Perang Pasifik semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika serikat
semakin mantap, sementara Jepang mengalami kekalahan di mana-mana. Pasukan Jepang yang
berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.
Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, Indonesia dibagi
dalam dua wilayah kekuasaan berikut.
a. Wilayah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, meliputi:Kalimantan,Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
b. Wilayah Komando Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra
dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan Asia Tenggara terdapat di Dalat (Vietnam).
Serangan tentara sekutu sudah mulai diarahkan ke Indonesia. Setelah menguasai Pulau
Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku pada tanggal 20 Oktober 1944. Jendral Douglas
Mac Arthur, Panglima armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, menyerbu Kepulauan
leyte (Filipina). Penyerbuan ini adalah penyerbuan terbesar dalam Perang Pasifik. Pada tanggal
25 Oktober 1944 Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di pulau Leyte. Untuk menarik simpati
rakyat Indonesia, Jepang mengijinkan pengibaran bendera Merah Putih di samping bendera
Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu kebangsaan
Jepang Kimigayo.
Persiapan Proklamasi
Pada akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik sudah sangat terdesak.
Angkatan perang Amerika Serikat sudah tiba di daerah Jepang sendiri dan secara teratur
mengebom kota-kota utamanya. Ibukotanya sendiri, Tokyo, boleh dikatakan sudah hancur
menjadi tumpukan puing. Dalam keadaan terjepit, pemerintah Jepang memberikan
“kemerdekaan” kepada negeri-negeri yang merupakan front terdepan, yakni Birma dan Filipina.
Tetapi kemudian kedua bangsa itu memproklamasikan lagi kemerdekaannya lepas dari Jepang.
Adapun kepada Indonesia baru diberikan janji “kemerdekaan” di kelak kemudian hari. Dengan
cara demikian Jepang mengharapkan bantuan rakyat Indonesia menghadapi Amerika Serikat,
apabila mereka menyerbu Indonesia. Dan saat itu tiba pada pertengahan tahun 1945 ketika
tentara Serikat mendarat di pelabuhan minyak Balikpapan. Dalam keadaan yang gawat ini,
pemimpin pemerintah pendudukan Jepang di Jawa membentuk sebuah Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai). Badan itu beranggotakan tokoh- tokoh
utama Pergerakan Nasional Indonesia dari segenap daerah dan aliran dan meliputi pula
Soekarno- Hatta.
Sebagai ketuanya ditunjuk dr. Radjiman Wedyodiningrat seorang nasionalis tua, dengan
dua orang wakil ketua, yang seorang dari Indonesia dan yang lain orang Jepang. Pada tanggal 28
Mei 1945 dilakukan upacara pelantikan anggota Dokuritsu Junbi Cosakai, sedangkan
persidangan pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945.