Anda di halaman 1dari 9

PROKLAMASI KEMERDEKAAN

DAN TERBENTUKNYA
PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 3
Anggota Kelompok
- Atmadi Setiana Nurhadi
- Devi Anggraeni
- Karina Amelia
- Revalina Febiola
- Safala Feriska Saputri
- Zahra Ayu Amelia
A. Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia

Pemboman atas Kota Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus


1945) membuat Jepang tidak punya pilihan lain selain menyerah.Hancurnya
armada-armada dagang menghambat pasokan bahan mentah (seperti batu
bara, besi, besi baja, karet) dan minyak bumi dari negara-negara yang
didudukinya (termasuk minyak bumi dari Indonesia). Sejak semula, Jepang
memang sangat bergantung pada bahan mentah dan bahan baku dari luar
negeri untuk menghidupkan industri-industrinya.Maka, sadar bahwa kekalahan
tak terelakkan, pada 15 Agustus 1945 Kaisar Jepang Hirohito mengumumkan
penyerahan tanpa syarat (kapitulasi) kepada Sekutu. Dengan pernyataan
kapitulasi itu, Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya berakhir
2. Perbedaan Pendapat tentang Proklamasi
Kemerdekaan dan Peristiwa Rengasdengklok
Sekitar setahun sebelum penyerahan Jepang tanpa syarat kepada Sekutu, tepatnya pada 7 September
1944, Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso telah mengumumkan sikap resmi pemerintah Jepang: bahwa
daerah Hindia Timur (Indonesia) akan diberikan kemerdekaan.pada 1 Maret 1945, panglima tentara
Jepang di Jawa Letjen Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya sebuah badan atau lembaga untuk
mempersiapkan kemerdekaan yang disebut Dokuritsu Junbi Coosakai atau BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).Lembaga tersebut disahkan pada 29 April 1945,
bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Pada 7 Agustus 1945, sehari setelah pemboman Hiroshima, BPUPKI yang dibentuk tiga (3) bulan sebelumnya
diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tugasnya adalah mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Pada 9 Agustus 1945, Sekutu menjatuhkan bom atom kedua, kali ini di Kota
NagasakiPada 10 Agustus, Sutan Sjahrir mendengar dari siaran radio British Broadcasting Corporation (BBC)
tentang kemungkinan Jepang akan menyerah kepada Sekutu. Di satu sisi, pemanggilan ketiga tokoh ke Dalat
serta siaran radio BBC memberi harapan. Itulah sebabnya, dalam waktu singkat kabar tersebut menyebar ke
kalangan aktivis pergerakan baik tua maupun muda. Mereka yakin bahwa dengan pemanggilan para tokoh
ke Dalat, Jepang bermaksud membicarakan kemerdekaan Indonesia pascakapitulasi

1
Golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta menghendaki sikap kooperatif dengan Jepang.
Artinya, hal-hal yang terkait dengan proklamasi kemerdekaan mesti dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan pihak Jepang. Jadi, proklamasi kemerdekaan tidak perlu tergesa-gesa. Ada dua
pertimbangan mendasar Soekarno:

Belum ada kepastian Jepang sudah kalah dan menyerah kepada Sekutu. Kendatipun
1
kalah dan menyerah, Jepang tidak serta- merta melepaskan kekuasaannya atas
Indonesia. Angkatan perangnya di Indonesia masih berada dalam keadaan siaga serta
dengan kekuatan penuh. Maka, di tengah tekanan psikologis akibat kalah melawan Sekutu
(jika hal itu benar-benar terjadi), proklamasi kemerdekaan tanpa sepengetahuan dan
restu Jepang hanya akan memicu pertumpahan darah.

2 Sejalan dengan saran Terauchi di Dalat, Soekarno berpendapat bahwa proklamasi


kemerdekaan harus dilaksanakan dalam wadah PPKI. PPKI-lah yang merundingkan waktu
yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan. (Meskipun demikian, dalam
pertemuan di Dalat, Terauchi menginginkan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
pada 24 Agustus.)
3. Penyusunan Naskah Proklamasi
Pada 16 Agustus (malam hari), Laksamana Maeda mengantar Soekarno dan Hatta ke kediaman Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia-Belanda. la tidak mau menerima Soekarno-Hatta
dan lantas memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer
Jepang, untuk menerima mereka. Nishimura memberi kabar mengejutkan bahwa Tokyo tidak mengizinkan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sebab perjanjian kapitulasi mensyaratkan Jepang menjaga status quo di semua negara yang
didudukinya.
Soekarno dan Hatta tidak menghiraukan Nishimura dan langsung bergegas menuju rumah Laksamana Maeda Tadashi di
Jalan Imam Bonjol No.1 guna melakukan rapat menyiapkan teks Proklamasi. Turut bersama mereka Achmad Soebardjo,
Soekarni, Burhanudin Muhammad Diah (B.M. Diah), Sudiro, dan Sayuti Melik. Perumusan naskah proklamasi dilakukan di
ruang tengah dengan meja melingkar. Tampak dalam diorama tersebut Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo
sedang berdiskusi. Soekarno menuliskan naskah proklamasi, sedangkan Hatta dan Achmad Soebardjo menyumbangkan
ide secara lisan.
Setelah naskah selesai dibuat, Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya. Sayuti Melik mengetik naskah
proklamasi di ruangan bawah tangga ditemani B.M. Diah. Tadinya, Sayuti Melik akan menggunakan mesin tik milik
Laksamana Maeda, namun tidak jadi karena mesin tik itu menggunakan huruf kanji. Mesin tik pun dipinjam dari Konsulat
Jerman.
Usai penandatanganan, mereka merundingkan lokasi pelaksanaan proklamasi. Semula disepakati proklamasi akan
dilaksanakan di lapangan Ikada Jakarta. Namun, Soekarno khawatir pelaksanaan proklamasi di tempat tersebut akan
memicu bentrokan dengan tentara Jepang. Maka, akhirnya disepakati upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia
dilaksanakan di halaman rumah Soekarno, yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, atau sekarang Jln. Proklamasi
No. 1, pada pukul 10.00 WIB.
4. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sejak pagi hari Jumat 17 Agustus 1945, rumah Soekarno telah dipenuhi dengan sejumlah pemuda.
Mereka berbaris dengan tertib menunggu pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
Para pemimpin bangsa baik dari golongan tua maupun golongan muda berdatangan ke lokasi
tersebut. Tanggung jawab keamanan lokasi diserahkan kepada anak buah Cudanco Latief
Hendraningrat. Tiang bendera yang terbuat dari sebatang bambu yang telah disiapkan oleh
Cudanco Suhud ditancapkan di halaman rumah Soekarno itu. Di tiang sederhana inilah bendera
merah putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati akan dikibarkan.
Pada pukul 10.00 WIB, pembacaan naskah proklamasi dimulai. Sebelum membacakan naskah
proklamasi, Soekarno terlebih dahulu menyampaikan pidato pengantar yang secara lengkapnya
berbunyi sebagai berikut.
Saudara saudara sekalian! Saya sudah minta saudara saudara hadir di sini untuk menyaksikan
satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Bangsa Indonesia karena proklamasi kemerdekaan itu memiliki makna sebagai berikut.

● Merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.


● Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan.
● Negara Republik Indonesia lahir.
5. Penyebaran Berita Proklamasi
Segera setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, salinan teks proklamasi disampaikan kepada
Kepala Hoso Kanri Kyoku atau Pusat Jawatan Radio (sekarang RRI), Waidan B. Palenewen. La menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara) yang bernama
Syahruddin. Selanjutnya, ia memerintahkan operator radio tersebut, F. Wuz agar berita proklamasi segera
diudarakan. Oleh tiga penyiarnya, yaitu Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto, berita proklamasi
disiarkan tiga kali berturut-turut.
Selain melalui saluran radio, berita proklamasi juga disebarluaskan melalui surat kabar, pamflet, poster,
serta coretan-coretan di gerbong kereta api dan dinding-dinding kota. Pada 20 Agustus 1945, misalnya,
hampir semua harian yang diterbitkan di Jawa memuat berita tentang proklamasi kemerdekaan. Harian
Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh
pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Selain itu, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri
sidang PPKI. Melalui berbagai cara dan media tersebut, berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia
dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri.
Berikut ini nama para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita Proklamasi:
● Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,
● Sam Ratulangi dari Sulawesi,
● Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali),
● A. Hamidan dari Kalimantan.
Terimakasih :)

Anda mungkin juga menyukai