Anda di halaman 1dari 12

RESUME

“SEJARAH PANCASILA.”

OLEH:

Nama : Hikmatun A. Lampadjoa.


NPM : 2040102007.
Mata Kuliah : Pancasila.
Lokal : A1

PROGRAM STUDI MENAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TARAKAN/2020
1. Sejarah Penaklukan Jepang Asia Tenggara Tahun 1941

Awal terjadinya penjajahan oleh Jepang di Indonesia dimulai pada saat Jepang melakukan
penaklukan Asia Tenggara di tahun 1941 dan faksi dari Sumatra menerima bantuan pihak Jepang
untuk menjalankan rencana revolusi mereka terhadap pemerintahan Belanda. Apa yang dilakukan
oleh prajurit Jepang kepada rakyat berbeda-beda tergantung tempat tinggal dan status sosial
mereka. Yang paling sering menjadi target penganiayaan ini rata-rata adalah orang Belanda dan
campuran Indonesia-Belanda.
Latar Belakang yang Mendasari Penjajahan Jepang di Indonesia
Pada tahun 1941, adalah pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan Belanda harus
diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo minyak yang amat mereka
butuhkan. Pada tahun itu, Admiral Isoroku Yamamoto mengembangkan strategi perang untuk
melakukan dua operasi besar-besaran. Operasi pertama adalah operasi yang dikenal sebagai salah
satu penyerangan yang terbesar dalam sejarah Perang Dunia II, penyerangan terhadap basis
Armada Pasifik Amerika Pearl Harbor yang terletak di kepulauan Hawaii. ratusan pesawat
pembom dan pesawat tempur Jepang diberangkatkan dalam dua gelombang. Penyerangan ini
berhasil mencederai daya tempur dan menewaskan ribuan serdadu Amerika. Esoknya, pada
tanggal 8 Desember 1941, dewan kongres Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan perang
terhadap Jepang yang menjadi langkah awal mereka untuk ikut terlibat pada Perang Dunia Kedua.

2. Jepang mengusir Belanda pada tanggal Tahun 1942

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, diwakili Panglima KNIL Letnan Jenderal Hein
Ter Poorten, resmi menyerah tanpa syarat kepada Jepang., tepat pada 8 Maret 1942. Pasukan
Hindia Belanda terpukul mundur. Jepang kemudian mulai bergerak ke Jawa yang menjadi pusat
kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Bila pada pagi hari 8 Maret 1942 pukul 10.00 para
petinggi Belanda belum juga berada di Kalijati, maka Bandung akan dibom sampai hancur.

Melihat perkembangan yang semakin mengkhawatirkan, Jenderal Ter Poorten pemimpin


Angkatan Perang Hindia Belanda dihadapkan pada situasi kritis. Namun utusan Belanda ini
ditolak mentah-mentah Panglima Imamura. Dia hanya mau berbicara dengan Panglima Tentara
Belanda atau Gubenur Jenderal. Perundingan penyerahan kekuasaan dari kolonial Belanda
kepada Jepang berlangsung amat singkat.

Pihak Belanda mencoba mengulur-ulur dengan menyatakan hanya Ratu Wilhelmina di


Belanda yang punya kewenangan untuk memutuskan. Ia meminta agar Belanda mengumumkan
lewat radio penyerahan diri Belanda. Saat itu juga, Ter Poorten dan
Tjarda secara resmi menandatangi dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat
Hindia Belanda kepada Jepang. Keesokan harinya, 9 Maret 1942, Belanda menyiarkan
penyerahan dirinya lewat radio.
3. Indonesia di duduki oleh Jepang.

Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang Right Wing Unit dan pasukan Angkatan
Laut Kure yang berjumlah 20.000 mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan
Timur. Terjadilah pertempuran dengan Belanda yang sebelumnya memang sudah menduduki
wilayah ini. Lebih dari setengah pasukan Belanda gugur dalam pertempuran ini. Dengan
demikian, Tarakan merupakan wilayah pertama yang jatuh ke tangan Jepang. Kemudian, Jepang
pun mulai menguasai wilayah Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang.
Pada bulan Februari-Maret 1942, Jepang melakukan serangan laut besar-besaran ke Pulau
Jawa. Lalu, tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di
Teluk Banten, Eretan Wetan , dan Kragan . Dan juga yang perlu kita ketahui yaitu, Jepang butuh
3 bulan untuk dapat menduduki dan menguasai Wilayah Indonesia. Tujuan dari jepang adalah
tidak lain adalah SDA.

4. Jepang menjanjikan kemerdekaan 24 Agustus 1945.

Pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang.
Perdana Menteri Jepang saat itu adalah Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Pada
tanggal 29 April 1945 Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata
pemerintahan Indonesia Merdeka.

5. peran BPUPKI dan PPKI Tahun 1945.

a. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)


adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang pada saat masih
menjajah indonesia.
b. Karena dibentuk oleh Jepang, BPUPKI juga dikenal dengan nama Dokuritsu Junbi
Cosaka.
c. Pembentukan BPUPKI awalnya untuk mendapat dukungan dari bangsa Indonesia
untuk membantu Jepang dengan menjanjikan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Juni tahun 1944, Saat Jepang masih menjajah Indonesia, Angkatan Perang Amerika
Serikat mampu menaklukkan seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik. Setelah kejadian
ini, kemudian menyusul penurunan jabatan perdana menteri Jepang, perdana menteri Tojo yang
digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Pengangkatan Jenderal Kuniaki Koiso menjadi perdana
menteri Jepang dilakukan pada tanggal 17 Juli 1944. Pada tanggal 7 September 1944, perdana
menteri Koiso memberikan janji di depan sidang parlemen Jepang.

Namun, ada tujuan khusus dari janji perdana menteri Jepang ini. Ternyata hal itu
merupakan salah satu stratergi agar rakyat Indonesia tidak melakukan perlawanan terhadap Jepang
dan mau membantu Jepang melawan sekutu. Agar seluruh rakyat Indonesia yakin, Pihak Jepang
mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera
Jepang. Selain itu, Jepang juga mengumumkan bahwa akan dibentuknya sebuah Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia .
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI) merupakan
badan yang dilantik Jepang pada 28 mei 1945, oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima
tentara ke-16 Jepang di Jakarta. Setelah dilantik mka di adakan upacara resminya yang
dilaksanakan pada 28 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In, Jalan Pejambon nomor 6, Jakarta yang
kini menjadi Gedung Pancasila sekaligus sebagai Kementerian Luar Negeri.

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat didaulat sebagai ketua dengan dua orang wakil yaitu
R.P. Suroso sebagai wakil dari Bangsa Indonesia dan Ichibangase Yosio sebagai wakil dari Jepang.
Adapun nama-nama anggota BPUPKI yang merupakan orang Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Abdul Kaffar
2. Abdul Kahar Muzakir
3. Agus Muhsin Dasaad
4. AR Baswedan
5. Bandoro Pangeran Hairo Purobujo
6. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo
7. Bendoro Pangeran Hairo Bintoro
8. Dr. Raden Buntaran Martoatmojo
9. Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmajaya
10. Dr. Samsi Sastrawidagda
12. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat
13. Drs. Muhammad Hatta
14. K. H. A. Ahmad Sanusi
15. Haji Abdul Wahid Hasyim
16. Haji Agus Salim
17. Ir. Pangeran Muhammad Nur
18. Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar
19. Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
20. Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo
21. Ir. Soekarno
22. K.H. Abdul Halim Majalengka
23. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat
24. Ki Bagus Hadikusumo
25. Ki Hajar Dewantara
26. Kiai Haji Abdul Fatah Hasan
27. Kiai Haji Mas Mansoer
28. Kiai Haji Masjkur
29. Liem Koen Hian
30. Mas Aris
31. Mas Sutarjo Kartohadikusumo
32. Mr. A. A. Maramis
33. Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
34. Mr. Mas Besar Martokusumo
35. Mr. Mas Susanto Tirtoprojo
36. Mr. Muhammad Yamin
37. Mr. Raden Ahmad Subarjo
38. Mr. Raden Hindromartono
39. Mr. Raden Mas Sartono
40. Mr. Raden Panji Singgih
41. Mr. Raden Syamsudin
42. Mr. Raden Suwandi
43. Mr. Raden Sastromulyono
44. Mr. Yohanes Latuharhary
45. Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso
46. Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
47. Oey Tiang Tjoei
48. Oey Tjong Hauw
49. P.F. Dahler
50. Parada Harahap
51. Prof. Dr. Mr. Raden Supomo
52. Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat
53. Prof. Dr Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
54. Raden Abdul Kadir
55. Raden Abdulrahim Pratalykrama
56. Raden Abikusno Cokrosuyoso
57. Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking
58. Raden Adipati Wiranatakoesoema V.
59. Raden Asikin Natanegara
60. Raden Mas Margono Joyohadikusumo
Sedangkan anggota BPUPKI yang merupakan orang Jepang ada tujuh, yaitu
1. Matuura Mitukiyo
2. Miyano Syoozoo
3. Tanaka Minoru
4. Tokonami Tokuzi
5. Itagaki Masumitu
6. Masuda Toyohiko
7. Ide Teitiroo
BPUPKI mengadakan dua kali sidang sebelum kemudian dibubarkan dan diganti
PPKI. Sidang pertama diadakan pada 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945 di gedung Cuo Sangi
In, Jalan Pejambon 6 Jakarta . Sidang ini dikenal dengan rapat mencari Dasar Negara Indonesia.
Rangkaian sidang pertama ini dimulai dengan membahas dan merumuskan Undang-Undang Dasar
dan persoalan mendasar tentang Negara Indonesia Merdeka.
Selama empat hari sidang, tercatat 46 pembicara, sesuai dengan pengumuman Zimukyoku
BPUPKI, tetapi yang tercatat oleh harian Asia Raya Jakarta dan Sinar Baru Semarang hanya 30
orang pembicara.
Dari berbagai pembicara selama sidang pertama, terdapat tiga pembicara yang menjawab
pertanyaan tentang dasar negara, . Adapun tokoh-tokoh utama yang turut mengemukakan
gagasannya dalam persidangan ini diantaranya Muh. Yamin, Prof. Supomo, dan Ir. Soekarno.
Muh. Yamin mengusulkan rumusan dasar negara yang terdiri dari:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Sementara itu, Prof. Supomo juga mengusulkan gagasannya terkait dasar negara Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial

Sementara itu, Ir. Soekarno yang mendapat kesempatan pada tanggal 1 Juni juga
menyampaikan gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka.
Soekarno memaparkan lima pokok dari apa yang dikatakannya sebagai philosofische
grondslag dari Indonesia Merdeka. Lima pokok itu, berdasarkan urutan penyampaiannya, adalah
dasar kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial, serta keTuhanan Yang Maha Esa.
Bung Karno kemudian memeras kelima pokok tersebut menjadi socio-nationalisme dan socio-
democratie ditambah prinsip ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
Tiga pokok yang dinamakan Tri Sila ini kemudian kembali diperas oleh Ir Soekarno menjadi
Gotong Royong yang dinamai Eka Sila.
Adapun Gotong Royong tersebut tidak lain adalah Marxisme yang diterapkan di Indonesia.
Sidang pertama BPUPKI tersebut belum membuahkan rumusan tentang dasar negara, hanya
pandangan umum tentang dasar negara Indonesia merdeka.

Karena itu, BPUPKI kemudian membentuk Panitia Kecil atau Panitia Sembilan yang
diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.
Adapun anggota lainnya adalah Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Mohammad Yamin, KH. Wahid
Hasyim, Abdul Kahar Muzakir, Abikusno Cokrosuyoso, H. Agus Salim, serta Mr. Alexander
Andries Maramis.
Orang-orang yang tergabung dalam Panitia Sembilan melakukan pertemuan pada 22 Juni
1945. Pada pertemuan tersebut menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Dalam Piagam Jakarta, dasar negara Republik Indonesia adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan tersebut diterima, untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan BPUPKI
kedua yang dilaksanakan mulai 10 Juli 1945.
Sidang BPUPKI yang kedua berlangsung pada 10 Juli 1945 hingga 17 Juli 1945.
genda sidang BPUPKI kedua adalah pembahasan mengenai rancangan undang-undang
dasar , bentuk negara, pernyataan merdeka, wilayah negara, dan kewarganegaraan
Indonesia. Dalam musyawarah tersebut dibentuk panitia perancang undang-undang dasar berisi 19
anggota yang diketuai oleh Ir. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta. Dengan disepakatinya rancangan undang-
undang, maka tugas BPUPKI telah selesai dan sidang kedua ditutup pada 17 Juli 1945.

6. Piagam Jakarta.

Piagam Jakarta (bahasa Inggris: Jakarta Charter) adalah sebuah dokumen historis
berupa kompromi antara pihak agamais dan pihak nasionalis dalam Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk menjembatani perbedaan pandangan
dalam agama dan negara. Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam
rapat Panitia Sembilan atau sembilan tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945 malam.
Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-
kapitalisme dan fasisme (semangat perjuangan bangsa Indonesia melawan imperialisme,
kapitalisme, dan fasisme), serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam
Jakarta yang lebih tua dari Piagam Perdamaian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo
(15 Agustus 1945) itu merupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan
dan Konstitusi Republik Indonesia.
Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta
dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945
oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD. Butir pertama yang berisi
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha
Esa oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad
Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar
Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.

“ Bahwa sesoenggoehnya kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itoe
maka penjajahan di atas doenia harus dihapuskan, karena tidak sesoeai dengan peri-
kemaknoesiaan dan peri-keadilan.

Dan perjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-
gerbang Negara Indonesia,yang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
yang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia
dengan ini menjatakan kemerdekaannja.

Kemoedian daripada itoe, oentoek membentoek soeatoe Pemerintah Negara Indonesia


jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia,
dan oentoek memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan bangsa,
dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe
dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam soeatoe
soesoenan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaaulatan Rakjat, dengan berdasar
kepada:

1. Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-


pemeloeknja
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam
permoesjawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

Djakarta, 22-6-1945
7. Sejarah singkat Proklamasi.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS
Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji
akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Setelah mendengar desas-desus
Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda tidak menyetujui rapat
itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang.

Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian
Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang untuk memperoleh konfirmasi
di kantornya di Koningsplein . Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan
pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada pukul 10:00 pagi tanggal 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No. 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota
PETA, dan pemuda lain, membawa Soekarno serta Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Hatta kembali
ke Jakarta. Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda
Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang di
Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan
memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum
pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Soekarno dan
Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta
agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda diiringi oleh
Shunkichiro Miyoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa
Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju
kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan
Achmad Soebardjo serta disaksikan oleh Soekarni, B.M. Bung Hatta, Subardjo, B.M
Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di
beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari.[36] Teks proklamasi ditulis di
ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi
itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis
oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B. M. Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan
Soediro.[37] Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.[38] Teks Proklamasi Indonesia itu
diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani
dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan
disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu
dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu
ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas
tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih
(Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[35] Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut
masih disimpan di Monumen Nasional.[39]
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang
dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat
mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan
Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[35]
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian
terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan
kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan Mohammad Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
REFERENSI.

➢ https://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia.
➢ https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakarta.
➢ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/07/10/sejarah-hari-ini-10-juli-1945-
sidang-kedua-bpupki.
➢ https://www.tribunnewswiki.com/2019/05/31/tribunnewswiki-badan-penyelidik-usaha-usaha-
persiapan-kemerdekaan-indonesia-bpupki.

➢ https://bobo.grid.id/read/081920289/apa-itu-bpupki-dan-bagaimana-sejarah-
terbentuknya.
➢ https://blog.ruangguru.com/asal-mula-penjajahan-indonesia-oleh-jepang.
➢ https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/14/180000169/perjanjian-kalijati-ketika-belanda-
serahkan-indonesia-ke-jepang.

Anda mungkin juga menyukai