Anda di halaman 1dari 20

DISKUSI TOPIK

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Oleh:
Syarifah Fauziyah
41211396100051

Pembimbing

Dr. dr. Eva Roria Silalahi, Sp.OG, Subsp. KFM

KEPANITERAAN KLINIK OBSGYN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

19 DESEMBER 2022 – 24 FEBRUARI 2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan bimbingan-Nya saya
dapat menyelesaikan laporan kasus ujian yang berjudul “Diabetes Melitus
Gestasional”. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang menyampaikan risalahnya. Tugas Diskusi Topik ini
disusun sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Obsetri dan Ginekologi RSUP
Fatmawati Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. dr. Eva Roria
Silalahi, Sp. OG (K), Subsp. KFM selaku pembimbinga yang telah memberikan
arahannya dalam pengerjaan diskusi topik ini di RSUP Fatmawati.
Atas keterbatasan penulis, penulis memohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan yang ada dan berharap dapat memperbaikinya di masa yang akan datang
agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Akhir kata, atas perhatian pembaca sekalian, penulis mengucapkan terima


kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 27 Januari 2022

Syarifah Fauziyah

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3

BAB I..................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

BAB II................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6

2.1 Definisi............................................................................................................ 6

2.2 Epidemiologi................................................................................................... 6

2.3 Klasifikasi Menurut Etiiologi ........................................................................ 7

2.4 Penapisan Faktor Resiko ............................................................................... 7

2.5 Patofisiologi.................................................................................................... 8

2.6 Gejala Klinis dan Komplikasi ...................................................................... 10

2.7 Diagnosis.......................................................................................................11

2.8 Tatalaksana .................................................................................................. 12

2.9 Prognosis...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi hiperglikemia pada kehamilan berhubungan dengan meningkatnya


risiko penyulit kehamilan, persalinan dan luaran kehamilan baik pada ibu maupun
anak yang dilahirkan. Peningkatan kadar glukosa darah ibu dalam kehamilan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu diabetes melitus dengan kehamilan dan gangguan
toleransi glukosa yang terjadi saat kehamilan.

Prevalensi wanita yang didiagnosa diabetes meningkat sepanjang tahunnya.


Peningkatan ini umumnya karena peningkatan DM tipe 2 yang umumnya
ditemukan pada orang gemuk yang sering disebut diabesity. Dengan meningkatnya
prevalensi DM tipe 2 secara umum dan khususnya lagi pada orang usia muda
mengakibatkan kejadian DM dalam kehamilan meningkat.

Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah suatu keadaan intoleransi


glukosa yang berkembang selama kehamilan dengan homeostasis glukosa biasanya
dipulihkan setelah lahir. Prevalensi DMG terus meningkat selama 20 tahun terakhir.
Secara global, 16,2% (21,3 juta) kelahiran hidup berhubungan dengan
hiperglikemia dalam kehamilan, dimana 86,4% disebabkan DMG, 6,2%
disebabkan oleh diabetes tipe 1 (DM tipe 1) atau diabetes tipe 2 (DM tipe 2) yang
sudah ada sebelumnya, dan 7,4% disebabkan DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang
pertama kali terdeteksi selama kehamilan. Menurut perkiraan terbaru International
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017, DMG mempengaruhi sekitar 14%
kehamilan di seluruh dunia, mewakili sekitar 18 juta kelahiran setiap tahunnya.1

Menurut hasil rikesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi DM di


Indonesia 5,7% dan 26,3% sudah terdiagnosa sedangkan 73,7% tidak terdiagnosa.
GDM di Indonesia sebelum tahun 2011 sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan
umumnya namun tanpa penjelasan tentang usia khemilan.2 Kondisi hiperglikemia
dalam kehamilan dapat memberikan dampak berupa penyulit kehamilan maupun
persalinan, seperti preeklamsia dan eklamsia, maupun bayi besar tang melampaui
usia kehamilan (large for gestasional age, LGA) yang resiko mengalami

4
hipoglikemia perinatal. Dampak jangka panjang dapat menyebabkan risiko obesitas
dan diabetes melitus tipe 2 baik pada ibu maupun anaknya.

DM yang tidak terkontrol selama kehamilan mengakibatkan peningkatan


risiko keguguran pada trimester pertama dan kelainan bawaan. Kelainan bawaan
janin saat ini merupakan salah satu penyebab kematian perinatal pada 10% kasus
kehamilan dengan DM tipe 1 dan tipe 2 yang tidak teregulasi dengan baik. Bayi-
bayi dengan makrosomia akan terjadi kelambatan maturasi paru janin yang
akhirnya juga meningkatkan kejadian RDS (Respiratory Distress Syndrome).
Kejadian kematian janin intrauterin yang terjadi pada kasus-kasus kehamilan
dengan DM juga dikaitkan dengan kondisi hiperglikemia yang berakhir dengan
keadaan acidosis laktat.3,4,5

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
a. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa
yang pertama kali ditemukan pada wanita yang sedang hamil. DMG
merupakan keadaan pada wanita yang sebelumnya belum pernah
didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan kadar glukosa tinggi
selama kehamilan.
b. Diabetes pragestasional atau overt diabetes atau preexiting: ibu hamil
yang sudah diketahui mengidap diabetes sebelum kehamilan :
- Riwayat kadar gula tinggi dengan glukouri atau ketoasidosis
- Kadar gula sewaktu ˃ 200 mg / dl dengan gejala trias (polidipsi,
poliuri dan berat badan turun yang tidak bisa dijelaskan )
- Kadar gula puasa ˃ 125 mg/dl
- Tergantung Insulin 6

2.2 Epidemiologi
Prevalensi DMG terus meningkat selama 20 tahun terakhir yakni menjadi
diatas 10% dari populasi ibu hamil. Secara global, 16,2% (21,3 juta) kelahiran
hidup berhubungan dengan hiperglikemia dalam kehamilan, dimana 86,4%
disebabkan DMG, 6,2% disebabkan oleh diabetes tipe 1 (DM tipe 1) atau
diabetes tipe 2 (DM tipe 2) yang sudah ada sebelumnya, dan 7,4% disebabkan
DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan. Studi
meta-analisis tahun 2018 pada populasi ibu hamil di Asia Timur dan Asia
Tenggara menunjukkan prevalensi gabungan DMG sebnayak 10,1% dan
banyak dijumpai di negara-negara dengan rata-rata penghasilan rendah maupun
menengah.1
Studi prevalensi DMG di Indonesia masih sangat sedikit. Menurut hasil
rikesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi DM di Indonesia 5,7% dan 26,3%
sudah terdiagnosa sedangkan 73,7% tidak terdiagnosa. GDM di Indonesia
sebelum tahun 2000 sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan tanpa penjelasan

6
tentang usia khemilan. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyulit medik
yang sering terjadi selama kehamilan. Angka kejadian 3-5% dari semua
kehamilan. Peningkatan angka kematian dan angka kesakitan perinatal pada
kehamilan dengan DM berkolerasi langsung dengan kondisi hiperglikema pada
ibu. Tanpa manajemen glukosa yang tepat, DMG dikaitkan dengan peningkatan
komplikasi perinatal dan risiko penyakit metabolik di masa depan pada ibu dan
anak.2,3

2.3 Klasifikasi menurut Etiologinya


Menurut American Diabetes Association (ADA) secara garis besar
membuat klasifikasi diabetes melitus pada umumnya berdasarkan etiologinya :
1. DM tipe 1. (Kerusakan sel Beta yang menjurus ke defisiensi insulin yang
absolut). Disebakan oleh Immuned Mediated dan Idiopathic
2. DM tipe 2. (Terjadi resistensi insulin dengan defisiensi insulin yang
relative sampai dengan suatu gangguan pada sekresi insulin yang disertai
resistensi insulin)
3. DM tipe spesifik biasanya karena Kelainan genetik fungsi sel Beta,
kelainan genetik kerja insulin, Kelainan eksokrin pancreas, Endokrinopati,
Drug/hemical induced, infeksi, bentuk lain dari immune-mediated
Diabetes Mellitus yang jarang, dan Kelainan-kelainan genetic yang
menyertai DM
4. Diabetes Gestational.6

2.4 Penapisan Faktor Resiko pada Ibu Hamil


Pada skrining faktor resiko pasien DMG sebelumnya dilakukan evaluasi
karakteristik dasar ibu hamil untuk menentukan derajat risiko mengalami
DMG dan pemeriksaan kadar glukosa darah. Proses penapisan faktor resiko
DMG dilakukan dengan mengolompokkan resiko menjadi 3 kelompok seperti
pada tabel dibawah ini :

7
Gambar 1: Penapisan Risiko DMG menurut karakteristik Klinis dan Etnis Ibu7

2.5 Patofisiologi
Dalam kondisi normal selama kehamilan akan terjadi peningkatan kadar
hormone estrogen dan progesterone maternal dapat meningkatkan hyperplasia
sel β pancreas, sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Pada trimester 2 dan
selanjutnya peningkatan hubungan fetomaternal akan mengurangi sensitivitas
insulin maternal. Resistensi insulin akan meningkat tiga kali lipat dibanding
kondisi sebelum kehamilan terjadi. Hal ini akan ditandai dengan adanya defek
post receptor yang menurunkan kemampuan insulin untuk memobilisasi
GLUT4 dari dalam sel ke permukaan sel.
Hal tersebut terjadi karena adanya sekresi hormon-hormon yang terkait
dengan kehamilan seperti estrogen, progesterone, chorionic gonadotropin
laktogen, prolactin, sehingga dalam kondisi hamil terjadi peningkatan massa sel
β pankreas dan peningkatan kadar insulin. Biasanya pada kondisi hamil
pankreas dapat memproduksi insulin sekitar 3 kali jumlah normal untuk
mengatasi efek hormon kehamilan pada peningkatan kadar glukosa darah dan
pembentukan sumber energi tubuh, namun pada beberapa wanita tidak dapat
meningkatkan produksi insulinnya sehingga terjadi kondisi hiperglikemia
kehamilan atau DMG (diabetes mellitus gestasional).

8
Temuan baru menunjukkan adanya defek post receptor jalur pemberian
sinyal pada plasenta wanita hamil yang mengalami diabetes dan obesitas.
Temuan lain menunjukkan bahwa gangguan post receptor pemberian sinyal
insulin dibawah regulasi maternal bersifat selektif dan tidak diregulasi oleh
janin. Temuan baru-baru ini mengindikasikan bahwa kondisi DMG dipicu oleh
loading antigen fetus sendiri. Interaksi antara human lucocyt antigen G (HLA-
G) dan nuclear factor-kB (NFkB) diindikasikan sebagai penyebab timbulnya
DMG.
Pada wanita GDM ada juga yang memiliki bukti autoimmune sel islet.
Prevalensi dilaporkan antibody sel islet pada wanita GDM berkisar 1,6-3,8%.
Prevalensi autoantibody lain, termasuk insulin dan antibody asam glutamate
dekarboksilase menjadi variabel yang berperan pada GDM, dan wanita-wanita
seperti ini yang menghadapi resiko untuk mengembangkan bentuk autoimun
diabetes dikemudian hari. Akhirnya 5% dari kasus GDM ditemukan
ketidakmampuan dari sel β pankreas untuk mengkompensasi resistensi insulin,
efek dari kecacatan sel β pancreas ini adalah mutasi pada glucokinase. 8,9

Gambar 2 : Faktor Resiko dan Patogenesis DMG

9
2.6 Gejala Klinis dan Komplikasi
Pada wanita dengan DMG sering ditemukan tanpa gejala, dan bisa juga
ditemukan dengan gejala klasik DM seperti sering BAK, sering haus, mudah
lapar dan gejala lainnya mudah lelah, berat badan turun, mata buram, mual, luka
yang sulit sembuh, dan kesemutan.

Gambar 3 : Gejala klinis dan kompikasi yang ditimbulkan dari DMG

Pada umumnya di negara kita, ibu dengan GDM seringkali didiagnosis


terlambat karena screening diabetes pada ibu hamil di Indonesia masih jarang
dilakukan. Komplikasi GDM dapat timbul pada ibu maupun pada janinnya,
adapun komplikasi pada ibu yang sering adalah preeklampsia, infeksi saluran
kemih, persalinan dengan section caesaria serta trauma persalinan.
Sedangkan komplikasi pada janin yang paling sering ditemukan adalah
macrosomia, hambatan pertumbuhan janin, syndrome gawat nafas neonatal,
hipoglikemia neonatal, hyperbilirubinemia, hipokalsemia dan hipomagnesia,
obesitas pada anak dan berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Menurut hasil penelitian dalam diabetes care, 2015 menunjukkan
peningkatan resiko diabetic embryophaty, anencephali, mikrocephali, dan

10
kelainan jantung kongenital. Kejadian di atas berbanding lurus dengan kenaikan
kadar HBA1C maternal. 8, 9,10,11

2.7 Diagnosis
Banyak badan internasional mengadvokasi skrining universal dan deteksi
DMG sebagai strategi untuk mengurangi keterlambatan diagnosis dan
meningkatkan hasil kehamilan. Namun, ini tidak dipatuhi secara global,
terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Biaya tinggi
dan tantangan teknis dari tes toleransi glukosa oral (TTGO), gold standard
untuk diagnosis DMG, telah mengakibatkan banyak negara menggunakan
skrining selektif berbasis faktor risiko sebagai landasan diagnosis DMG.

Gambar 4 : Kriteria Diagnostik DM Gestasional (dari berbagi acuan)


Di Indonesia proses penapisan DMG dimulai pada kunjungan pertama
semua ibu hamil, tanpa memandang usia kehamilan, di semua fasilitas
kesehatan baik Pos Pelayanan Kesehatan, Puskesmas, Klinik maupun Rumah
Sakit. Penapisan dilakukan melalui identifikasi 2 hal sbb: Tingkatan risiko

11
untuk mengalami DMG menurut karakteristik ibu hamil, kelompok risiko
berdasarkan karakteristik klinis, dan kadar glukosa darah sesaat, baik vena
maupun kapiler, sesuai kesiapan fasilitas kesehatan.

Gambar 4 : Alur Skrining DMG 11

2.8 Tatalaksana
Prinsip penerapan komponen penatalaksanaan DMG terdiri dari :
1. Terapi Nutrisi Medis
Terapi nutrisi yang dieberikan melalui perencanaan makan yang
terstruktur untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Dengan tujuan
tercapainya target kontrol glikemik dan peninkatan berat badan ibu hamil
yang sesuai sekaligus mengendalikan risiko terjadinya peningkatan ketosis.

12
Sampai saat ini belum terdapat panduan nutrisi yang baju terhadap ibu
dengan DMG. Akan tetapi beberapa studi melaporakan bahwa terapi nutrisi
memperbaiki rentang kadar glukosa darah ibu dan menurunkan kejadian
bayi besar (LGA).12
Proporsi makronutrien pada TNM ibu dengan DMG adalah
karbohidrat minimum 175 gram (700 kalori), protein minimum 71 gram
(300 kalori), dan lemak minimum 56 gram (500 kalori), serta serat minimum
28 gram. Jumlah dan jenis karbohidrat akan berpengaruh terhadap kadar
glukosa darah, terutama pascaprandial (setelah makan).13
Proporsi karbohidrat sebesar maksimal 50% dari total kebutuhan
kalori dan menggunakan karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah
lebih disarankan. Konsumsi karbohidrat kompleks (tinggi serat dan rendah
indeks glikemik) dan membatasi asupan lemak jenuh dapat memperbaiki
profil glikemik, mencegah peningkatan resistensi insulin patologis, dan
menurunkan risiko penambahan lemak janin yang berlebih.
Rekomendasi pengaturan gizi pada ibu DMG adalah sbb.:
• 25–30 kkal/kg + 50 kkal pada trimester 1
• 25–30 kkal/kg + 250 kkal pada trimester 2
• 25–30 kkal/kg + 450 kkal pada trimester 3
Contoh menu ibu hamil dengan kalori total/hari sebesar 1700 kkal, 1900
kkal, dan 2100 kkal.13, 14 terdapat pada tabel berikut :

13
Gambar 5: Contoh Diet Wanita Hamil dengan DM14

2. Latihan aktivitas fisik


Latihan aktivitas fisik pada ibu hamil dimulai pada usia kehamilan
12 minggu sampai 38–39 minggu. Jenis aktivitas fisik yang disarankan
adalah kombinasi antara latihan aerobik intensitas sedang dengan latihan
ketahanan (resistance) yang ringan sampai sedang.

14
Gambar 6 : Rekomendasi latihan fisik pada Ibu hamil
Latihan fisik merupakan kontraindikasi pada beberapa keadaan yang
menyertai ibu dalam kehamilan seperti gangguan hemodinamik terkait
kardiovaskular, abnormalitas restriktif paru-paru, inkompetensi serviks, dll.
Demikian pula latihan aktivitas fisik yang sedang ibu hamil lakukan harus
segera dihentikan bila timbul keadaan yang membahayakan ibu maupun
janin. 15,16

Gambar 7: Kontraindikasi latihan fisik

15
3. Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri oleh ibu hamil
maupun pendamping
Target optimal kendali glukosa darah yang ingin dicapai melalui
penatalaksanaan ibu DMG adalah sebagai berikut:
• Glukosa darah puasa dan sebelum makan <95 mg/dL
• Glukosa darah setelah 1 jam <140 mg/dL
• Glukosa darah setelah 2 jam <120 mg/dL

Pada ibu DMG yang dikelola dengan cara terapi nutrisi medis, latihan
fisik dan/atau pemberian metformin, maka pemantauan kadar glukosa darah
dilakukan dengan cara pemeriksaan kadar glukosa darah puasa serta glukosa
darah 1 jam atau 2 jam sesudah makan dengan porsi harian yang paling
besar. Masing-masing pemeriksaan dilakukan dengan frekuensi 2 kali
dalam seminggu.11

4. Terapi farmakologis berupa pemberian Anti Diabetes Oral maupun


Insulin.
Jika target kendali glukosa darah tidak tercapai dalam 2–4 minggu
setelah melakukan terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik, maka terapi
farmakologis harus segera dimulai. Insulin merupakan pilihan pertama pada
pasien DMG. Metformin dapat dipertimbangkan dengan memperhatikan
beberapa persyaratan.Insulin basal (NPH, detemir) dapat digunakan sebagai
terapi lini pertama dengan target utama adalah pengendalian glukosa darah
basal/puasa.
Pengendalian glukosa darah prandial/sesudah makan, dilakukan
dengan menggunakan insulin prandial, baik insulin human (regular)
maupun insulin analog (aspart, lispro). Terapi insulin juga dapat segera
diberikan bila terdapat janin yang besar atau polihidramnion dengan glukosa
darah puasa ≥108 mg/dL. Inisiasi, optimalisasi, dan intensifikasi pemberian
insulin disesuaikan dengan konsensus terapi insulin pad pasien DM.17
Metformin dapat dipertimbangkan bila terapi nutrisi medis dan
aktivitas fisik yang adekuat selama 2 minggu, tidak dapat mencapai target
kadar glukosa darah dan usia kehamilan telah memasuki trimester ketiga.

16
Ibu hamil dan suami harus diberikan informasi bahwa metformin sama
seperti insulin dapat melintasi plasenta. Dosis metformin dititrasi sesuai
pencapaian target glukosa darah, dimulai dengan 1–2 tablet 500 mg/hari.
Perubahan dosis dilakukan setiap 10 hari. Dosis maksimal metformin adalah
2000 mg/hari.18
5. Pemantauan dan pengendalian berat badan ibu dalam kehamilan
Peningkatan berat badan maternal yang berlebih merupakan faktor
risiko obesitas baik pada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Primipara
obesitas yang mengalami peningkatan BB >20 kg memiliki risiko tinggi
untuk mengalami retensi berat badan pascamelahirkan. Kedaan-keadaan ini
menunjukkan pentingnya pengendalian peningkatan berat badan ibu dalam
kehamilan yang adekuat.

Tabel : Rekomendasi BB pada Ibu Hamil

6. Perawatan selama persalinan


➢ Untuk pasien yang kadar glukosa terkendali dengan diet saja
diperbolehkan melahirkan sampai dengan aterm. Bila sampai dengan
40 minggu belum terjadi persalinan maka mulai dilakukan pemantauan
kesejahteraan janin 2 kali seminggu.
➢ Pasien dengan HDK dan pernah stillbirth sebelumnya harus dilakukan
pemantauan kesejahteraan janin 2 kali seminggu mulai usia hamil 32
minggu.
➢ Perkiraan berat lahir secara klinis dan pemeriksaan USG dilakukan
untuk mendeteksi adanya tanda-tanda makrosomia.
➢ Pasien dengan DMG yang dalam terapi insulin disertai diet untuk
mengendalikan kadar glukosa direncanakan program

17
pemantauan/evaluasi janin antennal\tal (anterpartum fetal surveillance)
seperti pada DMpG.
➢ Perawatan insentive untuk mendeteksi dan mengatasi kejadian
hipoglikemia, hipokalsemia dan hiperbilirubinemia pada neonatus.6

7. Perawatan Pasca Persalinan


Perempuan dengan DMG setelah melahirkan disarankan untuk
menyusui dengan segara agar bayinya tidak mengalami hipoglikemi dan
dialnjutkan hingga 6 bulan. Evaluasi pemeriksaan TTGO 75 gram atau
pemeriksann HbA1c pada 6 minggu hingga 6 bulan pasca persalinan untuk
mendeteksi prediabetes dan diabetes. Jika hasil negatif yang ditemukan
dilakukan skrining setiap tahunnya hingga 3 tahun kedepan. Bersamaan
dengan itu dilakukan edukasi mengenai gaya hidup sehat harus dinerikan
untuk menurunkan kejadian DMG maupun DM Tipe 2 selanjutnya.
Jika pasien merencanakan kehamilan selanjutnya sebaiknya
mengunakan kontrasepsi dalam rahim (IUD) dan implan dengan komponen
progesteron, hal ini cukup efektif untuk pilihan pertama kontrasepsi. 19,20

18
Daftar Pustaka
1. Pheiffer C, Dias S, Adam S. Intimate Partner Violence: A Risk Factor for
Gestational Diabetes. International Journal of Environmental Research and
Publicc Health. 19 Oktober 2020; 17 (7843).
2. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2014. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
3. Whalen KL, Taylor JR. Gestational diabetes mellitus. In: Murphy JE, Lee
MW-L, eds. PSAP Book 1: Endocrinology/Nephrology. American College
of Clinical Pharmacy; 2017:7-26. doi:10.12968/hmed.2008.69.10.31315.
4. Kampmann U, Madsen LR, Skajaa GO, Iversen DS, Moeller N, Ovesen P.
Gestational diabetes: A clinical update. World J Diabetes. 2015;6(8):1065-
1072. doi:10.4239/wjd.v6.i8.1065.
5. Cheng YW, Chung JH, Kurbisch-Block I, Inturrisi M, Shafer S, Caughey
AB. Gestational weight gain and gestational diabetes mellitus: perinatal
outcomes. Obstet Gynecol. 2008;112(5):1015-1022.
doi:10.1097/AOG.0b013e31818b5dd9
6. Pogi Panduan Pentalaksanaan Kehamilan dengan Diabetes Melitus. Diakses
dari: https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/, Pada : 26 Januari
2023.
7. Zhu W-W, Yang H-X, Wei Y-M, et al. Evaluation of the value of fasting
plasma glucose in the first prenatal visit to diagnose gestational diabetes
mellitus in china. Diabetes Care. 2013;36(3):586-590. doi:10.2337/dc12-
1157.
8. Murphy VE, Smith R, Giles WB, Clifton VL. Endocrine regulation of
human fetal growth: the role of the mother, placenta and fetus. Endocrine
Reviews. 2006;27(2):141-69.
9. M. H. Gestational Diabetes Mellitus: past, present and future. International
Diabetes Monitor. 2002;14(1):1-7.
10. American Diabetes Assosiation, 2015.Management of Diabetes in
Pregnancyhttp://care.diabetesjournals.org/content/diacare/38/Supplement_
1/S77.full.pdf,diakses 26-01-2023.

19
11. PERKENI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperglikemia dalam
Kehamilan 2021. Jakarta.PB PERKENI.
12. Martis R, Crowther CA, Shepherd E, Alsweiler J, Downie MR, Brown J.
Treatments for women with gestational diabetes mellitus: an overview of
Cochrane. systematic reviews. Cochrane database Syst Rev
2018;8(8):CD012327. doi:10.1002/14651858.CD012327.pub2.
13. Hernandez TL, Anderson MA, Chartier-Logan C, Friedman JE, Barbour
LA. Strategies in the nutritional management of gestational diabetes. Clin
Obstet Gynecol. 2013;56(4):803-815doi:10.1097/GRF.0b013e3182a8e0e5
14. Takashi Sugiyama. Management of Gestational Diabetes Mellitus. J Japan
Med Assoc JMAJ. 2011;54(5):293-300.
15. The American College of Obstetricians and Gynaecologists. ACOG
Committee Opinion No. 804: Physical Activity and Exercise During
Pregnancy and the Postpartum Period. Obstet Gynecol. 2020;135(4):e178-
e188. doi:10.1097/AOG.0000000000004267
16. Padayachee C, Coombes JS. Exercise guidelines for gestational diabetes
mellitus. World J Diabetes. 2015;6(8):1033-1044. doi:10.4239/wjd.v6.i8.
17. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Diagnosis Dan
18. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional. PB Perkeni; 1997.
19. Feig DS, Berger H, Donovan L, et al. Clinical Practice Guidelines Diabetes
and Pregnancy Diabetes Canada Clinical Practice Guidelines Expert
Committee Pre-Existing Diabetes Preconception and During Pregnancy.
Can J Diabetes.. 2018;42:S255-282. https://doi.org/ 10.1016/j.jcjd.
20. National Institute for Health and Care Excellence. Diabetes in pregnancy
management from preconception to the postnatal period. Nice. Published
2015. https://www.nice.org.uk/guidance/ng3

20

Anda mungkin juga menyukai