Anda di halaman 1dari 106

2

PERBANDINGAN
GRAMATIKAL
BAHASA ARAB DAN
INGGRIS

MUHAMMAD HIFDIL ISLAM

2015
Kutipan Pasal 44, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia tentang HAK
CIPTA:

Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang


HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun
1987 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1977, bahwa:

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau


menyebarkan suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
atau pasal 49 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,


atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

4
PERBANDINGAN
GRAMATIKAL
BAHASA ARAB DAN
INGGRIS

MUHAMMAD HIFDIL ISLAM

2015

Penerbit Herya Media

5
Perbandingan Gramatikal Bahasa Arab dan Inggris

Penulis: Muhammad Hifdil Islam

Perancang sampul: Tim Herya Media

Penata letak: Tim Herya Media

Cetakan Pertama, Februari 2015

Copyright © M. Hifdil Islam

Jalan Raya Ciliwung No 135, Pondok Rajeg, Cibinong

Telp: 021-8762566/ 0877-80538726

Website: www.heryamedia.com

Email: heryamedia@yahoo.com

Hak cipta dilindungi oleh Undang Undang

dilarang mengutip atau memperbanyak

sebagai atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.

109 halaman; 14 X 20,5 cm


6
Kata Pengantar
DR. Abd. Aziz Wahab, M. Ag*

Alhamdulillahi Robbil Alamin, rasa syukur kami panjatkan ke


hadirat Allah SWT, berkat karunia dan nikmatnya serta
bimbingan-Nya buku yang disusun oleh saudara Muhammad hifdil
Islam ini dapat menjadi sumbangsih bagi khazanah kelimuan
kebahasaan, yang bisa dinikmati baik oleh pelajar, santri, guru,
dosen dan civitas akedemika yang lain. Sholawat dan salam kami
haturkan ke junjungan Nabi Akhiruz Zaman, Muhammad SAW,
beserta keluarga, Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ Tabi’in Ila
Yaumiddin.

Buku yang berjudul “Perbandingan Grammatikal Bahasa Arab


Dan Bahasa Inggris” ini merupakan sebuah telaah yang telah
dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk memudahkan dan
menambah pengetahuan bagi para pelajar bahasa utamanya dalam
memahami ilmu tata bahasa (grammatikal). Kemudian, buku ini
juga dijadikan sebuah bahan rujukan bagi para pembaca untuk
dapat lebih memahami konsep perbandingan antar bahasa asing
yang sampai saat ini masih menjadi kendala dalam
mempelajarinya.

7
Akhirnya, kami sangat menyambut positif atas terbitnya buku ini,
semoga bermanfa’at bagi kita semua, khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi semua pembaca, dan semoga buku ini menjadi
amal jariyah yang mengantarkan ke husnul khotimah serta bahagia
di dunia maupun di akhirat, amin ya robbal alamin.

Kraksaan, 7 Februari 2015

DR. Abd. Aziz, M. Ag

* Rektor Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong dan


Ka. Biro Pendidikan Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong

8
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sebuah alat yang digunakan oleh
manusia dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lain dan
kedudukan bahasa menjadi lebih penting ketika manusia mencoba
untuk mengutarakan ide dan pemikiranny. Pada zaman sekarang,
kedudukan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi dua bahasa
asing yang paling diminati oleh masyarakat di Indonesia,
khususnya bagi mereka yang mencoba untuk memahami beberapa
literatur dan khazanah keilmuan yang memang banyak
menggunakan kedua bahasa tersebut, baik itu adalah santri,
pelajar, mahasiswa dan beberapa kalangan akademisi lainnya.

Dalam beberapa hal, Bahasa Arab dianggap menjadi kunci


pokok untuk membuka cakrawala pengetahuan keislaman. Dari
bahasa Arab lah, kita dapat diketahui beberapa sumber keilmuan
baik dalam tataran sejarah, aturan, kebudayaan dan pengetahuan
yang ditulis oleh ulama’ dan beberapa pemikir Islam.

Sama seperti halnya dengan bahasa Arab, Bahasa Inggris


pada saat ini dianggap sangatlah penting untuk dipelajari karena
merupakan bahasa komunikasi dunia. Masyarakat Indonesia mau
tidak mau harus berusaha menguasainya juga jika tidak ingin
tersisih dari pergaulan dunia. Dalam dunia ilmu pengetahuan,
9
terdapat banyak karya yang berkualitas yang ditulis dalam bahasa
Inggris. Bahkan pada saat ini, sangat banyak karya keislaman oleh
para Ilmuwan di luar Islam,yang tentunya lebih obyektif dalam
melihat Islam, menulis karya-karya keislaman tersebut ke dalam
bahasa Inggris. Dan juga, para cendekiawan muslim sudah banyak
yang menggunakan bahasa inggris untuk menorehkan karya-karya
mereka. Hal ini, tentu dengan bertujuan supaya karya mereka
dapat dibaca oleh masyarakat yang lebih luas, yang tidak hanya
terbatas pada kalangan muslim saja.

Jika menilik dari pentingnya bahasa Arab dan bahasa


Inggris bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi umat Islam,
maka seyogyanya kedua bahasa tersebut menjadi sebuah
pengetahuan dan skill yang harus dikuasai oleh kita, sebagai bekal
kita membuka serta menyelami khasanah intelektual bermutu yang
banyak ditulis ke dalam dua bahasa tersebut.

Namun, Masalahnya yang muncul adalah bagaimana


meningkatkan kualitas dalam mempelajari bahasa Arab dan
Inggris yang oleh sebagian masyarakat masih dianggap sebagai
bahasa yang sulit untuk dipelajari. Dan hal tersebut menjadi
sebuah tantangan yang harus ditemukan solusinya. Adapun Upaya
yang dapat dilakukan bisa berupa pengadaan pusat latihan,
laboratorium bahasa, kursus-kursus, massa media yang
10
menyajikan bahasa Arab dan inggris yang praktis, serta buku-buku
karya ilmiah yang menyajikan bahasa Arab dan inggris yang
mudah, gamblang serta metodologis. Dan hal ini, khususnya
bahasa Arab, terasa masih langka (Mukharromah: 1997-189.) dan
usaha yang juga dapat dilakukan adalah dengan melakukan
penelitian-penelitian kebahasaan di mana hasilnya akan sangat
bermanfaat bagi pengembangan metode pengajaran bahasa (Laitef,
1995-3) dan salah satu bentuk penelitian kebahasaan adalah
analisis kontrastif.

Untuk memberikan sumbangan bagi dunia pengajaran


bahasa, penulis dengan melakukan sebuah penelitian kebahasaan
berupa Analisis kontrastif. Sejak akhir perang dunia II sampai
pertengahan tahun 1960-an Analisis kontrastif (Anakon)
mendominasi dunia pengajaran B2 dan pengajaran bahasa asing.
Mengingat pentingnya peranan Analisis kontrastif tersebut maka
wajar apabila para guru bahasa asing dan bahasa kedua
memahaminya (Tarigan: 1990-21)

Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktifitas


atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan
B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara dua bahasa
yang diperoleh dan dihasilkan melalui analisis kontrastif, yang
dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau
11
memprediksi kesulitan-kesulitan belajar berbahasa yang akan
dihadapi para siswa di sekolah, terlebih dalam belajar B2.(Ibid: 23)
Karena terdapat hambatan terbesar dalam proses menguasai B2
adalah tercampurnya sistem bahasa pertama dengan bahasa kedua.
Disinilah peran analisis kontrastif, yaitu menjembatani kesulitan
tersebut dengan mengkontraskan kedua sistem bahasa tersebut
untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dialami
siswa (Pranowo: 1996-40.) Dari hasil analisis itu akan diketahui
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan struktur yang
dikontraskan. Makin banyak perbedaan, makin banyak pula waktu
yang harus digunakan untuk melatih siswa (Sokah :1982-9) Dalam
buku ini, penulis akan menerangkan untuk membandingkan dua
bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa inggris, Namun hasil dari
studi ini ditujukan sebagai masukan terhadap pembelajaran bahasa
Arab.

Kraksaan, 1 Januari 2015

Penulis

12
Daftar isi

Kata Pengantar oleh DR. Abd. Aziz, M. Ag


Pendahuluan

Daftar Isi

BAB I PENGANTAR TENTANG TATA BAHASA


A. Teori Tata Bahasa
B. The Transformation Rule

BAB II TEORI-TEORI KEBAHASAAN


A. Teori Sapir-Whorf
B. Universal Language Dan Universal Grammar\

C. Interlanguage Theory

BAB III CONTRASTIVE ANALYSIS DALAM BAHASA


A. Definisi Contrastive Analysis
B. Hipotesis tentang Contrastive Analysis
C. Metode Contrastive Analysis

D. Langkah Dalam Mengajar Grammar (Struktur Kalimat)


Menggunakan Contrastive Analysis

BAB IV PERBANDINGAN STRUKTUR KALIMAT


BAHASA ARAB DAN BAHASA INGGRIS
13
A. Kalam dan Sentence
a. Noun dan Isim
b. Adjective dan Shifat
c. Adverb dan Dorof
d. Pronoun dan Dlomir
e. Preposition dan Huruf Jer
f. Conjunction dan Atof
B. Kalimat Nominal Dan Verbal dalam Bahasa Arab Dan
Bahasa Inggris
a. Nominal Sentence dan Jumlah Ismiah
b. Linking verb Dan Kaana wa Akhwatuha
c. Verbal Sentence Dan Jumlah Fi’liyah
d. Simple Present Tense Dan Fi’il Mudlori’
e. Subjek + To Be + Subjektive Complement Dan
Jumlah Ismiah
f. Subjek + Verb Dan Fi’il + Fa’il
g. Kalimat Aktif Dalam Bahasa Arab Dan Inggris
h. Kalimat Pasif Dalam Bahasa Arab Dan Bahasa
Inggris
i. Linking Verb Dan Kaana Wa Akhwatuha

BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

14
Buku ini dipersembahkan untuk:

 Bapak yang selalu membimbingku dengan kasih sayang,

Arbai’n Aziz RA

 Ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan do’anya yang tak
terbatas,

Sri Wahyuni

 Adikku tercinta,

Afkarina

 Kakek dan nenek yang selalu memberikan support dan do’anya


untukku,

H. Mahmudi dan Hj. Aziz

15
16
BAB I
PENGANTAR TENTANG TATA BAHASA

Seorang linguis (ahli bahasa) mempunyai tujuan yang tidak sama


dengan tujuan seorang guru bahasa. Tugas dari linguis adalah
mampu untuk menggambarkan dan menganalisis banyak
bahasa yang mana hasil dari analisis tersebutu tidak wajib untuk
diajarkan kepada orang lain. Meskipun, pada tehnik dan metode
linguistik ilmiah, pada setiap tataran analisis bahasa akan
membantu meningkatkan pekerjaan seorang guru bahasa.
Sedangkan, tugas guru bahasa tidak hanya menyangkut deskripsi
dan analisis bahasa secara sistematis dan tuntas, melainkan juga
menyangkut bagaimana cara untuk membantu orang lain
memperoleh bahasa lain diluar bahasa ibu dengan mudah.

Dan tidak jarang, seorang guru bahasa harus mampu


mengajarkan materi tentang tata bahasa dalam urutan yang berbeda
dari urutan yang biasa dipakai dalam deskripsi ilmu bahasa
obyektif, dan harus pula merubah penjelasan yang disesuaikan
dengan kebutuhan para anak didiknya. Dalam penyusunan materi
pelajaran gramatika, guru bahasa harus mampu menyesuaikan
berbeda yang disesuaikan dengan tipologis yang utama dari
17
bahasa murid-muridnya. Karena perbedaan ini pada umumnya
menentukan kesulitan utama yang dihadapi murid dan
menyebabkan kesalahan yang paling mudah mereka lakukan
dalam lafal dan gramatika.

Dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua


(asing), linguis sangat berkepentingan untuk memberikan bantuan
apa saja dari pengetahuan yang dia miliki tentang bahasa untuk
mempermudah dan meningkatkan tugas guru dan murid (Robins:
1992 508-510)

A. TEORI TATA BAHASA

Susunan kata yang jelas, lengkap dan memberikan


gambaran yang tepat tentang ciri-ciri kebahasaan disebut dengan
grammar atau susunan bahasa. Dan sebuah studi yang
menggambarkan tentang teori yang berhubungan dengan bahasa
manusia disebut dengan teori tata bahasa (Theory of Grammar).
Teori tata bahasa lebih spesifik dalam menggambarkan bagaimana
manusia menggunakan bahasa dan susunan didalamnya dalam
berkomunikasi dengan manusia lainnya, dan adapun teori tata
bahasa juga dibahas dalam ilmu bahasa.

18
1. Ilmu Bahasa

Ilmu bahasa sering disebut dengan istilah linguistik. Kata


“linguistik” sendiri berasal dari kata Latin yaitu lingua yang berarti
bahasa. Dalam bahasa “Roman” yaitu bahasa-bahasa yang berasal
dari bahasa Latin masih terdapat kata-kata serupa dengan lingua,
yaitu langue dan langage dalam bahasa Perancis dan lingua dalam
bahasa Itali. Bahasa Inggris sendiri masih memungut kata
“language” dari bahasa Perancis. Istilah “linguistics” dalam
bahasa Inggris berkaitan dengan kata language itu, seperti dalam
bahasa Perancis istilah linguistique berkaitan dengan langage.
Dalam bahasa Indonesia “linguistik” adalah bidang ilmu
bahasa.[21]

Langacker mengatakan, “Linguistics is the study of human


language”. Menurutnya linguistik adalah studi bahasa manusia.
Lyons berpendapat: “Linguistics may be defined as the scientific
study of language”. Dengan kata lain linguistik adalah studi ilmiah
tentang bahasa. Hal yang sama dikatakan oleh Stork dan
Widdowson yang mengatakan,”Linguistics is the study of
language”. Linguistik adalah studi tentang bahasa. (Pateda:1991-
82).

19
Berdasarkan dari paparan yang dikemukakan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa linguistik adalah studi bahasa manusia
secara ilmiah. Mempelajari linguistik berarti sama dengan
mempelajari teori bahasa pada umumnya dan tidak berkutat pada
teori bahasa tertentu. Dengan mempelajari linguistik menddapat
keterangan tentang objeknya, tataran-tatarannya, struktur
bahasanya, sejarahnya, dan teori tentang aliran yang berkembang
dalam linguistik.

Kemudian, dari keterangan di atas pula yang dimaksud


dengan bahasa dalam pengertian ini, adalah bahasa manusia.
Manusia yang dimaksud pun adalah manusia yang normal dan
dewasa yang digunakan pada umumnya. Sedangkan bahasa yang
digunakan oleh orang gila dan bahasa anak kecil tidak termasuk
dalam pembahasan dalam linguistik. Meskipun, persoalan
pemerolehan bahasa dan belajar bahasa biasanya dibicarakan
dalam linguistik, namun, bahasa anak kecil lebih banyak
dibicarakan dalam psikologis, sehingga dalam hal ini banyak
dibahasa dalam psikolinguistik dan linguistik terapan. Akan tetapi,
bahasa yang diteliti dalam linguistik harus memenuhi persyaratan
istilah sebagai berikut:

20
1) Istilah bahasa sering dipakai dalam arti kiasan, seperti
dalam ungkapan “bahasa tari”, “bahasa alami”, “bahasa
tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti
kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam
ilmu linguistik.

2) Pengertian istilah bahasa dalam ungkapan seperti “ilmu


bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa Arab”, “bahasa
Inggris”, dan lain sebagainya. Hanya dalam pengertian
kedua inilah bahasa menjadi objek ilmu linguistik. Di
samping itu, kita juga membeddakan bahasa tutur dan
bahasa tulis. Bahasa tulis dapat disebut “turunan” dari
bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu
linguistik. Sedangkan bahasa tutur merupakan objek
sekunder linguistik.[23]

1. Subdisiplin Linguistik

Adapun dalam subsiplin linguistik, Antilla mengatakan


bahwa secara tradisional linguistik dapat dibagi atas

a) Deskriptif, yaitu Linguistik deskriptif memformulasikan


struktur bahasa sesuai apa adanya yang berlaku sekarang
ini

b) Historis, yaitu Linguistik historis atau yang biasa disebut


21
linguistik diakronis adalah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dari tahun ke tahun

c) Komparatif, yaitu sedangkan linguistik komparatif adalah


subdisiplin linguistik yang bertugas menetapkan tingkat
hubungan antara dua bahasa atau lebih dan berusaha
merekonstruksi bahasa pada awalnya yang disebut bahasa
proto (Pateda:1991-21)

Lansacker menyebut linguistik deskriptif, historis,


antropologis, psikologistik, dan terrapan. Sedangkan Pateda
membagi linguistik berdasarkan (i) pembidangnya, (ii) sifat
telaahnya, (iii) pendekatan objeknya, (iv) instrumen, (v) ilmu-ilmu
lain, (vi) penerapannya, dan (vii) aliran dan teori yang
mendasarinya.

Jika dilihat dari segi pembidangannya, linguistik dapat


dibagi atas linguistik umum, terapan, teoritis, dan konstratif.
Sedangkan jika dilihat dari segi instrumen yang digunakan,
linguistik dapat disebut adanya linguistik komputer. Selanjutnya
dilihat dari segi hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain, dikenal
psikologuistik, sosiolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik,
statiskolinguistik, neurolinguistik, biolinguistik dan linguistik
aljabar. Kemudian, dilihat dari segi penerapannya, di dalam

22
linguistik dikenal istilah linguistik terapan, dalektologi,
leksikologi, dan leksikostatisitik. Sedangkan dilihat dari segi aliran
atau teori yang mendasarinya, linguistik dapat dibagi atas
lingusitik struktural dan linguistik transformasi. (Pateda:1991-21)

Dari pembagian subdisiplin linguistik tersebut dapat


diketahui bahwa sumber dari analisis kontrastif yang akan dibahas
pada bab selanjutnya adalah linguistik kontrastif yang merupakan
subdisiplin linguistik dilihat apabila ditelaah dari segi pendekatan
objeknya.

2. Bidang-bidang Linguistik

Linguistik terdiri atas tiga tataran atau hierarki, yaitu: (1)


tataran fonologikal, (2) tataran gramatikal, dan (3) tataran
referensial. Berdasarkan hal itu, maka pembidangan linguistik
didasarkan juga atas tataran tersebut. Tataran fonologikal pada
bidang fonologi. Tataran gramatikal meliputi bidang morfologi
dan sintaksis. Tataran referensial pada bidang semantik. (Suparno:
1993-63) Berikut ini penjelasan singkat empat bidang tersebut.

 Fonologi

Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi


bahasa secara umum, baik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
menghiraukan arti maupun tidak. Ilmu bahasa yang mempelajari
23
bunyi bahasa tanpa menghiraukan arti disebut fonetik, sedangkan
ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa yang membedakan
arti disebut fonemik.

 Morfologi

Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari


bentuk dan pembentukan kata. Tataran terendah yang dipelajari
oleh morfologi adalah morfem, sedangkan tataran tertinggi yang
dipelajari adalah kata kompleks. Pembahasan tentang morfologi
ini akan kami jelaskan sedikit lebih rinci pada bagian tersendiri
karena berkaitan dengan tema pembahasan skripsi ini.

 Sintaksis

Menurut aliran struktural, sintaksis diartikan sebagai


bidang linguistik yang mempelajari tata susun frasa sampai
kalimat. Dengan demikian ada tataran gramatikal yang menjadi
garapan sintaksis, yakni: frasa, klausa dan kalimat.

 Semantik

Semantik adalah biddang linguistik yang mempelajari


makna secar umum, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal. Arti leksikal adalah arti yang dimiliki oleh kata atau
leksikon itu sendiri. Arti gramatikal bukan hanya arti yang timbul
oleh prosede morfologis seperti kebanyakan dikemukakan orang,
24
akan tetapi dalam struktur gramatikal maupun arti keseluruhan
struktur gramatikal, baik struktur kata, frasa, klausa, kalimat,
alenia, maupun wacana.

Demikian keterangan sekitar keempat bidang yang dimiliki


linguistik. Berikut ini keterangan lebih lanjut tentang sintaksis
yang merupakan fokus skripsi ini.

 Sintaksis

Menurut aliran struktural, sintaksis dapat diartikan sebagai


bidang linguistik yang mempelajari tata susun frasa sampai
kalimat. Dengan demikian ada tiga tataran gramatikal yang
menjadi garapan sintaksis yaitu: frasa, klausa, dan kalimat.

Telah kita ketahui bersama bahwa morfologi mempelajari


satuan gramatika terkecil yang mempunyai arti, atau dengan
perkataan lain bagian terkecil yang mempunyai arti dari kalimat.
(Alwasilah: 1990-104) Bagaimana proses penggabungan morfem-
morfem atau kata-kata dari kalimat, inilah yang menjadi cakupan
pembahasan sintaksis.

a. Tautan Sintaksis

Kata-kata sebagai pembentuk kesatuan kalimat antara yang


satu dengan yang lain mempunyai tautan sintaksis yang terbagi
atas: (1) positional relations, (2) relations of co-occurance, dan (3)
25
relations of substitutability (Ibid: 106)

 Positional Relations (tautan tempat)

Ini adalah tautan yang paling mudah diamati. Tautannya


jelas dalam bentuk tertib kata dalam kalimat, yaitu tertib
penempatan kata-kata sebagai simbul dalam bentuk tulisan diatas
kertas. Dalam ujaran tertib penempatan ini pun mudah dimengerti,
karena ujaran bisa didengar. Frasa Inggris a beautiful girl, frasa
Indonesia sebuah buku baru, dan frasa Arab ‫ﻣﺮاءة ﺟﻤﯿﻠﺔ‬
menampilkan dua tertib kata yang tidak sama. Dalam bahasa
Inggris kata sifat mendahului kata benda, sedangkan dalam frasa
Indonesia justru sebaliknya kata benda mendahului kata sifat
seperti bahasa Arab. Perbedaan tertib kata ini bukti arbitrer bahasa
dalam sintaksis.

 Relations of Co-occurance (tautan saling


membutuhkan)

Dengan tautan saling membutuhkan ini dimaksudkan,


bahwa kata-kata dari berbagai jenis kata itu senantiasa
membutuhkan kehadiran kata-kata dari jenis kata lainnya.
Kosakata Arab ‫ ﺑﯿ ﺖ‬dan ‫ ﻛﺘ ﺎب‬atau dalam kosakata Inggris man,
woman, horse dan sebagainya, serta kosakata Indonesia baju,
ayah, guru memerlukan kehadiran kosakata lain seperti ‫ﯿﺮ‬ ‫ ﻛﺒ‬atau

26
‫ ﺟﺪﯾ ﺪ‬, bad atau beautiful, serta baru atau baik dan sebagainya
dalam kalimat, seperti: ‫ ھ ﺬااﻟﻜﺘﺎب ﺟﺪﯾ ﺪ‬, The horse is beautiful, dan
Baju itu baru. Demikian pula kata the, ‫ ھﺬا‬, dan itu dalam kalimat di
atas memerlukan kehadiran ‫ﻛﺘ ﺎب‬, horse, dan baju sebagai kata
dari kelompok kata benda. Sama halnya dengan kosakata seperti
‫ ﺟﺪﯾ ﺪ‬, beautiful, dan baru. Kata-kata ini tidak bisa berdiri sendiri,
melainkan membutuhkan kata-kata seperti ‫ﻛﺘ ﺎب‬, horse, dan baju.
Dari contoh-contoh ini kita ambil beberapa kesimpulan, yaitu
bahwa:

 kata benda membutuhkan kata kerja.

 determiner (seperti ‫ ھﺬا‬, the, dan itu) membutuhkan kata


benda.

 kata sifat membutuhkan kata benda.

 Relation of substitutability (tautan saling


menempati/mengganti)

Tautan ini mempunyai dua acuan yaitu: a) penggantian satu


kosakata oleh kosakata lain dari jenis kata yang sama b)
penggantian satu gatra dalam kalimat dengan satu kata tertentu.
Perhatikan contoh berikut ini.

Selanjutnya, dalam buku ini, diskusi utama adalah pada kisaran


syntax yang mana membahas bagaiamana kalimat itu terbentuk
27
dari sebuah kata. Komponen syntax sendiri ditentukan dengan
bagaimana kata itu saling bersambung dan membentuk formasi
kalimat. kalimat sendiri terdiri dari dua komponen yaitu form atau
bentuk dan content atau isi (makna) sebuah contoh:

Kalimat 1: NABIL MENENDANG MIFTAH

Kalimat 2 : MIFTAH MENENDANG NABIL

Pada kalimat 1 kita dapat mengidentifikasi bahwa:

Nabil : Subjek

menendang : Predikat

Miftah : Objek

Kemudian pada kalimat 2 teridentifikasi bahwa:

Miftah : Subjek

menendang : Predikat

Nabil : Objek

Kemudian, meskipun kedua kalimat tersebut mempunyai


bentuk tata bahasa yang sama (form) yaitu terdiri dari subjek,
predikat dan objek, namun pada tataran content (isi atau makna)
mempunyai arti yang berbeda. Hal itulah kenapa membuat kalimat
mempunyai dua komponen yaitu bentuk dan makna.

28
2. THE TRANSFORMATION RULE

Pada dasarnya, grammar sudah secara jelas dapat


mendeskripsikan dan mengeskpresikan ide manusia menjadi
sebuah kata, frasa dan kalimat sehingga menjadikan manusia dapat
berkomunikasi antar satu dan yang lainnya. Akan tetapi, ada
beberapa kalimat dan komunikasi yang terkadang tidak hanya
dapat dipahami dari segi susunan kata atau kalimatnya, tapi juga
dari segi pemaknaannya, seperti contoh dibawah ini:

Andi : bu, apakah saya bisa makan nasi jagung?

Susi : iya, bisa.

Pada kalimat yang diutarakan Andi, tidak terdapat sebuah


kesalahan dalam penyusunan kalimat karena semua unsur yang
dibutuhkan untuk membuat kalimat telah terpenuhi, seperti adanya
subjek (saya), predikat (makan), objek (nasi). Tetapi, pada kalimat
yang diutarakan oleh susi, mempunyai kasus yang berbeda karena
apabila hanya dipahami dari segi grammar atau susunan
kalimatnya, maka hal tersebut tidak dapat disebut sebuah kalimat
yang sempurna karena tidak memenuhi unsur untuk menjadi
kalimat. Sehingga, untuk memahami kalimat tersebut tidak hanya
dilihat dari susuan gramatikalnya, tapi juga pemaknaannya. Maka
dari itu, dalam ilmu tata bahasa dikenal istilah Transformation

29
Rule, yang mana pemaknaan bahasa tidak hanya dilihat dari
susunan kalimatnya yang disebut dengan surface structure, tetapi
juga dari susunan pemaknaannya yang disebut dengan deep
structure.

Kemudian, dari segi pemaknaan itulah kalimat yang


diutarakan oleh Susi dapat dipahami karena sebenarnya
mengandung kalimat jawaban yang merujuk pada pertanyaan Andi
seperti dibawah ini:

Andi : bu, apakah saya bisa makan nasi jagung?

Susi : iya, bisa (kamu bisa makan nasi jagung).

Dari pendekatan kaum struktural kita melihat bahwa dalam


menganalisis kalimat, kalimat itu diurai menjadi beberapa bagian
dan setiap bagian ini dijelaskan fungsinya, tepatnya dianalisis
berdasarkan kenyataan sintaksis dan morfologis. Pendekatan ini
biasa juga disebut taxonomic syntactic theory (Alwasilah: 1990-
120) Seandainya ada dua kalimat seperti berikut:

She walks fast.

She walked fast.

Maka kedua kalimat mempunyai perbedaan morfologis


saja. Akan tetapi dalam bahasa Inggris banyak kalimat yang

30
mempunyai struktur sama tapi artinya sangat berjauhan, seperti
contoh:

(1) Annie is easy to please.

(2) Annie is desirous to please.

Secara sintaksis kedua kalimat memiliki struktur luar yang


sama dan orang akan mengerti perbedaan makna keduanya.
Kalimat diatas bisa diungkapkan sebagai berikut:

(1) Annie is easy to please

1. It is easy to please Annie.

2. To please Annie is easy.

Sedangkan untuk kalimat kedua kalau diungkapkan seperti


a dan b, artinya sama sekali salah.

Annie is desirous to please

1. It is desirous to please Annie.

2. To please Annie is desirous.

31
BAB II
TEORI-TEORI KEBAHASAAN

A. TEORI SAPIR-WHORF

Dalam bahasa, ada dua teori yang saling bertentangan dalam


melihat bahasa. Teori tersebut disebut dengan teori Mould dan
teori Cloak. Teori Mould menunjukkan bahwasanya bahasa
merupakan pencetak pikiran manusia, yang mana pikiran manusia
dapat dipengaruhi oleh bahasa yang digunakanya. (Bruner et al:
1956: 11). Sedangakan. Kebalikan dari teori Mould, teori Cloak
menyatakan bahwa pemikiran manusialah yang dapat
mempengaruhi bahasanya (Ibid.).

Kemudian, dari kedua teori tersebut muncullah sebuah teori


yang disebut dengan teori Sapir-Whorf, yang diambil dari pencetus
teori tersebut, mereka adalah ahli bahasa dari Amerika yang
bernama Edward Sapir and Benjamin Lee Whorf. Dan keduanya
adalah penganut teori Mould. Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan
Sapir pada tahun 1929, ia menyatakan bahwa:

...No two languages are ever sufficiently similar to be


considered as representing the same social reality. The worlds in

32
which different societies live are distinct worlds, not merely the
same world with different labels attached... We see and hear and
otherwise experience very largely as we do because the language
habits of our community predispose certain choices of
interpretation. (Sapir 1958 [1929], p. 69)

Kemudian, pada sekitar 1930 an tulisan dari Sapir tersebut


diperkuat oleh muridnya Whorf, yang menyatakan bahwa:

... We cut nature up, organize it into concepts, and ascribe


significances as we do, largely because we are parties to an
agreement to organize it in this way - an agreement that holds
throughout our speech community and is codified in the patterns of
our language. The agreement is, of course, an implicit and unstated
one, but its terms are absolutely obligatory; we cannot talk at all
except by subscribing to the organization and classification of data
which the agreement decrees. (Whorf 1940, pp. 213-14; his
emphasis)

Dalam teori Sapir-Whorf bisa digambarkan bahwa ada dua


teori yang dikemukakan yaitu teori yang menyatakan bahwa
bahasa dapat mempengaruhi pikiran manusia yang disebut dengan
linguistic determinism, kemudian linguistic relativity yang
menyatakan bahwa dua manusia yang berbicara dengan dua bahasa

33
yang berbeda akan merasa, melihat dan berpikir tentang dunia
secara berbeda pula.

Pada dasarnya, pemikiran Whorfian (para penganut teori


Sapir-Whorf) menyatakan bahwa untuk menterjemahkan dari satu
bahasa ke bahasa lainnya atau dari bahasa asal ke bahasa tujuan,
adalah sesuatu yang sangat sulit bahkan dikatakan tidak mungkin,
karena hal itu mengacu bahwa struktrur gramatikal dari satu
bahasa dengan bahasa lainnya sangatlah berbeda sehingga akan
dapat meninmbulkan kerancuan dan pemahaman yang salah
terhadap ide dasar pada sebuah teks bahasa asala ketika harus
diterjemahkan ke teks pada bahasa tujuan. Adapun alur pemikiran
yang dijadikan dasa olehWhorfian adalah seperti gambar dibawah
ini :

IDE/ IDE/PEMIKIRAN
YANG TIDAK
PEMIKIRAN
SAMA PADA
ASAL PADA BAHASA
BAHASA TUJUAN

TRANSLATI
ON

PENYUSUNAN PENYUSUNAN
BAHASA ASAL 34 BAHASA TUJUAN
SECARA SECARA
Perspektif dari Whorfian sangatlah kontras dengan
pemikiran universalism yang cenderung mengadopsi teori Cloak
yang mempercayai bahwa pikiranlah yang mempengaruhi bahasa
bukanlah sebaliknya. Adapun asumsi pemikiran para kaum Neo-
Classical bahasa yang menyatakan bahwa pikiran manusia yang
sama dapat diekspresikan dalam beberbagai cara (bahasa).
Universalists (penganut paham universalitas dalam bahasa)
menyatakan pendapat bahwa manusia dapat menyatakan ide
ataupun pikiranya dalam berbagai bahasa dan satu bahasa (bahasa
asal) dapat diterjemahkan dalam bahasa yang lain (bahasa tujuan).
(Stone: 1967: 126-7, 132, 145).

Akan tetapi seiring berjalannya waktu teori dari Sapir dan


Whorf dapat dimetahkan dengan adanya bukti-bukti bahwa
ternyata manusia dapat berbicara lebih dari satu bahasa dan satu
bahasa dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya.

B. UNIVERSAL LANGUAGE DAN UNIVERSAL


GRAMMAR

Bahasa sering kali dibedakan dan dipetakan berdasarkan,


ras, bangsa, dan negara. Hal ini dapat mengakibatkan masalah dan
kesalahpahaman antara seseorang. Namun, menurut Noam
Chomsky tidak ada perbedaan yang berarti antar satu bahasa dan

35
bahasa yang lainnya. Seperti bahasa Indonesia, Inggris, Arab dan
lain sebagainya. Prof. Avram Noam Chomsky menemukan bahwa
dasar dari semua bahasa itu sama, utamanya dalam struktur
penyusunnya.

Universal grammar (UG) adalah rangkaian aturan yang


menyimpulkan dan semua struktur bahasa di dunia. UG
sebenarnya sudah ada dalam otak manusia. Adanya UG dalam
otak manusia membentuk matrik, struktur dan pengaturan semua
bahasa. Chomsky percaya bahwa jika tidak ada UG dalam bahasa
maka bisa dimungkinkan struktur bahasa di dunia akan sangat jauh
berbeda bahkan tidak sama. Dan hal ini tentu akan membuat
manusia tidak bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan
manusia lainnya.

Selanjutnya, penerimaan dan kemahiran dalam kosa kata


menjadi sebuah landasan dan dasar yang penting dalam teori UG.
Karena lexical item (kosa kata) diyakini termasuk dalam alat yang
dibutuhkan untuk menentukan dan menginterpretasikan sebuah arti
(sematic) (Troike: 2006: 49). Oleh karena itu, kosa kata
memainkan peranan yang besar untuk membentuk arti yang jelas
dalam sebuah bahasa. Kemudian, dalam mengidentifikasi makna
dalam kosa kata menjadi hal yang utama untuk menyusun sebuah
kalimat.
36
UG berperan membantu manusia dalam proses
mengidentifikasi dan mengetahui sebuah kosa kata kemudian
setting struktur sebuah bahasa, seperti yang diketahui bahwa
Chomsky menyatakan bahwa manusia mendapatakan dan
mempelajari bahasa melalui “alat” yang tertanam dalam otak
manusia yang disebut dengan Language Acquisition Device
(LAD). Dengan LAD itulah UG bekerja dalam otak manusia untuk
memproses dalam mengembangkan struktur bahasa yang diterima
(khususnya kosakata).

Di lain pihak, ada beberapa Linguist (ahli bahasa) yang


menolak bahwa LAD juga berfungsi pada bahasa asing. Mereka
menyatakan bahwa LAD hanya berkerja pada bahasa pertama saja
(bahasa ibu). Mereka beranggapan bahwa konsep UG hanya
berlaku pada anak kecil yang disebut dengnan Initial State. Untuk
pendapat itu, Chomsky menyatakan:

The initial state changes under the triggering and shaping


effect of experience, and internally determined processes of
maturation, yielding later states that seem to stabilize at several
stages, finally at about puberty. We can think of the initial state of
[the language faculty] as device that maps experience into state L
attained: a “language acquisition device” (LAD) (2002:85)

37
Pernyataan diatas menyatakan bahawa initial state tidak
hanya terjadi pada anak kecil saja, namun juga bisa berkembang
seiring berkembangnya umur dan volume otak manusia. Seperti
yang dikatakan sebelumnya, bahwa UG mempunyai halangan
ketika menggiring dan mengembangkan pada bahasa ibu saja, tapi
tidak pada bahasa kedua. Bahasa ibu seseorang dapat diyakini
nantinya akan mempengaruhi bahasa keduanya (asing) baik dalam
membuat kalimat, pengucapannya, dan lain-lainnya. Hal ini
kemudian tidak akan menjadi masalah ketika persepsi dan
parameter antara bahasa ibu dan bahasa asing disamakan. Namun,
hal tersbut tidak bisa dilakukan jika terdapat perbedaan antara
kedua bahasa tersebut. Seperti contoh dalam bahasa Indonesia
ketika seseorang mengatakan:

Kamu wanita cantik

pronoun Noun Adjective

Kata tersebut mempunyai sturktur yang berbeda dengan


bahasa inggris yang menempatkan adjective (kata sifat) sebelum
noun (kata benda) seperti:

You are beautiful woman

Pronoun be adjective noun

Untuk masalah perbedaan diatas Cook (1988) memberikan saran:


38
1) Pembelajar bahasa mempertahankan seluruh akses (full
access) pada UG sebagai pemandu utama dalam
pemerolehan bahasa. Sehingga tetap menggunakan
keseluruhan bahasa ibu sebagai perbandingan kepada
bahasa asing.

2) Pembelajar bahasa mempertahankan sebagian akses


(partial access) pada UG, dan mengambil sebagian
komponen bahasa ibu.

3) Pembelajar bahasa mempertahankan secara tidak langusng


(indirect access) pada UG melalui pengetahuan yang sudah
diketahui pada bahasa ibu, namun sebatas pada
pengetahuan tidak pada aplikasi yang menjurus pada akses
langsung (direct access).

4) Pembelajar tidak menggunakan akses (no access) UG sama


sekali dan memandang bahwa bahasa ibu dan dan bahasa
asing itu berbeda sama sekali. Dan harus belajar dari awal.

C. INTERLANGUAGE THEORY

Kemudian pada sekitar tahun 1960s dan 1970s. mucullah IL (inter


language) yang juga dikenal dengan sebutan “interim grammars”
yang juga turunan dari teori UG. IL sendiri dijadikan prinsip dan
39
parameter dalam pengembangan bahasa kedua atau asing (Troike:
2006: 51). Tujuan dari IL sendiri adalah untuk mengatur ulang
konsep input bahasa baru. Seperti contoh, jika seseorang yang
sudah mahir bahasa indonesia ingin mempelajari bahasa inggris,
maka dia harus mengeti parameter atau cara pandangnya menjadi
parameter bahasa inggris.

40
BAB III
CONTRASTIVE ANALYSIS DALAM BAHASA

Para Linguist (ahli bahasa) memberikan saran cara dalam


mempelajari bahasa asing. Kendala yang sangat berarti dalam
pembelajaran bahasa asing adalah adanya perbedaan dalam
struktur kalimat antara bahasa ibu dan bahasa asing itu sendiri.
Karena masalah itulah, ahli bahasa memperkenalkan metode
perbandingan struktur kalimat antara bahasa ibu dan bahasa asing
itu sendiri. Dan metode ini disebut dengan Contrastive Analysis
(CA).

Contranstive analysis sendiri diperkenalkan oleh William


Jones pada kisaran abad ke-18. Bahasa pertama kali yang
diperbandingkan pada saat itu adalah antara bahasa Yunani, Latin
dan Sansakerta. Dalam perbandingan itu, dia menemukan banyak
persamaan dalam susunan kalimat bahasa tersebut. Kemudian,
pada abad ke-19 muncul banyak penelitian yang berbasiskan
membandingkan bahasa-bahasa. Namun, pada saat itu, metode
perbandingan bahasa tersebut masih disebut dengan Language
Comparison bukan Contrastive Analysis. Barulah kemudian, pada
pertengahan abad ke 20 metode atau cara ini disebut dengan
Contrastive Analysis. Nama ini pertama kali diperkenalkan oleh
41
Lado (1957). Dia menyatakan dalam bukunya:

“…we can predict and enlighten the structure of L2 that


make a barrier in language learning, and structure can not make
difficulty with the way comparing systematically language and
culture of L2 and L1” (Parera: 1997: 107).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kita dapat


membandingkan antara bahasa sumber (source language) dengan
bahasa yang dituju (target language), sehingga kita bisa
menemukan persamaan dan perbedaan dalam bahasa tersebut.
Dengan menemukan persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa
yang dibandingkan, terdapat keyakinan bahwa mempelajari
bahasa asing akan lebih mudah khususnya dalam mempelejari
struktur kebahasaan.

A. Definisi Contrastive Analysis

Contrastive Analysis adalah suatu metode atau aktivitas


yang mencoba untuk membandingkan struktur kalimat antara
bahasa ibu (native language) dan bahasa asing (foreign language)
yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan dari kedua
bahasa tersebut (Tarigan: 1990: 59). Kemudian, dapat diyakini,
salah satu penghambat dalam menguasai bahasa asing adalah
adanya kerumitan dalam memahami struktur kalimat antara bahasa

42
ibu dan bahasa asing (Pranowo: 1996: 40).

Contrastive Analysis disini adalah mencoba untuk


menjembatani kesulitan dalam menentukan sistem kalimat antara
source language dan target language, dengan jalan
membandingkan sistem kedua bahasa tersebut sehingga
ditemukanlah kesulitan-kesulitan dalam memahami struktur
kalimatnya (Pranowo: 1996: 23). Oleh karena itu, dari pengunaan
metode ini, diharapkan para pembelajar bahasa asing akan
mengetahui persamaan dan perbedaan dalam bahasa yang
dibandingkan. Dan semakin banyak perbandingan yang dilakukan,
maka semakin mahir dan meningkatkan pemahaman pembelajar
bahasa terhadap bahasa yang dipelajari (Sokah: 1982: 9).

Penetapan Contrastive Analysis sebagai salah satu metode


dalam pembelajaran bahasa asing didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut:

a) Materi paling efektif yang bisa diberikan kepada


pelajar bahasa adalah dengan memberikan penjelasan dan
gambaran akurat tentang bahasa tersebut (Fries, 1945).

b) Dengan membandingkan antara bahasa ibu dan


bahasa asing bisa memprediksi dan menjelaskan penyebab
kesulitan bahasa dalam mempelajari bahasa (Lado, 1957).

43
c) Perubahan yang terjadi dalam tingkah laku
seseorang yang mempelajari bahasa asing bisa disebabkan
adanya kesulitan dengan perbedaan struktrur kalimat bahasa
ibu dan bahasa asing, serta perbedaan budaya antar kedua
bahasa tersebut. (Valdman’s 1960, Wardhaugh, 1970). (Ibid:
42)

Contrastive Analysis sendiri menjadi terkenal setelah


diterbitkannya buku karya (1959) yang berjudul Linguistic a Cross
Culture. Buku tersebut menjelaskan bagaimana cara
membandingkan bahasa. Buku tersebut berisi rangkaian contoh
perbandingan antara bahasa Inggris dan Spanyol disertai beberap
contoh dari bahasa Cina, Muangtai, dan beberapa bahasa lainnya.
Lado sendiri juga menyoroti perbandingan bahasa itu dari aspek
suara, struktur kalimat, kosa kata and system penulisannya.

Analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba


membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan kedua bahasa itu.
Analisis kontrastif muncul saat pengajaran bahasa kedua
mengalami berbagai masalah. Masalah tersebut antara lain
kesulitan belajar dari kesalahan berbahasa yang dialami oleh siswa
dalam mempelajari bahasa kedua. Masalah tersebut menimbulkan
kesulitan bagi siswa dan guru untuk membedakan bahasa pertama
44
dan bahasa kedua.

Tujuan utama analisis kontrastif adalah mengatasi berbagai


masalah yang dihadapi oleh guru dan yang dialami oleh siswa
dalam proses belajar mengajar bahasa kedua.

Implikasi Analisis Kontrastif dalam proses belajar


mengajar bahasa kedua terlihat pada hal-hal berikut ini.

1. Penyusunan materi pengajaran bahasa kedua di susun


berdasarkan butir-butir yang berbeda antara struktur bahasa
ibu siswa dan struktur bahasa kedua yang akan dipelajari oleh
siswa.

2. Penyusunan tata bahasa pedagogis didasarkan pada aliran


linguistik tertentu. Lingustik struktural sangat mendominasi
analisis kontrastif.

3. Penataan kelas belajar bahasa kedua dilaksanakan secara


terpadu. Bahasa ibu siswa digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam pengajaran bahasa kedua. Penggunaan bahasa ibu siswa
dikurangi secara berangsur-angsur sejalan dengan tingkat
pemahaman siswa terhadap bahasa kedua.

4. Penyajian bahan pengajaran bahasa kedua dilaksanakan secara


langsung dengan cara-cara berikut :

45
a) Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara struktur
bahasa ibu siswa dengan struktur bahasa kedua yang akan
dipelajari oleh siswa.

b) Menunjukkan butir-butir bahasa ibu siswa yang mungkin


mendatangkan kesulitan belajar dan kesalahan dalam
bahasa kedua.

c) Menganjurkan cara-cara mengatasi interferensi bahasa ibu


terhadap bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa.

d) Memberikan latihan yang intensif pada butir-butir yang


berbeda antara bahasa ibu dengan bahasa kedua yang akan
dipelajari oleh siswa.

B. Hipotesis tentang Contrastive Analysis

Dalam perkembangannya ada dua versi hipotesis dalam


Contrastive Analysis. Hipotesis pertama disebut dengan strong
hypothesis yang menyatakan bahwa segala kesalahan dan kesulitan
dalam bahasa asing dapat diprediksi dengan mengidentifikasi
perbedaan dari dua bahasa yang dibandingkan. Kemudian,
hipotesis kedua disebut dengan weak hypothesis yang menyatakan
bahwa Contrastive Analysis hanya bekerja pada tataran teori dan
tidak bisa diaplikasikan. Oleh karena itu, Contrastive Analysis
mempunyai bagian yang disebut dengan Anaces yang bisa
46
menengahi kedua hipotesis tersebut. Anaces berfungsi untuk untuk
mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh pelajar bahasa
bukan pada bahasanya. (Tarigan: 1990: 24).

Hipotesis pertama atau strong hypothesis didasarkan pada


beberapa asumsi diantaranya:

1. Penyebab utama dalam pembelajaran bahasa asing adalah


karena adanya pertentangan dan intervensi dari bahasa ibu
ke bahasa asing yang dipelajari.

2. Kesulitan dalam belajar bahasa disebabkan oleh perbedaan


antara bahasa native dan bahasa foreign

3. Semakin banyak perbedaan antara native language dan


foreign language maka semakin sulit pula pembelajar
bahasa untuk menguasai bahasa asing tersebut.

4. Hasil dari perbandingan dua bahasa akan menunjukkan


prediksi tentang kesalahan dan kesulitan yang akan terjadi.

5. Materi dalam belajar dan mengajar tentang bahasa asing


bisa lebih akurat dan proporsional dengan membadingkan
dua bahasa tersebut (Tarigan: 1990: 25).

Ada tiga sumber yang digunakan sebagai penguat hipotesis


anakon, yaitu :

47
a. Pengalaman praktis guru bahasa asing

Setiap pengajar atau guru bahasa asing (B2) yang sudah


berpengalaman pasti mengetahui secara pasti bahwa kesalahan
yang berjumlah cukup besar dan tetap atau selalu berulang dapat
dipulangkan kembali kepada tekanan B1 para siswa. Tekanan atau
dorongan B1 tersebut dapat terjadi pada pelafalan, susunan kata,
pembentukan kata, susunan kalimat, dan sebagainya. Misalnya,
orang Indonesia berbahasa Arab atau Inggris dengan aksen
Indonesia.

b. Telaah mengenai kontak bahasa di dalam situasi


kedwibahasaan (bilinguallisme)

Dwibahasaan yang mengenal atau mengetahui dua bahasa


atau lebih merupakan wadah tempat terjadinya kontak bahasa.
Semakin besar kuantitas dwibahasaan yang seperti ini semakin
intensif pula kontak antara kedua bahasa. Kontak bahasa
menimbulkan fenomena saling mempengaruhi. Bahasa mana yang
berpengaruh besar tergantung kepada tingkat pengusaan bahasa
asing sang dwibahasaan. Bila yang bersangkutan lebih menguasai
bahasa ibu maka bahasa ibu itulah yang banyak mempengaruhi
B2. Sebaliknya, karena suatu sebab, penguasaan B2 melebihi
penguasaan B1 maka giliran B1 lah yang dipengaruhi oleh B2.

48
Dalam taraf permulaan pembelajaran B2 dapat dipastikan bahwa
bahasa ibu sangat menonjol terhadap B2. Bila pengaruh itu tidak
sejalan dengan sistem B2 maka terjadilah interferensi B1 terhadap
B2, dan interferensi merupakan sumber kesulitan dalam belajar B2
dan juga penyebab kesalahan berbahasa.

c. Telaah teori

Sumber ketiga sebagai penguat hipotesis anakon adalah


teori belajar, terutama teori transfer. Transfer maksudnya suatu
proses yang melukiskan penggunaan tingkah laku, yang telah
dipelajari, secara otomatis, spontan dalam usaha memberikan
response baru. Transfer dapat bersifat negative atau positif.
Transfer negative terjadi kalau sistem B1 yang telah dikuasai
digunakan dalam B2, sedang sistem itu berbeda dalam kedua
bahasa. Sebaliknya kalau sistem tersebut sama maka terjadilah
transfer positif.

d. Interferensi Dan Transfer

Dalam anakon dibedakan antara interferensi dan transfer.


Istilah interferensi digunakan pada penutur bilingual yang secara
dasar dan familiar mengetahui dua bahasa tersebut dan untuk
mencapai kedekatan informasi atau untuk menunjukkan prestise, ia
menggunakan campuran dari dua bahasa tersebut. Di sini

49
timbullah alih kode atau campur kode.

Sedangkan istilah transfer digunakan untuk pindahan


bahasa yang menyebabkan kesalahan karena bentuk-bentuk
bahasa itu tidak sama atau penggunaannya tidak sama. (Parera:
1997-10)

Untuk keperluan anakon dua konsep ini sudah sering


dipakai. Proses pengalihan kebiasaan ber-B1 ke dalam ber-B2
disebut transfer. Sedangkan kesalahan ber-B2 disebut transfer.
Sedangkan kesalahan ber-B2 sebagai akibat kebiasaan ber-B1
yang tidak sama disebut interferensi. Dengan demikian, transfer
negative menjadi sama dengan interferensi dalam ber-B2.

C. Metode Contrastive Analysis

Prasyarat pertama analisis kontrastif ialah salah satu


analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang bahasa-
bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis
dua atua lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau
dikontraskan itu harus ditentukan pula.

Pengontrasan dua bahasa tidak mungkin dilakukan secara


menyeluruh. Oleh karena itu, perlu seleksi. Salah satu metode
ialah memilih dan menentukan unsur dari sub sistem dan kategori
tertentu untuk dibandingkan. Misalnya, perbandingan tentang
50
kategori kelas kata penunjuk, perbandingan tentang penggunaan
bentuk-bentuk verba atau frase verba.

Kriteria yang kedua dari analisis kontrastif ialah sifat


penjelas dan bukan komponen bahasa yang dikontarakan itu
berdasarkan pengalaman bahwa komponen atau unsur itu
memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa ber-B2.
dengan sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada
bagian-bagian tertentu mengenai bahasa–bahasa yang hendak
dibandingkan.

Setelah secara umum dilakukan seleksi, maka hal yang


utama dan penting ialah keterbandingan atau keterkontrasan.
Kemudian bagaimana cara membandingkan atau mengkontraskan,
ada tiga cara yang mungkin ditempuh, yakni : (1) persamaan
struktural dan formal, (2) persamaan dalam terjemahan, dan (3)
persamaan dalam struktur dan terjemahan.(ibid: 111)

Langkah pertama dalam menggunakan metode ini adalah


mengeanlisa secara jelas dan menyeluruh tentang bahasa yang
akan dibandingkan. Membandingkan bahasa tidaklah harus
menyeluruh keseluruh aspek seperti budaya dan asal bahasa, oleh
karena itu, hal yang perlu dilakukan adalah memilih bagian bahasa
mana yang akan dibandingkan, apakah dari segi phonology, kosa

51
kata, atau struktur kalimat. namun aspek yang sering dibandingkan
adalah aspek struktrur kalimat karena diyakini hal ini menjadi
salah satu dasar dalam pembelajaran bahasa.

Kemudian, langkah kedua adalah penggunaan Contrastive


Analysis haruslah menjelaskan komponen yang dituju, seperti
contoh Contrastive Analysis hanya dibatasi pada penjelasan
komponen struktur kalimat. hal ini dimaksudkan supaya tidak
terjadi kebingungan dalam membandingkan komponen bahasa
yang dibandingkan. Dan juga, supaya tidak terjadi kesalahan
dalam perbandingan.

Setelah materi atau komponen dipilih, langkah selanjutnya


adalah membandingkan bahasa sumber dan bahasa yang dituju.
Tiga langkah tersebut merupakan cara untuk membandingkan
bahasa. Namun perlu diingat bahwa hal yang perlu dicari adalah
dua hal yaitu persamaan dan perbedaannya.

D. Langkah Dalam Mengajar Grammar (Struktur


Kalimat) Menggunakan Contrastive Analysis

Contrastive Analysis selain digunakan dalam pembelajaran,


metode ini juga bisa digunakan dalam pengajaran. Adapun langkah
pertama yang perlu dilakukan dalam pengajaran bahasa adalah
mengkomparasikan kedua bahasa tersebut. Namun, ingat,

52
komponen yang perlu difouskan haruslah jelas. Hal ini dilakukan
supaya untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan antara kedua
bahasa.

Kemudian langkah kedua adalah memperdiksi bagian dari


materi manakah yang kira-kira akan sulit untuk ditangkap oleh
siswa. Dari hasil tersebut, menuju langkah ketiga guru bisa
mengatur materi manakah yang akan disampaikan pertam kali
yang akan berlanjut pada materi-materi selanjutnya. Penyusunan
materi secara sistematis membuat siswa akan lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan dan menentukan kesuksesan
dalam belajar bahasa.

Langkah terakhir adalah menyampaikan materi tersebut ke


siswa. Kebiasaan siswa dalam menggunakan bahasa ibu
diharapkan untuk tidak mengganggu pemebelajaran. Ataupun
jikalau bahasa ibu ini masih mempengaruhi pemahaman siswa
terhadap bahasa asing, maka guru disarankan untuk bisa
menampilkan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa asing.

Adapun cara untuk mengurangi pengaruh bahasa ibu dalam


pembelajaran bahasa asing adalah meningkatkan kebiasaan siswa
dalam menggunakan bahasa asing seperti dengan cara imitating
(meniru), repetition (mengulang), dan drilling.

53
BAB IV
PERBANDINGAN STRUKTUR KALIMAT

DALAM BAHASA ARAB DAN BAHASA INGGRIS

A. Kalam Dan Sentence

Biasanya, dalam mempelajari struktur sebuah kalimat, satu


hal yang menjadi pertanyaan kita yaitu bagaimana kalimat itu
terbentuk. Seperti itu pula yang terjadi dalam bahasa arab dan
inggris, kita akan berusaha untuk mengidentifikasi dan
mendifinisikan apa sebuah kalimat itu. Dalam bahasa arab, kalimat
diketahui atau lebih dikenal dengan kata “kalam”. Kalam sendiri
mempunyai pengertian al lafdu yufidu makna kamilan wa
yusamma aydon jumlatan mufidan yang berarti sebuah susunan
kata yang mana memberikan pengertian dan pemahaman kepada
pendengar ataupun pembaca. Pengertian ini tidaklah berbeda
dengan bpengertian kalimat dalam bahasa inggris yang biasa
disebut dengan “sentence”.

Kemudian, dalam bahasa arab, kalam sendiri dibagi


menjadi tiga jenis. Tiga jenis pembagian itu disebut dengan
kalimat (baca: kalimah). Adapun tiga jenis kalimat tersebut adalah
54
kalimatul ismi, kalimatul fi’li dan kalimatul huruf. Selanjutnya,
Kalimatul ismi dan kalimatul fi’il termasuk dalam bagian al
kalimatul makna yang berarti kata yang memiliki arti meski tanpa
digabungkan dengan kata yang lain. Sedangkan, kalimat huruf
termasuk dalam kalimat kalimatul ghairu makna yang berarti kata
ini tidak mempunyai arti jika tidak digabung dengan kata yang
lain. (lebih jelas, lihat Gambar 1).

Kemudian dalam ilmu tata bahasa inggris, hal itu tersebut


juga terjadi. Bedanya, dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah
“parts of speech”. Parts of speech terdiri dari noun, verb, adjective,
adverb, pronoun, preposition, conjunction, and interjection.
Sebenarnya, parts of speech bisa lebih dikerucutkan lagi menjadi
dua jenis kata saja yaitu Categorematic and Syncategorematic
word. Categorematic adalah kata yang mempunyai makna sendiri
tanpa digabungkan dengan kata yang lain. Sedangkan,
Syncatergorematic adalah kata yang tidak mempunyai arti apabila
tidak digabungkan dengan kata yang lain. Oleh karena itu, noun,
verb and adjective bisa dikategorikan sebagai Categorematic word.
Di lain hal, In other words adverb, pronoun, preposition,
conjunction and interjection dikategorikan dalam syncategotematic
word.

55
ENGLIS
NAH H

AL AL CATEGORE SYNCAT
KALIMATU MATIC
KALIMAT EGORE
GHAIRU
UL MAKNA MATIC

HU NOU ADVERB
ISIM FI’IL V
RUF N
PREPOSITI
PRON ON
OUN
CONJUNC
HUR TRANSFO
DLO SHO UF ADJEC RMATION TION
MIR JIR TIVE AL
ROF
INTERJECT
ISIM ION
DOR
OF

(Gambar.1)

Dari Gambar diatas, dapat dijelaskan lebih lanjut pada sub bab
berikut ini.

a. Noun Dan Isim

Seperti diketahui, Noun adalah kata yang menunjukkan


makna kebendaan seperti manusia, barang, tempat, dan nama
seseorang atau seseuatu. Kemudian dalam pengertian bahasa arab

56
dikenal dengan isim yang mempunyai arti al lafdu al ladzi yadullu
a’la syay’in, yang mempunyai pengertian sam dengan noun. Atau,
dalam bahasa Indonesia, noun dan isim mempunyai arti kata
benda, Seperti contoh:

You go to school = English Language

‫اﻧﺖ ﺗﺪھﺐ اﻟﻰ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬ = Arabic Language

Kata yang bergaris bawah menunjukkan kata benda. Jadi,


baik noun dan isim sama-sama mempunyai fungsi yang sama,
yaitu sama-sama menunjukkan kata benda.

b. Adjective Dan Shifat

Adjective adalah kata yang mempunyai fungsi untuk


menunjukkan sifat dari suatu kata benda. Begitu pula dengan shifat
(baca: shifah) dalam bahasa arab yang mempunyai fungsi yang
sama hal ini ditunjukkan dalam pengertiannya yaitu al lafdu al
ladzi yadullu a’la shifati isim. Hal ini bisa lebih dipertegas dari
contoh dibawah ini:

She is beautiful = English language

‫ھﻲ ﺟﻤﯿﻠﺔ‬ = Arabic Language

Persamaan dari kata yang digarisbawahi tersebut adalah sama-


57
sama menyifati kata benda. Kata beautiful menunjukan sifat dari
kata she. Sedangkan sama halnya dengan kata ‫ ﺟﻤﯿﻠﺔ‬menunjukkan
sifat dari kata ‫ھﻲ‬. Oleh karena itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa
dalam bahasa Indonesia jenis kata ini disebut dengan kata sifat.

c. Adverb Dan Dorof

Adverb adalah kata yang berfungsi untuk menerangkan dari


sebuah kata kerja (verb: pembahasan verb ada pada sub bab
selanjutnya) dan adverb sendiri dibagi menjadi empat bagian yaitu
the adverb of manner, adverb of frequency, adverb of place dan
adverb of time. Selayaknya pula dalam bahasa arab yang
mempunyai dorof yang juga berfungsi untuk menerangkan dari
kalimat fi’il (bisa kita sebut verb dalam bahasa arab). Namun, ada
sedikit perbedaan antara adverb dan dorof. Dorof dalam bahasa
arab hanya bisa menerangkan makna tempat dan waktu seperti
contoh:

I eat in the kitchen

‫اﻧﺎ اءﻛﻞ ﻓﻰ اﻟﻤﻄﺒﺢ‬

Dalam contoh diatas, dijelaskan bahawa pekerjaan eat


ataupun ‫ اءﻛﻞ‬yang sama-sama mempunyai arti makan dilakukan di
kitchen atau ‫ اﻟﻤﻄﺒﺢ‬yang berarti dapur. Yang mana kata keterangan
tempat tersebut sama-sama merujuk pada kata kerja “makan”.
58
d. Pronoun Dan Dlomir

Pronoun dikenal dengan pengganti kata benda (the


replacement of the noun) begitu pula dengan dlomir. Keduanya
mempunyai fungsi yang sama. Hanya dalam bahasa arab kata ganti
benda ini berjumlah lebih banyak dari kata ganti benda dalam
bahasa inggris. Lihat tabel di bawaha ini:

PRONOUN PRONOUN PRONOUN PRONOUN


KETIKA KETIKA KETIKA KETIKA
MENJADI MENJADI MENJADI MENJADI
SUBJECT OBJECT POSSESSIVE POSSESSIVE
(KEPEMILIKAN) OBJECT

I Me My Mine

You You Your Yours

We Us Our Ours

They Them Their Theirs

He Him His Him

She Her Her Hers

It It Its Its

59
pronoun bisa berganti fungsi sesuai dengan tempatnnya
apakah ia akan menjadi berntuk subject, object, possessive, atau
possessive object. Pada intinya fungsi dari pronoun ini adalah
menggantikan posisi dari kata benda (noun) yang mana bertujuan
tidak terlalu mengulang-ulang penyebutan kata benda seperti
contoh:

Andi goes to Surabaya. He buys many things there.

Penyebutan kata He dikalimat diatas dirujukkan kepada


kata benda Andi, supaya tidak ada pengulangan kata Andi. Seperti
halnya dalam pronoun, dlomir juga mempunyai fungsi yang sama,
lihatlah table dibawah:

DLOMIR PADA DLOMIR PADA OBJECT


SUBJECT DAN POSSESSIVE

‫ھﻮ‬ ‫ه‬

‫ھﻤﺎ‬ ‫ھﻤﺎ‬

‫ھﻢ‬ ‫ھﻢ‬

‫ھﻲ‬ ‫ھﺎ‬

‫ھﻤﺎ‬ ‫ھﻤﺎ‬

‫ھﻦ‬ ‫ھﻦ‬

60
‫اﻧﺖ‬ ‫ك‬

‫اﻧﺘﻤﺎ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬

‫اﻧﺘﻢ‬ ‫ﻛﻢ‬

‫اﻧﺖ‬ ‫ك‬

‫اﻧﺘﻤﺎ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬

‫اﻧﺘﻦ‬ ‫ﻛﻦ‬

‫اﻧﺎ‬ ‫ﻧﻲ‬

‫ﻧﺤﻦ‬ ‫ﻧﺎ‬

Jika dalam bahasa inggris mempunyai empat bentuk


pergantian pronoun. Berbeda halnya di bahasa arab yang hanya
mempunyai tiga bentuk saja. Kemudian, untuk bentuk object and
possessive dalam dlomir mempunyai bentuk yang sama.
Selanjutnya, penulisan dlomir berbeda, penulisan dlomir terkadang
harus digabungkan dengan kata benda lainnya seperti contoh
dibawah ini:

‫ = ﻗﻠﻤﮫ‬his pen

Kemudian, yang membedakan antara pronoun dan dlomir


dalam bentuk possessive-nya adalah dari segi penempatan dalam
61
kalimat. Jika dalam bahasa inggris diletakkan sebelum kata yang
dijelaskan seperti his pen is good, kata his yang menjadi pronoun
diletakkan pada objek kepemilikan yaitu pen. Sedangkan dalam
bahasa arab berbeda, penempatan dlomir adalah dibelakang kata
objek kepemilikan seperti ‫ ﻗﻠﻤﮫ‬yang terdiri dari ‫ ﻗﻠﻢ‬dan ‫ه‬. Kata ‫ه‬
mempunyai arti nya yang merujuk pada pemilik benda, sedangkan
kata ‫ ﻗﻠﻢ‬merujuk pada kata yang dimiliki. Namun, pada dasarnya
fungsi dari pronoun dan dlomir itu sama.

Adapun perbandingan antara pronoun dan Dlomir adalah


sebagai berikut:

Dlomir pada Pronoun Dlomir pada Pronoun


subject pada object and pada Object
subject possessive dan
Possesive

‫ھﻮ‬ He ‫ه‬ Him / His

‫ھﻤﺎ‬ - ‫ھﻤﺎ‬ -

‫ھﻢ‬ They ‫ھﻢ‬ Their / Theirs

‫ھﻲ‬ She ‫ھﺎ‬ Her

‫ھﻤﺎ‬ - ‫ھﻤﺎ‬ -

62
‫ھﻦ‬ - ‫ھﻦ‬ -

‫اﻧﺖ‬ You (men) ‫ك‬ Your / Yours

‫اﻧﺘﻤﺎ‬ You (Both) ‫ﻛﻤﺎ‬ Your / Yours

‫اﻧﺘﻢ‬ You (All) ‫ﻛﻢ‬ Your / Yours

‫اﻧﺖ‬ You ‫ك‬ Your / Yours


(women)

‫اﻧﺘﻤﺎ‬ You (Both) ‫ﻛﻤﺎ‬ Your / Yours

‫اﻧﺘﻦ‬ You (All) ‫ﻛﻦ‬ Your / Yours

‫اﻧﺎ‬ I ‫ﻧﻲ‬ My / Mine

‫ﻧﺤﻦ‬ We ‫ﻧﺎ‬ Our / Ours

e. Preposition Dan Huruf Jer

Preposition biasa disebut dengan kata depan. Preposition


(Kata Depan) adalah kata yang tidak dapat berubah bentuknya
dan biasanya di letakkan di depan kata benda atau padanan kata
benda lainnya (objek) yang bertujuan untuk menunjukkan
hubungannya tertentu dengan kata-kata lain dalam kalimat.

Kemudian, jika ditelaah fungsi dari preposition hampir sama


dengan fungsi huruf jer dalam bahasa arab. Hal ini didasarkan
63
bahwa baik preposition ataupun huruf jer tidak bisa memiliki
makna jika tidak dikombinasikan dengan kata yang lain seperti
contoh:

English Arabic

In ‫ﻓﻰ‬

On ‫ﻋﻠﻰ‬

From ‫ﻣﻦ‬

To ‫اﻟﻰ‬

Disamping itu, kalimat yang menempatkan huruf jer


didepan kalimat biasa disebut dengan Shibhul Jumlah.

f. Conjunction Dan Atof

Conjunction adalah kata atau kelompok kata yang


berfungsi menghubungkan dua kata, phrase (frasa), clause
(klausa), atau paragraph (paragraf) seperti and, or, yet, however,
and etc. dalam bahasa arab kata yang mempunyai fungsi seperti ini
dikenal dengan seperti ‫ ﺣﺘﻰ‬,‫ ﻟﻜﻦ‬,‫ ﻻ‬,‫ ﺑﻞ‬,‫ ام‬,‫ او‬,‫ ﺛﻢ‬,‫ ف‬,‫و‬. Persamaan
keduanya bisa dilihat dari contoh kalimat dibawah ini:

I study and do my task

64
‫اﻧﺎاﺗﻌﻠﻢ و اﻋﻤﻞ وظﯿﻔﺘﻰ‬

Kata yang digarisbawahi menunjukan bagaimana fungsi


dari conjunction dan atof. Oleh karena itu, persamaan dari
keduanya adalah menyambungkan dua kata, phrasa dan kalimat.

B. Kalimat Nominal Dan Verbal dalam Bahasa Arab Dan


Bahasa Inggris

Pada umumnya, kalimat dibagi menjadi dua yaitu kalimat


nominal (nominal sentence) dan kalimat verbal (verbal sentence).
Pada sub bab kali ini akan membahas perbandingan dua jenis
kalimat itu antara bahasa arab dan inggris.

a. Nominal Sentence Dan Jumlah Ismiah

Nominal sentence adalah rangakaian kalimat yang terdiri


dari subject, To Be and complement. Nominal sentence
menunjukkan kondisi yang statis. Dan, nominal membutuhkan
linking verb untuk menyambung subject dan complement. Dan
linking verb itu adalah to be. To be terdiri dari am, is and are
untuk penggunaan present tense (masa sekarang) kemudian, was
and were untuk penggunaan past tense (masa lampau).

Dan, posisi dari to be diletakkan sebagai predikat dalam kalimat.


Lebih lanjut, complement (kata keterangan) dalam kalimat
nominal bisa diisi dengan Noun, Adverb, Adjective or Pronoun.
65
Akan tetapi, peletakan pronoun sebagai complement sangat jarang
digunakan.

Dalam bahasa arab, kalimat yang serupa dengan nominal


sentence disebut dengan jumlah ismiyah (‫)اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻻﺳﻤﯿﺔ‬. Akan tetapi,
perbedaannya dengan nominal sentence adalah. Jumlah ismiyah
tidak membutuhkan kalimat penyambung (linking verb) dalam
menggabungkan subject dan kata keterangan seperti dalam bahasa
inggris. Biasanya, kalimat nominal terdiri dari head dan modifier.
Dalam bahasa inggris. Head diletakkan pada subject dan modifier
pad complement dan pada bahasa arab head dikenal dengan
Mubtada’ (‫ )ﻣﺒﺘﺪاء‬dan Khobar sebagai modifier (‫ )ﺧﺒﺮ‬seperti
dijelaskan dibawah ini:

‫ﻛﻞ ﺟﻤﻠﺔ ﺗﺘﺮاﻛﺐ ﻣﻦ ﻣﺒﺘﺪاء و ﺧﺒﺮ ﺗﺴﻤﻲ ﺟﻤﻠﺔ اﺳﻤﯿﺔ‬

Dalam penjelasan diatas dapat diartikan bahwa setiap


rangkaian kalimat yang terdiri dari Mubtada’ (Subject) and Khobar
(complement) disebut dengan jumlah ismiyah (nominal sentence).
Lebih lanjut lagi, tidak seperti bahasa inggris yang mana nominal
sentence nya bisa mengidentifikasi waktu, jumlah ismiyah tidak
mengidetifikasi waktu dalam penggunaannya. Seperti yang
disebutkan oleh Bik, Khoffaniy (No Year:102) stated:

‫اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻹﺳﻤﯿﺔ ﻣﻮﺿﻮﻋﮭﺎ ﻟﻤﺠﺮد ﺛﺒﻮت اﻟﻤﺴﻨﺪ ﻟﻠﻤﺴﻨﺪ إﻟﯿﮫ‬

66
Focus pada jumlah ismiyah adalah menunjukkan
keberadaan modifier (penjelas) pada head (subject) bukan pada
waktu terjadinya suatu keadaan. Hal ini disebabkan oleh jumlah
ismiyah tidak mempunyai to be (kalimat penyambung) yang
berfungsi menunjukkan waktu. Jadi, So, the explanations will be
explained below on linking verb sub chapter. Mubtada’ (subject)
itself can contain Noun (Isim) and Pronoun (Dlomir).

Mubtada’ sendiri bisa terdiri dari isim (noun) dan pronoun


(dlomir) sedangkan khobar (Modifier or Complement) bisa terdiri
dari noun (Isim), adjective (Shifat), or adverbial phrase (Dlorof)
(Ali al jazeem 3: 2005:07). Dalam bahasa arab, subject dalam
jumlah ismiyah diletakkan didepan kalimat dengan tujuan untuk
memberikan penekanan dalam maksud tertentu. Kemudian,
disusul dengan isim, shifat, atau phrase yang sesuai.

Ketika modifier terdiri dari salah satu prepositional phrase


or adverbial phrase, maka head atau mubtada bisa diletakkan
setelah modifier atau sesudahnya, kedua hal tersebut bisa
dilakukan dalam kalimat bahasa arab. Kemudian, mubtada’ atau
head bisa terdiri dari from noun atau pronoun atau a set of derived
verbal sentence. Pada dasarnya, verbal sentence mempunyai
tujuan tersendiri. Akan tetapi, verbal sentence dalam bahasa arab
bisa berfungsi sebagai mubtada’ atau subject dalam nominal
67
sentence (Mustofa al ghalayibby :2:2005:183)

b. Linking verb Dan Kaana wa Akhwatuha

Linking verb adalah kata kerja yang digunakan untuk


mennyambungkan antara subject dengan modifier (complement).
Dalam bahasa inggris, linking verb yang sering digunakan adalah
To Be. Sedangkan linking verb yang lain seperti appear, become,
feel, go, grow, look, remain, seem, smell, sound, taste, and turn.
Pada dasarnya, kalimat bahasa arab tidak membutuhkan linking
verb dalam menyambung antara subject dan modifier
(compelement). Namun, terkadang bahasa arab juga menggunakan
linking verb untuk menunjukkan waktu, pekerjaan atau kondisi
tertentu. Linking verb dalam bahasa arab disebut dengan fi’l
nawaasih atau kaana wa akhwatuha. Seperti yang dijelaskan oleh
Ali al jazeem, (1954: 63):

‫ ﻓﺘﺮﻓﻊ اﻷول و ﯾﺴﻤﻰ اﺳﻤﮭﺎ و ﺗﻨﺼﺐ اﻟﺜﺎﻧﻰ و ﯾﺴﻤﻰ‬, ‫ﺗﺪﺧﻞ ﻛﺎن ﻋﻠﻲ اﻟﻤﺒﺘﺪء و اﻟﺨﺒﺮ‬
‫ﺧﺒﺮھﺎ‬

Yang berarti Kaana bisa menyambung dengan mubtada’


dan khobar yang kemudian akan merubah nominative-nya (head)
menjadi kata benda dan accusative sebagai complement-nya.

‫ﻣﺜﻞ ﻛﺎن ﻓﯿﻤﺎ ﺗﻘﺪم ﺻﺎر و ﻟﯿﺲ و أﺻﺒﺢ و أﻣﺴﻰ و أﺿﺤﻰ و ظﻞ و ﺑﺎت و ﺗﺴﻤﻲ ھﺬه‬
‫اﻷﻓﻌﺎل أﺣﻮات ﻛﺎن‬
68
Penjelasan diatas kaana mempunyai beberapa saudara
diantaranya sooro (become), laesa (no, nothing), amsa (in the
afternoon). Adha (in the morning), dolla (in the mid of the day),
baata(stay in the night),

Linking verb (kaana wa akhwatuha) harusnlah mempunyai


arti dan bentuk yang sama dengan head dalam nominal sentence.
Persamaan arti dan bentuk itu terjadi dalam persamaan gender
kata. Jika head dalam sebuah kelimat mempunyai makna Male
(laki-laki), maka tentulah linking verbnya harus mempunyai
makna male pula. Begitu pula sebaliknya.

Hal tersebut sama dengan bahasa inggris yang memang


memetakan To be berdasarkan subject yang ada. Seperti dalam
table tersebut:

Subject To be (linking verb)

I Am

You, We, They Are

He, She, It Is

Tabel diatas adalah salah satu pemetaan linking verb berdasarkan


subjectnya yang menunjukkan waktu present tense.
69
c. Verbal Sentence Dan Jumlah Fi’liyah

Shorof adalah salah satu study yang berfokus pada


perubahan kata kerja. Kata kerja dalam bahasa inggris disebut
dengan verb dan kalimat yang disusun dari verb disebut dengan
verbal sentence. Verb sendiri adalah jenis kata dalam bahasa
inggris yang menunjukkan aksi atau pekerjaan dari seseorang atau
sesuatu. Sedangkan dalam bahasa arab, verb dikenal dengan fi’il.
Oleh karena itu, kalimat yang tersusun dari fi’il disebut dengan
jumlah fi’liyah.

Fi’il sendiri yang masuk dalam kajian shorrof bisa


bertransformasi menjadi bentuk lain, yang dikenal dengan tasrif.
Hal ini seperti yang ditunjukkan dalam table berikut ini:

Fi’il Transformation of Fungsi dalam


fi’il transformasi

‫ﻓﻌﻞ‬ Fi’il madi Menyatakan waktu


lampau (masa lalu)

‫ﯾﻔﻌﻞ‬ Fi’il mudlorik Menyatakan waktu


sekarang dan masa
yang sedang
berlangsung

70
‫ﻓﻌﻼ‬ Masdar Modifier yang
berfungsi
menjadikan kata
benda noun (gerund)

‫ﻣﻔﻌﻼ‬ Masdar mim Modifier yang


berfungsi
menjadikan kata
benda noun (gerund)

‫ﻓﺎﻋﻞ‬ Fa’il Merubah kata kerja


menjadi subject

‫ﻣﻔﻌﻮل‬ Maf’ul Merubah kata kerja


menjadi object

‫اﻓﻌﻞ‬ Fi’il amr Merubah kata kerja


menjadi kata
perintah

‫ﻻ ﺗﻔﻌﻞ‬ Fi’il nahi Merubah kata kerja


menjadi bentuk kata

‫ﻣﻔﻌﻞ‬ Fi’il makan Merubah makna kata


kerja menjadi makna
tempat

71
‫ﻣﻔﻌﻞ‬ Fi’il alat Merubah makna kata
kerja menjadi makna
alat

Pada table diatas dijelaskan bahwa fi’il dalam bahasa arab


bisa bertransformasi baik dalam bentuk. Perubahan bentuk tersebut
juga mempengaruhi makna atau arti dari kata itu sendiri. Layaknya
dalam bahasa arab, perubahan kata kerja juga terjadi dalam bahasa
inggris seperti yang ditunjukkan tabel dibawah ini:

Verb Transformation Fungsi dari


of verb transformasi

Drink/drinks/ Tenses Merubah verb


sesuai dengan
drunk/drunken/drinking
keadaan waktu.

Drink - > drinking Gerund Merubah verb


menjadi noun

No Drinking Negative form Merubah verb


menjadi bentuk
negative

72
Drink the soda! Imperative form Merubah verb
menjadi bentuk
kata kerja

Drinker Subject Merubah


bentuk verb
sebagai subject

Dalam bahasa arab, perubahan dari fi’il jauh lebih detail


dan lebih kompleks dari bahasa inggris sendiri. Namun, dalam
bahasa inggris perubahannya tidak dapat diperkirakan, karena
bahasa inggris mempunyai dua jenis kata kerja yaitu regular verb
(kata kerja yang perubahannya dapat diprediksi) dan irregular verb
(kata kerja yang perubahannya tidak dapat diprediksi). Namun,
pada dasarnya fungsi dari verb atau fi’il itu sama.

73
Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:

FI’IL Verb Keterangan

Fi’il madi Verb dalam bentuk past tense Menyatakan


waktu lampau
(masa lalu)

Fi’il Verb dalam bentuk Present Menyatakan


mudlorik continuous dan future tense waktu sekarang
dan masa yang
sedang
berlangsung

Masdar Verb yang berubah menjadi Modifier yang


Gerund berfungsi
menjadikan kata
benda noun
(gerund)

Masdar mim Verb yang berubah menjadi Modifier yang


Gerund berfungsi
menjadikan kata
benda noun
(gerund)

74
Fa’il Verb yang berubah menjadi Merubah kata
bentuk subject kerja menjadi
subject

Maf’ul Verb yang berubah ke dalam Merubah kata


bentuk object kerja menjadi
object

Fi’il amr Verb dalam bentuk Merubah kata


imperative kerja menjadi
kata perintah

Fi’il nahi Verb dalam bentuk negative Merubah kata


kerja menjadi
bentuk kata

Fi’il makan Adverb Merubah makna


kata kerja
menjadi makna
tempat

Fi’il alat Adverb Merubah makna


kata kerja
menjadi makna
alat

75
Selanjutnya, sama halnya dalam verbal sentence dalam
bahasa inggris. Jumlah fi’liyah juga setidaknya terdiri dari subject
dan predicate (verb). Predicate dikenal dengan ‫( اﻟﻔﻌﻞ‬fi’il) dan
subject ‫( اﻟﻔﺎﻋﻞ‬fa’il). Jika dalam bahasa inggris penyusunan sebuah
kalimat verbal dimulai dengan subject dan diikuti dengan
predicate. Maka, pada bahasa arab, dimulai dari predicate
kemudian disusul dengan subject. Seperti yang dikatakan oleh Ali
Aljazeem:

‫ﻛﻞ ﺟﻤﻠﺔ ﺗﺘﺮاﻛﺐ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ وﻓﺎﻋﻞ ﺗﺴﻤﻲ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﯿﺔ‬

Arti: setiap susunan kata yang terdiri dari subject dan


predicate disebut jumlah fi’liyah (verbal sentence).

Dalam tipe kalimat ini, verb ditandai dengan gender pada


subjectnya Mustofa Al-Ghalayyibiy, (2005:2:169) menyatakan:

‫( و ﺟﻮب‬1 ‫ ﻣﻦ ﺣﯿﺚ اﻟﺘﺬﻛﯿﺮ و اﻟﺘﺄﻧﯿﺚ ﺛﻼﺛﺔ ﺣﻼت‬: ‫و ﻟﻠﻔﻌﻞ ﻣﻊ اﻟﻔﺎﻋﻞ‬


‫(ﺟﻮاز اﻷﻣﺮﯾﻦ‬3 ,‫( وﺟﻮب اﻟﺘﺄﻧﯿﺚ‬2 ,‫اﻟﺘﺬﻛﯿﺮ‬

Arti: pasangan antara perdiacate dan subject bisa ada tiga


jenis yaitu 1) harus bergender laki-laki 2) harus 0bergender
perempuan 3) bisa laki-laki dan perempuan.

Pertama prediacate yang berbentuk atau bermakna laki-laki


(male) maka harus berpasangan dengan subject yang juga
berbentuk atau bermakna laki-laki.
76
Ibnu Malik menyatakan:

‫ ﻣُﺘ ِﱠﺼﻞٍ أ َْوﻣُﻔْﮭَﻢٍ ذ َاتَ ﺣِ ٍﺮ‬# ‫ْﻤَﺮ‬


ٍ ‫َوإﻧ ﱠﻤَ ﺎ ﺗَﻠْﺰَ مُ ﻓ ِﻌْﻞٍ ﻣُ ﻀ‬

d. Simple Present Tense Dan Fi’il Mudlori’

Simple present tense adalah bentuk waktu yang digunakan


untuk menyatakan tindakan yang berlangsung terus-menerus.
Simple present juga termasuk bentuk waktu yang sering digunakan
untuk percakapan sehari-hari dan penulisan artikel ilmiah.
Sehubungan dengan kegunaan simple present tense tersebut, Azar
menyatakan bahwa pada umumnya simple present
mengungkapkan sebuah keadaan yang selalu ada; sekarang, masa
lalu dan masa yang akan datang (1989:3). Dari pernyataan Azar
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa simple present
digunakan untuk menyatakan perbuatan atau keadaan yang terjadi
sekarang, telah terjadi pada masa lalu dan akan terjadi pada masa
yang akan datang atau dapat diungkapkan bahwa simple present
digunakan untuk mengungkapkan keadaan yang tidak terikat
dengan waktu. Selain untuk mengungkapkan keadaan yang tidak
berkait dengan waktu, simple present tense juga digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang di lakukan sekarang, telah dilakukan
dan akan tetap dilakukan pada masa yang akan datang.

77
Secara spesifik, kondisi atau keadaan yang ada pada masa
lalu, sekarang dan yang akan datang menggunakan kata kerja
penghubung yang menghubungkan subjek dengan keterangan
yang menerangkan subjek. Selain kata kerja penghubung, simple
present juga menggunakan kata kerja dalam bentuk sekarang.

e. Subjek + To Be + Subjektive Complement Dan Jumlah


Ismiyah

Kalimat yang diungkapkan dengan bahasa inggris biasanya


terdiri dari subjek dan subjekive complement. Kalimat yang
menggunakan rumus tersebut diatas menunjukkan kadaan yang
tidak berubah-ubah (Frank, 1972:2). Dalam kalimat seperti ini,
linking verb berfungsi untuk menghubungkan subjek dan
subjekive complement. Linking verb antara lain am, is dan are
untuk simple present sementara was dan were untuk simple past.
Azar (1989: 3) menyatakan bahwa simple present di gunakan
untuk menyatakan kegiatan atau keadaan yang telah ada, ada dan
akan ada. Sejalan dengan Azar, Frank (1972:2) menyatakan
bahwa linking verb di ikuti oleh subjek lain yang membuat
keterangan redicat yang baik disebut subjekive complement.

Subjek untuk kalimat ini bisa berasal dari kata benda (Azar
is a famous grammarian) dan kata ganti (He is Andi) (Azar,

78
1989:31). Sesuai dengan yang tersebut, Azar menyatakan bahwa
clause bisa menjadi subjek (the book which is on the table is mine)
(1989:239). Lebih lanjut, Frank menyatakan bahwa subjek dari
kalimat mungkin berasal dari frase (For her to clean the house
every day is necessary) (1972: 331).

Selanjutnya, Azar membatasi Ppelengkapdari klausa (She


is the woman whom I told you about) (1989: 240). Sementara,
Krohn menklasifikasikan Ppelengkapdari kata benda (that is
book), frase (the book is on the table), kata sifat (you are busy)
dan kata ganti (that is you) (1990:1-20).

kalimat the books are on the table terdiri dari enam buah
kata, tetapi ketika dibagi berdasarkan fungsinyahanya tiga.
Pertama adalah frase the books, terdiri dua kata yang berfungsi
sebagai subjkt. Kata sandang tertentu the membatasi macam-
macam buku. Itu menunjuk pada macam buku yang tertentu.
Kedua adalah kata kerja sambung are yang menunjukkan kondisi
buku. Yang terahir on the table, bisa di bagi menjadi dua, on
adalah kata depan yang menunjukkan bahwa buku berada di atas
sesuatu yang lain dan the table sebagai tempat buku tersebut.

Kalimat Salma is beautiful terdiri dari tiga kata. pertama


Salma sebagai subjek. Kedua is sebagai kata kerja sambung, kata

79
kerja sambung ini menunjukkan kondisi dari subjek. Terahir kata
beautiful yang merupakan kondisi dari subjek. Cantik adalah
sebuah keadaan yang tidak berhubungan dengan waktu.

Sebaliknya dlam bahasa Arab kalimat tersebut di atas tidak


memiliki kata kerja untuk menghubungkan subjek dan subjekive
complement. Di dalam bahasa Arab di sebut ‫اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻻﺳﻤﯿﺔ‬, terdiri
dari ‫ ﻣﺒﺘﺪاء‬dan ‫( ﺧﺒﺮ‬subjek dan subjekive complement). Ali and
Amin (1:1954:42) menyatakan:

‫ﻛﻞ ﺟﻤﻠﺔ ﺗﺘﺮﻛﺐ ﻣﻦ ﻣﺒﺘﺪاء و ﺧﺒﺮ ﺗﺴﻤﻲ ﺟﻤﻠﺔ اﺳﻤﯿﺔ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat di ungkapkan bahwa kalimat


yang terdiri mubtada dan khobar di sebut al jumlatul ismiatu ( ‫اﻟﺠﻤﻠﺔ‬
‫)اﻻﺳﻤﯿﺔ‬.

Jumlah ismiah tidak berkaitan deengan waktu.


Khoffaniybik (no year:102) menyatakan:

‫اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻹﺳﻤﯿﺔ ﻣﻮﺿﻮﻋﮭﺎ ﻟﻤﺠﺮد ﺛﺒﻮت اﻟﻤﺴﻨﺪ ﻟﻠﻤﺴﻨﺪ إﻟﯿﮫ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat di ungkapkan bahwa jumlah


ismiah untuk menunjukkan keadaan yang ada pada subjek bukan
waktu.

Sebagaimana kalimat dalam bahasa inggris, kalimat ُ ‫ﺳﺘ َﺎذ‬


ْ ُ‫ا َْﻷ‬
ُ‫( ﻣَ ﺎھِﺮ‬the professor is clever) dari mubtada (subjek) dan khobar

80
(subjekive complement). kata ustaadu (professor) menjadi pelaku
yang di ikuti oleh Ppelengkapmaahirun (clever) yang
menunjukkan keadaan professor. Sifat pintar tidaklah berhubungan
dengan waktu. Kondisinya menyatu dengan professor. Subjek
memiliki kecocokan dengan Ppelengkapbaik dalam gender
maupun jumlah nya, jamak, laki-laki dan perempuan kecuali jika
subjek berasal dari kata benda mati (‫ )ﺟﻤﻊ اﻟﻤﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﻟﻢ ﻟﻐﯿﺮ ﻋﺎﻗﻞ‬daun
menumbuhkan daun (ٌ ‫ﻣُﻮرﻗ َﺔ‬
ِ ْ‫ﻣُﻮرﻗ َﺎتٌ أ َو‬
ِ ُ‫َﺠَﺮات‬
َ ‫ ) ْاﻟﺸ‬kata ُ‫ﱠﺠَﺮات‬
َ ‫ اﻟﺸ‬adalah
bentuk jamak feminim, Ppelengkapnya bisa dari bentuk tunggal
feminim ٌ ‫ ﻣُﻮْ ِرﻗ َﺔ‬sementara dari bentuk jamaknya ‫( ﻣﻮرﻗﺎت‬Ali and
Amin 3:2005:4).

kalimat ‫ ا َْﻷ ُ ْﺳﺘ َﺎذ ُ ﯾ َﺘَﻜَﻠ ﱠﻢُ اﻟْﻌ ََﺮﺑِ ﯿﱠﺔ‬terdiri dari tiga kalimat. Kalimat
guru (ُ ‫ )اﻷ ْﺳﺘ َﺎذ‬, berbicara ( ُ‫ ﯾ َ)ﺘَﻜَﻠ ﱠﻢ‬dan Arab ( َ ‫ اﻟ)ْﻌ ََﺮﺑ ِ ﯿﱠﺔ‬, guru adalah agen.
Kalimat َ ‫ﺘَﻜَﻠ ﱠﻢُ اﻟﻌ ََﺮﺑ ِ ﯿﱠﺔ‬dlam
َ‫ﯾ‬ kasus ini berfungsi sebagai kata
keterangan dari mubtada ُ‫اﻷ ُ ْﺳﺘ َﺎد‬. Kalimat ini dalam bahasa arab
menggunakan Ppelengkapdari kata kerja dan subjek, juga di sebut
ُ ‫ َﺨﺒَﺮُ اﻟﺠُﻤْﻠ َﺔ ُ ْاﻟ ِﻔ ْﻌ ِﻠﯿ َﺔ‬.‫اﻟ‬

Lebih lanjut, Jiyad mengatakan:

Subjek berada di awal kalimat karena sebagai betuk sebuah


penekanan (yang di utamakan) selanjutnya di ikuti oleh kata benda
atau kalimat yang sesuai dengan subjek tersebut. Semuanya harus

81
sesuai dalam bentuk nya,. Frase, dalam kasus ini tidak memiliki
bentuk gender. (2006: 10).

Dari pernyataan di atas, dapat di ungkapkan bahwa jumlah


ismiah meletakkan subjek di awal sebagai penekanan bahwa nanti
pendengar atau pembaca bisa memberikan perhatian yang lebih
besar terhadapnya.. sebenarnya mengungkapkan ide dengan
menggunakan jumlah ismiah dan jumlah fi’liah adalah hal yang
umum. Sebagai contoh, jumlah fi’liah yang terdiri atas subjek,
predicate dan objectt Ali speaks English ( َ‫ )ﯾ َﺘَﻜَﻠ ﱠﻢ ﻋَ ﻠ ﱡِﻲ اﻹﻧْﻜ ِﻠﯿ ِْﺰﯾ َﺔ‬dapat di
ungkapakan dalam bentuk jumlah ismiah dengan menggunakan
kata benda sebagai pelengkap Ali is speaker of English ( ٌّ‫ﻋَ ﻠ ﱞِﻲ ﻣُ ﺘَﻜَﻠِﻢ‬
‫ )ﺑ ِﺎﻹﻧْﻜﻠ ِِﺰﯾ َ ِﺔ‬atau dnegan kalimat sebagai pelengkapAli speaks English
( َ ‫)ﻋَ ﻠ ﱞِﻲ ﯾ َﺘَﻜَﻠ ﱠﻢُ اﻹﻧْﻜﻠ ِِﺰﯾ َﺔ‬. karena the jumlah ismiah menekankan pada
subjek, jumlah fi’liah menkankan pada pekerjaan nya.

Dalam diskusi yang lebih dalam, Jiyad (2006: 10)


menyatakan bahwa mubtada atau subjek dapat berasal dari kata
benda (the book is important) ‫)اﺳﻢ( اﻟ ِﻜﺘ َﺎبُ ﻣُﮭِﻢﱞ‬, kata ganti (he is a
writer) ٌ‫)اﻟﻀﻤﯿﺮ اﻟﻤﻨﻔﺼﻞ(ھ َُﻮ ﻛَﺎﺗ ِﺐ‬, prase (Ali’s book is good) ‫ِﻲ‬
ٍ ّ ‫ِﻛﺘ َﺎبُ ﻋَ ﻠ‬
ٌ‫)اﻟﻤﻀﺎف و اﻟﻤﻀﺎف إﻟﯿﮫ( ﺣَﻤِ ﯿْﻞ‬, dan kata ganti penunjuk (that is a
book) ٌ‫)اﺳﻢ اﻻﺷﺎرة( ذ َاﻟِﻚَ ِﻛﺘ َﺎب‬, sementara Amin and Ali (3: 2005: 25)
klausa (to fast(in fasting month) is better for you) ْ‫)اﻟﻤﺼﺪر اﻟﻤﺆول( أ َن‬
ْ‫ﺗَﺼُﻮﻣُﻮْ َﺧﯿْﺮٌ ﻟ َﻜ ُﻢ‬.
82
‫ اﻟ َﺨﺒ َْﺮ‬bisa berbentuk ٌ ‫ﻣُﻔْﺮاد‬
َ or ‫ﻣُﻔْﺮا ٍد‬
َ ُ‫ َﻏﯿْﺮ‬. Mufrad adalah yang
tidak tersusun dari kalimat atau yang mirip dengan kalimat (shibhu
jumlah). Khobar mufrad mungkin dari kata benda tunggal ‫)اﺳﻢ‬
(ٌ ‫ﻣُﻔْﺮد‬
َ seperti pada contoh (he is Ali) ‫ ھ َُﻮ ﻋَ ﻠِﻲ‬, tasniah kata benda
dalam bentuk dua sebagaimana dalam kalimat (Ali and Amin are
clever) ‫ان‬
ِ ‫ﻋَ ﻠ ٌِﻲ و آﻣِ ﯿْﻦٌ ﻣَ ﺎھ َِﺮ‬ atau jamak ( ُ‫ )اﻟﺠَ ﻤْ ﻊ‬sebagaimana (the
Moslems are patient) َ‫اﻟْﻤُ ْﺴﻠِﻤُﻮنَ ﺻَﺎﺑ ِﺮُ ون‬ atau terdiri dari clausa ُ‫ْاﻟ َﺨﯿْﺮ‬
‫ﺼﺒ َُﺮ‬
ْ َ ‫ﺼﺪ َ رٌ ﻣُﺆَ وﱠ ٌل أ( َنْ ﺗ‬
ْ َ‫ ﻣ‬sebagai mana dalam contoh (the better (for
you) is to be patient) (Amin and Ali 3: 2005: 25). Sementara itu,
hobar ghoeru mufrad dibagi menjadi dua, jumlah (kalimat) and
sibeh jumlah (mirip kalimat). Hobar jumlah adalah hobar yang
berasal dari jumlah ismiah (subjek and subjekive complement)
(Ali’s father is a clever) ٌ‫)اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻻﺳﻤﯿﺔ( ﻋَ ﻠ ٌِﻲ أﺑ ُﻮه ُ ﻣَ ﺎھِﺮ‬ atau jumlah
fi’liah (verb and subjek) (Ali goes to school) ُ‫)اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻟﻔﻌﻠﯿﺔ( ﻋَﻠﻲ ﯾ َﺬ ْ ھَﺐ‬
‫ إﻟ َﻰ اﻟﻤَ ﺪ َْرﺳَ ِﺔ‬. Lebih dalam, Mustofa ( 2:2005:186) menyatakan
bahwa sibhil jumlah adalah hobar yang terdiri dari jar and majrur
atau kata keterangan tempat(‫اﻟﻈﺮف‬
ُ ). Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa khobar sibhi jumlah di bagi menjadi dua jar
and majrur (the boy is in the class) ِ‫ﺼﻞ‬
ْ َ ‫)اﻟﺠﺮ واﻟﻤﺠﺮور( اﻟ ََﻮﻟ َﺪ ُ ﻓ ِﻲ اﻟﻔ‬
dan kata keterangan (the office is in front of the class) ‫ْاﻟﺪ َِوانُ أﻣَ َﺎم‬
‫ ْاﻟﻔ َﺼْﻞ‬.

83
Selanjutnya, Ali dan Amin (3: 2005:07) menyatakan bahwa
jika Ppelengkapdari prase jar dan majrur atau keterangan tempat,
maka mubtada dapat diletakkan setelah subjekive complement.
Dengan demikian subjek harus pada bentuk indefinite dengan cara
membuang artike al ( ْ‫ ﻓ ِﻲ اﻟﻔ َﺼْﻞ َوﻟ َﺪ ٌ )ال‬dan, ٌ‫ أﻣَ َﺎم ْاﻟﻔ َﺼْﻞِ ِد َﯾﻮان‬.
keduanya sama-sama umum dalam bahasa Arab.

f. Subjek + Verb Dan Fi’il + Fa’il

Quirk dan Greenbaum menyatakan bahwa kata kerja


dynamic tidak menunjukkan kondisi tetap (1973:21). Dari
pernyataan di atas dpat di ambil kesimpuln bahwa katakerja
dinamis menunjukkan sebuah pekerjaan atau kejadian. Kalimat
yang menunjukkan pekerjaan menggunakan rumus S+Kata kerja.
Bisa terdiri dari subjek, pericate dan objek atau kata keterangan.
Keadaan yang dimaksud adalah dapat dirasakan atau dapat dilihat;
tetapi kadang juga ada pekerjaan yang abstrak sebagai contoh love,
hate and so on. Sekilas, Ali eats rice, pekerjaannya dapat di lihat.

Untuk lebih lanjut, subjek dalam bahasa inggris dibagi


menjadi enam. Orang pertama tunggal (I), orang pertama jamak
(we), orang kedua tunggal dan jamak (you), orang ketiga laki-laki
tunggal (he) orang ketiga perempuan tunggal (she), orang ketiga
jamak (they) dan kata benda tunggal (it) (Krohn 1990:1-20).

84
Ada dua macam kata kerja dalam bahasa Inggris ada kata
kerja transitif dan kata kerja intransitif. Kata kerja transitif
memerlukan kata benda lain sebagai hal yang dikenai pekerjaan.
Hornby mengatakan bahwa transitif adalah kata kerja yang
membutuhkan objek langsung dan atau objek tidak langsung
ekplisit atau implisit (1995:1271). Dari pernyataan di atas dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada dua macam objek dari
sebuah kalimat, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek
langsung sebagaimana dalam contoh kalimat I study English dan
objek langsung dan tidaklangsung seperti dalam kalimat Rudy tells
me the story. Kata me (saya) adalah objeck tidak langsung
sementara phrase the story adalah objek langsung. Kata kerja study
dan tell adalah kata kerja yang membutuhkan dua objek
(transitive verb). Meskipun demikian, kata kerja tersebut berbeda,
study membutuhkan satu objek, objek langsung. Sementara kata
kerja tell membutuhkan dua buah objek. Dalam kasus ini, objek
dari sebuah kata kerja bisa berupa kata benda, kata ganti ataupun
phrase.

Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak


membutuhkan objek (Hornby, 1995:626). Dari pernyataan tersebut
diatas kita dapat menyimpulkan bahwa selain kata kerja yang
memiliki objek, ada juga kata kerja yang tidak membutuhkan
85
objek. Sebagaimana kata kerja dalam kalimat I sleeps tidak
membutuhkan objek. Untuk membuat kalimat lebih jelas, dalam
Inggris menggunakan kalimat keterangan sebagai bentuk informasi
yang lebih jelas. Lebih dalam, Azar menyatakan bahwa
prepositional phrase di gunakan untuk menunjukkan waktu atau
tempat (1989:A2). Kalimat I sleep in the night terdiri dari I
sebagai subjek, sleep sebagai predikat in the night sebagai
keteangan waktu. Sementara, kalimat the students go to school
terdiri dari frasa the students, kata kerja go dan frasa to school
sebagai keterangan tempat. Sleep dan go in adalah kata kerja
intransitif.

Sabagai perbandingan, kalimat Arab yang menunjukkan


sebuah kegiatan disebut ‫اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻟﻔﻌﻠﯿﺔ‬. Al-jumlah al-fi’liyah terdiri
dari kata kerja ‫ اﻟﻔﻌﻞ‬dan subjek ‫اﻟﻔﺎﻋﻞ‬. Jumlah fi’liah selalu dimulai
oleh kata kerja (‫;)اﻟﻔﻌ ُﻞ‬. Ali dan Amin (1954:1:39) menyatakan:

‫ﻛﻞ ﺟﻤﻠﺔ ﺗﺘﺮﻛﺐ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ وﻓﺎﻋﻞ ﺗﺴﻤﻲ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﯿﺔ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat di nyatakan bahwa setiap


susunan yang terdiri dari kata kerja dan subjek disebut jumlah
fi’liyah.

Berdasarkan makna mustofa membagi kata kerja arab


dalam dua bagian ; transitif (‫ )اﻟ ِﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟﻤُ ﺘ َﻌ َ ﺪِّى‬dan intransitif ( ُ‫) اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻼ َِزم‬

86
(2:2005:25). Lebih dalam,dia menyatakan bahwa kata kerja
transitif ‫ اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤُ ﺘ َﻌ َ ﺪِّى‬adalah kata kerja yang membutuhkan objek
langsung dan atau objek tidak langsung. Sementara kata kerja
intransitif ( ُ‫ )اﻟﻔﻌ ُﻞ اﻟﻼ َِزم‬adalah kata kerja yang tidak membutuhkan
objek is. Sesuai dengan kata kerja intransitif yang ada dalam
bahasa inggris, untuk membuat kalimat lebih jelas kata kerja ini
menggunakan frasa sebagai keterangan tempat yang terdiri dari jar
dan majrur ُ◌‫ اﻟﺠﺮ و اﻟﻤَ ﺠْﺮُ ور‬atau keterangan tempat ‫ف‬
ُ ْ‫اﻟﻈَﺮ‬ .
sebagai gambaran , kalimat Ali sleeps on the mat in the night ُ‫ﯾ َﻨَﺎم‬
‫اش ﻟ َﯿ ًْﻼ‬
ِ ‫ ﻋَ ﻠ ﱡِﻲ ﻋَﻠ َﻰ اﻟﻔ َِﺮ‬terdiri dari subjek ‫ﻋَﻠﻲ‬
‫ ﱞ‬, kata kerja ُ‫ﯾ َﻨَﺎم‬, keterangan
tempat ‫اش‬
ِ ‫ ﻋَﻠ َﻰ ْاﻟﻔ َِﺮ‬dan ketrangan waktu ‫ﻟ َﯿ ًْﻼ‬.

Untuk penjelasan lebih rinci Maksum menyatakan bahwa


kata kerja dalam bahasa Arab memiliki tanda yang terletak pada
akhir kata kerja tersebut (1965: 40). Dari pernyataan di atas dapat
di ambil kesimpulan bahwa subjek dalam kalimat arab dibagi
menjadi empat belas berdasarkan jumlah dan jenis kelamin subjek.
Subjek-subjek tersebut antara lain : I (‫ )اﻧﺎ‬sebagaimana dalam I
write a letter ( َ ‫أ) َﻛْ ﺘ ُﺐُ اﻟ ِّﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬, you male singular ( َ‫ )اﻧﺖ‬sebagaimana
dalam you write a letter ( َ ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ُ‫ ) ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬, you male two (tasniah)
(‫ )اﻧﺘﻤﺎ‬sebagaimana dalam both of you write a letter ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ‫َﺎن‬
ِ ‫ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬
), you plural (‫ )اﻧﺘﻢ‬sebagaimana dalam you all write a letter )
( َ ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ َ‫َﻜْ ﺘ ُﺒ ُﻮْ ن‬,‫ ﺗ‬you female singular(‫ﺖ‬
ِ ‫ )اﻧ‬sebagaimana dalam you
87
(female) write a letter ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ َ‫) ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ ِ ﯿْﻦ‬, you female two (tasniah)
(‫ )اﻧﺘﻤﺎ‬sebagaimana dalam both of you write a letter (‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ‫َﺎن‬
ِ ‫) ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬,
you female plural ( ‫ )اﻧﺘﻦ‬sebagaimana dalam you all write a letter (
َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ َ‫)ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬, we (‫ )ﻧﺤﻦ‬sebagaimana dalam we write a letter ( ُ‫ﻧَﻜْ ﺘ ُﺐ‬
َ ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ), he (‫ )ھﻮ‬as in he writes a letter ( َ ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ُ‫ )ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬, they two male
(‫ )ھﻤﺎ‬sebagaimana dalam both of them write a letter ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ‫َﺎن‬
ِ ‫) ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬,
they male ( ‫ )ھﻢ‬sebagaimana dalam they all write ( َ‫) ﯾَﻜْ ﺘ ُﺒ ُﻮْ نَ اﻟﺮّ ﺳَﺎﻟ َﺔ‬, she
(‫ )ھﻲ‬she writes a letter ( َ‫اﻟﺮﺳﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ُ‫) ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬, they two female (‫)ھﻤﺎ‬
sebagaimana dalam both of them write a letter ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ‫َﺎن‬
ِ ‫ ) ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬and
they female( ‫ )ھﻦ‬sebagaimana dalam they all write a letter ( َ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬
َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ).

Karna jumlah subjek dalam bahasa arab di bag menjadi


empat belas, bentuk sekarang dari kata kerja bahasa arab juga di
bagi menjadi empat belas, sesuai dengan bentuk dan fungsinya .
perubahan kata kerja mengikuti penggunaan huruf ‫ أ‬,‫ ن‬,‫ ي‬dan ‫ت‬
yang memiliki fungsi bentuk special untuk menunjukkan subjek.
Pertama, huruf ‫ أ‬di gunakan untuk menunjukkan orang pertama
tunggal sebagaimana dalam (I write) ُ‫ أ َﻛْ ﺘ ُﺐ‬. Kedua adalah huruf ‫ن‬
digunakan untuk menunjukkan subjek orang pertama jamak
sebagaimana dalam kalimat ُ‫(ﻧَﻜْ ﺘ ُﺐ‬we write) . ketiga huruf ‫ي‬
digunakan untuk menunjukkan subjek orang ketiga tunggal ُ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬
(he writes), tasniyah (dua) ‫َﺎن‬
ِ ‫( ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬they both write) dan jamak
88
maskulin َ‫( ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒ ُﻮْ ن‬they all write) dan orang ketiga jamak feminim
َ‫( ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬they write). Keempat huruf ‫ت‬ digunakan untuk
menunjukkan subjek orang ketiga tunggal feminim ُ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬she
writes) dan tasniyah (dua) feminim‫َﺎن‬
ِ ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬ dan orang kedua
tunggal maskulin ُ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬you write), kedua (dua) orang (tasniah)
maskulin ‫َﺎن‬
ِ ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬you both write), orang kedua jamak َ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺘ ُﻮن‬you all
write), orang ketiga tunggal feminim ُ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬you write), orang
kedua feminim (tasniyah) ‫َﺎن‬
ِ ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬both of you write) orang kedua
jamak feminim َ‫( ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬you all write).

Untuk menerangkan jumlah subjek, kata kerja dalam


bahasa Arab menggunakan hurup yang ada pada ahir dari kata
kerja tersebut, kecuali bentuk tunggal karena bentuk tunggal tidak
memiliki tanda.. The singular subjek in either Huruf yang
digunkan sebagai penanda dari jumlah subjek antara lain alif
tasniah (alif yang menyimbolkan dua) seperti dalam kalimat ‫َﺎن‬
ِ ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬
dan ‫َﺎن‬
ِ ‫ ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒ‬, waw jamak (symbol jamak maskulin) seperti dalam
kalimat َ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒ ُﻮْ ن‬ and َ‫ ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺘ ُﻮن‬, dan nun jama inas (nun yang
menunjukkan jamak feminim) seperti dalam kalimat َ‫ ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬dan َ‫ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺒْﻦ‬.

Sebagai contoh dari keterangan diatas, ُ‫ ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬write or is


writing (present progressive) memiliki subjek yang tidak tertulis.
ketika ُ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐ‬ di letakkan dalam sebuah kalimat َ‫ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐُ اﻟ ِّﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
subjeknya tidak kelihatan. Subjeknya adalah ‫ ھﻮ‬atau dia. Kalimat
89
tersebut dapat dinyatakan dalam bahasa Inggris sebagai he writes
or is writing the letter. Informasi yang terkandung dalam kalimat
َ‫(ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐُ اﻟ ِّﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬he writes or is writing the letter) tidaklh mengandung
makna yang lengkap , karena subjek dia tidak menunjuk pada
sebuah kata benda. Sacara terpisah, Ali dan Amin menyatakan
bahwa pronoun harus menunjuk pada noun yang ada sebelumnya
atau dapat di mengerti (2005: 121).

Untuk jenis kalimat diatas, sebuah kata kerja harus cocok


dengan subjeknya. Kecuali dalam beberapa keadaan. Al-
Ghalayyibiy (2005:2:169) menyatakan:

‫( و ﺟﻮب‬1 ‫ ﻣﻦ ﺣﯿﺚ اﻟﺘﺬﻛﯿﺮ و اﻟﺘﺄﻧﯿﺚ ﺛﻼﺛﺔ ﺣﻼت‬: ‫و ﻟﻠﻔﻌﻞ ﻣﻊ اﻟﻔﺎﻋﻞ‬


‫(ﺟﻮاز اﻷﻣﺮﯾﻦ‬3 ,‫( وﺟﻮب اﻟﺘﺄﻧﯿﺚ‬2 ,‫اﻟﺘﺬﻛﯿﺮ‬

Dlam bahasa Indonesia bisa dinyatakan sebagai berikut:


kesesuaian atara kata kerja dan subjek adalah dalam tiga bentuk: 1)
harus dalam bentuk maskulin 2) harus dalam bentuk feminim 3)
boleh maskulin atau feminim.

Dari keterangan diatas, dapat diambil sbuah kesimpulan


bahwa ada tiga peraturan yang harus diikuti untuk membuat
kalimat dalam bahasa Arab. Pertama, pericate harus dalam bentuk
maskulin ketika subjeknya adalah maskulin sebagaimana dalam
kalimat the student writes a letter ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ُ ‫)ﯾ َﻜْ ﺘ ُﺐُ اﻟﺘِّﻠْﻤِ ﯿْﺬ‬. Subjek student

90
adalah bentuk maskulin maka kata kerja writes harus dalam
bentuk maskulin. Kedua, katakerja yang feminism untuk subjek
feminism seperti kalimat the student writes ( َ‫اﻟﺮﺳَﺎﻟ َﺔ‬
ّ ِ ُ ‫)ﺗ َﻜْ ﺘ ُﺐُ اﻟﺘِّﻠْﻤِ ﯿْﺬ ُة‬.
Tiga, untuk kata benda yang tidak memiliki gender, predikat bisa
berupa feminism atau maskulin the sun rises ( ُ‫)ﯾ َْﻄﻠ ُﻊُ أو ﺗ َْﻄﻠ ُﻊُ اﻟﺸّﻤْﺲ‬
dalam kalimat ini, kata ( ُ‫ )اﻟﺸَﻤْﺲ‬berbentuk maskulin dan bermakna
feminim. Lebih lanjut, bentuk maskulin dan bermakna feminim
hanya bisa diketahui dengan mempelajari jenis-jenis kaalimat
dalam bahasa arab. Sebagai contoh kata ( ُ‫ )زَ ْﯾﻨَﺐ‬dimasukkan dalam
macam bentuk feminim. Sementara, kalimat Maisaroh (ُ ‫ْﺴَﺮة‬
َ ‫) ﻣَ ﯿ‬
dianggap sebagai maskulin. Sekilas, Mustafa (1:2005:77)
menyatakan bahwa symbol feminism dalam kata benda arab antara
lain ta marbutah seperti dalam kalimat ٌ ‫ ﺗِﻠْﻤِ ْﯿﺬ َة‬, aliiful maksurah
sebagaimana dalam kata ‫ﺳَﻠْﻤَﻰ‬ dan aliiful mamduudah
sebagaimana dalam kata ُ‫ ُﺣ ْﺴﻨَﺎء‬.

g. Kalimat Aktif Dalam Bahasa Arab Dan Inggris

Azar menyatakan bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang


menunjukkan keberadaan pelaku dalam sebuah kalimat
(1989:120). Dari pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang menunjukkan bahwa
pelaku pekerjaan diungkapkan, sementara untuk melengkapainya
kadang-kadang ditambahkan objeck atau adverb untuk kata kerja
91
yang tidak membutuhkan objek.

Lebih lanjut, Azar (1989:120) menyatakan bahwa hanya


kata kerja transitif yang bisa digunakan dalan kalimat passif. Dari
pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa baik transitif atau
intransitive dapat digunakan dalam kalimat active. Karena kalimat
aktif menekankan keberadaan pelaku, maka strukturnya terdiri dari
subjjek, predikat dan objek atau adverb.

Kalimat akif dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan al


jumlah al mabniy lil maklum ‫ اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻟﻤﺒﻨﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻮم‬terdiri atas predikat,
subjek dan objek atau adverb. Jumlah al mabniy lil maklum
menggunakan kata kerja dalam bentuk maklum, baikbentuk
sekaranag atau lampau. Sementara, pengertian Aljumlah al mabniy
lil maklum adalah kalimat yang subjeknya disebutkan. Ghoni
(1984 : 100) states:

... ُ‫ﺒﻨﻲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻮمِ وھﻮ ﻣَ ﺎ ذ ُﻛ َِﺮ ﻣَﻌ َﮫ ُ ﻓ َﺎﻋِﻠﮫ‬


ّ َ‫ ﻣ‬...

Dalam bahasa indonesia bisa dijelaskan sebagai berikut …


mabni maklum adalah kata kerja yang disebut bersama dengan
subjeknya…. Dari pernyatan diatas dapat diiambil sebuah
kesimpulan bahwa kata kerja mabni maklum adalah kata kerja
yang disebutkan bersama dengan fail (subjek) nya. Sekilas, subjek
dalam kalimat Arab aktif disebut fa’il. Sementara pada kalimat

92
pasif disebut naibul fail (pengganti subjek).

h. Kalimat Pasif Dalam Bahasa Arab Dan Inggris

Kalimat pasif adalah kalimat yang menekankan tentang


adanya sebuah kegiatan tanpa memperdulikan pelakunya (Swan,
1996:408). Dari pernyataan diatas , dapat dikatakan bahwa kalimat
pasif digunakan ketika pembicara tidak mau memberitahukan
siapa pelakunya. Dalam kasus ini, pembicara mungkin mengetahui
siapa yang berbicara tetapi dia menganggap tidak penting untuk di
sebutkan.

Lebih lanjut, Radford (2004:180) menyatakan bahwa


kalimat pasif membutuhkan be, menggunakan past participle,
diikuti oleh by phrase dan objek dalam kalimat aktif menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Dari pernyataan diatas, dpat
disimpulkan bahwa kalimat pasif memiliki empat property yang
membedakannya dari kalimat aktif. Pertama, kalimat pasif
membutuhkan be untuk menggabungkan subjek dan past
participle. Be juga berfungsi untuk menunjukkan waktu. Kedua,
kalimat pasif menggunakan past participle untuk menunjukkan hal
yang sudah diselesaikan. ketiga, kalimat pasif diikuti oleh by
phrase untuk menunjukkan subjeknya dalam kalimat aktif, tapi itu
sangat jarang digunakan kecuali ketika menyebutkan karya asli

93
dari seseorang. Empat, objek dalam kalimat aktif menjadi subjek
dalam kalimat passif.

Kalimat pasif dalam bahasa Arab disebut al jumlah al


mabniy lil majhul ‫اﻟﺠﻤﻠﺔ اﻟﻤﺒﻨﻲ ﻟﻠﻤﺠﮭﻮل‬. Jumlah al mabniy lil majhul
menggunakan kata kerja dalam bentuk majhul baik bentuk
sekarang atau masa lampau. Subjek pada jumlah al mabniy lil
majhul disebut naibul fail, pengganti subjek. Ali (2005:106)
menyatakan :

ِ‫ اﺳﻢ ﻣﺮﻓﻮع ﺣﻞﱠ ﻣَﺤَﻞﱠ اﻟﻔ َﺎﻋِﻞ‬: ‫ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻔﺎﻋﻞ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa naibul


fail adalah kata benda nominative ( ٌ◌ ) yang menngantikan
subjek..

Lebih lanjut, kalimat pasif dalam bahasa Arab


membutuhkan kata dalam bentuk pasif baik bentuk sakarang atau
bentuk lampau. kata kerja dalam bentuk pasif disebut mabniy
majhul ( ِ‫) اﻟ ِﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟﻤَ ْﺒﻨ ِﻲْ ﻟِﻠْﻤَ ْﺠﮭُﻮل‬. Kata kerja mabni majhul adalah kata
kerja yang digunakan untuk kalimat pasif. Kata kerja tersebut
dikhususkan menjadi dua buah. Ali and Amin (2005:106) state:

َ‫ﺎﺿﯿ ًﺎ ﺿُﻢﱠ أ َوﱠ ﻟ ُﮫُ َو ﻛ ُﺴ َِﺮ اﻟْﺤَﺮْ فُ اﻟ َﺬِيْ ﻗ َﺒْﻞ‬


ِ َ‫ﺐ ْاﻟﻔَﺎﻋِﻞِ َو ﻛَﺎنَ ﻣ‬
ِ ِ ‫ِﻟﻲ ﻧَﺎﺋ‬
َ ‫إ ِ ذ َا أ ُ ْﺳﻨ ِﺪ َ ا ْﻟ ِﻔ ْﻌ ُﻞ إ‬
‫ َو ْاﻟ ِﻔ ْﻌ ُﻞ ﻟا َﺬِيْ ﯾ َ ْﺤﺪ ُثُ ﻓ ِ ْﯿ ِﮫ‬,‫ﻣُﻀَﺎرﻋًﺎ ﺿُﻢﱠ أ َوﱠ ﻟ ُﮫُ َو ﻓ ُﺘ ِﺢَ اﻟْﺤَﺮْ فُ اﻟ َﺬِي ﻗ َﺒْﻞَ آﺧِ ِﺮ ِه‬
ِ َ‫ َوإ ِنْ ﻛَﺎن‬,‫آﺧِ ِﺮ ِه‬
ِ‫َھﺬ َا اﻟﺘ ﱠﻐْﯿ ِ ﯿْﺮُ ﯾ ُﺴَﻤﱠﻲ ﻣَ ْﺒﻨ ﱞِﻲ ﻟِﻠْﻤَ ْﺠﮭُﻮْ ل‬
94
Dalam bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa jika kata
kerja yang untuk naibul berada dalam bentuk lampau, huruf
pertamanya harus dalam keadaan nominative ( ُ◌ ) dan huruf
sebelum ahir harus genitive ( ◌ِ ). Jika kata kerja pada bentuk
sekarang, huruf pertama harus nominatif ( ُ◌ ) dan huruf sebelum
ahir harus akusatif ( َ◌ ). Kata kerja tersebut disebt kata kerja
mabniy majhul.

Sama dengan kata kerja yang digunakan dalam kalimat


aktif, kata kerja majhul harus cocok dengan jumlah dan gender
dari naibul. Ali (2005:106) menyatakan :

‫إ ِ ذ َا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻧَﺎﺋ ِﺐُ ْاﻟﻔ َﺎﻋِﻞِ ﻣُﺆَ ﻧ ﱠﺜ ًﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ اﻟ ِﻔ ْﻌ ُﻞ ﻣُﺆَ ﻧ ﱠﺜ ًﺎ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa jika


naibul fail berbentuk feminim, kata kerja harus dalam bentuk
feminm.

Lebih lanjut, Mustafa (2005:175) menyatakan ada tujuh


buah alas an menggunakan kalimat pasif. Pertama, subjeknya
sangat terkenal seperti dalam contoh manusia diciptakan dalam
keadaan lemah (‫ ) َو ُﺣﻠِﻖَ اﻹﻧْﺴَﺎنُ ﺿَ ِﻌ ْﯿﻔ ً ﺎ‬dalam kasus ini, semua orang
Islam mengetahui bahwa Allah lah yang menciptkan. Kedua,
pembicra tidak tau pelakunya mobil tersebut dicuri (ُ ‫ﺸﯿ َﱠﺎرة‬
َ ‫) ﺗ ُﺴ َْﺮقُ اﻟ‬.
Ketiga, pembicara menyembunyikan pelaku buku tersebut disobek

95
( ُ‫) ﯾ ُﻤَﺰﱠ قَ ْاﻟ ِﻜﺘ َﺎب‬. Dalam kasus ini, pembicara mengetahui kasus
tersebut dan ia tidak mau menyebutkannya. Empat, pembicara
menghawatirkan keselamatan pelaku rahasia tersebut telah di
bocorkan ( ‫ ﯾ ُﻔْﺴَ ُﻞ اﻟﺴِﺮﱡ‬. Lima, pembicara tersebut takut kepada pelaku
rahasia tersebut telah di bocorkan ( ‫) ﯾ ُﻔْﺴَ ُﻞ اﻟﺴِﺮﱡ‬. dalam kasus ini
pembicara lebih lemah dari pada pelaku. Enam, pelaku adalah
orang yang dihormati pelayan itu dipukul (‫)ﯾﺼﺮب اﻟﺨﺎدم‬. Tujuh,
tidak ada alas an bahwa pelaku itu penting (Q.S Annisa: 87)
ketika kaliah dihormati, maka hormatilah orang itu dengan yang
lebih baik atau semisalnya (‫َﺤَﻲ ﺑ ِﺄ َ ْﺣﺴَﻦَ ﻣِ ﻨْﮭَﺎ أوْ رُ دﱡھَﺎ‬
‫)إ ِ ذ َ ُﺣﯿّ ِ ْﯿﺘ ُﻢْ ﺑ ِ ﺘ َﺤِ ﯿﱠ ٍﺔ ﻓ ﱡ‬.‫َو‬
Dalam kasus ini, membalas penghormatan adalah sangat
dianjurkan, tak peduli siapaun yang menghormati.

i. Linking Verb Dan Kaana Wa Akhwatuha

Linking verbs adalah kata yang menunjukkan sebuah


keadaan. Kata kerjas selalu diikuti oleh kata benda yang disebut
pelengkap (Frank, 1972:2). Dari pernyataan diatas , dapat
disimpulkan bahwa kata kerja sambung adalah kata kerja yang
diikuti oleh kata sifat, kata benda, frasa atau klausa yang
menerangkan subjek. Kata kerja yang umum digunakan adalah be.
Kata kerja sambung yang lain antara lain adalah, appear, become,
feel, go, grow, look, remain, seem, smell, sound, taste, dan turn.

96
Pada dasarnya, kalimat Arab tidak membutuhkan kata kerja
sambung. Tetapi kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan
waktu. Dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan fi’l nawaasih
atau kaana wa ahwatuha. Ali and Amin (1954: 63) menyatakan:

‫ْﺼﺐُ اﻟﺜ َﺎﻧ َِﻰ‬


ِ ‫ ﻓ َﺘ َﺮْ ﻓ َﻊُ اﻷ َوﱠ لَ َو ﯾ ُﺴَﻤﱠﻰ اِﺳْﻤُﮭَﺎ َو ﺗَﻨ‬, ‫ﺗَﺪ ْ ُﺧ ُﻞ ﻛَﺎنَ ﻋَ ﻠ َﻲ اﻟْﻤُ ْﺒﺘَﺪ َءِ َو ْاﻟ َﺨﺒ ََﺮ‬
‫َو ﯾ ُﺴَﻤﱠﻰ َﺧﺒ َﺮُ ھَﺎ‬

Dalam bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa kaana


( َ‫ )ﻛَﺎن‬masuk kepada ( ُ‫ )اﻟﻤُ ْﺒﺘَﺪ َء‬dan keterangan ( ُ‫ ) اﻟ َﺨﺒَﺮ‬dan merubah
subjek menjadi nominative menjadi isimnya dan merubah
keterangan menjadi accusative sebagai keterangannya. Dari
pernyataan diatas , dapat dinyatakan bahwa kaana masuk kedalam
jumlah ismiah. Kaana merubah subjek menjadi isim nya dan
merubah pelengkap menjadi pelengkapnya. Selain kana, ada pula
kalimat yang berfungsi mirip dengan kaana. Ali and Amin
(2005:63) menyatakan:

‫ﻣﺜﻞ ﻛﺎن ﻓﯿﻤﺎ ﺗﻘﺪم ﺻﺎر و ﻟﯿﺲ و أﺻﺒﺢ و أﻣﺴﻰ و أﺿﺤﻰ و ظﻞ و ﺑﺎت و‬
‫ﺗﺴﻤﻲ ھﺬه اﻷﻓﻌﺎل أﺣﻮات ﻛﺎن‬

Dalam bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa sama


dengan kaana diatas, sooro (menjadi), laisa (tidak, tidak ada),
amsa (menjadi), adha (menjadi), dolla (menjadi), baata (tetap),
dan kata kerja tersebut disebut saudara-saudra kaana.

97
Sekilas, kalimat guru itu pintar ( ٌ‫ )اﻷ ُ ْﺳﺘ َﺎذ ُ ﻣَ ﺎھِﺮ‬tidak
mmemiliki kaitan waktu. Tetapi ketia linking verb masuk, menjadi
memiliki keterkaitan waktu. Kalimat tersebut menjadi gruru itu
dahulu pintar (‫)ﻛَﺎنَ اﻷ ُ ْﺳﺘ َﺎذ ُ ﻣَ ﺎھِﺮً ا‬. Karena kaana ( َ‫ )ﻛَﺎن‬yang masuk
adalah bentuk lampau, kalimat tersebut masuk kategori lampau.
Karena kata kerja sambung itu adlah kata kerja; maka Ia harus
sesuai dengan subjek pada bentuk jumlah dan waktunya. Jika
subjeknya maskulin tunggal maka kaana harus dalam bentuk
tunggal pula dan begitupula seterusnya.

98
BAB V
PENUTUP

Ketika kita sudah mengetahui, pada bahasa Arab dan bahasa


Inggris yang dianggap mempuyai dua sisi yang berbeda dan tidak
bisa disamakan, ternyata memiliki kesamaan dalam susunan
grammatikalnya. Memang hal ini tidaklah bisa dijdikan acuan
secara mutlak untuk bisa membuat kedua bahasa tersebut
disamakan secara absolut. Namun, hal ini dapat dijadikan acuan
untuk memahami susunan bahasa yang lainnya baik untuk
memperkaya khazanah, atau pun untuk mempermudah dalam
mempelajari susunan kalimat pada bahasa yang lain.

Pada dasarnya, seperti yang sudah diungkapkan bahwa


bahasa memiliki struktur kalimat yang berbeda-beda dan
mempunyai istilah yang berbeda pula. Akan tetapi, perbedaan
tersebut tidaklah menjadi halangan dalam memahami dan
mengkaji susunan bahasa yang lain. sehingga ketika kita mengkaji
bahasa yang lain, maka kita dapat menemukan bahwa pada
dasarnya setiap bahasa memiliki susunan yang sama.

Anakon masih tetap berperan dalam pengajaran bahasa.


Para guru harus dapat memanfaatkan analisis kontrastif demi

99
kepentingan proses belajar mengajar sesuai dengan
pengelamannya.

Pada akhirnya, penulis mempercayai bahwa untuk dapat


mengerti akan susunan kalimat pada bahasa yang lain, maka kita
dapat menggunakan pola pikir kita akan bahasa kita sendiri
(bahasa ibu) untuk kemudian diaplikasikan pada bahasa yang kita
tuju.

100
Daftar Pustaka

Ali and Amin, 2005, Annahwul wadih (juz 1,2 and 3), Ponorogo:
Trimurti Press.

Alwasilah, Drs. A. Chaedar, Linguistik Suatu Pengantar,


(Bandung: Angkasa 1990),

Azar, B. S. 1989. Understanding and Using English Grammar.


New Jersey: Prentice Hall Regents.

Beattie, James. 1783, 1986, "Of Universal Grammar". Section II,


The Theory of Language (1788). Rpt in Dissertations
Moral and Critical

Ghony. 1984. Durusul Lughatil Arabiah. Surabaya: Matbaah


Ahmad Nabhan.

Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of


Current English. New York: Oxford University Press.

J. Daniel Parera, 1997, Linguistik Edukasional, Jakarta: Penerbit


Erlangga,

J.W.M. Verhaar, 1998, Asas-asas Linguistik Umum, Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

101
Jiyad, Mohammed. 2006. A Hundred and One Rules: A Short
Reference for Arabic Syntactic, Morphological &
Phonological Rules for Novice & Intermediate Levels of
Proficiency.

Khoffaniybik, And Friends. no year: Qowaidul Lughatil Arabiah.


Surabaya: Sirkah Maktabah wa Matba’ah Ahmad bin Said
bin Nabhan wa Awladihi.

Laitef, Muhammad Adnan. 1995. English Syntax, Surabaya :


Karya Abditama.

M. Lighthown, Pasty and Spada, Nina, 1999, How Languages Are


Learned, New York: Oxford University Press.

Mustofa. 2005. Jamiud Durus Al-Arabiah. Lebanon: Dar Al-Kotob


Al-ilmiyah.

Ohoiwutun, Paul,1997, Sosiolinguistik, Jakarta: Visipro.

Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan, Flores: Nusa Indah.

Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta: Penerbit


Erlangga

Pesetsky, David. 1999, "Linguistic Universals and Universal


Grammar". In The MIT Encyclopedia of the Cognitive
Sciences. Ed. Robert A. Wilson and Frank C. Keil,
102
Cambridge, MA: MIT Press.

Pranowo, 1996, Analisis Pengajaran Bahasa, Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press,

R.H Robins, 1992, Linguistik Umum: Sebuah Pengantar,


Yogyakarta: Kanisius.

Quirk, R and Greenbaum, S. 2004. Minimalist Syntax: Exploring


the Structure of English. Cambridge: Cambridge University
Press.

Sokah, Umar Asasudin. 1982. Problematika Pengajaran Bahasa


Arab dan inggris. Yogyakarta: CV. Nur Cahya

Sumardi, Dr. Muljanto, 1997, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah


Tinjauan Dari Segi Metodologi, Jakarta.

Suparno, 1993, Dasar-dasar Linguistik, Yogyakarta: Mitra Gama


Widya.

Tarigan, Henry Guntur, 2009, Pengajaran Analisis Kontrastif


Bahasa, Bandung : Penerbit Angkasa.

Troike, Mauriel Saville, 2006, Introducing Second Language


Acquisation Cambridge: Cambridge University Press.

Mukharromah, Umi. 1997. Metodologi Pengajaran Agama Dan


Bahasa Arab. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
103
White, Lydia. "Second Language Acquisition and Universal
Grammar". (Cambridge University Press, 2003. ISBN 0-
521-79647-4).

104
Tentang Penulis

Penulis merupakan Pendidik, Free


Writer, Blogger, pemerhati bahasa dan
penggila hal-hal yang berhubungan
dengan creative junkies dan
alternative ways, serta mempunyai
keinginan untuk berkeliling Indonesia
dan dunia. Penulis juga merupakan
penyuka dan penggemar segala genre
musik dan film. Penulis pernah mengenyam pendidikan di SD
Jatiurip I, MTs. Darut Tauhid Tanjungsari, MA. Model Zainul
Hasan Genggong, Strata 1 di UIN Sunan Ampel Surabaya dan
Strata 2 di Universitas Islam Malang. Penulis juga pernah aktif di
beberapa organisasi baik di tingat siswa sampai mahasiswa sampai
akhirnya pernah merasakan untuk ikut berperan aktif di ELTIS
Surabaya, yang sangat membantu penulis unutk mengembangkan
pengetahuan kebahasaan. Saat ini, penulis mempunyai kegiatan
sebagai Manager di Excel Program di Yayasan Darut Tauhid dan
staff dekan dan dosen di Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan.

105
Penulis berusaha untuk berkarya sebanyak-banyaknya dengan niat
bisa memberikan manfaat untuk semua orang. Jika ingin
berkomunikasi secara langsung, bisa contact penulis di facebook
dan twitter dengan nama akun Muhammad Hifdil
(muhammad.hifdil@gmail.com).

106

Anda mungkin juga menyukai