Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan

Disusun Oleh;
Nama : Al-Baihaqi
Kelas : 5A albirun

MADRASAH IBTIDAIYAH
INSAN CENDIKIA
GARUT 2024
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan

Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945,


ketika bangsa Indonesia secara resmi menyatakan kemerdekaannya. Meskipun kekalahan Jepang
dalam Perang Dunia II menjadi salah satu latar belakang penting yang mempercepat proses
tersebut, kemerdekaan Indonesia bukanlah sebuah hadiah yang diberikan langsung oleh Jepang.

Peranan Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II

Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima,
Jepang oleh Amerika Serikat, yang menurunkan moral dan semangat tentara Jepang di seluruh
dunia. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas
Nagasaki, memaksa Jepang untuk menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Serangkaian Peristiwa Menuju Proklamasi
Pertemuan dengan Marsekal Terauchi

Pada tanggal 10 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat


diterbangkan ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi. Mereka diberitahu
bahwa pasukan Jepang berada di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi mengumumkan kepada Soekarno,
Hatta, dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.

Desakan dan Peristiwa Rengasdengklok

Dua hari setelah pertemuan di Dalat, saat Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke
tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan. Namun, Soekarno belum yakin bahwa Jepang benar-benar telah menyerah dan
proklamasi kemerdekaan pada saat itu dapat menimbulkan konflik yang besar. Pada tanggal 14
Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu, namun masih memegang kekuasaan di
Indonesia.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, peristiwa Rengasdengklok terjadi. Para pemuda pejuang,
termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Shodanco Singgih, dan lainnya membawa Soekarno,
Fatmawati, dan Guntur (anak mereka yang baru berusia 9 bulan) ke Rengasdengklok. Tujuannya
adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sana, mereka meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang Indonesia siap untuk melawan Jepang.

Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan


Penyusunan Teks Proklamasi

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mereka


bertemu dengan Mayor Jenderal Oosugi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum
pemerintahan militer Jepang. Nishimura mengemukakan bahwa Jepang harus menjaga status quo
dan tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia seperti
yang dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan
tersebut dan menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk melakukan rapat guna menyiapkan teks
Proklamasi.
Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, dan
disaksikan oleh Soekardi, B.M. Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik. Teks Proklamasi ditulis oleh Ir.
Soekarno sendiri. Setelah selesai disepakati, Sayuti Melik menyalin dan mengetik teks tersebut
menggunakan mesin tik milik Mayor Dr. Hermanto Kusumobroto (dari kantor perwakilan
Angkatan Laut Jerman).
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan
Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi No.1), acara Proklamasi dimulai. Pukul 10 pagi, Soekarno
membacakan teks Proklamasi dan pidato singkat setelahnya. Kemudian, bendera Merah Putih,
yang dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan oleh seorang prajurit PETA bernama Latief
Hendraningrat yang dibantu oleh Soepardjo dan seorang pemudi yang membawa nampan berisi
bendera Merah Putih. Setelah bendera berkibar, lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh semua
hadirin. Bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Proklamasi Nasional hingga
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai