Disusun oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perrjuangan Bangsa Indonesia”. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik dari materi maupun redaksi. Hal ini semata-mata disebabkan oleh keterbatasan waktu
dan pengetahuan kelompok kami. Mudah-mudahan segala kebaikan serta jasa yang telah
diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB 1...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN...............................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. PENGERTIAN PANCASILA ..............................................................................5
B. SEJARAH PERJUANGAN..................................................................................8
C. PROSES PERUMUSAN PANCASILA...............................................................12
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................16
A. KESIMPULAN...................................................................................................16
B. SARAN................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Bangsa Indonesia yang kita ketahui pancasila dapat dinyatakan sebagai kuasa
materialis karena nilai-nilai essensial yang terkandung di dalam Pancasila ada lima yaitu:
Ketuhananan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan sosial secara tujuan pula itu
sudah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum dibangunnya negara.
karena pancasila merupakan suatu hal yang sangat penting, maka pemahaman Pancasila harus
dilakukan secara utuh dan ada hubungannya dengan jati diri Bangsa Indonesia. Di sisi lain,
menurut sejarah bangsa Indonesia pada saat itu sudah medirikan dua kerajaan yaitu kerajaan
sriwijaya di sumatera selatan dan kerajaan majapahit di jawa timur. Dua kerajaan ini
dibangun dalam dua zaman yang di mana Era tersebut memiliki arti penting dalam sejarah
bangsa Indonesia karena memenuhi syarat berdirinya suatu bangsa yang bernegara. Dan telah
mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera serta memiliki wilayah yang meliputi
seluruh nusantara.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki filosofis yang strategis. Mengandung makna
bahwa Ketuhanan yang mahaesa adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan
berbangsa. Sebab setiap manusia yang bertuhan yakin bahwa ajarannya tuhannya tidak akan
menyengsarakan umatnya. Artinya adalah orang yang beragama dengan baik, tentu akan
melakukan hal-hal yang baik. Baik untuk dirinya, baik untuk keluarganya, dan baik pula
untuk bangsa dan negaranya.
Pancasila adalah dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pengertian lengkapnya
adalah sebagai berikut: Pancasila adalah konsep dasar yang menjadi fondasi negara
Indonesia. Kata "Pancasila" berasal dari bahasa Sansekerta, di mana "Panca" berarti lima dan
"Sila" berarti prinsip atau asas. Pancasila terdiri dari lima prinsip atau nilai-nilai dasar yang
menjadi landasan negara Indonesia, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip ini menekankan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Meskipun Indonesia memiliki beragam agama, Pancasila menghormati semua
kepercayaan agama dan mengakui adanya satu Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam
semesta.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya
distribusi yang adil dari kekayaan dan sumber daya negara untuk mencapai kesejahteraan
sosial bagi semua warga Indonesia.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjadi dasar hukum
dan moral dalam menjalankan negara. Hal ini diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan
merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. -Pancasila memberi gambaran cita – cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi
sumber motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita – cita menggerakkan bangsa
melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Memberikan tekad
untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.
Kita semua sepakat bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia. Artinya, Pancasila
menjadi dasar berbagai norma dalam penyelenggaraan negara. Pancasila juga menjadi
sumber dari semua sumber hukum. So, penting untuk kita memahami sejarah Pancasila agar
dapat menghormati dan mengamalkan lima sila yang menjadi pandangan hidup seluruh
rakyat Indonesia.
Tanggal 1 Juni dipilih sebagai Hari Lahir Pancasila karena merujuk pada momen sidang
Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI). Dalam
sidang BPUPKI, Bapak Proklamator Ir. Soekarno menyampaikan pidato bertajuk “Lahirnya
Pancasila” tentang gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara
Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia baru disahkan sehari setelah proklamasi
Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945 saat pelaksanaan sidang pertama PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Rumusan tersebut terdapat pada alinea keempat UUD
1945. Sejak saat itu, Pancasila menjadi dasar negara Indonesia untuk mengatur kehidupan
berbangsan dan bernegara.
Bagaimana Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan?
Kemudian pada 7 Agustus 1949, terjadi pemberontakan DI/TII yang dilakukan untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari’at islam, bahkan sempat didirikan
Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam. Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji
Marjian Kartosuwiryo, seorang politisi Muslim. Upaya menumpas pemberontakan ini
memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo dan para pengikutnya baru berhasil
ditangkap pada 4 Juni 1962.
Tujuan dari pemberontakan RMS yaitu untuk membentuk negara sendiri yang
didirikan pada 25 April 1950, yang meliputi pulau-pulau seperti Ambon, Buru, dan Seram.
Pada tahun yang sama, tepatnya di bulan November, pemberontakan yang dipimpin oleh
Christian Robert Steven Soumokil ini dapat dikalahkan oleh tentara Indonesia. Namun,
pemberontakan di pulau Seram masih berlanjut hingga Desember 1963.
B. Sejarah Perjuangan
Pancasila sudah menjadi landasan dan pedoman kehidupan bangsa Indonesia bahkan
sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pancasila merupakan sesuatu yang telah teruji kebenaran,
kekuatan, dan kesaktiannya sehingga Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa
Indonesia sejak dahulu hingga saat ini. Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam
posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa
dan bernegara.
1. Masa KerajaanSriwijaya
Pada abad ke VII berdirilah kerjaan Sriwijaya di bawah kekuasaan wangsa
Syailendra. Kerajaan yang berbahasa Melayu Kuno dengan menggunakan huruf pallawa
tersebuut dikenal juga sebagai kerajaan maritime yang mengandalkan jalur perhubungan laut.
Kerjaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda, kemudian Selat Malaka. Sistem perdagangan telah
diatur dengan baik, dimana pemerintahan melalui pegawai raja membentuk suatu badan yang
dapat mengumpulkan hasil kerajinan rakyat sehingga rakyat mengalami kemudahan dalam
pemasarannya. Dalam sistem pemerintahan sudah terdapat pegawai pengurus pajak, harta
benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan Gedung-gedung
dan patung-patung suci sehingga saat itu kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya
dengan nilai-nilai ketuhanan.
Pada hakikatnya nilai – nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut :
Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dan
India (Dinasti Harsha). Pengiriman para pelajar untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritime,
Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan
nusantara. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu. Nilai sila kelima, Sriwijaya
menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangan makmur
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerjaan- kerjaan di Jawa Tengan
dan Jawa Timur secara silih berganti, yaitu kerajaan Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya
(abad ke-VIII), sebagai refleksi punjak budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya
Candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi Prambanan (candi agama
Hindu pada abad ke-X). Di Jawa Timur muncul juga kerajaan-kerajaan, yaitu Isana (abad ke-
IX), Dharmawangsa (abad ke-X), dan Airlangga (abad ke-XI). Agama yang diakui kerajaan
adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang telah hidup berdampingan secara
dami. Nilai- nilai kemanusiaan telah tercermin dalam kerjaan ini, terbukti menurut prasasti
Kelagen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dangan dan bekerjasama dengan
Benggala, Chola, dan Champa. Nilai- nilai sila keempat telah terwujud yaitu dengan
diangkatnya Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan
rakyat dan kaum Bramhana. Sedangkan nilai-nilai keadilan social terwujud pada saat Raja
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian
rakyat. Bahkan, pada masa kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali yang terdapat dalam buku
Negarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam
buku tersebur istilah Pancasila disampung mempunyai arti "berbatu sendi lima" (dalam
Bahasa Sansekerta), juga mempunyai arti "pelaksana kesusilaan yang lima" (Pancasila
Krama).
Pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan Singasari di Kedi, Jawa Timur, yang ada
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit (1293)Zaman keemas an kerajaan
Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengsan Mahapatih Gajah
Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari Semenanjung Melayu
sampai ke Irian Jaya.
Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah tebukti pada waktu Hindu dan
Budha hidup berdampingan secara damai. Empi Prapanca menulis Negarakertagama (1365)
yang didalamnya telah terdapat istilah PancasilaEmpu Tantular mengarang buku Sutasoma di
mana dalam buku itu terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhineka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrua", artinya walaupun berbeda beda, namun satu jua dan tidak ada
agama yang memilik tujuan berbeda. Hal ini menunjukan realitas beragama pada saat itu.
Seloka toleransi ini juga diterima kerajaan oleh Kerajaan Pasai di Sumatera sebagai bagian
Kerjaan Majapahi yang telah memeluk agam Islam.
Sila kemanusiaan telah terjwujud, yaitu hubungab Raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu, juga mengadakan
persahabatan dengan negara-negara atas dasar Mitreka Satuta. Perwujudan nilai-nilai
perstauan Indonesia telah terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa
yang diucapkan Gajah Mada yang diucapkannya pada siding Ratt dan Menteri-menteri pada
tahun 1331, yang berisi tentang cita cita mempersatukan nusantara raya yang berbunya "Saya
baru akan berhenti puasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasan
negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dhampo, Bali, Sunda, Palembang, dan
Tumasik telah dikalahkan.
Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah
dilakukan oleh system pemerintahan Kerajaan Majapahit. Menurut Pasasti Brungbung (1329)
dalam tata pemerintahan Majapahit terdapat semacar penasehat kepada kerajaan, seperti
Rakyaan I Hino, I Shirika dan I Halu yang berarti memmberi nasehat kepada raja. Kerukunan
gotong royong dalam kehidupan masyarakat telal menambuhkan adat bermusyawarah untuk
mufakat dalam memutuskan maslah Bersama. Sedangkan perwujudan sila keadilan social
adalah sebagai wujud dan berdirinya kerajaar beberapa abad yang tentunya ditopang dengan
kesejahteraar dan kemakmuran rakyatnya.
Berdasarkan uraiain di atas dapat kita pahami bahwa zaman Sriwijaya dan Majapahit
adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam menggapai cita-citanya.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tentu memiliki cerita panjang dibaliknya.
Bukan suatu hal yang mudah, Pancasila sebagai landasan negara wajib merefleksikan dan
merangkul seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, selama proses
pembuatannya tentu melibatkan beberapa tokoh negara guna menampung berbagai aspirasi
yang mewakili rakyat Indonesia. Peristiwa sakral ini pun terbagi dalam beberapa waktu yang
dirangkai dan menjadi sejarah Pancasila Sebelum Kemerdekaan.
Dalam Sidang pertama, ada beberapa tokoh yang mengusulkan tentang 5 dasar
negara. Mereka adalah Muhammad Yamin, Ir. Soekarno dan Soepomo. Masing-masing
darinya memiliki pendapat yang berbeda namun saling berkaitan satu sama lain.
Kumpulan dari lima poin ini lalu digodok dalam rapat dan menghasilkan Pancasila.
Setelah tugas Panitia Sembilan terselesaikan, BPUPKI melakukan sidang yang kedua
pada Tanggal 10-16 Juli 1945. Beberapa keputusan penting yang diambil adalah:
-Pancasila yang tertuang pada Piagam jakarta dijadikan sebagai dasar negara
-Indonesia dijadikan sebagai negara Republik. Keputusan ini Berdasarkan 55 suara dari 64
orang yang hadir dalam sidang.
-Indonesia meliputi wilayah Timor Timur, Hindia Belanda dan wilayah Malaka. Hasil
kesepakatan ini berasal dari 34 suara
-Pembentukan Panitia Pembela Tanah Air yang ditugaskan untuk merancang Undang Undang
Dasar dan Panitia khusus yang mengurusi bidang ekonomi.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat.
Tiga hari kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mengucapkan pidato mengenai
dasar filsafat negara Indonesia Merdeka yang juga terdiri atas 5 asas yakni:
1. Kebangsaan Indonesia
4. Kesejahteraan sosial
Dalam rapatnya tanggal 10 Januari 1975 di rumah Muhammad Hatta, salah satu
perbincangan yang muncul adalah tentang isi pidato Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei
1945. Muhammad Hatta antara menjelaskan: Tidak benar; Bung Yamin agak licik;
sebenarnya pidato itu adalah yang diucapkan dalam sidang panitia kecil. Bung Karnolah satu-
satunya yang tegas-tegas mengusulkan filosofishe grondslag untuk negara yang akan
dibentuk; yaitu lima sila yang disebut Pancasila; hanya urutannya sila Ketuhanan ada di
bawah. Rumusan yang berupa tulisan tangan beliau dulu pernah dipinjam Pak Yamin tetapi
tidak pernah dikembalikan lagi.
Selain mendalami masalah dasar negara, Panitia 9 juga ditugasi untuk menyusun
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada rapat tanggal 22 Juni 1945 Panitia 9
menyepakati isi rancangan naskah proklamasi sebagai berikut: Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia,
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia Merdeka yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia, yang berkedaulalan rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemelukꞏpemeluknya, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari alinea ke dua rancangan naskah proklamasi yang
dikenal luas dengan nama Piagam Jakarta itu, dapat dilihat bahwa dasar negara Pancasila
dirumuskan sebagai berikut:
3. Persatuan Indonesia,
Apabila dibandingkan dengan pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, rumusan Pancasila
telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan. Perubahan pertama adalah tata
urutan sila-silanya. Sila ketuhanan yang ditempatkan oleh Soekarno pada urutan terakhir
diubah menjadi sila pertama, sedang sila nasionalisme atau persatuan bergeser menjadi urutan
ke tiga. Perubahan yang mengundang kontroversi sampai sekarang adalah tentang sila
ketuhanan, dari Ketuhanan yang berkeadaban menjadi Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Perdebatan mulai terjadi dalam sidang
BPUPKI ke dua yang dilaksanakan pada tanggal 10 – 17 Juli 1945. Ada tiga tokoh yang
menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap kata “dengan kewajiban menjalankan Syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yaitu Johanes Latuharhary, Wongsonegoro dan Hoesein
Djajadiningrat. Latuharhary sebagai wakil daerah Maluku menyatakan keberatan karena
kalimat tersebut akan mendatangkan akibat besar sekali bagi umat agama-agama lain. Di
pihak lain, Hoesein Djajadiningrat memandang bahwa kalimat itu akan membuka ruang bagi
terjadinya fanatisme, karena seolah-olah memaksa orang-orang Islam untuk menjalankan
syariat Islam. Wongsonegoro berusaha menekankan pandangannya pada prinsip
kesederajadan bagi semua warga negara tanpa mempertimbangkan agama yang dianut. Oleh
karena itu, dia mengusulkan jika kalimat itu tidak diubah, perlu ditambah dengan kata “dan
bagi pemeluk agama-agama lain dengan jalan menurut agamanya masing-masing”.
Perdebatan tentang kata “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” tidak berhenti pada pembahasan tentang pembukaan UUD, tetapi juga muncul
ketika dilakukan pencermatan tentang pasal dan ayat batang tubuhnya. Otto Iskandardinata
mengusulkan agar pasal 29 dibagi menjadi dua ayat, isi ayat 1 diambil dari kalimat
Pembukaan UUD, sedang ayat ke dua adalah ‘Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama apapun dan untuk beribadah menurut agamanya masing-
masing’. Wongsonegoro mengusulkan agar ditambahkan kata ‘kepercayaannya’, menjadi
‘menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing’. Kedua usulan itu diterima oleh
Soekarno sebagai pimpinan sidang. Akan tetapi, Ki Bagus Hadikoosoemo meminta untuk
penghapusan kata “bagi pemeluk-pemeluknya”. Pandangan itu didukung oleh Abdul Fatah.
Dia mengusulkan agar ayat 2 pasal 29 berbunyi “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk yang memeluk agama lain untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya masing-masing”. Alasannya adalah agar kaum muslim tidak berpindah
agama. Kedua pandangan itu ditolak, sehingga sampai sidang BPUPKI yang ke dua ditutup,
kata “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” masih tetap
bertahan.
Untuk melanjutkan pekerjaan BPUPKI, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan keanggotaan sebanyak 27 orang. Peranan
PPKI dalam sejarah Indonesia sangat penting, terutama setelah proklamasi kemerdekaan
yang diadakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Badan inilah yang menyempurnakan dan
mengesahkan berbagai perlengkapan berdirinya sebuah negara baru, yaitu Republik
Indonesia. Salah satu finalisasi yang dilakukan oleh PPKI adalah penghilangan/penghapusan
kata “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh
sentral pada penghilangan 7 kata dan menggantinya dengan kata “Yang Maha Esa” adalah
Muhammad Hatta yang pada saat itu menjadi pimpinan PPKI bersama Soekarno dan
Radjiman Wedyodiningrat. Pagi-pagi tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI
dimulai, Hatta melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam agar bersedia menerima
usulannya demi menjaga persatuan bangsa. Teuku Mohammad Hasan, Kasman
Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo akhirnya mau menerima \usulan Hatta untuk
mengganti kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun tokoh Islam lainnya, yaitu
Wachid Hasjim tidak dapat hadir memenuhi undangan Hatta. Penerimaan para tokoh Islam
itu menjadikan rumusan Pancasila mencapai bentuk yang sempurna dan disahkan pada sidang
PPKI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian yang telah dilakukan dapat diambil pemahaman bahwa banyak diantara
sila-sila Pancasila digali dengan refleksi kritis oleh Soekarno. Refleksi kritis
dilakukan untuk memperoleh unsur-unsur kebudayaan Indonesia yang mampu untuk
menopang Negara Indonesia selamanya. Untuk unsur yang tidak ada dalam kehidupan
bangsa Indonesia, seperti demokrasi, Soekarno mengambilnya dari kebudayaan asing,
guna menjadikan bangsa Indonesia mampu berkembang menjadi masyarakat adil dan
makmur. Pada bagian formulasi Pancasila yang terjadi pada sidang BPUPKI yang
pertama, terjadi penyimpangan dalam penyusunan sejarahnya. Nugroho Notosusanto
berusaha memperkecil peran Soekarno melalui menokohkan Muhammad Yamin
sebagai orang yang ditempatkan sebagai pengusul pertama.
Bangsa Indonesia yang kita ketahui pancasila dapat dinyatakan sebagai kuasa
materialis karena nilai-nilai essensial yang terkandung di dalam Pancasila ada lima
yaitu: Ketuhananan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan sosial secara
tujuan pula itu sudah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum dibangunnya negara. karena pancasila merupakan suatu hal yang sangat
penting, maka pemahaman Pancasila harus dilakukan secara utuh dan ada
hubungannya dengan jati diri Bangsa Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki
beragam agama, Pancasila menghormati semua kepercayaan agama dan mengakui
adanya satu Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Persatuan
Indonesia: Pancasila menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, meskipun ada beragam suku, agama, dan budaya di dalamnya. Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:
Prinsip ini menekankan pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat, di mana
keputusan nasional diambil melalui musyawarah dan perwakilan yang bijaksana.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip ini menggarisbawahi
pentingnya distribusi yang adil dari kekayaan dan sumber daya negara untuk
mencapai kesejahteraan sosial bagi semua warga Indonesia. Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjadi dasar hukum dan moral dalam
menjalankan negara. Hal ini diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan
merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia.Pancasila merupakan sesuatu yang telah teruji kebenaran,
kekuatan, dan kesaktiannya sehingga Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bangsa Indonesia sejak dahulu hingga saat ini. Unsur-unsur yang terdapat di dalam
Pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, tata pemerintahan atasa dasar
musyawarah dan keadilan sosial telah telah terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai
bangsa Indonesia, yang dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum
dirumuskan secara konkret. Masa Kerajaan Majapahit Sebelum kerajaan Majapahit
berdiri telah muncul kerjaan- kerjaan di Jawa Tengan dan Jawa Timur secara silih
berganti, yaitu kerajaan Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai
refleksi punjak budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya Candi Borobudur
(candi agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi Prambanan (candi agama Hindu
pada abad ke-X).
Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa
yang telah hidup berdampingan secara damai. Pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan
Singasari di Kedi, Jawa Timur, yang ada hubungannya dengan berdirinya kerajaan
Majapahit (1293)Zaman keemas an kerajaan Majapahit terjadi pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengsan Mahapatih Gajah Mada.Empi Prapanca
menulis Negarakertagama (1365) yang didalamnya telah terdapat istilah
PancasilaEmpu Tantular mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku itu terdapat
seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua", artinya walaupun berbeda beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang
memilik tujuan berbeda. Perwujudan nilai-nilai perstauan Indonesia telah terwujud
dengan keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada
yang diucapkannya pada siding Ratt dan Menteri-menteri pada tahun 1331, yang
berisi tentang cita cita mempersatukan nusantara raya yang berbunya "Saya baru akan
berhenti puasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasan
negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dhampo, Bali, Sunda, Palembang,
dan Tumasik telah dikalahkan. Sedangkan perwujudan sila keadilan social adalah
sebagai wujud dan berdirinya kerajaar beberapa abad yang tentunya ditopang dengan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.Perumusan Pancasila pada sidang BPUPKI
Apabila kita searching di internet dengan kata kunci “perumusan Pancasila”, maka
akan muncul perumusan Pancasila versi BPUPKI sebanyak dua buah, versi Panitia 9
satu buah dan versi pembukaan Undang Undang Dasar 1945 satu buah.
Soekarno sebagai tokoh perumus, tetapi lahir pada tanggal 29 Mei Kajian G.
Moedjanto sesuai dengan keterangan panitia 5, yaitu panitia yang dibentuk untuk
menjelaskan kepada masyarakat tentang semangat yang berkembang di kalangan
anggota BPUPKI saat perumusan Pancasila berlangsung. Bung Karnolah satu-satunya
yang tegas-tegas mengusulkan filosofishe grondslag untuk negara yang akan
dibentuk; yaitu lima sila yang disebut Pancasila; hanya urutannya sila Ketuhanan ada
di bawah.
B. Saran
A. Kesadaran pada diri kita bahwa pentingnya kita mempelajari sejarah pancasila
karena dapat menembuhkan jiwa patriotik, dan mempertebal rasa cinta tanah
air,meningkatkan semangat kebangsaan,kesetiakawanan sosial,kesadaran pada
sejarah bangsa serta sikap menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi
kemasadepan.
B. Selain itu generasi muda di harapkan menjaga kelestarian sejarah Indonesia
khususnya sejarah kerajaan.
C. Saran dalam konteks sejarah perjuangan bansa Indonesia adalah untuk memahami
dan menghormati peran serta perjuangan pahlawan nasional seperti Soekarno,dan
Hatta,Kartini.
DAFTAR PUSAKA
https://osf.io/smqbk/download/?format=pdf#:~:text=Pancasila%20dalam
%20Perspektif%20Sejarah%20Perjuangan,hindu%2C%20budha%2C%20dan%20islam
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/jurnaltips/article/view/2657
https://www.kompasiana.com/amp/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122a304f9a8/
pancasila-dalam-konteks-sejarah
https://binus.ac.id/character-building/2019/07/pentingnya-pancasila-bagi-persatuan-
indonesia/
https://news.detik.com/berita/d-6739778/sejarah-singkat-lahirnya-pancasila-pada-
tanggal-1-juni-1945/amp
https://rsud.sawahluntokota.go.id/pancasila-sebagai-alat-pemersatu-bangsa-indonesia/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sumatera-utara/pendidikan-
pancasila-dan-kewarganegaraan/kelompok-9-pancasila/39434924
https://jurnal.uns.ac.id/candi/article/viewFile/42754/27539