Anda di halaman 1dari 221

1

Alamat:
Gedung Rektorat
Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian
Batang Hari-Jambi 36612 Telp. (0743) 21749
Website: www.fpik.iainbatanghari.ac.id
Email: fpikiainbatanghari@gmail.com
Facebook: Fpik Iai N Batanghari
Instagram: fpikiainbatanghari
2

PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI

Diterbitkan Oleh :

FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN

YAYASAN PENDIDIKAN SILAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
TAHUN 2020
3

TIM PENYUSUN

Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan


dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari:

Pelindung/Penasehat : Drs. H. Mohd. Damiri (Ketua Yayasan )


Penanggung Jawab : Zulqarnain, S.Ag., M.Hum., Ph.D (Rektor)

Koordinator : Dr. Ansori, S.Pd.I., M.Pd.I (Plt. Warek I)


M. Syadli, S.Th.I., MA (Plt. Warek II)
Kholid Ansori, S.E., MM (Plt. Warek III)

Ketua : Dr. Yennizar, N, S.Pd.I., M.Pd.I ( Dekan)


Anggota : 1. Marzani, S.Pd.I., M.Pd.I ( Ka. Prodi PAI)
2. Dr. Sukatin, M.Pd.I (Ka.Prodi MPI)

3. Pahmi, S.Pd.I., M.Pd (Ka. Prodi TBI)


4

S AMBUTAN REKTOR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SW, yang telah


melimpahkan Taufik, Hidayah dan Inayah-NYA, sehingga Buku
Pedoman Penulisan Skripsi di lingkungan Fakultas Pendidikan
Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batanghari
dapat diselesaikan dengan baik.
Buku Pedoman Penulisan Skripsi ini merupakan pedoman bagi
mahasiswa yang akan menyusun karya ilmiah atau skripsi di lingkungan Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batanghari
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada tim
penyusun atas terbitnya buku pedoman ini. Dan diharapkan seluruh mahasiswa
dan dosen pembimbing dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah atau skripsi
dapat mengacu kepada buku pedoman ini.
Semoga buku ini bermanfaat untuk kita semua, terutama di lingkungan
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batanghari.

Muara Bulian, Maret 2020


REKTOR IAI,

Zulqarnain, S.Ag., M.Hum., Ph.D


NIDN: 2016087502
5

K ATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segenap puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, seiring dengan telah selesainya penyusunan Buku
Pedoman Penulisan Skripsi di lingkungan Fakultas Pendidikan
Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batanghari.
Buku pedoman penulisan skripsi ini disusun dengan tujuan untuk
memberikan pedoman atau arahan terhadap mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Kualitas skripsi tidak hanya ditentukan oleh substansi atau materi tulisan, akan
tetapi juga ditentukan oleh tata cara penulisannya.
Tim penyusun menyadari bahwa buku pedoman penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan dan seyogyanya buku pedoman ini selalu ditinjau secara
periodik untuk menyesuaikan dengan dinamika perkembangan yang ada.
Semoga keberadaan buku pedoman skripsi ini dapat memudahkan
mahasiswa dalam menuliskan hasil penelitiannya.

Muara Bulian, Maret 2020


DEKAN FPIK,

Dr. Yennizar, N,S.Pd.I., M.Pd.I


NIDN: 2105058102
6

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
TIM PENYUSUN ................................................................................... iii
KATA SAMBUTAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR ISI ..........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Skripsi ................................................................. 1
B. Dasar Pemikiran ..................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan Skripsi .................................................... 2

BAB II KETENTUAN DAN PERSYARATAN PENULISAN SKRIPSI


A. Ketentuan Umum .................................................................... 3
B. Persyaratan Umum ................................................................. 3
C. Persyaratan Ilmiah .................................................................. 4
D. Proporsi .................................................................................. 4
E. Persyaratan Dosen Pembimbing dan Penguji ......................... 5

BAB III PROPOSAL SKRIPSI


A.Prosedur Pengajuan Proposal Skripsi ..................................... 7
B.Persyaratan Penyusunan Proposal Skripsi .............................. 7
C. Proses Pengurusan Izin Riset ................................................ 8
C.Susunan Proposal Skripsi ....................................................... 9

BAB IV PENYUSUNAN SKRIPSI


A.Bagian Awal .......................................................................... 23
B.Bagian Utama ....................................................................... 26
C.Bagian Akhir .......................................................................... 28

BAB V TEKNIK PENULISAN SKRIPSI


A.Bahan dan Ukuran ................................................................ 29
B.Pengetikan ............................................................................ 29
C.Sistem Penulisan Referensi (catatan kaki/footnote dan daftar
pustaka................................................................................ 34
7

BAB VI PROSEDUR UJIAN SKRIPSI


A.Persyaratan Ujian Skripsi ...................................................... 45
B.Tim Penguji Ujian Skripsi....................................................... 46
C.Proses Ujian Skripsi .............................................................. 47
D.Standar Kelulusan Ujian Skripsi ............................................ 47
E.Acuan Penilaian Ujian Skripsi ................................................ 48

BAB VII PENUTUP.............................................................................. 49

SUMBER RUJUKAN
LAMPIRAN

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun oleh mahasiswa Program
Strata Satu (S.1), baik berdasarkan hasil penelitian lapangan (field research)
maupun penelitian kepustakaan (library research). Penulisan skripsi ini dipandang
penting, karena skripsi merupakan kulminasi karya akademik mahasiswa selama
mengikuti pendidikan program strata satu dan digunakan sebagai syarat terakhir
untuk memperoleh gelar sarjana.
Penulisan skripsi merupakan beban kurikulum yang harus dipenuhi
mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari Program Strata Satu (S.1) dengan bobot 6 SKS. Skripsi ini
adalah sebagai tugas akhir (final assigment) mahasiswa program strata satu (S1)
dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan dari mahasiswa dalam
melakukan kegiatan.

B. Dasar Pemikiran
1. Skripsi merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang disusun mahasiswa
dalam rangka menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S.1). Karya
tersebut menggunakan penalaran empirik dan non empirik dengan pendekatan
tertentu sesuai dengan bidang studi yang didalaminya.
2. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu masalah
yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Penelitian dimaksud
dilaksanakan dengan memenuhi prinsip metodologi ilmiah di bawah
bimbingan dosen pembimbing yang memenuhi syarat akademik.
3. Skripsi harus mencerminkan tingkat akademik dan penguasaan keilmuan yang
kualitatif. Hal ini diharapkan dapat membawa citra akademik yang baik bagi
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari.

1
2

C. Tujuan Penyusunan Skripsi


Tujuan penyusunan skripsi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara
ilmiah atas topik atau pokok bahasan yang sesuai dengan aturan program studi
masing-masing.
2. Untuk menilai keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
metode penelitian secara benar.
3. Untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam melakukan penalaran secara
logis.
Kemampuan yang diharapkan dari mahasiswa dalam menyusun skripsi
adalah:
1. Merangkum dan mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan untuk
memecahkan masalah dalam bidang keahlian/bidang studi tertentu secara
sistematis dan logis, kritis dan kreatif, berdasarkan data atau informasi yang
akurat dan didukung analisis yang tepat
2. Membentuk sikap mental ilmiah dan mengidentifikasikan serta merumuskan
masalah penelitian yang berdaarkan rasional tertentu yang dinilai penting dan
bermanfaat.
3. Melakukan kajian secara kualitatif dan kuantitatif dan menarik kesimpulan yang
jelas serta mampu merekomendasikan hasil penelitiannya.
BAB II
KETENTUAN DAN PERSYARATAN PENULISAN SKRIPSI

A. Ketentuan Umum
1. Setiap mahasiswa program sarjana strata satu (S.1) pada semua jurusan/prodi
di Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari wajib menyusun skripsi untuk mengakhiri studinya. Khusus
Jurusan/Prodi Tadris Bahasa Inggris Skripsi ditulis dalam bahasa Inggris.
2. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang sesuai dengan disiplin
jurusan/prodi yang ditekuni mahasiswa.
3. Jenis Penelitian digunakan adalah Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Penelitian
Kepustakaan dan Penelitian Tindakan Kelas.
4. Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya 60 halaman
diketik 1,5 spasi pada kertas A4 80 gram.
5. Struktur, isi dan format skripsi disusun berdasarkan Buku Pedoman penulisan
Skripsi ini.
6. Untuk kepentingan akademik serta pengendalian mutu, maka skripsi
mahasiswa diuji dan dipertahankan secara ilmiah di depan Tim Penguji Skripsi.

B. Persyaratan Umum
Skripsi yang memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S.1) pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari adalah :
1. Karya asli dari hasil penelitian ilmiah yang mahasiswa bersangkutan yang
berkualitas tinggi.
2. Menunjukkan kemampuan dan kemandirian mahasiswa dalam penemuan,
aplikasi dan pengembangan teori dalam bidang tertentu.
3. Mempunyai nilai manfaat yang tinggi bagi pengembangan teori atau pendidikan
dalam bidang tertentu.

4. Ditulis dengan sistematika dan teknik penulisan yang sesuai dengan buku
pedoman ini.

3
4

C. Persyaratan Ilmiah
Syarat ilmiah pengajuan judul proposal skripsi harus dilihat dari
beberapa aspek, seperti aspek mahasiswa, dosen pembimbing dan penelitian.
1. Aspek Mahasiswa
Mahasiswa tersebut harus mampu mempresentasikan proposal/karya ilmiah
yang dibuat secara mandiri (hasil penelitian sendiri) secara baik, memiliki
kejelasan masalah, dan dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Aspek Dosen
Dosen pembimbing hendaknya menguasai metodologi penelitian secara
memadai, sehingga tidak mematikan kreativitas dan korehensi penelitian
mahasiswa
3. Aspek Penelitian
Mahasiswa atau peneliti membekali diri dengan sejumlah kemampuan
metodologis penelitian, sehingga memungkinkan untuk lebih menguasai aspek-
aspek penelitian yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum melakukan
penelitian.

D. Proporsi Halaman Proposal dan Skripsi


1. Proposal
Untuk jumlah halaman proposal skripsi diwajibkan minimal 20 halaman dan
maksimal 40 halaman. Referensi buku Proposal minimal 15 Buku, Untuk masing-
masing tubuh proposal harus memiliki presentase keseimbangan, untuk proposal
meliputi :
Bab I : 25%
Bab II : 40%
Bab III : 35%
Bagian isi dihitung dari total halaman, diluar halaman judul, daftar isi, daftar pustaka
dan lampiran.
5

2. Skripsi
Untuk halaman skripsi minimal 60 halaman Demikian juga halaman skripsi
harus memiliki keseimbangan halaman terdiri atas :
Bab I : 10 %
Bab II : 23%
Bab III : 15%
Bab IV : 45%
Bab V : 7%
Bagian Isi tidak termasuk, Preliminary, daftar pustaka dan lampiran. Jumlah
Referensi dalam penulisan Skripsi minimal 25 buku, dan dari internet hanya
diperbolehkan 20% dari jumlah referensi buku.
Klasifikasi daftar pustaka meliputi: 1. Sumber Al Qur‟an, Hadist, Maqol; 2.
Sumber Buku Referensi; 3. Sumber Karya Ilmiah/Jurnal yang sudah dipublikasikan,
Skripsi/Tesis/Disertasi; 4. Sumber Internet

E. Persyaratan Dosen Pembimbing dan Penguji


Setiap mahasiswa yang menyusun skripsi wajib dibimbing oleh dosen
pembimbing. Adapun ketentuan pembimbing dan penguji tugasnya adalah sebagai
berikut:

1. Bersedia membimbing skripsi minimal 8 (delapan kali) kali bimbingan sejak


ditunjuk sebagai pembimbing, dan bersedia menjadi penguji pada sidang
Munaqasyah skripsi

2. Dosen tetap program studi yang memiliki NIDN dan Jabatan Fungsional

3. Pembimbing I dan Pembimbing II yang diusulkan oleh dekan berdasarkan


dosen jurusan/prodi yang kualifikasi pendidikannya minimal strata dua (S.2)
atau relevansi keahlian sesuai dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia di
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari dan disahkan oleh Rektor.
4. Persyaratan khusus dosen pembimbing I dan dosen Penguji I skripsi dengan
syarat minimal berpendidikan S.2 yang berpangkat minimal Lektor (III/d) atau
S.1 yang berpangkat Lektor Kepala (IV/a).
5. Persyaratan khusus dosen pembimbing II dan Penguji II skripsi dengan syarat
6

minimal berpendidikan S.2 yang berpangkat minimal Asisten Ahli (III/b) atau
sarjana S.1 yang berpangkat lektor (III/c).
6. Bimbingan dilakukan secara sistematis berkesinambungan yang rincian
pelaksanaanya diatur tersendiri oleh mahasiswa dan dosen pembimbing
7. Secara berkala pembimbing melakukan verifikasi kemajuan dan hasil penelitian
yang telah dicapai oleh mahasiswa.
8. Dalam kondisi tertentu Rektor berdasarkan pertimbangan dan masukan dapat
membuat kebijakan sendiri dalam pelaksanaan bimbingan skripsi, termasuk
mengganti pembimbing skripsi jika terjadi ketidaksesuaian antara mahasiswa
dan pembimbing yang dikhawatirkan menghambat penyelesaian penyusunan
skripsi mahasiswa yang bersangkutan.

9. Tanggung jawab pembimbing I yaitu content (isi) skripsi, sedangkan tanggung


jawab dari pembimbing II yaitu tentang metodologi dan sistematika penulisan
skripsi.
10. Pembimbing skripsi bertugas memberikan bimbingan tentang relevansi materi,
teknik dan prosedur penelitian, serta teknik penulisan karya ilmiah.
11. Pembimbing skripsi bertugas memberikan bimbingan dan layanan konsultasi
kepada mahasiswa.
12. Proses bimbingan dilakukan secara teratur dalam batas waktu yang telah
ditentukan dalam izin riset penelitian, maksimal 1 semester, dan jika
mahasiswa tersebut masih membutuhkan data lapangan, maka yang
bersangkutan harus memperpanjang izin riset penelitian.
13. Semua kegiatan bimbingan skripsi harus dicatat (didokumentasikan) dalam
kartu konsultasi.
14. Mahasiswa berstatus cuti kuliah yang belum daftar ulang tidak berhak
mendapat layanan bimbingan skripsi
BAB III
PROPOSAL SKRIPSI

A. Prosedur Pengajuan Judul Proposal Skripsi


Sebelum mahasiswa melakukan seminar dan penelitian skripsi, maka
mahasiswa terlebih dahulu harus mengajukan judul proposal skripsi yang diajukan
kepada Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari melalui Ketua Prodi dan kajiannya harus sesuai dengan
prodi mahasiswa yang bersangkutan. Langkah-langkah pengajuan judul proposal
skripsi sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengajukan judul proposal skripsi minimal 2 judul proposal skripsi
dan maksimal 4 judul proposal skripsi yang dianggap perlu diteliti, setelah
melakukan studi pendahuluan ke lokasi penelitian untuk memperoleh temuan
awal (grand tour) penelitian, terlebih dahulu mahasiswa tersebut melakukan
konsultasi dengan Pembimbing Akademik (PA).
2. Temuan awal (grand tour) penelitian yang diperoleh disusun dalam bentuk
karangka judul, sehingga memiliki tema/variabel penting untuk diteliti.
3. Setelah kerangka judul proposal jadi, kemudian mahasiswa yang bersangkutan
mengajukan judul proposal tersebut kepada Dekan Fakultas Pendidikan Islam
dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari melalui Ketua
Prodi.
4. Judul proposal skripsi yang diajukan akan di proses oleh bagian akademik agar
tidak terjadi kesamaan judul proposal skripsi.
5. Setelah judul proposal penelitian ini diterima dan diumumkan, selanjutnya
mahasiswa yang bersangkutan membuat proposal penelitian dengan waktu
maksimal dua bulan. Apabila dalam waktu yang telah ditentukan mahasiswa
belum menyerahkan proposal penelitian kepada ketua prodi maka judul
penelitian dibatalkan dan mahasiswa mengajukan judul baru sesuai aturan
yang berlaku.

B. Persyaratan Penyusunan Proposal Skripsi


Dalam proses pengajuan judul proposal skripsi, administrasi yang perlu
diselesaikan mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Judul proposal skripsi dilengkapi persyaratan akademik sesuai dengan

7
8

ketentuan dan diajukan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan


Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari melalui Kabag
Administrasi, umum, akademik dan kemahasiswaan (AUAK) untuk diteruskan
kepada ketua prodi, sesuai dengan prodi mahasiswa yang bersangkutan.
2. Proposal diteliti, diproses, dan disetujui oleh bagian jurusan/prodi bila
memenuhi ketentuan akademik sesuai dengan spesifikasi dan kawasan bidang
kajian jurusan/prodi.
3. Persetujuan proposal dan penunjukan dosen pembimbing oleh Ketua
Jurusan/Prodi yang disahkan oleh Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan
Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari.
4. Proposal skripsi yang telah disahkan, diseminarkan oleh dosen pembimbing
dan didampingi oleh seorang notulen akademik, dan dihadiri sekurang-
kurangnya 10 orang mahasiswa, minimal mahasiswa tersebut berada pada
semester VI (Enam).
5. Bagi mahasiswa yang akan melakukan seminar proposal skripsi minimal
pernah mengikuti 10 kali pertemuan seminar secara aktif, yang dibuktikan
dengan kartu hadir seminar.
6. Proposal skripsi yang telah diseminarkan, diajukan kembali kepada IAI
Nusantara Batang Hari melalui jurusan/prodi untuk memperoleh pengesahan
judul.
7. Judul yang telah disahkan dapat diubah dengan mengajukan surat
permohonan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut
Agama Islam Nusantara Batang Hari, atas persetujuan dari dosen pembimbing.
8. Bagi mahasiswa yang akan melakukan seminar proposal skripsi juga wajib
membayar administrasi seminar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
lingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari.

C. Proses Pengurusan Izin Riset


1. Setelah mahasiswa melakukan seminar proposal, selanjutnya melakukan
perbaikan berdasarkan hasil seminar.
2. Proposal skripsi seperti pada poin satu di atas, selanjutnya mahasiswa
meminta persetujaun kepada dosen pembimbing skripsi untuk pengajuan izin
9

riset.
3. Mahasiswa yang akan mengujakan izin riset, terlebih dahulu mengisi form yang
telah disediakan oleh pihak akademik.
4. Form yang telah lengkap diajukan ke bagian akademik untuk dikeluarkan surat
pengantar izin riset yang ditanda tangani oleh Rektor melalui Wakil Rektor I
untuk di teruskan ke Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) di wilayah
penelitian masing-masing.
5. Setelah mahasiswa mendapatkan surat izin riset dari BPTSP, selanjutnya
menyerahkan salinannya ke bagian akademik sebanyak satu lembar.

D. Susunan Proposal Skripsi


Proposal skripsi secara umum terdiri dari: Bagian Awal, Bab I, Bab II dan Bab
III antara lain sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian Awal proposal skripsi mencakup halaman judul dan halaman
persetujuan.
a. Halaman judul memuat judul, maksud proposal Skripsi, nama dan nomor induk
mahasiswa, lambang Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari.
b. Judul penelitian ditulis dengan huruf kapital simetris di bagian teratas.
c. Judul penelitian disusun dengan menggunakan kalimat pernyataan, deskriptif,
dan tidak lebih dari satu kalimat; kecuali jika menggunakan sub-judul yang
ditulis dalam tanda kurung.
d. Judul penelitian dibuat dengan sesingkat-singkatnya dan tidak membuka
peluang penafsiran yang beraneka ragam. Tetapi mencerminkan isi, obyek,
pendekatan serta variabel masalah yang hendak diteliti.

e. Tujuan proposal adalah untuk menyusun skripsi dalam program studi strata
satu (S.1) pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari
f. Nama Mahasiswa ditulis dengan lengkap, tanpa disingkat dibawah nama
dicantumkan NIM.
g. Judul yang dibahas masih dalam jangkauan kemampuan, waktu, dan biaya
yang dimiliki peneliti, serta tersedianya bahan atau data secukupnya untuk
10

membahas judul tersebut.


2. Bab I Pendahuluan
Bagian utama proposal memuat : Latar belakang masalah, rumusan
masalah, Idenifikasi masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.

a. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah berisi penjelasan mengenai problematika yang
akan diteliti dan atau alasan-alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam
proposal penelitian itu dipandang menarik, penting, dan perlu diteliti, serta belum
pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, sehingga menunjukkan orisinalitas
persoalan yang akan diteliti. Oleh karena masalah yang dihadapi sangat komplek
dan banyak aspeknya maka perlu ditentukan fokus yaitu titik pusat penelitian yang
akan dilakukan sesuai dengan skripsi yang diajukan.
Latar belakang disusun berdasarkan studi pendahuluan (lapangan dan
atau kepustakaan) mengenai masalah yang diteliti. Unsur-unsur yang dimasukkan
dalam latar belakang masalah antara lain:
1) Penjelasan tentang bagaimana suatu masalah dihadirkan atau
dipermasalahkan.
2) Penjelasan tentang jalan pemikiran peneliti dalam melihat atau mensikapi
masalah.
3) Penjelasan (bagaimana) pendekatan yang dipergunakan untuk menilai dan
menjawab masalah.
4) Sebagai background. Unsur ini dapat pula memuat penjelasan bahwa
permasalahan itu berada dalam suatu konteks kehidupan manusia, suatu
lingkup pengetahuan atau keilmuan, serta kaitan masalah dimaksud dengan
teori-teori yang telah mapan.
5) Penjelasan mengapa masalah itu timbul, apakah karena adanya kesenjangan
antara teori atau ide dengan kenyataan, atau karena adanya pertentangan
pemikiran, adanya konflik dan lain sebagainya.
6) Penjelasan atau uraian tentang mengapa masalah tersebut menarik untuk
diteliti.
11

Untuk membantu memperoleh masalah yang layak dan menarik untuk


diteliti, seorang peneliti harus menelaah buku-buku yang terkait dengan disiplin
ilmu yang ditekuni agar menguasai teori-teori ilmiah. Seorang peneliti juga bisa
memperoleh bantuan melalui diskusi dengan sesama teman.
Pertanyaan utama yang perlu dijawab adalah bagaimana peneliti dapat
menemukan masalah yang layak dan menarik untuk diteliti. Meskipun tidak ada
kaidah yang baku untuk menemukan suatu persoalan, namun ada beberapa hal
yang hendaknya dijadikan pijakan untuk menemukan masalah penelitian.

1) Bersandarkan atas pengalaman, yaitu keseluruhan pengalaman berdasarkan


pengamatan terhadap fenomena di lapangan. Dari sini dimungkinkan
ditemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan kebenaran yang diyakini
peneliti.
2) Deduksi dari teori. Sumber masalah kedua ini dapat diperoleh dengan cara
membaca buku yang memuat konsep dan teori- teori ilmiah sesuai minat dan
kemampuan. Hasil kajian terhadap konsep dan teori ilmiah yang ada dalam
literatur akan dapat digunakan sebagai pijakan merumuskan hipotesis
penelitian. Selanjutnya, hipotesis diverivikasi dengan fonomena yang
berkembang di lapangan. Dalam hal ini dapat dipertanyakan apakah hipotesis
yang dikemukakan diterima (memiliki kesesuaian) atau ditolak (tidak sesuai)
dengan kenyataan yang ada dalam lapangan.
3) Membaca hasil penelitian terdahulu (penelitian lain). Peneliti menemukan teori
atau tesa yang dipandang a-historis; misalnya klasifikasi sosial agama menjadi
santri, priyayi dan abangan yang untuk saat ini sudah tidak relevan, sesuai
dengan yang a historis.
4) Jika yang diteliti konsep pemikiran seseorang atau tesa filsafat (penelitian
literer), ditemukan masalah menarik karena adanya perbedaan pendapat
antara para pemikir dalam satu tema.
Pedoman yang dipandang dapat membantu pemilihan masalah adalah:

1) Asas manfaat, dan memberi suatu yang baru. Artinya, pemecahan masalah
itu akan menghasilakn sesuatu yang berguna, yang berarti, penting. Asas
signifikasi akan lebih tinggi nilainya jika pemecahan itu menghasilkan sesuatu
yang baru.
12

2) Menarik dan mampu dilaksanakan peneliti. Asas ini penting sebab akan
mendorong peneliti mengerjakan secara sungguh-sungguh. Sulit dibayangkan
jika peneliti melakukan sesuatu yang dia sendiri tidak tertarik. Namun peneliti
harus mengukur kemampuan diri dalam menjawab permasalahan itu.
3) Tersedianya data, bahan dan kemungkinan analisisnya. Kesulitan yang sering
dihadapi peneliti adalah tidak tersedianya data dan bahan. Oleh karena itu
sebelum menetapkan masalah, aspek ini hendaknya diperhatikan.
4) Spesifik, khas, dan unik. Asas ini berasumsi, bahwa masalah yang terlalu
umum dan luas akan mengakibatkan batasan masalah tidak jelas.
Persoalan lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah
adalah:
1) Apakah benar masalah yang tentukan itu belum dicari jawabanya? (Orisinalitas
Masalah)
2) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar menarik pada waktu
penelitian dikerjakan? (Aktualitas Masalah)
3) Apakah masalah ditentukan itu memenuhi jawaban lima macam kata ganti
penanya secara retoris: apa, dimana, mengapa, bilamana, dan bagaimana?
(Filosofi Keilmuan).
4) Apakah masalah yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak
pembangunan? (Relevansi dan atau Manfaat praktis).
5) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah
yang ditentukan sehingga dapat menghasilakan suatu pengetahuan yang
bulat? (tersedianya dana).
b. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan batasan dari masalah agar bahasan yang
akan dilakukan peneliti tidak terlampau melebar sehingga bisa dibilang peneliti
harus fokus agar peneliti tidak keluar dari jalur bahasan yang telah ditetapkan sejak
awal, akan tetapi membatasi masalah yang dibuat harus didasarkan dengan alasan
yang tepat, jangan sampai batasan masalah mempersempit ruang lingkup peneliti
sehingga Penelitian yang dilakukan kurang informatif. Sebaiknya pembatasan
masalah harus memiliki alasan yang kuat.
13

c. Rumusan Masalah.
Perumusan masalah berisi fokus persoalan yang lebih rinci, mengenai apa
yang akan diteliti. Setelah pokok masalah dipilih dan ditemukan, peneliti
merumuskan masalah tersebut dalam pernyataan diskriptif atau dalam bentuk
kalimat tanya. Perumusan semacam ini diperlukan oleh karena sebuah topik
terkadang dapat dijadikan dua, tiga atau empat tulisan berbeda. Masing-masing
tulisan dengan topik yang semuanya dapat memiliki pokok pikiran yang berbeda.
Rumusan masalah disusun berdasarkan pokok (dan atau pilihan) masalah
yang sudah ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perumusan
masalah adalah:
1) Disusun dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat pernyataan (statemen).
2) Memuat suatu ungkapan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi.
3) Memberikan gambaran masalah spesifik untuk diteliti dari sudut suatu disiplin
ilmu.
4) Mencerminkan kemungkinan cara memperoleh jawaban yang akan didapat.
Misalnya, secara implisit (samar tak langsung) tergambar bahwa penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan atau kepustakaan, akan
menguji sebuah teori-teori hipotesis (atau mengembangkan teori hipotesis),
atau hendak menemukan teori dan hipotesis baru.

d. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan,
mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis
berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan
disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan
(identifikasi) masalah yang baik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya.
Baik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian
(kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi
masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1)
esensial/ menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada, (2)
urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan.
14

e. Tujuan dan kegunaan penelitian


1) Tujuan Penelitian
Dalam bagian ini disebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan masalah yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah. Hal
yang harus diperhatikan adalah:
a) Tujuan penelitian adalah tujuan keilmuan, bukan tujuan pribadi peneliti.
b) Tujuan penelitian harus terkait dengan permasalahan (bahkan urutan pun
harus sesuai dengan pernyataan masalah)
2) Kegunaan/manfaat Penelitian
Kegunaan/manfaat yang diharapkan adalah Kegunaan/mamfaat bagi ilmu
pengetahuan (baik terkait dengan akademik atau non akademik) dan
pembangunan bangsa dan negara.
Manfaat/kegunaan penelitian ditulis selaras dengan tujuan penelitian, harus
menggambarkan manfaat penting-nya penelitian yang dirancang itu dilaksanakan.
Manfaat/kegunaan bisa berupa hal-hal yang teoritis atau sekaligus juga hal-hal
yang praktis (tidak semua penelitian menuntut adanya manfaat/kegunaan praktis).

3. Bab II Landasan Teori dan Penelitian yang Relevan


a. Landasan Teori
Landasan teori dijabarkan dari tinjauan pustaka dan buku-buku teks (Grand
Theory) yang ditulis oleh para ahli, kemudian disusun sendiri oleh mahasiswa
sebagai tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan atau merumuskan
hipotesis. Landasan teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis, atau
persamaan- persamaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang akan diteliti.
Variabel yang akan diteliti perlu didefenisikan secara jelas minimal 5 teori
pendukung yang sesuai dengan variabel penelitian. Defenisi dari variabel
didasarkan atas pendapat para ahli.

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel


penelitian. Teori tersebut disamping diperlukan untuk pemecahan masalah yang
diteliti, selain itu juga sangat diperlukan sebagai dasar pembenaran gagasan dan
argumentasi keilmuan yang diajukan. Setiap variabel harus dapat diuraikan secara
15

jelas dan ilmiah (didukung oleh pendapat para ahli) sebelum peneliti membuat
kesimpulan tentang masing-masing variabel yang dan diharapkan mampu
menjelaskan permasalahan dan hubungan antar variabel yang diteliti.
langkah-langkah menyusun landasan teori adalah sebagai berikut :
1. Uraian yang dipaparkan dalam bagian ini yaitu kerangka acuan yang
dikemukakan berdasarkan ringkasan dan tinjauan teori-teori yang erat
hubungannya dengan masalah yang diteliti, baik yang sejalan yang mendukung
maupun yang berbeda dari teori yang digunakan.
2. Pada dasarnya uraian teoritik yang dikembangkan dalam bagian ini adalah
penjelasan atau kajian teoritik dari masing-masing variabel yang diteliti.
3. Bahan kajian tersebut dapat ditemukan dari beberapa sumber seperi buku teks,
jurnal, makalah seminar, internet, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
4. Kutiplah beberapa teori yang berkaitan dengan variabel X atau kemampuan yang
akan ditingkatkan.
5. Kutiplah beberapa teori yang berkaitan dengan variabel Y atau metode atau
model pembelajaran atau bisa juga solusi lain yang bisa kita tawarkan.

b. Hipotesis Penelitian (kuantitatif)


Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, hipotesis wajib
dicantumkan/dirumuskan oleh peneliti. Hipotesis ini diajukan berdasarkan kerangka
teori dan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Sesuai dengan istilah
hipotesis yaitu berupa sementara yang ingin diuji kebenarannya berdasarkan fakta
yang dikumpulkan. Hipotesis melalui pengujian data dari lapangan dapat diterima
atau ditolak kebenarannya.

Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori


atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi, dan masih harus dibuktikan kebenarannya.

c. Kerangka Berfikir (PTK dan Kuantitatif)


Kerangka berfikir ditulis berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan
peneliti. Tinjauan teoritis dan empiris menjadi dasar penyusunan kerangka berfikir
yang menunjukkan keterkaitan antara : (1) masalah, (2) teori, (3) hasil penelitian
terdahulu yang relevan, dan (4) pilihan tindakan. Peneliti perlu justifikasi
16

(kesesuaian/kelogisan) dan argumentasi (alasan-alasan) terdapatnya hubungan


atau dampak atau pengaruh antara variabel yang akan dipecahkan dengan
variabel untuk memecahkan masalah. Penulisan kerangka berfikir dapat dilakukan
dengan menyajikan dalam bentuk narasi atau uraian argumentatif atau dapat pula
disajikan dalam bentuk model atau bagan atau gambar, dengan memberikan
sedikit penjelasan yang dirasa perlu.

d. Hipotesis Tindakan (PTK)


Hipotesis tindakan diperlukan untuk menjelaskan tentang apa yang kan
peneliti lakukan untuk memecahkan masalah. Berbeda dengan penelitian formal,
dalam PTK hipotesis tindakan itu sifatnya hanya membantu peneliti untuk memulai
penelitian. Karena yang penting dalam PTK adalah bagaimana peneliti
memecahkan masalah yang telah peneliti pilih dengan prosedur pemecahan
masalah seperti yang menjadi karakteristik PTK, namun demikian akan semakin
lengkap jika dalam PTK peneliti juga mengajukan hipotesis tindakan sebagai
acuan yang akan memberi arah atau pedoman untuk melakukan PTK. Hipotesis
tindakan memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori dan
merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteli, dan masih
harus dibuktikan kebenarannya dengan data dan analisis data.

e. Penelitian yang Relevan


Adalah penelitian yang sama dengan tema atau variabel yang diteliti, diambil
dari skripsi atau jurnal penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian. Peneliti
mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan relevan
dengan fokus penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan posisi penelitiannya
dengan cara mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penelitian yang
dilakukannya dengan penelitian relevan yang disajikan.

4. Bab III Metodologi Penelitian


a. Pendekatan Penelitian
1) Aspek jenis penelitian ( pendekatan diarahkan pada penegasan
metode apa yang dipilih)
2) Aspek disiplin ilmu (kompetensi keilmuan seorang peneliti, atau jenis ilmu
17

yang diteliti)
3) Aspek kemashlahatan penelitian–proyek (pendekatan ini lebih
menitikberatkan kepentingan penelitian yang dilaksanakan)
4) Aspek penelitian akademis (pendekatan ini adalah pintu gerbang seseorang
untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi)

b. Situasi Sosial dan Subjek penelitian (Penelitian Kualitatif dan PTK)


Peneliti menjelaskan latar penelitian yang menggambarkan situasi sosial dan
budaya yang menjadi latar penelitian. Untuk menjelaskan latar penelitian ini perlu
melakukan observasi pendahuluan. Peneliti sudah mengumpulkan data tentang
gambaran umum konteks penelitian berupa subjek, lokasi, kegiatan dan waktu
yang melatari fenomena yang menjadi fokus penelitian. Peneliti menguraikan orang
yang berada dalam situasi sosial atau budaya yang ditetapkan sebagai pemberi
informasi dalam sebuah penelitian atau dikenal dengan informan. atau
siswa/peserta didik yang menjadi sasaran penelitian di sekolah tempat penelitian.

c. Tempat dan Waktu Penelitian (PTK)


Waktu penelitian harus dijelaskan secara rinci sesuai dengan banyaknya
siklus yang direncanakan. Waktu penelitian dihitung mulai dari penyusunan
proposal sampai dengan tahap penyususnan laporan akhir PTK. Sedangkan
tempat pelaksaan penelitian menunjukkan tempat dimana PTK tersebut
dilaksanakan.

d. Prosedur Penelitian (PTK)


Pada bagian ini peneliti harus menguraikan secara rinci prosedur/langkah-
langkah PTK pada setiap siklus yang meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan
tindakan, (3) Obsevasi evaluasi. Dan (4) Analisis- refleksi.

e. Populasi dan Sampel (penelitian Kuantitatif)


Setiap penelitian lapangan populasi dan sampel selalu dicantumkan.
sedangkan untuk penelitian literatur istilah populasi dan sampel tidak bisa
dicantumkan. Populasi tidak bisa diartikan sebagai keseluruhan subjek atau objek
yang diteliti. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti.
Menentukan sampel dari populasi yang harus diperhatikan adalah cara
18

atau tekhnik menentukan sampel yang representatif. Artinya bagian-bagian


populasi yang diteliti harus dapat mewakili keseluruhan populasi yang diteliti
disesuaikan menurut masalah yang diteliti.
Penggunaan teknik penentuan sampel yang perlu diketahui adalah bahwa
teknik yang digunakan harus sesuai dengan situasi dan kondisi objek/subjek yang
diteliti. Populasi dan sampel dapat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian, akan tetapi jika sasaran
penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah
subjek penelitian.jadi mahasiswa dipersilahkan untuk mengambil keputusan
tentang teknik mana yang akan digunakan dalam penelitiannya.

f. Jenis dan Sumber Data


Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang
merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai
obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder.
1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau
data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,
wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran
kuesioner.
2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam
dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif
19

(yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara


mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data
kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
a) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah
gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
b) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk
mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu
1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan
cara membilang.
2) Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran.
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan.

g. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting
demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah
data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber
tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
20

diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,


dokumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa
lembar cek list, kuesioner (angket terbuka/tertutup), pedoman wawancara, camera
photo dan lainnya.
Adapun metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
penelitian lapangan (field research) yaitu sebagai berikut :

1) Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner
kemudian dicatat/direkam
2) Observasi
Pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman, pembau, perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan
alat rekam elektronik
3) Wawancara
Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan
sumber datanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference.
Jawaban responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti.
4) Dokumen
Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang
lain.

h. Instrumen Penelitian (PTK dan Kuantitatif)


Istrumen Penelitian atau alat ukur harus berdasarkan pada teori yang
relevan tentang sesuatu hal yang akan diukur, dengan kata lain istrumen ukur
harus berdasarkan teori yang relevan dan baru. Karena harus bertolak dari teori,
maka dalam menyusun istrumen ukur harus dimulai dari :
1) Definisi konseptual
2) Definisi oprasional dari variabel – variabel yang akan diukur

Penyusunan instrumen baik dalam bentuk tes maupun angket, observasi


21

checklist, wawancara. Uraikan instrumen yang diperlukan sesuai dengan


penelitian yang akan dilakukan untuk memudahkan pemahaman.

i. Teknik Analisis Data

1) Analisis Data Kualitatif


Membuat deskripsi dari permasalahan yang diteliti, membuat kategori-
kategori, melihat sifat-sifat dan fungsi, memunculkan dugaan-dugaan, melihat hasil
interaksi dari berbagai dugaan- dugaan, memberikan penjelasan terhadap dugaan-
dugaan yang dihasilkan.
2) Analisis data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif menggunakan angka-angka. Dalam hal ini biasa
digunakan analisis statistik yang akan ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian.
Untuk melihat jenis dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan oleh peneliti
sesuai dengan permasalahan yang dibahas dipersilahkan untuk melihat buku-buku
statistik.
3) Analis Data Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Analisis data adalah proses mengola, memisahkan, mengelompokan dan
memadukan sejumlah data yang dikumpulkan dilapangan menjadi sebuah
kumpulan imformasi yang ilmiah, yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya
siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian.

Pada bagian ini dimuat teknik analisis data yang digunakan dalam
mengolah data penelitian serta alasan penggunaannya.

j. Triangulasi Data (Penelitian Kualitatif)


Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya
adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.
Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan
memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi
ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak
mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
22

k. Hipotesis Statistik (Penelitian Kuantitatif)


Peneliti menuliskan hipotesis statistik dengan simbol atau lambang
parameter statistik yang menggambarkan pernyataan tentang karakteristik
populasi yang merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.
Pernyataan tersebut berbantuk proposisi sebagai hasil dari kerangka teoritik.
Jumlah hipotesis statistik sesuai dengan hipotesis penelitian.

l. Indikator Keberhasilan (PTK)


Indikator keberhasilan PTK merupakan ukuran atau patokan dalam
menentukan apakah penelitian yang dilaksanakan berhasil tidaknya. Bagaimana
suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil. Pertanyaan tersebut
tergantung setiap guru, karena guru memiliki pandangan masing-masing sejalan
dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita
berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Sebagai indikasi bahwa tujuan
penelitian telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika apa yang direncanakan dalam
rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) terlaksana 75%-100% di setiap
siklus.
2) Hasil belajar pelasanaan tindakan dikatakan berhasil jika rata-rata hasil belajar
siswa memenuhi target yang telah ditentukan.

m. Rencana dan Waktu Penelitian


Dalam Rencana dan Waktu penelitian dijelaskan:
1) Tahap-tahap penelitian
2) Rincian kegiatan pada setiap tahap, dan
3) Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tahap.
Rencana dan Waktu penelitian dapat disajikan dalam bentuk matrik atau
uraian (lihat lampiran 16: Rencana dan Waktu penelitian).
5. Bagian Akhir
Bagian akhir proposal skripsi terdiri atas daftar pustaka dan lampiran (jika
ada). Dan teknik penulisan footnote dan daftar pustaka dapat dilihat pada BAB
Teknik Penulisan Skripsi pada buku pedoman ini.
BAB IV
PENULISAN SKRIPSI

Skripsi merupakan karya ilmiah formal, yang disajikan untuk konsumsi


akademik, maka bagan dan format penulisan dituntut untuk mengikuti aturan yang
bersifat teknis, lengkap dan cenderung bersifat baku sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Sebagaimana dalam proposal skripsi, bagian skripsi juga terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian awal, utama dan akhir. Adapun isi masing-masing dari bagian
dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup halaman judul, lembar logo, nota
dinas,pernyataan orisinalitas, pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
1. Halaman Sampul Depan
Halaman sampul depan memuat: judul skripsi, tulisan skripsi, , lambang IAI
Nusantara Batang Hari nama penulis dan NIM, tulisan Yayasan Pendidikan Islam
dan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari, serta tahun penyelesaian skripsi.
• Judul skripsi dibuat sesingkat-singkatnya sebagaimana dijelaskan dalam
usulan/proposal skripsi.
• Tulisan skripsi dengan huruf besar dan tebal.
• Lambang IAI Nusantara Batang Hari sebagaimana dalam lampiran

• Nama mahasiswa ditulis lengkap (tidak boleh memakai singkatan) dan NIM
dicantumkan di bawahnya.

• Instansi: Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam


Nusantara Batang Hari
• Tahun penyelesaian skripsi adalah tahun ujian akhir skripsi dan ditempatkan di
bawah nama instansi yang bersangkutan.

2. Halaman Judul
Halaman judul memuat: judul skripsi, tulisan skripsi, maksud pengajuan
skripsi, nama penulis dan NIM, lambang IAI Nusantara Batang Hari Nama instansi

23
24

dan tahun penyelesaian skripsi.


• Judul skripsi sama dengan halaman sampul
• Tulisan skripsi sama dengan halaman sampul
• Maksud pengajuan skripsi adalah untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) dalam ilmu tarbiyah atau
hukum syari‟ah.
• Nama dan NIM mahasiswa, lambang, dan tahun penyelesaian skripsi,
semuanya sama dengan halaman sampul.
3. Nota Dinas
Halaman ini memuat surat resmi dari dosen pembimbing dan harus tanda
tangan persetujuan dari dosen pembimbing yang ditujukan kepada Dekan IAI yang
berisikan permohonan agar skripsi mahasiswa yang bersangkutan dapat
disidangkan.
4. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat pernyataan bahwa skripsi yang bersangkutan telah
dimunaqasyahkan pada hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan. Halaman
pengesahan ini tanda tangan pembimbing, dan para penguji skripsi, Dekan serta
mengetahui Rektor IAI Nusantara Batang Hari .
5. Halaman Motto
Halaman ini memuat teks ayat-ayat Alquran, Hadits atau maqol para ulama
yang relevan dengan tema/judul skripsi.
6. Halaman Abstrak
Abstrak adalah inti sari skripsi. Pada halaman ini, kata Abstrak ditulis di
tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikan dan
tanpa tanda titik. Abstrak terdiri dari 5 paragraf antara lain: Paragraf 1, memuat
nama penulis, judul skripsi, prodi, nama lembaga perguruan tinggi, dan tahun.
Paragraf 2, memuat latar belakang singkat dan tujuan penelitian. Paragraf 3,
memuat metode penelitian, populasi dan sampel/subjek penelitian, dan hipotesis
untuk kuantitatif. Paragraf 4, memuat kesimpulan penelitian. Paragraf 5, memuat
novelty/temuan baru (jika ada). Dan paragraf 6, memuat keyword/kata kunci Nama
penulis diketik dengan jarak 1,5 spasi dari kata abstrak, di tepi kiri dengan urutan:
nama akhir diikuti koma, nama awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Tahun
25

lulus setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul skripsi dicetak miring dan diketik
dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan
titik. Kata Skripsi ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma diikuti dengan nama
program studi (tidak boleh disingkat), nama perguruan tinggi (tidak boleh disingkat)
dan diakhiri dengan titik.
Berikutnya, dicantumkan kata kunci berkisar antara tiga sampai lima kata.
Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah, dengan kata
kunci ditemukan judul-judul skripsi dengan mudah.
Selanjutnya, teks abstrak disajikan secara singkat/ padat inti sari skripsi
yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan,
hasil-hasil yang diperoleh, kesimpulan yang ditarik dan saran yang diajukan (jika
ada). Dan abstrak diketik 1 spasi.
7. Persembahan
Persembahan ditulis dengan kalimat singkat dan mengenai sasaran.

8. Kata Pengantar
Kata pengantar mengandung uraian singkat tentang maksud skripsi,
penjelasan tentang hambatan/kekurangan, dan ucapan terima kasih (kepada
Dekan dan para akademisi IAI Nusantara Batang Hari pembimbing dan kepada
semua pihak yang ikut membantu penyelesaian skripisi. Dalam kata pengantar
tidak terdapat hal-hal yang bersifat ilmiah dan tidak boleh memuat kata-kata yang
bersifat mencemooh atau mengejek kepada siapapun, khususnya lembaga.
9. Daftar Isi
Daftar isi dimaksudkan untuk memberi gambaran secara menyeluruh
tentang isi dan sebagai petunjuk pagi para pembaca yang ingin langsung melihat
suatu bab atau sub bab judul. Di dalam daftar isi tertera urutan judul, sub judul, dan
anak sub judul disertai dengan nomor halamannya.
10. Daftar Tabel
Jika dalam skripsi terdapat banyak tabel, perlu ada halaman daftar tabel
yang memuat nomor tabel, judul tabel serta halaman untuk setiap tabel. Judul tabel
harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Judul tabel yang
memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul tabel
yang satu dengan yang lainnya diberi jarak 1,5 spasi. Tetapi kalau hanya ada
26

beberapa tabel saja, daftar ini tidak perlu dibuat.


11. Daftar Gambar
Daftar gambar berisi urutan judul gambar dan nomor halamannya. Perlu
tidaknya suatu daftar gambar tersendiri, sama persyaratannya dengan daftar tabel.
12. Daftar Lampiran.
Sama halnya dengan daftar tabel dan daftar gambar, daftar lampiran dibuat
jika skripsi dilengkapi dengan lampiran yang banyak dan isinya adalah urutan judul
lampiran dan nomor halamannya.

B. Bagian Utama
Bagian utama skripsi memuat bab-bab: pendahuluan, landasan teori,
metodologi penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran-saran.

1. Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan bab pertama dari skripsi, yang berfungsi
mengantarkan pembaca untuk dapat mengetahui apa yang diteliti, bagaimana dan
mengapa penelitian itu dilakukan.
Pada dasarnya isi uraian dalam bab ini sama dengan isi uraian dalam
proposal penelitian., kecuali kajian pustaka/landasan teori harus dijabarkan lebih
luas dalam bab tersendiri. Metodologi penelitian boleh dijadikan dalam bab
tersendiri agar lebih luas rinciannya, jika dalam bab pendahuluan dijelaskan
secara ringkas.
Jenis penelitian, bila dilihat dari obyek penelitiannya dapat dibedakan
menjadi dua Jenis, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research/literer) dan
Penelitian Lapangan (Field Research). Bila dilihat dari model atau pendekatan yang
digunakan, dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu Penelitian Kualitatif dan
Penelitian Kuantitatif. Pada masing-masing jenis maupun modelnya, penelitian
menuntut kontruksi outline yang berbeda, sehingga susunan isi secara rinci dalam
bab pendahuluan sangat bervariasi, sesuai dengan tipe penelitian yang
digunakan dalam menyusun skripsi tersebut. Karena itu, mahasiswa perlu sekali
memahami perbedaan susunan isi skripsi model kualitatif dan model kuantitatif.
27

2. Bab II Landasan Teori dan Penelitian Yang Relevan


Pada karangka teori ini setiap variabel yang akan diteliti perlu didefenisikan
secara jelas minimal 5 teori pendukung yang sesuai dengan variabel penelitian.
Defenisi dari variabel didasarkan atas pendapat para ahli. Dan minimal 3 untuk
penelitian yang relevan.

3. Bab III Metodologi Penelitian


Pada garis besarnya, metodologi penelitian lapangan (Field Research) sama
halnya dengan proposal skripsi.

4. Bab IV Paparan Hasil Penelitian


Bab ini memuat deskripsi lokasi penelitian dan hasil penelitian, serta
pembahasan yang sifatnya terpadu yang menjawab dari perumusan masalah.
a. Hasil penelitian sedapat-dapatnya disajikan dalam bentuk paparan data
dilengkapi dengan grafik, foto, atau bentuk lain, dan ditempatkan sedekat-
dekatnya dengan pembahasan, agar pembaca lebih mudah mengikuti uraian.
Bila data yang disajikan cukup banyak, sebaiknya dikemukakan bahwa hasil
penelitian selengkapnya dapat dijumpai pada tabel dan gambar yang nomornya
disebutkan dalam lampiran.
b. Pembahasan tentang hasil penelitian, berupa penjelasan teoretik, baik secara
kuantitatif, kualitatif, atau secara statistik atau jugahasil penelitian dapat
dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang sejenis.

5. BAB V Penutup
a. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang disarikan dari hasil
penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran temuan atau
hipotesis.
b. Implikasi merupakan konsekuensi logis dari kesimpulan penelitian yang yang
ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan
c. Rekomendasi adalah tentang perlunya penelitian lanjutan dan implementasi
temuan penelitian tersebut dalam pemecahan masalah praktis
d. Saran dibuat berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan penulis, ditujukan
kepada para pengelola obyek penelitian dan kepada peneliti dalam bidang
28

sejenis, yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah


diselesaikan.

6. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran.
a. Daftar pustaka disusun seperti pada usulan penelitian (proposal).
b. Lampiran.
Lampiran dipakai untuk menempatkan data atau keterangan lain yang
berfungsi untuk melengkapi uraian yang telah disajikan dalam bagian utama
skripsi.
BAB V
TEKNIK PENULISAN SKRIPSI

A. Bahan dan Ukuran


Bahan dan ukuran mencakup: naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada
sampul dan ukuran.
1. Naskah
Naskah dibuat di atas kertas A4 80 gram dan tidak bolak balik.
2. Sampul
Sampul dibuat dari kertas bufalo atau yang sejenis, dan sedapat- dapatnya
diperkuat dengan karton dan dilapisi plastik. Tulisan yang tercetak pada sampul
sama dengan yang terdapat pada halaman judul.
3. Warna sampul
Warna sampul biru muda baik untuk Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD), dan Tadris Bahasa Inggris (TBI).
4. Ukuran Kertas
Naskah diketik di atas kertas berwarna putih ukuran A4 berukuran 210 x 297
mm. jika perlu menggunakan kertas khusus seperti kertas milimeter untuk grafik,
kertas kalkir untuk bagan.

B. Pengetikan
Pada pengetikan disajikan: jenis dan ukuran huruf, bilangan dan satuan
jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, alenia baru, permulaan kalimat, judul
dan sub judul, perincian kebawah, dan letak simetris.
1. Jenis Dan Ukuran Huruf
a. Naskah diketik dengan huruf Arial font 12 dan untuk seluruh naskah memakai
jenis huruf yang sama dan untuk foot note dengan huruf Arial font 10.
b. Huruf miring digunakan untuk tujuan tertentu seperti, menulis judul buku, jurnal,
majalah, bahasa asing dan lainnya.
c. Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik, harus ditulis
dengan rapi memakai tinta hitam.
2. Jarak Baris / Spasi
Jarak antara baris pengetikan naskah adalah 1,5 (Satu koma Lima) spasi.
Pengetikan judul tabel dan judul gambar yang lebih dari satu baris adalah 1 (satu)
29
30

spasi. Daftar kepustakaan diketik 1 (satu) spasi, sedangkan jarak pengetikan


antara dua sumber kepustakaan adalah 1,5 spasi. Untuk pengutipan langsung
yang lebih dari 5 baris atau lebih dari 40 kata diketik 1 (satu) spasi.
3. Margin
Batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas, diatur sebagai berikut:
a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kiri : 4 cm
d. Tepi kanan : 3 cm
4. Paragraf
Pengetikan alinea baru (paragraf) dimulai pada ketukan ke 7 (tujuh) dari margin
kiri, jarak antara paragraf 1,5 spasi.

5. Pengisi Ruangan
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya
pengetikan harus dimulai dari batas tepi kiri sampai batas tepi kanan, dan jangan
sampai ada ruangan yang kosong, kecuali kalau akan memulai dengan alinea baru,
penamaan tabel, gambar, sub judul, atau hal-hal yang khusus.
31

6. Judul dan Sub Judul


Tiap bab dalam skripsi, biasanya disusun secara bertingkat dari yang paling
besar sampai bagian-bagian yang lebih kecil. Cara membedakan tingkat-tingkat
tersebut ialah dengan menggunakan kombinasi angka dan huruf, sebagai berikut:
a. Untuk peringkat 1: Judul bab, digunakan angka Romawi Besar dan nama judul
ditulis dengan huruf besar dan ditempatkan simestris di tengah halaman.
b. Untuk peringkat 2: sub judul bab ditunjukkan dengan urutan huruf besar, A, B,
C, D dan seterusnya, serta ditempatkan pada tepi kiri.
c. Untuk peringkat 3: bagian dari peringkat 2 digunakan dengan menggunakan
urutan angka Arab, 1, 2, 3 dan seterusnya. Ketikan dimulai dari tepi kiri.
d. Untuk peringkat 4: bagian yang lebih kecil dari peringkat 3, dengan
menggunakan huruf kecil a, b, c, dan seterusnya. Pengetikan dimulai pada tepi
kiri.
e. Bila masih di bagi lebih kecil lagi, maka dapat digunakan angka dalam kirung
1), 2), 3), dan sterusnya, huruf dengan kurung a), b), c), dan seterunya, huruf
diantara kurung (1), (2), (3), dan seterusnya, dan huruf diantara kurung (a), (b),
(c) dan sterusnya.
7. Penomoran
Pada bagian ini dibagi menjadi penomoran halaman, judul bab, tabel,
gambar dan persamaan.
a. Halaman
1) Bagian awal laporan, dimulai dari halaman judul sampai arti lambang dan
singkatan (sebelum halaman bab pendahuluan), diberi nomor angka Romawi
kecil, diletakkan ditengah halaman bawah berjarak 2 cm dari atas bawah.
2) Bagian halaman bab ditulis pada posisi bawah tengah berjarak 2 cm dari batas
bawah.
3) Nomor halaman diletakkan disebelah kanan atas tepat pada garis tepi kanan
berjarak 2 cm dari batas atas dan sejajar dengan batas kanan, kecuali ada
judul bab baru, lampiran nomor ditulis ditengah halaman bagian bawah.
b. Huruf miring
Huruf miring (kursif) digunakan untuk judul buku, nama terbitan berkala,
atau nama publikasi lainnya, serta nomor penerbitan dalam daftar pustaka. Huruf
32

miring juga digunakan untuk istilah, kosa kata, kalimat, dan transliterasi bahasa
asing atau bahasa daerah. Huruf miring bisa diganti dengan pemberian garis
dibawah huruf yang harus dimiringkan, akan tetapi keduanya tidak boleh
dikombinasikan dengan kata lain harus konsisten.
c. Penyajian Tabel
1) Nomor tabel, ditempatkan setelah kata tabel diikuti dengan judul dan ditulis
simetris, tanpa diakhiri dengan titik, dan pisisinya berada pada tengah halaman
bagian atas tabel dengan jarak baris 1 (satu) spasi.
2) Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang panjang. Sehingga tidak
mungkin diketik dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel,
dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan, tanpa judul tabel.
3) Kolom-kolom diberi nama, sehingga pemisahan tabel tersebut cukup jelas.
4) Kalau tabel lebih besar dari ukuran kertas, sehingga harus dibuat memanjang
kertas, maka judul tabel harus diletakkan disebelah kiri kertas.
5) Tabel yang lebih dari 2 halaman harus dilipat, ditempatkan pada lampiran.
Contoh format tabel :

Tabel 1.
Jumlah Lulusan MAN Batang Hari
Tahun 2011-2016

Tahun Putra Putri Jumlah

2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
33

Tabel 2.
Perbandingan Lulusan MAN Batang Hari Tahun 2010-2016 Yang Melanjutkan ke
PerguruanTinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama

Tahun Jumlah Jumlah


Lulus Lulusan PTUN PTUS PTAIN PTAIS Melanjutkan
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

d. Penyajian Gambar
Gambar sebaiknya disajikan dalam satu halaman. Pengertian gambar disini
meliputi foto, grafik, diagram, skema, peta, bagan dan sejenisnya. Tulisan, nomor
dan nama gambar ditempatkan dibawah gambar ditengah margin kiri dan kanan,
dengan jarak baris 1 (satu) spasi. Tulisan dan nama gambar mempergunakan huruf
kecil, kecuali huruf pertama setiap kata selain kata sandang. Sumber pengambilan
gambar (jika ada) ditempatkan dibawahnya.
e. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku atau
berpedoman kepada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan pola kalimat efektif.
Pemilihan kata hendaklah berpedoman pada kamus bahasa Indonesia. Bagi
mahasiswa yang menulis skripsi dengan Menggunakan bahasa Inggris dan
bahasa Arab, maka harus menggunakan bahasa baku dari bahasa yang
digunakan.
Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama dan orang kedua
(saya, kami, engkau, dan lain-lainnya), tetapi dibuat bentuk pasif atau
menggunakan kata penulis atau peneliti, sebagai ganti dari kata “saya”.
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia yang sudah lazim atau yang
sudah di indonesiakan. Jika terpaksan harus memakai istilah asing, bubuhkan garis
34

bawah atau cetak miring pada istilah itu. Penggunaan kata penghubung, kata
depan, tanda baca, dan lain-lainnya berpedoman pada aturan baku yang
digunakan.

C. Sistem Penulisan Referensi Catatan Kaki (footnote) dan Daftar


Pustaka
1. Sistem Penulisan Catatan Kaki (footnote)
Sistem penulisan referensi ada beberapa macam, diantaranya:
a. Catatan kaki (footnote)
b. Catatan teks/perut (bodynote)
c. Sumber pada akhir tiap bab (en note)
Untuk keseragaman dalam penulisan skripsi dilingkungan Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari, maka
dalam buku pedoman ini mahasiswa IAI Nusantara Batang Hari diharuskan
menggunakan sistem catatan kaki (footnote).
Catatan kaki merupakan cara menandai identitas sumber rujukan, sekaligus
merupakan salah satu bukti bahwa penulis benar-benar memiliki sifat amanah.
Bentuk penandaan ini digunakan agar pembaca dapat mengetahui identitas
sumber rujukan secara langsung pada halaman tempat kutipan berada.
Prinsip-prinsip penulisan catatan kaki sebagai berikut:
a. Membuat catatan kaki (footnote) harus menggunakan program Microsoft Word,
dengan membuka menu insert, kemudian pilih footnote, lalu klik insert, maka
footnote secara otomatis muncul.
b. Angka footnote muncul diujung kalimat kutipan terakhir setelah titik, angka ini
akan naik 1 karakter secara otomatis, dan dibawah halaman akan muncul
angka satu dibawah garis ditempat sumber kutipan yang akan ditulis, dan
seterusnya secara otomatis akan berurutan.
c. Angka footnote dan kutipannya menggunakan font Arial dan karakter 10 yang
diketik satu spasi, dimulai dari sisi kiri terus kebawah secara berurutan dan
diketik satu spasi, dimulai dari footnote terakhir. Formasi ini sebenarnya sudah
otomatis dirancang olehprogram Microsoft Word, jadi tidak perlu dirubah.
d. Penomoran catatan kaki dimulai dan diurutkan mulai dari Bab I sampai dengan
Bab terakhir.
35

e. Penempatan catatan kaki tidak boleh melampau margin bawah. Jadi, tulisan
catatan kaki paling akhir pada suatu halaman berjarak 3 cm dari sisi kertas
terbawah dan lebih tinggi 0,5 spasi dari teks.
f. Sumber buku kutipan yang menjadi referensi adalah 10 tahun terakhir dan satu
buku hanya boleh dikutip maksimal tiga kali
g. Nama pengarang ditulis sesuai dengan aslinya (tidak mendahulukan nama
belakang). Segenap gelar akademik yang berada didepan dan/atau dibelakang
nama seseorang tidak dicantumkan dalam catatan kaki.
1) Contoh: Buku dengan 1 orang pengarang

1
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran (Bandung: Mizan, 2008), hal. 97
2
Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka al- Husna, 2009),
hal. 142

Pengarang pada catatan kaki nomor 1 sebenarnya memiliki gelar Prof. Dr.
H.M. Quraish Shihab, MA. Akan tetapi, gelar nama pengarang tidak boleh
dicantumkan pada catatan kaki.
2) Buku dengan dua Pengarang

1
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Komseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hal. 104-7

3) Buku Tiga Pengarang

1
Amri Amir, Junaidi, dan Yulmardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Penerapannya (Bogor: IPB Press, 2009), hal. 120

4) Buku Empat Pengarang atau Lebih

1
Dadang Suhardan et al., Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008),
262
36

h. Catatan kaki dengan sumber buku teks yang pertama digunakan (nomor 1)
ditata dalam urutan: nama penulis (ditulis sesuai aslinya tanpa mendahulukan
nama akhir), tanda koma, judul buku (ditulis dalam cetakan miring (Italic) atau
digaris bawahi perkata jika menggunakan ketik manual), kurung buka, tempat
kota terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, kurung
tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik.
Contoh:

1
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2009), hal. 45.

1) Menggunakan Ibid., (Ibedem) jika terjadi pengulangan kutipan tanpa diselingi


oleh sumber kutipan lain. Contoh :

1
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2012), hal. 45.
2
Ibid., hal. 32
3
Ibid. (untuk buku karangan dan halaman yang sama).

i. Menggunakan Op. Cit., (Opera Citatum), yaitu pengulangan kutipan pada buku
yang sama, halaman berbeda dan telah diselingi oleh sumber kutipan yang
lain.
Contoh :

1
Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah Skripsi-Tesis-
Desertasi (Bandung: Sinar Baru, 2009), hal. 105.
2
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2010), hal. 45.
3
Sudjana, Op. Cit., hal. 107
37

j. Menggunakan Loc. Cit., (Loco Citatum), yaitu pengulangan kutipan pada buku
yang sama, dan tempat halaman juga sama yang diselingi oleh sumber kutipan
lain. Contoh :

1
Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah Skripsi-Tesis-
Desertasi (Bandung: Sinar Baru, 2008), hal. 105.
2
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2008), hal. 45.
3
Sudjana, Loc. Cit., hal. 105
k. Kutipan dari makalah yang dipublikasikan pada sebuah majalah, koran, atau
disampaikan diforum ilmiah, dituliskan di dalam majalah apa/koran apa, atau
disampaikan diforum apa, dengan memberi tanda petik pada judul karangan dan
tanda cetak miring pada majalah atau koran.
Contoh:

1
Mukhtar Latif, “Jambi Belum Siap Hadapi Masyarakat Ekonomi Asean”, Jambi
Independen, 8 Agustus 2015, hal.1.

1
Muhammad Bachrum,” MUI ditengah Pergulatan Islam Wasathiyah”, Panji
Masyarakat” Tahun XV No.8, Agusus 2015, hal.22-23.

l. Penulisan Footnote dari jurnal


Contoh:

1
Tu, T. (2006). Preschool Science Environment: What is Available in a
Preschool Classroom? Early Childhood Education Journal, 33 (4), 245-251.
2
Hapsari, R.D., Yulianti,D., Susanto, H (2013). Implementasi Bermain Sambil
Belajar untuk Mengembangkan Minat dan Karakter Siswa Taman Kanak-kanak
(TK) Kartini I Musuk Boyolali, Unnes Physics Education Journal. 2 (1)
38

m. Penulisan Footnote Studi Relevan

Contoh:

1
Desmarini, Komunikasi Guru dan Orang tua dalam Mengembangkan Potensi
Multiple Intelligence di Tk Islam AS-salam, Tesis Magister PPs IAIN STS
SaifuddinJambi,2011

n. Penulisan Footnote hasil Observasi


Footnote hasil Observasi ditulis Observasi, tempat, tanggal, bulan dan tahun
tempat penelitian
Contoh:

1
Observasi, TK Tunas Harapan, 25 Februari 2019

o. Penulisan Footnote hasil wawancara


Footnote hasil wawancara ditulis jabatan, nama yang diwawancarai lengkap
dengan gelarnya, tulisan wawancara, tanggal, bulan dan tahun wawancara,
tempat, alat wawancara, dan materi wawancara.

Contoh:

1
Kepala Sekolah MTs.N Bajubang, Mukhtar, M.Pd, Wawancara, 10 Maret 2019,
Jambi, Rekam Handphone, Tunjangan Sertifikasi Guru.

p. Penulisan Footnote hasil dokumentasi


Footnote hasil dokumentasi ditulis : Dokumentasi, lokasi tempat penelitian dan
tahun pengambilan data dari dokumen.
Contoh:

1
Dokumentasi, MTs.N Bajubang, 20 Februari 2019

2. Penulisan Daftar Pustaka


Daftar pustaka dicantumkan sebagai sumber referensi agar pembaca dapat
39

mengetahui keseluruhan sumber rujukan yang dipergunakan dalam penelitian


karya ilmiah. Dengan cara itu, pembaca yang ingin menyelidiki dan/atau
mengindentifikasi sumber rujukan aslinya dapat mempergunakan daftar
pustaka sebagai referensi langsung. Itulah sebabnya, sumber referensi yang tidak
dikutip dalam karangan tidak boleh dicantumkan dalam daftar pustaka. Penulisan
daftar pustaka dimulai dari margin kiri, tidak diberi nomor urut. Bila satu sumber
pustaka memerlukan dua-tiga baris, maka baris kedua dan seterusnya dimulai
pada ketukan ketujuh dari margin kiri. Nama penulis disusun berurutan menurut
abjad, (kecuali Alquran dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Kementerian
Agama RI harus ditempatkan pada urutan pertama), gelar akademik seseorang
tidak boleh dicantumkan. Masing-masing sumber pustaka ditulis dalam satu spasi,
sedang antar sumber pustaka ditulis dalam jarak 1,5 spasi. Sesuai dengan variasi
konvensi penulisan notasi ilmiah, penulisan daftar pustaka lebih didasarkan
pada jenis sumber sebagai bahan rujukan.

Berikut beberapa contoh penulisan daftar pustaka yang digunakan dalam


buku pedoman ini:
a. Nama pengarang pada daftar pustaka dan teknik penulisannya sama dengan
catatan kaki (footnote), nama ditulis secara utuh tanpa dibalik. Sedangkan
nama asing khususnya literatur dalam bahasa Inggris namanya dibalik. Untuk
pengarang buku dari Timur Tengah (bahasa arab) sama dengan penulis lokal
tidak perlu dibalik, karena nama belakang umumnya nama orang tua (bin).
Yang berbeda adalah tanda baca koma dan tanda kurung yang digunakan
pada footnote diganti dengan tanda titik dan halaman dibuang. Untuk
penyusunannya diurut nama berdasarkan abjad, seperti a,b,c,d, dst. Kemudian
pada baris kedua setiap judul buku diberi 5 (lima) ketukan ke dalam.
Pengetikan digunakan satu spasi dan setiap judul buku diberi jarak 1,5 spasi,
dengan menggunakan front Arial karakter 12.

Contoh 1 Pengarang :
Ahmad Azhar Basyir. Refleksi Atas Persoalan Ke-Islaman. Bandung: Mizan,
2008.
40

b. Untuk penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu pengarang adalah sebagai
berikut:
Contoh 2 Pengarang :
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cifta, 2004.

Contoh 3 Pengarang :
Amri Amir, Junaidi, dan Yulmardi. Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Penerapannya. Bogor: IPB Press, 2009.

Contoh 4 Pengarang atau lebih :


Sofinar, dkk., Praktik Membelajarkan Siswa. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008.

c. Jika seorang penulis mempunyai beberapa sumber yang dicantumkan,


maka nama penulisnya hanya dicantumkan pada sumber pertama
saja. Sedangkan pada sumber kedua dan seterusnya, nama tersebut diganti
dengan tanda _ yang dibuat sebanyak 7 (Tujuh) kali ketukan kemudian diikuti
tanda koma. Contoh :
Harun Nasution Akal dan wahyu, Jakarta: UI Press, 2013.
. Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2014.
. Muhammad Abduh, Teologi Rasional Mu‟tazilah.
Jakarta: UI Press, 2015.

d. Sejenis dengan cara menulis rujukan dari sumber buku tersebut, bentuk “Ed”
untuk buku yang ditulis seorang editor dan “Eds” untuk buku yang ditulis
beberapa editor ditempatkan di antara nama dan judul buku.

Contoh :
Amiruddin. (Ed). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa
Dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3, 2013.
Letheridge, S. And Cannon, C.R. (Eds). Billingual Education:
Teaching as a Language. New York: Praeger, 2015.

e. Kutipan dari artikel jurnal, ditulis nama pengarang (tanda titik), judul artikel
tanpa cetak miring atau garis bawah perkata, (tanda titik), nama jurnal yang
41

dicetak miring (tanda koma), jurnal tahun berapa, dan tahun terbit jurnal yang
ditempatkan dalam kurung (titik dua), dan nomor halaman jurnal (titik satu).
Contoh:
Muhaimin. Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. el-Jadid, Edisi I (2007) :
14.
Loekisno. Teodisme Islam. al-Afkar, I (2013): 33-47.

f. Jika buku yang digunakan berupa buku terjemahan, maka penerjemah ditulis
dengan nama karya ditulis dengan kata terj., sebelum judul buku.
Contoh :
R. Terry, George. terj., Prinsif-prinsif Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

g. Sumber rujukan dari Alquran dan Terjemahannya, pengarangnya diganti


menjadi kalimat Anonim (tidak ada pengarang), sedangkan dokumen resmi
pemerintah atau negara yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang,
sebagai berikut :
Contoh :
Anonim. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI,
2008.
Diknas. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.

h. Penggunaan sumber referensi dari internet dapat digunakan untuk pengayaan


dan penunjang karya ilmiah. Ada dua sumber yang dapat digunakan dari
internet, pertama buku elektorik (e-book) dan kedua karya ilmiah yang
dipublikasikan di internet atau dari wikipidia. Kalau dari e-book yang berupa
PDF cara penulisan daftar pustaka sama dengan buku yang telah dicetak (hard
copy). Tetapi kalau sumber internet berupa makalah, wikipidia dll, maka harus
dibuat pustaka khusus yang diletakkan pada bagian bawah kepustakaan.

Contoh :

https://id.wikipedia.org/wiki/Frederick Winslow Taylor.tt


https://explorable.com/history-of-the-philosophy-of-science.tt
http://emaparamita.blogspot.com/2014/09/filsafat-ilmu_4.html
42

i. Untuk memudahkan pembuatan daftar pustaka, penulis cukup melakukan copy


footnote dan paste kedaftar pustaka. Cara ini sangat efektif dan dapat
meminimalisir kesalahan ketik dalam penulisannya.
j. Setiap kutipan foot note biasakan photocopy sumbernya agar tidak kesulitan
menelusuri kembali sumber teori yang telah dikutip dalam sebuah karya ilmiah.
3. Teknik Pengutipan
Secara umum teknik pengutipan langsung dan tidak langsung dilakukan
karena alasan sebagai berikut :
a. Mendukung bagi klaim atau menambah kredibilitas dari tulisan yang sedang
ditulis.
b. Merujuk pada tulisan atau karya yang telah mengarahkan penulis kepada
gagasan dan tulisan yang sedang dilakukan.
c. Memberikan contoh-contoh gagasan atau pemikiran lain tentang fokus dan
objek kajian yang sama.
d. Memancing atau mengarahkan perhatian pembaca kepada posisi penulis
dalam pengertian sependapat atau tidak dengan gagasan yang dikutif.
e. Untuk membuat jarak antara penulis dengan pendapat yang dikutip dalam
rangka menunjukkan bahwa gagasan itu bukan milik penulis, tetapi milik orang
lain yang dimasukkan kedalam karya penulis.
f. Untuk menunjukkan kedalaman dan keluasan tulisan yang sedang ditulis dalam
komunitas akademis terkait.
1) Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam susunan
kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Bahan yang kita kutip
harus direproduksi tepat seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda
baca, dll.

Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat baris atau lebih, kutipan teks
tersebut ditulis dua spasi. dan dipisahkan dari teks utama dan dimasukkan
kedalam (indent) dua cm dari pinggir kiri teks utama dan tidak diberi tanda kutip
(“…”), margin kanan tetap mengikuti margin sebelumnya. Pada akhir kutipan
diberikan nomor foot note.
43

Contoh :
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
1
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Sedangkan kutipan langsung yang hanya satu sampai tiga baris, maka teks
kutipan langsung dimasukkan kedalam teks utama dengan memberikan tanda kutip
sebelum dan sesudah teks kutipan (“…”). Kutipan langsung boleh di penggal
dengan memberi tanda tiga titik (…) ditempat kata atau kalimat yang dipenggal.

Contoh :
Menurut G.R. Terry Manajemen adalah : “Suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
1
tujuan-tujuan organisasional atau maksud - maksud yang nyata”.
Menurut G.R. Terry Manajemen adalah “Suatu proses atau kerangka kerja,
2
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan…”
2) Kutipan Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya
mengambil isinya saja seperti saduran, ringkasan, atau parafrase. Kutipan tidak
langsung ini dilakukan dengan cara merubah struktur kalimat, tetapi inti gagasan
atau pendapat yang dikutip tetap sama. Hal ini dilakukan dengan cara
memasukkan inti kutipan langsung kedalam paragraf, dimana pendapat itu
diperlukan untuk menyambungkan atau mengembangkan gagasan yang
disampaikan oleh penulis dan diakhiri dengan nomor kutipan. Untuk kutipan tidak
langsung ini ukuran spasi tetap mengikuti ukuran spasi teks utama yaitu 1,5 spasi.
Contoh :
Ketika menjelaskan variasi dan bentuk pelaksanaan maulid nabi di
berbagai negara dan diberbagai provinsi di Indonesia, Ahmad Haris menyatakan
bahwa sesungguhnya perayaan maulid tersebut ternyata berbeda-beda dari satu
3
tempat ke tempat yang lain.
44

Dari teknik yang telah diuraikan di atas, baik kutipan langsung maupun
kutipan tidak langsung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu
sebagai berikut :
a. Kutipan maksimal dalam satu kutipan tidak boleh lebih dari setengah halaman
(200 kata). Jika terpaksa lebih dari setengah halaman, maka harus diberi sela
dengan analisa atau komentar tambahan oleh penulis.
b. Jangan terlalu banyak menggunakan kutipan; gunakan saja ketika membuat
penekanan point atau untuk mendukung argumen.

c. Hindari kutipan panjang ketika kutipan pendek sudah memadai.


d. Jangan mengutip pendapat orang lain dengan cara keluar dari konteks yang
dimaksud oleh pengarang asli tersebut. Karena itu bacalah seluruh sumber
terkait secara keseluruhan secara cermat sebelum mengutip pendapat orang
lain.
e. Pastikan bahwa anda betul-betul mengerti istilah teknis yang digunakan oleh
sumber yang dikutip.
f. Hindari kutipan yang membosankan.
g. Gunakan berbagai sumber untuk memperkuat argumen, hindari menggunakan
sumber yang sama berulang kali dan terlalu banyak.
BAB VI
PROSEDUR UJIAN SKIRPSI

A. Persyaratan Ujian Skripsi


Persyaratan ujian skripsi atau sidang munaqasyah dilingkungan Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari adalah
sebagai beruikut :
1. Mahasiswa yang mendaftar untuk ujian skripsi atau sidang munaqasyah adalah
mahasiswa yang aktif tidak dalam masa cuti kuliah dan lulus seluruh mata
kuliah termasuk ujian komprehensip.
2. Menyerahkan skripsi lengkap sebanyak 7 (tujuh), lembar nota dinas telah
ditanda tangani oleh dosen pembimbing .
3. Melampirkan fotocopy bukti pembayaran ujian skripsi (dengan memperlihatkan
yang asli).
4. Melampirkan surat keterangan lunas pembayaran SPP dari Yayasan
Pendidikan Islam Batanghari.
5. Melampirkan fotocopy ijazah terakhir serta transkip nilai yang telah dilegalisir
oleh pihak yang berwenang sebanyak 2 (dua) lembar.
6. Melampirkan fotocopy KHS dari semester 1 s.d. semester VII (dengan
memperlihatkan yang asli) sebanyak 1 (satu) rangkap.
7. Melampirkan fotocopy piagam silmaru, PPL dan KUKERTA (dengan
memperlihatkan yang asli) sebanyak 1 (satu) rangkap.
8. Melampirkan fotocopy piagam Satuan Kredit ekstra-Kurikuler (SKEM), dengan
jumlah 100%
9. Melampirkan pas fhoto warna terbaru ukuran 3x6 dan 4x6 sebanyak 6 (enam)
lembar dengan beground biru muda dengan kriteria sebagai berikut:

a. Laki-laki : Pas foto tanpa tutup kepala menggunakan


almamater IAI Nusantara Batang Hari .
b. Perempuan : Pas foto memakai jilbab putih dan memakai
almamater IAI Nusantara Batang Hari .
10. Menyerahkan semua fotocopy referensi buku yang dikutip dan dijilid menjadi
satu bundel

45
46

11. Pada saat ujian skripsi, mahasiswa di anjurkan untuk membawa kumpulan
fotocopy semua referensi seperti pada point 10 di atas, atau membawa semua
referensi yang dikutip.

12. Segala persyaratan tersebut diserahkan ke bagian akademik untuk untuk di cek
kelengkapannya, mulai dari kelengkapan lampiran skripsi, sampai dengan
kelengkapan persyaratan ujian. Jika skripsi dan segala persyaratan ujian
tersebut belum lengkap, maka akan dikembalikan kepada mahasiswa yang
bersangkutan untuk dilengkapi.
13. Setelah persyaratan ujian dinyatakan sudah lengkap, maka skripsi tersebut
sudah dapat dijadwalkan untuk diujikan atau sidangkan.

B. Tim Penguji Ujian Skripsi


Dalam ujian skripsi atau sidang munaqasyah, dilingkungan Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari
terdapat 6 (enam) orang, diantaranya :
1 (satu) orang Ketua sidang, 2 (dua) orang penguji, 2 (dua) orang pembimbing, dan
1 (satu) orang sekretaris sidang.
Ketua sidang bertugas memimpin sidang ujian skripsi yang mewakili unsur
Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari seperti: Rektor, Pembantu Rektor,
ketua Jurusan dan Dekan Fakultas
Penguji I dan penguji II dalam ujian skipsi atau sidang munaqasyah adalah
dari unsur Dosen Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari yang telah
memenuhi syarat, baik dari segi kualifikasi akademiknya maupun dari segi
kepangkatan dosennya.
Pembimbing I dan pembimbing II dalam ujian skipsi atau sidang
munaqasyah adalah dari unsur Dosen Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari
yang telah ditetapkan oleh Rektor Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari.
dengan surat penunjukan dosen, pembimbing ini juga harus memenuhi syarat, baik
dari segi kualifikasi akademiknya maupun dari segi kepangkatan dosennya.
Untuk sekretaris sidang dalam ujian skripsi adalah unsur Karyawan yang
ditunjuk oleh Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari yang telah memenuhi syarat dan dianggap mampu untuk
47

menjadi sekretaris sidang dalam ujian skripsi.

C. Proses Ujian Skripsi


Proses ujian skripsi pada Institut Agama Islam Batang Hari diawali dengan
pembukaan sidang oleh pimpinan sidang, kemudian pimpinan sidang memberikan
waktu kepada mahasiswa untuk menyampaikan sinopsis skripsinya selama 10–15
menit. Presentasi wajib menggunakan power point melalui infokus dengan laptop
yang disiapkan oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Adapun unsur yang harus disampaikan dalam presentasi skripsi yaitu judul
skripsi, motto dan kaitannya dengan isi skripsi, latar belakang masalah (grand tour),
rumusan maslaah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan masalah, teori yang
ditekankan dalam variabel judul, metode pengumpulan dan analisa data,
kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi (jika ada).
Setelah mahasiswa mempresentasikan skripsinya, pimpinan sidang akan
membuka pertanyaan yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian serta
kesimpulan yang diperoleh. Setelah itu pimpinan sidang akan memberikan alokasi
waktu lebih kurang 30 menit kepada penguji I, penguji II, dan selanjutnya kepada
pembimbing dengan alokasi waktu relatif sama.

D. Standar Kelulusan Ujian Skripsi


Hasil ujian diukur melalui standar kelulusan, bentuk-bentuk kelulusan skripsi
di lingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari yaitu sebagai berikut :
1. Lulus Murni
Peserta ujian sripsi yang dinyatakan lulus murni dalam ujian, apabila yang
bersangkutan dapat menyampaikan atau menuangkan kriteria standar kelulusan
ujian skripsi dengan baik dan sempurna (memiliki koheran dan relevan dengan
judul).
2. Lulus Bersyarat
Peserta ujian skripsi yang dinyatakan lulus bersyarat dalam ujian, apabila
yang bersangkutan menyampaikan atau menuangkan kriteria standar kelulusan
dalam bentuk skripsi dengan kurang baik dan kurang sempurna (kurang memiliki
48

koheren dan relevan dengan judul).


Mahasiswa yang dinyatakan lulus bersyarat ini akan diberikan kesempatan
satu kali lagi untuk mengikuti ujian ulangan setelah segala penyebab kegagalan
tersebut telah diperbaiki, dan mahasiswa tersebut dibebankan untuk membayar
setengah dari pembayaran ujian skripsi. Apabila yang bersangkutan tetap tidak
dapat menunjukkan kemampuan minimal untuk diluluskan, maka kepada
mahasiswa tersebut akan diberikan sertifikat atau surat keterangan saja.
3. Tidak Lulus
Peserta ujian skripsi yang dinyatakan tidak lulus dalam ujian, apabila yang
bersangkutan menyampaikan atau menuangkan kriteria standar kelulusan dalam
bentuk skripsi dengan tidak baik dan tidak sempurna (kurang memiliki koheren dan
relevan dengan judul).
Peserta ujian skripsi yang juga terbukti melakukan plagiat atau bukan karya
sendiri (dibuat oleh orang lain), maka ujiannya tidak diluluskan dan mahasiswa
tersebut harus meneliti kembali dan kepada mahasiswa tersebut dibebankan untuk
membayar penuh ujian skipsi selanjutnya.

E. Acuan Penilaian Ujian Skripsi


Acuan penilaian ujian skripsi atau sidang munaqasyah pada Agama Islam
Nusantara Batang Hari adalah Sebagai Berikut :

N Besar Nilai
Materi yang dinilai Bobot Ket
O Penilaian Rata-rata
1 Isi 35 %
2 Bentuk dan Metode 20 %
Cara
3 20 %
Mempertahankan
4 Penyajian 10 %
5 Komprehensif 15 %
Jumlah 100 %
BAB VII
PENUTUP

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya pedoman penulisan skripsi


dalam lingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari telah selesai disusun, dengan harapan adanya buku
pedoman penulisan skripsi dilingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan
Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari ini dapat menjadi pedoman bagi
mahasiswa untuk menulis skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
dalam Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan, untuk dosen pembimbing semoga
dapat menjadi acuan dalam membimbing mahasiswa dalam penyelesaian skripsi.
Penyusun yakin dalam buku pedoman penulisan skripsi dilingkungan
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang
Hari masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu yang belum diatur tentang
penulisan skripsi dalam buku pedoman ini merujuk kepada buku Pedoman
Penulisan Skripsi dalam lingkungan Kopertais Wilayah XIII Jambi
Demikian, semoga buku ini bermafaat adanya.

49
SUMBER RUJUKAN

Anonim. Penduan Penelitian Karya Ilmiah (Proposal, Tesis dan Disertasi),


Jambi: Program Pascasarjana IAIN Sulyhan Thaha Saifuddin ,2014.

Abimanyu, S., & Samad, S. (Eds), 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

Austin, Ann E. & Baldwin, R.G., (1991). Faculty Collaboration: Enhancing the Quality
of Scholarship and Teaching. Washington: The George Washington University
Kopertais Wilayah XIII Jambi, Pedoman Penulisan Skripsi mahasiswa di Lingkungan
Kopertais Wilayah XIII Jambi, Jambi, 2013

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: Referensi (GP Pres
Group), 2013

-----------. 1982. “Developing Hypothesis About Classroom from Teachers Practical


Construct: An Account of The Work of the Ford Teaching Project”. The Action
Research Reader. Geelong Victoria: Deaking University

50
LAMPIRAN-LAMPIRAN

50
51
49

Lampiran 1 : Format Pengajuan Judul Proposal Skripsi

Batang Hari,… ............20..


Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pengajuan Judul Proposal Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FPIK IAI Nusantara Batang Hari
di -
Batang Hari
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah pada Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari, dengan ini saya
Nama :
NIM :
Prodi :
Semester/Lokal :
Tahun Akademik :
Alamat :
Telpon/HP :
Mengajukan judul proposal skripsi sebagai berikut :
1. ……………………………………………………
2. ……………………………………………………
3. ……………………………………………………
Demikian atas perkenan dan persetujuan Bapak, saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. W
Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pemohon,

_________________ _________________
NIDN.. NIM.
50

Lampiran 2 : Format Halaman Judul/Cover

………………………….. Judul ………………………….. FONT I4


……………………………………………………… 1 SPASI
………………………………………

SKRIPSI/PROPOSAL SKRIPSI Font 16

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh FONT I4


Gelar Sarjana Strata Satu 1 SPASI
Program Studi.......................

Oleh :

NAMA FONT I4
NIM 1 SPASI

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM FONT I6


1 SPASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI FONT I3


1 SPASI

FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN ILMU KEGURUAN FONT I3


1 SPASI
TAHUN 2020 FONT I3
1 SPASI
51

Lampiran 3 : Format Absen Seminar Proposal Skripsi

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Judul Proposal : ………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………

Nama Tanda
No NIM Semester
Peserta Tangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Batang Hari,………20..
Pembimbing 1, Pembimbing 2, Notulen,
52

Lampiran 4 : Format Proposal Skripsi Penelitian Kualitatif

Halaman Sampul Depan


Halaman Judul
Daftar Outline

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah (grand theory dan grand tour)
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN


A. Landasan Teori
B. Penelitian yang Relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Triangulasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
53

Lampiran 5 : Format Proposal Penelitian Kuantitatif

Halaman Sampul Depan


Halaman Judul
Daftar Outline

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Maslah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI, KARANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Karangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
D. Penelitian yang Relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Hipotesis Statistik
F. Rencana dan Waktu Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
54

Lampiran 6 : Format Proposal Penelitian Kepustakaan (library research).


Halaman Sampul Depan
Halaman Judul
Daftar Outline

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI, MODEL TEORI/PEMIKIRAN DAN PENELITIAN


YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Model Teori/Pemikiran yang ditelaah
C. Penelitian yang Relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian
B. Sampel penelitian (sampel teoritis/buku yang digunakan)
C. Jenis dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisa Data
F. Verivikasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
55

Lampiran 7 : Format Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

HALAMAN SAMPUL DEPAN


JUDUL
DAFTAR OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Indentifikasi masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan masalah
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelian dan Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
H. Indikator Keberhasilan
I. Jadwal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
56

Lampiran 8 : Format Proposal Penelitian Tadris Bahasa Inggris

CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of Research
B. Research Problem
C. Limitations of the Research
D. Research Question or Hypothesis
E. Purpose and Significance of the Research

CHAPTER II LITERATUR REVIEWS


A. Description Theory
B. Relevan studies
C. Theoretical Frameworks
D. Research Hypothesis

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY


A. Research Type and Approach
B. Research Subject
C. Research Site and Access
D. Research Procedure
E. Data Collection Technique
F. Research Instrument
G. Data Analysis Technique
H. Indicators of Success
I. Research Schedule
57

Lampiran 9 : Format Pengesahan Judul

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

Batang Hari,… ............20..


Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pengesahan Judul dan Proposal Skripsi

Kepada Yth.
Sdr. (nama mahasiswa)
Mahasiswa IAI Nusantara
Batang Hari di -
Tempat.

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.


Bersama ini kami beritahukan bahwa judul dan proposal yang
saudara ajukan yang telah diseminarkan pada tanggal ……………
sudah dapat kami terima.
Adapun judul proposal skripsi tersebut sebagai berikut :
“………………………………………………………………………………
…………………………..……………………………………………………
…..”
Demikian disampaikan untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Dekan FPIK IAI,


Nusantara Batang Hari

………………….
NIDN.
58

Lampiran10 : Format Penunjukan Dosen Pembimbing

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

Batang Hari,… ........... 20..


Nomor :
Lampiran :-
Perihal : Penunjukan Dosen Pembimbing

Kepada Yth.
Bapak ……………………..
di -
Batang Hari
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Memperhatiakan surat pengesahan judul skripsi mahasiswa
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari :
Nama :
N I M/NIRM :
Prodi :
Semester :
Judul Skripsi :
Maka dengan ini kami menunjuk Bapak/Ibu untuk bertindak
sebagai Dosen Pembimbing dalam penyelesaian skripsi mahasiswa
tersebut diatas, dengan susunan sebagai berikut :
Pembimbing I :
Pembimbing II :
Demikian, atas kesediaan dan perkenannya perkenan
diucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Dekan FPIK IAI,
Nusantara Batang Hari
………………….
NIDN.
59

Lampiran 11 : Format Izin Riset

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

Batang Hari,… ................ 20..


Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Mohon Izin Mengadakan Riset/Penelitian

Kepada Yth.
Bapak (lembaga yang berwenang)
di -
Batang Hari
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami beritahukan kepada Bapak bahwa untuk
menyusun skripsi mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan
Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari atas nama:
Nama :
NIM :
Tempat/Tgl. Lahir :
Semester :
Tahun Akademik :
Judul Skripsi :
Maka dengan ini kami mohon bantuan Bapak dapatlah kiranya
memberikan izin kepada mahasiswa tersebut diatas untuk mengadakan
penelitian di .........................
Metode pengumpulan data: 1.
2. dst
Waktu yang diberikan mulai tanggal …………. s/d
………………..
Demikianlah atas perkenan Bapak sebelumnya kami haturkan terima
kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Dekan FPIK IAI,
Nusantara Batang Hari

………………….
NIDN.
60

Lampiran 12 : Format Penelitian Kualitatif


Halaman Sampul Depan
Halaman Judul
Nota Dinas
Pernyataan Orisinalitas Skripsi
Pengesahan
Motto
Abstrak
Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah (grand theory dan grand tour)
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Situasi dan Subjek Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Triangulasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi
B. Temuan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
61

D. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


62

Lampiran 13 : Format Penelitian Kuantitatif


Halaman Sampul Depan
Halaman Judul
Nota Dinas
Pernyataan Orisinalitas Skripsi
Pengesahan
Motto
Abstrak
Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Maslah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI, KARANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS PENELITIAN
DAN PENELTIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Karangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
D. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisa Data
E. Hipotesis Statistik
F. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
63

A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
D. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Uji Coba
Lampiran 2. Hasil Uji coba Instrumen
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian (variabel terikat dan data dari variabel bebas)
Lampiran 5. Pengujian Persyaratan Analisis
Lampiran 6. Penghitungan Besaran Statistik (Misal Koefisien korelasi, koefisien
jalur, muatan faktor
Lampiran 7. Pengujian Hipotesis (perhitungan uji statistik, hasil dan simpulan)

Proses pengolahan data diperbolehkan dengan manual, exel, SPSS atau


gabungan dari ketiga macam alat tersebut.
64

Lampiran 14 : Format Penelitian Kajian Pustaka


Halaman Sampul Depan
Halaman Judul
Nota Dinas
Pernyataan Orisinalitas Skripsi
Pengesahan
Motto
Abstrak
Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
BAB II LANDASAN TEORI, MODEL TEORI/PEMIKIRAN DAN PENELITIAN
YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Model Teori/pemikiran yang ditelaah
C. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Sampel Penelitian
C. Jenis Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisa Data
F. Verivikasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI BUKU, VERIVIKASI DAN ANALISIS BUKU/PEMIKIRAN
A. Deskripsi Buku/Pemikiran Yang ditelaah
B. Verivikasi dan Analisis Buku/Pemikiran yang ditelaah
65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
D. Kata Penutup

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
66

Lampiran 15 : Format Penelitian Tindakan Kelas


Halaman Sampul
Depan Halaman Judul
Nota Dinas
Pernyataan Orisinalitas
Skripsi Pengesahan
Motto
Abstrak
Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
H. Indikator Keberhasilan
I. Jadwal Penelitian
67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
2. Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan Kelas
a. Siklus 1
b. Siklus 2
B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
68

Lampiran 16 : Format Penelitian Tadris Bahasa Inggris

Cover Page
Title Page
State of Originality Page
Legislation Page
Approval Page
Motto Page
Abstracts (Dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)
Dedication Page
Acknowledgements
Page List of Contents
List of Table
List of Figure
List of Appendices
BAGIAN INTI
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of Research
B. Research Problem
C. Limitations of the Research
D. Research Question or Hypothesis
E. Purpose and Significance of the Research

CHAPTER II LITERATUR REVIEWS


A. Description Theory
B. Relevan studies
C. Theoretical Frameworks
D. Research Hypothesis

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY


A. Research Type and Approach
B. Research Subject
C. Research Site and Access
D. Research Procedure
E. Data Collection Technique
F. Research Instrument
G. Data Analysis Technique
H. Indicators of Success
69

I. Research Schedule

CHAPTER IV RESEARCH RESULT AND DISCUSSION


A. Research Result
1. Description of Research Location
2. Description of Research Data
B. Discussion

CHAPTER V CONCLUSION AND SUGGESTION


A. Conclusion
B. Suggestion

BAGIAN AKHIR
Bibliography
Appendices
Biography
70

Lampairan 17 : Format Nota Dinas


NOTA DINAS
Pembimbing I : ………………………….
Pembimbing II : ………………………….
Alamat : Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari
Jln. Gajah Mada Teratai Batang Hari Batanghari – Jambi Telp.
(0743) 21749.

Kepada Yth.
Dekan FPIK IAI Nusantara Batang Hari
di –
Batang Hari

Assalamu‟alaikum, Wr. Wb.,


Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka kami berpendapat bahwa skripsi atas nama ……….
NIM…………yang berjudul………………………………………....
…………………………………………………….. telah dapat diajukan
untuk dimunaqasyahkan guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari.
Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut semoga dapat
diterima dengan baik.
Demikianlah, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Semoga bermamfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

……………….. ………………..
71

Lampiran 18 : Format Pengesahan Skripsi

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi atas nama…………………NIM………………… Prodi ……………… telah


dimunaqasyahkan oleh tim sidang munaqasyah Fakultas Pendidikan Islam dan
Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari dan telah diterima sebagai
bagian dari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam FPIK.

Mengetaui, Batang Hari, 20..


Rektor,
Dekan,

…………………………... ………………………….

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

………………………….. …………………………..

Penguji I, Pembimbing I,

………………………….. …………………………..

Penguji II, Pembimbing II,

………………………….. …………………………..
72

Lampiran 19 : Susunan Kata Pengantar

1. Bapak………….. Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Batanghari


2. Bapak …………..Rektor Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari
3. Bapak………….. Wakil Rektor I Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang
Hari
4. Bapak………….. Wakil Rektor II Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang
Hari Bapak………….. Wakil Rektor III Institut Agama Islam (IAI) Nusantara
Batang Hari
5. Ibu.......................Dekan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan
6. Bapak……………Wakil Dekan
7. Bapak………….. Kabag Administrsi, Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan
(AUAK) Institut Agama Islam (IAI) Batang Hari
8. Bapak………….. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama
Islam (IAI) Batang Hari (Jika Prodi PAI)
9. Ibu………….. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Institut
Agama Islam(IAI) Batang Hari (Jika Prodi MPI)
10. Ibu………….. Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Institut
Agama Islam(IAI) Batang Hari (jika Prodi PIAUD)
11. Bapak............ Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI) Institut Agama Islam
(IAI) Batang Hari (Jika Prodi TBI)
12. Dosen Pembimbing I Bapak ………………….. (nama Dosen yang
membimbing)
13. Dosen Pembimbing II Bapak ………………… (nama Dosen yang
membimbing)
14. Dosen dan Karyawan/Staf Institut Agama Islam(IAI) Batang Hari
15. Kepala Desa (Jika Penelitian di desa) Kepala Sekolah (Jika Penelitian di
sekolah) dan orang-orang yang membantu dalam proses penelitian.
73

Lampiran 20 : Format Pernyataan Orisinilitas Skripsi

PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NIM :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jurusan/Prodi :
Alamat :

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul


“masukkan judul skripsi di sini” adalah benar karya saya sendiri, kecuali kutipan-
kutipan yang telah saya sebut sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka
saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai hukum yang berlaku di Indonesia dan
ketentuan yang berlaku di Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh
melalui skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan seperlunya.

Batanghari,… .................. 20..


Penulis,

Materai
6000
Nama Lengkap
NIM
74

Lampiran 21 : Format Curiculum Vitae

CURRICULUM VITAE

A. Imformasi Diri

Nama :
NIM :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jurusan/Prodi :
Alamat :

B. Riwayat Pendidikan

No Jenjang
Tempat Tahun Tamat
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

C. Pengalaman Kerja/Organisasi/Latihan/Seminar

No Jenis Pengalaman Tempat Tahun


1.
2.
3.
4.
5.
6.
75

Lampiran 22 : Format Rencana dan Jadwal Penelitian

Tahun 2016

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Studi
1 pendahuluan
(grand tour)

Pengajuan
judul
2 Proposal
Skripsi

Pembuatan
Draf Proposal
3 Skripsi

Konsultasi
4 Pembimbing
Seminar
5 Proposal
Skripsi

Revisi Draf
6 Proposal
setelah
Seminar

Pengesahan
7 Riset Penelitian

Penelitian
8 Lapangan/pe
ngumpulan data

Penulisan
9 draf skripsi
Konsultasi
10 Pembimbing/
perbaikan draf
skripsi

Pendaftaran
11 ujian
munaqasyah

Ujian
12 munaqoysah
Perbaikan
12 skripsi setelah
ujian

14 Penggandaa n

Penyerahan
15 skripsi
76

Lampiran 23 : Format Kartu Konsultasi Pembimbing

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

Nama :
NIM :
Jurusan/Prodi :
Judul :

Masalah yang Tanda


No Hari/Tanggal Keterangan
Dikonsultasikan Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Batang Hari,… ................20..


Pembimbing I/II,

.................................
77

Lampiran 24 : Format Bukti Penyerahan Skripsi

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANGHARI
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian 36612, Telp. (0743) 21749-21702 Website: www.iainbatanghari.ac.id

BUKTI PENYERAHAN SKRIPSI

Skripsi atas nama ……………..NIM………dengan judul “…………….” Sudah


diterima dengan baik oleh :

Tanda
No Tanggal Nama Jabatan Jumlah Ket
Tangan
1 Ket. Sidang 1 eks skripsi
2 Penguji I 1 eks skripsi
3 Penguji II 1 eks skripsi
4 Pembimbing I 1 eks skripsi
Pembimbing II 1 eks skripsi
5
Perpustakaan 1 eks skripsi
6
+ VCD

Batang Hari, …............, 20......


Kabag. AUAK,

........................................
78

Lampiran 25 : Susunan Halaman Depan dan Lampiran belakang


SkripsiHalaman Depan

1. Halaman Sampul Depan


2. Halaman Judul
3. Nota Dinas
4. Pernyataan Orisinalitas Skripsi
5. Pengesahan
6. Motto
7. Abstrak
8. Persembahan
9. Kata Pengantar
10. Daftar Isi
11. Daftar Tabel
12. Daftar Gambar
13. Daftar Lampiran
B. Lampiran Belakang
1. Daftar Pustaka
2. Instrumen Pengumpulan Data (IPD)
3. Daftar Responden dan Informen
4. Surat Pengajuan Judul Skripsi
5. Surat Pengesahan Judul Skripsi
6. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi
7. Absen Seminar Proposal Skripsi
8. Surat Pengantar Izin Riset
9. Surat Izin Riset Penelitian
10. Kartu Konsultasi Pembimbing I
11. Kartu Konsultasi Pembimbing II
12. Surat Keterangan dari Tempat Penelitian
13. Ijazah Terakhir dan Transkip Nilai
14. Sertifikat Silmaru
15. Sertifikat PPL
16. Sertifikat KUKERTA
17. Curiculum Vitae
79

Lampiran 26 : Format Pedoman Transliterasi Arab-Latin

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penulisan Skripsi ini


berpedoman pada surat keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal,
22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Nama
Nama Huruf Latin
Arab
Tidak
‫ا‬ Alif Tidak ditambahkan
ditambahkan

‫ب‬ Bā‟ B -

‫ت‬ Tā T -

‫ث‬ Sā Ṡ s (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jīm J -

‫ح‬ Hā‟ Ḥ h (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Khā‟ Kh -

‫د‬ Dāl D -

‫ذ‬ Zāl Ż z (dengan titik di atas)

‫ر‬ Rā‟ R -

‫ز‬ Zā‟ Z -

‫س‬ Sīn S -

‫ش‬ Syīn Sy -
80

‫ص‬ Sād Ṣ S (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Dād Ḍ D (dengan titik di bawah)

‫ط‬ Tā‟ Ṭ T (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Zā‟ Ẓ Z (dengan titik di bawah)

‫ع‬ „Aīn „ Koma terbalik di atas

‫غ‬ Gaīn G -

‫ف‬ Fā‟ F -

‫ق‬ Qāf Q -

‫ك‬ Kāf K -

‫ل‬ Lām L -

‫م‬ Mīm M -

‫ن‬ Nūn N -

‫و‬ Wāwu W -

‫ه‬ Hā‟ H -

‫ء‬ Hamzah „ Apostrof

‫ي‬ Yā‟ Y -

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

‫متعدّدة‬ Ditulis Muta‟addidah

‫عدّة‬ Ditulis „iddah


81

III. Ta’ Marbūtah di Akhir Kata


a. Bila dimatikan huruf h

‫حكمة‬ Ditulis Ḥikmah

‫جزية‬ Ditulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap
kedalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
b. Bila ta‟ marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h

‫األولياء كرامة‬ Ditulis Karāmah al-auliyā‟

c. Bila ta‟ marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t

‫الفطر زكاة‬ Ditulis Żakāt al-fitr

IV. Vokal Pendek

َ
-------- -------- Fathah Ditulis A

--------َ-------- Kasrah Ditulis I

--------َ-------- Dhammah Ditulis U

V. Vokal Panjang
Fathah + Alif Ditulis ā
1 Jāhiliyah
‫جاهلية‬ Ditulis

Fathah + Ya‟ mati Ditulis ā


2
‫تنسى‬ Ditulis Tansā
82

Kasrah + Ya‟ mati Ditulis ī


3
‫كريم‬ Ditulis Karīm

Dhammah + Wawu mati Ditulis ū


4
‫فروض‬ Ditulis Furūd

VI. Vokal Rangkap


Fathah + Ya‟ mati Ditulis ai
1
‫بينكم‬ Ditulis Bainakum

Fathah + Wawu mati Ditulis au


2
‫قول‬ Ditulis Qaul

VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof

‫أأنتم‬ Ditulis a‟antum

‫أعدت‬ Ditulis u‟idat

VIII. Kata Sandang Alif+Lam


a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

‫القرآن‬ Ditulis al-Qur‟ān

‫القياس‬ Ditulis al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah


yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf I (el)-nya.

‫السماء‬ Ditulis as-samā‟

‫الشمس‬ Ditulis asy-syams


83

IX. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat


Ditulis menurut bunyi dan pengucapannya.

‫الفروض ذوى‬ Ditulis Zawi al-furūd

‫السنة اهل‬ Ditulis Ahl as-sunnah


84

Lampiran 27: Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya. Surakarta. Kementertian Agama RI.


2014.

_______. Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional.

_______. Panduan Skripsi FPIK IAI Nusantara Batang Hari. Tahun 2020.

Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. 2011.

Ahmad Pramudya S Indra soefandi. Strategi mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak.


Jakarta:Bee media. 2009.

Alfitriani Siregar. Metode Pengajaran Bahasa Inggris Anak Usia Dini. Medan:
Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah Aqli. 2018.

Arinda Firdianti. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan


Prestasi Belajar Siswa. Yogyakarta: Gre Publishing. 2018.

Diana Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup. 2010.

Dewi Apriani. Implementasi Pembelajaran sentra persiapan pada anak kelompok


bermain di PAUD terpadu Zaki‟s Club Gemolong tahun ajaran 2015/2016.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah. 2016.

Eko Sugiarto. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.


Yogyakarta: Suaka Media. 2015.

Fatih Mas‟udah. peran sentra persiapan dalam mengembangkan kecerdasan


matematis logis pada anak kelompok A di RA Masithoh Kebumen Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2016/2017. Skripsi. IAIN Salatiga.
2017.

Hamid Patilima. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2011.

Helmawati. Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2015.

Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.

https://www.merdeka.com/uang/ini-pandangan-menteri-sri-mulyani-soal-bitcoin- yang-
tengah-happening.html
85

Lampiran 28: Abstrak

ABSTRAK

Emiria Pransiska, Korelasi antara Kedisiplinan dengan Motivasi Belajar di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari, Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari, Tahun 2020.
Kedisiplinan tentu saja membentuk karakteristik siswa ke arah yang lebih baik seperti
adanya perubahan motivasi siswa dalam pelaksanaan pendidikan. Karena motivasi
merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam pelaksaan pembelajaran di lembaga
pendidikan, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
korelasi antara kedisiplinan belajar dengan motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian Kabupaten Batanghari kemudian tujuan penenelitian ini untuk mengetahui
korelasi antara kedisiplinan dengan motivasi belajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara
Bulian Kabupaten Batanghari.
Penelitian kuantitatif termasuk penelitian deskriptif, yang mendeskripsikan sesuatu
dengan statistik atau dengan angka-angka dan analisis untuk mencari jawaban dari rumusan
masalah suatu penelitian, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi MAN
1 Muara Bulian Kabupaten batanghari, 100 orang/responden siswa/siswi kelas x MAN 1
Muara Bulian Kabupaten batanghari, hipotesis yang digunakan adalah analisis korelasi
sederhana yaitu antara Ha dan Ho.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rhitung = 0,977 yang berada pada arah positif
dengan interprestasi nilai r pada interval 0,80 – 1,00 sehingga tingkat hubungan antara
variabel (X) dan variabel (Y) dikategorikan memiliki hubungan yang sangat kuat. Uji signifikan
koefisien korelasi menunjukkan bahwa rtabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,38. Dengan
demikian berarti rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikan 5% dengan kata Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan
motivasi belajar.

Kata kunci: Kedisiplinan belajar, motivasi belajar


Contoh Penelitian Kualitatif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah sebagai salah satu bagian sistem pendidikan nasional tentu
memerlukan perhatian dan pengelolaan secara serius. 1 Kepemimpinan sebagai salah
satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Dalam hal ini kepeimpinan dapat berperan didalam melindungi beberapa
isu pengaturan organisasi yang tidak tepat.2
Kepala sekolah merupakan jabatan strategi dalam penyenggaraan
pendidikan. Kemajuan sekolah sangat tergantung pada sosok pemimpinnya, yakni
kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus
mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang
diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya.3
Pemimpinan pendidikan dalam hal ini adalah kepala sekolah sebagai
seorang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
di lembaga pendidikan, harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk
membangkitkan semangat kerja personal. Seorang pemimpin juga harus mampu
menciptakan iklim suasana yang konduktif, aman , nyaman, tentram, menyenangkan
dan penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para pelajar. Sehingga
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
Ditengah persaingan global, pendidikan memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada anak didik untuk tumbuh kembang sesuai potensi, bakat, minat dan
kesanggupannya . memnyelenggarakn pendidikan yang mempemperlakukan anak
dengan ramah, yang memanusiakan anak, yang memnuhi hak anak. Hal tersebut
akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini bukanlah

1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal.20
2
Ibid., hal.15
3
Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal.181
1
2

suatu hal yang mudah untuk diwujudkan.karena itu peningkatan penyelanggaraan


pendidikan ank usia dini sangat memegang peran penting untuk kemajuan pendidikan
dimasa akan datang.
`Paradigma baru dalam penyelenggaran akreditasi sekolah dan madrasah
tidak lagi membedakan antar lembaga negeri dan swasta serta mendayagunakan
keterlibatan masyarakat dengan menjunjung prinsip keterbukaan dan akuntabilitas,
sebagaimana yang di amanatkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Akreditasi sekolah dan madrasah diselenggarakan atas
dasar pertimbangan bahwa upaya meningkatkan kualitas sekolah dan madrasah
adalah upaya meningkatkan kualitas para lulusannya, sehingga dapat memeliki basis
ilmu pengetahuan dan moral yang diperlukan dalam menghadapi masa depan.
Syaiful Sagala mengutif dalam buku Edmonds tentang sekolah yang
berhasil di New York menunjukkan bahwa tidak akan dijumpai sekolah yang baik
dipimpin oleh kepala sekolah yang mutunya rendah. Sekolah yang baikakan selalu
memiliki kepala sekolah yang baik pula.4. Sehingga dengan sendirinya kualitas
pendidikan ikut meningkat. Sebagaimana Firman Allah dalam surat As-saff ayat 4
yang berbunyi:
‫ىص‬
ٞ ‫ص‬ُ ‫ن َّه ۡز‬ٞ َ‫ص ّٗفّا كَأَنَّ ُهن بُ ۡن َٰي‬ َ ‫ٱَّللَ ي ُِحبُّ ٱلَّذِينَ يُ َٰقَتِلُىنَ فِي‬
َ ‫س ِبي ِلِۦه‬ َّ ‫ِإ َّن‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berjuang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.( Q.S As-saff Ayat 4)5
Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk mewujudkan sebuah lembaga yang
berkualitas, seorang pemimpin harus mampu bekerja sama dengan anggota di dalam
lembaga tersebut. Memiliki soliditas tim ketepatan mengukur dan mengetahui
kekuatan dan tantangan, bersungguh dan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan
berjuang, serta memiliki anggota yang solid. Guna mencapai tujuan secara efektif dan
efesien.
Upaya Merupakan suatu usaha sebuah lembaga untuk mencapai suatu
tujuan sesuai dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi serta
kemampuan dan sumber daya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

4
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung: AlFabeta,
2010), hal. 90
5
Anonim, Al-Quran dan Terjemahannya, Op.Cit., hal. 551
3

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan memegang peranan yang sangat
penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak terutama pada pendidikan
anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan
kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan Taman
Kanak-kanak sangat memegang peranan penting untuk dijadikan cermin kemajuan
pendidikan dimasa yang akan datang.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan adanya sebuah proses kegiatan
evaluasi, yang mana saat ini akreditasi menjadi tolak ukur kualitas sebuah
pendidikan. Saat ini Pemerintah kementrian dan kebudayaan melalui dikrektorat
jendral pendidikan anak usia dini menghimbau kepada seluruh lembaga pendidikan
taman kanak-kanak dan kelompok bermain pada tahun 2020 semua sudah
terakreditasi. Tak terkecuali dengan Taman kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
Berdasarkan grand tour penulis di sekolah Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas
Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari bahwa kepala
sekolah berupaya meningkatkan pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa
Singkawang dengan meningkatkan akreditasi sekolah, dimana nilai akreditasi sekolah
sebelumnya mendapat predikat C ingin meningkat menjadi B. Dalam hal ini kepala
sekolah sudah meningkatkan kualitas pendidikan sesuai bidang yang diampu,
melengkapi administrasi sekolah. Namun penulis masih menemukan 1). Adanya
sarana dan prasarana yang kurang memadai, adapun sarana dan prasarana yang
kurang memadai berupa Alat Permainan Edukatif (APE) 2). Ruang belajar yang
masih sempit. 3). Menurunnya peserta didik pada tahun 2018/2019 4). Belum adanya
Operator guna membantu dalam hal administrasi sekolah sehingga akreditasi sulit
untuk dinaikkan. Tentu saja hal ini penulis menarik untuk mencari tahu lebih jauh
bagaimana bentuk upaya yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan
akreditasi, sehingga kedepannya menciptakan sekolah yang berkualitas. 6 Dalam
penulisan ini penulis mengangkat sebuah penelitian yang berjudul ”UPAYA KEPALA

6
Observasi, TK Al-Ikhlas Desa Singkawang, tanggal 20 September 2018
4

SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN AKREDITASI TK AL-IKHLAS DESA


SINGKAWANG KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI ”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi TK Al-Ikhlas
Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari ?
2. Apa kendala kepala sekolah meningkatkan akreditasi TK Al-Ikhlas Desa
Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari ?

C. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjawab permasalahan yang
akan diteliti, serta untuk mengatasi keterbatasan waktu dan kemampuan, penelitian
ini peneliti memfokuskan pada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai Berikut:
a. Untuk mengetahui kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi Taman Kanak-
kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang
Hari
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi kepala sekolah meningkatkan akreditasi
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.

2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi keguanaan dalam penelitian ini adalah sebagai Berikut :
a. Untuk memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam upaya kepala sekolah
meningkatkan akreditasi Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
5

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan.


c. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S.1) dalam Ilmu Manajemen Fakultas Tarbiyah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori
Setiap penulisan karya ilmiah selalu disertai dengan teori-teori, hal ini
dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan bagi peneliti agar setiap langkah yang
dilakukannya terkontrol dari berbagai penyimpangan dengan segera dapat diatasi
sehingga nilai ilmiah dan objektif penelitan terjamin.
1. Upaya Kepala sekolah
Kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki seni atau
kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan individu–
individu supaya timbul kerja sama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan atau dirumuskan.
Kemudian Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan
dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan pembelajaran
agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif demi mencapai
tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. 7
Kepemimpian memiliki pengertian sebagai kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan kepemimpanan
nya sehingga bawahan dapat bergerak sesuai yang diinginkan dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur
tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan merupakan hal semu dari
kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun pemimpin itu adalah bagian dari
anggota itu sendiri.8 Sikap pimpinan dan keterampilan yang dimiliki kepala sekolah
harus berjalan secara efektif akan mempengaruhi didalam dirinya bila menginginkan
kelanjutan bagaimana pemimpin mempengaruhi personal yang ada disekolah.
Perilaku pemimpin dapat berorientasi pada tugas keorganisasiannya ataupun pada
hubungan dengan anggota kelompoknya. Adapun prilaku kepemimpinan struktur
tugas dengan ciri-ciri sebagai berikut:

7
Hendyat Soetopo, et.al, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 2014), hal.4
8
Minnah El Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah ( Bandung:
Alfabeta, 2012), hal. 45
6
7

a. Mengutamakan tercapainya tujuan bahwa pemimpin mengarahkan bawahannya


melalui tugas-tugas yang harus dikerjakan bawahannya kearah pencapaian tujuan
yang harus dicapai.
b. Pemimpin lebih mementingkan ketercapaian dari sisi produksi atau layanan yang
tinggi.
c. Tugas pimpinana pada bawahan lebih bnyak pada proses pengarahan pekerjaan,
tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan pada bawahan.
d. Proses kegiatan yang dilakukan oleh bawahan dan segala aktifitas bawahan
dilakukan pengawasan ketat oleh pemimpin.
e. Penilaian dilakukan oleh pemimpin atas tugas dan tanggung jawab bawahan
dilakukan semata-mata berdasarkan hasil yang telah dikerjakan.9
Pelaksanaan manajemen sekolah, baik yang konvensial maupun yang
menggunakan pendekatan berbasis sekolah, akan dapat berhasil dan berjalan
dengan baik jika didukung kepemimpinanan kepala sekolah yang fungsional mampu
berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah
harus mampu menjadi manajer yang efesien dan pemimpin yang efektif. Kepala
sekolah tidak hanya mengelola sekolah dalam maknastatis, melainkan menggerakkan
semua potensi yang berhubungan langsung atau tidak bagi kepentingan proses
belajar mengajar. Kegagalan kepala sekolah menciptakan kondisi pembelajaran yang
efektif dan efesien akan berdampak pada mutu prestasi dan masa depan peserta
didik.10
Upaya adalah suatu usaha, akal, ikhtiar, untuk mencapai suatu maksud
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan lain sebagainya. Upaya merupakan
usaha seseorang untuk menyampaikan maksud atau keinginan kepada orang lain,
sehingga orang tersebut mengerti dan paham apa yang dimaksud baik lisan maupun
tulisan.
Upaya kepala sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh kepala
sekolah untuk meningkatkan akreditasi sekolah. Kinerja kepala sekolah adalah unjuk
kerja, prestasi kerja, atau hasil pelaksanaan kerja kepala sekolah. Kinerja kepala
sekolah merupakan tingkatan dimana kepala sekolah menyelesaikan pekerjaan

9
Ibid., hal. 48
10
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformal Kepala Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), hal.13
8

sesuai dengan syarat yang telah ditentukan, hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik
bersifat fisik/material atau non fisik/non material dalam suatu tenggang waktu
ditentukan.11
Kepala sekolah itu seorang tenaga fungsional guru yang diberikan untuk
memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan
pelajaran dan peserta didik yang menerima pembelajaran. Kata memimpin
mengandung makna yang luas yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala
sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara
maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepala sekolah berperan sebagai pemikir dan pengembangan yang tugas
utamanya adalah memikirkan kemajuan sekolah. Menurut sutrisno sebagai menejer,
kepala sekolah setidaknya harus mampu melaksanakan tujuh kegiatan kepala
sekolah , ketujuh kegiatan tersebut adalah berikut ini:
a. Mengadakan prediksi, yaitu membuat perkiraan-perkiraan tentang masa. Yang
akan datang, misalnya tentang kualitas yang dituntut oleh masyarakat berdasarkan
fakta dan perubahan yang terjadi.
b. Melakukan inovasi, dari prediksi tersebut, kepala sekolah dituntut untuk melakukan
inovasi terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah.
c. Menciptakan strategi atau kebijakan untuk mengsukseskan pikiran-pikiran inovatif.
d. Menyusun perencanaan sekolah, baik jangka panjang, menengah, maupun jangka
panjang.
e. Menemukan sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan sekolah.
f. Menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran yang relevan.
g. Melakukan pengendalian atau terkontrol terhadap implementasi program. 12
Kepala sekolah dituntut untuk profesional dan menguasai secara baik
pekerjaannya melebihi rata-rata personel di sekolah, serta memiliki komitmen moral
yang tinggi atas pekerjaannya sesuai kode etik profesinya. Sebagai pemimpin, kepala
sekolah merupakan subjek yang harus melakukan transpormasi kemampuannya
melalui bimbingan, tuntutan, pemberdayaan, atau ajuran kepada seluruh komunitas

11
Euis karwati, Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 83
12
Sudarman Danim, Op.Cit., hal. 29
9

sekolah untuk mencapai tujuan lembaga.


Kepala sekolah harus mempunyai visi dan misi, maka strategi menajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada manajemen pendidikan secara utuh
dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu
( MMT ) atau Total Quality Manajemen (TQM). Proses pencapaian mutu pada satuan
pendidikan tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya dan merupakan satu sistem yang saling mempengaruhi. Proses
pencapaian mutu satuan pendidikan melalui pemenuhan standar Nasional
pendidikan.13
Dalam pengembangan mutu sekolah yang pengelolaannya berbasis TQM ,
sangat jelas dibutuhkan tipe kepemimpinan yang memiliki visi kedepannya dengan
memperdayakan orang lain, berpenampilan unggul dan memiliki strategi yang tinggi
dalam memenuhi kegiatan kastemernya. Oleh karena itu kepemimpinan yang
bermutu tidak hanya berketerampilan yang tinggi saja akan tetapi juga harus memiliki
kriteria lainnya seperti visi, strategi dalam berupaya untuk memenuhi keinginan
pelanggannya dengan baik.
Kepemimpinan dalam TMQ harus memiliki kekuatan–kekuatan dalam visi
dan yang beranjak dari TMQ untuk organisasi yang dipimpinnya, memiliki komitmen
yang jelas dalam proses pengembangan mutu organisasi, membangun pola-pola
komunikasi dalam mengkomunikasikan setiap pesan-pesan dalam peningkatan mutu
kelembagaan, kebijakan dan langkah-langkah kegiatan organisasi tidak telepas dari
kebutuhan para kastemer organisasi baik pada tatanan internal maupun ekternal,
menyediakan saluran bagi kasremer dalam memperkuat kualitas yang diraih,
memimpin dlam pengembangan staf tidak menyalahkan orang lain dalam menyikapi
permasalahan, memiliki sikap dalam menyikapi permasalahan karena biasanya
permasalahan itu berasal dari kebijakan yang dibuat, memimpin inovasi dalam
organisasi, mendelegasikan kewenangan dalam sejumlah tanggung jawab kepada
bawahan.
Kajian tersebut mensiratkan bahwa pemimpin adalah satu diantara penentu
keberhasilan arah organisasi, pemimpin pendidikan dalam konteks mikro yaitu kepala
sekolah adalah kunci keberhasialan organisasi sekolah. Tanggung jawab kepala

13
Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenamedia Grup, 2013), hal.115
10

sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah sama besarnya dengan pemimpin


lainnya dalam bidang pendidikan pada level makro dan unit-unit kecil lainnya dibidang
pendidikan. Tugas dan tanggung jawab yang membedakan, berkaitan dengan fungsi
yang emban sebagai kepala sekolah. 14
Minnah El Widdah, Asep Suryana, Kholid Musyadad mengutip dalam buku
Udin S tentang ciri-ciri sekolah sekolah yang efektif adalah memiliki indikator sebagai
berikut:
a. Visi, misi dan target mutu harus dicapai sesuai standar yang ditetpakan secara
lokal ataupun global.
b. Mutu ouput pendidikan (akademik maupun Nono Akademik) yang selalu meningkat
tiap tahun.
c. Lingkungan sekolah yang aman, tertib dan menyenangkan anak.
d. Seluruh personil sekolah ( kepala sekolah, guru, staf, non guru, siswa) memiliki
visi, misi dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara optimal.
e. Melaksanakan program-program pengembangan staf yang kontinyu sesuai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
f. Sistem evaluasi yang kontinyu dan komperensif terhadap berbagai aspek
akademik san non akademik bagi kepentingan peningkatan mutu sekolah dan
mutu belajar siswa.
g. Dukungan dan partisipasi yang insetif dari masyarakat dan orang tua siswa. 15
Kepala sekolah akan berhasil dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya
bila memiliki keterampilan-keterampilan yang melekat dalam bentuk keterampilan
kepemimpinan, keterampilan dalam hubungan antar manusia, keterampilan dalam
kegiatan kelompok, keterampilan dalam administrasi personil, dan keterampilan
dalam penilaian dan keterampilan. Dan selain itu kepala sekolah harus mengetahui
fungsinya agar wewenang yang diberikan kepala sekolah dapat berjalan dengan
sebaiknya. Adapun fungsinya harus berkaiatan berikut:
a. Mengambil keputusan
b. Perencanaan sekolah
c. Pengembangan kurikulum
d. Penempatan personal sekolah
14
Minnah El Widdah, Op. Cit., hal.52
15
Ibid., hal. 65
11

e. Pemberdayaan kelembagaan sekolah


f. Pemberdayaan para pendidik
g. Moderensasi administrasi dan sarana prasarana sekolah
h. Pengembangan sistem pembelajaran
i. Pengembangan antar kerjasama antar lembaga pendidikan atau antar sekolah
dan lingkungan masyarakat
j. Pengembangan kekhasan sekolah
k. Pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan pengembangan sekolah.
Dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin, yaitu menggerakkan atau
memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah
pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh seorang
pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang
yang dipimpinan.16
Untuk menjalankan tugas jajajaran pemimpin pada dinas pendidikan
termasuk kepala sekolah memiliki gaya kepemimpimpian masing-masing yang sangat
mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya masing-
masing. Kegagalan dan keberhasilan banyaknya ditentukan oleh kepala sekolah,
karena kepala sekolah merupakan pengendalian dan penentu arah hendak ditempuh
oleh sekolah menuju tujuannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh siaganda bahwa arah
yang ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga
mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah
yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh
organisasi yang bersangkitan. Perumusan dan penentu strategi dan taktik adalah
pemimpin dalam organisasi tersebut.17
Peraturan menteri pendiidikan nasional nomor 13 tahun 2007 tentang
standar kepala sekolah yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial.18 Dan kepala sekolah harus melakukan upaya agar kedepannya lembaga
yang dipimpinnya dapat memajukan lembaga yang berkualitas, seperti meningkatkan

16
Euis karwati, Donni Juni Priansa, Loc.Cit.,
17
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasisi Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasinya (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2003), hal. 159
18
Ibid., hal.101
12

mutu pendidikan, meningkatkan kinerja guru di sekolah, meningkatkan motivasi kerja


dan melakukan supervisi serta mampu menjadi manajer administrasi sekolah.
Kemudian menjadi kepala sekolah mampu memperdayakan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan lancar serta menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat dan mampu bekerja sama dengan semua pihak
yang bersangkutan secara aktif sehingga nantinya berhasil mewujudkan tujuan
sekolah dan pendidikan secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah
ditentukan.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya
sekolah secara teknis dan akademis saja akan tetapi segala kegiatan, keadaan
lingkungan sekolah kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat
sekitar tanggung jawabnya pula. Inisatif dan kreatif yang mengarah pada
perkembangan dan kemajuan sekolah merupakan tugas dan wewenang kepala
sekolah. Namun demikian, dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi
kesulitan yang dialami sekolah diharapkan peran serta upaya seorang pemimpin
pendidikan dalam memperdayakan sumber daya yang ada di sekolah tersebut.
Khusunya sarana dan prasarana pendidikan.
2. Akreditasi Sekolah
Disetiap organisasi posisi dan peran pemimpin selalu sangat sentral. Maju
mundurnya organisai tergantung pada sejauhmana pemimpin mampu berimajinasi
memanjukan organisasinya, demikan pula dalam konteks sekolah sebagai organisasi.
Maka posisi kepala sekolah juga sangat dalam memajukan lembaga yang
dipimpinnya.
Akreditasi merupakan suatu pengadilan dari luar melalui proses evaluasi
tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan. Hasil akreditasi perlu diketahui
oleh masyarakat yang menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan
dalam menghasilkan produk atau jasa yang bemutu. Pelaksanaan akreditasi
perguruan tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional ( BAN ). 19
Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan UU No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, pasal 1 Ayat 22. Akreditasi adalah suatu bentuk

19
Syaiful Sagala, Loc.Cit.,
13

pengakuan pemerintah terhadap suatu lembaga pendidikan swasta. Salah satu


contoh akreditasi adalah akreditasi pada metode tes laboratorium dan sertifikasi
spesialis yang diperbolehkan mengeluarkan sertifikat resmi suatu yang telah memiliki
standar.
Akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian kualitas dengan
menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat terbuka. Akreditasi
sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan
komperehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk
menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap
kelayakan program pendidikan. Yang hasilnya diwujudkan dengan bentuk pengakuan
dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh lembaga yang mandiri dan
profesional.
Akreditasi merupakan suatu pengendalian dari luar melalui proses evaluasi
tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan. Tujuan akreditasi sekolah ialah
agar penyelenggaraan pendidikan pada semua lingkup mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan. Hal ini terkait dengan usaha pengembangan dan pembangunan
sitem pengendalian mutu pendidikan nasional yang dilakukan melalui standarisasi,
maksudnya sebagai penjaminan mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Kemudian evaluasi yang dilakukan dalam pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Hasil akreditasi perlu diketahui oleh masyarakat yang menunjukkan posisi
lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghasilkan produk atau jasa yang
bermutu. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh suatu badan independen yang
berwenang. Pelaksanaan akreditasi di lakukan oleh badan Akreditasi Nasional (
BAN).20
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 10 menyebutkan bahwa
sekolah perlu akreditasi karena :

20
Ibid., hal.115
14

a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan


pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri yang berwewenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbentuk.
Dengan demikian pelaksanaan akreditasi sekolah mempunyai maksud antara lain:
a. Untuk kepentingan pengetahuan yakni sebagai informasi bagi semua pihak
tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari unsur yang terkait, dengan
mengacu kepada standar yang ditetapkan secara nasional.
b. Kepentingan akuntabilitas yakni pertanggung jawaban sekolah kepada
masyarakat, apakah layanan yang diberikan sudah memenuhi harapan atau
keinginan mereka.
c. Kepentingan pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan yaitu sebagai dasar
bagi pihak terkait baik sekolah maupun masyarakat dalam melakukan pembinaan
dan peningkatan mutu sekolah.21
Dengan demikian hasil akreditasi diharapkan akan berguna sebagai berikut:
a. Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah/madrasah dan rencana
pengembangan sekolah.
b. Sebagai umpan balik dalam usaha memberdayakan dan pengembangan kinerja
warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan
program sekolah.
c. Motivasi sekolah agara terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap,
terencana dan kompetitif.
d. Bahan informasi sekolah meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat,
maupun sektor swasta secara personalisme, moril, tenaga, dan dana.
e. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kewenangan terhadap
penyelenggaraan sebagai penyelenggaran ujian nasional.
Adapun yang harus disiapkan oleh kepala sekolah dalam pelaksanaan
akreditasi yaitu sebagai :
a. Standar pencapaian perkembangan Anak

21
Ibid.,hal.115
15

1. Nilai agama dan moral


2. Kognitif
3. Fisik Motorik
4. Bahasa
5. Sosial emosional
6. Seni .22
b. Standar Isi
1. Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik, potensi, kondisi, dan
daya dukung yang dimiliki satuan.
2. Mengembangkan budaya lokal yang tercermin dalam kegiatan mainnyang
23
mencerminkan kearifan lokal serta termuat dalam kurikulum.
c. Standar Proses
1. Perencanaan dan persiapan dan pembelajaran .
24
2. Pelaksanaan proses pembelajaran.
d. Standar Pendidik dan Kependidikan
1. Pedagogik.
a) Memperlakukan anak sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristiknya.
b) Ketepatan menggunakan pendekatan/ metode pembelajaran yang menginspirasi
sesuai dengan taham perkembangan dan karakteristik anak.
c) Menyelnggarakan program pembelajaran melalui kegiatan main dan
memberdayakan semua potensi yang ada.
2. Kepribadian.
a) Menampilkan diri sebagai teladdan bagi peserta didik.
b) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa percaya diri.
3. Profesional
a) Kemampuan merencanakan program pembelajaran dan pembiasaan.
b) Kemampuan merencanakan program pembelajaran dan pembiasaan sesuai
dengan yang telah direncanakan
c) Kemampuan menilai proses dan hasil program pembelajaran dan pembiasaan.

22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 (
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini ), hal. 4
23
Ibid., hal.5
24
Ibid., hal. 6
16

d) Kemampuan menggunakan hasil penilaian, pengembangan dan evaluasi program


untuk kepentingan pengembangan anak usia dini.
4. Sosial.
a) Bersikap indusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.
b) Bekomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c) Beradaptasi dalam keanekaragaman sosial budaya bangsa indonesia.
d) Membangun komunikasi profesi. 25
e. Standar Sarana Dan prasarana
1. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan nilai agama dan moral.
2. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan Fisik motorik.
3. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan Bahasa.
4. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan kognitif.
5. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan sosial emosional.
26
6. Alat permainanan edukatif yang mengembangankan seni.
f. Standar Pengelolaan
1. Pengawasan .
2. Kemmitraan.27
f. Standar Pembiayaan
1. Pemasukan dan pengeluaran keuangan di catat.
2. Pengguanaan keuangan satuan PAUD sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibuat.28
g. Standar penilaian pendidikan
1. Melaksanakan penilaian harian yang berupa cheklis/hasil karya/ anekdot/sesuai
dengan pengamatan guru saat proses pembelajaran.
2. Mengkomunikasikan hasil penilaian perkembangan anak kepada orangtua . 29

Proses administrasi pada standar ini merujuk pada aktivitas pencapaian


tujuan. Proses tersebut diperlukan sebagai pendekatan yang berlaras dengan
karakteristik suatu organisasi yang memiliki visi, misi, fungsi, dan tujuan serta strategi
25
Ibid., hal. 9
26
Ibid., hal.12
27
Ibid., hal. 13
28
Ibid., hal. 14
29
Ibid., hal. 8
17

pencapaian. Admininisrasi hakikatnya merupakan suatu alat mengelola dan menata


sumber daya pendidikan seperti guru, tenaga administrasi, siswa, kurikulum, sarana
dan prasarana, siswa, tata laksana, pendidik, dan lingkungan pendidikan. 30
Administrasi untuk akreditasi di atas sangat banyak tapi apabila dibiasakan
untuk membuat dan dikerjakan tidak akan terasa dan terasa terbebani saat akan
menghadapi proses akreditasi. Karena administrasi tersebut merupakan administrasi
kegiatan sehari-hari, bulanan maupun tahunan.
Minnah El Widdah, Asep Suryana, Kholid Musyadad mengutip dalam buku
Margono sekolah yang bermutu adalah sekolah yang secara keseluruhan dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan (Masyarakat). Pendapat ini cukup
beralasan, karena terlalu banyak pengelolaan sekolah yang mengabaikan kepuasan
dan kebutuhan masyarakat, sehingga hasilnya pun tidak mampu untuk berkompetisi
guna meraih peluang dalam berbagai bidang khususnya menghadapi kondisi global
dimana sekolah diharapkan dapat berperan lebih efektif dalam mengembangkan
fungsinya.31
Untuk mencapai mutu sekolah yang efektif diperlukan dukungan dan
peranan kepala sekolah dan guru-guru yang efektif pula, sekolah yang sudah efektif ,
efesien dengan menjanjikan lulusan yang terbaik, dan sekolah dapat dikatakan
bermutu apabila sekolah tersebut dapat melakukan proses pendidikan yang
memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan (masyarakat).
Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai berikut: A
(amat baik ) B ( baik) C (cukup). Tujuan Akreditasi sekolah adalah agar
penyelenggraan pendidikan pada semua lingkup mengacu pada standar nasional
pendidikan dan dapat menentukan kelayakan program dalam satuan pendidikan non
formal atas dasar strandar nasional pendidikan dengan sifatnya terbuka. Hal ini terkait
dengan usaha pengembangan dan membangun sistem pengendalian mutu
pendidikan nasional yang dilakukan melalui standarisasi penjaminan mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Kegiatan akreditasi diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan
suasana yang konduktif bagi pengembangan pendidikan dan memberikan arahan
30
Minnah El Widdah, Op. Cit., hal. 62
31
Ibid., hal.66
18

untuk melakukan penjaminan mutu sekolah yang berkelanjutan serta terus berusaha
mencapai mutu yang diharapkan. Maka dari itu sangat diperlukan strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan akreditasi menjadi lebih baik sesuai standar ketentuan
yang berlaku.

B. Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohimin Setiawan. Strategi kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Akreditasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Sridadi kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari. Dimana dalam penelitiannya membicarakan tentang
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sama dengan peneliti yaitu
kepala sekolah ingin meningkatkan kualitas sekolah demi kemajuan sekolah.
Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu meningkatkan kualitas sekolah dengan
cara meningkatkan akreditasi sekolah berupa judul upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan akreditasi taman kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. 32

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sururi mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi Tahun 2015 yang berjudul Pengaruh Akreditasi sekolah terhadap peningkatan
mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Batang Hari dimana penelitian
tersebut membicarakan tentang Akreditasi Sekolah dan peningkatan mutu
pendidikan. Persamaannnya dengan peneliti yaitu sama-sama mempunyai strategi
masing-masing dan mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas
sekolah. Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu kepala sekolah berupaya
dalam bentuk akreditasi sedangkan peneliti Sururi Pengaruh Akreditasi di sekolah.
Dan peneliti mengambil judul Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kec. Muara Bulian Kab. Batang
Hari. 33

32
Rohimin Setiawan. Strategi kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Akreditasi Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sridadi kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari (Skripsi: STAI Muara Bulian. 2018)
33
Sururi, Pengaruh Akreditasi Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah
Atas Negeri 5 Batang Hari ( Skripsi: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Lokasi penelitian berada di Taman Kanak-Kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini tentang upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan akreditasi Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa
Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, yang berbentuk
deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan. Intrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

B. Situasi dan Subjek Penelitian


Penelitian ini di lakukan di Taman kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, peneliti memilih lokasi penelitian
dikarenakan lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti serta akreditasi yang
cukup pada Taman kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari.
Adapun subjek penelitian ini yaitu kepala sekolah dan guru sebagai informan
kunci (Key Informan) , sedangkan orangtua peserta didik sebagai informan tambahan
(responden). Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, deskriptif
kualitati adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan
terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. 34

C. Jenis Dan Sumber Data


1. Jenis Data
a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalu
digunakan orang yang tidak berhubungan lansung dengan penelitian yang
bersangkutan.35 Data primer ini disebut juga data asli, data baru, atau data yang
dijadikan pokok utama suatu penelitian (diperoleh lansung dari sumbernya), yaitu
kepala sekolah, guru, yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

34
Mukhtar, Metode Praktis Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), hal.10
35
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sultan Thaha Press, 2010), hal. 87
19
20

Data primer yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah data
mengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi Taman Kanak-
kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya bio statistik, majalah, koran keterangan-
keterangan atau publikasi lainnya. 36 Data sekunder ini adalah data yang dijadikan
sebagai pendukung dari data primer atau data yang diperoleh tidak secara langsung
dari sumbernya.
Dalam penelitian ini adalah data yang di ambil dari gambaran umum seperti
struktur organisasi, keadaaan guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana
sekolah dan sebagainya Taman Kana-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data tersebut disebut responden. Apabila penelitian menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda bergerak atau proses sesuatu.37
Sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang terdapat pada
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari. Yang meliputi kepala sekolah, guru, orangtua , arsip dan
peristiwa /kejadian.

D. Teknik pengambilan Data


1. Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah pemuatan semua objek dengan
menggunakan semua indera dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur
dengan penelitian, dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan terhadap hasil wawancara.38 Peneliti menggunakan metode ini untuk
melihat lapangan tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi

36
Ibid., hal. 91
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
hal.156
38
Ibid.,
21

Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian


Kabupaten Batang Hari.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk betukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.39 Wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan alat media elektronik
dilakukan untuk mengumpulkan data tentang upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan akreditasi Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang dan
sebagainya. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.40
Dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum seperti struktur organisasi, keadaaan guru
dan siswa dan sebagainya Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.

E. Teknik Analisis Data


1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direkdusi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari
bila diperlukan.41
Analisis ini digunakan memperoleh data, lebih dulu dikaji kelayakan dengan
memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan yang mengenai permasalahan

39
Sugiono, Mode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2018), hal. 231
40
Ibid., hal. 240
41
Ibid., hal.247
22

peneliti tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi di Taman


Kanak-Kanak Al-Ihlas Desa Singkawang.
2. Penyajian Data
Setelah Data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dengan uraian singkat,
bagan, hubungan antar katagori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.42
Pada teknik ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
informasi dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab masalah
peneliti. Penyajian data digunakan untuk menyajikan data yang diperoleh dari
lapangan penelitian upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi di Taman
Kanak-Kanak Al-Ihlas Desa Singkawang.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif yaitu penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.43
Analisis ini peneliti penarik kesimpulan temuan dilapangan tentang upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi di Taman Kanak-Kanak Al-Ihlas Desa
Singkawang.

F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan pengabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.44 Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

42
Ibid., hal. 249
43
Ibid., hal. 252
44
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 330
23

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal itu dapat
tercapai dengan jalan:
1. Membedakan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum, dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan prespektif seorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan lain, orang biasa, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.45

Jadi setelah peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode


wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian data hasil penelitian digabungkan
sehingga saling melengkapi dalam penelitian upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan akreditasi di Taman Kanak-Kanak Al-Ihlas Desa Singkawang.

G. Rencana dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 (enam) bulan, penelitian
dilakukan dengan studi pendahuluan dilanjutkan dengan pengajuan judul serta
pembuatan proposal, kemudian perbaikan hasil seminar proposal skripsi, setelah
pengesahan judul dan izin riset. Maka peneliti mengadakan pengumpulan data,
verifikasi dan analisis data dalam waktu berurutan. Hasil peneliti melakukan
konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan sidang manaqasah. Hasil
manaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaaan laporan penelitian skripsi.
Rencana dan waktu penelitan dilihat pada tabel berikut :

45
Ibid., hal. 330-331
24

Tabel 1.
Jadwal Penelitian
Tahun 2018/2019

NO KEGIATAN AGUSTUS OKTOBER MARET JUNI OKTOBER NOVEMBER


2018 2018 2018 2018 2019 2019
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Studi X x
pendahuluan
2 Pengajuan x
judul proposal
skripsi
3 Pembuatan x x
draf proposal
skripsi
4 Konsultasi X x
pembimbing
5 Seminar x
proposal
skripsi
6 Revisi draf x X
proposal
skripsi
7 Pengesahan x
riset
penelitian
8 Penelitian X X X
lapangan
/pengumpula
n data
9 Penulisan x x X
draf skripsi
10 Konsultasi X X
pembimbing/p
erbaikan draf
skripsi
11 Pendaftaran X
ujian
manaqasah
12 Ujian X
manaqasah
13 Pebaikan x x
skripsi
setelah ujian
14 Penyerahan x
skripsi
Contoh Penelitian Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kedisiplinan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia
pendidikan. Tujuan dari disiplin itu sendiri untuk membentuk karakter siswa ke arah
yang lebih baik. Karena salah satu tujuan dari pendidikan nasional bangsa Indonesia
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
mengembangkan yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen.
Bahwa pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kwalitas manusia Indonesia
yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
tekhnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur dan
beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. 46
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi peradaban umat manusia
maka dari itulah sejak adanya manusia di muka bumi ini, hakikatnya telah ada
pengajaran yang mana tatkala Nabi Adam as sebelum diturunkan ke muka bumi ini
Allah SWT. juga memberikan beberapa pengetahuan kepadanya. Sebagai mana
landasan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 31 yang berbunyi :

Artinya :"Dan Dia mengajarkannya kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakanya kepada Para Malaikat lalu
berfirman" Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang

46
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi.(Jakarta: Gaung Persada Press. 2007), hal.
193
1
2

orang-orang yang benar.(Q.S AL-Baqarah.31)47


Namun perubahan serta perkembangan pendidikan tidak lepas dari tanggung
jawab seorang pendidik (guru). Pendidik merupakan orang yang bertugas
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Melalui kompetensi serta
profesionalitas yang dimiliki seorang pendidik tentunya dapat membawa suasana dan
iklim pendidikan yang lebih baik lagi. Namun demikian peran pemimpin di suatu
lembaga pendidikan tidak kalah pentingnya, karena melalui pelaksanaan
kepemimpinan yang baik tentunya dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
di lembaga pendidikan.
Salah satu budaya sekolah yang harus dikembangkan adalah kedisiplinan.
Kedisiplinan bagi siswa sedikit banyak akan mempengaruhi hasil belajarnya dan
kedisiplinan ini harus dimulai dari guru sebagai teladan yang utama. Perkembangan
disiplin sekolah yang lebih baik dan sehat harus dimulai dari kepemimpinan kepala
sekolah. Kepala sekolah yang mampu membangun tim kerja, belajar dari guru, staf
tata usaha dan siswa, terbuka untuk jalur komunikasi dengan lingkungan, luas akses
informasi akan mampu mengembangkan kultur positif sekolah demi terwujudnya
sekolah mandiri yang berada di atas kemampuanya sendiri.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”48
Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang

47
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989), hal. 27
48
Anonim, Op.Cit, hal. 157.
3

berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya, baik dari
segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang
dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya dalam peningkatan
kualitas hidup masyarakat luas. Dalam hal ini, sekolah harus dapat dikelola dan
diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagai sekolah yang berkualitas
yang mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan
produk (output) secara optimal.49
Pelaksanaan kedisiplinan tentu saja membentuk karakteristik siswa ke arah
yang lebih baik seperti adanya perubahan motivasi siswa dalam pelaksanaan
pendidikan. Karena motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran di lembaga pendidikan.
Berdasarkan grand tour awal, peneliti di lapangan terlihat bahwa siswa di
Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian masih kurang disiplin dalam belajar aqidah
akhlak seperti siswa sering bolos dalam mata pelajaran aqidah akhlak, nilai aqidah
akhlak masih banyak yang gagal, banyak nya siswa yang tidak mengikuti kegiatan
pembelajaran aqidah akhlak.
Berdasarkan grand tour tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
secara dalam berbentuk karya ilmiah berupa skripsi yang diberi judul “Korelasi
antara Kedisiplinan dengan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian Kabupaten Batanghari”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, beberapa
masalah di identifikasikan, sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran diri terhadap siswa dalam mempelajari aqidah akhlak
2. Masih rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak dari
fakta-fakta yang terkait dengan emosional.
3. Masih banyak siswa yang tidak disiplin dalam mengikuti proses kegiatan belajar.
4. Rendahnya motivasi belajar yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.

49
Mukhtar, dkk, Sekolah Berprestasi (Jakarta: Nimas Multima, 2001), hal. 2-3.
4

C. Pembatasan Masalah
Melihat uraian latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, permasalahan
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor kedisiplinan terhadap motivasi belajar.
Mengingat adanya berbagai keterbatasan yang menjadi kendala peneliti, maka
penelitian ini tidak akan mengungkapkan seluruh yang menjadi faktor kedisiplinan
terhadap motivasi belajar, tetapi penelitian ini diarahkan pada variabel-variabel yang
diduga berhubungan terhadap Korelasi kedisiplinan dengan motivasi belajar pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian
Kabupaten Batanghari tahun ajaran 2017/2018.

C. Rumusan Masalah
Apakah ada korelasi antara kedisiplinan belajar dengan motivasi belajar siswa di
Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian Kabupaten Batanghari?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kedisiplinan belajar terhadap
motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian Kabupaten
Batanghari
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian Skripsi ini lebih didasarkan pada :
a. Sebagai bahan informasi tentang korelasi kedisiplinan dan motivasi belajar
siswa di Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi kontribusi pemikiran terhadap
pengembangan profesional kepala madrasah dan guru dalam pelaksanaan
kedisiplinan madrasah.
c. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Strata Satu (S.1) di
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian Kabupaten Batangshari.
BAB II
LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN DAN
PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin dimana setiap hal atau pun pengaruh
yang dibutuhkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara
menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap
lingkungannya.50
Mulyasa mengungkapkan bahwa disiplin di sekolah bertujuan untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya dan mengatasi serta mencegah
timbulnya masalah dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi
kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.51
Kata disiplin adalah kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari hari dalam
budaya pembelajaran. Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan mereka belajar. Disiplin yang meliputi ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (peraturan tata
tertib).
“Kedisiplinan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan bagi
sebuah sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah tersebut
Karena dengan berjalan kedisiplinan dengan baik dan benar maka dengan sendirinya
kesuksesan dalam pendidikan akan tercapai dengan baik apabila kepala sekolah
mampu menumbuhkan disiplin tenaga pendidik, terutama disiplin diri, pentingnya
kedisiplinan di sekolah untuk menanamkan:1) Rasa hormat terhadap kewenangan. 2)
Upaya untuk menanamkan kerja sama, 3) Kebutuhan untuk berorganisasi, 4) Rasa
hormat terhadap orang lain”.52
Disiplin adalah prilaku atau tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku baik yang ditetapkan secara individu ataupun kelompok sejak aturan itu
diterapkan atau diberlakukan. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi

50
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 133-134
51
E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung:Rosdakarya,2008),hal. 7
52
Ibid,hal.141-142
5
6

kekebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan
kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas
kemampuannya. Di sekolah, banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan
optimal.
Dimensi prilaku siswa dalam pendidikan selama ini masih mendapatkan
tempat yang kurang layak. Hal ini menurut Abdullah Al Darraz dikarenakan :
a. Terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak,
memberitahu mana yang baik dan mana yang jelek, yang sepatutnya dilakukan
dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali.
b. Problema yang bersumber dari anak diri sendiri, yang berdatangan dan latar
belakang keluarga yang beraneka ragam. Yang sebagiannya ada yang sudah
tertata dengan baik akhlaknya di rumah tangga masing-masing dan ada yang
belum.
c. Terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut berada di pundak
guru saja.
d. Keterbatasan waktu, ketidak seimbangan antara waktu yang tersedia dengan
bobot materi pendidikan agama yang sudah dirancangkan.53
Sumber-sumber pelanggaran disiplin meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan
hidup manusia yang bersifat materiil maupun non materil, tipe kepemimpinan kepala
sekolah yang otoriter, kurangnya hak-hak peserta didik dalam belajar, kurangnya
perhatian terhadap kelompok minoritas di sekolah, latar belakang kehidupan keluarga
peserta didik, kebosanan kelas, kurangnya kerja sama antara sekolah dan orang
tua.54 Budaya disiplin yang efisiensi di sekolah seperti :
a. Ketepatan waktu (jam PBM).
b. Frekuensi kehadiran.
c. Cara berpakaian.
d. Ketepatan waktu rapat dinas di sekolah.
e. Pemanfaatan media.

53
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2004), hal. 220
54
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta : Prenada Media, 2004), hal. 207
7

f. Pemanfaatan komputer untuk kearsipan/administrasi sekolah.


Adapun indikator kedisiplinan siswa tumbuh dan berkembang sejak mereka
mengenal kehidupan keluarga. Di dalam lingkungan keluarga, anak dilatih mengenai
kebiasaan-kebiasaan baik yang berkenaan dengan kepatuhannya terhadap peraturan
yang ada. Sikap kedisiplinan yang dibawa dari rumah akan sangat menentukan
kedisiplinan siswa di sekolah.55
Menurut Slameto ada beberapa macam disiplin belajar yang seharusnya
dilakukan para siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah yaitu, 1) disiplin siswa
dalam masuk sekolah, 2) disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, 3) disiplin siswa
dalam mengikuti pelajaran disekolah, dan 4) disiplin siswa dalam menaati tata tertib di
sekolah.
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan
membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi
dalam bidang pelajaran. Disiplin belajar adalah sikap siswa yang terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, dan
keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai
dengan standar sosial. Jadi hubungan antara motivasi belajar dengan kedisiplinan
belajar sangat berkaitan erat didalam proses belajar mengajar. 56
Berdasarkan uraian teori diatas dapat penulis rumuskan sintesisnya bahwa yang
dimaksud dengan kedisiplinan belajar itu adalah suatu kondisi yang tercipta melalui
proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang didalamnya
terdapat nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban yang semua itu
dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan mawas diri. Salah satu penunjang
keberhasilan dalam belajar siswa adalah kedisiplinan Belajar dengan indikator :
Mentaati dan mematuhi peraturan sekolah, Perhatian yang baik saat belajar dikelas,
Mengatur waktu belajar dirumah, Rajin dan teratur belajar dan mengerjakan tugas.
2. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata "motif", diartikan sebagai daya upaya yang

55
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. (Jakarta:Rineka Cipta 2010),hal.
105
56
Ibid, hal. 5
8

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.57 Motif dapat dikatakan sebagai


daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman, A.M, Motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yag ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald
ini mengandung tiga elemen penting:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem "neuropsikological" yang ada pada organisme manusia
karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul
dari dalam diri manusia).
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan, afeksi, dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong karena adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.58
Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik dalam meliputi sebagai berikut:
a. Mendorong timbulnya kelakukan atau suatu perbuatan. Tanpa motiavsi maka
tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motiasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepata
atau lambatnya suatu pekerjaan. 59
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.
Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk mencapai suatu tujuan. Siswa

57
Sardiman AM, Op.Cit, hal. 73.
58
Ibid., hal. 73-74.
59
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), hal. 158-159.
9

akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat


kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.
Motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah:
a. Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari
dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan
kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi ekstrinsik ini didorong oleh lingkungan yang
ada di sekitar orang yang belajar. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik di
antaranya adalah belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi memperoleh
hadiah material yang disajikan, belajar demi meningkatkan gengsi, belajar demi
memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru dan
belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang.
b. Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah merupakan kegiatan belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Keinginan ini diwujudkan dalam
upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan
belajar. Motivasi yang muncul dari dalam ini hanya dibangkitkan oleh perasaan
yang ada dalam diri seseorang.60
Kemunculan sifat motivasi, apakah motivasi instrinsik atau motivasi ekstrinsik
bergantung dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:
a. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah
laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya.
b. Sikap guru terhadap kelas; guru yang bersikap bijak dan selalu merangsang
siswa untuk membuat ke arah suatu tujuan yang jelas dan bermakna bagi kelas,
akan menumbuhkan sifat instrinsik itu, tetapi bila guru lebih menitikberatkan pada
rangsangan-rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik menjadi lebih dominan.
c. Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka
motivasinya lebih condong ke sifat ekstrinsik.
d. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap muncul sifat tertentu pada motivasi
belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawabnya tentunya lebih

60
Ibid., hal. 160-162.
10

merangsang munculnya motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh


tekanan paksaan.61
Motivasi belajar merupakan penggerak kemajuan siswa. motivasi belajar
bukan saja penting bagi siswa, tapi juga penting bagi guru. Dengan adanya motivasi
bagi siswa dapat menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
Mengarahkan kegiatan belajar serta membesarkan semangat belajar. Sedangkan
perlu diketahui oleh guru, agar guru tetap meningkatkan semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil.
Motivasi belajar memiliki beberapa indikator, Sardiman mengemukakan
indikator motivasi belajar sebagai berikut : 1) tekun menghadapi tugas, 2) ulet
menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa), 3) menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah orang dewasa, 4) lebih senang bekerja mandiri, 5) dapat
mempertahankan pendapatnya.62
Martin Handoko juga menyebutkan bahwa indikator motivasi belajar yaitu, 1)
kuatnya kemauan untuk berbuat, 2) jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, 3)
kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, dan 4) ketekunan dalam
mengerjakan tugas.
Bersamaan dengan indikator-indikator diatas, Hudgin menyebutkan bahwa
indikator motivasi belajar adalah: 1) adanya dorongan untuk memulai suatu aktivitas
atas kemauannya sendiri, 2) mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, 3) gigih dan
tidak mudah putus asa bila menemui kesulitan.
Berdasarkan pernyataan para tokoh diatas mengenai indikator motivasi
belajar, penulis menyimpulkan bahwa indikator motivasi belajar dalam penelitian ini
ialah: a) memiliki semangat dan dorongan yang kuat untuk memulai kativitas dan
menghadapi tugas, b) tekun dalam menghadapi tugas, c) gigih dan ulet dalam
menemui kesulitan, d) menyelesaikan tugas tepat waktu, dan e) banyak waktu yang
disediakan untuk belajar.
Berdasarkan dari uraian teori di atas dapat peneliti rumuskan sintesisnya
motivasi belajar adalah dorongan perubahan dari dalam diri seseorang untuk maju
dan terus mencapai kesuksesan dalam meningkatkan prestasi yang baik, bahwa
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah dengan kemampuan belajar yang
61
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 113.
62
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar (Jakarta: Raja Grasindo, 2009), hal. 98
11

berbeda dan kondisi lingkungan yang berbeda juga akan mempengaruhi cita-cita
dalam sesuatu target yang ingin dicapai. Dengan indikator-indikator motivasi belajar
seperti: kuatnya kemauan untuk berbuat dan ulet menghadapi kesulitan, menunjukan
rasa ingin tahu terhadap macam-macam masalah dan tekun dalam mengerjakan
tugas, lebih senang bekerja mandiri dan dapat mempertahankan pendapatnya, dan
tidak mudah menyerah.

B. Kerangka berpikir
Tiap orang selalu mengharapkan suatu keberhasilan dalam belajar.
Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut munculnya dari dalam diri siswa itu sendiri tetapi dapat pula dari luar
diri siswa. faktor dari dalam diri siswa dinamakan faktor internal dan faktor dari luar
diri siswa dinamakan faktor eksternal. Faktor dari dalam diri siswa yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor kedisiplinan siswa.
sedangkan faktor luar diri siswa adalah faktor sosial yaitu salah satunya adalah
lingkungan sekolah dan lebih terfokus lagi pada iklim sekolah. Agar seorang siswa
dapat belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi yang baik maka ia harus
bersikap disiplin dalam belajarnya.
Dengan terjaganya faktor kedisiplinan siswa dan Motivasi belajar siswa di
sekolah diharapkan siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya dan tujuan belajar di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari dapat tercapai
dengan baik. Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka diduga adanya Korelasi
antara Kedisiplinan (variabel X) terhadap Motivasi Belajar (variabel Y) di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Disiplin merupakan suatu cara yang di gunakan oleh guru untuk mendidik dan
membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi
dalam bidang pelajaran. Dalam kegiatan belajar, motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang di
kehendaki oleh subyek belajar itu tercapai.
Dengan menerapkan sikap disiplin dalam belajar pada siswa, maka di
harapkan pula dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga dapat
12

meningkatkan keberhasilan dalam belajar siswa dan juga siswa semakin rajin, kreatif
dan aktif dalam belajarnya. Kemudian bahwa apabila siswa memiliki motivasi yang
tinggi maka dengan sendiri nya ia juga akan memiliki sikap disiplin belajar yang tinggi
pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam belajarnya.
Namun apabila seorang siswa kurang memiliki motivasi belajar atau motivasi belajar
nya rendah, maka sikap disiplin belajar juga akan rendah bahkan sama sekali tidak
ada. Ini semua di karenakan adanya interaksi antara motivasi belajar dan sikap
disiplin belajar yang berhubungan antara keduanya yang dapat menigkatkan cara
siswa dalam belajar yang lebih aktif.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Korelasi antara kedisiplinan (X) dengan motivasi belajar (Y) siswa MAN Muara
Bulian
Adapun model berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
diatas maka model teoritis yang diajukan seperti gambar berikut ini:

Kedisiplinan Motivasi belajar


(X) (Y)

Gambar. 1. Model Teori


Gambar diatas dibangun dari teori-teori yang digunakan sebagai variabel
penelitian, dimana:
X : Kedisiplinan
Y : Motivasi belajar
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang pertama Hubungan antara motivasi berprestasi, cara belajar, dan
lingkungan belajar dengan prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI semester
ganjil MA Darussalam Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010 ditulis oleh
Apiyah pada Tahun 2010, memiliki kaitan dengan penelitian penulis. Terdapat
persamaan variabel yang diangkat yaitu lingkungan belajar (X3). Perbedaannya
terletak pada variabel (X1) motivasi belajar, variabel (X2) yaitu cara belajar dan
variabel (Y) prestasi belajar. Selain perbedaan variabel perbedaan juga terletak
13

pada teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada


hubungan yang positif antara motivasi berprestasi, cara belajar, dan lingkungan
belajar dengan prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI semester ganjil MA
Darussalam Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Hal ini dibuktikan
dengan perhitungan uji t yang menunjukkan R hitung > Rtabel yaitu 21,626 >
2,712.
2. Penelitian yang kedua hubungan antara motivasi belajar dan aktivitas belajar
dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X semester ganjil MA Al Ihsan
ukadamai Natar tahun pelajaran 2010/2011 ditulis oleh Galuh Ika Sukoco pada
Tahun 2010, memiliki kaitan dengan penelitian penulis. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian penulis terletak pada variabel bebas yaitu motivasi
belajar dan aktivitas belajar, selain itu penelitian ini memiliki skala pengukuran
yang berbeda. Persamaannya terletak pada variabel motivasi belajar (Y) yang
63
sama-sama dibahas dalam kedua penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dan
aktivitas belajar dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X semester ganjil MA
Al Ihsan Sukadamai Natar tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan
perhitungan uji t yang menunjukkan fhitung >ftabel yaitu 21,626 > 2,712.
3. Penelitian hubungan antara lingkungan belajar disekolah dan motivasi belajar
dengan prestasi belajar siswa kelas VII semester ganjil di SMP Negeri 1 N Ketut
Sriwini pada Tahun 2010 penelitian ini juga memiliki keterkaitan dengan penelitian
penulis. Persamaannya terletak pada variabel (X1) yaitu lingkungan belajar dan
perbedannya terletak pada variabel motivasi belajar dan prestasi belajar. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Ada hubungan antara lingkungan
belajar disekolah dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VII
semester ganjil di SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini
dibuktikan dengan perhitungan uji t yang menunjukkan fhitung >ftabel yaitu
40,958 > 3,645.64

63
Ika Sukoco “hubungan antara motivasi belajar dan aktivitas belajar dengan hasil belajar ekonomi
siswa kelas X semester ganjil MA Al Ihsan ukadamai Natar tahun pelajaran 2010/2011
64
Josephine Rona Kurniadewi, Korelasi antara disiplin dan motivasi belajar dengan prestasi belajar
fisika siswa kelas XI MIA SMA Negeri 2 Klaten
14

Penelitian-penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki hubungan


atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai
acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena variabel yang
diteliti pada kajian terdahulu juga ada membahas tentang motivasi belajar dan
kedisplinan belajar yang juga merupakan variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini penulis akan memfokuskan pada variabel kedisplinan
terhadap motivasi belajar di MAN 1 Muara bulian, dilihat dari judul dan variabel
penelitian diatas secara keseluruhan tidak ada yang sama persis dengan judul
penelitian ini. Berdasarkan hasil studi review yang penulis lakukan, sejauh ini
penelitian yang secara lansung membahas korelasi kedisplinan terhadap motivasi
belajar yang ditulis dalam satu penelitian belum ditemukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis pendekatan survey.
Penelitian surver yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan lansung
terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah dari sampel sebagai mewakili data populasi
tersebut.65 karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Pada penelitian
kuantitatif ini dilakukan intervensi atau perlakuan terhadap suatu penelitian. Penelitian
kuantitatif termasuk penelitian deskriptif, yang mendeskripsikan sesuatu dengan
statistik atau dengan angka-angka dan dianalisis untuk mencari jawaban dari
rumusan masalah suatu penelitian. 66
Menurut sugiyono, yang dimaksud penelitian kuantitatif adalah metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandasankan pada filsafat positivism. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.67
Sedangkan menurut Saifuddin Azwar, penelitian dengan pendekatan
kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah
dengan metode statistika.68 Tujuan pendekatan penelitian ini untuk mengetahui
dampak antara variable X (Kedisiplinan) dengan Variabel Y (Motivasi Belajar).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik penelitian
korelasi “Yaitu penelitian yang melihat ada atau tidaknya hubungan yang signifikan
antara dua variable atau lebih. Variable diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi
diantara meraka tanpa coba untuk merubah atau mengadakan perlakuan terhadap

65
Iskandar, Metodologi Penelitian dan Sosial (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.66
66
Tatang Yuli Eko Siswono, Penenlitian Pendidikan Matematika, Unesa University Press
(Surabaya,2010), hal.42
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2013), hal.7
68
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta Pustaka Pelajar,2014), hal.5
15
16

variable-variabel tersebut”. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada


buku penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam, penelitian
ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang berada pada Madrasah Aliyah
Negeri 1 Muara Bulian. Penelitian ini di selenggarakan untuk melengkapi syarat-
syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut sugiono, populasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut,” populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. 69
Populasi adalah sekelompok objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu
dan dapat dikategorikan kedalam objek tersebut berupa manusia, dokumen-dokumen
yang dapat dianggap sebagai objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan
sasaran populasi adalah objek penelitian yang akan digunakan untuk menjadi
sasaran penelitian.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi MAN Muara
Bulian Kabupaten Batanghari yang berjumlah 100 orang sebanyak yang tertera pada
table berikut ini :

Tabel 1. Jumlah siswa MAN Kelas X IPA1, IPA2, IPS1, IPS2


Muara Bulian Tahun 2017/2018
Jenis kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-laki Prempuan
01 X IPA1 10 14 24
02 X IPA2 12 15 27
03 X IPS1 16 10 26
04 X IPS2 14 9 23
Jumlah 100

69
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R dan D (Bandung, Alfabeta,2013), hal.80
17

2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik tertetu yang disebut dengan tekhnik sampling. 70 Berdasarkan
pendapat diatas dapat dipahami bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan mewakili seluruh populasi.
Menurut Gay dalam Mukhtar, ukuran minimum sampel yang dapat diterima
sebaiknya didasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Secara
umum, pandangan tentang populasi lebih disepakati untuk sebuah penelitian, dimana
populasi yang dipandang relative homogen, maka populasi dapat ditarik minimal 5%
dan maksimal 3%.
Jika sebuah penelitian, populasinya dibawah 150 subjek, maka hampir
seluruh pakar penelitian sepakat, sebaliknya diambil seluruhnya, atau dengan kata
lain penelitian dapat dikatakan penelitian populasi. Artinya, populasi adalah juga
sekaligus sebagai sampel atau subjek penelitian.71

Memperhatikan pendapat diatas, maka peneliti berpedoman kepada Gay


dalam Mukhtar bahwa yang akan disajikan sampel penelitian adalah seluruh siswa
MAN 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari sebanyak 100 orang.
Seluruh sampel penelitian (responden) akan mengisi 2 macam instrumen dari
variable Kedisiplinan dan Motivasi Belajar. Ada beberapa alasan mengapa
menggunakan sampel, antara lain :
a. Memudahkan peneliti untuk meneliti jumlah sampel yang lebih sedikit
dibandingkan menggunakan populasi dan apabila popullasinya terlalu besar
dikhawatirkan akan terlewati.
b. Penelitian dapat dilaksanakan lebih efisien (dari segi waktu, biaya dan tenaga).
c. Penelitian lebih efektif.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab rumusan masalah, karena data
yang diperoleh akan dijadikan landasan kesimpulan pada penelitian. Oleh karena itu
70
Husaini Usman, et.all, Op,Cit,hal.43
71
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah (Jakarta: Gaung Persada Press,2010),hal.78-79
18

instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara, yaitu dapat
menggunakan wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dapat
menggunakan salah satu teknik, tergantung dari masalah yang diteliti.
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus
penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian
psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh idra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap.
Observasi ini dilakukan penulis secara langsung terhadap objek penelitian
yakni terhadap siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
2. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti: buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian
Kabupaten Batanghari. 72
3. Angket
Teknik pengumpulan data yang paling dominan dalam penilitian adalah
dengan menggunakan teknik angket. Angket adalah daftar pernyataan atau
pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik lansung maupun tidak
lansung.73 Untuk mengumpul data yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menggunakan angket yang dirancang dari dua variable penelitian yaitu: Kedisiplinan
dan Motivasi Belajar. Angket tersebut akan diberikan kepada responden guna
mendapatkan jawaban dari pernyataan dan sikap dari responden. Metode angket ini
digunakan penulis untuk memperoleh data tertentu tentang Korelasi Kedisiplinan
72
Ibid, hal. 199-201
73
Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara,2010),hal.146
19

terhadap Motivasi Belajar.


Sifat dari angket ini adalah angket tidak lansung, artinya angket yang
diberikan kepada responden yaitu seluruh siswa tetap berada dilingkungan sekolah
MAN 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Bentuk angket yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah skala likert untuk mengukur respon subjek ke dalam 5
poin skla dengan interval yang sama. Dengan demikian tipe data yang digunakan
adalah tipe data interval. Instrument penelitian yang menggunakan skala likert dapat
dibuat dalam bentuk check list ataupun pilihan ganda. 74 dengan alternatif pilihan
jawaban, seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2.
Daftar Nilai (Skor) Skala Rating
No Alternative Jawaban Skor (+) Skor (-)
1 Sl (Selalu) 5 1
2 SR (sering) 4 2
3 KK (kadang-Kadang) 3 3
4 JR (Jarang) 2 4
5 TP (Tidak Pernah) 1 5

Responden yang disajikan sampel penelitian diminta untuk mimilih satu


alternative jawaban yang sudah disediakan. Supaya angket yang digunakan untuk
mengumpulkan data memberikan hasil yang objektif, maka peneliti melakukan
kalibrasi instrumen, karena ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang korelasi
variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam
pengujian tersebut.
Adapun instrument penelitian untuk setiap variabel penelitian yang diamati
meliputi definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrument, dan instrument
yang digunakan. Butir-butir dalam penelitian ini disusun baik berupa pertanyaan
maupun pernyataan dan masing-masing jawaban dalam bentuk skla likert dengan
kriteria penilaian 1 sampai 5 seperti tertera dalam tabel diatas.
1. Variabel Kedisiplinan Belajar

74
Muhammad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif (Semarang,Walisongo Press, 2009). hal.168
20

Definisi Konseptual
Disiplin adalah serangkaian perilaku seseorang yang menunjukkan ketaatan
dan kepatuhan terhadap peraturan tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena
didorong kesadaran dari dalam diri untuk melaksanakan tujuan belajar yang
diinginkan.
a. Definisi Operasional
Yang dimaksud disiplin siswa dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah
laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar,
baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkahlaku sesuai dengan
norma dan tata tertib yang berlaku.
Adapun ciri-ciri disiplin dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah;
2. Taat terhadap kegiatan belajar di sekolah;
3. Taat terhadap norma – norma yang berlaku;
4. Taat dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran; dan
5. Bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan dilakukan

c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.
Kisi-kisi instrument Kedisiplinan Belajar (X)
No Indikator Nomor Butir Jumlah Item
Menaati dan mematuhi tata tertib
1 1,2,3,4,5 5
sekolah
Perhatian yang baik saat belajar
2 6,7,8,9,10 5
dikelas
3 Mengatur waktu belajar dirumah 11,12,13,14,15 5
Rajin dan teratur belajar serta
4 16,17,18,19,20 5
mengerjakan tugas
Jumlah 20

d. Uji Validitas dan Uji Realibilitas


1) Pengujian validitas
Tujuan uji validitas butir instrument penelitian yaitu suatu proses untuk
21

melihat keakurasian butir instrument dalam mengukur variabel yang dimaksud.


Kriteria valid atau tidak butir instrument yaitu jika nilai r hitung > nilai rtabel maka
butir tersebut dikatakan valid, namun jika r hitung < nilai rtabel butir dinyatakan tidak valid
atau gugur pada tahaf signifikan alfa (α) = 0,05 dengan dk=n-2. Validitas suatu
instrument dapat ditentukan berdasarkan fomula koefisien korelasi product momen
dari Kart Pearson. Uji validitas variabel kedisplinan menggunakan rumus Kart Person,
sebagai berikut:
Dengan perhitungan nantinya menggunakan korelasi Product Moment
dengan rumus :75

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦
√*𝑁 ∑ 𝑋 (∑ 𝑋) +*𝑁 ∑ 𝑌 (∑ 𝑋𝑌) +

Dimana :
rxy = Koefisien Korelasi Product Moment
∑x = Jumlah skor variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
N = Jumlah responden
∑X2 = Jumlah skor kuadrat variabel X
∑Y2 = Jumlah skor kuadrat variabel Y
∑XY = Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y

∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

( ) ( )( )
√* ( ) ( + * ( ) )

75
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi , dan Jalur dalam Penelitian
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hal. 35-35
22

= 0,77
Proses pengolahan data uji validitas akan menggunakan bantuan program
SPSS versi 20.0

Tabel 4.
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kedisiplinan Belajar
No Item Pernyataan rhitung rtabel Kesimpulan
1 X-1 0,77 0,38 Valid
2 X-2 0,46 0,38 Valid
3 X-3 0,34 0,38 Tidak Valid
4 X-4 0,55 0,38 Valid
5 X-5 0,51 0,38 Valid
6 X-6 0,41 0,38 Valid
7 X-7 0,50 0,38 Valid
8 X-8 0,80 0,38 Valid
9 X-9 0,37 0,38 Tidak Valid
10 X10 0,43 0,38 Valid
11 X-11 0,52 0,38 Valid
12 X-12 0,38 0,38 Valid
13 X-13 0,73 0,38 Valid
14 X-14 0,60 0,38 Valid
23

15 X-15 0,06 0,38 Tidak Valid


16 X-16 0,50 0,38 Valid
17 X-17 0,37 0,38 Tidak Valid
18 X-18 0,66 0,38 Valid
19 X-19 0,32 0,38 Tidak Valid
20 X-20 0,27 0,38 Tidak Valid

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 20 item instrumen Kedisiplinan


Belajar bahwa terdapat 14 item valid dan 6 item tidak valid yaitu item : 3, 9, 15,
17,19, dan 20.
2) Perhitungan relialibitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrument sebagai alat
ukur, sehinga hasil pengukuran dapat dipercaya. Hal ini dapat dicapai bila dalam
beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen)
diperoleh hasil yang relative sama. Instrument pengukuran dikatakan reliable jika
pengukurannya konsisten dan cermat akurat.76
Teknik yang bisa digunakan untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan
menggunakan skala alpha (Alpha Cronbach), yaitu mengelompokkan item-item
menjadi dua atau beberapa bagian.Menurut Hair et.all dalam iskandar, bahwa nilai
reliabilitas alpha crobach alat ukur dalam melakukan penilaian adalah dengan nilai
0.60 hinga 0.70, ini adalah nilai terendah yang dapat diterima dan dapat dinyatakan
reliabel.77 Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument adalah
koefisien alfa (α) dari Cronbach berikut ini:

r11 =  k   1   2 i 
 2
 k  1  t 


Dimana :
 X  2

X 2

Rumus Varians = σ2 = N
N
Keterangan :
= Realibilitas instrument
76
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 37
77
Iskandar, Op.Cit,hal.95
24

k = Banyaknya butir soal


∑ = Jumlah skor tiap-tiap item
= Varians total
N = Jumlah responden. 78
Uji reabilitas dengan cara manual variabel Kedisiplinan Belajar dapat dilihat di
bawah ini :
Hasil perhitungan manual uji reabilitas kedisiplinan Belajar :

r11 =  k   1   2 i 
 2
 k  1  t 


r11 =  20   1  26 
 20  1  108 

= 1.1,05 x (1- - )

= 1.1,05 x (1- 0.24)


= 1.1,05 x 0.76
= 0,798
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir sebanyak 20 butir, diperoleh
koefisien reliabilitas instrumen variabel kedisiplinan belajar adalah 0.798 atau r hitung =
0,798 > nilai alpha = 0.60. ini berarti r hitung > nilai alpha, maka instrumen variabel
kedisiplinan belajar dinyatakan reliabel. Dan dapat dijadikan sebagai instrumen
penelitian.
Hasil perhitungan manual tersebut juga sejalan dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan program SPSS. Sedangkan kesimpulan uji reliabilitas dengan
SPSS dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kedisiplinan Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items
,801 20

78
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 38
25

Dari hasil uji reabilitas tersebut diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,801
yang berarti lebih besar dari rtabel (0,801 > 0,60), maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen variabel kedisiplinan belajar realibel.

2. Variabel Motivasi Belajar


a. Definisi Konseptual
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan.
b. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel dan indikator-indikator
tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Motivasi Instrinsik
Yaitu; motif-motif yang berfungsi secara alami tanpa perlu rangsangan dari
luar, contohnya seperti dorongan ingin tahu: yaitu, keinginan untuk mengetahui dan
menyelidiki sesuatu yang belum diketahui secara jelas dan benar. Dorongan ingin
berhasil: yaitu, keinginan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Dorongan rasa
percaya diri: memilki sikap positif untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Frekuensi
belajar: Sesuatu yang memiliki keinginan untuk dapat mencapai prestasi yang
maksimal. Kedisiplinan masuk sekolah: Adanya sebuah peraturan yang melatih
kedisiplinan kita.
2. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu, motivasi-motivasi yang berfungsi karena ada perangsang dari luar.
Seperti Ingin mendapat pujian atau penghargaan dari teman, guru danss Ingin
mendapat insentif yang berupa materi
c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 6.
Kisi-kisi instrument Motivasi Belajar (Y)
No Indikator Nomor Butir Jumlah Item
1 Tekun dalam menghadapi tugas 1,2,3,4,5 5
2 Gigih dan ulet dalam menemui 6,7,8,9,10 5
26

kesulitan
3 Menyelesaikan tugas tepat waktu 11,12,13,14,15 5
Banyak waktu yang disediakan untuk
4 16,17,18,19,10 5
belajar
Jumlah 20

d. Uji Validitas dan Uji Realibitas


1) Pengujian validitas
Tujuan uji validitas butir instrument penelitian yaitu suatu proses untuk
melihat keakurasian butir instrument dalam mengukur variabel yang dimaksud.
Kriteria valid atau tidak butir instrument yaitu jika nilai r hitung > nilai rtabel maka
butir tersebut dikatakan valid, namun jika r hitung < nilai rtabel butir dinyatakan tidak valid
atau gugur pada tahaf signifikan alfa (α) = 0,05 dengan dk=n-2. Validitas suatu
instrument dapat ditentukan berdasarkan fomula koefisien korelasi product momen
dari Kart Pearson. Uji validitas variabel motivasi menggunakan rumus Kart Person,
sebagai berikut:79

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦
√*𝑁 ∑ 𝑋 (∑ 𝑋) +*𝑁 ∑ 𝑌 (∑ 𝑌) +

Dimana :
rxy = Koefisien Korelasi Product Moment
∑x = Jumlah skor variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
N = Jumlah responden.
2
∑X = Jumlah skor kuadrat variabel X
∑Y2 = Jumlah skor kuadrat variabel Y
∑XY = Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y

79
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi , dan Jalur dalam Penelitian
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hal. 35
27

∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

( ) ( )( )
√* ( ) ( + * ( ) )

= 0,79

Proses pengolahan data uji validitas akan menggunakan bantuan program


SPSS versi 20.0
Tabel 7.
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi Belajar
No Item Pernyataan rhitung rtabel Kesimpulan
1 Y-1 0,79 0,38 Valid
2 Y-2 0,50 0,38 Valid
3 Y-3 0,43 0,38 Valid
4 Y-4 0,20 0,38 Tidak Valid
5 Y-5 0,60 0,38 Valid
6 Y-6 0,48 0,38 Valid
7 Y-7 0,26 0,38 Tidak Valid
8 Y-8 0,58 0,38 Valid
9 Y-9 0,50 0,38 Valid
28

10 Y-10 0,53 0,38 Valid


11 Y-11 0,58 0,38 Valid
12 Y-12 0,33 0,38 Tidak Valid
13 Y-13 0,29 0,38 Tidak Valid
14 Y-14 0,73 0,38 Valid
15 Y-15 0,64 0,38 Valid
16 Y-16 0,77 0,38 Valid
17 Y-17 0,37 0,38 Tidak Valid
18 Y-18 0,56 0,38 Valid
19 Y-19 0,65 0,38 Valid
20 Y-20 0,37 0,38 Tidak Valid

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 20 item instrumen Motivasi


Belajar bahwa terdapat 14 item valid dan 6 item tidak valid yaitu item : 4, 7,12, 13, 17
dan 20.
2) Perhitungan Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrument sebagai alat
ukur, sehinga hasil pengukuran dapat dipercaya. Hal ini dapat dicapai bila dalam
beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen)
diperoleh hasil yang relatif sama. Instrument pengukuran dikatakan reliable jika
pengukurannya konsisten dan cermat akurat.80
Teknik yang bisa digunakan untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan
menggunakan skala alpha (Alpha Cronbach), yaitu mengelompokkan item-item
menjadi dua atau beberapa bagian. Menurut Hair et.all dalam iskandar, bahwa nilai
reliabilitas alpha crobach alat ukur dalam melakukan penilaian adalah dengan nilai
0.60 hinga 0.70, ini adalah nilai terendah yang dapat diterima, dan dapat dinyatakan
reliabel.81 Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument adalah
koefisien alfa (α) dari Cronbach berikut ini:

r11 =  k   1   2 i 
 2
 k  1  t 


80
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal .38
81
Iskandar, Op.Cit,hal.95
29

Dimana :
 X 2

X 2

Rumus Varians = σ2 = N
N
Keterangan :
= Realibilitas instrument / koefisien alpha
k = Banyaknya butir soal
∑ = Jumlah varians butir
= Varians total
N = Jumlah responden. 82
Uji reliabilitas dengan cara manual untuk variabel motivasi belajar dapat
dilihat dibawah ini :
Hasil perhitungan manual uji reliabilitas Motivasi Belajar

r11 =  k   1   2 i 
 2
 k  1  t 


r11 =  20   1  15,2 


 20  1  82 

= 1.1,05 x (1- - )

= 1.1,05 x (1- 0.18)


= 1.1,05 x 0.82
= 0.861
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir sebanyak 20 butir, diperoleh
koefisien realibitas instrumen variabel Motivasi Belajar adalah 0,861 atau r hitung =
0,861 > nilai alpha = 0.60. ini berarti rhitung > nilai alpha, maka instrumen variabel
motivasi belajar dinyatakan realibel. Dan dapat dijadikan sebagai instrumen
penelitian.
Hasil perhitungan manual tersebut juga sejalan dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan program SPSS. Sedangkan kesimpulan uji reliabilitas dengan
SPSS dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8.
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar

82
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 41
30

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items
,857 20

Dari hasil uji reabilitas tersebut diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,857
yang berarti lebih besar dari rtabel (0.857> 0,60), maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen variabel Motivasi Belajar realibel.

D. Teknik Analisis Data


Data hasil penelitian yang sudah diperoleh kemudian dianalisis supaya bisa
digunakan untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Analisis data
diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga sifat data itu
dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah
yang berkaitan dengan penelitian.83 Analisis data pada penelitian kuantitatif adalah
kegiatan analisis datanya meliputi pengolahan data dan penyajian data, melakukan
perhitungan untuk mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji statistik.84 Dalam penelitian ini analisis data yang akan digunakan
adalah.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan dalam penyajian data, ukuran sentral. Ukuran
penyebaran. Penyajian data adalah daftar distribusi dan histogram. Ukuran sentral
adalah mean, median, dan modus dan standar deviasi (simpangan buku) serta
rentang teoritik masing-masing variabel.85 Analisis deskriftif yang digunakan dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mencari nilai maksimum, nilai minimum, mean,
median, modus, dan standar deviasi. Penyajian data dilakukan dengan distribusi
frekuensi yang diwujudkan dalam bentuk tabel dan grafik histogram.
2. Analisis Inferensial
Untuk melakukan analisis inferensial (uji hipotesis), pengelolahan data

83
Sambas Ali Muhidin dan maman Abdurahman, Op.Cit,hal.52
84
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perhitungan
manual dan aplikasi SPSS versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara,2014).hal.125
85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2010),hal.208
31

dilakukan menggunakan analisis korelasi sederhana. Koefisien korelasi untuk dua


buah variabel X dan Y yang kedua-duannya memiliki tingkat pengukuran interval,
dapat dihitung dengan menggunakan korelasi product moment atau product moment
coefficient (pearson‟s coefficient off correlation) yang dikembangkan oleh person.86
Perbedaan dengan korelasi spearman adalah, pada korelasi spearman yang
dikorelasikan adalah data peringkatnya (rangking), sementara pada korelasi product
moment data observasinya yang dikorelasikan.
Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan
hubungan antara variabel X dan variabel Y, secara sederhana dapat diterangkan
berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi dari guifford emperical rulesi berikut :
Tabel 9.
Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
Agka korelasi Keterangan
0,00-0,20 Sangat rendah atau sangat lemah
0,20-0,40 Rendah atau lemah
0,40-0,70 Cukup atau sedang
0,70-0,90 Tinggi atau kuat
0,90-1,00 Sangat tinggi atau sangat kuat

3. Uji Prasyarat Analisis


Sebelum melakukan analisis data, akan didahului dengan uji prasyarat
analisis yaitu, uji normalitas, homogenitas.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Penggunaan statistik parametris, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap
variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal, maka teknih
statistik parametris tidak dapat digunakan untuk alat analisis. 87 Untuk itu sebelum

86
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit,hal.123
87
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian,Op.Cit,hal.75
32

peneliti menggunakan teknik statistik parametris, maka kenormalan data harus diuji
terlebih dahulu.
Pada dasarnya uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu: 1) Uji Kertas Peluang Normal, 2) Uji Liliefors, 3) Uji Kolmogorov-Smirnov dan 4)
Uji Chi Kuadrat.88 Proses pengujian uji normalitas akan menggunakan bantuan
program SPSS versi 20.0

b. Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas digunakan untuk menguji sama atau tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih. Dengan ketentuan f hitung harus < ftabel pada α
0,05 agar Ho dapat diterima, artinya data tersebut homogen. 89 Proses pengujian
homogenitas akan menggunakan bantuan program SPSS versi 20.0

E. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat atau digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Hipotesis statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis korelasi sederhana,
dengan tahapan analisis sebagai berikut :
Ha : atau Ha maka terdapat dampak positif dan signifikan antara
Korelasi Kedisiplinan Belajar dengan Motivasi Belajar siswa di Madrasah Aliyah
Negeri Muara Bulian.
Ho : , atau Ho maka terdapat dampak positif dan signifikan anatara Korelasi
Kedisiplinan Belajar dengan Motivasi Belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian.

F. Rencana dan Waktu Penelitian


Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 5 bulan terhitung dari
bulan oktober sampai dengan bulan Maret 2018. Kegiatan dalam penelitian ini
meliputi kegiatan pembuatan proposal, bimbingan proposal, seminar proposal, revisi
proposal, izin riset, bimbingan skripsi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

88
Buchari Alma, Pengantar Statistik Sosial,(Bandung:Alfabeta,2014),hal.159
89
Ibid,hal.84
33
Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan makna kepada
orang lain dan membangun interaksi antara individu satu dengan lainnya.
Kemampuan berbahasa menunjukkan kemampuan manusia yang kompleks dan
fantastis, sehingga bahasa dapat berkembang dengan cepat sejak anak usia
dini. Perkembangan bahasa dimulai dari lingkungan yang sederhana melalui
praktek empirik secara langsung.
Kecerdasan bahasa anak atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan
kata-kata, baik lisan maupun tertulis berserta dengan aturan-aturannya. Anak
yang cerdas dalam bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi
kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegoisi dan mengekspresikan perasaan
melalui kata-kata.90Anak-anak memiliki kemampuan berbahasa yang baik dalam
mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan
lingkungannya sejak usia dini.
Anak usia dini berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan
paling pesat, baik dari segi fisik maupun mental. Selain pertumbuhan dan
perkembangan fisik, perkembangan motorik, moral, sosial emosional, kognitif
dan juga bahasa berlangsung sangat pesat. Aspek-aspek perkembangan
tersebut tidak berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan saling terjalin satu
sama lainnya.
Salah satu aspek bahasa yang perlu dipersiapkan dan dikembangkan
pada anak usia Taman Kanak-kanak (TK) untuk menghadapi jenjang pendidikan
selanjutnya adalah kemampuan mengenal huruf. Hal ini juga terdapat pada
permendikbud nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum PAUD. Salah satu
standar tingkat pencapaian perkembangan anak yaitu pada aspek
perkembangan bahasa. Diantaranya menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal
dan mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya.
90
Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Jakarta: Grasindo, 2012), hal. 46

1
2

Kemampuan mengenal huruf pada anak usia dini merupakan


kemampuan yang terlihat sangat sederhana,.Namun kemampuan ini harus
dikuasai oleh anak TK karena pengenalan terhadap huruf termasuk modal awal
memiliki keterampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan landasan
utama seseorang untuk mengenali tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
dengan kemampuan dan keterampilan membaca seseorang mengetahui segala
informasi yang ada disekitarnya dengan mudah. Dengan demikian keterampilan
membaca merupakan hal penting untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
dan perlu dikembangkan pada anak usia dini. Dalam Ayat suci Alquran pun
dianjukan untuk kita selalu membaca dan membaca, “Bacalah”, seperti tertuang
dalam Firman ALLAH SWT surat Al Alaaq ayat 1-5 :
‫علَّ َن‬ َ ‫ ٱلَّذِي‬٣ ‫ ۡٱق َز ۡأ َو َرب َُّك ۡٱۡل َ ۡك َز ُم‬٢ ‫ق‬
َ ٤ ‫علَّ َن ِب ۡٱلقَلَ ِن‬ َ ‫سنَ ِه ۡن‬
ٍ َ‫عل‬ َ َٰ ‫ٱۡلن‬ ۡ ‫﴿ ۡٱق َز ۡأ ِب‬
ِ ۡ ‫ َخلَ َق‬١ ‫ٱس ِن َر ِبّ َك ٱلَّذِي َخلَ َق‬
]5-1:‫﴾ [ الـعلق‬٥ ‫سنَ َها لَ ۡن يَعۡ لَ ۡن‬ ِۡ
َ َٰ ‫ٱۡلن‬
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al‟Alaq 1-5)91
Surat Al-Alaq adalah yang pertama kali turun pada Rasul-shallallahu‟alaihi wa
sallam. Surat tersebut turun di awal-awal ke Nabian. Ketika itu beliau belum
mengenal tulis- menulis dan tidak mengerti tentang iman.
Selanjutnya, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Undang-undang ini
merupakan undang-undang yang mengatur sistem Pendidikan yang ada di
Indonesia yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14
menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun melalui
pemberian rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut”. Undang-
undang ini merupakan undang-undang yang mengatur sistem pendidikan yang
ada di Indonesia. Stimulasi dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

91
Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Kementerian Agama RI, 2017), hal.421
3

lebih lanjut.92
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya yang
berada pada rentang usia rentang 0-6 tahun.93 dan termasuk dalam usia anak
taman kanak-kanak. Pada usia TK harus sudah mengenal huruf saat keluar dari
TK, sehingga saat memasuki sekolah dasar anak tidak mengalami kesulitan
untuk menguasai keterampilan membaca.
Untuk menguasai keterampilan membaca di TK diperlukan berbagai cara
dalam proses pembelajaran dalam mengenal huruf salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai media kartu kata agar anak tertarik dengan hal-hal baru
sehingga mereka mudah dalam menerima informasi. Namun ternyata di TK Al
Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian kabupaten Batang hari belum
menggunakan media kartu kata dalam proses pembelajaran dalam mengenal
huruf.
Permasalahan di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang hari pada anak Kelompok B sekarang ini masih banyak yang
belum mengenal huruf. Dari hasil observasi peneliti pada hari Rabu, 23 oktober
2019, peneliti fokus melihat pada aspek perkembangan kognitif mencapai 55%
dari 70%-100% tingkat keberhasilan, dan bahasa mencapai 55%, dari 70%-
100% tingkat keberhasilan.
Dari hasil observasi di atas terlihat jelas dalam aspek kognitif dan bahasa
khususnya kemampuan mengenal huruf anak kelompok B di TK Al Muttaqin I
Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari masih rendah, yaitu
55%. Rendahnya kemampuan mengenal huruf anak TK tentu saja akan
menimbulkan dampak buruk bagi yang bersangkutan untuk ke jenjang
pendidikan selanjutnya yaitu memasuki sekolah dasar.
Permasalahan dalam pembelajaran mengenal huruf pada anak TK Al
Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang hari masih
mengikuti cara-cara lama yang kurang efektif, dan dengan media yang masih
kurang menarik. Pembelajaran mengenal huruf di TK Al Muttaqin I Rantau Puri

92
Meity H. Idris, dkk, Menjadi Pendidik yang Menyenangkan dan Profesional (Jakarta Timur:
Luxima, 2015), hal. 4
93
Hasnida, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini (Jakarta Timur : Luxima, 2015), hal. 5
4

seringkali hanya menggunakan majalah LKA (Lembar Kerja Anak). Proses


pembelajaran mengenalkan huruf belum menggunakan media yang lebih efektif
untuk mengenalkan huruf.
Media Pembelajaran yang tersedia untuk mengenalkan huruf masih
belum lengkap, monoton, dan belum dikemas dalam bentuk permainan. Stimulasi
pada anak dalam mengembangkan kemampuan mengenal huruf belum
dilakukan secara maksimal.
Stimulasi pada anak dalam mengenalkan huruf pada anak TK perlu ada
inovasi dengan berbagai macam permainan membaca menggunakan media.
Suasana belajar harus diciptakan melalui kegiatan permainan yang sesuai
dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Pendidik harus dapat
merencanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan
menggunakan media, dan mengemas pembelajaran dalam permainan yang
menarik.
Salah satu media yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengenal huruf di TK Al Muttaqin I Rantau Puri berupa kartu kata. Dengan media
kartu kata diharapkan dapat memberikan nilai lebih kepada anak untuk
meningkatkan pengenalan huruf.
Mengingat adanya kekurangan pada kondisi tersebut, perlu ada
perubahan media yang lebih baik. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk
menggunakan media berupa kartu kata untuk mengenalkan huruf pada anak
kelompok B TK Al Muttaqin I Rantau Puri.
Bermain atau permainan merupakan cara yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini terutama dalam
pengenalan huruf. Mengingat anak usia dini adalah usia dimana anak bermain,
maka upaya menciptakan suasana belajar dapat diwujudkan dalam permainan
tebak huruf menggunakan media kartu kata.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf masih
5

bersifat monoton dan kurang menarik.


2. Guru kurang menggunaan media yang menarik ketika mengembangkan
kemampuan mengenal huruf kepada peserta didik.
3. Belum digunakannya media kartu kata dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada peserta didik.

C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta keterbatasan yang
penulis miliki, maka dalam usulan penelitian ini penulis melakukan pembatasan
masalah kegiatan “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Menggunakan Media
Kartu Kata Kelompok B di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah
apakah kemampuan mengenal huruf anak dapat ditingkatkan menggunakan
media kartu kata pada Kelompok B TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan mengenal huruf anak dapat ditingkatkan menggunakan media kartu
kata pada Kelompok B TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
Manfaat Penelitian ini adalah
1. Secara teoretis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia penelitian dan ilmu tentang pendidikan. Secara praktis
a. Bagi anak didik
Dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf dengan lebih cepat,
tepat dan benar menggunakan media kartu kata.
b. Bagi guru
Dapat menerapkan pembelajaran mengenal huruf dengan cara yang
efektif dan menyenangkan dengan menggunakan media kartu kata.
c. Bagi Lembaga sekolah Anak Usia Dini
6

Dapat sebagai masukan mengambil kebijakan menerapkan metode


pengenalan huruf menggunakan media kartu kata.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kemampuan Mengenal Huruf
Kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan melakukan sesuatu
dengan mengenali tanda-tanda/ciri-ciri dari tanda aksara dalam tata tulis yang
merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi baha94 Belajar huruf
adalah komponen hakiki dari perkembangan baca tulis. Anak bisa membaca
beberapa kata dan mengenal huruf cetak di lingkungan/environ mental print
sebelum mereka mengetahui abjad. Anak menyebut huruf pada daftar abjad,
dalam belajar membaca tidak memiliki kesulitan dari pada anak yang tidak
mengenal huruf.95
Burnett menyatakan bahwa mengenal huruf merupakan hal penting bagi
anak usia dini yang di dengar dari lingkungannya baik huruf latin, huruf Arab dan
lainnya. Berbagai huruf yang dikenal anak menumbuhkan kemampuan untuk
memilih dan memilah berbagai jenis huruf. Melatih anak untuk mengenal huruf
dan mengucapkannya mesti harus diulang-ulang.96
Selain pendapat di atas, bagi anak mengenal huruf bukanlah hal yang
mudah. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak huruf yang bentuknya
mirip tetapi bacaannya berbeda, seperti D dan B, dengan W, maka diperlukan
permainan membaca untuk mengenal huruf.97 Dari pernyataan di atas bahwa
mengenal huruf adalah penting bagi anak TK dan perlu diajarkan dengan metode
bermain karena merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak membebani
anak dan memerlukan energy sehingga anak dapat mempelajari bahasa secara
utuh belajar sesuai yang diajarkan/ diharapkan.
Tahapan membaca pada anak usia dini dibagi dalam 4 tahap yaitu:
a. Tahap I : Membaca Gambar
Anak diberikan gambar, yang dalam satu halaman hanya memuat satu jenis
gambar, misalnya gambar ayam, maka gambar tidak boleh dihias dengan

94
Seefeldt, Carol., & Barbara A Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini (Alih bahasa: Pius
Nasar) (Jakarta : Indeks.2010), hal. 330-331
95
Ibid, hal. 331
96
Harun Rasyid dkk, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo.
2009), hal. 241
97
Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. 2003), hal. 165
7
8

jenis gambar lain. Jika buku, maka buku tersebut hanya berisi gambar, belum
tulisan.

Gambar 1
b. Tahap II: Membaca Gambar + Huruf
Keterampilan membaca anak tahap kedua ini dengan membaca huruf yang
sesuai dengan huruf awal gambar.

Gambar 2
c. Tahap III: Membaca Gambar + Kata “anak ayam”
Keterampilan membaca tahap selanjutnya adalah dengan memperlihatkan
gambar dan tulisan makna gambar.

Anak Ayam
Gambar 3

Tahap Membaca Kalimat merupakan tahap paling matang dari


keterampilan membaca ini. Anak sudah menguasai banyak kosa kata dan dapat
merangkainya menjadi kalimat. Anak dapat membaca buku maupun surat
9

kabar.98 Perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun
dibagi dalam lima tahap yakni:
a. Tahap Magic
Pada tahap ini anak belajar tentang guna buku. Anak mulai berpikir
bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku.
b. Tahap Konsep Diri
Anak melihat dirinya sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan
pura-pura membaca, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku
walau tidak cocok dengan teks yang ada didalamnya.
c. Tahap Membaca Antara
Anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak. Mereka mungkin
memilih kata-kata yang sudah dikenal, dapat membaca ulang cerita yang sudah
ditulis dan dapat membaca puisi.Pada tahap ini anak mulai mengenali alphabet.
d. Tahap Lepas Landas
Anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/cirri yaitu grafonic, semantik,
dan sintaksis. Anak mulai bergairah membaca, mengenali huruf dari konteks,
memperhatikan lingkungan dan membaca apapun di sekitarnya seperti pada
kemasan dan papanpenunjuk.
e. Tahap Independen
Anak dapat membaca secara mandiri, mengkonstruksi makna dari huruf
dan dari pengalaman sebelumnya sertai syarat penulis. Anak-anak dapat
membuat perkiraan tentang isi bacaan. 99
Pada penelitian ini, tahapan membaca yang digunakan adalah tahap
membaca gambar dan kata. Selain itu, dikarenakan obyek yang diteliti adalah
anak di Taman Kanak-kanak atau masih dalam usia prasekolah maka termasuk
dalam tahapan kesiapan membaca. Kesiapan membaca meliputi berbagai
kesiapan belajar, kesiapan fisik meliputi penglihatan dan pendengaran yang baik,
kesiapan intelektual meliputi tingkat persepsi visual minimum anak bisa
menyerap dan mengingat kata-kata dan huruf pembentuknya.

98
Ika Budi Maryatun, PAUD dan Pemanfaatan Bahan Bekas untuk APE (Yogyakarta: Ombak,
2011), hal. 1-2
99
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuh Kembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini (Jakarta:
Grasindo.2009), hal. 9
10

2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah”,
“perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus,
pengertian media dapat diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali formasi visual dan verbal. 100
Media instruksional atau media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur
pokok yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan
yang dibawanya (message/software). Unsur pesan adalah informasi atau bahan
ajar dalam tema/topic tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari.
Sedangkan unsur perangkat keras adalah sarana atau peralatan yang digunakan
untuk menyampaikan pesan tersebut. Dengan demikian, sesuatu baru dapat
dikatakan sebagai media pembelajaran jika sudah memenuhi dua unsur
tersebut.101
Dari berbagai definisi dari media di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
media adalah segala sesuatu dalam lingkungan anak dan merupakan non
personal (bukan manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau
isi pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan anak dalam proses belajar mengajar.
b. Manfaat dan Fungsi Media
1). Manfaat media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan anak sehingga kegiatan pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media
yang lebih rinci. Beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
a) Anak dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
b) Keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak.
c) Membangkitkan motivasi belajar anak.

100
Guslinda dkk, Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Surabaya: CV.Jakad Publishing
Surabaya.2014), hal. 3
101
Badru Zaman dkk, Media dan Sumber belajar TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), hal.
4.5
11

d) Menyajikan informasi secara konsisten sesuai kebutuhan.


e) Menyajikan pesan /informasi belajar secara serempak.
f) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
g) Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak. 102
b. Fungsi media
Fungsi Media pembelajaran tersebut adalah sebagai daya tarik sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih menarik, anak lebih
bergairah dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran, serta materi
yang disampaikan pun dapat diserap oleh anak dengan baik.
Guru harus memiliki pengetahuan tentang media yaitu adalah sebagai
berikut :
1) Media sebagai alat komunikasi agar proses belajar mengajar lebih efektif.
2) Fungsi media untuk mencapai tujuan pendidikan
3) Pengetahuan media tentang proses-prosesbelajar
4) Metode mengajar mempunyai hubungan yang erat dengan media pendidikan.
5) Manfaat media pendidikan dalam pembelajaran
6) Memilih dan menggunakan media
7) Jenis-jenis alat dan teknik media
8) Media dalam setiap mata pelajaran
3. Kriteria Pemilihan Media
Media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran
yaitu : a) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut dengan media dua
dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. b) Media tiga
dimensi yaitu media dalam bentuk model seperti model padat (solid models),
model penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. c) Media proyeksi
seperti slide, film strips, penggunaan OHP, dan lain-lain. d) Penggunaan
lingkungan sebagai media pembelajaran. 103
Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan kemampuan: a)
Mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual/audio), b)
Mengakomodasikan respons anak yang tepat (tertulis, audio, dan kegiatan fisik),
102
Badru Zaman dkk, Op. Cit., hal. 4.11
103
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai Media pengajaran (Bandung: CV.Sinar Baru. 2009), hal. 3-4
12

c) pemilihan media utama dan sekunder untuk penyajian informasi atau


stimulus.104 Kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien
dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapainya.
Dengan kriteria pemilihan media diatas, guru diharapkan dapat lebih
mudah memilih media mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna
mempermudah tugas-tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Kehadiran media pembelajaran jangan terlalu dipaksakan bila hal tersebut dapat
mempersulit tugas guru sebagai pengajar, tapi harus sebaliknya, yakni dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam penelitian ini memilih media grafis/media dua dimensi yaitu berupa
kartu kata dengan gambar dan ukuran panjang lebar yang sama (12cmx12cm)
dan dengan symbol/huruf yang melambangkannya.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan
penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Basrochah pada tahun 2011, yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Pemanfaatan Media Kartu
Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B1 Taman Kanak-kanak Aisyah
Bustanul Athfal Tengahan Minggir Sleman penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukkan ada
peningkatan mengenal huruf dari 10%, meningkat 40% menjadi 80%,
terdapat persamaan media yang digunakan yaitu kartu kata dan sama-sama
untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf namun pada anak usia 5
sampai 6 tahun dan yang menjadi perbedaan usia objek penelitian yaitu 4
sampai 5 tahun.105
2. Skripsi Rosalia Herlianawati (2012) dengan judul Upaya Meningkatkan
kemampuan Menulis Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar pada
kelompok A TK Mekar Melati. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan
dalam kemampuan menulis dari 14%, meningkat 79%, menjadi 86%.
Persamaan skripsi ini dengan yang penulis lakukan sama-sama

104
Azhar Arsyad Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo persada.2009), hal. 64
105
Basrochah , Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Penerapan Metode Bermain
Kartu Kata di Kelompok B1 TK ABA Ketanggungan (Yogyakarta: 2011) hal. 80
13

menggunakan media kartu kata dan perbedaannya terdapat pada


meningkatkan kemampuan menulis sedangkan yang penulis teliti
meningkatkan kemampuan mengenal huruf.106
3. Skripsi Kirana Rahmalya (2019) Penerapan Media Kartu Kata Bergambar
untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-kanak
Al-Kautsar Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru
sudah menerapkan media kartu kata bergambar sesuai dengan langkah-
langkah yaitu: !) Menentukan tema, 2) Menyiapkan Media Kartu Kata
Bergambar, 3) Mengenalkan huruf dan Kata Kepada Anak, 4) Menyiapkan
alat dan bahan, 5) Membagi anak ke dalam beberapa kelompok, 6)
Memberikan kegiatan kepada anak. Persamaan dalam penelitian yaitu
penggunaan media kartu bergambar, perbedaannya terhadap kemampuan
yang di capai dan metode penelitian yang digunakan. 107

C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka teori yang disusun, maka dapat diketahui bahwa
pengajaran mengenal huruf melalui media bermain kartu kata akan membuat
anak lebih antusias dalam belajar. Anak juga akan tertarik karena kartu yang
digunakan menggunakan huruf, warna, dan gambar yang menarik. Anak akan
tertarik bermain dengan kartu kata. Dengan permainan ini secara tidak sadar
anak akan belajar mengenal huruf dan kata sederhana tanpa disadari kalau dia
sedang belajar membaca permulaan. Dengan kata lain anak melakukan kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain.
Dengan demikian maka proses pembelajaran dengan media kartu kata
menjadi lebih cepat dan menyenangkan. Kemampuan mengenal huruf dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media kartu kata pada kelompok B di TK Al
Muttaqin I Rantau Puri. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

106
Rosalia Herlianawati, Upaya Meningkatkan Kemampuan menulis Menggunakan media kartu
Bergambar pada Kelompok A TK Mekar Melati, Sleman Yogyakarta. (Skripsi, UNY,2012)
107
Kirana rahmalya, Penerapan Media Kartu Kata Bergambar untuk Mengembangkan Kemampuan
Berbahasa Anak di Taman Kanak=Kanak Al-Kautsar Bandar Lampung (Skripsi, UIN Bandar
Lampung, 2019)
14

Masalah kemampuan

kemampuan mengenal

D. Hipotesis Tindakan
Dalam pelitian ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Kemampuan
mengenal huruf dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu kata pada
anak kelompok B di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas
merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.108
Penelitian tindakan kelas ini merupakan bentuk penelitian refektif yang
dilakukan oleh guru, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini juga
merupakan penelitian yang bersifat reparatif yaitu untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar anak dapat mencapai hasil yang maksimal.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki proses
pembelajaran nyata yang terjadi di kelas, meningkatkan kegiatan nyata guru
dalam pengembangan kompetensi profesional, dan memperbaiki berbagai
persoalan nyata praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di
kelasnya, atau berkolaborasi dengan guru kelas bekerjasama dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara partisipasif dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran tertentu dalam suatu siklus. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini yang diutamakan adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan media yang dianggap tepat untuk meningkatkan
kemampuan mengenal huruf menggunakan media kartu kata pada kelompok B.
Sejak dari perencanaan penelitian, peneliti selalu terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Peneliti juga memantau, mencatat, mengumpulkan data,
menganalisis data dan melaporkan hasil penelitian yang dibantu oleh guru kelas.
Guru kelas sebagai kolaborator dalam sebuah penelitian tindakan yang terjadidi
kelas dilakukan secara bersama dengan peneliti.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Al muttaqin I Rantau

108
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi-6 (Bandung:
Rineka Cipta. 2011), hal. 3

15
16

Puri kecamatan Muara Bulian kabupaten Batang Hari yang berjumlah 15 orang
anak dan 2 orang guru.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelompok B TK Al muttaqin I Rantau
Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2019/2020 yakni pada Bulan Agustus 2019 bertepatan dengan
semester I tahun Pelajaran 2019/2020.
D. Prosedur Penelitian
Model penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada
model penelitian tindakan bahwa model penelitian Kemmis dan Mc Taggart
merupakan pengembangan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin memiliki empat
komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Model Kemmis dan Mc Taggart, juga
menggunakan keempat komponen penelitian tersebut dalam setiap langkah.
Akan tetapi pada model Kemmis dan Mc Taggart, komponen tindakan dan
pengamatan menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara
simultan seperti pada gambar berikut:

Keterangan:
Siklus I
1. Tahap ini peneliti melakukan persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
PTK yaitu peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
17

kompetensi dasar yang akan dikembangkan pada peserta didik, membuat


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), menyiapkan alat bantu
atau alat dan bahan-bahan keperluan yang akan digunakan sebagai
pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan Tindakan, dilaksanakan sejalan dengan laju perkembangan
pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas mulai hari senin-
sabtu, pukul 08.00 wib -10.00 wib. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini
adalah menerapkan RPPH yang telah disusun serta melakukan observasi
sebagai sarana pengumpulan data dalam waktu yang bersamaan dengan
pembelajaran. Jadi pada tahap kedua ini merupakan pelaksanaan dari apa yang
sudah direncanakan dalam rencana kegiatan harian. Perlu diperhatikan pada tahap
kedua ini, guru yang sekaligus peneliti dengan dibantu guru sentra hendaknya
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun
sebelumnya.109
2. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
mengamati secara cermat tentang apa yang terjadi dengan menggunakan
empat lembar observasi (pengamatan) yaitu lembar:
a) Pengamatan yang dilakukan pada proses pembelajaran,
b) Kegiatan guru,
c) Kegiatan anak,
d) Respon dan perkembangan kemampuan mengenal huruf anak.
Pada tahap ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang
dilaksanakan terhadap anak. Pengamatan dilakukan secara cermat dan
dilakukan pencatatan-pencatatan sebagai bahan refleksi untuk penyusunan
tindakan selanjutnya.
3. Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang
telah dihasilkan ,atau apa yang belum dihasilkan,atau apa yang belumtuntasdari
langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian
tujuan. Untuk maksud ini, peneliti/guru terlebih dahulu menentukan kriteria

109
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), hal. 57
18

keberhasilan pembelajaran mengenal huruf.


Dalam rangka menetapkan tindakan selanjutnya, hal yang penting adalah
penetapan langkah berikutnya merupakan hasil renungan kembali mengenai
kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan, perkiraan peluang yang
akan diperoleh, kendala atau kesulitan bahkan ancaman yang mungkin dihadapi.
Hasil refleksi hendaknya didiskusikan sebelum diambil suatu keputusan, lebih-
lebih hasil refleksi yang akan digunakan sebagai dasar kesimpulan dan
rekomendasi.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan hasil refleksi Siklus Pertama
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pengamatan terhadap tindakan
4. Refleksi terhadap tindakan
5. Tindakan dan Observasi
6. Refleksi Gambar
7. Proses Penelitian
8. Tindakan Kelas

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang
sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat-alat observasi tentang hal
yang akan diamati atau diteliti ,observasi atau pengamatan merupakan penilaian
yang dilakukan dengan mengamati perilaku dan aktivitas anak dalam suatu
waktu atau kegiatan serta dilengkapi alat rekam data.
Observasi berfokus pada perilaku yang ditampilkan anak kemudian
perilaku tersebut dibandingkan dengan kriteria perkembangan anak sesuai
dengan usia yang diobservasi, hasil dari observasi digunakan untuk menentukan
perkembangan anak sampai pada tahap apa.
Observasi merupakan cara untuk mengumpulkan keterangan atau
19

informasi tentang sesuatu dengan cara melihat, mendengarkan dan mengamati


semua peristiwa mencatatnya secara cermat dan teliti dilakukan oleh pengamat
terhadap objek yang diamati. Observasi atau pengamatan digunakan untuk
merekam proses dan hasil dari suatu aktivitas sehari-hari anak usia dini baik di
rumah, taman penitipan, kelompok bermain maupun taman kanak-kanak
berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.

2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung anatara peneliti dan narasumber. Seiring
dengan perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan
melalui media-media tertentu, misalnya telepon, e-mail, atau sykep. Wawancara
terbagi dua kategori yaitu, wawancara terstruktur dan tidak struktur. Wawancara
struktur dimana peneliti mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak
digali dari narasumber. Sedangkan wawancara tidak struktur adalah wawancara
bebas peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang
proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah kongkrit yang
dipraktikkan guru (peneliti) dalam proses pembelajaran. Dokumentasi foto
dilakukan untuk merekam data visual tentang proses kegiatan pembelajaran atau
hasil pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan, laporan kegiatan, foto-
foto, film dokumenter, data yang relevan.
Teknik observasi digunakan untuk mendokumentasikan, merekam serta
menganalisis data baik data tertulis, gambar maupun elektronik yang bermanfaat
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang dilakukan
dengan mengumpulkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian),
foto hasil karya anak, foto-foto anak ketika kegiatan mewarnai berlangsung.
Sebagai alat bantu dalam pengumpulan data maka akan digunakan foto dan
20

video untuk mengamati peningkatan kreativitas anak.110

F. Instumen Penelitian
Tabel 1.
Kisi-kisi observasi Kemampuan mengenal huruf

No Kriteria Kemampuan Mengenal Huruf


1 Menyebutkan huruf
2 Menunjukkan huruf
3 Menghubungkan gambar dengan huruf

Tabel 2.
Rubrik Observasi Kemampuan Mengenal Huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menyebutkan simbol huruf dengan benar. 3
2 Anak belum dapat/mampu menyebutkan simbol huruf dengan
2
benar.
3 Anak tidak dapat/mampu menyebutkan simbol huruf. 1
Tabel 3.
Rubrik menunjukkan huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menunjukkan simbol huruf dengan benar. 3
2 Anak belum dapat/mampu menunjukkan simbol huruf dengan
2
benar.
3 Anak tidak dapat/ mampu menunjukkan simbol huruf. 1

Tabel 4.
Rubrik menghubungkan gambar dengan huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menghubungkan gambar dengan huruf 3
dengan benar.
2 Anak belum dapat/mampu menghubungkan gambar dengan 2
huruf dengan benar.

110
Acep Yoni, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Citra Media, 2010)hal. 60
21

3 Anak tidak mampu menghubungkan gambar dengan huruf. 1

Kriteria kategori kemampuan mengenal huruf adalah sebagai berikut :


Skor 1 kurang: Apabila anak mampu menunjuk 1-3 huruf yang dikenalnya, tidak
mampu menyebutkan huruf dengan tulisan sederhana dan tidak mampu
menghubungkan tulisan dengangambar.
Skor 2 cukup : Apa bila anak mampu menunjuk 4-6 huruf yang dikenalnya,
mampu menyebutkan huruf dengan tulisan sederhana dan mampu
menghubungkan tulisan dangambar.
Skor 3 baik: Apabila anak mampu menunjuk 7-10 huruf yang dikenalnya, mampu
menyebutkan huruf dengan tulisan sederhana dan mampu menghubungkan
tulisan dengan gambar.
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang dianalisis adalah hasil kegiatan
pembelajaran mengenal huruf. Analisis pembelajaran anak dilakukan pada setiap
pertemuan dalam siklus I dan II dengan menggunakan teknik diskriptif kuantitatif
persentase. Adapun rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik
diskriptif kuantitatif perentase menurut Anas Sudjiono adalah sebagai berikut: 111

Keterangan :
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of cases (jumlah frekuensi)
p = angka persentase
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal huruf anak
dilakukan dengan membuat perbandingan persentase skor yang diperoleh anak
sebelum dan setelah pembelajaran dengan media kartu kata.
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dalam penelitian ini dianggap berhasil apabila ada

111
Anas Sudjiono. Pengantar Statiska (Jakarta: Rajawali Press,2010), hal. 43
22

peningkatan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran dan menunjukkan


peningkatan pemahaman anak dalam mengenal huruf dengan kriteria baik yaitu
telah dapat menunjukkan huruf dengan benar, dapat menyebutkan simbol huruf
dengan benar, dan dapat menghubungkan gambar dengan huruf dengan benar.
Penelitian dianggap berhasil apabila sejumlah 80% dari anak kelompok B
berkategori baik dalam mengenal huruf, dari 24 orang yang mengikuti ada
sebanyak 19 anak yang dapat mengenal huruf.
I. Jadwal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian Library Research

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rasullullah SAW di utus di muka bumi ini adalah untuk menjadi rahmat
sekalian alam. Manusia yang paling mulia yang diutus Allah SWT untuk menentukan
arah dan tujuan hidup ummat manusia. Islam sangat memperhatikan segala aspek
yang dikerjakan manusia, mulai dari hal-hal yang terkecil sampai pada hal-hal yang
besar. Baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan manusia. Dalam hal
ini Islam memberikan pendidikan kepada manusia dan sebagai pedoman hidup
untuk manusia seluruh alam. Rasulullah SAW sebagai utusan yang menyempurnakan
akhlak manusia, karena beliau dalam hidupnya penuh dengan akhlak-akhlak yang
mulia dan sifat-sifat yang baik. Ini termaktub dalam Al-Qur‟an dalam surah Al-Anbiya‟
ayat 107 :
‫ن إ ِ اَّل َر ْح َم ة ً ل ِ ل ْ ع َ ا ل َ ِم ي َن‬
َ ‫َو َم ا أ َ ْر س َ ل ْ ن َا‬
Artinya:”Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam”.(Q. S. Al-Anbiya‟ ayat 107)112
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya (Mukjizat), diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul denga perantaraan
Malaikat Jibril alaihis salam. Dan di tulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan
kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan
suatu ibadah.113
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh
manusia (hudan li an-nas). Al-Qur‟an menjadi puncak tertinggi dari sumber-sumber
ilmu yang ada, dan induk dari pada segala bidang ilmu yang menjadi sumber
pengambilan hukum atau dalil yang paling utama. Maka ayat di atas menggambarkan
bagaimana seorang manusia bisa melakukan perubahan dunia melalui dirinya. Apa
yang dilakukan Rasulullah SAW untuk menjadi panutan bahwa dirinya sebagai
rahmat sekalian alam. Dalam hal ini sangat jelas kaitannya bahwa salah satu tujuan

112
Anonim. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. (Bandung: PT. Sygma
Axamediaarkanleema), 2009
113
Muhammad Ali Ash-Shaabuniy, Studi Ilmu Al-Qur‟an (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2007), hal.15
1
2

di utus nya Rasulullah SAW untuk menjadi rahmat seluruh alam adalah dengan cara
menyempurnakan akhlaq manusia. 114
Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu, Rasulullah Shallallahu
„Alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫ِإنا َما بُ ِعثْتُ ألُت َ ِ ّم َم َمك‬


ِ ‫َار َم األ َ ْخال‬
)‫ق (رواه البيهمي‬
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan
akhlaq.”(HR. Al-Baihaqi).115
Dengan demikian, untuk menuju tercapainya akhlaq yang baik atau akhlakul
karimah maka diperlukan beberapa proses atau tahapan-tahapan agar terciptanya
manusia yang berakhlaq, yang ini sesuai dengan tujuan di utusnya Rasulullah SAW.
Lalu apa proses atau cara yang bisa dilakukan untuk membentuk akhlaq yang baik.
Maka adapun dari pada persoalan itu adalah melalui proses pendidikan
karakter, terutama pendidikan agama yang diyakini sebagai instansi yang paling
bertanggung jawab terhadap pembentukan moral bangsa, bahkan pembentukan
karakter sehingga setiap muncul persoalan dalam kehidupan manusia, maka yang
pertama kali dipersalahkan adalah pendidikan. Karena dengan pendidikanlah
semuanya bisa berubah, dari yang tidak beradab menjadi manusia yang berakhlaq,
dari yang tidak tau menjadi tau, inilah proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha membina dan membentuk pribadi agar bertaqwa
kepada Allah SWT, cinta kasih kepada orang tua dan sesamanya, dan pada tanah
airnya, sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Pendidikan juga berarti
mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap
aktivitas jasmani, pikiran maupun terhadap ketajaman dan kelembutan hati
nuraninya. Pendidikan dapat berbasis pada kebudayaan masyarakat, nilai-nilai
agama, serta visi dan misi lembaga pendidikan. 116
Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka
untuk memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan
berperilaku. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan
karakter manusia. Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai media untuk membentuk
hakikat dan karakter kemanusian yang paling signifikan. Secara faktual, pendidikan

114
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur‟an (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), hal. 95
115
https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/ Diakses 10 September 2019
116
Tatang S, ilmu pendidikan (Bandung:CV. PUSTAKA SETIA, 2012) hal. 15
3

mampu mengantarkan umat manusia menemukan jati dirinya. Dengan pendidikan


manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang salah.
Hal ini berarti, pendidikan sebagai usaha untuk memberdayakan manusia.
Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif, yang mandiri, dan
yang dapat membangun dirinya dan masyarakatnya. Manusia yang berdaya adalah
manusia yang produktif, dan kunci utama di dalam peningkatan kualitas pendidikan
ialah mutu para gurunya. 117
Dari beberapa pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu proses dimana manusia dapat merubah hidupnya kearah
yang lebih baik dengan menekankan pada pendidkan karakter. Akhlak merupakan
lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, dan umat. Karena itulah akhlak
yang menentukan jati diri seorang muslim.
Masalah pendidkan karakter tidak terlepas dari prilaku manusia atau tingkah
laku yang mana juga disebut dengan akhlaq. Agama Islam mempunyai tiga cabang
yang saling berkaitan, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. Akhlak hendaknya
menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan
membedakannya dengan makhluk- makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan
orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap
sesama makhluk, dan terhadap Tuhan.
Akhlak merupakan permasalahan yang tidak hentinya dibahas di kalangan
peserta didik maupun lembaga pendidikan Islam sendiri. Seperti halnya di dunia
pendidikan islam di pesantren, apa yang membedakan antara pendidikan di
pesantren dengan pendidikan di sekolah lainnya.
Pesantren atau yang lebih dikenal pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan tradisional di Indonesia yang memiliki kaitan penting dengan tradisi
pengajaran keilmuwan di Bumi Pertiwi. Pesantren tradisional beda dengan jenis
pesantren lain yang berkembang belakangan, seperti pesantren modern, pesantren
kilat dan pesantren kreatif. Pesantren tradisional, atau pesantren salafi,
mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai inti pendidikannya.118
Pesantren modern, atau pesantren khalafi, adalah pesantren yang
memasukkan pelajaran umum dalam sistem madrasah yang dikembangkannya.
117
A.R.Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2004), hal. 14
118
Aguk Irawan M.N Akar Sejarah Etika Pesantren Di Nusantara (Pustaka IIMaN, 2018), hal. 52
4

Sedangkan pesantren kilat adalah kegiatan pesantren yang hanya diselenggarakan


beberapa minggu saja, antara 15-40 hari. Anak-anak belajar dan memperdalam
pengetahuan tentang islam dan amalan-amalan yang harus dilakukan, seperti sholat,
membaca Al-Qur‟an, belajar bahasa Arab, dan menghafalkan do‟a-do‟a. Biasnnya,
anak yang belajar di sekolah umum dikirimkan orangtuanya ke pesantren kilat supaya
pengetahuan umum dan pengetahuan agama si anak seimbang. Pesantren kilat
biasanya diselenggarakan pada masa liburan sekolah umum atau bulan Ramadhan.
119

Salafiyah sendiri berasal dari kata dasar salaf, artinya yang telah lalu. Kemudian
menjadi salafiyah yang berarti mengikuti golongan salaf. Dalam tinjauan bahasa ,
kata salafiyah biasanya digabungkan dengan kata lain untuk tujuan tertentu. Kata
yang mendahului kata salaf menjadi penentu pemaknaan lengkap kata salafiyah.
Seperti kata faham, sistem, atau model, yang dimuzafkan (disambungkan) pada kata
salafiyah. Masing-masing memiliki pengertian berbeda, membawa maksud sesuai
terminologi pembuat gabungan kata salafiyah dengan kata sebelumnya. 120
Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam
pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki
pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan (karakter)
masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri
dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya. pesantren
memiliki posisi strategis untuk turut mengawal pengembangan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu memahami nilai-nilai perilaku manusia dalam
praktik kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan karakter di pesantren ditekankan
untuk menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga santri menjadi paham
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa
melakukannya.
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan adanya kerja sama
antara pendidik dan peserta didik. Dalam dunia pesantren istilah tersebut dinamai
dengan sebutan kiyai dan santri. Namun perlu digaris bawahi, bahwa adanya proses
belajar mengajar dalam lembaga pendidikan sangat membutuhkan adanya sebuah
119
Ibid.,hal. 19
120
Ibid.
5

akhlak dan aturan yang bisa mengantarkan kepada sebuah keberhasilan guru dan
murid. Dengan kata lain, adanya suasana religius dan membiasakan akhlak yang
baik dalam setiap kegiatan belajar mengajar merupakan langkah maju menuju cita-
cita keseimbangan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, untuk membentuk karakter seseorang sangat tidak mungkin
tanpa pendidikan, begitulah dengan KH.Hasyim Asy‟ari seorang tokoh yang berhasil
mempengaruhi dunia pendidikan. Yang terkenal dengan ulama dan kiyai yang
mengajarkan kepada santri-santrinya yang lebih mengedepankan karakter atau
akhlaq dalam menuntut ilmu. Salah satu karyanya yang sangat populer di dunia
pendidikan hingga saat ini, yaitu: Adab al-Alim wa al-Muta‟allim (akhlak pengajar
dan pelajar). Yang di dalamnya membahas tentang hal-hal yang diperlukan oleh
pelajar dalam kegiatan belajar serta hal-hal yang berhubungan dengan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran.
Karya ini merupakan resume dari buah kitab yang menguraikan tentang
pendidikan Islam, yaitu Ta‟lim al-Muta‟allim fi Tariq at- Ta‟allum (pengajaran untuk
pelajar: tentang cara-cara belajar) yang dikarang oleh Syaikh Burhan al-Din al-
Zarnuji (W 591 H/1194 M). Kitab ini menjelaskan bagaiamana karakter-karakter
yang harus dimiliki seorang pendidik dan peserta didik (kiyai dan santri) dalam
kalangan pesantren. Karakteristik pemikiran pendidikan kyai Hasyim dalam kitab ini
dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegangan teguh pada Al-
Qur‟an dan al-Hadis.
Untuk itu, tokoh yang penulis angkat disini adalah KH.Hasyim Asy‟ari. Beliau
merupakan seorang pahlawan Nasional dan tokoh Ulama‟ Nasionalis yang telah
meninggalkan kita berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sehingga penulis perlu
menelaah tentang konsep pemikiran KH. Hasyim As‟ari yang merupakan tokoh
bangsa serta ulama‟ yang peduli peduli dengan pendidikan, khususnya pendidikan
karakter. Berbagai kajian dari para tokoh pendidikan Islam sudah banyak
disampaikan. Namun pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy‟ari, yang akrab
dipanggil Mbah Hasyim, dalam bidang pendidikan merupakan dimensi yang menarik
untuk penulis kaji.
Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang pemikiran KH.
M. Hasyim Asy‟ari. Dengan membahas kajian tentang Konsep Pemikiran KH. M.
6

Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Karakter Khas Pesantren. Penulis akan


memulai mengulas tentang pendidikan karakter dalam kitab Adab al-Alim wa al-
Muta‟alimi, dimana kitab ini adalah kitab yang menjelaskan tentang karakter-karakter
pelajar dan pengajar khas pesantren.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapatlah dirumuskan


beberapa pokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep karakter belajar dan mengajar menurut KH. M. Hasyim
Asy‟ari?

2. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan karakter khas pesantren menurut KH.


M. Hasyim Asy‟ari?

C. Fokus Penelitian

Sesuai dengan judul yang penulis teliti dan untuk menjaga adanya kekaburan
pemahaman terhadap judul ini, maka perlu kiranya penulis kemukakan fokus
penelitian untuk mempermudah memahaminya. Adapun fokus penelitian
pembahasan ini adalah Konsep Pemikiran Pendidikan Karakter Khas Pesantren.
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah di atas, maka dapat dimunculkan tujuan


kajian dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang konsep pemikiran pendidikan karakter khas pesantren
menurut KH.M.Hasyim Asy‟ari.
b. Mengetahui tentang karakter belajar dan mengajar menurut KH.M.Hasyim Asy‟ari.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai acuan, bahan rujukan dalam pengembangan keilmuan di Indonesia,
khususnya pengembangan keilmuan pendidikan Islam yang di dalamnya juga
mencakup pendidikan karakter.
b. Agar mengetahui konsep pendidikan karakter KH. M. Hasyim Asy‟ari serta
kontribusinya dalam dunia pendidikan.
7

c. Bagi peneliti, menemukan dam menambah pemahaman tentang pemikiran KH.


M. Hasyim Asy‟ari terkait pendidikan karakter. Dan sebagai salah satu syarat
menempuh jenjang strata satu (S1) di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara
Batanghari.
BAB II
LANDASAN TEORI, MODELTEORI/PEMIKIRAN DAN PENELITIAN
YANG RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemikiran dan Pendidkan
Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” yang berarti proses,
cara, atau perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu
persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dalam
konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas dari proses kerja akal
dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara
bijaksana.121
Lazimnya, apabila sesuatu telah diteorikan (konsep), pemikiran adalah
elaborasi terhadap sebuah teori (konsep) atas dasar tuntutan fenomena-fenomena,
konteks, atau realitas.122 Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan
sebagai suatu proses pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya
mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik tersebut.
Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu, “pedagogia”, atau
“peadgogos” yang berarti pembimbing anak, atau seseorang yang tugasnya
membimbing anak dalam pertumbuhannya ke arah kemandirian dan sikap tanggung
jawab.123
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang artinya memelihara dan memberi
latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Mendapat awalan “pen” dan akhiran
“an” yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.124
Dari pengertian di atas, pendidikan pada dasarnya adalah proses
membimbing, mengarahkan dan memberi latihan kepada seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka memelihara dan menumbuhkembangkan kemandirian,
kecerdasan pikiran, serta sikap yang baik dalam pertumbuhan ke arah kedewasaan.

121
A.Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 2-3
122
Izomiddin, Pemikiran Dan Filsafat Hukum Islam (Jakarta: prenadamedia, 2018), hal. 1
123
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 32
124
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2012), hal. 326
8
9

Sedangkan dalam konteks Islam pendidikan dikenal dengan tiga istilah, yaitu
al-tarbiyah, al-ta‟lim, dan al-ta‟dib. Istilah “tarbiyah” ( ‫ )تربية‬dari kata (‫ )رب‬mengandung
arti mengasuh, memelihara, memperbaiki, dan menumbuh kembangkan dengan
penuh kasih sayang. Pengertian “ta‟lim” ( ‫ )تعليم‬dari kata kerja (‫ )علم‬yang berarti
pengajaran, pengarahan, dan pendidikan. Dan “ta‟dib” ( ‫ )تعدب‬dari kata (‫ )أدب‬yang
berarti pendidikan, kepatuhan, sopan santun. 125
Makna al-tarbiyah atau pendidikan adalah istilah yang berkaitan dengan usaha
menumbuhkan atau menggali segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat, talenta dan
berbagai kecakapan lainnya yang dimiliki manusia, atau mengaktualisasikan berbagai
potensi manusia yang terpendam, kemudian mengembangkannya dengan cara
merawat dan memupuknya dengan penuh kasih sayang. Yang di dalam proses
tersebut terdapat unsur pendidik, peserta didik, dan unsur caranya.
Kata al-ta‟lim banyak dijumpai di dalam al-Qur‟an, dan umumnya diartikan
dengan pengajaran atau mengajar. Menurut Quraish Shihab sebagaimana yang
dikutip oleh Abuddin Nata mengartikan kata yu‟allimu dengan artian mengajar yang
tidak lain kecuali hanya mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan alam metafisika serta fisik. Kata al-ta‟lim ini termasuk yang paling
popular dan banyak digunakan di Indonesia untuk kegiatan pendidikan non formal,
seperti pada kegiatan majelis ta‟lim.
Sedangkan kata al-ta‟dib merupakan kegiatan pendidikan sebagai sarana
tranformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri
manusia, serta menjadi dasar bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan.
Ketiga istilah tersebut jelas dipahami bahwa pendidikan adalah upaya yang
dilakukan pendidik dalam rangka menumbuhkembangkan potensi peserta didik baik
jasmani maupun rohani melalui serangkaian proses bimbingan dan arahan agar
pesera didik menjadi individu yang lebih baik. Islam sangat memberikan perhatian
yang sangat besar kepada kegiatan pendidikan. Islam memberikan penghargaan
yang setinggi-tingginya bagi siapa saja yang menumbuhkembangkan fungsi akal
melalui berbagai proses belajar mengajar, mendidik dan mencerahkan Bahkan wahyu
pertama yang turun kepada Rasulullah Saw adalah perintah untuk membaca (iqra‟)
yang terdapat dalam Q.S. al-„Alaq (ayat 1-5):

125
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Media Group, 2010), hal. 8 -14
10

)3( ‫) ا ْل َرأْ َو َرب َُّن ْاأل َ ْك َر ُم‬2( ‫ك‬


ٍ َ‫عل‬ ِ ْ َ‫) َخلَك‬1( َ‫ا ْل َرأْ ِباس ِْم َر ِبّ َن الاذِي َخلَك‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬

)5( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫) َعلا َم‬4( ‫علا َم بِ ْالمَلَ ِم‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫الاذِي‬

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S Al-Alaq:1-
5)126

Dan Allah akan mengangkat seorang mencapai derajat yang setinggi-


tingginya karena menguasai ilmu. Bagi mereka yang berilmu dan menggunakan
ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah akan mencapai derajat yang paling tinggi di
sisi Allah. Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari sumber pokok ajaran Islam yaitu
Alquran. Sebagai pedoman umat Islam Alquran menetapkan ketentuan tentang pendidikan
seperti dijelaskan bahwasanya Allah akan meninggikan derajat seseorang yang senantiasa
mencari ilmu. Seperti dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11:

‫ح وا ي َ ف ْ سَ ح ِ ا‬
‫َّللا ُ ل َ كُ ْم ۖ َو إ ِ ذ َ ا ل ِ ي َل‬ َ ‫ح وا ف ِ ي ال ْ َم‬
ُ َ ‫ج ا لِ ِس ف َا ف ْ س‬ ُ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ا ِذ ي َن آ َم ن ُ وا إ ِ ذ َ ا ل ِ ي َل ل َ ك ُ مْ ت َف َ سا‬
‫َّللا ُ ب ِ َم ا‬
‫ت ۚ َو ا‬ ٍ ‫جا‬ َ ‫َّللا ُ ال ا ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ِم نْ كُ مْ َو ال ا ِذ ي َن أ ُوت ُوا ال ْ ِع لْ مَ دَ َر‬
‫ا ن ْ ش ُ ُز وا ف َ ا ن ْ ش ُ ُز وا ي َ ْر ف َ ع ِ ا‬
َ ‫ت َعْ َم ل ُو َن‬
‫خ ب ِ ير‬
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( QS. Al-
Mujadalah ayat 11)127
Selanjutnya pengertian pendidikan menurut Drikarya yang mengungkapkan
bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan
manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Ahmad D. Marimba,
mengartikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

126
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. hal. 597
127
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. hal. 543
11

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya


kepribadian yang utama. 128
Pendidikan yang dirumuskan dalam Sistem Pendidikan Nasional merupakan
upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu
agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,
berilmu, sehat dan berkarakter mulia. Bahwa dalam hal ini, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karenanya, pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar
berupa pembinaan, pengajaran pikiran dan jasmani anak didik berlangsung
sepanjang hayat untuk meningkatkan kepribadiannya, agar dapat menjalankan
peranan dalam lingkungan masyarakat secara tepat sesuai dengan kondisinya.
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus
melihat kepada kata Arab karena ajaran islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut.
Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah
“tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya
adalah “ta‟lim dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam
bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta‟lim”. 129
Adapun mengenai pengertian pendidikan, banyak sekali para ahli yang
memberi batasannya, tetapi paling tidak, secara umum, pendidkan berarti suatu
proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
(peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia (peserta didik) melalu upaya
pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik.130
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di
zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam
menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi
contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan
sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah
mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.131

128
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 3
129
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 25
130
A.Susanto, Loc. Cit., hal. 3
131
Zakiah Daradjat, Op., Cit., hal. 27
12

Dari beberapa pengertian pendidikan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa,


yang di maksud dengan pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap atau
tingkah laku yang di alami siswa atau peserta didik melalui proses belajar yang di
ajarkan oleh pendidik atau guru, dan dari masing-masing peserta didik memiliki
kemampuan atau potensi yang berbeda-beda.
2. Pengertian Karakter

Istilah karakter berasal dari charaassein bahasa Latin yang berarti “dipahat
atau diukir”. Membentuk karakter diibaratkan mengukir di atas permukaan besi yang
keras. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap.132
Kata karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sifat- sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan yang lain. 133
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi character yang berarti, tabiat, budi
pekerti, watak. Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya
yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. 134
Terkait pengertian karakter ada beberapa ahli yang memiliki berbagai
pemahaman. Mereka memberikan pemaknaan karakter sesuai dengan pendekatan
yang dilakukan oleh ahli tersebut. Sudewo menyatakan bahwa karakter merupakan
kumpulan dari tingkah laku baik dari seorang anak manusia. Tingkah laku ini
merupakan perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya
mengembangkan amanah dan tanggung jawab.39 Adiwimarta mengartikan karakter
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan lainnya.135
Dalam hal ini Sudewo lebih menekankan pengertian karakter pada perwujudan
perilaku baik manusia yang bersumber dari kesadaran menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dalam kehidupan. Simon Philips mengungkapkan karakter adalah

132
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Inrenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hal. 27
133
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit.,hal. 623
134
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 20
135
Ibid.,hal. 21
13

kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap
dan perilaku yang ditampilkan.
Berbeda dengan Doni Kusuma yang mengartikan karakter adalah kepribadian
yang dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari berbagai bentukan yang diterima dari lingkungan.
Misalnya, lingkungan keluarga. 136
Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki
oleh suatu: benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong
bagaimana seorang bertindak, bersikap. berujar, dan merespon sesuatu. 137
Sedangkan menurut Witherington, karakter adalah keseluruhan tingkah laku
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Karakter
ini bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil
daripada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan cultural. 138
Apa pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang memengaruhi
segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau mengartikannya
identik dengan kepribadian. Karakter ini lebih sempit dari kepribadian dan hanya
merupakan salah satu aspek kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan
karakter berkenaan dengan kecenderungan penilaian tingkah laku individu
berdasarkan standar-standar moral dan etika.139
Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat sekitarnya
sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau dicela, baik
ataupun jahat. Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat, tabiat ataupun
perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai
fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam
berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya.140
Adapun istilah karakter dalam pandangan Islam menurut Quraish Shihab
dinamai rusyd. Ia bukan hanya nalar, tetapi gabungan antara nalar, kesadaran moral,
136
M. Najib, Novan Ardhy Wiyani, Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
(Yogyakarta: Gava Media, 2016), hal. 59
137
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal. 11
138
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 37.
139
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit.,hal. 12
140
Ibid.
14

dan kesucian jiwa. Ia terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Karakter


dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman
tersebut. Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral
pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena ia erat
kaitannya dengan kalbu. 141
Dengan makna seperti itu, berarti karakter identik dengan kepribadian atau
akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, seperti keluarga
pada masa kecil dan bawaan sejak lahir.
Seiring dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang berpendapat
bahwa baik atau buruknya karakter manusia sudah menjadi bawaan dari lahir. Jika
bawaannya baik, manusia itu akan berkarakter baik. Sebaliknya, jika bawaannya
buruk, manusia itu akan berkarakter buruk. Jika pendapat ini benar pendidikan
karakter berarti tidak ada gunanya karena tidak akan mengkin mengubah karakter
seseorang. Sementara itu, sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, yaitu
bahwa karakter bisa dibentuk dan diupayakan sehingga pendidikan karakter menjadi
bermakna untuk membawa manusia berkarakter baik.142
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa karakter identik dengan akhlak. Dalam
perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari
proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi akidah
yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak merupakan kesempurnaan dari
bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat.
Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat
dasar yang khas, tetap, dan bisa dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.
Pada dasarnya karakter tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instan)
semuanya harus melewati proses yang panjang, cermat, dan sistematis. Pendidikan
karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak usia dini
sampai dewasa.143
Karakter merupakan sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dan
perbuatannya. Apa yang seorang pikirkan dan perbuat sebenarnya merupakan
141
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2010), hal. 714
142
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2017), hal. 20
143
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam ( Bandung: PT.Remaja
RosdaKarya, 2011), hal. 108
15

dorongan dari karakter yang ada padanya. Dengan adanya karakter (watak, sifat,
tabiat, ataupun perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya
terhadap fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungan dengan orang lain,
dalam berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. 144
Ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed menjelaskan terdapat empat tahap
pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yang meliputi, tahap pembiasaan, sebagai
awal perkembangan karakter anak. tahap pemahaman dan penalaran terhadadap
nilai, sikap, perilaku dan karakter siswa tahap penerapan berbagai perilaku dan
tindakan siswa dalam kenyataan sehari- hari. Dan selanjutnya tahap pemaknaan,
yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap
dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan dan bagaimana dampak dan
manfaatnya dalam kehidupan. 145
Dari pengertian karakter di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang
meliputi seluruh aktivitas manusia-baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan,
diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan- yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep
pendidikan karakter (character education).146
Karakter Menurut Kepmendiknas, Dirjen Pendidikan Agama Islam,
Kementerian Agama Republik Indonesia mengemukakan bahwa karakter dapat
diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada
perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan
antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat
diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat
dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu ini bersifat unik,
karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa
dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula
dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan demikian, istilah karakter

144
Nur Zaini (2014), Pendidikan Karakter Perspektif Islam, e-Journal Kopertais, Vol. 8, No. 1, hal.12
145
Abdul Majid, Dian Andayani Op.cit.,hal. 109
146
Marzuki, loc. Cit.,hal. 20
16

berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, sehingga ia bisa disebut dengan orang
yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. Meskipun
demikian, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah
terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter.147
Menurut Kepmendiknas, karakter adalah sebagai nilai-nilai khas yang baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.
Pertimbangan di atas juga dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya
melalui 18 penguatan nilai -nilai, yaitu :148
a. Religius
Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai ketuhanan.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleran
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
e. Bekerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara baru dari
apa yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

147
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 4
148
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Pendidikan Karakter Internalisasi dan Metode Pembelajaran di
Sekolah (Yogyakarta: Kata Pena, 2017), hal. 22 -23
17

h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama, hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari apa yang dipelajrinya, dilihat dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan individu dan kelompok.
k. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian , dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
m. Komunikatif.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasma
dengan orang lain.
n. Cinta Damai.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya memberi bantuan bagi orang lain dan
18

masyarakat yang membutuhkan.


r. Bertanggung Jawab.
Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas dan kewajiban
sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri dan masyaraat.
Pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Atas dasar
pertimbangan tersebut, pada 6 September 2017, Presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan
Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan
dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian
dari Gerakan Nasional Revolusi Mental [GNRM). 149
Dari 18 karakter di atas, dasar karakter dapat di kelompokkan menjadi 4
bagian, yaitu:
a. Yang pertama adalah siswa harus mengetahui nilai karakter yang baik, bukan
hanya mengetahui saja, tetapi siswa juga harus memahami makna dari karakter
yang baik, yaitu melalui nilai karakter rasa ingin tahu dan gemar membaca.
b. Yang kedua adalah siswa memiliki kemauan melakukan nilai karakter yang baik,
berangkat dari kemauan yang mulia, dalam diri siswa akan terpatri karakter mulia,
yaitu melalui nilai karakter disiplin, bekerja keras, mandiri, dan komunikatif.
c. Yang ketiga adalah siswa nyata melakukan nilai karakter yang baik dalam
kehidupan, dengan harapan agar menjadi kebiasaan yang baik bagi siswa untuk
selalu berperilaku luhur dalam kesehariannya, yaitu melalui nilai karakter religius,
jujur, kreatif, dan bertanggung jawab.
d. Yang keempat adalah dampak yang dihasilkan dari perilaku karakter baik siswa
terhadap lingkungan, dampak tersebut dapat diketahui melalui tanggapan atau
respon lingkungan masyarakat terhadap siswa yang berperilaku luhur dalam
kesehariannya, yaitu melalui nilai karakter toleran, demokratif, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, peduli lingkungan,
peduli sosial.

149
Ibid.,hal. 22-23
19

Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan


sesuai usia, yaitu:
a. Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan
ini meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal antara
yang baik dan yang buruk serta mengenal mana yang diperintahkan, misalnya
dalam agama.
b. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia 7 sampai 8 tahun.
Tahapan ini meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan
hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk
selalu tertib dan disiplin sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan
shalat mereka.
c. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara usia 9sampai 10 tahun.
Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-
teman sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu
bekerjasama serta mau membantu orang lain.
d. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun.
Tahapan ini melatih anak untuk belajar menerima resiko sebagai bentuk
konsekuensi bila tidak mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik
dan yang buruk.
e. Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke
atas. Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada
pengalaman sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia
yang selanjutnya hanya diperlukan penyempurnaan dan pengembangan
150
secukupnya.
Dengan demikian, dapat penulis ambil sebuah sintesis bahwa karakter adalah
kualitas moral atau budi pekerti individu yang merupakan ciri khas yang membedakan
dengan lainnya dan menjadi pendorong untuk melakukan sesuatu yang bernilai baik
yang diperoleh dari lingkungannya. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila
telah berhasil menyerap nilai-nilai luhur yang dikehendaki masyarakat yang dapat
digunakan sebagai kekuatan dalam kehidupannya.
Bahwa karakter adalah watak atau kepribadian yang membedakan antara
150
Amin Nurbaedi, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Pendidikan Karakter Menurut KH. Hasyim
Asy‟ari, e-ISSN : 2460-2345, p-ISSN: 2442-6997, Vol. 04 No. 1 Juni 2018 , hal. 211-215
20

individu yang satu dengan individu yang lainnya, yang melekat pada diri individu itu
sendiri, maupun hasil dari pertumbuhan individu di suatu lingkungannya.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam
diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk
memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Pendidikan karakter
diartikan dengan pendidikan akhlak. Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni
jama‟ dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata
karma, sopan santun, adab dan tindakan.151
Pendidikan karakter menurut al-Qur‟an lebih ditekankan pada membiasakan
orang agar mempraktikkan dan mengamalkan nilai-nilai yang baik dan menjauhi nilai-
nilai yang buruk dan ditujukan agar manusia mengtahui tentang cara hidup, atau
bagaimana seharusnya hidup, karakter (akhlak) menjawab pertanyaan manusia
tentang manakah hidup yang baik bagi manusia, dan bagaimanakah seharusnya
berbuat, agar hidup memiliki nilai, kesucian, dan kemuliaan.152
Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya
menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu‟amalah, tetapi juga akhlak.
Pengalaman ajaran islam secara utuh (kuffah) merupakan model karakter seorang
muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW,
yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah.153
Dengan demikian, pendidikan karakter yang berbasis pada al-Qur‟an dan as-
Sunnah merupakan ujung tombak pembentukan perilaku peserta didik yang
berkarakter mulia, yaitu 154:
a. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya berikut seluruh ajaran-Nya.
b. Berfikir rasional.
c. Selalu berdzikir kepada Allah.
d. Selalu bersholawat kepada Rosulullah SAW.
e. Cerdas intelektualitasnya.

151
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hal. 43
152
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 166-167
153
E. Mulyasa, Op. Cit.,hal. 5
154
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op. Cit.,hal. 56
21

f. Cerdas emosinya.
g. Cerdas spiritualitasnya.
h. Taat pada hukum Allah dan hukum negara.
i. Jujur, adil, amanah, dan tabligh.
j. Toleran dan menghargai pendapat orang lain dengan bijaksana.

Menurut M. Ali Hasan dalam bukunya Tuntunan Akhlak mengemukakan bahwa


yang menjadi dasar sifat seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur‟an dan Sunnah.
Apa yang baik menurut Al-Qur‟an dan Sunnah, itulah yang baik untuk dikerjakan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Qur‟an dan
Sunnah berarti itu tidak baik dan harus dijauhi. Adapun sunnah menjadi dasar akhlak
yang kedua setelah Al-Qur‟an dalam pembentukan akhlak manusia.
Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 menyatakan:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu”.155
Dalam pelaksanaannya hingga kini, pendidikan karakter dinilai belum
maksimal dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia pada peserta didik di
kehidupan nyata. Dewasa ini pendidikan karakter tampak seolah-olah tidak memiliki
visi, misi, tujuan, strategi dan pendekatan yang tidak jelas atau semakin kabur. Jika di
masa lalu, pra kemerdekaan Indonesia pendidikan karakter diarahkan pada
membentuk kader bangsa yang memiliki rasa cinta tanah air, semangat mewujudkan
Indonesia merdeka, rela berkorban,dan menjunjung tinggi niiai-nilai budaya bangsa,
maka di masa sekarang karakter tersebut tampak semakin luntur. Saat ini tidak
sedikit para pemimpin bangsa, yang memperjualbelikan kepulauan, hutan, lautan,
daratan dan kekayaan alam lainnya demi kepentingan yang bersifat material dan
bertujuan jangka pendek, mengolok-olok bangsanya sendiri, membiarkan negara
dalam keadaan terpuruk dan rusak citranya di mata internasional dan sebagainya. 156
Demikian pula penghormatan seseorang pada orang lain bukan lagi
155
Anonim, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. hal. 420
156
Abuddin Nata, Op. Cit., hal. 183-184
22

didasarkan pada kepribadian orang tersebut, melainkan lebih didasarkan pada


kekayaan dan kedudukan orang tersebut, serta peranannya dapat memberikan akses
bagi orang lain untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat material. Di kalangan
sebagian besar generasi muda misalnya sudah tidak lagi takut berbuat dosa dan
melanggar nilai-nilai moral. Mereka menganggap bahwa masalah kegadisan bukan
lagi merupakan hal yang perlu di persoalkan. Akibatnya, mereka tidak merasa takut
melakukan pergaulan bebas, hubungan seks tanpa nikah, dan lain sebagainya. 157
Dewasa ini pendidikan karakter menjadi suatu tantangan besar yang harus
dilaksanakan para pendidik guna mampu membentuk generasi masa depan yang
lebih baik. Bagaimana bangsa akan tumbuh dan berkembang menjadi lebih maju
sedangkan generasinya tidak memiliki karakter unggul; bagaimana generasi muda
kita mampu bersaing dalam pertarungan global jika semangatnya rendah dan mudah
menyerah.
Membentuk anak agar memiliki akhlak atau karakter yang baik tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan atau semudah orang yang melakukan sulap.
Membentuk anak yang berkarakter unggul perlu proses, perlu perjuangan, kesabaran,
ketelitian, tanggung jawab.
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa pendidikan intinya
adalah bimbingan yang diberikan kepada anak sehingga anak mampu mengeluarkan
potensi yang berada dalam dirinya untuk keberlangsungan hidupnya di kemudian
hari. Pendidikan pada hakikatnya adalah pembentukan karakter pada manusia.
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha sadar
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
memperhatikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. 158
Menurut Elkind dan Freddy Sweet sebagaimana dikutip oleh Pupuh
Faturahman bahwa “Character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values”(Pendidikan karakter adalah
usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli, dan

157
Ibid.,hal. 184
158
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2011), hal. 5
23

bertindak berdasarkan inti nilai etika).159


Sudrajat mengartikan pendidikan karakter sebagai proses pembelajaran
penguasaan dan pemilikan nilai-nilai karakter, atau nilai- nilai keimanan kepada Allah
SWT yang dilakukan dengan membiasakan kebenaran dan menanamkan nilai akhlak
mulia di dalam hati dan dilaksanakan oleh panca indera. 160
Pendidikan karakter dapat didekati dengan menumbuhkan dan menanamkan
keyakinan tentang nilai-nilai baik dan buruk dalam diri anak. Metodenya antara lain
dengan penyampaian kisah-kisah tentang figur-figur yang kokoh kepribadiannya,
membiasakannya, dan menerapkan reward and punishment. 161
Terdapat tiga unsur pokok dalam pembentukan karakter, yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali
dirangkum dengan sifat-sifat baik yang diberdayakan melalui proses yang panjang.
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan kebiasaan tentang yang
baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter tidak hanya terjadi pada lingkungan sekolah, akan tetapi
setiap elemen dalam kehidupan mulai dari lingkungan rumah, tempat bermain, dan
bermasyarakat perlu melakukan usaha bersama dalam menumbuhkan nilai-nilai
karakter mulia pada diri individu. Sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya.
Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa
saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru
untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah
menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial,
pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa.162

159
Pupuh Faturrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal.15
160
Muhammad Jafar Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter (Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), hal.
38
161
Salman Harun, Tafsir Tarbawi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 30
162
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
hal. 43
24

Pendidikan karakter juga dapat didefenisikan sebagai pendidikan yang


mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan
mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang
beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya
dengan Tuhannya.
Menurut Screenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya
yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian ( sejarah, dan biografi para
bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk
mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). 163
Selanjutnya juga ditulis oleh Arthur bahwa Anne Lockwood memerinci ada tiga
proposisi sentral dalam pendidikan karakter. Pertama, bahwa tujuan pendidikan moral
dapat dikejar/dicapai, tidak semata-mata membiarkannya sekadar sebagai kurikulum
tersembunyi yang tidak terkontrol, dan bahwa tujuan pendidikan karakter telah
memiliki dukungan yang nyata dari masyarakat dan telah menjadi konsensus
bersama. Kedua bahwa tujuan-tujuan behavioral tersebut adalah bagian dari
pendidikan karakter, dan ketiga, perilaku antisosial sebagai bagian kehidupan anak-
anak adalah sebagai hasil dari ketidak hadiran nilai-nilai dalam pendidikan”.
Jadi, Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati. 164
Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk
menjadikan peserta didik mengenal , peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter juga
dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputin komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha
163
Ibid.,hal. 45-46
164
Ibid.
25

Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi


manusia insan kamil.
Pendidikan karakter diidentik dengan perbuatan baik. Hasil dari perbuatan baik
itu dinamakan dengan kebajikan. Islam menyatakan bahwa semua perbuatan baik
adalah suatu kebajikan. Kebajikan yang di ajarkan dalam islam, di antaranya adalah
sebagai berikut.165
a. Menjaga diri dengan baik
b. Menyayangi, menyantuni orang tua dan keluarga, fakir miskin dan anak yatim
c. Membantu orang yang sedang dalam kesusahan
d. Menjaga dan memelihara lingkungan
e. Berbuat adil
f. Senyum
g. Bekerja keras dan pantang menyerah
h. Bersyukur
i. Bersedekah kepada orang dan hewan
j. Menyingkirkan duri dari jalan
k. Memberi makan kepada diri sendiri
l. Dan masih banyak lagi kebajikan lain yang diajarkan dalam Islam.
Lickona menyatakan bahwa isi karakter yang baik adalah kebaikan.
Selanjutnya, diuraikan bahwa ada sepuluh esensi kebajikan yang penting untuk
membangun karakter yang kuat.166
1) Kebijaksanaan atau widsom
Kebijaksanaan adalah gurunya kebajikan. Kebijaksanaan adalah penilaian yang
baik. Karakter ini memungkinkan untuk membuat keputusan yang berasalan dan
baik bagi kita dan baik pula untuk orang lain. Kebijaksanaan menyatakan kepada
kita tentang kapan untuk bertindak bagaimana harus bertindak, dan bagaimana
menyeimbangkan kebajikan yang berbeda saat kebajikan tersebut bertentangan.
Kebijaksanaan memungkinkan kita untuk melihat dengan benar, untuk
mengetahui apa saja yang benar-benar penting dalam hidup, dan untuk
menetapkan skala prioritas.
2) Keadilan
165
Helmawati, Pendidikan Karakter Sehari-hari (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 13
166
Ibid.,hal. 14-17
26

Keadilan berarti menghormati hak-hak semua orang. Aturan yang mengarahkan


kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh
orang lain adalah prinsip keadilan. Prinsip keadilan ini dapat ditemukan dalam
budaya dan agama di seluruh dunia.
3) Keberanian
Keberanian memungkinkan kita untuk melakukan apa yang benar dalam
menghadapi kesulitan. Walaupun terkadang keputusan yang tepat dalam hidup
sering sulit dilakukan. Ada sebuah moto di salah satu sekolah: “ lakukan hal yang
sulit tapi benar daripada melakukan yang mudah tapi salah”. Keberanian menurut
salah satu pengamat pendidikan adalah ketangguhan batin yang memungkinkan
kita untuk mengatasi dan menahan ksulitan; kekalahan; ketidaknyamanan; dan
rasa sakit. Salah satu alasan fenomena meningkatnya remaja yang bunuh diri
dalam tiga dekade terakhir adalah karena mereka tidak siap menghadapi
kekecewaan hidup. Selain itu, banyak remaja yang menghadapi persoalan yang
sulit dalam hidup.
4) Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Hal ini
mengarahkan kepada pengendalian emosi. Pengendalian emosi berupa kekuatan
melawan godaan atau nafsu dalam mengejar kesenangan sementara. Ini berarti
pengendalian diri merupakan suatu kemampuan menunggu dan menunda
kesenangan demi tujuan yang lebih tinggi dan mulia.
5) Cinta
Cinta adalah keinginan untuk mengorbankan diri demi kepentingan yang lain.
Dalam cinta muncul empati, kasih sayang, kebaikan, kederm awanan, pelayanan,
loyalitas, patriotis, dan pemberian maaf. Cinta kasih sayang tanpa pamrih yang
tidak mengharapkan balasan adalah kekuatan yang paling hebat di alam
semesta. Dampaknya kepada kedua belah pihak (pemberi dan penerima) adalah
tidak terhitung.
6) Sikap Positif
Bersikap positif menjadikan segala sesuatu menjadi lebih penuh harapan dan
lebih termotivasi. Kekuatan karakter tentang harapan, antusias, fleksibilitas, dan
rasa humor adalah bagian dari sikap positif. Dengan demikian, memiliki sikap
27

negatif dalam diri, kita akan menjadi beban bagi diri sendiri dan orang lain. Sikap
adalah sesuatu yang kita pilih. Bahagia atau menderita semua sebab dari pilihan
yang kita putuskan.
7) Bekerja Keras
Tidak akan sesuatu mencapai pada tujuan yang ditetapkan kecuali dengan kerja
keras. Kerja keras akan mendatangkan keuntungan-keuntungan kepada orang
yang melakukannya. Dalam kerja keras mencakup inisiatif, ketekunan, penetapan
tujuan, dan kecerdikan.
8) Integritas
Integritas berarti mengikuti prinsip moral yang setia pada kesadaran moral,
menjaga kata-kata, dan berdiri pada apa yang kita percayai. Memiliki integritas
adalah menjadi “seluruhnya” sehingga apa yang kita katakan dan kita lakukan
dalam situasi apapun (yang berbeda) tetap konsisten. Integritas berbeda dengan
kejujuran. Kejujuran adalah menceritakan kebenaran kepada orang lain,
sedangkan integritas adalah mengatakan yang sebenarnya pada diri sendiri.
Thomas Lickona (2013) mengutip seorang penulis Josh Billings yang
mengutarakan bahwa bentuk penipuan yang paling membahayakan adalah
menipu diri sendiri. Menipu diri sendiri memungkinkan seseorang untuk
melakukan apapun yang diinginkannya termasuk kejahatan besar dan kemudian
ia akan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya.
Dalam buku kajian tasawuf, Sai Hawwa (1995) menyatakan bahwa orang yang
paling merugi adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya. Oleh karena itu,
berkawan dengan orang yang bodoh tetapi mampu mengendalikan hawa nafsu
akan lebih baik dibandingkan berteman dengan orang pandai yang menurutkan
hawa nafsunya. Dengan kepandaiannya ia akan selalu mencari alasan untuk
melegalkan atau membenarkan setiap perbuatannya termasuk perbuatan
buruknya (kejahatannya).
9) Syukur
Karakter bersyukur sering digambarkan sebagai rahasia orang untuk mencapai
hidup bahagia. Ajaran islam mengajarkan bahwa orang yang bersyukur akan
semakin mendapatkan banyak keberkahan dalam hidupnya. Semakin bersyukur
kita terhadap apa yang diberikan Allah Swt.,semakin Allah akan menambahkan
28

sehingga semakin banyak kenikmatan yang akan kita peroleh.


10) Kerendahan Hati
Kerendahan hati diperlukan untuk memperoleh kebajikan-kebajikan karena
membuat kita sadar akan ketidaksempurnaan kita dan membuat kita berusaha
menjadi orang yang lebih baik. Dalam ajaran Islam kerendahan hati menitik
beratkan pada kemampuan yang kita miliki hakikatnya adalah pemberian Allah
Swt. Jadi, sehebat apapun kita semua adalah izin dari Allah; tanpa berkah itu kita
belum tentu bisa menjadi orang berhasil dan memiliki keunggulan.
Tanpa kerendahan hati, kebaikan akan tertutup oleh keangkuhan. Kerendahan
hati memungkinkan kita untuk mengambil tanggung jawab atas kesalahan dan
kegagalan kita (bukan menyalahkan orang lain), meminta maaf atas kesalahan
dan berusaha menebus kesalahan tersebut. Seorang psikiater Louis Tartaglia
dalam bukunya menyatakan bahwa selama lebih dari dua puluh tahun sebagai
terapis dia telah menemukan cacat karakter yang paling umum. Cacat karakter
tersebut adalah “kecanduan untuk menjadi benar”.
Pendidikan karakter membawa orang pada kehidupan yang lebih baik;
kehidupan yang bahagia. Kebajikan atau kebaikan yang dilakukan akibat dari refleksi
karakter tersebut memberikan dampak yang baik apakah terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Tanpa karakter yang baik, manusia tidak akan hidup
tenang dan bahagia. Lebih parah lagi tanpa karakter yang baik peradaban bahkan
umat manusia itu sendiri dapat hancur.167
Melalui pendidikan karakter sekolah harus berprestasi untuk membawa
pesrta didik memiliki nila-nilai karakter mulia, seperti hormat dan peduli kepada orang
lain, tanggung jawab, memiliki integritas, serta disiplin. Di sisi lain, pendidikan
karakter juga harus mampu menjauhkan peserta didik dari sikap dan perilaku yang
tercela dan dilarang. Pendidikan karakter bisa di artikan sebagai sebuah
bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya
dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan
membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. 168
Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi

167
Ibid., hal. 23
168
A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global (Jakarta: PT
Grasindo, 2007), hal. 4
29

siswa, namun merupakan sebuah usaha bersamauntuk menciptakan sebuah


lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya
sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. 169
Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa
saja yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi pergerakan yang mendukung
pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para
siswa.170
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan
mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang
beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya
dengan tuhannya.171
Dari uraian pengertian pendidikan karakter diatas dapat penulis simpulkan
bahwa yang di maksud dengan pendidikan karakter adalah perubahan tingkah laku
seseorang yang mengakibatkan menimbulkan sifat atau perilaku yang baik, sehingga
seseorang tersebut bisa menentukan hal-hal yang baik untuk dilakukannya. Bahwa
karakter juga di identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik
berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia.
Pendidikan karakter ialah pendidikan yang bertujuan melahirkan pribadi yang
tidak hanya unggul dalam kemampuan kognitif atau pemahaman saja, akan tetapi
juga menekankan pada pembentukan karakter yang baik dan diwujudkan dalam
perilaku keseharian. Sehingga akan dilahirkan manusia- manusia yang merdeka,
dinamis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab, baik terhadap Tuhan, manusia,
masyarakat, maupun dirinya sendiri.
4. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan sauatu
hal. Adapun tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu

169
Ibid.
170
Rosidatun, Model Implementasi Pendidikan Karakter (Gresik: Caramedia Communication, 2018),
hal. 20-21
171
Ibid., hal. 21
30

penyelenggran dari hasil pendidikan yang mengarah paa pencapaian karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. 172
Menurut Najib Zulham, tujuan pendidikan karakter adaah untu
mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-niai luhur
pancasila.46 Sementara itu T. Ramli berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan
karakter adalah membentuk pribadi anak menjadi pribadi ang baik, jika dimsayarakat
menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan bernegara menjadi warga
Negara yang baik.173
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.174
Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap,
dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, berjiwa
luhur, dan bertanggung jawab. 175 Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas
dan berkarakter kuat juga pernah ditegaskan oleh Martin Luther King, “Intelligence
plus character, that is goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah
tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).176
Islam selalu memposisikan pembentukan akhlak atau karakter anak pada pilar utama
tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan pembentukan akhlak pada anak, Al-Ghazali
menawarkan sebuah konsep pendidikan yang bertujuan mendekatkan diri kepada
Allah. Menurutnya mendekatkan diri kepada Allah merupakan tolak ukur
kesempurnaan manusia, dan untuk menuju kesana ada jembatan yang disebut ilmu

172
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), hal. 81
173
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah Konsep Dan Praktik Implementasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 34
174
Daryanto, Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Gava
Media, 2013), hal. 44
175
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 22
176
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hal. 29
31

pengetahuan.177 Hal tersebut menjadi fokus bahwa akhlak atau pembentukan


karakter adalah tujuan utama pendidikan dalam Islam.
Tujuan utama pendidikan karakter dalam Islam adalah agar manusia berada
dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah
digariskan oleh Allah SWT. inilah yang akan mengantarkan manusia kepada
kebahagiaan di dunia dan akhirat. 178
Menurut Mulyasa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan
pada setiap satuan pendidikan. 179
Pendidikan karakter idealnya harus diimplementasikan secara utuh agar
dapat membantu siswa dalam hal mengidentifikasi nilai-nilai positif bagi diri sendiri
serta orang lain, mampu berkomuniaksi secara terbuka dan jujur dengan orang lain,
dan mampu berpikir rasional dan memiliki kesadaran emosional terhadap pola
tingkah laku diri sendiri. Dalam hal ini tujuan pendidikan karakter adalah membentuk
kepribadian manusia seutuhnya.
Kemudian ia menambahkan bahwa pendidikan karakter sebagai proses yang
berkelanjutan tanpa akhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan
kualitas yang berkesinambungan (countinous quality improvement), ditunjukkan pada
terwujudnya sosok manusia berkualitas dan memiliki daya saing.
Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain :
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan bangsa
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan

177
Nur Ainiyah, Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Ulum (Jurnal Studi
Islam), Vol. 13 Nomor 1, Juni 2013 , hal.32
178
Pupuh Faturrohman, Op. Cit., hal. 98
179
Muhammad Jafar Anwar, Op. Cit.,hal. 34
32

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang


aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan.180
5. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi, mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur. Selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap perilaku yang
kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. Meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 181
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, diantaranya ialah:
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter
membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik, berhati baik,
dan berperilaku sesuai yang mencerminkan falsafah pancasila dan karakter
bangsa.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah
untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri,
sejahtera dan bermartabat.
c. Fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa
dan karakter bangsa yang bermartabat.182
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui pengukuhan pancasila sebagai
falsafah dan ideologi negara, pengukuhan nilai dan norma agama konstitusional UUD
1945, penguatan komitmen bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsep Bhineka Tunggal Ika, serta
penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global. 183

180
Agus Zainul Fitri, Op.Cit.,hal. 24
181
Daryanto, Suryatri Darmiatun, Op. Cit.,hal. 45
182
Binti Maunah (April 2015), Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian
Holistik Siswa, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, No. 1, hal. 92
183
Yopi Fajar Suryadi, skripsi, Konsep Pendidikan Karakter Menurut KH. Zainuddin Fananie Dan
Implikasinya Pada Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hal. 21
33

B. Model Teori/ Pemikiran Yang DiTelaah

1. Pendidikan Karakter Menurut Beberapa Ahli

Pendidikan karakter mempunyai pengertian yang beragam dan berbagai ahli


yang ada di Indonesia dan dunia. Sekalipun pendidikan karakter telah lama dianut
bersama secara tersirat dalam penyelenggaraan dan pendidikan nasional, tetapi
rasanya tidak mudah untuk memberi batasan akurat tentang apa sebenarnya yang
dimaksud dengan pendidikan karakter itu.
Dalam pembahasan kali ini penulis ingin mengkaitkan beberapa pengertian
pendidikan karakter menurut beberapa ahli dengan pemikiran tokoh yang penulis
telaah.
Menurut Raharjo memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses
pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial
dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang
berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang
dapat dipertanggung jawabkan.184
Creasy, mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya mendorong peserta
didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh
pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai keberanian melakukan
yang benar, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Untuk itu, penekanan
pendidikan karakter tidak terbatas pada transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai
yang baik, namun lebih dari itu menjangkau pada bagaimana menjadikan nilai-nilai
tersebut tertanam dan menyatu dalam totalitas pikiran-tindakan.185
Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter merupakan dinamika
pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk
mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil
dalam diri individu. Dinamika ini membuat pertumbuhan individu menjadi semakin
utuh. Unsur-unsur ini menjadi dimensi yang menjiwai proses formasi setiap individu.
Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan
guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu

184
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kosepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta: PT Adhitiya Andrebina Agung, 2011), hal.16
185
Ibid.,hal.16-17
34

membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya.
Proses pendidikan karakter ataupun, pendidikan akhlak dipandang sebagai
usaha sadar atau terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan.
Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun
untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. 186
Menurut Frye dkk pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk membantu
orang mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Dalam defenisi
ini pendidikan karakter merujuk pada tiga komponen yang harus diolah, yakni: (1)
pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand, (2) rasa, yang ditunjukkan
dengan kata care about, dan (3) raga, yang ditunjukkan dengan kata act upon core
ethical values.187
Menurut Peterson pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang
digunakan untuk menggambar kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang
mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. Dikatakan
istilah yang luas karena mencakup berbagai subkomponen yang menjadi bagian dari
program pendidikan karakter seperti pembelajaran dan kurikulum tentang
keterampilan-keterampilan sosial, pengembangan moral, pendidikan nilai,
pembinaan kepedulian, dan berbagai program pengembangan sekolah yang
mencerminkan beraktivitas yang mengarah pada pendidikan karakter.188
Menurut Berkowitz and Bier juga mengumpukan beberapa defenisi tentang
pendidikan karakter yang di jabarkan sebagai berikut:
a. Pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk
mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan
kepeduliaan dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter yang baik
melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter adalah usaha
yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah (daerah

186
Ibid.,hal. 19
187
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi (Jakarta: Prenadamedia,
2016), hal. 8
188
Ibid.,hal. 9
35

dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepedulian, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab dan penghargaan terhadap diri dan orang lain
(character Education Partnership).

b. Pendidikan karakter adalah mengajar peserta didik tentang nilai-nilai dasar


kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian,
kebebasan,kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain. Tujuannya adalah
untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga
negara yang disiplin (Association for Supervision and Curruculum Development).

c. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan


karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik
untuk masyarakat (Thomas Lickona).

d. Pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personal
sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota masyarakat,
membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan
bertanggung jawab (National Commission Character Education)

Berdasarkan defenisi diatas, terdapat beberapa nilai universal yang


menjadi tujuan untuk dikembangkan pada diri peserta didik dalam pelaksanaan
pendidikan karakter. Nilai-nilai inti universal yang dimaksud adalah beretika,
bertanggng jawab, peduli, jujur, adil, apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas,
setara, dan penuh prinsip. Karakter-karakter seperti ini seharusnya menjadi bagian
yang terintegrasi dalam perwujudan diri peserta didik dalam berfikir, berkehendak,
dan bertindak. Walaupun defenisi tersebut telah menekankan pada nilai-nilai
universal atau nilai inti dari pendidikan karakter, namun mereka masih menyiratkan
adanya perbedaan fokus kajian, apakah kajian pendidikan karakter itu ditekankan
pada aspek kebajikan (virtue), nilai (value), perilaku (behavior), atau dari aspek
kapasitas penalaran (reasoning capacity).189
Jika karakter bersifat dinamis sehingga bisa berubah, maka pendidikan
karakter menemukan relevansinya. Lalu apa dan bagaimana pendidikan karakter
itu? Menurut Koesoema pendidikan karakter adalah “keseluruhan dinamika

189
Ibid.,hal. 9-10
36

relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun
dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga
ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka”.190
Menurut Haynes, dkk mendefenisikan, pendidikan karakter adalah gerakan
nasional untuk menciptakan sekolah-sekolah yang membantu perkembangan budi
pekerti, tanggung jawab dan kepedulian anak-anak muda dengan keteladanan dan
pengajaran karakter yang baik yang berlandaskan pada nilai-nilai universal yang
disepakati bersama. Menurut De Roche, dkk mendefenisikan pendidikan karakter
adalah sebuah upaya komunitas, dalam hal ini keluarga dan sekolah sebagai peran
utama, dalam mendidik anak-anak dan remaja dengan nilai-nilai kepribadian dan
kewarganegaraan yang membuat mereka menjadi pribadi dan warga negara yang
baik.191
Pendidkan karakter artinya proses pembentukan karakter, dimana karakter itu
dibentuk oleh kebiasaan, dan kebiasaan itu adalah hasil dari perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang, sedangkan perbuatan adalah aksi dari sebuah gagasan,
sebagaimana dikatakan oleh Covey,” Taburlah gagasan, tuailah perbuatan.Taburlah
perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter. Taburlah
karakter, tuailah nasib.”
Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah pendidikan untuk
“membentuk” kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya
terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Ada
dua paradigma dasar pendidikan karakter:
a. Pertama, paradigma yang memandang pendidikan karakter dalam cakupan
pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Pada paradigma ini disepakati
telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik.

b. Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang
lebih luas. Paradigma ini memandang pendidikan karakter sebagai sebuah
pedagogi, menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai
190
Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020),
hal. 5
191
Ibid.,hal. 7-8
37

pelaku utama dalam pengembangan karakter. Paradigma memandang peserta


didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus pelaksana nilai melalui
kebebasan yang dimilikinya.192

Menurut Mochtar Bahri, pendidikan karakter seharusnya membawa peserta


didik kepengenalan nilai secara kognitip, penghayatan nilai secara efektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuannuntuk
meningkatkan mutu penyelenggaran dan hasil pendidikan disekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. 193
Pendidikan karakter membutuhkan proses atau tahapan secara sistematisdan
gradual, sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Sementara itu, M. Furqon Hidayatullah mengklasifikasikan pendidikan karakter
dalam beberapa tahap, berdasarkan hadist Rasulullah Saw. Berikut beberapa tahap
tersebut:
a. Tahap penanaman adab (Umur 5-6 Tahun)

Adab atau tata krama bisa diliat dari tata cara seseorang dalam bertutur sapa,
berinteraksi, bersikap, dan bersosialisasi. Saat ini inilah, fase paling penting
menanamkan kejujuran, pendidikan keimanan (tauhid), serta menghormati orang
tua, teman sebaya, dan orang yang lebih tua. Pada saat ini anak didik dan diajarkan
tentang pentingnya proses, baik dalam belajar maupun mendapatkan sesuatu.
Sehingga, mereka tidak lahir sebagai anak manja yang sangat berbahaya bagi masa
depan mereka.
Pendidikan agama, dalam fase ini, sangat menentukan pertumbuhannya di
masa depan. Pendidikan agama bisa menjadi parameter dan filter dalam merespon
segala hal yang baru datang. Pendidikan agama juga menjadi pijakan dalam
menentukan pilihan dan membangun peradaban.
b. Tahap penanaman tanggung jawab (7-8 tahun)

Tanggung jawab, menurut Arvan Pradiansyah merupakan kata kunci dalam

192
Yulianti Hartatik, Implementasi Pendidikan Karakter Di Kantin Kejujuran (Malang: Penerbit Gunung
Samudera, 2014), hal. 47
193
Bafirman H.B, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes (Jakarta: Kencana,
2016), hal.163
38

meraih kesuksesan. Seseorang yang mempunyai tanggung jawab akan


mengeluarkan segala kemampuan terbaiknya untuk memenuhi tanggung jawab
tersebut. Jadi tanggung jawab seseorang itu mrupakan perwujudan dari niat dan
tekad untuk melakukan tugas yang diemban. Misalnya, seseorang anak mengikuti
kursus bahasa inggris disebuah lembaga. Ia harus senantiasa mengikuti kursus, dan
meminta izin jika ada halangan. Itu juga bentuk tanggung jawabnya terhadap tugas
yang diemban.
c. Tahap Penanaman Kepedulian (umur 9-10 tahun)

Kepeduliaan adalah empati kepada orang lain yang diwujudkan dalam


bentuk memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan. Anak diajari menolong
temannya yang sedang dilanda musibah. Misalnya, mengunjungi teman yang
sedang sakit, membawakan makanan, mengajari teman tentang materi yang belum
dipelajari dan belum dipahami.
Kepedulian ini sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa
persaudaraan dan kekeluargaan, serta menjauhkan diri dari sifat sombong, egois
dan individual. Kepedulian juga akan menanamkan rasa kemanusiaan,
kesetiakawanan, dan kebersamaan. Kepedulian yang ditanamkan pada masa kecil
akan menjadi pondasi kokoh dalam melahirkan kemampuan kolaborasi, sinergi, dan
kooperasi. Disinilah, langkah awal dalam membangun kesalehan sosial.
Menurut Sholikhin Abu Izuddin empati merupakan kemampuan dalam
memahami, melayani, dan kesadaran politis. Empati bukan sekedar simpati. Empati
butuh bukti, bukan bualan pemanis komunikasi.
d. Tahap Penanaman Kemandirian (11-12)

Mandiri termasuk sikap yang langka di negeri ini. Sikap mandiri merupakan
pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri
sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain, percaya pada kemampuan diri
sendiri,. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak menggantungkan diri
pada orang lain, percaya pada kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan
merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat
bekerja dan mengembangkan diri, lebih suka makan tempe hasil kerja sendiri dari
pada makan ayam pemberian orang lain. Dalam kemandirian, ada nilai kehormatan
39

dan harga diri yang tidak bisa dinilai dengan sesuatu apapun. Sebab, apabila harga
diri dan kehormatan seseorang tidak ada maka habislah ia.
Menumbuhkan kemandirian dalam diri anak didik bisa dilakukan dengan
melatih mereka bekerja dan menghargai waktu. Misalnya anak didik dilatih untuk
berwirausaha dan hal hal kecil, seperti menjual kerupuk, es batu, dan lain
sebagainya. Atau, anak didik diberi tanggung jawab mencari makan untuk kambing
sekali atau dua kali dalam seminggu. Selain itu, anak dilatih untuk menabung
sebagai investasi jangka panjang, tidak menghabiskan uang seketika tanpa berpikir
masa depan. Membangun kemandirian berarti menanamkan visi dalam diri anak.
Dalam kemandirian inilah, terdapat nilai-nilai agung yang menjadi pangkal
kesuksesan seseorang, semangat tinggi, pantang menyerah, kreatif, inovatif, dan
produktif, serta keberanian dalam menghadapi tantangan, optimis, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Tahap Penanaman Pentingnya Bermasyarakat (umur 13 tahun ke atas)

Bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk bersosialisasi dan


bersinergi dengan orang lain. Bermasyarakat berarti meluangkan sebagian waktu
untuk kepentingan orang lain. Bermasyarakat identik dengan bercengkrama,
bergaul, dan gotong royong.
Dalam konteks pendidikan karakter, pola hidup bermasyarakat membutuhkan
banyak tips sukses. Salah satunya, anak harus diajari bergaul dan berteman dengan
anak-anak yang mempunyai karakter baik, seperti disiplin, menghargai waktu,
kreatif, moralis, investatif, dan mencintai pengetahuan.
Anak dilatih untuk selektif dalam mencari teman agar tidak terjerumus ke
dalam pergaulan bebas. Berteman memang tidak perlu milih-milih, tapi asal jangan
berteman. Jadikan semua orang sebagai teman, tapi jangan asal menjadikan semua
teman sebagai teman karib.
Jangan sampai anak menjadi kuper (kurang pergaulan) dan minder (rendah
diri berinteraksi dengan orang lain). Namu, jangan sampai juga anak menjadi liar
(bebas tak terkendali) dan sesat (menyimpang norma agama dan budaya luhur
bangsa).
Lima tahap pendidikan karakter ini menjadi pondasi kokoh dalam menggali,
melahirkan, mengasuh, serta mengembangkan bakat dan kemampuan unik anak
40

didik. Hal ini menjadi penting untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dahsyat
dan spektakuler sekarang ini.194
Berdaskan uraian teori diatas, dapat penulis rumuskan sintesinya bahwa
pendidikan karakter ialah perilaku seseorang yang sesuai dengan etika dan kaidah
moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa
tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Hal ini
dimungkinkan karena boleh jadi perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan tentang nilai-nilai karakter.
Sebagai contoh, ketika seseorang berbuat jujur, maka yang dilakukan karena takut
dinilai orang lain dan lingkungannya, bukan karena dorongan yang tulus untuk
menghargai nilai kejujuran. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan
aspek perasaan yang disebut keinginan untuk melakukan kebajikan.
C. Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Jurusan Tarbiyah Program Studi


Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun
1434 H/2013 M yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Hasyim Asy‟ari
Dalam Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟allim”.195 Skripsi ini membahas tentang
pendidikan akhlak dalam kitab karya Kyai Hasyim yang mana didalam hasil
peneilitiannya beliau menyimpulkan bahwa pendidkan akhlak itu di bagi menjadi
dua: pertama, akhlak kepada Allah dan yang kedua akhlak sesama manusia.
2. Skripsi Nuriah Miftahul Jannah, Jurusan Tarbiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H/2016 M
yang berjudul “Studi Komparasi Pemikiran Kh. Hasyim Asy‟ari Dan Hamka
Tentang Pendidikan Karakter.196 Skripsi ini membahas dua pemikiran tokoh yang
di nilai mempengaruhi dunia pendidikan, dengan hasil penelitian bahwa terdapat
perbedaan dan persamaan pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari dan Buya Hamka
tentang Pendidikan Karakter.

194
Yulianti Hartatik, Op. Cit.,hal. 43-46
195
Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Hasyim Asy‟ari Dalam Kitab
Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟allim, Skripsi, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Tahun 1434 H/2013 M
196
Nuriah Miftahul Jannah, Studi Komparasi Pemikiran Kh. Hasyim Asy‟ari Dan Hamka Tentang
Pendidikan Karakter, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2016 M
41

3. Skripsi Muhammad Ichsan Nawawi Sahal, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan


Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 1438 H/ 2017 Yang Berjudul
“Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Kh Hasyim Asy‟ari Dalam Kitab Adab Al-Alim
Wa Al-Muta‟alim”.197 Penelitian ini cendrung memaparkan sistem nilai yang
dibangun KH. Hasyim Asy‟ari dalam teori maupun praktik pendidikan.

197
Muhammad Ichsan Nawawi Sahal, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Kh Hasyim Asy‟ari Dalam
Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟alim, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 1438 H/ 2017 M
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. 198
B. Sampel Penelitian (Sampel Teoritis/Buku Yang Digunakan)
Sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kitab
karya KH. M. Hasyim Asy‟ari yaitu kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. 199
Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan
(library research) dengan obyek kitab-kitab, serta lainnya yang ada kaitannya
dengan obyek kajian, karena yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis
yang merupakan hasil pemikiran. Penelitian ini merupakan penelitian yang
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber utama. Jenis penelitian yang digunakan
adalah intelektual biografis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kehidupan KH. M.
Hasyim Asy‟ari dalam kontribusinya dalam perkembangan pendidikan. Dalam
ungkapan Nyoman Kutha Ratna, metode kepustakaan merupakan metode penelitian
yang pengumpulan datanya dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil
penelitian, yaitu perpustakaan. 200

198
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 6
199
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 6
200
Andi Prastowo, metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan (Jakarta: Ar-Ruzz
Media,2012), hal.190
42
43

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek data dapat diperoleh. Sumber data
penelitian merupakan factor penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
metode penulisan data. Sumber data merupakan sumber yang diperlukan dalam
penelitian. Ada beberapa sumber data, yaitu: alam, masyarakat, instansi, perorangan,
arsip, perpustakaan, dan sebagainya. 201
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini berupa data tertulis yang terdapat di
perpustakaan dan koleksi pribadi.
a. Data Primer
Sumber data primer merupakan bahan utama atau rujukan utama dalam
mengadakan suatu penelitian untuk mengungkapkan dan menganalisis penelitian
tersebut.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk memperoleh
generalisasi yang bersifat ilmiah yang baru dan dapat pula berguna sebagai
pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dan akhirnya data
itu dapat juga memperkuat penemuan atau pengetahuan yang telah ada yaitu yang
ditulis dari tokoh-tokoh lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini. 202
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),
maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun referensi yang menjadi
sumber data primer adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim karya Hasyim Asy‟ari.
Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah kitab terjemahan Ta‟limul
Muta‟allim, Buah Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari Dalam Bidang
Pendidikan, kitab-kitab, buku-buku serta lainnya yang ada relevansinya dengan
obyek pembahasan penulis.
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

201
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metode Penelituian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 169
202
Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 145
44

a. Studi Dokumenter, yaitu studi yang dilakukan untuk mempelajari dan mengkaji
informasi dari sumber data yang telah terkumpul, kemudian dijadikan dokumen.
Dokumen lalu dibaca dan dipahami secara keseluruhan. Dalam proses ini, data-
data yang menjadi.
b. Studi Kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan penelusuran pustaka
dengan membaca dan mencatat literatur yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas melalui riset kepustakaan untuk memperoleh data dari bahan bacaan
seperti buku, artikel, jurnal, ensiklopedi, biografi, dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni
kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim, dan data skunder yakni, kitab Ta‟limul muta‟allim,
Buah pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy‟ari dalam bidang pendidikan ,
dan buku-buku serta kitab-kitab yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka
dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubunganya dengan masalah yang
diteliti, sehingga diperoleh data/ informasi untuk bahan penelitian.
Setelah data terkumpul secara lengkap, selanjutnya yang penulis lakukan
adalah membaca, meneliti, mempelajari dan mengklasifikasi data-data yang relevan
yang mendukung pokok bahasan untuk selanjutnya penulis analisis dan
dideksripsikan dalam satu pembahasan yang utuh.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis
untuk mendapatkan konklusi, bentuk-bentuk dalam teknik analisis data sebagai
berikut:
1. Metode Analisis Deskriptif
yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data. Kemudian
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Metode deskriptif adalah memberikan
gambaran yang jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang diselidiki.
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dan sekaligus menganalisis pemikiran-
pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari tentang konsep pendidikan karakter.
2. Metode Content Analysis
Metode content analysis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku
yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.
45

Dengan kata lain, content analysis adalah suatu metode untuk mengungkapkan isi
pemikiran tokoh yang diteliti. Jadi, metode ini sangat urgen sekali untuk mengetahui
kerangka berfikir Hasyim Asy‟ari mengenai pendidikan yang tertuang dalam kitab
Adab al-„Alim wa al-Mut‟allim untuk selanjutnya dicari pesan-pesan yang terkandung
dalam kitab tersebut.
3. Metode Historis
Metode historis adalah prosedur-prosedur pemecahan masalah dengan
mempergunakan data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai peninggalan.
historis menjelaskan apa yang telah terjadi. Prosesnya meliputi investigasi, mencatat,
menganalisis dan menafsirkan peristiwa lalu dengan tujuan untuk mendapatkan
pernyataan yang sebenarnya guna membantu memahami masa yang telah lalu.
Dengan metode ini dapat diungkapkan kejadian atau keadaan sesuatu yang
berlangsung di masa lalu, terlepas dari keadaan sesuatu itu pada masa sekarang.
Dalam hal ini akan diungkapkan pemikiran Hasyim Asy‟ari ditinjau dari segi
sejarahnya sesuai dengan realita atau tidak. Apabila tidak sesuai maka peneliti
berusaha untuk memperbaiki penuturan suatu peristiwa atau kejadian yang mungkin
dinilai tidak sesuai dengan sebenarnya terjadi di masa lalu.
F. Rencana dan Waktu Penelitian

1. Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang berjudul “Konsep Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari
Tentang Pendidkan Karakter Khas Pesantren” direncanakan penelitian ini bersumber
dengan menggunakan data primer yaitu terjemah kitab Adabul „Alim Wal Muta‟allim
karya KH.M. Hasyim Asy‟ari itu sendiri
2. Waktu penelitian
Adapun waktu penelitian yang diberikan penulis untuk melakukan penelitian ini
adalah dimulai dengan dikeluarkan nya judul proposal skripsi yaitu pada tanggal 30
Juli 2019.
46

Buku Panduan Penulisan Skripsi Fakultas


Pendidikan Islam dan Keguruan ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan mahasiswa di lingkungan Fakultas Pendidikan
Islam dan Keguruan sebagai acuan dalam penulisan skripsi
sebagai tugas akhir mahasiswa untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu.
Buku Panduan ini merupakan hasil ramuan dari
berbagai konsep yang telah dipadu sedemikian rupa
sehingga menjadi ciri khas dalam penulisan skripsi di
lingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut
Agama Islam Nusantara Batang Hari. Setelah dilakukan
beberapa kali pengkajian dan revisi, buku Panduan ini telah
kami anggap layak untuk dijadikan panduan dalam
penulisan skripsi yang harus diikuti dan menjadi standar
akademik bagi civitas akademika di lingkungan Fakultas
Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat
meningkatkan standar dan kualitas penulisan skripsi
mahasiswa dilingkungan Fakultas Pendidikan Islam dan
Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari
sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis ilmiah. Skripsi
tidak hanya ditentukan oleh substansi atau materi tulisan
akan tetapi juga ditentukan dari tata cara penulisannya.

Alamat:
Gedung Rektorat
Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian
Batang Hari-Jambi 36612 Telp. (0743) 21749
Website: www.fpik.iainbatanghari.ac.id
Email: fpikiainbatanghari@gmail.com
Facebook: Fpik Iai N Batanghari
Instagram: fpikiainbatanghari

Anda mungkin juga menyukai