Anda di halaman 1dari 7

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

1.Latar Belakang dari Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia


Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II,pada awal perang,memproleh berbagai kemenangan
pada berbagai front pertempuran. Serangan Jepang secara mendadak kemudian mampu
meluluhlantahkan Pearl Harbour yang merupakan pangkalan perang Amerika Serikat. Tujuan
Jepang melakukan serangan terhadap Pearl Harbour adalah melumpuhkan kekuatan Amerika
Serikat yang dianggap berbahaya untuk menuju Perang Asia Timur Raya. Akan tetapi
kemenangan-kemenangan Jepang itu berlangsung tidak lama.

Pada akhir tahun 1944, Jepang semakin terdesak, beberapa pusat pertahanan di Jepang termasuk
Kepulauan Saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat. Terdesaknya pasukan Jepang diberbagai
front menjadi berita menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Harapan bangsa Indonesia agar
terjadi perubahan sikap terhadap penguasa Jepang terwujud . Jepang menjadi semakin terpuruk,
semangat tempur tentara Jepang semakin merosot dan persediaan senjata dan amunisi terus
berkurang dan banyak kapal perang yang hilang,keadaan semakin diperburuk dengan perlawanan
rakyat yang semakin menyala.

Salah satu pertempuran yang membawa dampak negatif bagi Jepang adalah pertempuran Laut
Karang atau Laut Koral pada tanggal 1942. Pertempuran ini tercatat sebagai pertempuran laut
pertama yang melibatkan banyak kapal-kapal perang kedua belah pihak. Serangan Jepang dapat
ditahan oleh Amerika Serikat, pada pertempuran ini Jepang mengalami kerugian dengan
rusaknya berbagai kapal induk. Kekalahan Jepang pada pertempuran selanjutnya dikarenakan
Amerika Serikat mampu mengetahui strategi yang akan digunakan oleh Jepang melalui
penyadapan.

Kekalahan Jepang dalam berbagai front pertempuran juga dipersulit dengan adanya berbagai
perlawanan yang berlangsung dibeberapa daerah di Indonesia. Perlawanan terhadap Jepang
antara lain di Aceh dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, Perlawanan rakyat Tasikmalaya dipimpin
oleh KH. Zainal Mustofa, dan Perlawanan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi.

Kekalahan Jepang diberbagai front pertempuran berdampak bagi pemerintahan yang ada di
Jepang , Pada tanggal 17 juli 1944, Jendral Nideki Tojo diganti oleh Jendral Konioki Koiso. Pada
tanggal 7 September 1944 Jendral Koiso memberi janji kemerdekaan kepada Indonesia
dikemudian hari. Pada 1 Maret 1945, Panglima Jepang Letnan Jendral Kumakici Harada
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 Kota Hirosima di bom
atom oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkannya BPUPKI dan dibentuklah
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). PPKI yang pada saat itu dipimpin oleh Ir.
Soekarno, beserta Moh.Hatta dan Dr.Rajiman Widyadiningrat berangkat ke Dalat, Vietnam pada
tanggal 2 Agustus 1945 bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kemerdekaan
Indonesia.

Amerika Serikat membom atom dua kota yang ada di Jepang, yakni Hirosima dan Nagasaki pada
tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Pemilihan kedua kota ini dikarenakan kedua kota
tersebut merupakan pusat industri di Jepang. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di Indonesia. Bangsa
Indonesia yang memanfaatkan kondisi demikian itu dengan memproklamasikan Kemerdekaan
Indonesia sebelum sekutu dating, yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, Bungkarno didampingi
oleh Moh Hatta membacakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Dengan demkikian maka
berakhirlah Kekuasaan Jepang di Indonesia, dan Indonesia muncul sebagai satu Negara yang
Merdeka.

2. Dampak Pendudukan Jepang Di Indonesia


Masa Pendudukan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun membawa dampak yang sangat luas.
Adanya penjajahan pasti menimbulkan penderitaan bagi bangsa yang di jajah . Begitu juga
dengan Indonesia pada masa Pendudukan Jepaang. Berikut adalah dampak dari PEndudukan
Jepang di Indonesia.

a. Dampak Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia

Dalam ramgka memenangkan Perang Asia Timur Raya , Jepang menghalalkan segala cara .
Jepang mengeruk kekayaan alam didaerah yang didudukinya (begitu pula di Indonesia). Pada
waktu Jepang masuk ke Indonesia , daerah-daerah penghasil minyak dijadikan sasaran pertama
untuk dikuasai . Daerah tersebut seperti Tarakan , Balikpapan, dan Palembang . Tujuan utama
Jepang menguasai daerah tersebut agar Jepang mempunyai persediaan bahan bakar untuk
mrlanjutkan ofensifnya ke daerah lain. Akibatnya, alokasi minyak untuk penduduk pribumi
menjadi semakin terbatas.

Selain itu, Jepang juga memaksa para petani untuk menyerahkan hasil panennya (padi),
sedangkan para petani hanya memproleh sedikit dari hasil kerja kerasnya . Keadaan tersebut
menimbulkan kelapran di daerah pedesaan . Untuk rakyat yang tidak memiliki beras terpaksa
makan gaplek atau nasi jagung. Adanya kekurangan pangan tersebut lama kelamaan
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan angka kematian meningkat diberbagai daerah .

Adanya rumosa telah mengubah struktur social pedesaan . Para pemuda yang tajut direkrut
menghilang dari desa dan pergi ke kota. Hal tersebut menyebabkan tenaga yang tersisa didaerah
pedesaan hanya kaum perempuan ,orang tua ,anak-anak , dan orang sakit sehingga menimbulkan
terbengkalainya lahan pertanian di desa.
Adanya perampasan kekayaan pribadi (uang, perhiasan, dan kendaraan ) dengan dalih untuk
membiayai perang telah menimbulkan meningkatnya kemiskinan. Dengan perampasan tersebut
menyebabkan banyak diantara penduduk yang menggunakan pakaian dari goni karena tidak
mampu membeli pakaian.

b. Dampak Positif Pendudukam Jepang di Indonesia

Dampak positif Pendudukan Jepang di Indonesia terlihat dengan munculnya kelompok-


kelompok pemuda yang memiliki pengetahuan kemiliteran . Jepang banyak mendirikan
organisasi semimiliter dan militer untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya . Para pemuda
yang bergabung dalam organisasi tersebut kelak setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor
pembentukan organisasi kemiliteran. Adanya pengetahuan kemiliteran tersebut sangat berguna
dalam menghadapi Sekutu dan Belanda.

Dalam bidang penggunaan bahasa ,pemerintah pendudukan Jepang melarang penggunaan bahasa
Belanda dalam kegiatan resmi pemerintahan. Dengan pelanggaran tersebut, memberi kesempatan
bagi bahasa Indonesia untuk berkembang. Bahasa Indonesia dapat dipakai sebagai sebagai
bahasa resmi pemerintahan dan kegiatan belajar disekolah, bahkan pemerintah pendudukan
Jepang pada tnngal 20 Oktober 1943 membentuk Komisi Bahasa Indonesia.

3. Upaya-Upaya Pemerintah Untuk Kemerdekan Indonesia


a. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI)

Memasuki tahun 1945, posisi Jepang dalam menghadapi Sekutu semakin tidak menguntungkan.
Tanda-tanda bahwa Jepang akan kalah perang sudah mulai terlihat. Pendaratan Sekutu di Irian
pada bulan April 1944 dan jatuhnya Plau Saipan pada bulan Juli l944 telah mengancam
kedudukan Jepang di Indonesia.

Untuk mempertahankan diri dari Sekutu , Jepang tidak mempunyai cara lain kecuali dengan
meningkatkan bantuan kekuatan dari rakyat Indonesia. Agar usaha tersebut berjalan dengan
lancar, melalui Perdana Menteri Koiso Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia di
kemudian hari. Pada waktu Jepang berada dibawah Kabinet Koiso, situasi tidak bertambah baik.
Seiring dengan jatuhnya Pulau Okinawa, Kabinet Koiso pun mengalami kejatuhan dan diganti
dengan Kabinet Suzuki. Kabinet Koiso berakhir pada tanggal 5 April 1945. Dengan berakhirnya
Kabinet Koiso, berarti Koiso tidak lagi berbuat apa pun atas rencana pembentukan BPUPKI
(Dukuritsu Junbi Cosakai) yang diumumkan Panglima Bala Tentara XVI Letnan Jenderal
Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945.

Sebagai pemerintahan yang sah dan mengingat posisi Jepang yang tidak membaik, Kabinet
Suzuki tidak mengelak dari tanggung jawab atas “Janji Koiso”. Untuk itu, pada tanggal 29 April
1945 susunan keanggotaan BPUPKI diumumkan. Dengan ketua ( kaico) terpilih Dr.K.R.T
Radjiman Wedyodiningrat yang dibantu oleh dua orang wakil ketua (fuku kaico), yaitu
Ichibangase (orang Jepang) yang menjabat sebagai kepala badan perundingan dan R.P Suroso
sebagai kepala secretariat yang dibantu oleh Toyohito Masuda (orang Jepang) dan Mr.A.G
Pringgodigdo. BPUPKI dibentuk dengan tujuan mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting
yang berhubungan dengan pembentukan Negara Indonesia Merdeka.

BPUPKI diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945 di Gedung Chou Sangi In di jalan Pejambon
Jakarta. Dalam upacara peresmian di hadiri oleh dua orang pejabat militer Jepang, yaitu Jenderal
Itagaki (Panglima Tentara Keenam belas Yang Baru). Pada peresmian BPUPKI ini dikibarkan
bendera Jepang (Hinomaru) oleh Mr.A.G Pringgodigdo, kemudian disusul dengan pengibaran
bendera Merah Putih oleh Toyohito Masuda. Peristiwa peresmian BPUPKI ini membangkitkan
semangat para anggota BPUPKI dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Tugas pokok BPUPKI yaitu melakukan penyelidikan terhadap usaha-usaha persiapan


kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja. Panitia kerja
yang dibentuk adalah sebagai berikut.

a) Panitia perumusan terdiri dari Sembilan orang yang diketuai oleh Ir.Soekarno. Tugas
panitia perumusan adalah merumuskan naskah rancangan pembukaan undang-undang
dasar.
b) Panitia perancangan UUD, diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam panitia perancangan UUD
ini di bentuk lagi panitia kecil yang diketuai oleh Prof. Dr. Mr. Supomo.
c) Panitia ekononomi dan keuangan diketahui oleh Drs. Moh. Hatta.
d) Panitia pembela tanah air diketahui oleh Abikusno Cokrosuyoso

Setelah kepanitiaan terbentuk, kemudian BPUPKI segera mengadakan siding-sidang.

a.Sidang-sidang BPUPKI

1. Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945)


Sidang pertama BPUPKI ini membicarakan mengenai rumusan dasar Negara Indonesia
Merdeka. Ketua BPUPKI dalam pembukaannya meminta pandangan kepada para
anggota mengenai rumusan dasar Negara Indonesia tersebut. Antara lain Mr. Muh
Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan Ir.Soekarno. Pada sidang pertama BPUPKI tanggal 29
Mei 1945 , Mr. Muh Yamin mengajukan lima asas dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan’
dan Kesejahteraan Rakyat.

Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Supomo mengajukan dasar Negara Indonesia
Merdeka ,yaitu persatuan ,kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah,
serta keadilan social. Pada sidang pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengajukan
lima rumusan dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan social,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan masukan dari seorang ahli bahasa, kelima
rumusan dasar Negara tersebut oleh Ir. Soekarno diberi nama Pancasila. Menurut
Ir.Soekarno, Pancasila bias diringkas menjadi tiga siia (trisila) terdiri dari social
nasionalisme, social demokrasi, dan ketuhanan. Ir. Soekarno juga menegaskan bahwa
ketiga sila tersebut dapat diringkas lagi menjadi satu sila (ekasila) yaitu gotong royong.

Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi belum menghasilkan
keputusan akhir mengenai dasar Negara Indonesia Merdeka. Akhirnya diadakan masa
reses selama satu bulan. Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI membentuk panitia kecil
dengan tugas membahas usul dan konsep para anggota mengenai dasar Negara Indonesia.
Panitia kecil ini beranggotakan Sembilan orang. Oleh karena itu, panitia ini disebut
Panitia Sembilan.

Panitia Sembilan beranggotakan Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Mr. Muh Yamin, Mr
Ahmad Soebarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus
Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia Sembilan ini menghasilkan dokumen yang
berisi asas dan tujuan Negara Indonesia Merdeka.

Dokumen tersebut dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yang isinya sebagai
berikut.
a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b) Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesian .
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia .

2. Sidang Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945)


Hasil yang dicapai oleh panitia kecil tersebut di ajukan dalam sidang kedua BPUPKI.
Sidang kedua BPUPKI membahas masalah rancangan undang-undang dasar termasuk
mengenai pembukaan (preambul). Selain itu, sidang kedua BPUPKI juga menetapkan
pembentukan tiga panitia, yaitu panitia hokum dasar, panitia masalah ekonomi, dan
panitia masalah bela Negara.

Pada sidang tanggal 11 Juli 1945, panitia hokum dasar yang ditugaskan membahas
masalah rancangan Undang-Undang Dasar 1945 membentuk panitia kecil yang diketuai
oleh Prof. Dr. Mr. Supomo.
Pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno selaku ketua ketua panitia hokum dasar
melaporkan hasil panitia kecil pada sidang yang isinya sebagai berikut.
a) Permyataan Indonesia Merdeka
b) Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta)
c) Batang tubuh yang kemudian disebut Undang Undang Dasar

Rancangan pernyataan Indonesia merdeka diambil dari tiga kalimat awal alenia pertama
rancangan pembukaan UUD, sedangkan rancangan pembukaan UUD diambil dari
Piagam Jakarta. Akhirnya hasil keja keras panitia hokum dasar yang dilaporkan dalam
sidang BPUPKI diterima. Dengan demikian, BPUPKI telah menghasilkan pembukaan
UUD, BATANG TUBUH, ATURAN TAMBAHAN, dan ATURAN PERALIHAN.

b. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Setelah BPUPKI berhasil menyusun rancangan UUD, BPUPKI dianggap telah selesai
melaksanakan tugasnya, kemudian 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah
Jepang. Sebagai gantinya pemerintah Jepang (Jendral Terauchi) menyetujui dibentuknya Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Tugas PPKI adalah
melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan menyampaikan pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang
kepada bangsa Indonesia.

Pemilihan anggota PPKI secara langsung dilakukan oleh Marsekal Terauchi, penguasa perang
tertinggi Jepang untuk Seluruh Asia Tenggara. Anggota PPKI berjumblah 21 orang yang dipilih
tidak hanya terbatas pada wakil-wakit dari jawa yang berada dibawah pemerintahan Tentara
Keenam Belas, tetapi juga dari berbagai pulau, yaitu 12 wakil dari jawa, 3 dari Sumatra, 2 dari
Sulawesi, 1 dari Kalimantan, 1 dari sunda kecil, 1 dari Maluku, dan seseorang lagi dari
pendudukan cina. Sebagai ketua PPKI tunjuk Ir.Soekarno, wakilnya Drs. Moh Hatta dan Ahmad
Subarjo ditunjuk sebagai penasehat. Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan kepada
para anggota PPKI bahwa para anggota PPKI tidak hanya dipilih oleh pejabat dilingkungan
Tentara Keenam Belas, tetapi juga Jenderal oleh Jenderal Terauchi yang menjadi penguasa
perang tertinggi di seluruh Asia Tenggara.

Dalam Perkembangan selanjutnya atas inisiatif anggota PPKI, anggotanya ditambah menjadi
enam orang tanpa seizing pemerintah jepang sehingga seluruh anggota PPKI berjumblah 27
orang. Adapun maksud penambahan anggota tersebut adalah agar PPKI tidak terkesan badan
bentukan Jepang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa PPKI telah dapat diambil alih dan
dikendalikan oleh pemimpin-pemimpin Indonesian sehingga menjadi alat perjuangan rakyat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai