Anda di halaman 1dari 8

BANGSA INDONESIA

MERDEKA
PERISTIWA PENTING DI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
1. BERITA KEKALAHAN
JEPANG
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.
2. DESAKAN UNTUK SEGERA
MEMERDEKAKAN INDONESIA
• Salah satu babak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia adalah periode tiga setengah tahun masa pendudukan Jepang
(1942-1945). Singkat memang, tapi membawa pengaruh yang signifikan bagi perjalanan republik. Masa pendudukan yang
pendek ini kelak bermuara pada beberapa peristiwa penting yang salah satunya adalah terbukanya jalan bagi proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jepang mulai masuk ke Indonesia pada 27 Desember 1941 setelah berhasil menguasai
wilayah Kepulauan Tambelan di sekitar Laut Cina Selatan. Dua pekan berselang, yakni pada 11 Januari 1942, mereka
mendarat di Tarakan dan Manado. Dua wilayah tersebut diduduki dengan serangan cepat yang membuat Belanda tidak
berkutik

• Dalam rentang waktu yang hampir bersamaaan, Jepang juga berhasil menguasai Balikpapan pada 24 Januari 1942, Ambon
pada 2 Februari 1942, dan Makassar pada 9 Februari 1942. Selain itu, mereka juga menguasai Palembang pada 15 Februari
1942 bersamaan dengan jatuhnya Singapura. Dengan demikian, daerah kaya minyak yang ada di Kalimantan Timur dan
Sumatra Selatan telah dikuasai Jepang seluruhnya (Wenri Wanhar, Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro Yoshizumi
(2014), hlm. 110-111). Ini adalah langkah penting sebagai bekal mereka dalam menghadapi perang di Pasifik yang memiliki
arena tempur yang begitu luas. Menghadapi kedatangan Jepang yang demikian cepat, menurut Maman S. Mahayana dalam
artikel berjudul “Japanese Occupation Government Policy in Indonesia on Culture and Literature: a case study of Asia Raja
Newpaper (1942-1945)”, secara umum terdapat tiga respons orang Indonesia dalam memandang kedatangan Jepang
menggantikan kedudukan Belanda. Pertama, kelompok yang menyambut dan mendukung kedatangan mereka atas
keberhasilannya mengusir Belanda dari Indonesia. Kedua, kelompok yang belum menentukan sikap antara mendukung atau
menentang. Dan ketiga, kelompok yang sejak awal menentang kehadiran Jepang, walaupun mereka masih belum berani
menunjukkannya secara langsung (hlm. 129). Selain itu, Maman juga membagi orang yang menentang pendudukan Jepang ini
dalam dua kelompok; (1) kelompok yang terdiri dari keluarga amtenar, kaum bangsawan, dan pegawai pemerintahan dalam
struktur negara kolonial Hindia Belanda. (2) Golongan orang-orang pergerakan yang sejak awal menempatkan pemerintah
Jepang sebagai kekuatan imperialis dan perwujudan fasisme baru menggantikan kedudukan Belanda.

Silang Pendapat Golongan Tua dan Muda Jepang mulai mengalami banyak kekalahan di front Pasifik dalam menghadapi Sementara para pemimpin generasi muda menginginkan pernyataan kemerdekaan yang dramatis dan keluar dari
Sekutu. Juni 1944, Angkatan Laut Jepang kalah dalam pertempuran di Laut Filipina. Satu bulan kemudian, mereka kehilangan bayang-bayang pemerintah pendudukan Jepang. Namun, tak seorang pun dari mereka berani bergerak tanpa
pangkalan angkatan laut di Saipan (Kepulauan Mariana), yang berakibat pada terjadinya krisis kabinet di dalam negeri.
Sukarno dan Hatta di sisi mereka. Hal ini bisa dipahami mengingat posisi Sukarno dan Hatta waktu itu begitu
Perdana Menteri Tojo (1941-1945) meletakkan jabatannya. Ia digantikan oleh Jenderal Koiso Kuniaki (1944-1945). Kekalahan
demi kekalahan itu terus berlangsung hingga mencapai puncaknya pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945: Hiroshima dan
sentral dan kharismatik, tak hanya bagi kebanyakan orang Indonesia, tetapi juga di hadapan para tentara Jepang
Nagasaki dibom atom oleh Sekutu. (Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), hlm 443-444). Perbedaan pandangan ini kelak
Peristiwa pengeboman tersebut menewaskan ratusan ribu warga. Jepang kemudian menyerah tanpa syarat kepada Sekutu menyebabkan peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945 pagi ke Rengasdengklok oleh
pada 14 Agustus 1945, tepat hari ini 76 tahun lalu. Beberapa sumber lain menyebutkan 15 Agustus 1945, ini muncul karena golongan pemuda. Dalih para pemuda dalam penculikan ini adalah untuk mengamankan Sukarno-Hatta jika terjadi
perbedaan zona waktu antara Jepang dan AS sebagai pusat kekuatan Sekutu di Pasifik pada waktu itu. Menyerahnya Jepang pemberontakan oleh Peta dan Heiho di Jakarta. Akan tetapi, hal ini tidak pernah terbukti dan memang hanya akal-
kepada Sekutu membuat terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia. Di satu sisi, Sekutu sebagai pemenang perang dan akalan pihak pemuda agar Sukarno dan Hatta mau ikut mereka ke Rengasdengklok.
penguasa baru di wilayah jajahan masih belum datang. Dan di sisi lain, Jepang yang ada di wilayah republik sudah tidak Melihat gelagat yang mulai mencurigakan, Sukarno dan Hatta segera sadar bahwa ini merupakan siasat untuk
memiliki kewenangan dan semangat untuk melakukan pendudukan. Menyikapi kekosongan kekuasaan tersebut, terjadilah memaksa mereka menyatakan kemerdekaan di luar rencana pihak Jepang. Keduanya tetap menolak paksaan para
silang pendapat yang tajam antara golongan tua dan muda. Sukarno, Hatta, dan generasi tua lainnya ragu-ragu dalam
pemuda. Bahkan, sebagaimana ditulis oleh Haryono Rinaldi dalam artikel berjudul, “Proklamasi 17 Agustus 1945:
menyikapi kekalahan Jepang. Mereka takut memancing konflik lebih jauh dengan pihak Jepang yang nantinya berakibat pada
pertumpahan darah yang tak berkesudahan. Selain itu, Sukarno dan Hatta juga masih terikat janji dengan Jepang ketika
Revolusi Politik Bangsa Indonesia”, ketika Sukarno diancam oleh Wikana—perwakilan pihak pemuda—yang
mereka pergi ke Vietnam untuk dilantik sebagai etua dan wakil ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). mengatakan akan terjadi pertumbahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan.
3.
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.
1. BERITA KEKALAHAN
JEPANG
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.
1. BERITA KEKALAHAN
JEPANG
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.
1. BERITA KEKALAHAN
JEPANG
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.
1. BERITA KEKALAHAN
JEPANG
• Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu,
anda perlu tahu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal berapa dan latar belakangnya.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Peristiwa Jepang menyerah kepada
Sekutu terjadi setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, seperti dikutip dari Encyclopedia
Britannica.

Sebelumnya, Jepang telah menderita kekalahan perang seperti Perang Laut Karang pada 4 Mei 1942, disusul
perang di Guadacanal pada 6 November 1942, dan pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck pada 1 Maret
1943. Pada 26 Juli, sejumlah pemimpin di pihak Sekutu bertemu di Postdam, Jerman. Sebab, kendati konflik di
Eropa sudah diakhiri, Jepang masih menyatakan perang di wilayah Pasifik.

Untuk itu, Presiden AS Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Nasionalis
China Chiang Kai-shek menyusun Deklarasi Postdam yang berisi persyaratan penyerahan Jepang.
Deklarasi tersebut mengklaim bahwa "perhitungan yang tidak cerdas" oleh penasihat militer Jepang telah
membawa negara itu ke "ambang kehancuran." Pihak Sekutu menguraikan persyaratan penyerahan kekuasaan
yang mencakup pelucutan senjata total, pendudukan daerah-daerah tertentu, dan pembentukan "pemerintah
yang bertanggung jawab."

Deklarasi Postdam juga menjanjikan bahwa Jepang tidak akan "diperbudak sebagai ras atau dihancurkan sebagai
sebuah bangsa."

Isi rancangan Deklarasi Postdam juga mencakup ultimatum "kehancuran segera dan total" bagi Jepang jika Jenderal Terauchi menyampaikan pernyataan Pemerintah Jepang bahwa bangsa Indonesia akan segera diberi
Jepang tidak setuju untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum ini yang kemudian dilakukan Sekutu dengan kemerdekaan, seperti dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Ganesha Operation.

Sebelum pengeboman terjadi, Perdana Menteri Jepang Minister Suzuki Kantarō merespons ultimatum tersebut Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
pada jumpa pers dengan "mokusatsu" dan tidak memberi pernyataan lebih lanjut. Mokusatsu secara kasar kekalahan Jepang telah diketahui Soetan Sjahrir dan golongan pemuda melalui siaran radio. Soetan Sjahrir lalu
diartikan sebagai "no comment." menemui Moh. Hatta dan mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa
menunggu janji Jepang.
Amerika Serikat lalu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945. Di tengah peristiwa pengeboman, Uni Soviet juga mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Dari berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 kemudian berlanjut pada
peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, perumusan teks Proklamasi, dan pelaksanaan proklamasi
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat bertemu Jenderal Terauchi di kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
markas besar Panglima Tertinggi Militer Jepang di Dalat, Vietnam Selatan.

Anda mungkin juga menyukai