Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Dewi Ratna Wita
2. Herma Sofiani
3. Eli Novia Sarifah
4. Fahrol Fadli Fahmi
5. Fahri Fahrezi S
6. Filivia

NAMA GURU : YUSLINA WATI S.Pd

SMA NEGERI 2 KUALA


TAHUN 2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasukan Jepang sejak awal berusaha menguasai Indonesia sejak pecah perang Pasifik.
Alasannya, Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan
mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnya. Pada 10 Januari
1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur kemudian disusul dengan
penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin. Daerah-daerah pertambangan
minyak di Kalimantan dengan mudah dikuasai Jepang. Tentara Jepang bergerak ke Suamtera,
menduduki Palembang pada 14 Februari 1942. Sehingga makin mudah merebut Pulau Jawa.
Tentara Jepang menjalankan siasat perang kilat (Blitz Krieg) untuk mewujudkan
Imperium Asia Timur Raya. Dalam menghadapi ekspansi Jepang, Sekutu membentuk
ABDACOM (American, British, Dutch, Australian Command) dengan markas di Lembang,
Bandung. Sementara itu Letjend Hein Ter Poorten diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia
Belanda (KNIL). Namun dalam waktu relatif singkat tentara Jepang dapat menguasai hampir
seluruh kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

B. Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia


Setelah menjajah Indonesia selama lebih kurang 3,5 tahun, pendudukan Jepang
berakhir pada Agustus 1945. Berakhirnya masa pendudukan Jepang di Indonesia diawali
dengan kekalahan yang mereka derita dari Sekutu. Puncaknya, Indonesia benar-benar terlepas
dari penjajahan setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Akhir dari
pendudukan Jepang di Indonesia terjadinya :

1. Serbuan Sekutu di Hindia Belanda


Pada 1944, Jepang mulai kewalahan menghadapi serbuan tentara Sekutu di wilayah
Hindia Belanda. Sekutu menjatuhkan bom di wilayah paling barat Indonesia, yakni Sabang,
Aceh, pada 19 April 1944. Tiga hari kemudian, tepatnya pada 22 April 1944, Sekutu berhasil
menguasai Hollandia atau yang kini dikenal sebagai Jayapura. Hal itu membuat komandan
Jepang memutuskan untuk angkat kaki dari Irian Barat.
Pada 17 Mei 1944, Sekutu melancarkan serangan udara di Surabaya. Serbuan Sekutu
berlanjut dengan mendaratnya tentara Amerika di Biak 21 Mei 1944. Jepang sempat
melakukan serangan balik ke Biak pada 4 Juni, tetapi Amerika berhasil mengusir pasukan
Nippon pada September 1944. Sekutu juga melancarkan serangan udara di Palembang pada
11 Agustus 1944. Pada 28 Agustus 1944, Sekutu berhasil meluluhlantakkan Ambon melalui
serangan udara. Pada 15 September 1944, Sekutu menyerbu Morotai, Halmahera. Kemudian,
pada Oktober 1944, tentara Australia melancarkan serangan bom ke Balikpapan. Serangan
bertubi yang dilancarkan Sekutu di sepanjang 1944 pun membuat militer Jepang di Indonesia
semakin terdesak.

2. Pemberontakan dan perlawanan pribumi


Kondisi Jepang yang terdesak oleh serangan Sekutu semakin diperburuk dengan perlawanan
dan pemberontakan rakyat Indonesia di berbagai daerah. Salah satu pemberontakan yang
besar dilakukan oleh organisasi militer bentukan Jepang sendiri, yakni Tentara Pembela
Tanah Air (PETA) di Blitar. Pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin Shodancho
Supriyadi terjadi karena keprihatinan melihat kesengsaraan rakyat Indonesia akibat
penjajahan Jepang. Tentara PETA menembakkan mortir ke Hotel Sakura yang menjadi
kediaman para perwira militer Jepang pada dini hari tanggal 14 Februari 1945. Selain itu,
pasukan PETA juga menembaki Markas Kempetai dengan senapan mesin. Perlawanan juga
terjadi di Aceh pada Mei 1945. Seluruh tentara Nippon di pos Jepang di Pandrah berhasil
dibunuh oleh para gerilyawan Aceh dalam pemberontakan itu.

3. Janji Kemerdekaan dan BPUPKI


Pada 7 September 1944, Jenderal Kuniaki Koiso memberikan janji kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia. Janji tersebut berisi jaminan dari Kekaisaran Jepang untuk
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia suatu saat nanti. Saat itu, posisi Jepang dalam
Perang Dunia II semakin terimpit oleh Sekutu. Janji kemerdekaan yang dikenal dengan Janji
Koiso diberikan karena Jepang membutuhkan dukungan dari rakyat Indonesia dalam perang
melawan Sekutu.
Janji kemerdekaan kepada Indonesia diwujudkan Jepang dengan membentuk Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Guna menunjukkan kesungguhan janji dalam memberikan kemerdekaan, pada 1
Maret 1945, panglima tentara Jepang Letnan Jenderal Kumakichi Harada mengumumkan
dibentuknya badan untuk menyelidiki dan mempelajari hal penting terkait tata pemerintahan
atau pembentukan negara Indonesia merdeka. Badan tersebut kemudian dikenal sebagai
BPUPKI atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Tujuan pembentukan
BPUPKI adalah untuk meredam semangat nasional bangsa Indonesia agar tidak semakin
membahayakan kedudukan Jepang dan mau membantu menghadapi Sekutu.
BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945, bersamaan dengan diumumkan nama-nama
anggotanya. Tokoh yang ditunjuk Jepang sebagai ketua dari BPUPKI adalah dr. Radjiman
Wedyodiningrat. Ichibangase Yoshio dan RP Suroso ditunjuk sebagai wakil atau ketua muda
BPUPKI, sementara AG Pringgodigdo sebagai sekretaris. Anggota BPUPKI terdiri dari
tokoh-tokoh Indonesia, terutama dari golongan kooperatif, dan tujuh orang Jepang. BPUPKI
diresmikan pada 28 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila).
Setelah diresmikan, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Tugas BPUPKI selesai
ketika tersusun rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) pada 16 Juli 1945.

4. Proklamasi Kemerdekaan
Ada berbagai peristiwa penting terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dibacakan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Rangkaian
peristiwa penting itu terjadi di beberapa tempat dan menjadi momen yang tercatat dalam
sejarah bangsa Indonesia.
Berikut adalah rangkaian peristiwa penting yang terjadi sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
a. Pembentukan BPUPKI
Jepang melakukan upaya untuk mengambil hati bangsa Indonesia setelah posisinya
terjepit oleh sekutu pada Perang Dunia Kedua. Pada 7 September 1944, perdana Menteri
Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso menyebut bahwa Indonesia akan diberikan kemerdekaan jika
Jepang mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya
b. Pembentukkan PPKI
Hasil sidang BPUPKI kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI diresmikan pada
tanggal 9 Agustus 1945 di Kota Ho CHi Minh, Vietnam oleh Jenderal Terauchi. Peresmian
berdirinya PPKI dihadiri oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat.
c. Pemboman Hiroshima dan Nagasaki
Peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu menjadi faktor eksternal
yang memengaruhi peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Pada 6 Agustus 1945 bom pertama
jatuh di Hiroshima, dan tiga hari kemudian pada 9 Agustus 1945 bom kedua jatuh di
Nagasaki. Dua kota penting yang dihancurkan tersebut membuat kekalahan Jepang atas
sekutu sudah di depan mata. Ditambah lagi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara
resmi menyerah tanpa syarat kepada Sekutu di kapal USS Missouri.
d. Peristiwa Rengasdengklok
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu menimbulkan tekanan Golongan Muda agar
Golongan Tua segera mempercepat proklamasi kemerdekaan. Namun kedua tokoh Golongan
Tua yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memilih untuk menunggu keputusan Jepang
dan hasil sidang PPKI. Hingga tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, Golongan Muda yaitu
Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" menculik dan
membawa Soekarno serta Hatta ke Rengasdengklok.
e. Penyusunan Naskah Proklamasi
Penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kemudian disusun pada tanggal 16
Agustus 1945 sekembalinya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta dari Rengasdengklok.
Peristiwa penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini terjadi di rumah
Laksamana Muda Maeda Tadashi di Jl. Imam Bonjol no. 1, Jakarta Pusat. Sayuti Melik
menjadi sosok yang bertugas mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sementara di hari bersejarah tersebut, bendera merah putih yang dikibarkan dijahit sendiri
oleh Ibu Fatmawati.

PENUTUP

A. Kesimpulan:
Dengan menyerahnya Jepang, Perang Dunia II pun resmi berakhir. Sementara itu,
status Indonesia yang merupakan negara jajahan Jepang, menjadi vacuum of power atau
terjadinya kekosongan kekuasaan. Jepang sebenarnya berusaha mencegah agar berita mereka
menyerah kepada Sekutu tidak sampai ke Indonesia. Namun, salah satu tokoh Indonesia,
yakni Sutan Sjahrir, telah mendengar kabar Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Sjahrir segera menyampaikan kabar tersebut kepada golongan muda yang kemudian bergegas
mendesak dua tokoh penting bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno dan Hatta pun sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung di kediaman
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi.
Dengan dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno, masa pendudukan
Jepang di Indonesia pun resmi berakhir.
DAFTAR PUSTAKA

Smith, John. Perang Dunia II di Asia: Perjuangan dan Kemenangan. Penerbit ABC, 2005.

Tanaka, Hiroshi. Penjajahan Jepang dan Perlawanan Lokal. Penerbit XYZ, 2010..

Wang, Chen. Strategi Bersenjata dalam Perang Asia Timur. Penerbit OPQ, 2007.

Oktorino, N. (2013). Ensiklopedi pendudukan Jepang di Indonesia: konflik bersejarah.


Indonesia: PT Elex Media Komputindo.
MAKALAH

PERJUANGAN MELAWAN JEPANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Intan Saroja
2. Muliza Selvia
3. Lisa Novita
4. M. Hafidz Syahfadil
5. Kurniawan
6. Mardiana

NAMA GURU : YUSLINA WATI S.Pd

SMA NEGERI 2 KUALA


TAHUN 2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjuangan dengan kooperatif, bawah tanah dan bersenjata menjadi bagian integral
dari sejarah banyak gerakan perlawanan di berbagai belahan dunia. Periode Perang Dunia II
menjadi saksi perjuangan berbagai bangsa melawan pendudukanjepang. Selama perlawanan
ini, muncul dinamika unik dari gerakan kooperatif, bawah tanah, dan bersenjata yang
memainkan peran kunci dalam perjuangan melawan penjajahan Jepang di Asia.
Tujuan Jepang menduduki Indonesia adalah karena negara tersebut membutuhkan
sumber daya untuk menunjang keperluan Perang Asia Pasifik. Sejak saat itu, Jepang terus
berusaha mendapat dukungan dari rakyat Indonesia, terutama para pemimpin nasionalis,
seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir. Awalnya, Soekarno, Mohammad
Hatta, dan Sjahrir menolak untuk bekerja sama dengan Jepang. Namun, keputusan itu
berubah. Mereka setuju bekerja sama dengan Jepang agar bisa melanjutkan perjuangan
kemerdekaan. Perjuangan Indonesia saat itu dilanjutkan dengan dua cara, yaitu gerakan atas
tanah dan gerakan bawah tanah. Gerakan bawah tanah disebut sebagai gerakan secara rahasia,
karena bertujuan agar tidak dicurigai oleh pemerintah Jepang.

B. Perjuangan Melawan Jepang: Konteks Sejarah


Sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintah pendudukan Jepang, timbul
gerakanperlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. Beberapa perlawanan yang
dilakukan rakyatIndonesia terhadap Jepang, seperti perlawanan masyarakat Cot Plieng,
gerakan Koreri di Biak,perlawanan Singaparna, perlawanan di Indramayu, Aceh, Kalimantan,
serta Pemberontakan tentara PETA.
Pada Februari 1945 terjadi pemberontakan tentara PETA di Blitar di bawah pimpinan
Supriyadi. Pemberontakan tersebut sangat merepotkan pemerintah pendudukan Jepang Jog
dan hampir diikuti oleh seluruh anggota batalyon. Kekuatan tentara Jepang sulit ditandingi
karena dipersenjatai tank dan pesawat udara. Pimpinan tentara Jepang menyerukan agar
tentara PETA menyerah dan kembali ke kesatuan masing-masing.

1. Gerakan Kooperatif: Mendukung Kemerdekaan dengan Kolaborasi


Gerakan ini sering kali melibatkan kelompok-kelompok yang bekerja secara
terkoordinasi. Keterlibatan masyarakat sipil, kelompok hak asasi manusia, dan elemen militer
yang menolak otoritas yang ada menjadi ciri khas perjuangan ini.
Antara lain sebagai berikut :
-Organisasi kooperatif dalam konteks perlawanan.
-Strategi diplomasi dan negosiasi sebagai bentuk kooperatif.
-Tantangan dan keberhasilan gerakan kooperatif.

2. Gerakan Bawah Tanah: Operasi Rahasia dan Terkoordinasi


Perlawanan bawah tanah berfokus pada taktik-taktik yang tersembunyi dan
seranganmendadak untuk menghindari deteksi. Markas tersembunyi dan komunikasi rahasia
menjadibagian vital dari operasi mereka.
-antara lain sebagai berikut:
-Taktik dan strategi gerakan bawah tanah.
-Peran intelijen dan spionase dalam gerakan ini.
Gerakan bawah tanah adalah gerakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh
pejuang Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Gerakan mereka tidak menjurus pada
perlawanan bersenjata, tetapi lebih bertujuan menggalang solidaritas dan memperteguh cita-
cita perjuangan. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah dilakukan karena penjagaan
pemerintah Jepang yang sangat ketat. Tokoh yang memelopori gerakan bawah tanah adalah
Sutan Sjahrir dan Amir Syarifuddin. Contoh gerakan bawah tanah pada masa pendudukan
Jepang adalah perjuangan yang dilakukan Kelompok Sukarni dengan menyebarluaskan cita-
cita kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang revolusioner, dan mengungkap segala
kebohongan yang dilakukan Jepang.

3. Gerakan Bersenjata: Perlawanan dengan Kekuatan Militer


Anggota perlawanan seringkali dilatih secara intensif dan dilengkapi dengan senjata
untukmenghadapi pasukan yang lebih besar dan bersenjata. Keterampilan militer, termasuk
taktikgerilya, menjadi kunci dalam mempertahankan perlawanan.
Anggota perlawanan seringkali dilatih secara intensif dan dilengkapi dengan senjata
untukmenghadapi pasukan yang lebih besar dan bersenjata. Keterampilan militer, termasuk
taktikgerilya, menjadi kunci dalam mempertahankan perlawanan.
Perjuangan melawan kooperatif bawah tanah bersenjata penuh dengan tantangan dan
risiko.Selain menghadapi kekuatan pemerintah yang mungkin lebih besar, anggota
perlawanan jugasering kali menghadapi ancaman penangkapan, penyiksaan, atau kematian.
Keberlanjutan gerakan ini seringkali bergantung pada dukungan masyarakat lokal dan
dukunganinternasional. Kampanye diplomatik, kampanye informasi, dan bantuan logistik
dapat menjadifaktor kunci dalam menghadapi tekanan kooperatif.
Meskipun dengan risiko yang tinggi, gerakan ini kadang-kadang berhasil memicu
perubahanpolitik signifikan. Perubahan rezim, pengakuan hak asasi manusia, atau
kemerdekaan adalah hasil yang mungkin dari perjuangan yang gigih, antara lain sebagai
berikut:
- Persenjataan dan pelatihan anggota gerakan bersenjata.
- Taktik gerilya dan pertempuran terbuka.
- Dampak terhadap pasukan Jepang dan perubahan strategi perang.

Pada Februari 1945 terjadi pemberontakan tentara PETA di Blitar di bawah pimpinan
Supriyadi. Pemberontakan tersebut sangat merepotkan pemerintah pendudukan Jepang Jog
dan hampir diikuti oleh seluruh anggota batalyon. Kekuatan tentara Jepang sulit ditandingi
karena dipersenjatai tank dan pesawat udara. Pimpinan tentara Jepang menyerukan agar
tentara PETA menyerah dan kembali ke kesatuan masing-masing.
Kurang lebih setengah pasukan Supriyadi kembali. Tetapi mereka yang kembali justru
ditahan dan disiksa polisi Jepang. Supriyadi dan sisa pasukannya tetap setia melawan.
Mereka membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare. Namun,
pemberontakan tersebut mengalami kegagalan karena persiapannya tidak matang dan rakyat
pun tidak mendukung terhadap pemberontakan tersebut.
PENUTUP

A. Kesimpulan:
Perjuangan melawan kooperatif bawah tanah bersenjata mencerminkan perlawanan
yanggigih dan keberanian individu dan kelompok dalam menghadapi penindasan. Melalui
strategiyang cerdik, dukungan masyarakat, dan tekad yang kuat, gerakan ini telah memainkan
peranpenting dalam mengubah garis sejarah dan memperjuangkan hak-hak kemanusiaan.
Perjuangan Melawan Jepang dan Dinamika Gerakan Kooperatif, Bawah Tanah, dan
bersenjata. Perjuangan melawan Jepang selama Perang Dunia II mencerminkan tekad dan
keberanianmasyarakat yang berusaha mempertahankan hak mereka untuk merdeka. Melalui
perlawanan militer, gerakan gerilya, dan kontribusi sipil, banyak negara berhasil merebut
kembalikemerdekaan mereka, membuka jalan bagi perubahan besar dalam sejarah Asia dan
dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Rahata, Ringgo. Masa Pendudukan Jepang di Indonesia. 2019. Maraga Borneo Tarigas:
Singkawang

Tanaka, Hiroshi. Penjajahan Jepang dan Perlawanan Lokal. Penerbit XYZ, 2010.

Lee, Mei Ling. Gerakan Bawah Tanah Asia: Sejarah dan Tantangan. Penerbit LMN, 2018.

Wang, Chen. Strategi Bersenjata dalam Perang Asia Timur. Penerbit OPQ, 2007.

Anda mungkin juga menyukai