Anda di halaman 1dari 4

Perang Dunia II resmi kandas sudah pada 2 September 1945.

Setelah Jepang menyatakan hitam di


atas putih penyerahan diri tanpa syarat pada pihak Sekutu.Seremoni penyerahan Jepang secara
resmi dilakukan di atas kapal perang USS Missouri yang berlabuh di Tokyo Bay. Jepang mengirimkan
wakilnya yaitu Menteri Luar Negeri yang masih baru, Mamoru Shigemitsu. Jenderal Douglas
MacArthur yang duduk di hadapan para staf kaisar, mendapat kehormatan untuk menandatangani
surat penyerahan diri Jepang itu. Sementara untuk pasukan Jepang yang masih bercokol di wilayah
lain seperti Asia Tenggara, menyerah pada 12 September 1945. Penandatangannya dilakukan di
Singapura. Menyerahnya Jepang tanpa syarat menandai berakhirnya Perang Dunia II di kawasan Asia
Pasifik yang telah menelan jutaan nyawa dan harta benda. Khusus bagi warga Jepang, proses
penyerahan diri ini tidak lepas dari dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Dengan menyerahnya Jepang terhadap Sekutu mengakibatkan daerah jajahan Jepang di Indonesia
mengalami Vacuum of Power. Keadaan ini dimanfaatkan betul oleh rakyat Indonesia untuk
melakukan proklamasi kemerdekaannya.

Rumusan Masalah

Bagaimana posisi Jepang pada akhir PD II.

Bagaimana proses pembentukan BPUPKI dan PPKI.

Bagaimana penyerahan Jepang kepada Sekutu.

Bagaimana perbedaan pandangan antara golongan muda dengan golongan tua dalam pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan.

Bagaimana terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

Bagaimana peristiwa perumusan teks proklamasi.

Bagaimana peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945.

Bagaimana bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi.

Apa saja nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam semua peritiwa itu.

Tujuan

Untuk mengetahui posisi Jepang pada akhir PD II

Untuk mengetahui pembentukan BPUPKI dan PPKI

Untuk mengetahui penyerahan Jepang kepada Sekutu

Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara golongan muda dengan golongan tua dalam
pelaksanaan proklamasi kemerdekaan

Untuk mengetahui peristiwa Rengasdengklok


Untuk mengetahui perisiwa perumusan teks proklamasi

Untuk mengetahui peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945

Untuk mengetahui berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi

Untuk mengetahui Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam semua peritiwa itu

PEMBAHASAN

Posisi Jepang pada Akhir Perang Dunia II

Menjelang tahun 1945, posisi Jepang dalam Perang Pasifik mulai terjepit. Jenderal Mac. Arthur,
Panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di Filipina mulai melancarkan
pukulan balasan dengan siasat “loncat kataknya”. Satu per satu pulau-pulau antara Australia dan
Jepang dapat direbut kembali. Pada bulan April 1944 Sekutu telah mendarat di Irian Barat.
Kedudukan Jepang pun semakin terjepit. Keadaan makin mendesak ketika pada bulan Juli 1944
Pulau Saipan pada gugusan Kepulauan Mariana jatuh ke tangan Sekutu. Bagi Sekutu pulau tersebut
sangat penting karena jarak Saipan – Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29 USA. Hal itu
menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun semakin buruk. Akibat
faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut, menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo pada tanggal
17 Juli 1944 dan digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Agar rakyat Indonesia bersedia membantu
Jepang dalam Perang Pasifik, maka pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso
mengumumkan janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari. Janji ini dikenal
sebagai janji kemerdekaan Indonesia.

Pembentukan BPUKI dan PPKI

Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI

Pada tanggal 1 Maret 1945 panglima tentara ke-16 Letnan Jenderal Kumakichi Harada
mengumumkan dibentuknya suatu Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk
mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi politik, ekonomi, dan
tata pemerintahan yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara merdeka Indonesia.
Pengangkatan anggota BPUPKI yang berjumlah 67 orang diumumkan pada tanggal 29 April 1945.
Sebagai ketua BPUPKI adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat, sebagai wakil ketua diangkat dua orang,
yaitu R.P Suroso dan orang Jepang yang bernama Ichibangase. Upacara peresmian BPUPKI
dilaksanaklan pada tanggal 28 Mei 1945 dihadiri oleh seluruh anggota dan dua pembesar Jepang
yaitu Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah ke-7 yang bermarkas di Singapura dan membawahi
tentara-tentara yang bertugas di Indonesia) dan Panglima tentara ke-16 yang baruyaitu Letnan
Jenderal Nagano. Sidang-sidang yang dilaksanakan BPUPKI.

Sidang I (29 Mei -1 Juni 1945)

Hasil sidang I ini yaitu membahas rumusan dasar filsafat bagi negara Indonesia merdeka. Pada
tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin mengusulkan lima asas dan dasar negara Indonesia. Pada
tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sokarno mengucapkan pidato tentang lima asas yang dikenal dengan istilah
Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan orang anggota yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Moh. Yamin,
Ahmad Subarjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan Abikusno
Cokrosuyoso membentuk panitia kecil yang merumuskan asas dan tujuan negara Indonesia
merdeka. Rumusan itu dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang kelak setelah mengalami sedikit
perubahan ketika dijadikan Pembukaan UUD 1945.

Sidang II (10-17 Juli 1945)

Sidang BPUPKI ke-2 ini merupakan kelanjutan sidang panitia kecil. Hasil sidang yaitu membahas
rancangan hukum dasar yang nantinya setelah Indonesia merdeka disahkan menjadi UUD 1945.

Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau disebut Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai Ir. Sukarno dan Moh. Hatta sebagai
wakilnya. Pembentukan PPKI sebagai akibat dari bayangan kekalahan Jepang, karena pada tanggal 6
Agustus 1945 kota Hiroshima dibom oleh Sekutu.

Lebih-lebih setelah tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki dibom oleh Sekutu lagi. Dalam situasi
demikian tiga pemimpin Indonesia yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta dan dr. Rajiman Wedyodiningrat
dipanggil ke Dalath, Vietnam Selatan oleh Marsekal Darat Terauchi. Ia menyampaikan keputusan
pemerintah Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksaaannya setelah
persiapan selesai. Wilayah Indonesia yaitu meliputi seluruh Hindia-Belanda.
Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, dengan
demikian berakhirlah Perang Pasifik. Bersamaan itu pula ketiga pemimpin yang pergi ke Dalath telah
kembali ke tanah air.

Dengan adanya perjuangan dan Sejarah Pembentukan BPUPKI dan PPKI ini membuat NKRI kini dapat
bersatu dan menjadi negara yang besar. Untuk itulah, dengan perjuangan yang di lakukan para
pahlawan sebaiknya generai muda untuk menjaga dan melestarikanya agar abadi.

Penyerahan Jepang kepada Sekutu

Sampai akhir tahun 1943, kedudukan Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak. Di beberapa
tempat tentara Jepang menderita kekalahan dari pasukan Sekutu. Amerika Serikat akhirnya berhasil
melakukan pengeboman terhadap kota Hirosima (06 Agustus 1945) dan Nagasaki (09 Agustus 1945).
Akibat pengeboman tersebut, melumpuhkan kondisi politik dan ekonomi Jepang. Oleh karena itu,
tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Sesudah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia berada
dalam keadaan Vacuum of Power (kosong kekuasaan), artinya, pada saat itu tidak ada satupun
pemerintahan yang berkuasa di Indonesia. Jepang telah menyatakan kalah kepada sekutu,
sedangkan pihak Sekutu sebagai pemenang perang belum sempat menggantikan kedudukan Jepang
di Indonesia.

Dalam situasi seperti itu, merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Tetapi para pemuda merasa kebingungan, karena Bung Karno
dan Bung Hatta sedang berada di Dalat (Vietnam) untuk memenuhi panggilan Jendral Terauchi
selaku panglima tentara Jepang diseluruh kawasan Asia Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai