan
d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan K1 ibu hamil
2) Meningkatkan cakupan K6 ibu hamil
3) Meningkatkan cakupan ANC sesuai standar
4) Meningkatkan deteksi dini dan pengawasan ibu hamil risiko tinggi
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6) Meningkatnya kemitraan bidan dengan dukun bayi
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu hamil
e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi ibu hamil diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data kohort ibu hamil
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon ibu/suami/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
Buku KIA
Form home visit ibu hamil
Tensimeter
Stetoskop
f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi ibu hamil yang diberikan pelayanan
3) Form home visit yang ditandatangani oleh ibu
4) Fc lembar identitas ibu di buku KIA
5) Fc lembar pelayanan ibu hamil di Buku KIA
6) Fc kartu ibu
7) Dokumentasi kegiatan
c. Sasaran :
1) Ibu nifas yang tidak datang memeriksakan diri
2) Ibu nifas yang tercatat sebagai ibu nifas berisiko tinggi
3) Ibu yang membutuhkan pengawasan
4) Bayi baru lahir
d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan KF lengkap
2) Meningkatkan cakupan KN1 dan KNL
3) Meningkatkan cakupan KB Pasca Salin
4) Meningkatkan deteksi dini dan pengawasan pada ibu nifas risiko tinggi
dan BBL
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6) Meningkatnya kemitraan bidan dengan dukun bayi
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu nifas dan BBL
f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi ibu nifas dan neonatus yang diberikan pelayanan
3) Form home visit ibu nifas yang ditandatangani oleh ibu
4) Form home visit neonatus/bayi
5) Fc lembar identitas ibu di buku KIA
6) Fc lembar catatan kesehatan ibu nifas di Buku KIA
7) Fc KI/KB jika pasien berhasil dilakukan pelayanan KB pasca salin
8) Fc lembar catatan hasil pelayanan kesehatan bayi baru lahir
9) Fc kartu ibu dan kartu bayi
10) Form. MTBM dengan klasifikasinya
11) Dokumentasi kegiatan
4. Sasaran :
Seluruh ibu maternal yang ada diwilayah kerja masing-masing puskesmas
5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan K1 dan K6
b. Peningkatan cakupan indikator program Penanganan Komplikasi Obstetri
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan dan rumah
sakit
6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping sasaran ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas :
Dalam melakukan pemetaan sasaran diharapkan bisa membuat analisa dan
perhitungan secara riil antara jumlah sasaran yang sudah diberikan
berdasarkan data estimasi dari capil dengan sasaran pelayanan diwilayah
kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data kohort dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data kohort serta melakukan
pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data kohort juga untuk
dilakukan kunjungan rumah bagi ibu yang memiliki risiko tinggi maupun
ibu yang memiliki keterbatasan untuk kontak ke sarana kesehatan.
c. Melakukan pelayanan sekaligus skrining terhadap kasus resiko tinggi :
Pelayanan diberikan dengan berkualitas sesuai standar, teliti dan terintegrasi
dengan program gizi, imunisasi, P2, kesehatan lingkungan dan imunisasi
untuk menemukan sedini mungkin risiko tinggi yang dialami oleh ibu.
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan rujukan ibu maternal risti
b. Rekapitulasi data ibu maternal yang dirujuk
c. Surat rujukan dari puskesmas
d. Visum dan jawaban dari RS rujukan
e. Fotocopy lembar identitas ibu di Buku KIA
f. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu hamil/bersalin/nifas
3. Kebijakan :
a. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan
b. Kemitraan bidan dengan dukun dilaksanakan untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan
c. Semua dukun bayi yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan
4. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan rujukan oleh
dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten
2) Meningkatnya alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya
3) Meningkatnya peran dukun sebagai kader kesehatan ibu dan bayi baru
lahir
5. Sasaran :
a. Pengelola dan penanggung jawab Program KIA/KB, Promosi Kesehatan
dan Perencanaan di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas
b. Lintas sektor terkait disetiap jenjang administrasi (disesuaikan jadwal
setempat)
c. Bidan koordinator dan bidan puskesmas dan bidan praktik swasta
6. Sumber Dana :
Dengan menggunakan sumber dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara atau sumber dana DAK APBN
b. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi tentang pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
pemeriksaan kehamilan, penanganan ibu hamil risiko tinggi,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas, penanganan bayi baru lahir
dan imunisasi dasar serta Keluarga Berencana
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
c. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan sosialisasi kemitraan bidan dan dukun :
a) Bidan desa melakukan identifikasi dan pendataan tentang dukun
bayi yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, ketrampilan yang
dimiliki dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada bidan
koordinator dan kepala puskesmas
b) Bidan koordinator melakukan rekapitulasi tentang hasil pendataan
dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat dan dukun bayi
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kemitraan
antara bidan dengan dukun dengan terlebih dahulu menampilkan
data PWS, data cakupan persalinan, data kesakitan dan kematian
ibu maternal serta menyampaikan fenomena permasalahan yang
ada
f) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang
adanya kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah
pihak
8. Pertanggungjawaban
a. Kegiatan kesepakatan dalam kemitraan bidan dan dukun :
1) Narasi laporan kegiatan kemitraan
2) Jadwal materi
3) Undangan
4) Daftar hadir peserta pertemuan
5) Lampiran materi kemitraan
6) Draft kerjasama / MoU
7) Dokumentasi kegiatan
F. Pendampingan Persalinan
1. Pengertian :
Merupakan bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan
dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi dengan menempatkan bidan sebagai penolong
persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi
mitra dalam merawat ibu dan bayi dalam masa nifas.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan rujukan oleh
dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten
2) Meningkatnya alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya
3) Meningkatnya peran dukun sebagai kader kesehatan ibu dan bayi baru
lahir
3. Sasaran :
a. Seluruh ibu bersalin yang ada diwilayah kerja puskesmas
b. Dukun bayi yang telah melakukan kemitraan dengan puskesmas setempat
4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana dari DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara
5. Pelaksanaan :
a. Jika dukun dipanggil untuk melakukan pertolongan persalinan, maka dukun
akan mendampingi membawa ibu untuk melahirkan ke fasilitas kesehatan
b. Jika ibu atau keluarga tidak berkenan, atau jika kondisi ibu sudah dekat
dengan proses kelahiran, maka dukun juga memanggil bidan untuk
melakukan pertolongan persalinan
8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pendampingan persalinan
b. Rekapitulasi ibu hamil dan atau ibu bersalin yang dirujuk kebidan
c. Partograf
d. Fotocopy lembar identitas di Buku KIA
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu bersalin di Buku KIA
f. Fotocopy amanat persalinan
g. Dokumentasi kegiatan
2. Pengertian :
Audit Verbal Kematian Maternal adalah serangkaian kegiatan penelusuran
sebab kematian atau kesakitan ibu guna mencegah kesakitan atau kematian
serupa dimasa yang akan datang.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA ditingkat
kabupaten/kota melalui upaya penerapan tata kelola klinik yang baik
(clinical governance) dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu.
4. Sasaran :
a. Komunitas Pelayanan
b. Kelompok Masyarakat
c. Kelompok Petugas Kesehatan
d. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
e. Kelompok Pembuat Kebijakan
5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN
6. Pelaksanaan :
a. Kasus kematian/kesakitan dilaporkan oleh masyarakat/pasien, petugas
pemberi pelayanan dan institusi pemberi layanan ke puskesmas setempat
b. Untuk kematian yang terjadi dimasyarakat, bidan koordinator/bidan
puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan
menggunakan formulir yang tersedia
4. Sasaran :
Seluruh ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan ibu bersalin yang
ditolong oleh dukun dengan didampingi oleh bidan
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN).
6. Pelaksanaan
a. Tahap persiapan (untuk menunjang keberhasilan terlaksananya IMD) :
1) Petugas telah memahami dengan baik manfaat IMD dan memahami
bagaimana proses pelaksanaannya
2) Didalam pelaksanaan kelas ibu, pada pertemuan terakhir bersama
suami dan atau keluarga, membahas tentang keuntungan ASI dan
menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, inisisasi menyusu dini
termasuk persiapan/perencaan persalinan
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
b. Rekapitulasi data ibu bersalin dengan IMD
c. Partograf
d. Fotocopy lembar identitas dalam Buku KIA
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir
f. Fotocopy amanat persalinan
g. Dokumentasi kegiatan pelaksanaan IMD
2. Pengertian :
a. Audit Medik Pelayanan KB (AMP-KB) :
Suatu proses kajian kasus medik KB yang sistematis dan kritis dari
komplikasi, kegagalan penggunaan alat/obat kontrasepsi (alokon) serta
penatalaksanaannya dengan memanfaatkan data dan informasi yang terkait,
sehingga teridentifikasi berbagai faktor penyebab serta memperoleh solusi
perbaikan dan disepakatinya jenis intervensi yang diperlukan sebagai
kegiatan tindak lanjut.
b. Komplikasi Kontrasepsi :
Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat
proses pemberian/pemasangan metode kontrasepsi.
Contoh : perforasi, abses/hematoma, anemia, dan lain-lain.
c. Kegagalan Kontrasepsi :
Kasus terjadinya kehamilan pada akseftor KB aktif yang pada saat tersebut
menggunakan metode kontrasepsi.
d. Efek Samping Kontrasepsi :
Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat penggunaan alat
kontrasepsi, tetapi tidak menimbulkan akibat serius terhadap klien.
Contoh : perdarahan, gemuk, granuloma dari luka, dan lain-lain.
e. Tim Jaminan Mutu :
Suatu tim yang terdiri dari unsur profesi terkait, sektor kesehatan dan
BKKBN, yang bertugas menjaga mutu pelayanan KB. Dalam kaitannya
dengan AMP-KB, Tim Jaminan Mutu dapat bertindak sebagai Tim Audit
Medik.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan medik KB dalam rangka mendukung upaya
peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi, menurunkan fertilitas serta
berkontribusi dalam penurunan AKI
4. Sasaran :
a. Penanggung jawab program
b. Pengelola program
c. Pelaksana pelayanan
5. Ruang Lingkup :
Ruang lingkup AMP-KB dibatasi pada kasus-kasus komplikasi, kegagalan, dan
kasus unik akibat pelayanan KB.
6. Prinsip-prinsip AMP-KB :
a. Berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan siklus
pemecahan masalah
b. Tidak saling menyalahkan
c. Mencari solusi untuk perbaikan baik manajemen maupun teknis
d. AMP-KB dilakukan per-klien
d. Pelaporan :
Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian penting dalam Audit Medik
Pelayanan KB, oleh karena akurasi data perlu diperhatikan dan mengikuti
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada baik ditingkat puskesmas, rumah
sakit maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Formulir yang digunakan adalah :
1) Formulir rujukan kasus KB (Form. R), digunakan oleh dokter
puskesmas, bidan puskesmas dan bidan desa untuk merujuk kasus KB
2) Formulir Audit Kasus KB (Form. A/KB/2001), digunakan oleh dokter,
bidan puskesmas dan bidan didesa pada saat pelacakan kasus KB baik
saat klien berkunjung ke fasilitas pelayanan, pada saat kontrol ulang,
atau pada saat petugas melakukan kunjungan rumah sebagai tindak
lanjut dari adanya laporan kasus kegagalan dan komplikasi.
e. Indikator :
Sebagai perangkat untuk jaminan mutu pelayanan KB, diperlukan suatu
indikator, dalam hal ini adalah indikator outcome sebagai berikut :
Σ kasus kegagalan/metode
1) % Kegagalan/metode = X 100%
Σ peserta KB aktif/metode
Σ kasus komplikasi/metode
3) % Komplikasi/metode = X 100%
Σ peserta KB aktif/metode
8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Audit Medik KB
b. Rekapitulasi data PUS yang dilakukan audit
c. Fotocopy KI/KB
d. Fotocopy KIV/KB
e. Formulir Audit Kasus KB (Form. A/KB/2001)
f. Formulir F/II/KB/00
g. Dokumentasi Kegiatan
2. Pengertian :
Unmet need dapat didefinisikan sebagai kelompok yang belum terpenuhi
kebutuhan kontrasepsinya, mencakup semua pria atau wanita usia subur yang
sudah menikah atau hidup bersama dan dianggap aktif secara seksual yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi, baik yang tidak ingin punya anak lagi
ataupun menunda kelahiran berikutnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Pelacakan dan pelayanan KB Unmet Need adalah memberikan jaminan
perencanaan dan pengaturan kehamilan yang aman dengan memperhatikan
kondisi kesehatan ibu demi mencapai kebahagiaan dalam keluarga
b. Tujuan Khusus :
1) Memberikan KIE yang terarah kepada ibu dan keluarga tentang
manfaat kontrasepsi KB pada pasangan usia subur
2) Memberikan penjelasan tentang metode kontrasepsi, keuntungan, efek
samping dan hal-hal lainnya
3) Membantu ibu dan keluarga dalam menentukan metode kontrasepsi
yang dipilih sesuai dengan kondisi ibu
4) Meningkatkan cakupan KB aktif
5. Sumber Dana :
Kegiatan dapat mempergunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN
6. Pelaksanaan :
a. Melakukan pendataan/penjaringan/skrining untuk mendapatkan data dari
ketua RT / kader posyandu tentang PUS yang unmet need
b. Membuat mapping jumlah PUS unmet need dan membuat pembagian
jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
c. Mempersiapkan alat dan bahan untuk keperluan kunjungan rumah (ABPK,
KI/KB, KIV/KB, tensimeter, timbangan berat badan, kalender kontrasepsi,
alokon dan alat yang dibutuhkan serta buku catatan)
d. Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan konseling, informasi dan
edukasi tentang pentingnya KB bagi PUS sesuai dengan kondisinya (tidak
ingin hamil namun tidak terlindungi dengan kontrasepsi). Jangan lupa untuk
mempergunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) agar ibu dan
keluarga mudah menerima penjelasan
e. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai kondisi serta pilihan ibu dan
suami. Pelayanan dapat dilakukan difasilitas kesehatan atau dirumah PUS
f. Catat data ibu dalam KIV/KB dan berikan ibu KI/KB serta bagaimana
penggunaan kartu tersebut
g. Setiba di puskesmas, lakukan pencatatan data ibu kedalam kohort KB
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelacakan dan pelayanan KB unmet need
b. Rekapitulasi data PUS unmet need yang dilayani
c. Form Pelacakan dan Pelayanan KB Unmeet Need
d. KI/KB/08 dan K/IV/KB/08
e. Kartu Keluarga
f. Form pengkajian PUS
g. Dokumentasi kegiatan
3. Sasaran :
Sasaran pelayanan KB Pasca Persalinan adalah :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas
4. Sumber Dana :
Kegiatan pelayanan KB Pasca Persalinan ini dapat menggunakan dana APBD,
APBN/BOK, BLUD, BPJS/JKN, CSR/TJSP dan sumber dana lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan.
5. Pelaksanaan :
a. Data sasaran bisa didapatkan dari data ibu hamil di poli KIA, data ibu
bersalin dari kantong persalinan, data persalinan dari desa/Puskesmas
Pembantu, Klinik, Rumah Sakit serta data lainnya di wilayah kerja;
b. Petugas melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan
pelayanan;
c. Mempersiapkan format pendukung kegiatan (K1/KB, KIV/KB, Informed
Concent, ABPK, Kohort KB, Buku KIA, Alokon dan BHP yang
diperlukan) serta media edukasi lainnya;
d. Pada sasaran ibu hamil : sebelum pelayanan KB pasca salin dilakukan
tahapan persiapan dengan melakukan konseling pada pemeriksaan
kehamilan, juga dapat dilaksanakan terpadu dalam P4K melalui amanat
persalinan serta penyampaian informasi pada kelas ibu hamil. Tahap
persiapan ini diakhiri dengan pengisian informed concent;
e. Pada sasaran ibu bersalin : sebelum pelayanan KB pasca salin dilakukan
tahapan pemantapan pilihan KB terlebih dahulu, berikan konseling tentang
manfaat/keuntungan alokon KB sekaligus efek samping yang mungkin
terjadi. Jika sudah disepakati, lakukan persetujuan dengan menandatangani
informed consent dan tahapan lainnya dalam pelayanan KB;
f. Pada sasaran ibu nifas : sebelum pelayanan KB pasca salin, lakukan
konseling terlebih dahulu dengan menggunakan ABPK. Disampaikan
manfaat/keuntungan alokon KB sekaligus efek samping yang mungkin
terjadi. Jika sudah disepakati, lakukan persetujuan dengan menandatangani
informed consent dan tahapan lainnya dalam pelayanan KB;
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan KB pasca persalinan;
b. Rekapitulasi data PUS yang diberikan pelayanan;
c. KI/KB dan KIV/KB;
d. Form hasil pengkajian PUS;
e. Fotocopy Lembar konseling di Buku KIA (hal.33) dan lembar pelayanan
KB pasca salin (hal.13);
f. Dokumentasi kegiatan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas dengan
terpenuhinya seluruh kebutuhan untuk tubuh dan berkembang
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan cakupan SPM kunjungan bayi dan pelayanan balita
2) Agar bayi dan/atau balita mendapatkan pelayanan sesuai standard
3) Meningkatnya cakupan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang pada bayi dan/atau balita
3. Sasaran :
a. Bayi/balita yang berumur mulai 28 hari dengan kelipatan 3 sampai berusia
24 bulan dan kelipatan 6 sampai 60 bulan/sesuai dengan sasaran SDIDTK
diwilayah puskesmas setempat
b. Ibu bayi/balita, keluarga
4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat mempergunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kunjungan rumah
b. Rekapitulasi bayi/balita yang diberikan pelayanan (data berdasarkan
formulir kunjungan rumah/deteksi dini tumbuh kembang
c. Formulirkunjungan rumah bayi/balita yang ditandatangani oleh ibu
d. Formulir deteksi dini tumbuh kembang
e. Fc lembar identitas di Buku KIA
f. Fc lembar pelayanan di Buku KIA
g. Dokumentasi kegiatan
b. Tujuan Khusus :
1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua
balita dan anak prasekolah diwilayah kerja puskesmas
2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak prasekolah diwilayah kerja
puskesmas
3) Terselenggaranya intervevsi dini pada semua balita dan anak
prasekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang
4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa
ditangani di puskesmas
3. Sasaran
a. Sasaran langsung :
Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja puskesmas, yaitu :
1) Anak umur 0-11 bulan
2) Anak umur 12-23 bulan
3) Anak umur 24-59 bulan
4) Anak umur 60-72 bulan
b. Sasaran tidak langsung :
Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan, perawat,
ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan lain-lain).
4. Sumber Dana :
Kegiatan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN, BLUD
5. Pelaksanaan :
1) Setiap kunjungan pelaksanaan tentukan umur bayi/balita/anak prasekolah;
2) Lakukan pengisian data identitas anak di formulir SDIDTK;
3) Lakukan pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan dan menuliskan
hasilnya di formulir SDIDTK;
4) Lakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP;
5) Lakukan skrining Kuesioner Tes Daya Dengar (TDD);
6) Lakukan skrining Tes Daya Lihat (TDL);
7) Lakukan deteksi dini Penyimpangan Perilaku Emosional;
8) Lakukan deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH);
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan SDIDTK plus Skrining TB
b. Rekapitulasi data bayi, balita dan anak prasekolah yang diberikan
pelayanan SDIDTK
c. Rekapitulasi data bayi, balita dan anak pra sekolah yang diberikan
pelayanan skrining TB
d. Fc lembar identitas di buku KIA
e. Fc lembar SDIDTK
f. Fc lembar Skrining TB
g. Catatan perkembangan di Buku KIA
h. Fc lembar pelayanan balita (catatan kesehatan anak)
i. Rujukan kasus bagi balita/apras yang bermasalah
j. Dokumentasi kegiatan (utamakan saat pelaksanaan skrining KPSP)
2. Tujuan
a. Tujuan umum :
Menyiapkan calon generasi muda yang sehat jasmani, mental, spiritual dan
sosial dalam lingkungan TK sehat.
3. Sasaran :
Guru PAUD, guru TK dan petugas kesehatan
4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN
5. Pelaksanaan
a. Mempersiapakan tempat dan sarana belajar :
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat
(camat/desa/lurah) dan sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga
belajar.
b. Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari jam,
topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu.
c. Mengundang guru PAUD, TK, tenaga kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas :
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran.
d. Mempersiapkan narasumber.
Menyusun pembagian kerja narasumber dan akan terlihat pada jadwal
belajar.
e. Penandatanganan perjanjian kerjasama, termasuk rancangan pelaporannya
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan refreshing
b. Jadwal materi
c. Daftar hadir peserta
d. Lampiran materi
e. Perjanjian kerjasama / MoU
f. Dokumentasi kegiatan
g. Undangan
2. Pengertian :
Merupakan serangkaian penelusuran sebab kematian atau kesakitan perinatal,
neonatal, bayi dan balita guna mencegah kesakitan atau kematian serupa di
masa yang akan datang.
3. Tujuan :
a. Tujuan Umum :
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA di tingkat
Kabupaten/Kota, provinsi dan nasional melalui upaya penerapan taat kelola
klinik yang baik (clinical governance) dalam rangka mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian Perinatal/Neonatal,
Bayi dan Balita.
b. Tujuan Khusus :
1) Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus perinatal/neonatal,
bayi dan balita secara teratur dan berkesinambungan dalam wilayah
kabupaten/kota.
2) Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor
penyebab kematian perinatal/neonatal, bayi dan balita yang dapat di
cegah yang meliputi :
a) Penyebab yang berhubungan dengan pasien/keluarga, seperti :
situasi pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk
masalah sosial ekonomi dan perilaku pasien;
b) Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan;
c) Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan
kesehatan;
d) Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan.
3) Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan yang terpadu antara dinas kesehatan kabupaten/kota, RS
Pemerintah dan swasta, puskesmas, RB, BPS, organisasi profesi dan
lintas sektoral.
4. Sasaran :
a. Komunitas Pelayanan
b. Kelompok Masyarakat
c. Kelompok Petugas Kesehatan
d. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
e. Kelompok Pembuat Kebijakan
5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN
6. Pelaksanaan :
a. Kasus kematian/kesakitan dilaporkan oleh masyarakat/pasien, petugas
pemberi pelayanan dan institusi pemberi layanan ke puskesmas setempat;
b. Untuk kematian yang terjadi dimasyarakat, bidan koordinator/bidan
puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan
menggunakan formulir yang tersedia;
c. Untuk kematian yang terjadi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
(RB, BPS, bidan didesa), bidan koordinator/bidan puskesmas yang ditunjuk
akan melengkapi formulir kematian difasilitas dan otopsi verbalnya;
d. Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setempat dalam waktu 3 hari;
e. Bila kasus meninggal di institusi pelayanan kesehatan, dilakukan pengisian
formulir tersendiri yang harus dilengkapi oleh dokter penanggung jawab di
institusi pelayanan kesehatan dimana kasus meninggal;
f. Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke sekretariat AMP
Kabupaten/kota setempat;
g. Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data dan melaporkannya ke
koordinator. Data yang belum lengkap harus dikembalikan ke puskesmas
pengirim untuk dilengkapi. Data yang sudah terkumpul dan lengkap akan di
anonimasi.
Sebelum kegiatan ini dijalankan, sebaiknya terlebih dahulu ditetapkan tim AMP
ditingkat puskesmas.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eklusif;
2) Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi;
3) Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita;
4) Meningkatkan kemampuan ibu untuk memantau pertumbuhan
danmelaksanakan stimulasi perkembangan balita;
5) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan
mencuci tangan yang benar;
6) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan balita.
3. Sasaran :
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak
usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokan usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5
tahun. Proses belajar dibantu oleh seorang fasilitator yang memahami
bagaimana teknis pelaksanaan kelas ibu.
4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, BPJS/JKN.
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kelas ibu balita
b. Jadwal materi
c. Daftar ibu yang tercatat di kelas ibu balita.
d. Daftar hadir
e. Laporan pelaksanaan
f. Nilai pre dan post test
g. Quesioner pre dan post test
h. Lampiran materi
i. Dokumentasi kegiatan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas untuk
menyongsong pembangunan nasional.
3. Sasaran :
a. Kelompok umur 6-24 bulan
b. Kelompok umur 2-5 tahun
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan lomba diawali dengan penyebaran informasi lomba dengan leaflet,
poster, spanduk ke posyandu atau puskesmas pembantu oleh puskesmas
yang bersangkutan kepada masyarakat dilingkungannya;
b. Penerimaan pendaftaran peserta di puskesmas penyelenggara lomba :
Peserta dapat mendaftarkan diri langsung/melalui kader posyandu/bidan
desa atau puskesmas pembantu ke panitia lomba di puskesmas diwilayah
masing-masing dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto
copy persyaratan sebelum tanggal pelaksanaan lomba dan pada saat
pelaksanaan lomba peryaratan yang asli dilampirkan;
c. Panitia lomba di puskesmas menentukan tanggal pelaksanaan (sebaiknya
pelaksanaan di akhir bulan Mei / minggu pertama bulan Juni);
d. Semua peserta dari 2 kelompok umur yang terdaftar, diseleksi oleh tim
penilai sesuai petunjuk penilaian yang sudah ditentukan, sehingga
didapatkan juara I, II, dan III kelompok umur 6-24 bulan dan juara I, II, dan
III kelompok umur 2-5 tahun tingkat kecamatan;
e. Pemenang pertama dari masing-masing kelompok umur di tingkat
puskesmas/kecamatan merupakan peserta yang mewakili untuk mengikuti
lomba tingkat kabupaten (persyaratan, foto peserta yang didampingi ibunya,
dan hasil penilaian sesuai juknis diserahkan ke Dinas Kesehatan).
b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman dan peran lintas program
di Puskesmas dalam kegiatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) di dalam dan di luar gedung.
d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Pengelola Program KIA/KB, UKS, Gizi, Promkes, P2PL, Kesehatan
Jiwa dan SIMPUS
4) Seluruh Petugas Puskesmas dan Petugas Pembantu
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR di Tingkat
Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola program PKPR
tentang Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim PKPR di Tingkat Puskesmas (pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam struktur Tim PKPR Tingkat Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk pembentukan Tim PKPR di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
% Puskesmas
Pembantu yang Σ pustu menyelenggarakan kegiatan kes.
menyelenggarakan remaja sesuai kriteria disuatu wilayah
kegiatan kesehatan = kerja dalam 1 tahun
remaja x 100%
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
PKPR di Tingkat Puskesmas.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim PKPR Puskesmas (SK Puskesmas dan struktur)
8) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR
9) Hasil penilaian SN-PKPR tingkat Puskesmas
b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja
2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang PKPR bukan hanya tugas dan
tanggung jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab dan
dedikasi semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan kualitas kesehatan remaja, dan diharapkan dari
sosialisasi dapat terbentuk Tim PKPR di tingkat kecamatan dan
kelurahan/desa. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih
sesuai dengan kebutuhan.
b) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi kebutuhan
remaja serta intervensi yang telah diberikan.
d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) KUA
6) Polsek
7) Danramil
8) PKK
9) LSM/Swasta/Toma/Toga
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR di Tingkat
Kecamatan dan Kelurahandiawali dengan laporan kegiatan Pimpinan
Puskesmas tentang rencana pembentukan Tim PKPR di Tingkat
Kecamatan dan Kelurahan kepada Stakeholder (Camat).
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan
h. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi dan Sosialisasi tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
PKPR di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintassektor dalam mendukung kegiatan PKPR di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
i. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi PKPR tingkat Kecamatan/
Kelurahan :
a) Pengelola program Remaja melakukan identifikasi dan pendataan
tentang remaja yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Remaja melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data remaja, data cakupan remaja, data kesakitan dan
kematian remaja serta menyampaikan fenomena permasalahan
yang ada
j. Pertanggungjawaban :
1. Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
PKPR di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
2. Jadwal Kegiatan
3. Daftar Hadir peserta
4. Materi
5. Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6. Dokumentasi kegiatan
7. Terbentuknya Tim PKPR Kecamatan dan Kelurahan (SK Camat dan
struktur)
8. Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan PKPR
tingkat kecamatan dan kelurahan
b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengembangkan hubungan sehat antar sebaya dengan cara
memberikan PKHS (Pengenalan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat) kepada remaja, melalui kegiatan pembentukan konselor sebaya
di sekolah
d. Sasaran :
Murid SMP dan SMU sederajat yang telah diseleksi sebagai calon konselor
sebaya di sekolah
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Persiapan Teknis :
1) Identifikasi calon konselor sebaya di sekolah :
Remaja yang dipilih melalui seleksi calon konselor sebaya di sekolah.
2) Mempersiapakan tempat dan sarana Pembentukan dan Pelatihan
Fasilitator Peer Counselor di sekolah :
Tempat kegiatan adalah tempat dapat disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah), Puskesmas maupun Sekolah terkait
3) Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, narasumber dan daftar alat bantu/peraga (minimal 7
materi inti)
i. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer Counselor di
sekolahdiawali dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR
Kecamatan dan Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon konselor
sebaya di sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang calon-calon konselor sebaya yang telah lulus seleksi dari
pihak sekolah untuk diseleksi kembali di Puskesmas
4) Memperoleh hasil seleksi calon konselor sebaya oleh Puskesmas untuk
di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Tim PKPR di tingkat
Kecamatan dan Kelurahan
k. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di sekolah
2) Jadwal materi
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator Peer
Counselor di sekolah
6) Nilai pre dan post test
7) Quesioner pre dan post test
8) Lampiran materi
9) Dokumentasi kegiatan
10) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
11) SPJ Perjalanan Dinas Peserta
b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengembangkan hubungan sehat antar sebaya dengan cara
memberikan PKHS (Pengenalan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat) kepada remaja, melalui kegiatan pembentukan konselor sebaya
diluar sekolah.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman remaja di luar sekolah
tentang PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).
b) Meningkatkan kepedulian antara teman sebaya terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada remaja di luar sekolah / masyarakat.
c) Melibatkan remaja dalam kegiatan peningkatan pelayanan
kesehatan pada remaja di luar sekolah, melalui peran konselor
sebaya di luar sekolah seperti membantu petugas PKPR untuk
menemukan sedini mungkin masalah kesehatan yang dialami klien
sebaya.
d) Setelah mengikuti kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di luar sekolah, remaja mampu berperan sebagai
konselor sebaya dan membentuk jejaring di lingkungannya.
d. Sasaran :
1) Remaja usia 10-20 tahun yang putus sekolah yang telah diseleksi oleh
Tim PKPR Tingkat Kecamatan dan Kelurahan untuk menjadi calon
konselor sebaya di masyarakat.
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Persiapan :
Identifikasi Calon konselor sebaya di luar sekolah :
1) Remaja yang dipilih melalui seleksi calon konselor sebaya di luar
sekolah
2) Mempersiapakan tempat dan sarana Pembentukan dan Pelatihan
konselor sebaya / Peer Counselor di luar sekolah :
Tempat kegiatan adalah tempat dapat disediakan oleh pemerintah
setempat (camat/desa/lurah), Puskesmas maupun Sekolah terkait
Mempersiapkan materi :
Pembuatan materi termasuk pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, narasumber dan daftar alat bantu/peraga (minimal 7
materi inti)
3) Mengundang Calon konselor sebaya yang telah dipilih.
Undangan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan dan pastikan
apakah undangan sudah sampai pada sasaran melalui pihak sekolah
yang terkait
4) Mempersiapkan Tim fasilitator dan nara sumber :
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber yang
akan terlihat pada jadwal belajar
5) Menyusun rencana anggaran :
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya.
i. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di luar
sekolahdiawali dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR
Kecamatan dan Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon konselor
sebaya di luar sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan Peer
Counselor di luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang calon-calon konselor sebaya yang telah lulus seleksi dari
Tim PKPR Kecamatan dan Kelurahannya untuk diseleksi kembali di
Puskesmas
4) Memperoleh hasil seleksi calon konselor sebaya oleh Puskesmas untuk
di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Fasilitator
Peer Counselor di luar sekolah
k. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer
Counselor di luar sekolah
2) Jadwal materi
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembentukan dan Pelatihan Peer Counselor di
luar sekolah
6) Nilai pre dan post test
7) Quesioner pre dan post test
8) Lampiran materi
9) Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Pembinaan konselor sebaya disekolah adalah kegiatan yang membantu
konselor sebaya dengan cara mendidik remaja menjadi kader kesehatan
remaja (pendidik atau konselor sebaya) agar dapat berperan sebagai
narasumber atau agen pengubah prilaku teman sebayanya serta dapat
berperan sebagai penghubungantara pemberi layanan dengan teman
sebayanya disekolah.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi konselor sebaya di sekolah
b) Meningkatkan pelayanan konselor sebaya terhadap teman
sebayanya di sekolah melalui pelaporan kegiatan jejaring konselor
sebaya.
c) Melibatkan konselor sebaya di sekolah untuk kegiatan-kegiatan
yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan seperti
melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling individu
dan konseling kelompok disekolah, ikut serta dalam event-event
kegiatan remaja, membuat jejaring PKPR disekolah untuk
meningkatkan cakupan konselor sebaya (10% dari jumlah murid
sekolah telah menjadi konselor sebaya).
d. Sasaran :
1) Kepala sekolah dan guru BP
2) Konselor sebaya yang telah dilatih
3) Siswa / siswi SMP dan SMU
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
f. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya disekolah diawali dengan
kegiatan tindak lanjut dari kegiatan pembentukan dan pelatihan
konselor sebaya di sekolah.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembinaan Konselor Sebaya di
sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Melakukan pemberitahuan kepada pihak sekolah/kepala sekolah bahwa
akan dilakukan pembinaan konselor sebaya di sekolahnya
4) Memperoleh hasil laporan kegiatan konselor sebaya di sekolah
5) Kegiatan dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan analisis situasi yang ada. Jika dari aktifitas
yang dilakukan oleh konselor sebaya memerlukan pemantauan dan
pembinaan lebih lanjut, maka kegiatan dilakukan lebih frekuensi lebih
banyak.
h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di
sekolah
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di sekolah
6) Lampiran laporan kegiatan konselor sebaya
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Peserta
b. Pengertian
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja/Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Penurunan angka kesakitan dan kematian pada masa remaja sehingga
tercapai remaja Indonesia sehat fisik, mental dan sosial serta tinggal di
lingkungan aman yang mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi konselor sebaya di luar sekolah
b) Meningkatkan pelayanan konselor sebaya terhadap teman
sebayanya di lingkungan sekitar tempat tinggalnya melalui
pelaporan kegiatan jejaring konselor sebaya.
c) Melibatkan konselor sebaya di luar sekolah untuk kegiatan-
kegiatan yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan
seperti melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling
individu dan konseling kelompok dilingkungan tempat tinggalnya,
ikut serta dalam event-event kegiatan remaja, membuat jejaring
PKPR dilingkungannya untuk meningkatkan cakupan konselor
sebaya (10% dari jumlah remaja usia 10-19 th telah menjadi
konselor sebaya).
d. Sasaran :
1) Konselor sebaya yang telah dilatih
2) Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
3) Tokoh masyarakat
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di luar
sekolah
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata konselor sebaya.
4) Daftar hadir
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Konselor Sebaya di luar sekolah
6) Lampiran laporan kegiatan konselor sebaya
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Peserta
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan partisipasi aktif remaja untuk mendukung generasi yang
sehat, mandiri dan berkepribadian.
b. Tujuan Khusus :
a) Rekapitulasi data remaja sebagai informasi kepada masyarakat,
misalnya tentang masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi
kebutuhan remaja serta intervensi yang telah diberikan
b) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan
urgensi penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat
secara terus menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar
daln lain-lain
c) Data yang tersedia disiapkan untuk menjadi bahan informasi tentang
permasalahan, remaja yang akan terlibat di dalamnya, kebijakan yang
diimplementasikan, organisasi yang dapat mempengaruhi pemegang
keputusan.
3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
5. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)di sekolah dan luar
sekolahdiawali dengan pengumpulan data sasaran kegiatan survey PKPR.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, pendanaan dan
surat pemberitahuan ke sekolah dan tim PKPR Kecamatan dan Kelurahan
agar dapat bekerjasama dalam pengumpulan sasaran survey)
c. Melakukan pelaksanaan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah, kuesioner survey, pengisian format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS)
d. Memperoleh hasil Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di sekolah dan
luar sekolah
e. Melakukan pengolahan data Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah
f. Penyajian dan melaporkan hasil Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah kepada Pimpinan Puskesmas, Dinas Kesehatan
dan publikasi kepada masyarakat.
g. Hasil survey dapat digunakan sebagai kajian bagi rencana tindak lanjut
pelayanan kesehatan remaja.
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta suvey.
d. Narasi laporan kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di
sekolah dan luar sekolah
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja)
di sekolah dan luar sekolah
f. Fc rekap hasil pengisian format Home, Education/ Employmen, Activities,
Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/Depressions (HEADSSS)
g. Format Quesioner Survey PKPR (Prilaku Kesehatan Remaja) di sekolah dan
luar sekolah
h. Dokumentasi kegiatan
i. SPJ Perjalanan Dinas Petugas Survey
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Dihasilkannya program kesehatan remaja yang dapat memenuhi kebutuhan
remaja di wilayah puskesmas, sehingga timbul rasa memiliki serta
menimbulkan motivasi remaja untuk menegakkan kredibilitas dan
memasarkan program diantara remaja.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan lokasi kegiatan yang melibatkan remaja, misal
pelatihan Peer Counselor atau kegiatan KIE secara Outbond/luar
ruangan, di mall, café dan lokasi-lokasi yang disukai remaja.
2) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan
urgensi penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat
secara terus menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar
daln lain-lain
3) Mengembangkan inovasi kegiatan dengan memanfaatkan sarana
komunikasi atau teknologi yang ada, misalnya pelayanan konseling
melalui hot-line service/SMS atau pemberian informasi melalui website
dan media elektronik seperti radio, televisi.
3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan luar
sekolahdiawali dengan pengumpulan data sasaran kegiatan PKPR.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah (Tempat dan waktu pelaksanaan, pendanaan dan
surat pemberitahuan ke sekolah dan tim PKPR Kecamatan dan Keluharan
agar dapat bekerjasama dalam Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR)
c. Melakukan pelaksanaan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR sekolah
dan luar sekolah
d. Memperoleh hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan
luar sekolah
e. Melakukan pengolahan data laporan kegiatanPengembangan Inovasi
Kegiatan PKPR di sekolah dan luar sekolah
f. Penyajian dan melaporkan hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah kepada Pimpinan Puskesmas, Dinas Kesehatan
dan publikasi kepada masyarakat.
g. Hasil Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR dapat digunakan sebagai
kajian bagi rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan remaja
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR.
d. Narasi laporan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah
dan luar sekolah
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di
sekolah dan luar sekolah
f. Format Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR di sekolah dan luar sekolah
g. Dokumentasi kegiatan
h. SPJ Perjalanan Dinas Pengembangan Inovasi Kegiatan PKPR
2. Pengertian :
a. Tindak lanjut dan rujukan remaja bermasalah merupakan kegiatan
keberlanjutan dari hasil kunjungan rumah pembinaan remaja dan atau hasil
pelayanan dipuskesmas maupun hasil rujukan dari para konselor sebaya,
temuan kasus remaja bermasalah dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan
kasusnya.
b. Indikator remaja berisiko tinggi :
1) Penurunan kemampuan belajar
2) Absen sekolah yang berlebihan
3) Keluhan psikosomatik yang sering/menetap
4) Perubahan kebiasaan tidur atau makan
5) Kesulitan konsentrasi atau kebosanan yang menetap
6) Tanda dan gejala stres atau kecemasan
7) Menarik diri atau berpindah kelompok
8) Perilaku menentang atau kekerasan yang hebat dan atau perubahan
kepribadian yang radikal
9) Konflik dengan orang tua
10) Perilaku seksual yang berlebihan
11) Konflik dengan hukum
12) Memperlihatkan pikiran bunuh diri
13) Penyalahgunaan obat dan alkohol
14) Melarikan diri dari rumah
15) Kehamilan remaja
16) Pernikahan dini
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
remaja bermasalah dalam rangka meningkatkan kesehatan remaja sebagai
calon-calon ibu dan ayah yang sehat sehingga dapat menunjang upaya
menurunkan AKI dan AKB
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan pada remaja bermasalah
5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan pelayanan remaja
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
menangani kasus-kasus remaja yang terjadi
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait
6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping sasaran remaja tak bermasalah, remaja beresiko dan
remaja bermasalah :
Dalam melakukan pemetaan sasaran diharapkan bisa membuat analisa dan
perhitungan secara riil antara jumlah sasaran yang sudah diberikan
berdasarkan data estimasi dari capil dengan sasaran pelayanan diwilayah
kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data remaja serta melakukan
pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data remaja juga untuk
dilakukan kunjungan rumah bagi remaja yang memiliki risiko maupun
remaja yang memiliki keterbatasan untuk kontak ke sarana kesehatanseperti
remaja dengan KTD yang merasa malu untuk datang ke puskesmas, remaja
dengan kasus-kasus psikologis, kecelakaan remaja, dan lain-lain.
c. Melakukan pelayanan sekaligus skrining terhadap kasus resiko:
Pelayanan diberikan dengan berkualitas sesuai standar, teliti dan terintegrasi
dengan program KIA, gizi, imunisasi, P2, kesehatan lingkungan dan
promkes untuk menemukan sedini mungkin risiko yang dialami oleh
remaja.
d. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Jika dari hasil pelayanan yang diberikan ditemukan risikopada remaja,
maka diharapkan agar petugas bisa melakukan konsultasi dengan dokter
dan atau dokter spesialis untuk melakukan rujukan, apakah rujukan segera
ataupun rujukan terencana. Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa
8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatan tindak lanjut dan rujukan remaja
beresiko
b. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan rujukan remaja beresiko
c. Rekapitulasi data remaja yang dilakukan konseling dan dirujuk
d. Dokumentasi
e. Fotocopy lembar catatan kesehatan remaja/ family folder/ pengisian format
Home, Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS) (inisial identitas)
2. Tujuan
a. Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja sesuai standar yang
dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan remaja.
b. Khusus :
1) Meningkatkan cakupan remaja
2) Mempermudah akses remaja untuk mendapatkan pelayanan remaja
berkualitas
3) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani remaja
bermasalah dengan melakukan pendekatan keluarga
4) Mengingatkan dan memotivasi remaja, orang tua/keluarga tentang
kesehatan remaja dan masalah-masalah yang dihadapi remaja
5) Membangun komunikasi persuasif dengan remaja, orang tua/keluarga,
forum peduli remaja/ PKPR kecamatan dan kelurahan, guru/sekolah dll
6) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan remaja
c. Sasaran :
1) Remaja yang bermasalah (KTD, pengguna narkoba/NAPZA, remaja
dengan HIV/AIDS, remaja dengan kasus kenakalan remaja, korban KtP
dan KtA dan lain-lain)
2) Remaja yang tercatat sebagai remaja berisiko (remaja tergabung dalam
geng motor, kelompok remaja dijalan, remaja yang tinggal di lokasi
rawan, remaja yang berganti-ganti pacar/pasangan seperti lokalisasi,
remaja dengan keluarga yang tersangkut kasus narkoba, broken home
dan lain-lain)
3) Remaja yang membutuhkan pengawasan (remaja dengan masalah
psikologis, remaja dengan kehamilan, remaja yang telah kembali dari
pusat rehabilitasi/penjara/RS/RS jiwa)
d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan remaja
2) Meningkatkan peran serta orang tua/keluarga
3) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar
4) Meningkatkan perhatian dan pelaporan masyarakat tentang aktifitas
negative dan positif di wilayahnya
5) Tertanganinya kejadian kasus remaja secara dini
6) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian remaja
e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi remaja diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data remaja
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
Buku konseling remaja
Form home visit remaja pengisian format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS)
Tensimeter
Stetoskop
Bila remaja mengalami kehamilan diharapkan kordinasi dengan
bidan/petugas KIA untuk dilakukan home visite ibu hamil.
Surat rujukan
c) Melakukan kunjungan rumah untuk :
Memberikan pelayanan remaja sesuai standar (pendampingan
dan konseling)
Penyuluhan/konseling remaja sesuai dengan masalah dan
kebutuhan remaja, melakukan feed back hasil konseling,
memberikan paraf, nama pemeriksa dan tanggal
f. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan rencana kegiatan kunjungan rumah
2) Rekapitulasi remaja yang diberikan pelayanan
3) Form home visit yang ditandatangani oleh remaja
4) Fc lembar konseling remaja/ pengisian format Home, Education/
Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety, Suicidality/
Depressions (HEADSSS)
5) Dokumentasi kegiatan
6) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
H. Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah SD, SMP dan SMU
1. Pendahuluan
Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar
kesehatan sbg urusan wajib pemerintah daerah. Penjaringan dilakukan 1 tahun
sekali pada awal tahun pelajaran terhadap peserta didik kelas 1 SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA negeri dan swasta. Kegiatan penjaringan anak
sekolah penting dilakukan karena sebagian besar anak usia 10 s/d 19 tahun
adalah anak usia sekolah. Dari penjaringan anak sekolah dapat diperoleh
keadaan/status kesehatan anak sekolah secara rutin dan berdampak baik bagi
peningkatan kesehatan anak sekolah.
2. Pengertian :
a. Penjaringan kesehatan :
Penjaringan anak sekolah adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan
kesehatan (skrining) pada seluruh peserta didik/murid disekolah kelas 1
SD/MI, 7 SMP/Mts, dan 10 SMA/SMK/MA (entry level), guna mencegah
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan remaja usia 10 sampai 19 tahun atau anak
usia sekolah secara optimal dalam mendukung proses belajar sebagai upaya
menciptakan generasi yang sehat, mandiri, berkarakter, cerdas dan kreatif
guna meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia.
Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala merupakan salah satu
Indikator Standar Pelayanan Minimal.
1) Capaian SPM (kelas 1, kelas 7 dan kelas 10).
2) Capaian Program Penjaringan dan pemerikasaan berkala adalah seluruh
sasaran murid (Kelas 1-6 SD/sederajat, kelas 1-3 SMP/sederajat, kelas
1-3 SMA/sederajat).
b. Tujuan Khusus :
1) Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
2) Tersedianya data/informasi utk menilai perkembangan peserta didik
a) pertimbangan menyusun program
b) pembinaan kesehatan sekolah
3) Base data utk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan pelayanan kesehatan UKS dan program pembinaan peserta
didik
4) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
5) Tindak lanjut apabila didapatkan masalah kesehatan pada peserta didik.
4. Sasaran :
a. Peserta didik kelas 1 SD/MI (kelas 1-6)
b. Peserta didik kelas 1 SLTP/MTs (kelas 1-3)
c. Peserta didik kelas 1 SMU/SMK/MA (kelas 1-3)
5. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara, APBN
10. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatanPenjaringan dan pemeriksaan
berkala anak sekolah SD, SMP dan SMU
b. Narasi laporan hasil kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak
sekolah SD, SMP dan SMU
b. Rekapitulasi data hasil Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah
SD, SMP dan SMU (e-PANTAS)
c. SK TIM Penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah di Puskesmas
d. SPJ Kegiatan
e. Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian :
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan
2) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan adalah ketentuan mengenai
cakupan dan jenis pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh secara minimal oleh setiap perempuan
dan anak korban kekerasan.
3) Perempuan dan anak korban kekerasan adalah perempuan dan anak
yang mengalami penderitaan fisik, psikis, mental, seksual,
penelantaran, yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang dilakukan
oleh individu, kelompok, atau korporasi.
4) Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan
perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.
5) Kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,mental,
seksual, psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang
mengancam integritas tubuh dan merendahkan martabat anak.
6) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
7) Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah sebagai
berikut:
a) Kekerasan Fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 UU PKDRT Jo. Pasal 89
KUHP, Pasal 80 ayat (1) huruf d, UU PA).
b) Kekerasan Psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang (Pasal 7, UU PKDRT).
8) Kekerasan Seksual, meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan/atau pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu (Pasal 8, UU PKDRT).
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Melindungi hak anak dan perempuan untuk menciptakan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang mendukung anak dan perempuan
untuk beraktifitas sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak serta
kehidupan perempuan.
2) Tujuan Khusus :
a) Penjangkauan korban dan menindaklanjuti pengaduan yang
berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap perempuan
dan anak.
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskemas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan Penanganan
KtP/KtA
c) Meningkatnya kemudahan bagi korban kasus KtP/KtA dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan Penanganan KtP/KtA,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
curatif dan rehabilitatif
d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Petugas pengelola program KIA, Remaja, Lansia, Gizi, Promosi
kesehatan, SIMPUS, kesling, kesehatan jiwa.
3) Dokter Puskesmas
4) Petugas Loket, apotik, Cleaning service
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA
di Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola/petugas
Penanganan KtP/KtA di Puskesmas tentang Sosialisasi Internal
Penanganan KtP/KtA di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialiasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Penanganan KtP/KtA di Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim KtP/KtA di Puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Internal Penanganan
KtP/KtA di Puskesmas di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA di
Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Internal Penanganan KtP/KtA di
Puskesmas
3) SK Tim Penanganan KtP/KtA di Puskesmas
4) Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian :
Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait untuk
menyamakan persepsi pendekatan terhadap korban KtP dan KtA, melalui
kriteria peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas mampu KtP dan KtA
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan / kerjasama antara institusi, lembaga,
organisasi dan sektor swasta dalam upaya meningkatkan Penanganan
KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan
d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) Polsek
6) Danramil
7) PKK
8) LSM/Swasta/Toma/Toga/Peksos/CSR
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
Penanganan KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Penanganan
KtP/KtA di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di tingkat
Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelola Penanganan KtP/KtA di puskesmas melakukan
identifikasi dan pendataan tentang kasus KtP dan KtA yang terkait
dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang
hasil pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja
puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Sosialisasi Ekternal Penanganan KtP/KtA di
tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim penanganan KtP dan KtA di Kecamatan dan
Kelurahan (SK Camat dan struktur)
2. Pengertian
a. Pengaduan adalah laporan yang diajukan oleh korban atau keluarganya
masyarakat dan/atau lembaga atas terjadinya dugaan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
b. Penanganan pengaduan adalah tindakan untuk merespon adanya laporan
dugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang kemudian dibuktikan
dan ditindaklanjuti berupa: penjangkauan korban; rujukan ke pelayanan
kesehatan, psikososial, bimbingan rohani, bantuan hukum, pemulangan dan
reintegrasi sosial.
c. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk untuk menerima pengaduan dan
menindaklanjuti pengaduan oleh masyarakat.
d. Kemampuan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang berdasarkan
pelatihan/pendidikan tertentu untuk melaksanakan penanganan pangaduan
perempuan dan anak korban kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
untuk mendapatkan penanganan pengaduan dalam bentuk layanan yang
diberikan oleh petugas unit pelayanan terpadu dalam merespon aduan atau
pelaporan oleh masyarakat dan/atau lembaga lain.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pengaduan yang berkaitan dengan dugaan
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak..
4. Sasaran :
Seluruh Masyarakat
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan
Puskesmas tentang rencana Penanganan pengaduan/laporan korban
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Penanganan pengaduan/laporan
korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (penyediaan ruang
pengaduan, penyediaan petugas khusus yang menangani pengaduan laporan
KtP dan KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penangan pengaduan
kasus, rencana tindak lanjut penanganan pengaduan korban KtP dan KtA.
7. Lingkup Kegiatan :
a. Penanganan pengaduan/laporan korban Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak dilakukan di Puskesmas
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan
pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan
pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu :
a. Pengelola kegiatan perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit
pelayanan terpadu.di puskesmas melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kasus KtP dan KtA yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
Cakupan korban
kekerasan yang
mendapatkan
Jml pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti
penanganan oleh
= oleh unit pelayanan terpadu
petugas terlatih
Jumlah laporan/pengaduan yang masuk ke x 100%
didlm unit pely. unit pelayanan terpadu
pengaduan
Contoh Perhitungan:
Misalnya: Pada tahun 2009 jumlah laporan/pengaduan dari masyarakat dan/atau
lembaga lain sebanyak 210, sedangkan yang ditindaklanjuti sebanyak 140, maka
persentasenya adalah:
140
------- x 100% = 67 %
210
Target 100%
Langkah Kegiatan:
a. Pencatatan pengaduan
b. Inventarisasi pengaduan
c. Membuat buku registrasi pelayanan
d. Penjangkauan
e. Rujukan untuk tindak lanjut pelayanan
f. Standarisasi identifikasi
g. Monitoring dan evaluasi
Cara Perhitungan/Rumus:
Cakupan
ketersediaan petugas Jml petugas yang memiliki kemampuan
penanganan pengaduan di unit pelayanan
di unit pely. terpadu
terpadu
yang memiliki
= Jumlah petugas penerima pengaduan di unit
kemampuan untuk pelayanan terpadu x 100%
menindaklanjuti
pengaduan/lap.
masy
Pembilang:
Jumlah petugas yang memiliki kemampuan penanganan
pengaduan di unit pelayanan terpadu.
Penyebut:
Jumlah petugas penerima pengaduan di unit pelayanan terpadu.
Konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Pada tahun 2009 jumlah petugas penerima pengaduan yang ada
di unit pelayanan terpadu sebanyak 5 orang, sedangkan petugas
yang memiliki kemampuan untuk menerima dan menindaklanjuti
pengaduan adalah 2 orang, maka persentasenya adalah:
2
------- x 100% = 40%
5
Target 100%
Langkah Kegiatan:
a. Inventarisasi petugas penerima pengaduan
b. Pembuatan buku register dan formulir penerimaan pengaduan
c. Pelatihan kepada petugas penerima pengaduan
d. Monitoring evaluasi
2. Pengertian
a. Pengaduan adalah laporan yang diajukan oleh korban atau keluarganya
masyarakat dan/atau lembaga atas terjadinya dugaan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
b. Penanganan pengaduan adalah tindakan untuk merespon adanya laporan
dugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang kemudian dibuktikan
dan ditindaklanjuti berupa: penjangkauan korban; rujukan ke pelayanan
kesehatan, psikososial, bimbingan rohani, bantuan hukum, pemulangan dan
reintegrasi sosial.
c. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk untuk menerima pengaduan dan
menindaklanjuti pengaduan oleh masyarakat.
d. Kemampuan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang berdasarkan
pelatihan/pendidikan tertentu untuk melaksanakan penanganan pangaduan
perempuan dan anak korban kekerasan
e. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana KtP dan KtA
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pelayanan kesehatan korban yang
berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan
anak..
2) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak
korban KtP/KtA
3) Memberdayakan orang tua, guru dan masyarakat agar dapat
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang Pelayanan
kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA
4) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
pelaporan masyarakat terhadap kasus KtP dan KtA yang ada
dilingkungannnya.
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA
diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan
tindak lanjut Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban
KtP/KtA
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan kesehatan bagi
perempuan dan anak korban KtP/KtA (penyediaan ruang pelayanan,
penyediaan petugas khusus yang menangani pelayanan kesehatan KtP dan
KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penangan pelayanan kesehatan
korban kasus, rencana tindak lanjut penanganan pelayanan kesehatan
korban KtP dan KtA.
7. Lingkup Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban KtP/KtA dilakukan
di Puskesmas dan puskesmas pembantu
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan Pelayanan
kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
yangdilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
a. Pengelolaan kegiatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih, di
dalam unit pelayanan pelayanan kesehatan korban di puskesmas, dengan
melakukan identifikasi dan pendataan tentang kasus KtP dan KtA yang
terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
b. Pengelolaan Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c. Menyusun perencanaan waktu bagi perempuan dan anak korban kekerasan
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit
pelayanan terpadu.
Pembilang:
Jumlah korban KtP/A yang memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A atau PPT/PKT di RS
di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.
Penyebut:
Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang ke Puskesmas mampu
tatalaksana kasus KtP/A dan ke RS di suatu wilayah kerja tertentu dalam kurun
waktu tertentu
Ukuran/konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Jumlah korban KtP/A yang mendapat layanan kesehatan diPuskesmas mampu
tatalaksana KtP/A atau puskesmas pembantu, yang berada di suatu kabupaten A
pada tahun 2007 = 75 orang.
Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang di Puskesmas mampu
tatalaksana kasus KtP/A atau rumah sakit di kabupaten A
pada tahun 2007 = 150 orang.
Persentase cakupan = 75/150 x 100% = 50%
Target 100%
Langkah Kegiatan:
a. Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan puskesmas
pembantu
b. Pelatihan data base/pelatihan manajemen kasus bagi petugas puskesmas
pembantu
c. Pendataan/survei data Jumlah kasus KtP/A di Puskesmas dan puskesmas
pembantu
Indikator Penunjang:
Cakupan Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap perempuan
dan anak (KtP/A)
Cara Perhitungan/Rumus:
Cakupan puskesmas
mampu tatalaksana Jml puskesmas mampu tatalaksana kasus
KtP/A di kabupaten/kota dalam kurun waktu
kasus kekerasan = x 100%
tertentu
terhadap perempuan
2 puskesmas dari sasaran program di
dan anak kabupaten/kota dalam kurun waktu tertentu
Pembilang:
Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A di kabupaten/kota dalam
kurun waktu tertentu.
Penyebut:
2 Puskesmas dari sasaran program di kabupaten/kota dalam kurun waktu
tertentu.
Ukuran/konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A di suatu kabupaten A pada
tahun 2007 adalah 2, sedangkan jumlah sasaran program Puskesmas yang
mampu tatalaksana kasus KtP/A dikabupaten/kota adalah sebesar 2 puskesmas.
Persentase cakupan = 2/2 x 100% = 100%
Target 100%
Langkah Kegiatan:
a. Pendataan: Jumlah tenaga dan sarana pelayanan kesehatan serta kompilasi
data korban KtP/A di kecamatan
b. Pelatihan tenaga kesehatan (Dokter/Dokter Gigi, Perawat/Bidan)
c. Penyediaan sarana/prasarana pelayanan kesehatan
d. Sosialisasi program di wilayah kerja setempat
e. Pemantauan pasca pelatihan
f. Penguatan jejaring dengan instansi terkait
g. Monitoring dan evaluasi secara berjenjang
2. Pengertian :
a. Petugas yang dimaksud adalah seseorang yang terlatih untuk melaksanakan
pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal kepada perempuan dan anak
yang mengalami kekerasan.
b. Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk: motivasi dan diagnosis
psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vocational dan
pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik,
bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas,
bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut,
dan/atau rujukan (Pasal 7 butir 3, UU Nomor 11 tentang Kesejahteraan
Sosial).
c. Rehabilitasi sosial adalah pemulihan korban dari gangguan psikososial dan
pengembalian keberfungsian sosial secara wajar baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Kegiatan pemulihan korban yang dimaksud
meliputi: pelayanan kesehatan, pendampingan korban, konseling,
bimbingan rohani dan resosialisasi (Pasal 4 PP Nomor 4 tahun 2006).
d. Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) adalah suatu lembaga
yang memberikan layanan perlindungan awal dan pemulihan psiko-sosial
serta perlindungan kondisi traumatis yang dialami korban. (Permensos
102/2007).
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana KtP dan KtA
b. Tujuan Khusus :
1) Untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan pemulihan yang sifatnya
traumatis atas kejadian-kejadian yang dialami korban.
2) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk penjangkauan
korban dan menindaklanjuti pelayanan rehabilitasi terhadap korban
yang berkaitan dengan dugaan terjadinya kekerasan terhadap
perempuan dan anak..
3) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan diseminasi
informasi tentang Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA
4) Memberdayakan orang tua, guru dan masyarakat agar dapat
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang Rehabilitasi
Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
5) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
4. Sasaran :
Korban Kasus KtP dan KtA
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan tindak
lanjut Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Kesehatan
Reproduksi bagi korban KtP/KtA (penyediaan ruang pelayanan, penyediaan
petugas khusus yang menangani rujukan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi
bagi korban KtP/KtA, format pencatatan dan pelaporan, alur penanganan
7. Lingkup Kegiatan :
a. Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA dilakukan di
puskesmas dan melakukan tindak lanjut untuk rehabilitasi lanjutan melalui
koordinasi dengan pihak terkait seperti panti rehabilitasi, dinas social dan
lain-lain
b. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan Rehabilitasi
Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA oleh petugas terlatih di dalam
unit pelayanan terpadu.
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait
8. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban KtP/KtA yang
dilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
a. Pengelolaan kegiatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA oleh petugas terlatih, di dalam unit pelayanan pelayanan kesehatan
korban di pusat rehailitasi, dengan melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kasus KtP dan KtA yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas untuk
dilakukan rencana tindak lanjut rujukan rehabilitasi lanjutan melalui
koordinasi dengan lintas sektor terkait
b. Pengelolaan Penanganan KtP/KtA melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c. Menyusun perencanaan Rehabilitasi Kesehatan Reproduksi bagi korban
KtP/KtA oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu
Cara Perhitungan/Rumus:
Cakupan pelayanan
rehabilitasi sosial
yang diberikan oleh
Jml korban kekerasan yang memperoleh
petugas rehabilitasi
pelayanan rehabilitasi sosial
sosial terlatih
Jumlah korban kekerasan yang
kepada perempuan = membutuhkan rehabilitasi sosial x 100%
dan anak korban
kekerasan di UPT
Penyebut:
Jumlah korban kekerasan yang membutuhkan rehabilitasi sosial
Konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Pada tahun 2007 jumlah korban kekerasan yang membutuhkan
rehabsos ke UPT adalah sebanyak 163, dan yang mendapat
layanan rehabilitasi sosial adalah sebanyak 100 korban, maka
persentasenya adalah:
100
--------- X 100 % = 61,35 %
163
Target 75%
Langkah Kegiatan:
a. Penyediaan sarana dan prasarana
b. Pendanaan
c. Inventarisasi jumlah tenaga rehabilitasi sosial
d. Standarisasi pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban kekerasan
e. Koordinasi antar sektor/institusi
f. Pelatihan
g. Monitoring dan evaluasi
h. Pelaporan
2. Definisi Operasional:
Persentase cakupan ketersediaan petugas pelayanan rehabilitasi sosial terlatih di
UPT bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
3. Cara Perhitungan/Rumus:
Cakupan petugas
rehabilitasi sosial Jml petugas terlatih dalam rehabilitasi sosial
= Jumlah petugas rehabilitasi sosial yang ada x 100%
yang terlatih
di UPT
Pembilang:
Jumlah petugas terlatih yang memiliki kemampuan rehabilitasi sosial
Penyebut:
Jumlah petugas rehabilitasi sosial yang ada di UPT
Konstanta:
Persentase (%)
Contoh Perhitungan:
Misalnya: Pada tahun 2009 jumlah petugas rehabsos terlatih yang ada di UPT
sebanyak 20 orang, sedangkan petugas yang mempunyai kemampuan rehabsos
adalah 2 orang, maka persentasenya adalah:
2
------- x 100% = 10%
20
Target 75%
Langkah Kegiatan:
a. Inventarisasi jumlah petugas rehabilitasi sosial
b. Standarisasi pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban kekerasan
c. Koordinasi antar sektor/institusi
d. Pelatihan
e. Monitoring dan evaluasi
f. Pelaporan
2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan korban KtP dan KtA merupakan kegiatan
keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas temuan kasus korban
KtP dan KtA dengan melakukan rujukan menuju fasilitas kesehatan yang lebih
memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya serta rujukan ke lintas sektor
terkait.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada kasus
korban KtP dan KtA
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti kepolisian, panti rehabilitasi, dinas
social, P2TP2A dan lain-lain.
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan ke
jejaring penanganan Ktp/KtA
5. Manfaat :
a. Peningkatan cakupan Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektor dalam
menangani kasus-kasus Ktp dan KtA yang terjadi
c. Perbaikan sistem rujukan ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan
lintas sektor lain
d. Perbaikan peran manajemen dan stakeholder di Dinas Kesehatan, rumah
sakit dan lintas sektor terkait
6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping kasus KtP dan Kta yang terjadi diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan kasus Ktp dan KtA diharapkan bisa membuat
analisa kasus KtP dan KtA diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data kasus KtP dan KtA
serta melakukan pemantauan cakupan yang dicapai. Berdasarkan data kasus
KtP dan KtA juga untuk dilakukan kunjungan rumah bagi korban KtP dan
KtA
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
korban KtP dan KtA masih harus terus dipantau bagaimana perkembangan
kesehatannya.Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat
(sms), telephone, dan sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register kasus KtP
dan KtA dan dibuat dalam pelaporan bulanan yaitu laporan bulanan KtP
dan KtA, dan laporan rujukan KtP dan KtA
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi Pelaksanaan rujukan ke jejaring penanganan Ktp/KtA
b. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan ke jejaring
penanganan Ktp/KtA
c. Surat rujukan dari puskesmas/kronologis kasus KtPA
b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan pelayanan kesehatan kepada korban KtP dan KtA sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi korban KtP dan KtA.
2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi korban Ktp/KtA
b) Mempermudah akses pelayanan kesehatan bagi korban KtP dan
KtA untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas
c) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani korban kasus
KtP dan KtA dengan melakukan pendekatan keluarga
d) Mengingatkan dan memotivasi korban KtP dan KtA, orang
tua/keluarga tentang kesehatan korban dan masalah-masalah yang
dihadapi korban
c. Sasaran :
Korban KtP dan KtA
d. Manfaat :
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi Korban KtP dan KtA
2) Meningkatkan peran serta orang tua/keluarga
3) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar
4) Meningkatkan perhatian dan pelaporan masyarakat tentang kasus KtP
dan KtA
5) Tertanganinya kejadian kasus KtP dan KtA secara dini
6) Menurunnya kejadian KtP dan KtA
e. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi kasus KtP dan KtA diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data Korban KtP dan KtA
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
f. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a. Rekapitulasi Korban KtP dan KtA yang diberikan pelayanan
b. Form home visit yang ditandatangani oleh Korban KtP dan KtA
c. Fc lembar konseling Korban KtP dan KtA, format Home,
Education/Employmen, Activities, Drugs, Sexuality, Safety,
Suicidality/Depressions (HEADSSS) dengan identitas inisial.
d. Dokumentasi kegiatan
e. Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
b. Pengertian
1) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang bertumpu pada pelayanan
yang dilaksanakan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan klien sesuai
dengan siklus hidup, sehingga PKRT merupakan keterpaduan dari
berbagai pelayanan pada komponen kesehatan reproduksi.
2) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi yang mengintegrasikan 4 komponen
program, yaitu KIA, KB, Pencegahan dan penanganan IMS/ISR dan
HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja
3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) merupakan
pelayanan kesehatan reproduksi yang mengintegrasikan 4 komponen
esensial di atas dengan komponen kesehatan reproduksi lain seperti
pada menopause dan andropouse pada lanjut usia, pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan, pencegahan dan
penanganan kanker serviks dan lain sebagainya.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu
dalam rangka pencapaian akses universal kesehatan reproduksi..
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan penyelenggaraan kesehatan reproduksi terpadu
ditingkat pelayanan kesehatan dasar, untuk menjadi Puskesmas
yang mampu tatalaksana PKRT
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskemas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan dan
pemahaman konsep dasar PKRT
c) Meningkatnya kemudahan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT) di Puskesmas
d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Petugas pengelola program KIA, KB, Remaja, Lansia, Gizi, Promosi
Kesehatan, SIMPUS, kesling.
3) Dokter Puskesmas
4) Petugas Loket, apotik
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT) di Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait PKRT di Puskesmas kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu di Puskesmas dan
terbentuknya Tim PKRT di puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu PKRT di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu PKRT di Puskesmas
3) SK Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
Puskesmas
4) Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian
Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait untuk
menyamakan persepsi pendekatan terhadap Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)bukan hanya tugas dan tanggung
jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab dan dedikasi
semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)di
tingkat Kecamatan/Kelurahan, dan diharapkan dari sosialisasi
dapat terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Guru SD/Sederajat, SMP dan SMU/Sederajat
5) Polsek
6) Danramil
7) PKK
8) LSM/Swasta/Toma/Toga
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahann diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
g. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan tentang
pelaksanaan pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelolaan kegiatanAdvokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahanmelakukan identifikasi dan pendataan
tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada
kepala puskesmas
b) PengelolaanPelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di
tingkat Kecamatan/Kelurahan dengan melakukan rekapitulasi
tentang hasil pendataan sasaran dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di tingkat
Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
b. Pengertian
1) Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
melalui kegiatan puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindaklanjuti Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT)
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT).
d. Sasaran :
Ibu Hamil, PUS, WUS, Catin, remaja, Lansia, korban kasus KTPA.
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran dilakukan di
Puskesmas dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholdersetempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran yang
dilakukan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu adalah :
1) Pengelolaan kegiatan bagi sasaran PKRT yang mendapatkan
penanganan pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih, di dalam unit
pelayanan pelayanan kesehatan korban di puskesmas, dengan
melakukan identifikasi dan pendataan tentang sasaran PKRT yang
terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu
melaporkan kepada kepala puskesmas
2) Pengelolaan data PKRTdengan melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu bagi sasaran PKRT yang mendapatkan
pelayanan kesehatan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan
terpadu
Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
2) Pelatihan data base/pelatihan manajemen PKRT bagi petugas
puskesmas pembantu
3) Pendataan/survei data jumlah sasaran PKRT di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan PKRT
b. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan
dipuskesmas mampu tatalaksana PKRT dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan
kasusnya serta rujukan ke lintas sektor terkait..
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan
b) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan
maupun rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari
fasilitas kesehatan dasar ke lintas sektor lain seperti kepolisian,
panti rehabilitasi, dinas social, P2TP2A dan lain-lain.
c) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan
rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
d. Sasaran :
Ibu Hamil, PUS, WUS, Catin, remaja, Lansia, korban kasus KTPA
f. Pelaksanaan :
1) Melakukan mapping sasaran PKRT yang terjadi diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan sasaran PKRT diharapkan bisa membuat
analisa pelayanan PKRT diwilayah kerja puskesmas.
2) Melakukan validasi data remaja dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)serta melakukan pemantauan
cakupan yang dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT)juga untuk dilakukan kunjungan rumah
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
3) Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan
dan administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat
jaminan, dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan
berlangsung. Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan,
khususnya bagi rujukan yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi
rumah sakit tujuan rujukan untuk persiapan penanganan pasien
4) Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)masih
harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.
Pemantauan bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms),
telephone, dan sebagainya.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) dan dibuat dalam
pelaporan bulanan yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT), dan laporan rujukan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi sasaran PKRT
2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT)
b) Mempermudah akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
(PKRT) yang berkualitas
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dengan
memperhatikan kepuasan klien
c. Sasaran :
Ibu Hamil, Bayi, Balita, Anak usia sekolah, Remaja, dewasa, dan lansia
d. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi sasaran PKRT diwilayah masing-masing
2) Melakukan penelusuran data sasaran PKRT yang akan dilakukan
kunjungan rumah
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
Buku konseling PKRT
Form home visit PKRT
8) Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a) Rekapitulasi kunjungan rumah sasaran PKRT yang diberikan
pelayanan
b) Form home visit yang ditandatangani oleh sasaran PKRT
c) Fc lembar konseling PKRT
d) Dokumentasi kegiatan
e) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
f) SPJ kegiatan
b. Pengertian :
1) Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi
antara individu- individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi
penghambat kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara
penuh dan sama dengan orang-orang lainnya.
2) Penyandang Disabilitas adalah seseorang yang mengalami gangguan
/keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik secara permanen
yang ketika melakukan aktifitas dan relasi sosial menghadapi hambatan
untuk berpatisipasi berdasarkan kesamaan hak dengan masyarakat
lainnya.
3) Jenis-jenis Disabilitas yaitu disabilitas penglihatan, disabilitas
pendengaran, disabilitas intelektual, disabilitas fisik, anak dengan
sindroma down, anak dengan gangguan palsi serebral, disabilitas sosial,
anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH),
anak dengan gangguan spectrum autism, anak dengan gangguan ganda,
anak dengan lambat belajar, anak dengan kesulitan belajar khusus, anak
dengan gangguan komunikasi, anak dengan gangguan proses sensori
(GPS).
4) Pelayanan Perkesmas adalah perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh
dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
normal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
pelayanan kesehatan penyandang disabilitas, melalui upaya
pemberdayaan di tingkat keluarga dan masyarakat.
d. Sasaran
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
1) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas diawali dengan
laporan kegiatan pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di
Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas
(Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi Puskesmas dan
terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
puskesmas
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan dan Kelurahan.
b. Pengertian
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi adalah pertemuan lintas program dan
lintas sektor terkait untuk menyamakan persepsi pendekatan terhadap
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas
2) Tujuan Khusus :
a) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitasbukan hanya tugas dan tanggung jawab
bidang kesehatan namun tanggung jawab dan dedikasi semua
instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap peningkatan
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan, dan diharapkan dari sosialisasi dapat
terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
tingkat Kecamatan/Kelurahan. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1
kali atau lebih sesuai dengan kebutuhan.
d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas Pendidikan Cabang
4) Pengelola SLB
5) Pemangku kepentingan (stakeholders) pelayanan terkait penyandang
disabilitas baik pemerintah maupuh swasta
6). Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahann diawali
dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas tentang rencana
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitasdi tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan (Tempat dan waktu pelaksanaan dilakukan
diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
g. Lingkup Kegiatan :
1) Adanya data tentang Penyandang Disabilitas di tingkat
Kecamatan/Kelurahan untuk bahan pelaksanaan kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi,
Sosialisasi dan Koordinasi PelayananPelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan:
a) Pengelolaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan melakukan identifikasi dan pendataan
tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada
kepala puskesmas
b) Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi
tingkat Kecamatan/Kelurahan dengan melakukan rekapitulasi
tentang hasil pendataan sasaran dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjasama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data sasaran Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas, data cakupan, data kesakitan dan kematian data sasaran
serta menyampaikan fenomena permasalahan yang ada
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitasdi tingkat
Kecamatan/Kelurahan
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
Kecamatan dan Kelurahan (SK Camat dan struktur)
b. Pengertian
1) Anak dengan disabilitas adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
yang mengalami gangguan/keterbatasan fisik, mental, intelektual, dan
sensorik secara permanen yang ketika melakukan aktifitas dan relasi
social menghadapi hambatan untuk berparisipasi berdasarkan
kesamaan hak dengan anak-anak lainnya.
2) Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
3) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitasmelalui
kegiatan puskesmas mampu tatalaksana Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindak lanjuti Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitasdiawali dengan
laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas tentang rencana dan
tindak lanjut Pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas (penyediaan ruang pelayanan, penyediaan petugas
khusus yang menangani Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas,
format pencatatan dan pelaporan, alur Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas, rencana tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas
g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas dilakukan di Puskesmas
dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas yang dilakukan
oleh petugas terlatih di Puskemasadalah :
1) Pengelolaan kegiatan bagi Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas yang mendapatkan penanganan pelayanan kesehatan oleh
petugas terlatih, di puskesmas, dengan melakukan identifikasi dan
pendataan tentang anak dengan disabilitas yang terkait dengan
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala
puskesmas
2) Pengelolaan data anak dengan disabilitas dengan melakukan
rekapitulasi tentang hasil pendataan dari semua desa yang ada
diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu bagi sasaran anak dengan disabilitas
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas di puskesmas
Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
2) Registrasi laporan pelayanan
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
4) Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian
1) Anak dengan disabilitas adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun
yang mengalami gangguan/keterbatasan fisik, mental, intelektual, dan
sensorik secara permanen yang ketika melakukan aktifitas dan relasi
social menghadapi hambatan untuk berparisipasi berdasarkan
kesamaan hak dengan anak-anak lainnya.
2) Pola asuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat
berkembang dengan baik. Hakekatnya adalah pemberian kasih sayang,
rasa aman, disiplin dan contoh yang baik.
3) Tenaga kesehatan terlatih terdiri dari Dokter Umum/Dokter Gigi,
Perawat/Bidan yang sudah mendapat pelatihan tentang tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk
penjangkauan sasaran dan menindak lanjuti Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas pada keluarga
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas pada keluarga
c) Meningkatkan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga
d. Sasaran :
1) Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
2) Anak dengan disabilitas
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga
diawali dengan laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas tentang
rencana dan tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas pada keluarga
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas pada keluarga (penyediaan ruang pelayanan
konseling keluarga, penyediaan petugas khusus yang menangani
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas, format pencatatan dan
pelaporan, alur Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas, rencana
tindak lanjut Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
g. Lingkup Kegiatan :
1) Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada keluarga dilakukan
melalui pelayanan kesehatan di Puskesmas dan puskesmas pembantu
2) Keberlangsungan kerjasama antara orang tua dan petugas
kesehatanuntuk memberikan hak-hak anak dan membantu anak
disabilitas dalam kehidupan sehari-sehari
Langkah Kegiatan:
1) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dan
puskesmas pembantu
2) Pendataan/survei data jumlah keluarga yang mempunyai anak dengan
disabilitas di wilayah Puskesmas dan puskesmas pembantu
3) Membantu orang tua yang mempunyai anak dengan disabilitas untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab terhadap anak dengan disabilitas,
kegiatan ini dapat dilakukan di dalam dan diluar gedung puskesmas
melalui kunjungan rumah.
4) Monitoring dan evaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas pada
keluarga
2) Registrasi laporan pelayanan
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
4) Dokumentasi kegiatan
2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas
mampu tatalaksana anak dengan disabilitas dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya
serta rujukan ke lintas sektor terkait..
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan Anak dengan Disabilitas
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti panti rehabilitasi, dinas sosial, SLB,
P2TP2A, BPBP2A Akupasi terapi, dan lain yang menangani anak
dengan disabilitas (Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Yayasan
sayap ibu, Pusat Studi dan Informasi Kecacatan Indonesia (PSIKI),
Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK).
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
4. Sasaran :
a. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
b. Anak dengan disabilitas
6. Pelaksanaan :
a. Melakukan mapping anak dengan disabilitas yang ada diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan diharapkan bisa membuat analisa Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data anak dengan disabilitas dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas serta melakukan pemantauan cakupan yang
dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
juga untuk dilakukan kunjungan rumah Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas masih harus
terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.Pemantauan bisa
dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone, dan sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas dan dibuat dalam pelaporan bulanan
yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas dan
laporan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan tindak lanjut dan Pelaksanaan rujukan
b. Lampiran kegiatan
c. Surat rujukan dari puskesmas
d. Visum dan jawaban dari RS rujukan/ rujukan balik
b. Tujuan
1) Umum :
Memberikan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas sesuai
standar yang dibutuhkan dalam rangka memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas
2) Khusus :
a) Meningkatkan cakupan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas
b) Mempermudah akses Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas yang berkualitas
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas dengan memperhatikan kepuasan klien
c. Sasaran :
1) Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
2) Anak dengan disabilitas
d. Pelaksanaan :
1) Melakukan identifikasi anak dengan disabilitas diwilayah masing-
masing
2) Melakukan penelusuran data anak disabilitas yang akan dilakukan
kunjungan rumah
3) Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah
4) Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
a) Menghubungi nomor telepon orang tua/keluarga (jika tersedia)
b) Mempersiapkan alat dan bahan :
Buku konseling dan perawatan Anak dengan Disabilitas
Form home visit Anak dengan Disabilitas
Tensimeter
Stetoskop
Bila Anak dengan Disabilitasmengalami kehamilan
diharapkan kordinasi dengan bidan/petugas KIA untuk
dilakukan home visite ibu hamil.
Surat rujukan
e. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Rekapitulasi kunjungan rumah anak dengan disabilitas yang diberikan
pelayanan
2) Form home visit yang ditandatangani oleh keluarga anak dengan
disabilitas
3) Fc lembar konseling Anak dengan Disabilitas
4) Dokumentasi kegiatan
5) Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
2. Pengertian :
a. Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi antara
individu-individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi penghambat
kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara penuh dan sama
dengan orang-orang lainnya.
b. Penyandang Disabilitas adalah seseorang yang mengalami gangguan
/keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik secara permanen yang
ketika melakukan aktifitas dan relasi sosial menghadapi hambatan untuk
berpatisipasi berdasarkan kesamaan hak dengan masyarakat lainnya.
c. Jenis-jenis Disabilitas yaitu disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran,
disabilitas intelektual, disabilitas fisik, anak dengan sindroma down, anak
dengan gangguan palsi serebral, disabilitas sosial, anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH), anak dengan gangguan
spectrum autism, anak dengan gangguan ganda, anak dengan lambat
belajar, anak dengan kesulitan belajar khusus, anak dengan gangguan
komunikasi, anak dengan gangguan proses sensori (GPS).
d. Pelayanan Perkesmas adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara normal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatannya.
e. Sekolah inklusi adalah sekolah umum yang melaksanakan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan siswayang memerlukan pendidikan khusus dalam
satu kesatuan yang sistemik dengan menggunakan kurikulum yang fleksibel
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
f. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah bagi anak berkebutuhan khusus
yaitu salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan
pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
pelayanan kesehatan penyandang disabilitas, melalui upaya pemberdayaan
di tingkat keluarga dan masyarakat.
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB
2) Meningkatkan peran dan fungsi tenaga kesehatan dalam membantu
orang tua dan guru untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
penyandang disabilitas di SLB.
3) Meningkatnya cakupan pembinaan UKS di SLB
4) Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
SLB pada Puskesmas
4. Sasaran :
a. Pimpinan Puskesmas
b. Dokter Puskesmas
c. Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
6. Pelaksanaan :
a. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
(Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)
c. Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan petugas
puskesmas pembantu
d. Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmas dan terbentuknya Tim Advokasi,
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
b. Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Anak Disabilitas di SLB pada Puskesmas
c. SK Tim Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB pada Puskesmas
d. Dokumentasi kegiatan
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kerjasama antara institusi pendidikan sekolah luar biasa,
lembaga, organisasi dan sektor swasta dalam upaya meningkatkan
Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB
b. Tujuan Khusus :
1) Mempersamakan persepsi tentang Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas bukan hanya tugas dan tanggung jawab bidang kesehatan
namun tanggung jawab dan dedikasi semua instansi terkait dan elemen
masyarakat terhadap peningkatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi
Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas di SLB, dan diharapkan dari
sosialisasi dapat terbentuk Tim Pelayanan Kesehatan Anak Disabilitas
4. Sasaran :
a. Camat
b. Lurah / Kades
c. Dinas Pendidikan Cabang
d. Pengelola SLB/kepala sekolah/guru SLB
e. Pemangku kepentingan (stakeholders) pelayanan terkait penyandang
disabilitas baik pemerintah maupuh swasta
f. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
6. Pelaksanaan :
a. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Anak
Disabilitas di SLB diawali dengan laporan kegiatan Pimpinan Puskesmas
tentang rencana Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di tingkat Kecamatan/Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB (Tempat
dan waktu pelaksanaan dilakukan di Puskesmas /Kecamatan/ Kelurahan/
Desa, materi, pendanaan dan undangan)
c. Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
7. Lingkup Kegiatan :
a. Adanya data tentang Penyandang Disabilitas di SLB untuk bahan
pelaksanaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang kerjasama
lintas sektor dalam mendukung kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi Pelayanan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di
SLB
c. Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh stakeholder
setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
8. Teknis Pelaksanaan
a. Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas di SLB:
1) Pengelolaan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB, melakukan identifikasi dan
pendataan tentang kesehatan reproduksi yang terkait dengan aktifitas,
domisili, usia, dan informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala
puskesmas
2) Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
dengan melakukan rekapitulasi tentang hasil pendataan sasaran dari
semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
3) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, mempersiapkan tempat, konsumsi, dan
keperluan administrasi lainnya)
4) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerja samaSLB
dengan puskesmas dengan terlebih dahulu menampilkan data sasaran
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas, data cakupan, data
kesakitan dan kematian data sasaran serta menyampaikan fenomena
permasalahan yang ada
5) Diakhir pertemuan disampaikan rencana tindak lanjut dari kegiatan
sosialisasi akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya tentang adanya
kesepakatan yang akan ditandatangani oleh kedua belah pihak
9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Jadwal Kegiatan
c. Daftar Hadir peserta
d. Materi
e. Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
f. Dokumentasi kegiatan
g. Terbentuknya Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
2. Pengertian
a. Disabilitas, merupakan kondisi yang menjelaskan hasil dari interaksi antara
individu-individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mental/intelektual dengan sikap dan lingkungan yang menjadi penghambat
kemampuan mereka berpartisipasi di masyarakat secara penuh dan sama
dengan orang-orang lainnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan status kesehatan dan mengurangi tingkat ketergantungan
anak penyandang cacat/disabilitas di SLB
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas di SLB,
tenaga yang dimaksud meliputi dokter, perawat, bidan, psikolog anak,
terapis wicara, psioterapi, okupasi terapis, ahli gizi.
2) Meningkatkan akses anak penyandang cacat/disabilitas di SLB
terhadap sarana pelayanan kesehatan di puskesmas
3) Meningkatnya kemudahan Pelayanan Kesehatan Penyandang
Disabilitas di Puskesmas melalui kegiatan UKS di SLB
4. Sasaran
a. Tenaga Kesehatan di puskesmas dan di puskesmas pembantu
b. Anak penyandang disabilitas di SLB
c. Komite sekolah
d. Keluarga / orang tua anak disabilitas
e. Tim Pelaksana UKS
f. Organisasi social peduli disabilitas
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
6. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui laporan kegiatan
pengelola/petugas terkait penyandang disabilitas di Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas.
b. Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
menyiapkan tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan
c. Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan petugas
puskesmas pembantu
d. Memperoleh kesepakatan bersama lintas program untuk melaksanakan
Pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan pendekatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan terbentuknya Tim Pelayanan
kesehatan anak dengan disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)
e. Membuat rencana tindak lanjut untuk Pelayanan kesehatan anak dengan
disabilitas di SLB dengan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
f. Kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan berkala di SLB juga dapat dilakukan
bersama dengan jadwal kegiatan Penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah
di SD, SMP dan SMA
7. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
b. Daftar hadir kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
c. SK Tim Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas di SLB
d. Dokumentasi kegiatan
2. Pengertian :
Tindak lanjut dan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
merupakan kegiatan keberlanjutan dari hasil pelayanan kesehatan dipuskesmas
mampu tatalaksana anak dengan disabilitas dengan melakukan rujukan menuju
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mampu dalam penanganan kasusnya
serta rujukan ke lintas sektor terkait..
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas, cakupan dan efisiensi pelayanan rujukan pada
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
Pelaksanaan rujukan Anak dengan Disabilitas di SLB
2) Peningkatan kualitas pelayanan dalam sistem rujukan berjenjang
internal dari fasilitas kesehatan dasar ke fasilitas kesehatan maupun
rujukan, maupun rujukan berjenjang eksternal dari fasilitas kesehatan
dasar ke lintas sektor lain seperti panti rehabilitasi, dinas sosial, SLB,
P2TP2A, BPBP2A Akupasi terapi, dan lain yang menangani anak
dengan disabilitas (Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Yayasan
sayap ibu, Pusat Studi dan Informasi Kecacatan Indonesia (PSIKI),
Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK).
3) Meningkatkan kapasitas dan peran rumah sakit rujukan dan
instansi/lintas sektor terkait dalam penanganan Pelaksanaan rujukan
Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB melalui UKS
4. Sasaran :
a. Keluarga terutama orang tua/wali yang mempunyai Anak dengan
Disabilitas
b. Anak dengan disabilitas
6. Pelaksanaan
a. Melakukan mapping anak dengan disabilitas yang ada diwilayah kerjanya
Dalam melakukan pemetaan diharapkan bisa membuat analisa Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas diwilayah kerja puskesmas.
b. Melakukan validasi data anak dengan disabilitas dan cakupan :
Sasaran yang sudah terdata divalidasi kedalam data Pelayanan Kesehatan
Anak dengan Disabilitas di SLB serta melakukan pemantauan cakupan
yang dicapai. Berdasarkan data Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB juga untuk dilakukan kunjungan rumah Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas
c. Melakukan rujukan segera maupun rujukan terencana :
Dalam pelaksanaan rujukan agar bisa dipersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan selama proses rujukan yaitu alat transportasi, surat rujukan dan
administrasi lainnya (KTP remaja/surat keterangan RT, KK, surat jaminan,
dll), obat-obatan, peralatan dan pendampingan saat rujukan berlangsung.
Perlu diingat bahwa sebelum rujukan dilaksanakan, khususnya bagi rujukan
yang bersifat “segera” agar bisa menghubungi rumah sakit tujuan rujukan
untuk persiapan penanganan pasien
d. Memantau, mengevaluasi hasil rujukan :
Setelah dilakukannya rujukan, bukan berarti tugas sudah selesai.Karena
pasca rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB masih
harus terus dipantau bagaimana perkembangan kesehatannya.Pemantauan
bisa dilakukan melalui layanan pesan singkat (sms), telephone, dan
sebagainya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Semua hasil pemantauan dan pelayanan dicatat kedalam register Pelayanan
Kesehatan Anak dengan Disabilitas di SLB dan dibuat dalam pelaporan
bulanan yaitu laporan bulanan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB dan laporan rujukan Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas di SLB
2. Pengertian :
Penjaringan dan pemeriksaan berkala anak sekolah adalah serangkaian kegiatan
pemeriksaan kesehatan murid disekolah guna mencegah kesakitan dan
mendeteksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi pada anak sekolah, serta
melakukan tindak lanjut setelah pelaksanaan penjaringan anak sekolah.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan anak berkebutuhan khusususia 10 sampai
19 tahun atau anak usia sekolah luar biasa sebagai upaya aagar anak
berkebutuhan khusus mendapatkan haknya sebagai anak indonesi
b. Tujuan Khusus :
1) Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
2) Tersedianya data/informasi utk menilai perkembangan peserta didik :
a) Pertimbangan menyusun program
b) Pembinaan kesehatan sekolah
3) Termanfaatkannya data utk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan &
evaluasi program pembinaan peserta didik
4. Sasaran :
a. Peserta didik di Kelas 1 SD/MI SLB
b. Peserta didik di Kelas 1 SLTP/MTs SLB
c. Peserta didik di Kelas 1 SMU/SMK/MA SLB
6. Pelaksanaan :
a. Pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan dg unsur TP UKS lainnya &
Kepala Sekolah Luar Biasa serta unsur lain yg dipandang perlu (rencana
kerja penjaringan kesehatan : jadwal, tenaga pelaksana, kegiatan
pelaksanaan, pencatatan & pelaporan hasil penjaringan kesehatan menurut
sekolah sasaran
b. Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik,
laboratorium, penyimpangan mental emosional serta kesegaran jasmani.
c. Rangkaian pemeriksaan seharusnya dilaksanakan seluruhnya, namun dlm
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan & kondisi wilayah
setempat
d. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah dasar SLB :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi dan mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
5) Pemeriksaan laboratorik
6) Pengukuran kebugaran jasmani
7) Deteksi dini penyimpangan mental emosional
e. Rangkaian kegiatan penjaringan kesehatan sekolah lanjutan:
1) Pengisian kuesioner sesuai dengan kemampuan anak
2) Keadaan kesehatan umum
3) Riwayat kesehatan
4) Informasi kesehatan keluarga
5) Riwayat imunisasi
6) Gaya hidup
7) Kesehatan intelegensia
8) Kesehatan mental remaja
9) Kesehatan reproduksi
10) Bahan edukasi dan konseling
f. Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan keadaan umum
2) Penilaian status gizi
3) Pemeriksaan gigi dan mulut
4) Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
6) Pengukuran kebugaran jasmani
7) Pemeriksaan laboratorik :
8) Pemeriksaan Hb
9) Pemeriksaan feses/tinja
8. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan rencana kegiatan Penjaringan anak pra sekolah dan
anak sekolah SDLB, SMPLB dan SMULB
b. Narasi laporan hasil kegiatan Penjaringan anak pra sekolah luar biasa, anak
sekolahSDLB, SMPLB dan SMULB
b. Rekapitulasi data hasil Penjaringan anak prasekolah luar biasa, SDLB,
SMPLB dan SMULB
c. Berkas/formulir Penjaringan anak prasekolah luar biasa, SDLB, SMPLB
dan SMULB
d. Dokumentasi kegiatan
b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Puskesmas mampu tatalaksana SN-PKPR adalah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan remaja memenuhi kriteria yaitu memiliki
tenaga Kesehatan terlatih pelayanan Kesehatan peduli remaja, memiliki
Pedoman Kesehatan Remaja, dan melakukan pelayanan konseling pada
remaja.
5). Indikator Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja.
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
usia sekolah dan remaja adalah :
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mempersiapkan remaja sehat menuju kehidupan dewasa sebagai
generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas untuk
menyongsong pembangunan nasional, melalui kegiatan Posyandu
Remaja.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan/pemahaman dan peran lintas program
di Puskesmas dalam kegiatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) di luar gedung khususnya kegiatan pembinaan Posyandu
Remaja.
b) Meningkatkan kerjasama lintas program dalam mengatasi kasus-
kasus remaja di masyarakat, melalui kegiatan Tim PKPR tingkat
Puskesmas
c) Melibatkan lintas program di Puskesmas dalam seleksi calon-calon
konselor sebaya di luar sekolah (kader Posyandu Remaja).
d) Seluruh petugas puskesmas yang melayani kunjungan umum
remaja yaitu ruang KIA, Ruang Gizi, Ruang Balai Pengobatan,
Ruang Gizi, untuk melakukan konseling sederhana masalah
kesehatan remaja dan rujukan dari Posyandu Remaja.
e) Sosialisasi dilakukan minimal setahun 1 (satu) kali atau lebih
sesuai kebutuhan, dilakukan bila belum ada klinik remaja (dalam
gedung puskesmas) dan kelas remaja/Posyandu Remaja (diluar
gedung puskesmas), serta diharapkan keaktifan Tim PKPR yang
ada di puskesmas.
d. Sasaran :
1) Pimpinan Puskesmas
2) Dokter Puskesmas
3) Pengelola Program KIA/KB, UKS, Gizi, Promkes, P2PL, Kesehatan
Jiwa dan SIMPUS
4) Seluruh Petugas Puskesmas dan Petugas Pembantu
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu Remaja di
Tingkat Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola
program PKPR tentang Posyandu Remaja kepada Pimpinan
Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Advokasi dan sosialiasi di
tingkat Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan) tentang Posyandu Remaja
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim POsyandu Remaja di Tingkat Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim Posyandu Remaja Tingkat
Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk pembentukan Tim POKJA
Posyandu Remaja di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
6) Indikator :
Sebagai perangkat untuk jaminan mutu pelayanan remaja, diperlukan
suatu indikator, dalam hal ini adalah indikator outcome sebagai berikut:
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
Posyandu Remaja di Tingkat Puskesmas.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Dokumentasi kegiatan
7) Terbentuknya Tim POKJA Posyandu Remaja Puskesmas (SK
Puskesmas dan struktur)
8) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu
Remaja
9) Hasil mapping, survey mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat
desa (MMD) terkait Posyandu Remaja tingkat Puskesmas
b. Pengertian :
1) PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komperhensif
dalam memenuhi kebutuhan remaja.
2) Advokasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan penentu kebijakan dan unsur terkait dan
dilakukan dengan memanfaatkan data/informasi yang ada.
3) Sosialisasi adalah pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait
untuk menyamakan persepsi pendekatan PKPR, melalui kriteria
peserta, kriteria puskesmas / tempat yang terpilih, dan kriteria
Puskesmas PKPR
4) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar
berbagai pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta
serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kesehatan remaja di wilayahnya
5) Posyandu Remaja
Posyandu Remaja atau Pos Pelayanan Terpadu Remaja adalah sebuah
wadah Pos Kesehatan Remaja yang memfasilitasi dalam memahami
seluk beluk remaja selama masa puber yang ditujukkan pada remaja
pada umumnya. Posyandu remaja merupakan salah satu kegiatan
upaya kesehatan berbasis kesehatan masyarakat (UKBM) khusunya
remaja, untuk memantau dan melibatkan remaja demi peningkatan
kesehatan dan keterampilan hidup sehat secara berkesinambungan.
12) Tugas dan tanggung jawab para pelaksana serta integrasi kegiatan
Tugas dan tanggung jawab kader posyandu, petugas puskesmas, Stake
holder, instansi terkait, Tim penggerak PKK, tokoh masyarakat,
organisasi masyarakat, pihak swasta dan dunia usaha telah di tetapkan
disaat pembentukan posyandu remaja. Integrasi program POsbindu
PTM untuk remaja usia 15-19 tahun diberikan juga kegiatan pelayanan
posyandu remaja seperti konseling emnggunakan anamneses
HEEADSSS, pemberian tablet Fe, KIE dan pengembangan
keterampilan. Integrasi dengan kelompok kader kesehatan remaja
(KRR) seperti karang taruna, kelompok PIK remaja, saka bhakti
husada, kelompok keagamaan.
13) Pembiayaan Posyandu remaja melalui sumber dana APBN, APBD,
Anggaran dana desa, dan sumber lainyang tidak mengikat untuk
dipergunakan untuk pembinaan peningkatan petugas kesehatan dan
kader posyandu remaja. Biaya oprasional kesekretariatan Pokja
Posyandu remaja, biaya oprasionalpembinaan, supervise dan
bimbingan teknis serta biaya oprasional kader posyandu remaja.
14) Kegiatan Utama yang harus ada di posyandu remaja :
Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), Kesehatan Reproduksi,
masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA,
Gizi, aktifitas fisik, Penyakit tidak menulat (PTM), Pencegahan
keserasan pada remaja, penyuluhan lainnyaterkait isu kesehatan
lainnya misalnya keselakaan lalu lintas, penyakit menulat yang sedang
terjadi dimasyarakat.
15) Kegiatan pengembangan atau tambahan dilakukan bila 8 kegiatan
utama telah dilaksanakan dengan baik dan tersedia sumber daya dan
dana yang mendukung. Kegiatan pengembangan antara lain Bina
Keluarga remaja, pemilihan duta kesehatan remaja, kampanye
kesehatan diluar kegiatan rutin posyandu remaja, pelatihan
kewirausahaan, perayaan hari besar nasional, peningkatan kerjasama
dengan dunia usaha.
16) Pencatatan dan pelaporan. Dapat menggunakan format baku sesuai
system informasi posyandu (SIP) atau Sistem informasi manajemen
(SIM) yaitu Register data remaja yang terdaftar di posyandu remaja,
buku pemantauan kesehatan remaja, buku catatan kegiatan pertemuan
Posyandu remaja, buku catatan konseling, buku pengelolaan keuangan,
buku inventaris sarana dan media KIE, dan pencatatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan. Pelaporan kegiatan posyandu remaja dilaporkan ke
desa/kelurahan dan kepada pengelola program.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan kemitraan antara institusi, lembaga, organisasi dan
sektor swasta dalam upaya meningkatkan kesehatan remaja/Posyandu
Remaja
2) Tujuan Khusus :
Mempersamakan persepsi tentang Posyandu Remaja bukan hanya
tugas dan tanggung jawab bidang kesehatan namun tanggung jawab
dan dedikasi semua instansi terkait dan elemen masyarakat terhadap
peningkatan kualitas kesehatan remaja, dan diharapkan dari sosialisasi
dapat terbentuk Tim POKJA Posyandu Remaja di tingkat kecamatan
dan kelurahan/desa. Sosialisasi dilaksanakan setahun 1 kali atau lebih
sesuai dengan kebutuhan.
a) Menyampaikan informasi kepada masyarakat, misalnya tentang
masalah kesehatan remaja, hasil survey, identifikasi kebutuhan
remaja serta intervensi yang telah diberikan.
b) Memberdayakan semua pihak terkait agar dapat melakukan
diseminasi informasi tentang kesehatan remaja.
c) Memberdayakan orang tua, guru, lintas sector dan masyarakat agar
dapat memberikan informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan
remaja kepada anak remajanya terkait Posyandu Remaja.
d. Sasaran :
1) Camat
2) Lurah / Kades
3) Dinas terkait yang ada di wilayah Kecamatan
4) Guru, remaja, organisasi remaja, konselor sebaya/kader remaja
5) KUA
6) Polsek
7) Danramil
8) PKK
9) LSM/Swasta/Toma/Toga/CSR
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN.
g. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu Remaja di
Tingkat Kecamatan dan Kelurahan diawali dengan laporan kegiatan
Pimpinan Puskesmas tentang rencana pembentukan Tim POKJA
Posyandu Remaja di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
h. Lingkup Kegiatan :
1) Advokasi dan Sosialisasi tentang pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
Posyandu Remaja di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang kerjasama
lintassektor dalam mendukung kegiatan Posyandu Remaja di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
i. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Advokasi dan sosialisasi Posyandu Remaja tingkat
Kecamatan/ Kelurahan :
a) Pengelola program Remaja melakukan identifikasi dan pendataan
tentang remaja yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Remaja melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
mempersiapkan tempat, konsumsi, dan keperluan administrasi
lainnya)
d) Memberikan undangan kepada pihak kecamatan, kelurahan/desa,
ketua RW/RT, LSM, dasawisma, kader kesehatan, PKK, tokoh
masyarakat, Dinas pendidikan cabang, Kepala Sekolah, Polsek,
Babinsa lintas sektor lain.
e) Menyampaikan sosialisasi tentang bentuk kegiatan kerjas sama
lintas sektor dengan puskesmas dengan terlebih dahulu
menampilkan data remaja, data cakupan remaja, data kesakitan dan
kematian remaja serta menyampaikan fenomena permasalahan yang
ada
j. Pertanggungjawaban :
1) Narasi Kerangka Acuan Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan
Posyandu Remaja di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
2) Jadwal Kegiatan
3) Daftar Hadir peserta
4) Materi
5) Kesepakatan dalam kegiatan (MOU, Notulen)
6) Struktur Posyandu remaja, Alur Kegiatan, SK Tim Pengurus Posyandu
remaja
7) Dokumentasi kegiatan
8) Terbentuknya Tim POKJA Posyandu Remaja Kecamatan dan
Kelurahan (SK Camat dan struktur)
9) Narasi laporan kegiatan Advokasi dan sosialisasi kegiatan Posyandu
Remaja tingkat kecamatan dan kelurahan
b. Pengertian :
1) Konselor adalah orang-orang yang dilatih membantu memahami
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan mampu membuat
orang lain tersebut mengambil keputusan atas permasalahannya.
2) Konselor untuk Remaja / Peer Counselor adalah konselor yang
memberikan konseling kepada seorang klien remaja atau kelompok
remaja yang membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan
memecahkan masalahnya.
3) Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu di antara
pihak-pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan, kemampuan
berfungsi dan menghadapi hidup dengan lebih baik.
4) Konseling kesehatan remaja adalah konseling yang diberikan oleh
konselor kepada seorang klien remaja atau kelompok remaja yang
membutuhkan teman bicara untuk mengenali dan memecahkan
masalahnya.
5) Jejaring kesehatan remaja adalah suatu jejaring kerjasama antar berbagai
pihak yang meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta serta mitra
potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kesehatan remaja di wilayahnya
2) Tujuan Khusus :
a) Melibatkan remaja dalam upaya intervensi terkait remaja untuk
hidup sehat.
b) Meningkatkan kepedulian antara teman sebaya terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada remaja dilingkungannya.
c) Memantau kesehatan remaja secara berkala
d) Mengedukasi remaja untuk hidup sehat
e) Menurunkan angka pernikahan dini dan masalah remaja lainnya
f) Membekali remaja untuk mempersiapkan masa depannya melalui
generasi berencana yang kreatif dan berwawasan luas
d. Sasaran :
Kader posyandu remaja yaitu berusia 10-19 tahun
f. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, Anggaran
Desa/Kelurahan, pendanaan masyarakat
i. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Pembentukan dan Pelatihan kader posyandu remaja diawali
dengan kegiatan tindak lanjut dari Tim PKPR Kecamatan dan
Kelurahan dalam kegiatan seleksi calon kader posyandu remaja.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembentukan dan Pelatihan kader
posyandu remaja (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan
dan undangan)
3) Mengundang calon-calon kader posyandu remaja yang telah lulus
seleksi
4) Memperoleh hasil seleksi calon kader posyandu remaja oleh
Puskesmas untuk di ikut sertakan dalam kegiatan Pembentukan dan
Pelatihan kader posyandu remaja
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan dan up date ilmu terbatu tentang
kesehatan bagi kader remaja dan peserta di posyandu remaja
b) Meningkatkan pelayanan kader posyandu remaja terhadap peserta
posyandu remaja melalui pelaporan kegiatan posyandu remaja.
c) Melibatkan peran aktif kader posyandu remaja untuk kegiatan-
kegiatan yang menunjang meningkatnya pelayanan kesehatan
seperti melakukan rujukan ke puskesmas, melakukan konseling
individu dan konseling kelompok dimasyarakat, ikut serta dalam
event-event kegiatan remaja, membuat jejaring terkait Posyandu
remaja
d. Sasaran :
1) Ketua POKJA dan Ketua Posyandu Remaja
2) Kader Posyandu Remaja yang telah dilatih
3) Peserta Posyandu Remaja Usia 10-19 tahun
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, ABD, anggaran
kesehatan di desa/kelurahan, CSR.
f. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Kegiatan Pembinaan Posyandu Remaja diawali dengan kegiatan
tindak lanjut dari kegiatan pembentukan dan pelatihan kader posyandu
remaja.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan Pembinaan Posyandu remaja (Tempat
dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan undangan)
h. Pertanggungjawaban :
1) Narasi kerangka acuan kegiatan Pembinaan Posyandu remaja
2) Jadwal kegiatan
3) Daftar / biodata kader posyandu remaja.
4) Daftar hadir kader dan peserta posyandu remaja
5) Narasi laporan kegiatan Pembinaan Posyandu Remaja
6) Lampiran laporan kegiatan Posyandu remaja
7) Dokumentasi kegiatan
8) SPJ Perjalanan Dinas Petugas
b. Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan lokasi kegiatan diluar posyandu remaja yang melibatkan
remaja, misal pelatihan wirausaha, keagamaan, study wisata atau kegiatan
KIE secara Outbond/luar ruangan, di mall, café dan lokasi-lokasi yang
disukai remaja.
2) Meningkatkan penyadaran besaran masalah kesehatan remaja dan urgensi
penanganan dengan cara menyajikan data kepada masyarakat secara terus
menerus melalui media cetak/elektronik, diskusi, seminar daln lain-lain
3) Mengembangkan inovasi kegiatan dengan memanfaatkan sarana
komunikasi atau teknologi yang ada, misalnya pelayanan konseling
melalui hot-line service/SMS atau pemberian informasi melalui website
dan media elektronik seperti radio, televisi.
4) Mencari masukkan, usulan dan ide dari remaja untuk perbaikan dan
peningkatan posyandu remaja dan untuk inisiasi program inovatif, dengan
mengadakan pertemuan berkala dengan kader posyandu remaja, tentang
berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan remaja, melalui
pembinaan kader posyandu remaja yang dilakukan oleh petugas program
remaja berintegrasi dengan lintas program dan pihak terkait. Juga dapat
melalui forum diskusi, seminar, lokakarya dan lain-lain.
5) Bekerjasama dengan remaja melakukan kampanye kesehatan remaja
misalnya tentang menjauhi seks bebas/seks pranikah, narkoba, pada
kesempatan khusus.
6) Mengembangkan kegiatan dalam pengembangan kegiatan posyandu
remaja misalnya mengadakan kegiatan Bank Sampah, mengelola tanaman
obat keluarga, kebun, peternakan, perikanan, dan ekonomi kreatif lainnya
3. Sasaran :
a. Remaja disekolah umur 10-19 tahun
b. Remaja putus sekolah umur 10-19 tahun
c. Remaja yang mengikuti organisasi remaja yang ada dilingkungan posyandu
remaja
4. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana APBD, APBN, ABD, anggaran kesehatan
di desa/kelurahan, CSR.
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi kerangka acuan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja
b. Jadwal kegiatan
c. Daftar peserta Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja.
d. Narasi laporan kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
e. Lampiran laporan hasil kegiatan Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu
Remaja
f. Format Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
g. Dokumentasi kegiatan
h. SPJ Perjalanan Dinas Pengembangan Inovasi Kegiatan Posyandu Remaja
b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu
atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
3) Alur pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin :
a) Catin mengisi formulir persyaratan nikah (Model N1 sampai
dengan N4 dan formulir lainnya yang diperlukan) dri
kelurahan/desa tempat tinggal catin.
b) Catin datang ke KUA atau lembaga agama lainnya untuk
mengurus pernikahannya.
c) Catin membawa surat pengantar yang diperoleh dari KUA atau
lembaga lainnya ke Puskesmas untuk mendapatkan surat
keterangan kesehatan termasuk status imunisasi.
d) Difasilitas kesehatan (Puskesmas dan RS), petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi anamneses,
pemeriksaan fisik, skrining dan pelayanan imunisasi Td,
pemeriksaan laboratorium, KIE dan konseling, pengobatan dan
rujukan bila diperlukan.
e) Catin kembali ke KUA atau lembaga agama lainnya dengan
membawa surat keterangan kesehatan termasuk imunisasi TT.
f) Setelah catin melakukan pernikahan, KUA akan mencatatkan
pernikaha pasangan pengantin yang telah meyerahkan formulir
yang telah dipersiapkan.
4) Pemeriksaan kesehatan calon pengantin perlu dilakukan untuk
menetukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan dengan sehat dan aman. Pemeriksaan yang
diperlukan catin :
a) Anamenese (wawancara oleh tenaga kesehatan : riwayat penyakit,
kesehatan jiwa dan riwayat kesehatan keluarga)
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskemas
dengan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin di
Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan pengelola program terkait
catin tentang Sosialisasi Lintas Program Puskesmas terkait pelayanan
catin di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
3) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Puskemas pelayanan kesehatan reproduksi catin di Puskesmas
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas Program di
Puskesmas di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
g. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Lintas Program Kesehatan
reproduksi di Puskesmas
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Lintas Program Kesehatan reproduksi
di Puskesmas
3) SK Tim Sosialisasi Lintas Program Kesehatan reproduksi di Puskesmas
4) Materi sosialisasi
5) Dokumentasi kegiatan
6) Administrasi terkait lainnya
b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
3) Alur pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin :
a) Catin mengisi formulir persyaratan nikah (Model N1 sampai
dengan N4 dan formulir lainnya yang diperlukan) dri
kelurahan/desa tempat tinggal catin.
b) Catin datang ke KUA atau lembaga agama lainnya untuk
mengurus pernikahannya.
c) Catin membawa surat pengantar yang diperoleh dari KUA atau
lembaga lainnya ke Puskesmas untuk mendapatkan surat
keterangan kesehatan termasuk status imunisasi.
d) Difasilitas kesehatan (Puskesmas dan RS), petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi anamneses,
pemeriksaan fisik, skrining dan pelayanan imunisasi Td,
pemeriksaan laboratorium, KIE dan konseling, pengobatan dan
rujukan bila diperlukan.
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN) atau dana
CRS
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan sosialisasi Lintas sektor pelayanan kesehatan reproduksi bagi
calon pengantin di wilayah Puskesmas diawali dengan laporan kegiatan
pengelola program terkait catin tentang Sosialisasi Lintas Program
Puskesmas terkait pelayanan catin di Puskesmas kepada Pimpinan
Puskesmas dan stakeholder
2) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Kecamatan/kelurahan/desa (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi,
pendanaan dan undangan)
3) Mengundang stakeholder, instansi terkai, tokoh agama, tokoh
masyarakat dan CSR
4) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor dan terbentuknya Tim
pelayanan kesehatan reproduksi catin di Kecamatan/Kelurahan/desa
(pembagian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Tim Kesehatan
Reproduksi di Kecamatan/ kelurahan/desa).
5) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas sektor di
tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
b. Pengertian
1) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan.
2) Puskesmas Santun Usia lanjut adalah Puskesmas yang melakukan
pelayanan kepada Usia Lanjut yang meliputi aspek promotif dan
preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, yang dilakukan
secara pro-aktif, baik, sopan dan memberikan kemudahan dukungan
bagi usia lanjut.
3) Ciri-ciri Puskesmas Santun Usia Lanjut
g) Pelayanan baik, berkualitas dan sopan
h) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan kepada usia
lanjut
i) Memberikan keringanan/penghapusan biaya yankes bagi usila tak
mampu
j) Memberikan dukungan/bimbingan pada usila dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan.
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai lansia bahagia dan berdaya guna melalui kegiatan puskesmas
santun lansia
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pelayanan puskesmas melalui kegiatan pelayanan
kesehatan lansia
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta petugas puskesmas
melalui kerjasama lintas program dalam pelayanan kesehatan
lanjut usia
c) Meningkatnya kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
6) Kegiatan sosialisasi kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskemas
Santun lansia di Puskesmasdiawali dengan laporan kegiatan pengelola
program Lansia tentang Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia di Puskesmas kepada Pimpinan Puskesmas.
7) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan sosialisasi di tingkat
Puskesmas (Tempat dan waktu pelaksanaan, materi, pendanaan dan
undangan)
8) Mengundang pengelola program terkait, petugas puskesmas dan
petugas puskesmas pembantu
9) Memperoleh kesepakatan bersama lintas program dan terbentuknya
Tim Puskemas Santun lansia di Puskesmas (pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam struktur Tim Program Puskesmas Santun Lansia
di Puskesmas).
10) Membuat rencana tindak lanjut untuk Sosialisasi Lintas Program
Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas di tingkat Kecamatan dan
Kelurahan.
i. Pertanggungjawaban :
1) Narasi laporan kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia
2) Daftar hadir kegiatan Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun
lansia
3) SK Tim Sosialisasi Lintas Program Puskesmas Santun lansia
4) Materi sosialisasi
5) Dokumentasi kegiatan
6) Administrasi terkait lainnya
b. Pengertian
1) Kelompok Usia Lanjut/ Posyandu Lanjut Usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut dimasyarakat dimana proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
2) Pra Usia Lanjut (pra-senilis/virilitas) :
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
3) Usia Lanjut :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
4) Usia Lanjut Risiko Tinggi :
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
5) Usia Lanjut Potensial :
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa
c. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberdayaannya.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya didukung oleh keluarga dan lingkungannya
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan
masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia
c) Meningkatnya peran serta masyarakat seperti lintas sektor untuk
memberikan perhatian dan dukungan terhadap lansia
d) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia,
khususnya aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
curatif dan rehabilitatif
d. Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut terbagi 2, yaitu :
1) Sasaran Langsung :
a) Kelompok pra lanjut usia 45-59 tahun
b) Kelompok lanjut usia 60-69 tahun
c) Kelompok usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun
atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
e. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
f. Pelaksanaan :
1) Kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor Puskemas Santun lansia tingkat
kecamatan / kelurahan
2) Tingkat Kecamatan dan Kelurahan diawali dengan laporan kegiatan
Pimpinan Puskesmas tentang rencana Sosialisasi Lintas Sektor
Puskemas Santun lansia di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan kepada
Stakeholder (Camat).
3) Penyusunan agenda pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor
Puskemas Santun lansia (Tempat dan waktu pelaksanaan dilakukan
diPuskesmas/Kecamatan/Kelurahan/Desa, materi, pendanaan dan
undangan)
4) Mengundang lintas sektor terkait yang ada dimasyarakat
5) Memperoleh kesepakatan bersama lintas sektor
6) Membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan Lintas Sektor bagi
Lanjut Usia
g. Lingkup Kegiatan :
1) Sosialisasi Lintas Sektor Puskemas Santun lansia tentang pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan lansia di Kecamatan/Kelurahan
2) Penandatanganan Kerjasama/kesepakatan yang berisi tentang
kerjasama lintas sektor dalam mendukung kegiatan lansia di
Kecamatan/Kelurahan
3) Keberlangsungan kegiatan kemitraan yang selalu dipantau oleh
stakeholder setempat, instansi terkait dan oleh puskesmas
h. Teknis Pelaksanaan
1) Kegiatan Sosialisasi Lintas Sektor Puskesmas Santun lansia tingkat
Kecamatan/Kelurahan :
a) Pengelola program Lansia melakukan identifikasi dan pendataan
tentang lansia yang terkait dengan aktifitas, domisili, usia, dan
informasi lainnya, lalu melaporkan kepada kepala puskesmas
b) Pengelola program Lansia melakukan rekapitulasi tentang hasil
pendataan dari semua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas
c) Menyusun perencanaan waktu sosialisasi, melakukan persiapan
(pembuatan undangan, membuat leaflet/selebaran/informasi yang
berisi tentang adanya regulasi terkait dengan kemitraan,
2. Pengertian
a. Kelompok Usia Lanjut/ Posyandu Lanjut Usia :
Suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut dimasyarakat dimana proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan
pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
b. Pra Usia Lanjut (pra-senilis/virilitas) :
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
c. Usia Lanjut :
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
d. Usia Lanjut Risiko Tinggi :
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
e. Usia Lanjut Potensial :
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa
f. Usia Lanjut Tidak Potensial :
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
g. Kartu Menuju Sehat (KMS) :
Adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik
fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS adalah untuk memantau
dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan di kelompok
usia lanjut (posyandu) atau puskesmas.
4. Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut terbagi 2, yaitu :
a. Sasaran Langsung :
1) Kelompok pra lanjut usia 45-59 tahun
2) Kelompok lanjut usia 60-69 tahun
3) Kelompok usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
5. Sumber Dana :
Kegiatan dengan menggunakan dana DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN)
6. Pelaksanaan :
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lanjut usia secara umum mencakup
kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, curatif dan
rehabilitatif, yaitu :
a. Kegiatan Promotif :
bertujuan meningkatkan gairah hidup para lanjut usia agar merasa tetap
dihargai dan tetap berguna
Penghitungan :
A
CB= x 100 %
BxC
A
CL= x 100 %
B
CL : Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana ( urine dan darah / HB )
A : Jumlah usila yang telah diperiksa urine dan darah / HB minimal 1 kali
dalam setahun
B : Jumlah anggota kelompok
c. Purnama :
Kelompok yang sudah mantap dalam melaksanakan kegiatan secara
lengkap paling sedikit 10 kali dalam setahun, dengan beberapa kegiatan
tambahan diluar kesehatan, cakupan > tinggi (≥ 60 %)
d. Mandiri :
Kelompok purnama dengan kegiatan tambahan yang beragam, mampu
membiayai kegiatan dengan dana sendiri
9. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelayanan di posyandu lansia
b. Rekapitulasi puskesmas pelayanan posyandu lansia
c. Hasil pelayanan posyandu lansia by name per-posyandu
d. Absensi lansia per-posyandu
d. Dokumentasi kegiatan
2. Tujuan
a. Umum :
Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care) bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia agar Mandiri Produktif Berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat.
b. Khusus :
1) Meningkatkan akses masyarakat lansia untuk mendapatkan pelayanan
yang berkualitas (Penguatan sistem kesehatan untuk mendukung
“Active and Healthy Ageing”) Mempermudah akses lansia untuk
mendapatkan pelayanan lansia berkualitas
2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam menangani perawatan lansia
bermasalah dengan melakukan pendekatan keluarga
3) Mengingatkan dan memotivasi lansia, orang tua/keluarga tentang
kesehatan lansia dan masalah-masalah yang dihadapi lansia
4) Meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam
peningkatan kesehatan lansia
3. Sasaran :
a. Lansia bermasalah yang memerlukan perawatan di rumah (penderita
penyakit degeneratif seperti stroke, penurunan fungsi indera, luka diabetes
dan lain-lain)
b. Lansia yang tercatat sebagai lansia berisiko (penderita penyakit kronis
seperti hipertensi kronis, DM, jantung dan lain-lain)
c. Lansia yang membutuhkan pengawasan (lansia dengan masalah psikologis,
pikun dan lain-lain)
5. Pelaksanaan :
a. Melakukan identifikasi lansia diwilayah masing-masing
b. Melakukan penelusuran data lansia yang memerlukan home care. Mapping
dilakukan oleh petugas berdasarkan data yang terkumpul dari petugas
pusban/polindes, kader, tokoh masyarakat dan agama serta data yang
didapatkan dari desa/kelurahan.
c. Membuat jadwal petugas yang akan melakukan kunjungan rumah.
1) Jadwal dibuat dalam bentuk tim. Tim terdiri dari bidan, perawat dan
atau dokter puskesmas.
2) Setiap tim berangkat ke desa/kelurahan melakukan home care sesuai
dengan hasil mapping yang sudah dibuat oleh petugas sebelumnya.
d. Persiapan untuk melakukan kunjungan rumah :
1) Menghubungi nomor telepon keluarga (jika tersedia)
2) Mempersiapkan alat dan bahan :
a) Buku kesehatan/konseling lansia
b) Form home visit lansia
c) Tensimeter
d) Stetoskop
e) Surat rujukan
e. Melakukan kunjungan rumah tingkat desa/kelurahan untuk :
1) Memberikan pelayanan lansia sesuai standar
2) Perawatan/konseling lansia sesuai dengan masalah dan kebutuhan
lansia, melakukan feed back hasil konseling, memberikan paraf, nama
pemeriksa dan tanggal
3) Motivasi lansia agar lebih semangat menjalani kehidupannya
4) Memberdayakan keluarga agar mampu merawat lansia melalui
pembelajaran dan praktek bersama cara merawat lansia terkait
kebutuhan dasar/fisiologis sehari-hari.
5) Membangun komunikasi persuasif dengan keluarga dan masyarakat
lingkungan lansia untuk peningkatan partisipasi aktif unsur masyarakat
dalam peningkatan kesehatan lansia
6) Melakukan rujukan jika diperlukan
f. Mencatat semua anamnese dan hasil pemeriksaan kedalam form home visit
dan ditanda tangani oleh lansia/keluarga
g. Mencatat semua informasi dan hasil pemeriksaan kedalam format
perawatan/konseling lansia
7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a. Narasi laporan kegiatan kunjungan rumah
b. SK tim tenaga home care
c. Rekapitulasi lansia yang diberikan pelayanan home visit
d. Form home visit yang ditandatangani oleh lansia/keluarga
e. Fc lembar perawatan/konselinglansia
f. Dokumentasi kegiatan
2. Pengertian :
a. Lanjut usia adalah :
Seseorang yang telah mencapai usia usia 60 tahun keatas
b. Pasien Geriatri adalah :
pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
c. Sindrom geriatri adalah :
Kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang
pasien geriatri. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14-i yaitu :
1) Berkurangnya kemampuan bergerak (immobilisasi);
2) Jatuh dan patah tulang (instabilitaspostural);
3) Mengompol (inkontinensia urine);
4) Infeksi (infection);
5) Gangguan fungsi panca indera (impairment of senses);
6) Gangguan gizi (inanition);
7) Masalah akibat tindakan medis (iatrogenik);
8) Gangguan tidur (insomnia);
9) Gangguan fungsi kognitif (intelectual impairment);
10) Isolasi/menarik diri (isolation);
11) Berkurangnya kemampuan keuangan (impecunity);
12) Konstipasi (impaction);
13) Gangguan sistem imun (immune deficiency);
14) Gangguan fungsi seksual (impotence)
d. Skrining atau penapisan adalah proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan
pada popolasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit
yang akan dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran
pencegahan dan diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk risiko tinggi
e. Skrining pada usia lanjut adalah identifikasi dugaan penyakit atau kelainan
yang belum dikenali pada usia lanjut dengan menerapkan pengujian,
pemeriksaan atau dengan prosedur lain yang dapat diterapkan secara cepat.
f. Tempat pelayanan skrining kesehatan meliputi: Puskesmas dan jaringannya,
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia.
g. Tenaga pelaksana skrining meliputi: Dokter, Bidan, Perawat, Nutrisionis,
kader Posyandu Lansia atau Posbindu
f. Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
2) Pengukuran tekanan darah
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus yang ditemukan pada usia lanjut
b. Tujuan Khusus :
1) Deteksi dini dan kelainan dan atau penyakit kronis / degeneratif pada
usia lanjut.
2) Penanganan dan tindak lanjut bagi usia lanjut yang terdiagnosis
memiliki kelainan dan atau penyakit termasuk rujukan ke fasilitas yang
lebih tinggi
4. Sasaran
Usia lanjut 60 tahun ke atas wajib mendapatkan skrining kesehatatan sesuai
standart minimal sekali dalam setahun. Usia lanjut yang ditemukan memiliki
faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara dini dan yang ditemukan
menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang mampu menanganinya.
5. Sumber Dana
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
6. Pelaksanaan
a. Pendataan usia lanjut yang akan dilakukan skrining melalui data yang
dikumpulkan oleh petugas puskesmas/pusban/plindes, kader dan data desa
masing-masing desa/kelurahan
b. Skrining kesehatan usia lanjut
1) Dilaksanakan oleh tim skrining yang bisa terdiri atas bidan, perawat
dan atau dokter umum ke desa/kelurahan.
2) Skrining dilaksanakan tingkat desa/kelurahan sesuai dengan hasil
mapping sasaran skrining yang sudah di data sebelumnya.
3) Pelaksanaan skrining di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan
menggunakan form skrining P3G.
c. Pemberian buku kesehatan usia lanjut
Usia lanjut yang pertama kali kontak atau belum mendapatkan buku
kesehatan, maka diberikan buku kesehatan baru.
7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan skrining
b. SK Tim tenaga skrining
c. Rekapitulasi usia lanjut yang mendapatkan skrining
d. Fc form skrining atau hasil skrining by name
e. Dokumentasi kegiatan
2. Pengertian
Perawatan Jangka Panjang (PJP) menurut definisi WHO (2012) adalah sistem
kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh caregiver informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya 11
mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya,
sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki
kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta
kemanusiaan.
4. Sasaran
Seluruh stakeholder terkait meliputi kepala desa, lurah, camat, kader kesehatan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM dan kelompok peminat kesehatan lansia.
5. Sumber Dana
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
6. Pelaksanaan
a. Perencanaan
1) Identifikasi dan mapping lansia dengan ketergantungan sedang, berat
dan total perdesa/kelurahan.
2) Membuat list daftar undangan sosialisasi Perawatan Jangka Panjang
(PJP) Lansia Tingkat Kecamatan
3) Membuat perencanaan pertemuan sosialisasi (materi, jadwal materi,
rencana kesepakatan, dll)
b. Pelaksanaan Kegiatan
a. Kegiatan sosialisasi dibuka oleh pimpinan puskesmas.
2) Pimpinan puskesmas atau pengelola program menyampaikan materi
Perawatan Jangka Panjang (PJP) meliputi:
a) Latar belakang yang mendasari pentingnya Perawatan Jangka
Panjang (PJP)
b) Pengertian, tujuan dan manfaat Perawatan Jangka Panjang (PJP)
c) Sasaran yang bisa menjadi tenaga caregiver informal
d) Metode pelatihan caregiver informal
3) Diskusi dan tanya jawab
4) Kesepakatan dan Rekomendasi
7. Pertanggungjawaban
Berkas lampiran pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan Sosialisasi Perawatan jangka Panjang
(PJP)
b. Jadwal Materi Kegiatan
c. Materi Kegiatan
2. Pengertian
Caregiver informal lansia adalah tenaga caregiver yang berasal dari keluarga,
tetangga, relawan dan kader yang memberikan bantuan dan pendampingan
kepada lansia (caregiver informal seharusnya mendapat pelatihan dasar PJP)
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melatih tenaga garegiver lansia agar mampu memberikan perawatan jangka
panjang yang optimal kepada lansia yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional, sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya konsep Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
sistem rujukannya
2) Dipahaminya indikasi Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia.
3) Dipahaminya prinsip pelayanan kesehatan dalam Perawatan Jangka
Panjang (PJP) bagi lansia.
4) Caregiver informal mampu memberikan perawatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari
5) Caregiver mampu memberikan penanganan awal pada keadaan bahaya
seperti serangan stroke, luka bakar, jatuh, dll.
6) Caregiver mampu mengenali tanda bahaya yang mengindikasikan
rujukan lansia ke rumah sakit
4. Sasaran
Yang berminat menjadi caregiver informal, meliputi:
a. Kader kesehatan
b. Tetangga
c. Keluarga (anak, suami, istri, ipar, sepupu, saudara, dll)
d. Relawan
6. Pelaksanaan
a. Perencanaan Pelatihan
1) Identifikasi dan mapping lansia dengan ketergantungan sedang, berat
dan total perdesa/kelurahan. Mapping dapat dilakukan oleh petugas
puskesmas/pusban/polindes, kader, petugas desa, toma, dll.
2) Identifikasi calon caregiver informal yang bersedia untuk dilatih untuk
tiap desa/kelurahan.
3) Melakukan advokasi desa/kelurahan/kecamatan untuk support
pelaksanaan pelatihan.
4) Membuat SK tim pelatihan dan SK tim tenaga pelaksana narasumber
pelatihan
5) Mempersiapkan pelatihan; meliputi undangan, materi, daftar materi,
ruang pertemuan, dll.
b. Pelaksanaan
1) Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari sebanyak 17 jam pelajaran (JPL)
2) Pelatihan mengacu pada kurikulum yang sudah ada baik materi dan
waktu pelaksanaannya.
3) Pelatihan disertai dengan praktek dan simulasi perawatan dasar
kebutuhan lansia sehari-hari. Selain itu juga dilengkapi dengan
keterampilan komunikasi dasar bagi caregiver untuk membantu
memahami dan memunuhi kebutuhan sosial, mental emosional lansia
yang dirawat.
4) Setiap selesai sesi materi pelatihan dilengkapi dengan diskusi dan
Tanya jawab.
5) Membentuk group WA caregiver informal untuk tiap desa/kelurahan
sebagai wadah koordinasi pelaporan, informasi dan komunikasi lansia
yang di rawat kepada petugas penanggunjawab
puskesmas/pusban/polindes.
6) Membuat kesepakatan dan rekomendasi hasil pelatihan.
7. Pertanggungjawaban
a. Narasi laporan kegiatan pelatihan caregiver informal oleh puskesmas
b. SK Tim pelaksana pelatihan dan SK tim narasumber pelatihan
c. Materi pelatihan dan jadwal materi pelatihan
d. Notulen dan kesepakatan
e. Absensi peserta pelatihan
f. Dokumentasi kegiatan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pembinaan teknis dan kualitas pelayanan KIA dalam upaya
percepatan pencapaian target SPM dan penurunan AKI dan AKB
b. Tujuan Khusus :
1) Memperjelas kualifikasi, kedudukan, fungsi, ruang lingkup dan
mekanisme kerja bidan
2) Meningkatkan koordinasi antar bidan dan antar program di puskesmas
3) Melakukan evaluasi terhadap target dan pencapaian SPM
4) Mempercepat penyampaian informasi terhadap perubahan dan
perkembangan terkini ilmu kebidanan
5) Melakukan analisis dan pembahasan tindak lanjut permasalahan yang
ada dimasing-masing wilayah kerja
3. Sasaran :
a. Seluruh bidan puskesmas
b. Seluruh bidan puskesmas pembantu, polindes / bidan desa
c. Bidan swasta yang ada diwilayah kerja (BPS)
4. Sumber Dana :
Kegiatan didanai oleh DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Dana Alokasi Khusus (APBN).
5. Pelaksanaan
a. Perencanaan :
1) Identifikasi masalah dan potensi yang ada
2) Analisis masalah
3) Penyusunan rencana kegiatan (pembuatan jadwal, materi, dll)
b. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan dibuka oleh kepala puskesmas
2) Bidan koordinator menyampaikan pembahasan masalah yang akan
dibicarakan dalam pertemuan :
a) Umpan balik PWS-KIA dan SPM (cakupan yang masih rendah dan
lain-lain)
b) Evaluasi hasil supervisi fasilitatif
c) Audit Maternal Perinatal
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan rapat koordinasi bidan
b. Jadwal materi pertemuan
c. Daftar hadir
d. Lampiran materi
e. Kesepakatan hasil rapat
f. Dokumentasi kegiatan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mengembangkan kompetensi kerja dan meningkatkan kemampuan serta
produktifitas petugas kesehatan
b. Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kompetensi petugas kesehatan yang disampaikan oleh
tenaga kesehatan pasca latih
2) Menyebarkan informasi dan membagi keterampilan dari petugas pasca
latih
3) Efisiensi waktu dan dana dalam perolehan keterampilan
4) Refreshing tenaga pasca latih dalam memberikan ilmu dan ketarmpilan
yang diperoleh saat pelatihan
4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan sumber dana APBD, APBN, BLUD, TJSP,
dan sumber dana lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan.
5. Pelaksanaan
a. Persiapan :
1) Membuat tim kerja
2) Menyusun perencanaan (undangan, jadwal, materi, alat peraga yang
dibutuhkan, ruang pelatihan dan sarana prasarana lainnya)
b. Pelaksanaan kegiatan :
1) Kegiatan dibuka oleh kepala puskesmas
2) Lakukan test awal untuk semua peserta re-training
3) Materi disampaikan sesuai jadwal. Untuk materi keterampilan/
kompetensi, disampaikan dengan alat peraga.
4) Untuk melihat kemampuan peserta dalam mengikuti materi, lakukan
ujian praktik untuk peserta
5) Lakukan test akhir jika semua materi telah disampaikan
6) Lakukan analisa penilaian peserta berdasarkan nilai test awal dan test
akhir
7) Membuat pelaporan hasil kegiatan
c. Monitoring dan evaluasi :
Setelah pelaksanaan re-tarining, perlu dilakukan monitoring tentang
penerapan materi yang telah didapatkan petugas kesehatan dan
mengevaluasinya.
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan pelaksanaan re-training
b. Jadwal materi
c. Daftar hadir peserta
d. Nilai pre-test dan post-test
e. Lampiran materi re-training
f. Dokumentasi kegiatan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan KIA dalam pencapaian
target SPM dan penurunan AKI dan AKB
b. Tujuan Khusus :
1) Mendapatkan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan program
2) Mendapatkan bimbingan dalam proses administratif pencatatan dan
pelaporan kegiatan program
3) Melakukan diskusi untuk pemecahan permasalahan dan tindak lanjut
yang akan dipilih
3. Sasaran :
Semua pengelola program KIA di Puskesmas yang meliputi pengelola program
Kesehatan ibu, Kesehatan anak, Kesehatan remaja, Kesehatan lansia dan KB.
4. Sumber Dana :
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan dana APBD, BLUD dan
sumber dana lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Pelaksanaan :
a. Kegiatan konsultasi program dilakukan minimal 3 kali dalam 1 tahun oleh
pengelola program
b. Sebelum melakukan konsultasi, terlebih dahulu melakukan analisa
permasalahan program yang akan dikonsultasikan termasuk analisa dan
kondisi di puskesmas pembantu
c. Melakukan analisis kebutuhan
d. Melakukan konsultasi :
1) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) : konsultasi pertama
2) Pelaksanaan teknis kegiatan program : konsultasi kedua
3) Teknis pelaporan kegiatan program : konsultasi ketiga
e. Membuat laporan hasil konsultasi program
6. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan pelaksanaan kegiatan konsultasi program
b. Analisa permasalahan dan kebutuhan
c. Laporan cakupan SPM
d. Laporan hasil konsultasi
2. Pengertian :
Penyeliaan (supervision) secara sederhana diartikan sebagai pengamatan dari
orang yang lebih tahu terhadap orang yang kurang tahu. Sedangkan fasilitatif
(supportive) merupakan dorongan untuk perbaikan mutu. Jadi Penyeliaan
Fasilitatif (Supportive Supervison) diartikan sebagai suatu pendekatan
pengamatan yang mengacu upaya perbaikan mutu, sistematis dan terarah,
berbasis data, upaya pemberdayaan obyek selia dan berkesinambungan.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Memperbaiki kendali manajerial program KIA dan pembinaan aspek klinis
medis dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan di
fasilitas kesehatan dasar.
b. Tujuan Khusus :
1) Untuk pemenuhan standar input, proses dan output
2) Untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dasar
3) Meningkatkan kedisiplinan petugas dalam mematuhi standar
operasional prosedur
4) Memotivasi petugas untuk meningkatkan kompetensi dan keilmuan
5. Sasaran :
a. Bidan di polindes/poskesdes
b. Bidan di puskesmas pembantu
c. Bidan praktik swasta lainnya
b. Pelaksanaan :
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA, Tim PF puskesmas perlu memahami dan
terampil berbagai pendekatan dalam pembinaan, seperti :
1) Pertemuan konsultatif
Tim PF diharapkan mampu memanfaatkan pertemuan berkala
dipuskesmas bersama bidan didesa sebagai sarana pembinaan dan
penyampaian informasi dua arah. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh
kepala puskesmas, pengelola program KIA dan petugas program terkait
lainnya.
2) Penyeliaan fasilitatif
Penyeliaan yang baik adalah penyeliaan yang dijalankan secara efektif,
terarah dan bersifat fasilitatif, tidak mengagetkan dan mencari-cari
kesalahan. Langkah Tim PF dalam penyeliaan fasilitatif adalah :
a) Pra-penyeliaan :
Tim PF diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan
memberikan penyeliaan fasilitatif dan menguasai dengan benar
daftar tilik penyeliaan.
b) Penyeliaan :
Orientasi
Kajian mandiri
Verifikasi
Pertemuan bulanan
Upaya peningkatan mutu
11. Pertanggungjawaban :
a. Narasi laporan kegiatan penyeliaan fasilitatif
b. Analisa permasalahan dimasing-masing puskesmas pembantu, polindes/
poskesdes, BPS
c. Hasil penilaian penyeliaan dengan daftar tilik PF
d. Cakupan SPM masing-masing puskesmas pembantu dan desa
e. Dokumentasi kegiatan