Anda di halaman 1dari 306

II Budaya Tionghoa Indonesia

PENULIS

Tedy Jusuf 熊德怡


- Bogor Mei 1944
- Brigjen TNI – AD (Pur)
- Istri : Lisanti
- Anak : Shella, Edwin, Trisia

Pendidikan
- SMA 1962
- Akmil Magelang 1965
- Sesko AD 1978
- Sesko ABRI 1987
- Lemhanas 1994

Pengalaman
- Jabatan dalam jajaran TNI AD 1962 – 1994
- Anggota DPR RI Fraksi ABRI 1994 – 1997
- Ketua Umum PSMTI 1998 – 2009
- Direktur TBT – TMII 2004 sampai sekarang
- Ketua Umum PEXI 2009 – 2013
Budaya Tionghoa Indonesia III

PENGANTAR

Penulis bukan Pakar bidang Sosial Budaya, terpanggil untuk menulis buku
ini pada saat Lockdown dirumahkan karena dilanda virus Covid 19 :

- Budaya orang Tionghoa di Indonesia mulai dilupakan oleh generasi


mudanya.

- Ada gejala mereka mengadopsi Budaya Barat yang belum tentu sesuai
dengan filosofi yang dianut orang Tionghoa pada umumnya.

- Ilmu pengetahuan dan teknologi serta hidup mewah sebagai budaya


masa kini dan mendatang.

Buku ini diterbitkan dengan tujuan agar generasi muda menyimak kembali
Budaya kita yang luhur dan bermartabat, ada kebanggaan sebagai orang
Tionghoa yang memiliki akar Budaya dan Tradisi lebih dari 4000 tahun.

Buku ini juga bermanfaat bagi orang yang bukan Tionghoa yang ingin
mengetahuinya, menjalin hubungan keluarga dengan orang Tionghoa,
kerjasama dalam Kantor atau Rekan Bisnis agar lebih serasi, saling
pengertian, tidak kenal maka tidak sayang.

Dalam tulisan ini diselingi bahasa Mandarin, agar bila ada keragu – raguan
karena perbedaan dialek dalam bahasa Indonesia bisa digunakan untuk
konfirmasi.

Semoga Buku ini bermanfaat.

Jakarta, 28 September 2020


Hormat dan ucapan terimakasih
Penulis,

Brigjen TNI (Purn) Tedy Jusuf


IV Budaya Tionghoa Indonesia

PENGANTAR 序言
Budaya sebagai Identitas Kepribadian dan Jatidiri
文化作为人格认同与定位

Didi Dawis 俞雨齡


Ketua Dewan Pertimbangan PSMTI
印华百家姓协会咨询委员会主席

Sejak Reformasi 1998 saya dengan Penulis mempunyai Visi dan Misi yang
sama dalam menyongsong Era yang lebih Demokratis, dan menjunjung
Tinggi Hak Azasi Manusia.

Selama lebih 30 tahun, karena situasi menyebabkan anak – anak kita tidak
familier dengan Budaya nya sendiri.

Saya mengenal Penulis yang berlatar belakang sebagai Perajurit, tiba –


tiba menulis Buku tentang Budaya yang kita sangat butuhkan saat ini,
anak – anak kita dalam menghadapi Era Globalisasi bisa kehilangan Jatidiri
sebagai orang Tionghoa.

Saya pribadi menghargai kinerja Penulis memanfaatkan kondisi Pandemi


Covid – 19 untuk menulis Buku ini.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

自 1998 年改革以来,我和作者在面对更加民主的时代和维护人权方
面有着相同的愿景和使命。

30 多年来,由于某种情况导致我们的孩子们不熟悉他们自己的文化。

我知道一位有着印尼国民军战士背景的作家突然写了一本关于我们
今天真正需要了解有关中华文化的书,面对全球化时代,我们的孩
子们可能会失去他们作为华人的身份。

我个人感谢作者利用新冠疫情而完成编写本书。

但愿对塌架大家都有益。谢谢。
Budaya Tionghoa Indonesia V

PENGANTAR
Menggapai Visi dan Misi PSMTI

David Herman Jaya 林万金


Ketua Umum PSMTI

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) didirikan pada


tanggal 28 September 1998 dengan Visi Misi awal yaitu Orang Tionghoa
Warga Negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan semua Suku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring
dengan berjalannya waktu berbagai pengakuan yang diberikan oleh NKRI
kepada orang Tionghoa Indonesia, Visi ini pun berkembang menjadi
Suku Tionghoa Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama
komponen Bangsa Indonesia seluruhnya mempunyai hak dan kewajiban
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat
adil dan makmur. PSMTI sebagai Rumah Besar Orang Tionghoa Indonesia
menggalang Suku Tionghoa Indonesia dengan kesadaran ber-Masyarakat,
ber-Bangsa dan ber-Negara untuk secara aktif masuk dalam arus besar
pembangunan Bangsa Indonesia sambil terus memantapkan jatidiri
sebagai salah satu Suku dalam Keluarga Besar Bangsa Indonesia.

Buku ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi kita semua bahwa
sebagai bagian dari Indonesia, sudah menjadi kewajiban kita untuk
memiliki pandangan hidup, nilai-nilai luhur dan bermartabat serta
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan Generasi Muda
yang merupakan penerus Bangsa.

Terimakasih.
VI Budaya Tionghoa Indonesia

Ucapan Terima Kasih


Kepada :
1. Yang mendukung dan memberikan kata pengantar
- Bpk. Didi Dawis
- Bpk. David Herman Jaya

2. Para Sponsor
- Museum Hakka Indonesia
- Panitia Pembangunan Pagoda Marga Zhang
- Perkumpulan 12 Shio Indonesia
- PT. Ajidharma Corporindo
- Keluarga Besar Almarhum Suparno
3. Percetakan
Intan Printing - Bpk. Tirtahadi Sandjaja
4. Seting Naskah
- Yansen Tirta Putra
- Fuad
5. Editor
Musiyati Tessa
6. Gambar dan Ilustrasi
- Tulus Mahardono
- Kris Ariwibowo
- Estu Widodo
7. Juru Tik
Mohamad Yunus
8. Sumber – sumber formal dan informal
Budaya Tionghoa Indonesia VII

DAFTAR ISI
A. Penulis II
B. Pengantar III
C. Ucapan Terima Kasih VI
1. Manusia dan Budaya 1
2. Kehadiran orang Tionghoa di Nusantara 5
3. Istilah orang Cina dan orang Tionghoa 11
4. Konsep Asimilasi, Integrasi dan Sinergi 15
5. Kondisi orang Tionghoa di Indonesia 19
6. Orang Tionghoa sebagai etnis Bangsa Indonesia 23
7. Pandangan hidup bermasyarakat 27
8. Legenda untuk diambil Hikmahnya 37
a. Sam Kok 三国演义 38
b. Si You Ci 西游记 39
c. Oh Pek Cua 白蛇传 40
d. Sam Pek Eng Tay 梁山伯祝英台 41
e. Judge Bao 包青天 42
f. Pendeta Chi Kung 济公活佛 43
g. Impian Bangsal Merah 红楼梦 44
h. Batas air 水浒传 44
9. Memperingati Hari Besar 47
a. Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh 农历新年和元宵节 48
b. Ceng Beng, Hari nyekar Makam 清明节 55
c. Pe Cun, Festival Lomba Perahu 赛船,端午节 57
d. Chong Yuen Cie 中元节 59
e. Cung Ciu, Festival Kue Bulan 中秋节 61
f. Tang Ce, Hari Ibu 冬至 64
10. Merayakan Hari–hari Bahagia 67
a. Kelahiran 68
b. Ulang Tahun 70
c. Pernikahan 74
11. Peletakan Batu Pertama dan Meresmikan Gedung 89
12. Kedukaan dan Perlakuan terhadap arwah Leluhur 93
13. Agama dan Kepercayaan 99
14. Kearifan Lokal 121
15. Konsep Keadilan, Sumpah dan Balas Dendam 127
16. Lambang dan Simbol 131
17. Kalender Tionghoa 145
18. 12 Shio 十二生肖 149
VIII Budaya Tionghoa Indonesia

19. Hong Sui 风水 157


20. 36 Strategi Sun Tzu 三十六计 161
21. Nama dan Sapaan 169
22. Warisan 175
23. Bahasa dan Aksara 179
24. Busana 183
25. Pengobatan Tradisional 189
26. Ilmu Bela Diri 195
27. Kuliner 199
28. Barongsai dan Tari Liong 205
29. Berdagang, Sipoa 算盘 dan Becak 209
30. Sastra, Kesenian, Olah Raga dan Permainan 215
31. Xiang Qi, Ce Ki, Ma Ciang dan Wei Qi 象棋,棋牌,麻将,围棋 231
32. Membaca bentuk tubuh dan meramal nasib 235
33. Guci dan Barang Keramik 243
34. Bangunan Tradisional 247
35. Situs – situs Budaya Tionghoa di Indonesia 253
36. Ketauladanan Tokoh Legendaris 263
37. Organisasi Masyarakat Tionghoa 269
38. Taman Budaya Tionghoa Indonesia 277
39. Budaya bisa berkembang dan berubah 283
40. Kebiasaan Baru atau New Normal 285
41. Toleransi antar Budaya dan antar Umat Beragama 289
42. Harapan dan ucapan terima kasih 291
D. Editor 293
E. Ucapan selamat dari Sponsor 294
Budaya Tionghoa Indonesia 1

BAB 1.
MANUSIA DAN BUDAYA

Manusia diciptakan Tuhan sebagai Mahluk Sosial, hidup berkelompok


dan berbudaya dalam ikatan keluarga, dalam ikatan kelompok dan
interaksi dengan kelompok lainnya, dengan sesama manusia dan dengan
Binatang maupun Tanaman yang ada disekitarnya.
2 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Orang Tionghoa mempunyai ungkapan ”tidak ada Langit, tidak


mungkin ada Bumi, tidak ada Akar tidak mungkin ada Pohon tidak ada
Leluhur, tidak mungkin ada kita semua. 没有天,哪有地。没有根,
哪有树。没有祖先,哪有我们。

Langit ( 天 ) adalah Tuhan, Lao Tze ( 老 子 ) mengatakan ”pada


mulanya adalah TAO ( 道 ) kemudian menjadi satu, dua dan tiga
kemudian Alam Semesta ( 道生一,一生二,二生三,三成万物。)
sama dengan yang diajarkan orang Kristen bahwa pada mulanya
adalah Firman, Firman akhirnya menjadi Manusia.

b. Manusia dalam bahasa Latin disebut Homo Sapien, diciptakan dari


Debu Tanah, hidungnya ditiup nafas Tuhan, menjadikan manusia yang
berakal budi dan mengetahui hal yang baik dan yang jahat.

c. Manusia hidup berkelompok

Dari Situs dan Peninggalan yang ditemukan, manusia Purba sudah


eksis lebih dari satu juta tahun, mereka hidup berkelompok dalam
lembaga keluarga atau suatu keturunan diikat dalam suatu Tata
Cara Hidup yang berlaku diantara mereka sendiri, dan mempunyai
ketentuan yang mengatur interaksi dengan kelompok - kelompok
lainnya.

Manusia pertama di Taman Eden


Budaya Tionghoa Indonesia 3

d. Budaya terbentuk antara lain dipengaruhi :

- Lingkungan mereka bermukim, seperti Pantai, Daratan,


Pegunungan, Padang Pasir, Hutan dan lainnya.
- Mata pencaharian seperti Petani, Nelayan, Berburu, Jasa, Pengrajin
dan lain – lain.
- Tantangan atau ancaman berupa Bencana Alam, Binatang,
penyakit, atau kelompok manusia lainnya yang bermusuhan.
- Sejarah dan pengalaman, baik yang menyenangkan maupun
penderitaan.
- Munculnya tokoh Cerdik Pandai yang ber Hikmat dalam kelompok
tersebut.
- Bencana Alam dan kejadian diluar kendali manusia.
- Adanya kekuatan gaib yang mereka rasakan dan alami, baik berupa
penglihatan, penampakan atau mimpi – mimpi.
- Tata cara hidup berkeluarga yang diikat dengan lembaga
perkawinan dan keluarga.
- Model kepemimpinan dalam kelompok yang bersangkutan.

Manusia Purba hidup dalam kelompok dalam Goa


4 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Budaya merupakan hasil interaksi antar manusia dalam kehidupan


berkelompok / bermasyarakat yang berupa :

- Aturan – aturan dalam hidup berkeluarga, berkelompok / kerabat


dan hubungan dengan kelompok / kerabat lainnya
- Ritual Kepercayaan dan hubungannya dengan Alam Gaib
- Tata cara mencari nafkah
- Tata cara berpakaian
- Kiat – kiat mempertahankan diri dari bahaya dan ancaman
- Hiburan dan musik
- Tata cara yang menyangkut kelahiran, pernikahan, dan perlakuan
pada yang meninggal
- Memelihara keadilan, melindungi yang lemah, membela yang
teraniaya, menghukum yang berbuat kejahatan dan lain – lain
- Tata cara menunjuk Pemimpin dalam kelompok tersebut.

Sebuah keluarga mengungsi mencari tempat yang lebih aman untuk bermukim dan
mencari nafkah, dipimpin oleh laki – laki yang tertua usianya.
Budaya Tionghoa Indonesia 5

BAB 2.
KEHADIRAN ORANG TIONGHOA DI NUSANTARA
6 Budaya Tionghoa Indonesia

Dari catatan Sejarah, orang Tionghoa ber Imigrasi ke Nusantara sejak


Abad ke – 15, didorong oleh beberapa sebab, yang paling utama adalah
untuk mencari tempat yang lebih baik untuk bermukim dan mencari
nafkah. Ada ungkapan bahwa dimana ada air dan sinar Matahari, disitu
bermukim orang Tionghoa.

Orang Tionghoa mempunyai pepatah ”Dimana Bibit itu jatuh disitu ia


berakar dan tumbuh, daunnya akan jatuh tidak jauh dari akar pohonnya”
( 落地生根,落叶归根 ).

Mirip dengan ungkapan di Indonesia ”Dimana Bumi dipijak, disitu Langit


dijunjung”.

Peta migrasi orang Tionghoa ke Nusantara


Budaya Tionghoa Indonesia 7

a. Menghindari Peperangan

Dinasti di Tiongkok berganti rata – rata tiap 300 tahun, ditandai dengan
merosotnya Kewibawaan Kerajaan yang berkuasa dan munculnya
pemberontakan untuk merebut kekuasaan. Pihak yang kalah biasanya
menghapus Identitas dan melarikan diri sejauh mungkin untuk
menghindari pembantaian.

Beberapa gelombang migrasi ke Nusantara 3 Abad yang lalu akibat


peperangan.

b. Berdagang

Ada beberapa komoditi yang sangat diperlukan dan hanya terdapat di


wilayah Nusantara, mereka menempuh perjalanan yang jauh untuk
mendapatkannya antara lain berupa :

- Emas, Perak
- Kayu Cendana / Gaharu
- Kemenyan dan wangi – wangian tertentu
- Rempah – rempah dan pengawet makanan
- Mutiara
- Bulu – bulu burung untuk hiasan topi –topi dan pakaian Kebesaran
- Bahan untuk obat – obatan dari tanaman dan binatang tertentu

c. Mencari kehidupan yang lebih baik

Setelah diketahui bahwa di Nusantara adalah daerah yang subur,


cuaca stabil, banyak terdapat Flora dan Fauna yang dibutuhkan
untuk kehidupan manusia, maka timbul keinginan untuk mencari dan
mendapatkan tempat bermukim dan mencari penghidupan yang lebih
baik.

Mereka secara ikhlas meninggalkan tanah kelahirannya dan merantau ke


Nusantara baik perorangan maupun kelompok.
8 Budaya Tionghoa Indonesia

Perahu Jung yang digunakan untuk berlayar ke Nusantara

d. Tidak sengaja tertinggal

Pasukan Mongolia zaman Dinasti Yuan ( 元 朝 ) pernah melakukan


ekspedisi menyerang Kerajaan Singosari pada tahun 1293 dengan 30.
000 Pasukan, karena utusan dari Kaisar Dinasti Yuan ditolak dan diciderai
oleh Raja Singosari, karena Kerajaan Singosari sudah berganti menjadi
Kerajaan Mojopahit dan mereka kembali, lebih dari 10. 000 orang
tertinggal disepanjang tepian sungai Bengawan Solo.

Anak buah Laksamana Cheng Ho ( 郑 和 ) yang melakukan pelayaran


sebanyak 7 kali ke Nusantara antara tahun 1405 sampai dengan 1433
dengan membawa 27. 000 Pelaut, pada akhir pelayaran diperkirakan
yang kembali kekampung halamannya tidak mencapai 12. 000 orang,
sebagian sakit dan meninggal dalam pelayaran itu tetapi yang terbanyak
adalah yang tertinggal ditempat – tempat yang disinggahi, diperkirakan
lebih dari 10. 000 orang. Mereka menetap ditempat, bermukim dan
menikah dengan penduduk setempat, kemudian menjadi penduduk asli
setempat.
Budaya Tionghoa Indonesia 9

Laksamana Cheng Ho

e. Menjadi kuli Kontrak

Penjajah Belanda mulai Abad Ke – 16 mendatangkan tenaga kerja


Kontrak untuk menambang Timah di Bangka Belitung, menambang Emas
di Kalimantan dan menanam Tembakau di Sumatera Utara. Jumlah nya
mencapai ratusan ribu orang. Setelah kontrak selesai sebagian besar
menetap ditempat, bermukim dan menikah dengan penduduk setempat.
10 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 11

BAB 3.
ISTILAH ORANG CHINA DAN ORANG TIONGHOA

Istilah atau panggilan lazimnya ditentukan oleh yang bersangkutan,


sebagai pengakuan dan eksistensi yang wajar dan terhormat.

Tetapi ada juga yang disandangkan orang pada kelompok tertentu,


sebagai suatu identitas yang belum tentu menyenangkan kelompok yang
bersangkutan.
12 Budaya Tionghoa Indonesia

a. China

China adalah istilah resmi yang diinginkan oleh Negara People Republik
of China 中华人民共和国 melalui Kedutaannya di Jakarta, sebagai nama
Negara dalam huruf Latin / Inggris yang berlaku Internasional, mereka
menolak istilah Cina.

b. Tiongkok ( 中国 )

Tiongkok adalah istilah yang menggunakan lafal Hokian ( 福 建 ) istilah


yang digunakan untuk People Republik of China, istilah ini lazim
digunakan dalam masyarakat Indonesia, dianggap kondusif dan sopan

Pasport resmi yang dikeluarkan oleh People Republik of China atau


Republik Rakyat Tiongkok

Memperhatikan Delegasi Resmi dalam Konfrensi Internasional atau Olah raga


menggunakan China
Budaya Tionghoa Indonesia 13

c. Tionghoa ( 华人 )

Tionghoa adalah orang – orang keturunan asal Tiongkok di Indonesia


secara khas disebut orang Tionghoa, dengan demikian akan mudah
membedakan antara WNI dan WNA, bahwa orang China adalah WNA,
dan orang Tionghoa adalah WNI.

Istilah Tionghoa atau peranakan Tionghoa tercantum pada penjelasan


Pasal 26 UUD 1945. Berbunyi “Yang menjadi Warga Negara adalah
orang – orang Bangsa Indonesia asli dan orang – orang Bangsa lain yang
disahkan dengan undang – undang sebagai Warga Negara”.

Kemudian pada penjelasan pasal 26 tersebut ditegaskan bahwa “Yang


dimaksud orang – orang Bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda,
peranakan Tionghoa dan peranakan Arab, yang bertempat tinggal di
Indonesia mengakui sebagai Tanah Airnya dan bersikap setia kepada
Negara Republik Indonesia, dapat menjadi Warga Negara”

Istilah Tionghoa sah secara Hukum dan Konstitusional, sesuai Undang –


undang yang berlaku.

d. Orang Indonesia Asli

Dalam UUD 1945, terdapat istilah Orang Indonesia Asli, sesuai yang
tercantum dalam UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, yang
dimaksud dengan orang Indonesia Asli adalah tiap orang Warga Negara
Indonesia yang diperoleh Kewarganegaraannya sejak kelahirannya, kedua
orang tuanya adalah Warga Negara Republik Indonesia.

Catatan :
- Orang – orang keturunan Tionghoa di Indonesia secara Kebangsaan
disebut sebagai Orang Indonesia / Bangsa Indonesia ( 印 尼 公 民 ),
sedangkan secara Etnisitas disebut sebagai orang Tionghoa ( 印 尼
华 人 ), Indonesia adalah Negara multi Etnis / banyak Suku, jadi bisa
disebut sebagai Etnis Tionghoa atau Suku Tionghoa yang setara
dengan suku Jawa, Sunda dan sebagainya.
14 Budaya Tionghoa Indonesia

- Seorang Tionghoa yang lahir dari kedua orang tuanya WNI, sesuai UUD
No. 12 Tahun 2006, digolongkan sebagai orang Indonesia Asli, dan
berhak dipilih sebagai Presiden Republik Indonesia.

e. Taiwan ( 台湾 )

Taiwan menamakan diri Republik of China ( 中 华 民 国 ), kita hanya


mengakui satu China, maka orang yang berasal dari Taiwan yang berada
di Indonesia biasanya kita sapa sebagai orang Taiwan.
Budaya Tionghoa Indonesia 15

BAB 4.
KONSEP ASIMILASI, INTEGRASI DAN SINERGI

Konsep Asimilasi dan Integrasi senantiasa menjadi polemik dikalangan


Masyarakat pada Era Orde Baru dalam upaya terwujudnya Persatuan
dan Kesatuan Bangsa Indonesia, antara “Pribumi” dan “Non Pribumi”.
Waktu itu Istilah ”Pembauran” dikembangkan oleh Bakom PKB (Badan
Komunikasi Persatuan dan Kesatuan Bangsa).
16 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Asimilasi ( 同化 )

Gagasan Asimilasi tercetus dalam Piagam Asimilasi Bandungan Ambarawa


Jawa Tengah tanggal 15 Januari 1961, menurut Piagam tersebut Asimilasi
adalah Penyatu Gabungkan Golongan – golongan yang mempunyai sikap
mental, adat kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda – beda menjadi
satu Kebulatan Sosiologis.

Bagi masyarakat Tionghoa Asimilasi berarti menanggalkan Budaya


Tionghoa dan mengadopsi Budaya Masyarakat ditempat dia dilahirkan,
sehingga ciri semula yang khas sebagai orang Tionghoa tidak ada lagi,
istilah yang digunakan adalah ”Pembauran”.

Setelah lebih dari 40 tahun konsep asimilasi disosialisasikan bahkan


selama 32 tahun dijadikan metode pembinaan oleh Pemerintah terhadap
orang Tionghoa, ternyata tidak membawa hasil yang diharapkan,
kerusuhan terhadap golongan Tionghoa dan antar Ras dan Suku tetap
terjadi dengan skala yang lebih besar, bahkan tidak terkendali.

Hal ini antara lain disebabkan dalam menyusun Piagam Asimilasi tidak
melibatkan Tokoh – tokoh Adat dan Suku – suku Bangsa Indonesia
lainnya, maka tatkala seorang Tionghoa karena lahir ditempat tertentu
dan telah meninggalkan Budaya Tionghoa, dan menganut Budaya Suku
setempat, ingin mengaku sebagai anggota Suku ditempat dia dilahirkan,
tidak mendapatkan pengakuan secara wajar, tetap menganggap ia adalah
orang Tionghoa sesuai apa adanya.

Implementasi Budaya merupakan hak Asasi, sifatnya pribadi dan


alamiyah, tidak dapat dipaksakan. Adat – istiadat dan Budaya orang
Tionghoa dalam masyarakat Indonesia tetap dipelihara sampai saat ini
Budaya Tionghoa Indonesia 17

b. Integrasi ( 团结 )

Gagasan Integrasi adalah yang dicetuskan Sumpah Pemuda 28 Oktober


tahun 1928, dimana Pemuda dari berbagai etnis termasuk Young
Chienesen sepakat bersatu mewujudkan Satu Bangsa yaitu Bangsa
Indonesia, tanpa harus menghapuskan identitas Etnis dan Budaya nya
masing – masing.

Konsep ini terwujud dalam bentuk Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang di Ploklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai
Bangsa Indonesia dalam Wilayah Kesatuan Republik Indonesia dari
Sabang sampai Merauke Berbahasa Indonesia, tanpa harus menghapus
Bahasa daerahnya / Bahasa Ibu sukunya masing – masing.

Budaya Nasional adalah puncak dari Budaya tiap Suku Bangsa Indonesia.
Sesuai Keputusan Presiden tahun 2000 yang di Tanda Tangani oleh
Presiden KH. Abdurahman Wahid yang mencabut Instruksi Presiden No.
16 untuk memulihkan Hak orang Tionghoa untuk menganut Budayanya
dan Kepercayaannya.

Bersuku - suku, mempunyai cita - cita yang sama, Bhineka Tunggal Ika
18 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Sinergi ( 协同合作 )

Bangsa yang kuat dan maju dan mampu bersaing dengan Bangsa –
bangsa lain di Dunia, harus mampu mengerahkan seluruh potensi
Sumber Daya Manusia Warga Negaranya untuk mencapai tujuan Nasional
tanpa membedakan Ras, Suku, Agama, dan Golongan.

Tolok Ukur yang dijadikan dasar pertimbangan dan keputusan adalah


kwalitas dan dedikasi dari yang bersangkutan, dengan demikian akan
tercapai suatu Sinergi Bangsa secara optimal dan mampu memacu
Bangsa Indonesia untuk maju dan bersaing dengan Bangsa – bangsa
lainnya di dunia. Bangsa Indonesia harus duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi dengan Bangsa – bangsa lain yang telah maju di dunia.
Dengan semangat Sinergi Warga Bangsa, cita – cita tersebut akan
tercapai.

Cari Kucing yang bisa menangkap Tikus, bukan pilih – pilih warna
Budaya Tionghoa Indonesia 19

BAB 5.
KONDISI ORANG TIONGHOA DI INDONESIA

Bab ini mencatat data tentang jumlah dan Persentasi, Populasi


penyebaran dari Suku – suku Tionghoa di Indonesia. Kondisi sosial dan
psikologis serta kecenderungan Masyarakat Tionghoa di Indonesia.
20 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Jumlah dan persentasi

Dari hasil Sensus 2010 populasi orang Tionghoa di Indonesia 3, 7 % atau


7, 7 juta. Nomor urut ke – 3 setelah Suku Jawa 41, 4 % dan Suku Sunda
15, 4 %, kemudian Melayu 3, 4 %, Madura 3, 3 %, Batak 3 %, Minang 2, 7
%, Bugis 2, 5 %, Arab 2, 4 %, Banten 2, 1 %, Banjar 1, 7 %, Bali, 1, 5 % dan
selanjutnya

b. Penyebaran

Orang Tionghoa di Nusantara ini menyebar hampir merata disemua


Provinsi, sebagian besar berada di perkotaan. Ada beberapa Kabupaten
/ Kota dan Kecamatan populasi orang Tionghoa mencapai mayoritas
seperti di Bagan Siapiapi dan Singkawang.

c. Sub - sub Etnis Tionghoa

Di Tiongkok terdapat 69 Etnis, dan ratusan Sub Etnis. Orang Tionghoa


di Indonesia adalah dari etnis Han ( 汉 ), yang terdiri dari beberapa Sub
Etnis, yang berasal dari Provinsi Kwang Tung ( 广东省 ) dan Hokian ( 福
建省 )antara lain sub etnis Hakka ( 客家 ), Hokian ( 福建 ), Tiaw Ciu ( 朝州 ),
Kong Hu ( 广湖 ), Hing Hua ( 兴化 ), Jung Ting ( 永定 ), Hai Nam ( 海南 ),
San Tung ( 山东 )dan lainnya.

Mereka bisa kita kenali dari bahasa daerahnya, dan juga profesinya,
Hakka biasanya buka toko Sembako, Hokian bidang Tekstil, Keuangan,
Tiaw Ciu bidang Restoran, Penginapan, Kong Hu bidang Meubel dan
Budaya Tionghoa Indonesia 21

Pengrajin, Hing Hua bidang Bengkel dan Onderdil, Yung Ting bidang obat
- obatan dan sebagainya.

d. Menekuni bidang perdagangan

Kebijakan Pemerintah untuk membatasi orang Tionghoa menjadi


Pegawai Negeri Sipil (ASN), Anggota Polri dan TNI menyebabkan orang
Tionghoa menekuni dunia perdagangan, profesional seperti Dokter,
Arsitek dan Swasta saja, diantaranya ada yang sukses dan menjadi yang
disebut Konglomerat.

e. Kondisi Sosial dan Psykologi

Pasca terjadinya G 30 S PKI, menyisakan trauma dikalangan orang


Tionghoa untuk berbicara dan melakukan kegiatan Politik.

Kerusuhan Mei 1998

Ditutupnya sekolah – sekolah dan dilarangnya terbitnya Surat


Kabar / Majalah berbahasa Mandarin, serta dibatasinya kegiatan
Perayaan dan Ritual Budaya Tionghoa, menyebabkan Generasi Muda
Tionghoa cenderung beralih dan menganut Budaya Barat, baik
dalam penyelenggaraan Pernikahan, Ulang Tahun, berbicara senang
menggunakan bahasa Inggris.
22 Budaya Tionghoa Indonesia

f. Reformasi

Tahun 1998, terjadi Reformasi yang merubah Paradigma yang mendasar


menuju masyarakat yang lebih Demokratis dan menjunjung tinggi Hak
Azasi Manusia.

Orang Tionghoa diijinkan membentuk Organisasi, kegiatan Budaya


diperbolehkan, hak – hak orang Tionghoa sebagai Warga Negara
dipulihkan, rasa trauma masa lalu mulai berkurang.

Orang Tionghoa mulai belajar bahasa Mandarin, mencari Jati diri sebagai
orang Tionghoa dalam bingkai Bangsa Indonesia, maka pada Era tahun
2000, muncul orang Tionghoa yang mulai menekuni dunia Politik dan
menjadi Aktifis Partai Politik, kemudian menjadi Anggota DPR dan DPRD
juga ikut dalam pemilihan Kepala Daerah.

Catatan :
Dari beberapa Sub Etnis orang Tionghoa, yang berminat dalam bidang
Pengabdian Negara, menjadi Politisi atau Tentara pada umumnya dari
etnis Hakka.

g. Perubahan pada generasi muda

Generasi Milenial yang lahir setelah tahun 1970 an digolongkan yang


terpelajar, tidak lagi mempermasalahkan Sub Etnis, mereka merasa
sebagai orang Tionghoa saja, yang berdampingan dengan Etnis Bangsa
Indonesia lainnya dalam wawasan ber Bangsa dan ber Negara Indonesia.

h. Kendala Masih Ada

- Persepsi negatif yang melekat terhadap orang Tionghoa masih ada


- Agama yang dianut tidak sama dengan yang dianut penduduk
mayoritas
- Ada kesenjangan dibidang sosial ekonomi
- Masih terbatas partisipasinya dibidang Abdi dan Bela Negara
- Masih ada sikap eksklusif disementara kalangan orang Tionghoa
sendiri
- Waktu yang akan menghilangkan kendala ini dalam rangka
mewujudkan Kesatuan dan Persatuan Bangsa Indonesia dalam
bingkai NKRI.
Budaya Tionghoa Indonesia 23

BAB 6.
ORANG TIONGHOA SEBAGAI ETNIS
BANGSA INDONESIA

Presiden Soekarno Proklamator RI mengemukakan bahwa Bangsa


Indonesia adalah Bangsa yang Multi Etnis, ber Suku – suku, bukan Multi
Ras.

Dicontohkan oleh Bung Karno, Indonesia seperti mahluk Keluing yang


banyak sukunya (suku adalah kaki dalam bahasa Jawa/Sunda), kaki yang
banyak itu bergerak kompak maju kedepan mencapai tujuannya.
24 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Pri dan Non Pri

Sesuai dengan Keputusan Presiden RI no. 26 Tahun 1999 yang ditanda


tangani Presiden Prof. B. J. Habibie Menginstruksikan Penghapusan Istilah
dan semua Kebijaksanaan yang membedakan Warga Negara Indonesia.
Berdasarkan Pri dan Non Pri. Secara eksplisit orang Tionghoa ditetapkan
sebagai salah satu Suku dalam keluarga Besar Bangsa Indonesia.

Hal ini dikukuhkan dengan dibangunnya Taman Budaya Tionghoa dalam


TMII.

Istilah orang Indonesia Asli adalah orang yang ber Warga Negara
Indonesia sejak kelahirannya, yaitu orang yang dilahirkan dari kedua
orang tuanya Warga Negara Indonesia.

Indonesia terdiri dari berbagai Suku dan memeluk Agama dan Kepercayaan yang berbeda

b. Pengertian Suku / Etnis

Suku adalah Kelompok Masyarakat yang mempunyai ciri – ciri yang sama
berdasarkan kesamaan keturunan, asal daerah, bahasa dan Budaya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Budaya Tionghoa Indonesia 25

c. Suku Tionghoa Bangsa Indonesia

- Berasal dari Daratan Tiongkok, yang bermigrasi berturut – turut


sejak 5 Abad yang lalu.
- Ber Bahasa Indonesia, pada keseharian ber Bahasa Daerah dimana
dia dilahirkan dan bermukim serta mencari nafkah. Atau berbahasa
Ibu yang bersangkutan.
- Budaya yang khas, yang merupakan Budaya sub Etnis orang
Tionghoa. Dikembangkan menjadi Budaya Suku yang serasi dengan
Budaya Suku lain dalam Keluarga Besar Bangsa Indonesia.
- Walaupun sebagian Tradisi dan Budaya telah ditinggalkan, tetapi
masih memahami dan mengambil hikmah dan filosofinya dari
Budaya Tionghoa secara turun temurun.
26 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 27

BAB 7.
PANDANGAN HIDUP BERMASYARAKAT

Tiap Etnis suatu Bangsa muncul Pemimpin yang menjadi Panutan, Tokoh
– tokoh Pemikir, Sastrawan, Pahlawan, Cerdik Pandai dan orang Bijak,
termasuk para Ulama dan Rohaniwan, dimana Ajaran atau Petunjuknya
menjadi dasar dari Pola Berpikir dan Pola tindak dalam lingkungan Etnis
yang bersangkutan dan tata cara berhubungan dengan golongan lain
dalam masyarakat.
28 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Ajaran Kong Hu Cu ( 孔夫子 )

Khong Hu Cu

Kong Hu Cu (551 – 479 SM) lahir di Provinsi Santung ( 山东省 ), Seorang


Guru kemudian menjadi Petinggi Negeri. Ajarannya menjadi Pedoman
Hidup, pola berpikir dan pola tindakan dari masyarakat Tionghoa sampai
saat ini. dihormati sebagai orang suci yang membawa Agama Khong Hu
Cu.

Ajaran Kong Hu Cu yang terkenal antara lain :

1) ”Empat penjuru Lautan, Kita Semua Bersaudara”( 五湖四海皆兄弟 )

2) Dalam rangka etika beliau mengajarkan dengan 8 Kebajikan ( 八德 )


1. Xiao ( 孝 ) Berbakti pada Orang Tua
2. Ti ( 悌 ) Rendah Hati
3. Zhong ( 忠 ) Setia pada Teman, Atasan dan Negara
4. Xin ( 信 ) dapat dipercaya
5. Li ( 礼 ) Sopan dan bersusila
6. Yi ( 义 ) Bijaksana, menjunjung tinggi kebenaran
7. Lien ( 廉 ) Hati yang bersih, tidak menyimpang dan menyeleweng.
8. Chi ( 耻 ) Tahu malu, selalu mawas diri.
Budaya Tionghoa Indonesia 29

3) Khong Hu Cu mengajarkan sikap kita kepada Orang Tua. Saat


Orang Tua kita masih hidup, pelihara dengan hormat dan santun.
Saat meninggal makamkan dengan rasa hormat dan layak, setelah
meninggal, kenang dan peringati dengan rasa hormat. ( 父母生,养
之以礼,父母死,葬之以礼 , 祭之以礼。)

4) Konon Khong Hu Cu menerima tamu, dia seekor Belalang menanya


Khong Hu Cu, ”Dunia ini ada berapa musim?”
Khong Hu Cu menjawab ada 3 musim, musim Semi, Panas dan Gugur.

Setelah tamunya pergi, muridnya yang mendengarkan, bertanya,


”sudah jelas bahwa Dunia ada 4 musim, mengapa Guru mengatakan
3 musim, bagaimana dengan Musim Dingin?”.

Khong Hu Cu menjelaskan, bahwa Belalang menetas dari telurnya


pada Musim Semi, ia mati pada musim Gugur, tidak pernah
mengalami musim Dingin, tidak perlu kita jelaskan adanya Musim
Dingin.

Murid Lao Tze mohon petunjuk Guru nya


30 Budaya Tionghoa Indonesia

b. Ajaran Lao Tze ( 老子 )

Seorang murid Lao Tze ditunjuk untuk menjadi Menteri, ia menghadap


Guru nya untuk mohon petunjuk.

Lao Tze membuka mulutnya, meminta muridnya melihat apa yang ada
dalam mulutnya, Lao Tze waktu itu umurnya sudah sangat tua, muridnya
melihat dalam mulut gurunya hanya ada lidah, giginya sudah tidak ada.

Lao Tze memberikan penjelasan bahwa Lidah dan Gigi ada di tempat yang
sama puluhan tahun, beberapa kali Gigi telah menggigit dan menyakiti
Lidah, Lidah tidak bisa membalas, bahkan membantu Gigi kalau ada
makanan yang menyangkut, pada saatnya semua Gigi akan tanggal, Lidah
tetap ada seperti semula.

Maka dalam interaksi dengan orang lain, Pendekatan yang Lunak bisa
mengalahkan yang Keras.

c. Filosofi Uang Logam

Bentuk uang logam kuno Tiongkok adalah bulat dengan lubang persegi
empat ditengahnya, mengandung filosofi sebagai berikut:

- Uang untuk keperluan transaksi dan komunikasi dengan orang lain,


mengandung kepercayaan bahwa uang itu ada nilainya.

- Lubang uang logam persegi empat artinya dalam kita interaksi


dengan orang lain ada prinsip yang kita pegang, prinsip itu tidak
berubah. Bentuk uang yang bulat, berarti dalam kita komunikasi
dengan orang lain, harus luwes, fleksibel, tidak kaku, tetapi tetap
pegang teguh prinsip.
Budaya Tionghoa Indonesia 31

d. Filosofi Air Sumur

- Air mengalir dari atas ke bawah, kita sebagai atasan, pimpinan, atau
yang lebih pandai atau lebih mampu harus membantu bawahan
kita atau orang yang kurang mampu, jangan sebaliknya, tidak ada
air yang mengalir keatas (Atasan tidak boleh menerima hadiah dari
bawahan).

- Tiap orang rejekinya seperti sumur dengan airnya, kalau kita


memberi atau membantu orang lain, air dalam sumur akan
berkurang, maka ada ruang untuk menambah air tanah sampai
penuh kembali. Makin banyak kita memberi, makin banyak Tuhan
memberi pada kita dengan air yang lebih segar.

Air sumur yang tidak ditimba, airnya akan menjadi jenuh dan kotor,
akhirnya sumur itu tidak bisa digunakan lagi.
32 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Filosofi Kuda menjadi Macan

Orang yang sedang menjabat, seperti naik Kuda, dia ingat kapan dia naik,
tetapi juga harus tahu kapan dia harus turun, sebab Kuda yang dinaiki
pada saatnya akan berubah menjadi Macan.

Saat Kuda sudah berubah menjadi Macan, penunggang akan resah, kalau
turun dia akan dimakan Macan yang dinaiki.

Orang yang menjabat suatu jabatan harus tahu, kapan ia harus turun
sebelum Kuda menjadi Macan, kalau terlambat ia akan diturunkan
bawahannya atau oleh rakyat.

f. Filosofi Emas dan Tanah

Emas atau perhiasan yang dikenakan pemiliknya sangat indah dan


menarik, tetapi tidak memberi manfaat bagi orang lain, mungkin
menimbulkan niat orang untuk mencurinya.

Nilai satu kilo gram Emas bila dikonpensasi dengan Tanah lahan mungkin
bisa mencapai 10. 000 m2, lahan ini bila ditanami buah – buahan, atau
tanaman lain akan memberi manfaat bagi orang banyak. Hidup ini jadilah
seperti tanah lahan, memberi manfaat bagi orang banyak, jangan seperti
Emas hanya untuk diri sendiri.
Budaya Tionghoa Indonesia 33

Perhiasan hanya untuk diri sendiri, kebun buah – buahan akan memberi manfaat bagi
banyak orang.

g. Perjalanan Seribu Mil dimulai dari Langkah Pertama

Orang mempunyai cita – cita atau wacana, maka harus dimulai, cita – cita
akan menjadi kenyataan. Bila tidak dimulai dengan langkah pertama, cita
– cita itua kan tetap sebagai cita – cita, jangan mengharapkan dapat dan
terwujud, ia akan tetap sebagai wacana saja.

Ada ungkapan yang senada, jalan yang ada sekarang ini, pada mulanya
adalah hutan, menjadi jalan, karena sering dilewati orang ( 路是人用脚
踏出来的 )

Mau mencapai cita – cita, harus mulai melangkah, suatu hari akan sampai
34 Budaya Tionghoa Indonesia

h. Keseimbangan Yim Yang ( 阴阳 )

Yim Yang adalah konsep keseimbangan antara Yim dan Yang. Yim
mempunyai sifat Negative seperti dingin, gelap, pasif, kelembutan dan
sebagainya, dan Yang, yang sifatny apositif seperti panas, terang, aktif,
kekerasan dan sebagainya. Perempuan adalah Yim, laki – laki adalah
Yang.

Konsep Yim Yang ini adalah konsep keserasian dan keseimbangan,


maksudnya segala sesuatu bila ingin aman, tenang dan serasi, maka
perlu dipelihara keserasian dan keseimbangan antara yang bersifat Yim
dan Yang, antara lain yang positif dan negative.

i. Filosofi Jari Tangan

1) Atasan atau yang lebih tua harus mendekat pada bawahannya atau
yang lebih muda. Tidak sebaliknya.
Jempol tangan mudah mendekat pada jari – jari lain, sebaliknya jari
tangan yang lain, susah mendekat pada jari Jempol.
Budaya Tionghoa Indonesia 35

2) Pimpinan, orang tua, anak, bisa berpisah, tetapi istri tidak bisa
berpisah.
Jempol mewakili Orang Tua, Telunjuk mewakili Pimpinan / Atasan,
Jari Manis mewakili Pasangan Hidupnya, Jari Kelingking mewakili
Anak – anak.
Tangan dirapatkan dengan jari tengah ditempel tanda menikah. Maka
jari – jari yang lain bisa direnggangkan, tetapi jari manis tidak bisa.
36 Budaya Tionghoa Indonesia

j. Panca Indra

Tuhan menciptakan manusia, dengan 2 Telinga, 2 Mata tetapi 1 Mulut,


agar kita selalu ingat bahwa kita harus banyak mendengar nasihat –
nasihat orang – orang banyak melihat kejadian – kejadian dan ambil
pelajaran dan hikmatnya.

Mulut hanya satu, itu pun fungsinya banyak, tidak saja untuk bicara,
tetapi untuk Menyanyi, Makan, Minum dan bernafas.

Diajarkan pada kita bicara harus hati – hati, bicara seperlunya, bicara
yang membangun dan bermanfaat bagi orang lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 37

BAB 8.
LEGENDA UNTUK DIAMBIL HIKMAHNYA

Tiap Bangsa mempunyai Legenda, baik Cerita maupun Sejarah, Legenda


ini biasanya diambil makna atau filosofi yang mendalam untuk dijadikan
inspirasi dan motivasi bagi Bangsa yang bersangkutan.

Orang Tua saya, menasehati saya agar sedikitnya ada 8 buku wajib dibaca
dan diambil hikmahnya.

Sampai saat ini saya belum sepenuhnya menghayati Hikmah yang


terkandung dalam buku – buku tersebut.
38 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Sam Kok ( 三国演义 ) (Kisah tiga Kerajaan)

Buku ini mengisahkan kejadian pada Abad ke 2 Masehi, di Daratan


Tiongkok ada 3 Kerajaan, ke tiga Kerajaan ini masing – masing berambisi
menaklukan ke 2 Kerajaan lainnya, agar Ia bisa menguasai dan
mempersatukan seluruh Daratan Tiongkok.

Buku ini mengisahkan bagaimana mereka masing – masing menyusun


rencana, melaksanakan berbagai intrik, taktik dan strategi, mengerahkan
segala akal, tipu daya untuk mengalahkan lawan. Akhirnya salah satu
Kerajaan berhasil memenangkan peperangan ini dan menguasai seluruh
Daratan Tiongkok.

Dari kisah ini kita bisa menarik banyak pelajaran


- Strategi, Taktik, Akal, Tipu daya yang dikembangkan dan bagaimana
hasilnya.
- Memanfaatkan letak dan bentuk medan, cuaca, ilmu astronomi untuk
membantu memenangkan perang.
- Memenangkan perang lebih utama, dari pada memenangkan
pertempuran – pertempuran.
- Yang bodoh dikalahkan yang pandai, yang pandai dikalahkan yang
cerdik, yang cerdik dikalahkan yang curang, tetapi akhirnya yang di
Ridhoi Tuhan Yang Maha Esa yang akan menang.

Tio Fei, Liu Pei, Kwan Yu ( 张飞,刘备,关羽/关公 )


Budaya Tionghoa Indonesia 39

b. Si You Ci ( 西遊记 ) ( Kisah perjalanan ke Barat)

Buku ini mengisahkan Zaman Dinasti Tang Abad ke 7 Masehi, Kaisar


mengutus seorang Biksu Tang San Zong ( 唐三藏 ) ke Barat (India) untuk
mengambil Kitab Suci Budha.

Untuk itu Dewa mengutus Siluman Sun Go Kong ( 孙悟空 ), Zhu Ba Jie ( 猪
八戒 ) dan Zho Wu Jing ( 沙悟净 ) untuk mengawal Biksu ini, disamping
itu seekor Naga yang berupa Kuda Putih ( 白龙马 ) untuk menjadi Kuda
tunggangan bagi Biksu ini dalam perjalanan yang penuh tantangan dan
bahaya.

Biksu Tong dikawal tiga muridnya melakukan perjalanan ke Barat untuk mengambil Kitab Suci

Sifat – sifat para Pengawal :

Sun Go Kong
Cerdik, mempunyai ilmu yang tinggi tetapi emosional.

Zhu Ba Jie
Loyal tapi sering terganggu karena mudah tergoda wanita.

Sha Wu Jing
Patuh dan jujur, bisa diajak diskusi
40 Budaya Tionghoa Indonesia

- Dari kisah perjalanan Tong ke Barat kita bisa menarik banyak


pelajarannya dalam upaya kita mencapai tujuan.
- Mengetahui keberadaan roh dan alam supranatural yang menjadi
kepercayaan orang Tionghoa.
- Kisah ini dipercaya merupakan gambaran, keadaan dunia pada
masa kini dan masa yang akan datang.
- Semua orang yang membantu kita mencapai tujuan ada
kekukarangan dan ada kelebihannya.
- Perbuatan orang yang baik, bisa dianggap tidak baik, karena
kesalah fahaman.
- Untuk mencapai tujuan, bagaimana pun, dengan siapa pun harus
bekerja sama.

c. Oh Pek Tjua ( 白蛇传 ) (Legenda ular putih)

Dikisahkan ada seekor Ular Putih setelah bertapa ratusan tahun, akhirnya
menjadi Siluman bernama Bai Su Zhen ( 白 素 贞 ), dia hidup bersama
adiknya seekor Ular Hijau yang bertapa juga bernama Shiao Ching ( 小青 ).
Bai Su Zhen ( 白 素 贞 ) bertapa karena ingin jadi manusia, akhirnya cita
– citanya tercapai dan ia jatuh cinta pada seorang pemuda penjual obat
Herbal tradisional bernama She Sien ( 许 仙 ), dia tidak mengetahui
bahwa wanita cantik yang jadi istrinya adalah Siluman Ular.

BAI dan Shiaw Ching berhadapan dengan Biksu Fat Hai


Budaya Tionghoa Indonesia 41

Bai Su Zhen dalam upaya menyenangkan suaminya melakukan perbuatan


gaib mendatangkan wabah penyakit bagi rakyat, agar toko obat suaminya
laku, mendatangkan hujan di suatu tempat mengakibatkan banjir besar
ditempat lain dan sebagainya, kejadian – kejadian yang tidak biasa ini
menimbulkan kecurigaan dari Biksu Fat Hai ( 法 海 ) untuk menyelidiki
sebab musababnya.

Setelah diketahui bahwa ini perbuatan Siluman Ular, maka para Biksu ini
berusaha untuk menangkapnya, dengan memanfaatkan suaminya yang
tidak mengetahui istrinya adalah siluman.

Bai Su Zhen berhasil ditangkap dan dipenjara di Pagoda Lui Fung ( 雷


锋 塔 ) di Hang Chou ( 杭 州 ), suaminya bersama anak laki – laki hasil
perkawinan dengan Bai Su Zhen diijinkan untuk menjumpai Bai Su Zhen
setahun sekali.

Dari buku ini kita bisa menarik hikmahnya, bahwa Binatang sesungguhnya
ingin mejadi manusia, Binatang juga mempunyai kasih sayang dan
kesetiaan, bahkan manusia ada yang jahat melebih kejahatan Binatang.

d. Sam Pek Eng Tay ( 山泊英台 )

Dikisahkan Seorang anak perempuan Cu Eng Tai ( 祝 英 台 ) ingin


melanjutkan sekolahnya seperti anak laki – laki pada zaman itu.

Dia diijinkan oleh ayahnya sekolah dengan menyamar sebagai anak laki –
laki. Diam – diam dia jatuh cinta pada temannya laki – laki yang bernama
Yang Sam Pek ( 梁 山 伯 ) setelah mereka lulus dan berpisah, Sam Pek
mengunjungi Eng Tay, Sam Pek menjadi tau kalau Eng Tay adalah wanita
yang cantik dan mereka jatuh cinta satu sama lain.

Pada Zaman itu, masalah jodoh ditentukan oleh orang tua, Eng Tay sudah
dijodohkan dengan orang lain, hal ini diketahui oleh Sam Pek sehingga
sakit dan meninggal.

Eng Tay pada saat menuju tempat calon suaminya untuk melaksanakan
pernikahan, singgah dimakam Sam Pek, Makam itu tiba – tiba terbuka
dan Eng Tay meloncat masuk dalam Makam, Makam itu pun menutup
kembali, mereka berdua hilang dalam satu lubang Makam arwahnya
42 Budaya Tionghoa Indonesia

menjelma menjadi sepasang Kupu – kupu dan terbang keluar dari


Makam itu.

Catatan : Kisah ini menunjukan bahwa sejak dahulu kala ada emansipasi
wanita, yang menuntut kesamaan antara lain untuk sekolah dan menikah
dengan laki – laki yang dia cintai.

e. Jadge Bao ( 包青天 )

Buku ini mengisahkan seorang Hakim Agung, yang melaksanakan


tugasnya dengan jujur dan adil, tidak pandang bulu, ia mempertaruhkan
jiwa raga dan jabatannya untuk membela kebenaran, kejujuran dan
keadilan.
Budaya Tionghoa Indonesia 43

Ia menyiapkan Pisau Besar untuk memenggal orang yang diputuskan


untuk dihukum mati, alat penggal ini dibawa kemana ia bertugas, alat
penggal yang dibawa ada 3 macam, dengan ukiran Naga untuk terpidana
dari Keluarga Istana, ukiran Macan untuk pejabat Pemerintah termasuk
para petinggi Militer, bermotif Anjing untuk rakyat biasa. Terdakwa yang
dijatuhkan hukuman mati langsung dipenggal ditempat.

Cerita tentang Judge Bao ini ditujukan kepada yang menerima tugas
sebagai Penegak Hukum untuk berbuat jujur, membela kebenaran dan
keadilan tanpa pandang bulu.

Dan kepada penjahat, bisa kena batunya bila jumpa dengan Penegak
Hukum seperti Jadge Bao.

f. Pendeta Chi Kung ( 济公活佛 )

Pendeta Chi Kung menceritakan seorang Pendeta Buddha yang sakti,


setelah dia selesai bertapa dan menjadi Biksu, ia berbeda dengan Biksu
yang lain, ia keluar dari Vihara dengan pakaian yang lusuh mengembara
dalam masyarakat seperti pengemis, mencari tau keadaan rakyat jelata,
terlibat dalam melindungi dan membela yang lemah, memberantas
kejahatan. Termasuk kejahatan yang diperbuat oleh pejabat yang korup
dan menindas rakyat.
44 Budaya Tionghoa Indonesia

Buku ini menyindir para Ulama dan Rohaniawan yang hanya berdiam
dalam Rumah Ibadah, Khotbah, Berdoa dan memberi nasihat, tapi tidak
berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi rakyat dan masyarakat yang ada
dilingkungannya.

g. Impian Bangsal Merah ( 红搂梦 )

Karya Sastra terkenal dari zaman Dinasti Qing ( 清代 ) tahun 1754 ditulis
oleh Gao Xueqin ( 曹雪芹 )

Buku ini mengisahkan keadaan sebenarnya dari keluarga Bangsawan


pada saat itu penuh dengan liku – liku oleh emak – emak yang
mempunyai kekuasaan yang besar dalam sistim Feodal, maka generasi
yang lebih muda memperjuangkan hak – haknya untuk menentukan
jodoh untuk hari depannya sendiri.

h. Batas Air ( 水浒传 )

Buku ini mengisahkan adanya 108 Pendekar yang dipimpin oleh Song
Jiang ( 宋江 ) zaman akhir Dinasti Yuan ( 元末明初 ) mereka berkumpul
disuatu tempat di Santung ( 山东 ) bersikap menentang ke Kaisaran yang
korup, tetapi dengan berbagai intrik Song Jiang menyerah pada Kaisar,
apa motif nya disini pembaca mentafsirkan sendiri
Budaya Tionghoa Indonesia 45

Salah satu dari Pendekar bernama Wu Sung ( 武松 ) dengan tangan kosong


membunuh Macan
46 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 47

BAB 9.
MEMPERINGATI HARI – HARI BESAR

Hari – hari Besar yang biasa diperingati masyarakat Tionghoa adalah :

a. Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh 农历新年,元宵节


b. Ceng Beng 清明节 Hari nyekar Makam
c. Pe Cun 端午节 Festival lomba Perahu
d. Chong Yen Cie 中元节 Sembahyang Roh
e. Cung Ciu 中秋节 Festival Kue Bulan
f. Tang Ce 冬至 Hari Ibu
48 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Tahun Baru Imlek ( 农历新年 )

Hari Raya Imlek ( 农历新年 ) atau Tahun Baru Imlek pada tanggal 1 bulan
ke 1 tahun Imlek ( 正 月 初 一 ) bertepatan dengan pergantian tahun
Imlek yang berdasarkan perhitungan Lunar (peredaran Bulan), yang
dikombinasikan dengan perhitungan berdasarkan peredaran Matahari
dan pergantian Musim, dari Musim Dingin ke Musim Semi.

Penanggalan Imlek ini banyak digunakan Petani dan Nelayan yang


pekerjaannya sangat tergantung dan berhubungan dengan Alam dan
Musim, maka Kalender ini juga disebut Nungli ( 农 历 ) yang artinya
Kalender untuk Petani.

Bila kita perhatikan bahwa menjelang Hari Raya Imlek, biasanya di


Indonesia panen buah – buahan, seperti Duku, Rambutan, Mangga,
Manggis, Durian, Nangka, Cempedak dan lain – lain, juga panen Ikan
Bandeng, Udang, dan hasil laut lainnya.

Imlek tahun 2020 jatuh pada tanggal 25 Januari 2020, adalah tahun Tikus
dan tercatat sebagai tahun 2571, diambil dari tahun kelahiran Khong Hu
Cu pada tahun 551 sebelum Masehi.

Imlek diartikan memasuki Musim Semi dibelahan Bumi bagian Utara,


maka disebut sebagai festival Musim Semi.

Musim Semi mempunyai makna meninggalkan musim yang dingin, gelap


dengan pohoh – pohon yang gundul. Memasuki Musim Semi, pohon
mulai bersemi. Di Indonesia berarti memasuki Musim Hujan, Petani
mulai bercocok tanam.

Hari Raya Imlek dirayakan masyarakat Tionghoa oleh semua penganut


Agama dan Kepercayaan, karena mempunyai makna pengucapan Syukur
atas Berkat yang diterima pada tahun yang lalu, dan permohonan Berkat
serta Pertolongan Tuhan untuk tahun yang akan datang, maka Imlek bisa
diartikan juga sebagai Hari Pengucapan Syukur.

Bagi umat Khong Hu Cu dan Buddha biasanya melakukan ibadah untuk


bersembahyang dan menyerahkan Derma berupa Uang atau Beras untuk
Budaya Tionghoa Indonesia 49

pengurus Rumah Ibadah dan fakir miskin.

Kebaktian dengan tema Imlek juga diadakan di Gereja, Mesjid atau


rumah ibadah lain yang umatnya sebagian besar terdiri dari suku
Tionghoa.

Tiga hari sebelum Hari Raya Imlek, di daerah pemukiman masyarakat


Tionghoa biasanya diadakan Pasar Malam, yang menjual belikan
keperluan Hari Raya, baik untuk Sembahyang atau untuk makan, seperti
Ikan Bandeng, Kue – kue, Bunga Sedap Malam dan Pernak – pernik lain
seperti Lampion, Angpau dan lainnya.

Menyambut Hari Raya Imlek biasanya tiap keluarga membersihkan


rumah, terutama pada bagian Dapur, karena Dapur merupakan bagian
dari rumah yang berjasa dalam memberi kehidupan rumah tangga.

Orang tua menyiapkan pakaian baru untuk anak – anaknya, juga untuk
pembantu, sopir, dan pekerja lainnya di rumah.

Tiap keluarga menyiapkan makanan, Kue, Kolang Kaling, Agar – agar,


Manisan, Lauk Pauk, Daging, ikan Bandeng dan Buah – buahan, termasuk
Kue Keranjang. Kue ini biasanya dikirim juga kepada Orang Tua, Mertua,
atau Orang yang dituakan sebagai rasa hormat.
50 Budaya Tionghoa Indonesia

Pada Hari Raya Imlek, tiap rumah tidak menyapu didalam rumah dan
tidak membuang Sampah, maknanya agar rejeki tidak terbuang, juga
mempunyai makna lain, yaitu walaupun hanya Sapu, perlu istirahat satu
hari dalam satu tahun.

Semua orang berpakaian baru dan rapi, anak – anak memberi hormat
pada orang tuanya dengan cara Tionghoa Pai ( 拜 ) Pada Orang Tua,
Kakek, Nenek, dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki, dan
lain – lain.

Pembantu dan pekerja dirumah juga mengucapkan selamat pada


majikannya dan diberi Angpau ( 红 包 ), juga pada anak – anaknya.
Kepada anak – anak sambil diberi nasihat agar rajin belajar, pandai,
enteng jodoh dan lain – lain. Sebaliknya anak – anak yang sudah bekerja
membalas kebaikan orang tuanya dengan Angpau juga.

Pada Tahun Baru Imlek sampai Cap Go Meh selama 15 hari, baik
spanduk, iklan Surat Kabar atau Kiriman Kartu ada kata – kata ucapan
Budaya Tionghoa Indonesia 51

Selamat Tahun Baru Imlek, biasanya disertai kata – Atau Gong Xi Fat Cai.
( 恭喜发财 ) artinya Banyak Rezeki, atau Xin Nien Kuai Le ( 新年快乐 )
artinya Selamat Tahun Baru.

Di copy dari Instagram Bpk. Joko Widodo

Presiden juga mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek untuk masyarakat


Tionghoa.

Angpau adalah amplop berwarna Merah didalamnya berisi uang,


biasanya uang yang masih baru dan terdiri dari 2 atau 6 lembar.

Uang tersebut digunakan untuk modal kerja, untuk keperluan sekolah,


membeli sesuatu yang dicita – citakan. Angpau biasanya tidak diberikan
pada yang sudah bekerja atau sudah berpenghasilan sendiri.

Selanjutnya makanan pun dihidangkan, setelah selesai makan maka


keluarga menuju kerumah orang tua atau orang yang dituakan lainnya
untuk menyampaikan ucapan selamat.
52 Budaya Tionghoa Indonesia

Makanan, kue – kue kecil, agar- agar, manisan, dan lain – lain disiapkan
dimeja untuk menjamu tamu yang datang berkunjung. Makanan yang
dihidangkan masing – masing mempunyai makna antara lain : Buah Atep
atau Kolang Kaling agar kehidupan mantep, manisan Cerme agar tokonya
rame, Agar – agar berbentuk Bintang agar rejeki dan kariernya terang
seperti Bintang, Kue Keranjang lengket dan manis berarti keluarga manis
– manis dan saling mengasihi dan apabila tamu tersebut membawa anak,
maka anak tersebut diberi Angpau.

Pada hari raya Imlek apabila keadaan memungkinkan bisa memasang


Mercon menunjukan kegembiraan dan rejekinya meledak, bagi keluarga
yang mampu dapat mengundang Barongsai atau Tari Liong untuk
disaksikan sanak saudara dan kerabat yang datang berkunjung ke rumah.
Budaya Tionghoa Indonesia 53

Pada tanggal 8 malam, bagi umat Khong Hu Cu dan penganut


Kepercayaan Tradisional mengadakan sembahyang pada Allah.

Tari Liong atau Barongsai pada mulanya adalah prosesi pengusiran Bala,
saat ini sudah bergeser sebagai pertunjukan kesenian yang bermutu dan
patut ditonton, bahkan telah dipertandingkan di tingkat Internasional.

Cap Go Meh ( 元 宵 节, 十 五 夜 ) Perayaan dan tradisi kunjung


berkunjung berlangsung sampai dengan tanggal 15 Imlek, dan pada
malam 15 diadakan pesta Cap Go Meh. Pada perayaan Cap Go Meh
rumah – rumah memasang Lampion warna Merah, diselenggarakan juga
Karnaval dan hiburan panggung, di daerah tertentu seperti Singkawang
diadakan Pawai dengan Tatung, kaum muda mudi keluar rumah membeli
makanan, melihat Lampion, dan lain – lain. Makanan yang khas di
Indonesia adalah Lontong Cap Go Meh.

Setelah pesta Cap Go Meh selesai, maka acara kunjung mengunjungi


selesai, masyarakat kembali lagi mengerjakan pekerjaannya untuk 1
tahun berikutnya, khusus bagi Petani saat ini adalah momentum yang
tepat untuk mulai bertanam, menabur bibit ikan Bandeng, dan lain –
lain. Kaum Pedagang mulai giat dengan usahanya, karena tahun sudah
berganti, rejeki pun diharapkan bertambah.

Penari Tatung di Singkawang pada Acara Cap Go Meh


54 Budaya Tionghoa Indonesia

Kita berterima kasih pada Ibu Megawati Soekarnoputri Presiden Ke – 5


Republik Indonesia. Yang menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai Hari
Libur Nasional pada Tahun 2002
Budaya Tionghoa Indonesia 55

b. Ceng Beng ( 清明节 )

Ceng Beng berarti bersih dan terang dirayakan tiap tanggal 4 atau 5 April
tahun Masehi.

Pada hari tersebut orang Tionghoa melakukan ziarah ke Makam Leluhur,


berdoa, dan sembahyang sesuai agama, kepercayaan dan dengan caranya
masing – masing. Diatas makam diletakkan kertas atau kain berwarna
Kuning kecil memanjang, supaya tidak terbang ditiup angin ditindih
dengan Batu kecil.

Asal – usul Ceng Beng, Raja Cu Guan Ciang ( 朱 元 璋 ) pendiri dinasti


Ming ( 明 朝 ) (1360 – 1644), lahir dari keluarga yang sangat miskin, ia
dipelihara pada sebuah Vihara sebagai Calon Biksu.

Ia berjuang, akhirnya berhasil menjadi Raja. Ia tidak mengetahui dimana


Makam leluhurnya, maka pada hari yang ditentukan, ia memerintahkan
semua rakyat berziarah dan sembahyang dimakam leluhurnya masing -
masing, dan harus memberi tanda dengan kertas kuning diatas Makam
tersebut. Makam yang tidak ada tanda kuning, Raja menziarahi Makam
tersebut dan dianggap sebagai Makam leluhurnya sendiri.

Zaman sekarang Pada hari Ceng Beng, Makam yang tidak diziarahi,
upacara sembahyang diselenggarakan secara massal oleh panitia atau
lembaga yang mengurusi Tanah Makam.
56 Budaya Tionghoa Indonesia

Ada legenda lain mengenai Ceng Beng, konon sebuah Kerajaan


dikalahkan oleh Kerajaan lainnya, tersisa seorang Pangeran beserta
seorang pengasuhnya yang berhasil meloloskan diri, dalam pelariannya
mereka sembunyi di dalam hutan, mereka tidak menemukan makanan
dan terancam kelaparan, pengasuhnya mengerat sebagian daging
pahanya untuk di makan Sang Pangeran.

Beberapa puluh tahun kemudian Pangeran tersebut berhasil


memperoleh kembali Tahta Kerajaannya, Raja baru ini ingin membalas
budi pada pengasuhnya, ia ingin pengasuhnya tinggal bersama di Istana,
tetapi pengasuhnya ingin tetap tinggal di dalam hutan merawat ibunya
yang sudah lanjut usianya. Raja beserta pasukan berusaha mencari ke
dalam hutan, akan tetapi tidak diketemukan.

Sesuai saran Menterinya, Raja memerintahkan membakar hutan, dengan


harapan supaya kedua orang tersebut akan keluar dari dalam hutan.
Tetapi kedua orang itu ditemukan terbakar dalam hutan dan meninggal.
Akibat dari perbuatannya itu Raja sangat menyesal, dan menetapkan hari
tersebut adalah sebagai hari ziarah Makam.

Pada hari Ceng Beng menetapkan makan dingin, jadi khusus hari tersebut
tidak menyalakan api dapur untuk memperingati kejadian pembakaran
Hutan. Ada tradisi lain yaitu piknik setelah ziarah dan bermin layang –
layang hias.
Budaya Tionghoa Indonesia 57

Masyarakat Tionghoa walaupun dalam segala kesibukannya, pada


hari tersebut selalu meluangkan waktu untuk berziarah di makam
orangtuanya masing - masing. Ziarah di makam bisa dilakukan 10 hari
sebelum dan 10 hari sesudah hari Ceng Beng.

c. Pe Cun ( 端午节,赛船 )

Pe Cun jatuh pada bulan 5 tanggal 5 Imlek. Pe Cun berasal dari suatu
legenda. Alkisah adalah seorang Patriot dan Pujangga bernama Kut
Guan ( 屈 原 ), ia sangat berduka menyaksikan negaranya hancur akibat
serangan musuh. Kut Guan bunuh diri dengan menyeburkan diri kedalam
sungai, mati dan hanyut terbawa air.

Rakyat dan para pengikutnya, dengan berbagai perahu mencari Jenazah


untuk dimakamkan, sambil melemparkan makanan yang dibungkus daun
kedalam sungai, agar ikan – ikan tidak memakan jasadnya. Kejadian
tersebut terus diperingati dan dijadikan sebagai hari Pe Cun.

Acara peringatan selain lomba perahu, membuat Bacang ( 肉 粽 )


yaitu Nasi atau Ketan yang dibungkus dengan daun Bambu. Pada
hari tersebut dibuat perahu hias untuk dikayuh di Sungai atau Danau
sebagai sarana rekreasi. Dari atas perahu bisa menyaksikan perahu lain
dengan hiasannya, mendengarkan musik sambil makan makanan ringan
terutama Bacang dan Kwecang (terbuat dari Ketan tanpa daging)
58 Budaya Tionghoa Indonesia

Hari Pe Cun mempunyai makna Cinta Tanah Air, menghormati para


Pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raga demi kebenaran, kita
dianjurkan meneladani dan melanjutkan perjuangan dengan semangat
yang tinggi untuk membela Negara dan Bangsa.
Budaya Tionghoa Indonesia 59

d. Chong Yen Cie ( 中元节 )

Pada bulan ke 7 tanggal 5 Imlek menurut kepercayaan Tradisional, roh


– roh dan arwah diberi kebebasan turun ke Bumi selama satu bulan,
bagi masyarakat Tionghoa yang menganut kepercayaan Tradisional
menyelenggarakan sembahyang untuk menyajikan sajian untuk roh – roh
dan arwah tersebut.

Sembahyang ini disebut sebagai Sembahyang Cioko ( 祭 祀 鬼 魂 ), atau


sembahyang rebutan, maksudnya setelah selesai sembahyang apa yang
disajikan bisa dibagikan pada orang miskin atau yang membutuhkannya.

Dalam bulan ini pada masa tahun 1950 an, masih ada yang
menyelenggarakan ritual Cai Lan Kung ( 菜 蓝 公 / 神 ) yaitu acara
memanggil roh / arwah dengan menggunakan Keranjang Sayur yang
diberi pakaian, digantungi kunci rumah dan dipasangi Hio, roh yang
masuk bisa diajak berkomunikasi, roh tersebut mampu menggerakan
Keranjang ke kiri dan ke kanan, bergoyang, bahkan bisa menulis sesuai
permintaan yang memanggil roh tersebut. Hal ini sekarang sudah tidak
dilakukan lagi, karena jika perlakuan kita pada Roh tersebut secara tidak
patut, dapat membawa bencana bagi keluarga yang memanggil roh
tersebut.

Ritual memanggil Roh melalui Keranjang Sayur Cai Lan Kung


60 Budaya Tionghoa Indonesia

Bagi Sembako untuk orang miskin

Pada bulan 7 ini masyarakat Tionghoa tidak mengadakan pesta, buka


toko baru dan acara pesta lainnya.

Chong Yen Cie juga dijadikan momen bagi masyarakat Tionghoa


untuk melakukan aksi sosial, memberi bantuan pada Panti Asuhan,
membagikan Sembako, makanan dan lain – lain. Amal tersebut bisa
langsung secara pribadi pada masyarakat yang membutuhkan, atau
melalui Klenteng, Vihara, atau rumah ibadah masing – masing.

Catatan :
Agama yang dianut dan diyakini orang Tionghoa hanya untuk kalangan
sendiri, tidak ada kewajiban untuk disiarkan pada Umat lain, sehingga
tidak terjadi masalah dengan penganut agama lain setempat, prinsipnya
Agama yang dianut itu untuk kelompok sendiri, tidak perlu orang lain
turut menjadi umatnya.

Ada tradisi melarung Sajen


Budaya Tionghoa Indonesia 61

e. Cung Ciu Cie ( 中秋节 )

Hari Raya ini disebut juga sebagai Hari Bulan Purnama, jatuh pada bulan
8 tanggal 15 Imlek, pada malam tersebut bulan terlihat bulat, putih,
jernih dan terang. Apabila seseorang tidak diketahui hari lahirnya, maka
hari ini ditetapkan sebagai hari ulang tahunnya.

Pada malam tersebut keluarga biasanya kumpul diteras atau balkon


rumah, untuk menikmati Bulan Purnama sambil bercengkrama dan
menikmati Kue Bulan, Kacang, Kwaci, dan minuman.

Bulan yang bulat melambangkan keluarga berkumpul dan bersatu,


Kacang dan Kwaci melambangkan bibit kehidupan dan pertumbuhan.

Pada kesempatan tersebut orang tua biasanya menceritakan Legenda


lama tentang Bulan, untuk memelihara komunikasi dengan Kerabat dan
Teman – teman. Pada kesempatan tersebut bisa diselenggarakan juga
permainan Catur dan lain – lain.

Legenda tentang Hari Raya Bulan tersebut, konon pada zaman Purba Kala
Matahari ada 10 buah, suhu bumi panas luar biasa, ada seorang satria
yang ahli memanah bernama Hou Yi ( 后羿 ), ia menolong umat manusia
yang kepanasan, dengan memanah jatuh 9 buah Matahari, disisakan
1 buah untuk kehidupan manusia, atas jasanya tersebut ia diangkat
menjadi Raja, tetapi disayangkan bahwa ia menjadi Raja yang kejam dan
lalim.
62 Budaya Tionghoa Indonesia

Raja belum menemukan gadis yang disukai sebagai Permaisuri. Pada


suatu malam ia bertemu dengan Dewa Pengatur Jodoh ( 月 下 老 人 ),
Raja ini menanyakan jodoh pada nya, maka Dewa itu mengatakan
pernikahannya masih lama, karena calon istrinya masih anak – anak,
orang tua ini memperlihatkan diatas awan beberapa anak – anak kecil
sedang bermain, salah satunya adalah calon istri Raja, Raja marah
karena dianggap dipermainkan, ia mengambil panah dan memanah anak
tersebut, karena kesaktiannya anak panah itu mengenai sasarannya.

Dewa Pengatur Jodoh ini marah dan pergi, pada saat itu Raja ini malah
mencuri Buli - buli yang berisi obat sakti yang ada dipunggungnya.

Jiwa anak tersebut bisa tertolong dan tidak menyebabkan kematian.

Lebih dari 10 tahun kemudian Raja akhirnya menikah, setelah


perkawinan berlangsung Permaisuri yang bernama Chang Oh ( 常 娥 )
sering mengalami sakit bagian dada, akibat luka panah sewaktu masih
kecil.

Permaisuri akhirnya mengetahui bahwa suaminya yang memanahnya,


dengan pertimbangan bahwa suaminya sebagai Raja sangat lalim dan
kejam, maka ia makan obat yang dicuri dari Dewa Pengatur Jodoh,
tubuhnya menjadi ringan dan melayang kebulan dan bermukim di bulan.
Budaya Tionghoa Indonesia 63

Legenda ini sering disebut Chang E Ben Yue ( 嫦娥奔月 ) artinya Chang
Oh menuju Bulan. Dengan kepergian Permaisuri ke bulan, Raja menyesal
akan perbuatannya dan ia bertobat dengan melepaskan diri sebagai Raja.
Atas kesungguhannya, Dewa menempatkannya di Matahari, maka secara
bergantian Matahari dengan Bulan menerangi bumi.

Pada momen – momen tertentu saat terjadi Gerhana Matahari atau


Gerhana Bulan, mereka saling bertemu.

Pada hari ini keluarga – keluarga masyarakat Tionghoa dimana pun ia


berada selalu ingat dan berkumpul dilingkungan keluarga masing –
masing untuk memelihara tali persaudaraan, termasuk hubungan yang
baik sebagai suami istri dengan ditandai makan Kue Bulan.
64 Budaya Tionghoa Indonesia

f. Tang Cie ( 冬至 )

Tang Cie jatuh pada tanggal 22 Desember, kecuali pada tahun Kabisat
jatuh pada tanggal 21 Desember. Tang Cie berarti tibanya Musim Dingin,
merupakan hari yang paling dingin ditahun itu. Setelah Tang Cie, cuaca
mulai berubah menghangat.

Pada malam hari sebelum Tang Cie, ibu – ibu membuat Ronde yang
terbuat dari Tepung Beras Ketan diberi warna Merah, Putih dan Hijau
berbentuk bulat. Pada esok hari pagi – pagi Ronde tersebut direbus,
dimasukan dalam air Gula dan Jahe, pertama – tama diberikan pada ibu
sebanyak 2 butir, selanjutnya dibagikan pada sanak keluarga dengan
jumlah sesuai usianya masing – masing ditambah 1, seorang yang usianya
57 diberi Ronde besar 5 butir, ditanbah Ronde kecil 8 butir. Ronde –
Ronde tersebut juga dikirim pada keluarga dekat atau yang lebih tua.

Bagi keluarga yang sedang berkabung tidak membuat Ronde, apabila ada
keluarga yang sedang hamil, ia dapat membakar butir Ronde yang belum
direbus kedalam Api, bila Ronde tersebut tetap bulat utuh, anak yang
dikandung mungkin laki – laki, apabila Ronde tersebut pecah, berarti
anak yang dikandung perempuan.

Karena hari Tang Cie adalah hari yang paling dingin, setelah Tang Cie
cuaca berangsur – angsur hangat, maka mempunyai makna untuk
mempersiapkan segala sesuatu menyongsong Musim Semi.
Budaya Tionghoa Indonesia 65

Ronde ( 汤圆 )

Di Indonesia bisa diartikan persiapan untuk tutup tahun dengan sebaik –


baiknya.

Hikayat Tang Cie konon seorang pemuda sebagai Tabib, pada suatu
saat mencari ramuan obat di hutan, karena suatu kesalahan yang tidak
disengaja, racun tanaman menyebabkan kedua matanya buta, seorang
yang menemukannya di hutan mengantar kembali kerumahnya.

Ibunya yang sudah tua sangat mengasihi anaknya, pada saat anaknya
tidur ia mencongkel kedua matanya untuk menggantikan mata anaknya,
setelah anaknya bangun dari tidurnya dan bisa melihat, akhirnya ia
mengetahui bahwa matanya adalah pemberian ibunya.

Ia ingin mengembalikan matanya pada ibunya, tetapi ibunya menolak.


Ibunya memberi petunjuk agar ia membuat Ronde dari Ketan dan
masukan ke kelopak matanya, dengan suatu keajaiban, mata yang dibuat
dari Ketan tersebut menjadi Mata dan ibunya dapat melihat kembali.

Makna dari membuat Ronde adalah menunjukkan kasih sayang seorang


ibu pada anaknya, bahkan rela memberikan matanya yang paling
berharga untuk anaknya. Tanggal 22 Desember juga diperingati sebagai
hari Ibu.
66 Budaya Tionghoa Indonesia

Melayani Ibu dengan ikhlas dan bahagia

Catatan:
Suatu kebetulan bahwa di Indonesia tanggal 22 Desember tiap tahun
dirayakan sebagai Hari Ibu, untuk memperingati hari Emansipasi Wanita,
karena pada tanggal 22 Desember 1928 diselenggarakan Kongres
Perempuan Indonesia Pertama di Yogyakarta, hari itu ditetapkan sebagai
Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun
1953
Budaya Tionghoa Indonesia 67

BAB 10.
MERAYAKAN HARI – HARI BAHAGIA

Pada Era Orde Baru, ada pembatasan Implementasi Budaya Tionghoa


di muka umum, meyebabkan hari – hari bahagia mengadopsi Budaya
suku setempat atau menggunakan Budaya Barat, ada bagian yang kurang
sesuai dengan kebiasaan yang lazim berlaku dikalangan Masyarakat
Tionghoa.

Buku ini bisa menjadi inspirasi orang Tionghoa di Indonesia untuk


memikirkan kembali Budaya sendiri sebagai orang Tionghoa Indonesia.

Hari – hari bahagia yang biasa diperingati adalah :


a. Kelahiran
b. Ulang Tahun
c. Pernikahan
68 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Kelahiran

Pada saat hamil, suami – istri yang bersangkutan dilarang membunuh


Binatang apapun, tidak membenci seseorang, hindari terjadi kejutan
atau kagetan, tidak makan makanan yang aneh – aneh, tidak melihat
Gerhana Bulan, tidak berkata – kata yang menjelekkan orang lain, supaya
tidak memberikan efek negatif pada anak yang dikandung. Sebaliknya
dianjurkan agar berbuat baik, gembira, dengar musik, menari, jalan
– jalan dan lain – lain kegiatan yang akan memberi efek positif dalam
proses pertumbuhan janin.

Istri yang sedang hamil kadang – kadang minta sesuatu barang atau
makanan yang tidak biasa, gejala ini disebut Gidam, suami perlu dengan
bijaksana mencarikan apa yang diminta istrinya, bila tidak dipenuhi maka
istri akan kecewa dan anaknya akan banyak liur dari mulutnya, dan bisa
mempunyai sifat yang pesimistis.

Istri yang sedang hamil bila suka bersolek dan bentuk perutnya terkesan
bulat, maka anak yang dikandung biasanya perempuan, bila sebaliknya,
mungkin tingkah lakunya agak kasar, dan bentuk perutnya menonjol
kedepan, maka anak yang dikandung mungkin laki – laki.

Bila kehamilan yang pertama memasuki usia 7 bulan, pasangan suami


– istri tersebut merayakannya dengan mengundang beberapa anggota
Budaya Tionghoa Indonesia 69

keluarga dan teman dekat datang kerumahnya, pada kesempatan


tersebut diadakan ibadah sebagai rasa syukur dan mendoakan kelahiran
yang akan datang.

Hidangan yang khas adalah Rujak terbuat dari tujuh macam buah
– buahan, dibuat oleh calon ibu yang sedang hamil, Rujak tersebut
dibagikan pada yang hadir, jika dirasakan sedap, biasanya anak yang
dikandung Perempuan, tapi bila rasanya kurang enak, maka anak yang
dikandung biasanya Laki –Laki.

Kelahiran anak tidak dirayakan secara khusus, tetapi diberitahukan pada


Ayah dan Ibu nya serta keluarga terdekat dengan mengirim kue yang
warna, bentuk dan tulisan yang khas, orang yang menerima hantaran
kue tersebut segera mengetahui anak yang dilahirkan laki – laki atau
perempuan.

Pada hantaran tersebut disertai dua buah Telur Rebus yang diberi warna
merah, serta sebuah kartu pemberitahuan dengan mencantumkan nama
anak yang baru lahir, maksudnya agar dicatatkan pada buku silsilah
keluarga.

Ari – ari dari anak yang dilahirkan ditanam atau dihanyutkan di sungai,
ada juga kepercayaan bahwa potongan Tali Pusat setelah kering,
disimpan dalam kotak dan dijadikan satu dengan potongan Tali Pusat
70 Budaya Tionghoa Indonesia

saudara kandung yang lain, dengan harapan agar mereka rukun, saling
mengasihi satu dengan yang lain.

Satu bulan setelah anak lahir, biasanya mengundang orang tua dan
saudara – saudara untuk diperkenalkan, pada saat itu anak tersebut
dicukur rambutnya, maksudnya agar mulai saat ini ia akan tumbuh
cepat dan sehat, anak tersebut diberi pakaian baru, saudara – saudara
yang datang memberi Angpau dan hadiah – hadiah, Kakek – Nenek nya
memakaikan Kaos Kaki dan pakaian, dengan harapan agar anak ini kelak
akan menjadi orang yang tergolong mampu mempunyai derajat dan
panjang usia. Hidangan yang disediakan berupa Mie dengan Telur Merah,
sebagai simbol kesejahteraan dan umur panjang.

b. UlangTahun

Orang Tionghoa biasanya merayakan ulang tahun hanya 4 kali seumur


hidup

- Pertama, usia 1 tahun


- Kedua, saat memasuki usia remaja
- Ketiga, saat usia 51 tahun sebagai orang dewasa
- Keempat, saat usia 81 tahun sebagai orang tua
Budaya Tionghoa Indonesia 71

1) Genap satu tahun kelahiran anak. Dirayakan dengan mengundang


orang tua, saudara dan sahabat dekat. Anak tersebut diberi pakaian
baru, diletakan di atas meja atau tempat tidur sebagai lambang
berada di dalam Dunia. Disekeliling anak tersebut ditaburi barang-
barang atau mainan berupa Buku, Pensil, Kalkulator, Uang, Mobil-
mobilan, Permen, Makanan, Perhiasan, Lambang Agama, seperti
Salib, Hio dan lain – lain, kita serahkan pada anak tersebut untuk
memilih yang ia sukai.

Pilihan itu biasanya akan menjadi profesi anak itu dikemudian hari,
atraksi ini menjadi hiburan bagi para undangan yang menyaksikan.

2) Peringatan ulang tahun pada saat anak memasuki usia remaja atau
mulai akil balig.

Untuk anak laki – laki, ulang tahun biasanya berusia 15 atau 16,
dirayakan secara khusus didalam keluarga dengan mengundang
keluarga dekat. Acaranya adalah bapak dari anak tersebut
menyerahkan Payung dan Bungkusan Kain yang di dalamnya berisi
Baju, Sepatu, Buku, dan perlengkapan kerja sesuai profesi orang tua
nya, juga ada Angpau.

Pada kesempatan tersebut kedua orang tua dan orang yang lebih
tua lainnya memberikan ucapan selamat dan nasihat bahwa ia
sudah Remaja, bukan anak – anak lagi, harus ikut membantu orang
tua mencari nafkah dan turut bertanggung jawab dalam kehidupan
keluarganya.
72 Budaya Tionghoa Indonesia

Acara seperti ini juga diacarakan pada anak perempuan pada usia
12 tahun atau saat mulai Menstruasi, barang yang diberikan ibunya
berupa alat – alat kecantikan, alat dapur dan lain – lain, Nasihat yang
diberikan bahwa ia sudah Remaja, harus mempunyai tanggung jawab
membantu ibunya dalam mengurus rumah tangga dan harus pandai
memelihara dan merias diri, agar selalu terlihat bersih, rapi dan
cantik serta harus membatasi diri dalam pergaulan.

3) Ulang tahun yang secara resmi dirayakan adalah ulang tahun ke 51


dan 81 tahun.

Hari Ulang Tahun Ke – 51, dirayakan untuk mengingatkan yang


bersangkutan bahwa sudah matang dan dewasa. Biasanya
mengundang teman – teman yang sebaya untuk jamuan makan di
Resrtauran atau di Rumah.

Perayaan ke 81 atas inisiatif dan dirayakan oleh anak – anak dan


Mantunya, undangan yang dikirim juga atas nama anak – anaknya.

Para tamu yang menghadiri undangan datang untuk memberi ucapan


selamat pada yang berulang tahun. Keluarga serta anak – anaknya
yang datang biasanya membawa minuman, Anggur atau kenang –
kenangan lainnya.
Budaya Tionghoa Indonesia 73

Pada Hari ulang tahun ke 81, biasanya sudah tidak lagi berkarya,
maka pada saat itu anak – anak yang memberi Angpau pada ayahnya.
Bila Ibunya yang berulang tahun diberi hadiah perhiasan Emas juga
dibagikan kue jenis Bakpau atau Kue lainnya dengan warna merah,
dan Tosh minum Arak Ketan Merah atau Anggur.

Catatan :
Usia orang Tionghoa senantiasa ditambah 1 (satu) tahun, karena saat
hamil sudah mulai dihitung usianya, begitu lahir ia sudah terhitung
berusia 1 (satu) tahun.

- Pada peringatan hari ulang tahun tidak dianjurkan untuk tiup Lilin dan
potong Kue, budaya Tionghoa Lilin harus tetap hidup melambangkan
panjang usia. Memotong Kue melambangkan perpisahan. Jadi lilin
dipindahkan digelas atau tempat tertentu agar menyala terus sampai
habis.

Pada acara tersebut dapat membagikan Kue yang bentuknya buah


Tao, Kue Lapis yang utuh, seperti Kue Mangkok, hindari kue yang di
potong.

- Orang Tionghoa tidak merayakan tiap – tiap tahun, karena Ulang


Tahun itu bukan bertambah usia, tapi berkurang umur
74 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Pernikahan

Sesuai perkembangan zaman, orang tua menyerahkan memilih jodoh


pada anaknya, mereka saling berkenalan di sekolah, di Perguruan Tinggi,
di Kantor atau dikalangan keluarga sendiri. Jika mereka sudah merasa
cocok, dilanjutkan dengan berpacaran. Orang tua biasanya melakukan
pemantauan pada calon menantunya antara lain yang meliputi :

- Suku / Etnis
- Agama
- Pendidikan
- Profesi orang tuanya dan calon pekerjaan menantunya itu
- Marga (biasanya menghindari perkawinan dengan Marga yang sama)
- Umur (hari lahir) atau Shio
- Kesehatan dan sopan santunnya
- Tingkah laku, cara bicara dan lain – lain.

1) Menyampaikan keinginan pada orang tua

Setelah kedua pemuda pemudi merasa cocok, maka pemuda


pada waktu yang tepat menghadap orang tuanya, menyampaikan
keinginan untuk menikahkan dan akan memperkenalkan
calon istrinya atau calon suaminya, untuk memohon restu dan
persetujuan.

2) Perkenalan pada Orang tua

Pada waktu yang ditentukan pemuda tersebut membawa anak


gadis pacarnya untuk diperkenalkan pada orang tuanya, orang tua
tersebut biasanya menanyakan pada gadis tersebut antara lain :

- Nama dan Marga


- Kedua orang tua dan pekerjaannya
- Tempat tinggal
- Saudara – saudaranya dan lain – lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 75

Setelah anak gadis tersebut pulang, orangtuanya manyatakan


persetujuan atau keberatannya pada anaknya dengan alasan yang
prinsip.

Demikian juga pada suatu kesempatan calon suami gadis tersebut


saat berkunjung kerumah gadis, anak gadisnya memperkenalkan
pada orang tuanya.

3) Lamaran

Pada hari yang ditentukan dengan memberitahukan terlebih dahulu,


kedua orang tua pihak laki - laki disertai anak laki –laki nya bertamu
ke rumah orang tua pihak perempuan.

Pada kesempatan itu orang tua pihak perempuan menanyakan


secara resmi kepada pemuda tersebut disaksikan oleh kedua orang
tuanya, apakah sudah mantap ingin menikah dengan anak gadis
nya, demikian pula orang tua pihak laki – laki menanyakan pada
anak gadis tersebut apakah sudah mantap ingin menikah dengan
anak laki – laki nya.

Bila kedua anak secara resmi menjawab sudah mantap, maka


orang tua pihak laki – laki yang diwakili oleh ibu nya memasangkan
perhiasan, biasanya berupa kalung pada calon menantu perempuan
sebagai tanda persetujuan.
76 Budaya Tionghoa Indonesia

Pasang Kalung, oleh Calon Mertua pada Calon Menantu

Hal yang penting pada acara ini adalah sajian teh dan makanan
kecil untuk tamu agar di sajikan oleh gadis yang dilamar. Teh dan
makanan kecil yang dihidangkan tersebut baru diminum dan
dimakan setelah lamaran diterima oleh orang tua gadis, dan
kalungnya telah dipakaikan pada gadis yang dilamar.

Pada kesempatan ini bisa dilanjutkan dengan acara Tukar Cincin,


calon mempelai saling memakaikan Cincin Kawin di jari manis pada
Tangan Kiri. Cincin Kawin ini dipindahkan ke jari manis tangan kanan
pada hari mereka menikah.

Pada kesempatan tersebut dibicarakan juga hari pernikahan,


pihak laki – laki biasanya menentukan tahun dan bulan, pihak
perempuan menentukan harinya. Apabila hari pernikahan sudah
disepakati, mereka juga menentukan waktu Sangjit ( 送 礼 ) atau
acara Hantaran, jumlah Baki yang akan dibawa juga disepakati,
biasanya enam atau delapan buah. Agar pihak orang tua gadis juga
mempersiapkan untuk balasan dalam jumlah yang sama.

4) Sangjit ( 送礼 )

Pada hari yang disepakati, orang tua pihak laki – laki dengan
beberapa keluarga yang setengah baya menyiapkan enam atau
delapan orang pemuda pemudi dengan pakaian yang baik dan
rapi, serta beberapa saudara kandung calon mempelai laki – laki
mengunjungi rumah pihak perempuan dengan membawa enam
Budaya Tionghoa Indonesia 77

atau delapan perangkat Antaran biasanya terdiri dari :

- Perangkat 1 : Uang dalam jumlah tertentu sebagai Uang Susu


/ Mas Kawin, uang untuk biaya pesta, sepasang
lilin merah, perhiasan dan barang berharga
lainnya.
- Perangkat 2 : Pakaian dan perlengkapan pengantin perempuan
- Perangkat 3 : Pakaian, sepatu dan lain – lain untuk pengantin
perempuan.
- Perangkat 4 : Kue – kue
- Perangkat 5 : Gula – gula dan manisan
- Perangkat 6 : Buah - buahan
- Perangkat 7 : Makanan matang (biasanya berupa makanan
dalam kaleng atau makanan kering)
- Perangkat 8 : Anggur dan minuman yang berkualitas.

Jika antarannya jumlahnya enam perangkat, kue, gula – gula, buah


dan makanan digabung.

Barang – barang antaran tersebut diberi kertas – kertas Merah dan


diserahkan oleh kedua orangtua pihak laki – laki, dan langsung
diterima kedua orang tua pihak perempuan didahului dengan kata
– kata, bahwa barang – barang tersebut sebagai simbol ikatan
kasih dan ikatan famili kedua keluarga, dengan menikahnya anak-
78 Budaya Tionghoa Indonesia

anak mereka. Kata – kata tersebut dijawab bahwa antaran diterima


dengan baik disertai ucapan terima kasih.

Pada kesempatan tersebut kedua belah pihak melalui salah seorang


perwakilan dari keluarga memperkenalkan anggota keluarga masing
– masing dengan sebutan sesuai panggilan keluarga menurut adat
masyarakat Tionghoa.

Pada kesempatan ini kedua belah pihak sudah menentukan hari


untuk melangsungkan pernikahan yang definitif, kedua belah pihak
mulai mempersiapkan acara pernikahan dengan sebaik – baiknya.

Kemudian dilanjutkan makan bersama. Sebelum pihak keluarga


laki – laki pamit, pihak orang tua perempuan menyerahkan
antaran balasan pada pihak orangtua laki – laki yang jumlahnya
sama, sebelum penyerahan perangkat tersebut orangtua pihak
perempuan menyatakan bahwa perangkat ini sebagai rasa terima
kasih dan mengharapkan rencana pernikahan anak – anaknya bisa
berlangsung dengan lancar.

Barang antaran tersebut biasanya sama dengan yang diantar pihak


laki – laki, Uang Susu (Mas Kawin) biasanya diterima seluruhnya,
sedangkan uang untuk pesta bisa diterima, bisa dikembalikan
sebagian atau seluruhnya, tergantung kondisi keuangan orang
tua gadis untuk keperluan pesta yang akan datang. Bagi orang
Tionghoa biaya pesta nikah biasanya ditangggung pihak laki – laki
sepenuhnya.

Pihak gadis memberi dalapan perangkat sebagai berikut :


- Perangkat 1 : Uang pesta (sebagian atau seluruhnya) dan
sepasang lilin merah
- Perangkat 2 : Seprei dan perlengkapan kamar pengantin
- Perangkat 3 : Pakaian dan perlengkapan laki – laki sehari – hari
- Perangkat 4 : Kue – kue
- Perangkat 5 : Gula – gula dan manisan
- Perangkat 6 : Buah – buahan
- Perangkat 7 : Makanan matang yang siap dihidangkan
- Perangkat 8 : Anggur dan minuman lainnya.
Budaya Tionghoa Indonesia 79

Hal yang penting adalah Antaran dari pihak perempuan, agar


diusahakan jumlah dan kwalitasnya tidak melebihi Antaran yang
dikirim oleh pihak laki – laki, walaupun pihak Perempuan kaya,
karena fungsinya sebagai ucapan terima kasih.

5) Cio Tao ( 教道 )

Satu malam sebelum hari pernikahan, di rumah calon mempelai


perempuan diadakan Cio Tao. Pada dasarnya acara ini adalah acara
memberi nasihat dan bekal dari anggota keluarga yang lebih tua
pada calon mempelai perempuan.

Calon mempelai perempuan memakai gaun pengantin tradisional


berwarna putih, duduk dikursi atau simpu diatas karpet,
dihadapannya disiapkan sebuah wadah berisi simbol Agama (Kitab
Suci, Salib dan lain – lain), Beras, Cermin, Benang 7 warna, Gunting,
Pelita atau Lampu, buah Timbangan dan Sisir.

Pada acara itu biasanya turut diundang keluarga pihak perempuan


dan teman – teman sebaya dengan calon mempelai perempuan.

Sebelum acara Cio Tao dimulai, bila ada kakaknya calon mempelai
yang belum menikah, pada kesempatan ini calon mempelai minta
ijin untuk menikah lebih dahulu dengan memberi Cindera Mata
berupa pakaian disertai Gunting. Gunting tersebut untuk memotong
pita yang dipasang dipintu kamar tidur kakaknya agar jodoh
kakaknya juga terbuka.
80 Budaya Tionghoa Indonesia

Beberapa orang yang sudah menikah mewakili orang tua pihak


perempuan memberi nasihat pada calon mempelai dengan
menyerahkan barang – barang yang ada didalam wadah satu
persatu pada mempelai perempuan sebagai kiasan.

- Lambang Agama (sesuai Agamanya yang dianut) sebagai simbol


bahwa istri harus tekun bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
rajin beribadah, berdoa, dan mendidik anaknya agar taat pada
ajaran Agama.
- Beras melambangkan kesejahteraan dan cukup pangan. Istri
wajib menyiapkan makan bagi keluarganya
- Sisir melambangkan bahwa ia akan selalu memelihara diri
dengan rapi, bersih didalam rumah maupun di luar rumah.
- Cermin melambangkan kemauan untuk introspeksi diri, mau
memperbaiki diri terus - menerus.
- Benang malambangkan kewajiban dalam memelihara pakaian
dan perlengkapan lainnya dalam rumah tangga.
- Gunting melambangkan bahwa ia wajib membantu suami
memecahkan masalah yang dihadapi keluarga.
- Pelita melambangkan agar keluarga selalu diterangi secara lahir
dan batin, menghindari melakukan pekerjaan yang melanggar
hukum, tidak terlibat perselingkuhan, ketidak jujuran dan lain –
lain.
- Buah Timbangan melambangkan bahwa ia akan hidup adil
dalam segala hal termasuk bersikap adil pada keluarga sendiri,
maupun pada pihak keluarga laki – laki.

Pada kesempatan ini keluarga atau teman dekat dapat memberi


Angpao atau perhiasan sebagai bekal pribadi mempelai perempuan.

Selesai Cio Tao, dia berganti pakaian yang berwarna dan bisa
bercengkrama dengan teman- teman sebaya untuk terakhir kalinya
sebagai gadis lajang, besok harinya ia sudah menjadi istri orang dan
tidak sebebas seperti dulu.

Dirumah pihak laki – laki dilaksanakan acara pemasangan Seprai


Pengantin oleh beberapa ibu – ibu yang di anggap sukses dalam
Budaya Tionghoa Indonesia 81

kehidupan keluarganya, yaitu ibu – ibu yang suaminya masih ada


dan hidupnya sejahtera mempunyai banyak anak dan cucu.

Setelah pemasangan Seprai selesai, sepasang anak laki – laki dan


perempuan diijinkan bermain ditempat tidur tersebut dengan
makna agar perkawinan segera mendapatkan anak perempuan dan
laki – laki.

Kepada pemasang Seprai dan kedua anak tersebut calon mempelai


laki – laki memberikan Angpao.

Malam itu diadakan jamuan untuk keluarga dan teman – teman


sebaya di rumah pihak laki – laki, mereka bercengkrama untuk
terakhir kalinya sebagai pemuda bujangan, karena besoknya sudah
menjadi seorang suami dan kepala keluarga.

Bagi tamu – tamu yang hadir biasanya makan malam dan makanan
kecil seperti Kacang, Kwaci, main Catur, Maciok, atau Kartu sambil
mengobrol. Acara ini kadang – kadang berlangsung semalam
suntuk.

6) Menjemput Mempelai

Pagi hari pada hari pernikahan, mempelai laki –laki dengan


didampingi seorang saudara laki – laki yang belum menikah
mendatangi rumah mempelai perempuan, untuk menjemput
mempelai perempuan dan melaksanakan upacara memberi hormat
82 Budaya Tionghoa Indonesia

Tee Pai ( 茶拜 ) di rumah orang tua mempelai perempuan, seorang


saudara laki – laki pengantin perempuan menjemput pengantin laki
– laki dari kendaraan dengan memakai Payung berwarna Merah,
kedua orangtua pihak perempuan menjemput di muka pintu depan,
dan diantar ke kamar mempelai perempuan, mempelai laki – laki
membuka cadar penutup muka mempelai perempuan, mempelai
Perempuan memasang Bunga pada pakaian Pengantin Pria dan
menuntun mempelai wanita keluar untuk melaksanakan Tee Pai.

Mereka memberi hormat pertama – tama pada kedua Orangtua


mempelai perempuan, kemudian pada kakek – nenek, paman – bibi
dan saudara – saudara yang sudah menikah dengan menyajikan teh,
mempelai perempuan memegang tampan dan mempelai laki –laki
menyajikan teh.

Mempelai laki – laki menyapa dengan panggilan sesuai ketentuan


hirarki keluarga Tionghoa sebagai suatu pengakuan. Pada
kesempatan tersebut kepada mempelai diberi Angpau atau
perhiasan untuk modal kerja atau bekal dalam menjalankan hidup
baru sebagai keluarga.

Selesai Tee Pai di rumah mempelai perempuan, kedua mempelai


pamit pada orang tua mempelai perempuan menuju rumah
mempelai laki – laki.
Budaya Tionghoa Indonesia 83

Kedua mempelai dijemput oleh saudara mempelai yang laki - laki


dengan Payung Merah, kemudian memasuki rumah mempelai
laki – laki, pada kesempatan tersebut kedua mempelai berhenti
sejenak didepan pintu dengan dipayungi dan disawer oleh saudara
mempelai laki – laki dengan uang logam dicampur beras kuning
sebagai lambang rejeki melimpah, uang tersebut menjadi rebutan
anak – anak.

Kedua orang tua mempelai laki – laki sudah siap dikursi untuk
menerima penghormatan Tee Pai. Di sini mempelai laki – laki yang
memegang tampan, mempelai perempuan yang menyajikan Teh,
sambil menyapa dengan sapaan sesuai ketentuan masyarakat
Tionghoa kepada mempelai juga diberi angpau.

Catatan :
Untuk praktisnya pelaksanaan Tee Pai dapat dilaksanakan sekaligus
disuatu ruangan ditempat pesta sebelum pelaksanaan pesta Nikah
dimulai.

7) Acara Agama

Setelah acara Tee Pai kedua mempelai menggunakan kesempatan


untuk melaksanakan acara pengukuhan pernikahan sesuai Ajaran
Agama masing – masing. Pelaksanaannya bisa dirumah atau di
Rumah Ibadah.
84 Budaya Tionghoa Indonesia

Bagi mereka yang mempunyai Meja Abu di rumah acara Agama


biasanya dilaksanakan sebelum acara Tee Pai.

Bagi pasangan mempelai yang ingin memakai pakaian pengantin


cara Barat yang berwarna Putih untuk foto dengan Kue Pengantin
bisa mengambil waktu ke Studio Foto, bisa dilaksanakan sebelum
acara pernikahan di Gereja atau ditempat Pesta.

8) Pencatatan Pernikahan

Pencatatan dikantor Catatan Sipil maksudnya pernikahan tersebut


diikat oleh Hukum Perkawinan Negara. Surat Nikah dari Lembaga
Pernikahan Agama, dijadikan Dasar Pencatatan Pernikahan di Kantor
Catatan Sipil.
Budaya Tionghoa Indonesia 85

Pelaksanaan Pencatatan Nikah oleh Petugas Catatan Sipil bisa


dilaksanakan di Kantor Catatan Sipil atau di Rumah Ibadah dengan
mengundang Petugas Catatan Sipil.

9) Resepsi Pernikahan

Resepsi pernikahan biasanya diselenggarakan di Rumah Pesta, dapat


juga dilaksanakan di rumah tempat tinggal orang tua laki – laki (tidak
lazim diselenggarakan dirumah orang tua mempelai perempuan).
Pada acara pernikahan menurut tradisi Tionghoa mengutamakan
tamu yang datang. (Pasangan yang menikah tidak diperlakukan
sebagai Raja Sehari).

Orang tua mempelai laki – laki dan orang tua mempelai perempuan,
serta kedua mempelai menyambut tamu dipintu masuk Rumah
Pesta dan menerima ucapan selamat dari tamu – tamu. Tamu dapat
memberi hadiah atau Ang Pau.

Untuk para undangan disiapkan jamuan yang baik dalam bentuk


Makan Meja, pada kesempatan tersebut tuan rumah menyampaikan
Tosh pada para tamu dari Meja ke Meja
86 Budaya Tionghoa Indonesia

Catatan :
U ntu k me n gh o rm ati tam u , s eb ai knya p esta p er n i ka h a n
diselenggarakan dengan Makan Meja, sebelum makan selesai Orang
tua mempelai pria dengan mempelai keliling tiap meja untuk Tosh
dan mengucapkan terima kasih pada tamu yang hadir sekaligus
foto bersama ditiap – tiap meja. Tamu yang meninggalkan Tempat
Jamuan, diberi Cindra Mata

10) Malam harinya, kedua mempelai masuk kamar pengantin. kadang


– kadang ada teman yang sangat akrab ikut masuk kamar dan
menggoda.

Bila satu rumah dengan Mertua, mempelai perempuan menyajikan


teh dan sarapan pagi untuk Mertuanya.

Pada hari ketiga, kedua mempelai mengunjungi orang tua mempelai


perempuan untuk setengah hari dan dapat mengunjungi keluarga
yang dituakan di kota itu untuk mengucapkan banyak terima kasih.

11) Kawin Perak, Kawin Emas, dan Kawin Berlian

Sepasang suami – istri yang perkawinannya mencapai usia 25 tahun,


diperingati dengan pesta Kawin Perak. Usia perkawinan yang ke – 50
tahun diperingati pesta Kawin Emas, dan usia perkawinan yang ke –
60 tahun diperingati dengan pesta Kawin Berlian.

Dalam hal ini tidak ada tata cara yang khas dalam upacara pesta
perkawinan tersebut, biasanya hanya jamuan makan siang atau
makan malam dengan Tosh Anggur bersama keluarga dan tamu –
tamu.

Acara memperingati Kawin Perak, Suami – istri biasanya


menggunakan busana dengan aksesoris yang bernuansa Perak,
sedangkan Kawin Emas menggunakan busana dan aksesoris yang
bernuansa Emas, dan pada acara Kawin Berlian memakai banyak
aksesoris Berlian atau Imitasinya.

Pesta memperingati Kawin Emas sangat penting dan banyak


Budaya Tionghoa Indonesia 87

dinantikan oleh pasangan suami – istri, tidak banyak pasangan yang


dapat kesempatan merayakan Kawin Emas tersebut.

Pada acara tesebut, biasanya dipertunjukan foto – foto atau Power


Point saat mereka masih muda, saat menikah, dengan anak –
anaknya sejak masih kecil. Ada sambutan dan kesan – kesan dari
anak – anak dan teman dekat, serta doa oleh Pemuka Agama.

Mempelai mengantar Kue ke Meja – meja Tamu, sambil Tosh dan foto bersama sebagai
Ucapan Terima Kasih atas kehadirannya

Catatan :
- Pada acara Pesta Nikah atau Ulang Tahun Perkawinan, sesuai adat
orang Tionghoa tidak diadakan peniupan lilin dan potong kue, (lilin
mati tidak baik, memotong berarti perpisahan).
88 Budaya Tionghoa Indonesia

- Jika ingin memakai pakaian pengantin Putih ala orang Barat,


dianjurkan ada asesoris yang berwarna Merah, seperti Bunga Tangan
pada pengantin wanita atau Dasi merah pada Pengantin Pria.

Pernikahan Penulis pada Tahun 1969


Menggunakan Jas Dinas berpangkat Letnan Satu TNI AD
Budaya Tionghoa Indonesia 89

BAB 11.
PELETAKAN BATU PERTAMA DAN PERESMIAN
BANGUNAN ATAU BUKA USAHA

Peletakan Batu Pertama dan Peresmian Pembangunan, Pembukaan Toko


atau tempat Usaha, biasanya mencari hari yang baik untuk diadakan
suatu upacara syukuran, untuk mohon berkat dan restu dari Tuhan Yang
Maha Kuasa dan untuk menghindari hal – hal tidak diharapkan atau
kerugian lainnya, seperti kebakaran, kecelakaan dan lain – lain.
90 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Peletakan Batu Pertama

Peletakan Batu Pertama biasanya disebut Tien Ci ( 奠 基 ) dan acara


membongkar Tanah ( 动土 )

Pelaksanaan Peletakan Batu Pertama


- Mencari hari dan waktu yang baik.
- Acara sesederhana mungkin karena masih banyak tantangan yang
harus dihadapi
- Ada spanduk Mohon Doa Restu
- Acara Doa atau selamatan sesuai Agama yang dianut pemilik atau yang
dituakan seperti Ketua Organisasi atau Pejabat yang akan hadir, tujuan
acara adalah :
- Mohon Ridho Tuhan
- Kelancaran Pembangunan
- Keselamatan para pekerja
- Mencangkul/membersihkan rumput atau mengupas lapisan atas tanah
oleh seorang Tokoh yang ditunjuk
- Peletakan Batu Tien Ci ini berukir nama bangunan dan tanggal hari
Peletakan Batu Tien Ci
- Makan bersama sebagai ucapan rasa syukur.

Catatan :
- Di Indonesia mayoritas pekerja adalah Muslim, biasa diacarakan Doa
Selamatan tersendiri secara Agama Islam oleh Kontraktor dan pekerja
Budaya Tionghoa Indonesia 91

yang beragama Islam, disediakan Tumpeng atau Nasi Kuning untuk


peserta yang mendoakan keselamatan
- Menurut tradisi setempat, dipuncak bangunan dipasang Bendera
Merah Putih dan digantung setandan Pisang dan Padi.

b. Peresmian

Gedung, Jembatan, Pabrik, tempat Usaha, atau Monumen dan


sebagainya perlu ada acara peresmian.
92 Budaya Tionghoa Indonesia

Susunan acaranya biasanya sebagai berikut :

- Sambutan oleh tuan rumah sebagai ucapan Syukur pada Tuhan Yang
Maha Kuasa dan ucapan terimakasih kepada para pekerja
- Tanda tangan Serah Terima bangunan
- Acara Doa bersama
- Pengguntingan Pita oleh pemilik, pejabat dan undangan
- Peninjauan keliling
- Bila mungkin setelah gunting pita, ada sepasang Barongsai masuk
terlebih dahulu keliling bangunan, kemudian diikuti oleh yang hadir
- Jamuan ucapan Syukur
- Pembagian Cindera Mata.

Acara pemberian Cindera Mata pada Kontraktor dan orang yang membantu
pembangunan tersebut

Catatan:
Orang Tionghoa mempunyai tradisi bila menyumbang jalan, Jembatan
atau fasilitas umum lainnya seperti tempat ibadah, tempat berteduh
dan lain – lain, akan mendapat Pahala baik bagi dirinya maupun
keturunannya, antara lain diberikan karunia kemudahan dan kelancaran
dalam usaha untuk menggapai cita – citanya.
Budaya Tionghoa Indonesia 93

BAB 12.
KEDUKAAN DAN PERLAKUAN TERHADAP
ARWAH LELUHUR

Kong Hu Cu ( 孔 夫 子 ) mengajarkan, apabila orang tua masih hidup


pelihara dengan santun. Orang tua meninggal dimakamkan dengan layak.
Orang tua sudah meninggal diperingati dengan rasa hormat.
94 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Kematian

Kematian adalah suatu keniscayaan yang harus dialami oleh tiap manusia,
yang belum kita ketahui adalah kapan, dimana dan apa penyebabnya.

Orang Tionghoa percaya bahwa kematian adalah berakhirnya seseorang


dari dunia yang Fana dan memasuki alam dunia yang Baka. Orang
Tionghoa percaya ada nya Surga dan Neraka.

Orang Tionghoa secara tradisi percaya ada Inkarnasi, yaitu setelah suatu
proses pengadilan dan hukuman di Akhirat, ia akan lahir kembali ke dunia
sebagai Manusia dan juga bisa berupa binatang.

Perlakuan terhadap yang meninggal

Orang yang meninggal dimandikan disaksikan oleh anak tertua, diberi


pakaian baru atau yang disukai yang meninggal, barang – barang pribadi
yang disukai biasanya dimasukan ke dalam peti mati.

Pada mata, lubang hidung, dan mulut diberi Mutiara kecil, maksudnya
agar terang dalam perjalanan ke Akhirat.

Sanak keluarga dekat, istri, anak, mantu, cucu memakai Baju Putih,
biasanya terbuat dari kain Blacu, atau Mori putih, sebagai tanda duka
cita. Apabila sudah mempunyai Buyut, Buyut tersebut bisa menyesuaikan
dengan diberi tanda yang berwarna merah, sebagai tanda bahwa yang
meninggal telah menikmati umur panjang hingga mempunyai Buyut.

Mereka menempati diri dikiri dan kanan peti jenazah, menerima tamu –
tamu yang menyampaikan ucapan dukacita.

Tamu yang hadir biasanya menyesuaikan dengan berpakaian baju Putih,


Biru Tua, Abu – abu atau Hitam tanda ikut berduka cita.

Tamu biasanya menyerahkan Pe Pau ( 白包 ) Uang Duka dengan Amplop


Putih, dapat juga mengirim spanduk turut duka cita, Karangan Bunga,
semuanya berwarna duka.

Pihak yang berduka cita memberi tamu yang hadir kartu kecil sebagai
Budaya Tionghoa Indonesia 95

ucapan terima kasih dan biasanya diikat benang putih, jika yang
meninggal sudah punya Buyut biasanya benangnya berwarna Merah,
sebagai tanda bahwa kedukaan itu selesai sampai disitu saja.

Hari berkabung bagi keluarga yang mengalami musibah yaitu istri atau
suami dan anak – anak menantu dan cucu berkabung untuk jangka waktu
tertentu.

Pada zaman dulu selama tiga tahun, tapi sekarang pada umumnya sampai
Hari Raya Imlek mendatang. Selama masa berkabung memakai baju
bernuansa berkabung, tidak mengadakan pesta dan tidak menghadiri
undangan pesta.

Pada tahun 50 an selama berkabung, pada lengan baju kiri atau kanan
ditempeli kain berwarna Hitam dengan ukuran 1x2 cm sebagai tanda
berkabung, apabila mereka memakai dikanan berarti Ibu nya yang
meninggal, kalau di kiri Bapak nya.

Pada rumah keluarga yang berduka, biasanya dipasang Lentera Putih


selama waktu berkabung, atau pada kaca jendela atau pintu diberi kertas
putih bersilang, maksudnya agar tamu yang datang berkunjung kerumah
tersebut bisa menyesuaikan diri.

Waktu pemakaman biasanya mencari hari yang baik sambil menunggu


kedatangan sanak keluarga yang jauh.
96 Budaya Tionghoa Indonesia

Menuju tempat pemakaman, istri, anak dan keluarga berjalan atau


berkendaraan mengikuti dibelakang Kereta Jenazah.

Pelaksanaan upacara pemakaman sesuai Agama yang dianut, pada Nisan


biasanya dicantumkan nama Almarhum / Almarhumah, daerah asal,
daftar nama anak dan cucu. Jika Istri / Suami meninggal akan di Makam
bersama, maka namanya bisa diukir dan diberi warna merah, sedangkan
yang dimakamkan diberi warna Emas.

Catatan :
Orang Tionghoa yang Berjasa pada Negara dan berhak dimakamkan di
Makam Pahlawan, menghadapai kesulitan, karena sesuai adat harus
ada Nisan dengan mencantumkan nama istri, anak, menantu. Demikian
juga arah Nisan juga harus sesuai hitungan Hong Sui. Maka biasanya
dimakamkan di tempat Pemakamam Umum atau tempat Pemakaman
Keluarga.

Makam Tradisi orang Tionghoa


Budaya Tionghoa Indonesia 97

b. Dosa dan Karma

Tiap Ajaran Agama melarang manusia berbuat dosa, yaitu berbagai


perbuatan atau berkata jahat, konsekwensinya akan mendapat Karma di
Dunia dan Hukuman di Akhirat.

Bagi orang Tionghoa Ajaran ini sudah menjadi Pandangan Hidup dan
Budaya. Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu akan menjadi Hakim
yang adil pada manusia sesuai amal dan perbuatannya selama ia hidup di
dunia.

Orang Tionghoa bahkan menyadari bahwa perbuatan kita yang salah dan
keji pada sesama manusia maupun hewan, pasti diketahui Tuhan dan
para Malaikat, tapi juga diketahui Iblis, Setan, mereka mempunyai alasan
untuk mengganggu kita.

Karma seperti yang dikatakan pepatah ”Tanam Jagung, akan panen


Jagung, tanam Ubi akan panen Ubi”. Berbuat baik pada orang lain,
niscaya orang akan berbuat baik pada kita, demikian juga sebaliknya.

Karma ini akan kita terima selama kita hidup, bahkan akan diterima oleh
anak cucu kita, kalau kita bunuh orang, nanti ada keluarga kita yang
dibunuh, sebaliknya kalau kita suka menolong orang, nanti anak – anak
kita akan menerima pertolongan orang lain.

Catatan :
Ada kisah yang mungkin bisa membantu kita mengerti hal ini :

Seekor Anjing sedang hamil mengikuti majikannya yang naik sepeda


ke Pasar, ditengah jalan Anjing ini melahirkan di jalan tanpa diketahui
majikannya. Anjing ini melahirkan 6 ekor anak Anjing dikolong Jembatan.

Setelah beberapa hari Anjing ini menyusui anaknya, laparlah dia,


kebetulan di dekat itu ada Warung Nasi, ia memasuki dapurnya, mencuri
potongan daging Ayam yang belum dimasak, kejadian ini diketahui
pemilik warung, dipukulnya Anjing ini dan mati, 6 ekor anak Anjing yang
dikolong Jembatan ini pun mati kelaparan.
98 Budaya Tionghoa Indonesia

Dikolong Jembatan ini ada Setan yang menghuni, mengetahui hal ini,
setan ini konon marah pada pemilik Warung Nasi, Setan ini mengajak
Setan – Setan lain untuk mengganggu Warung itu, makanan yang dijual
cepat basi, suaminya sakit dan meninggal.

Warungnya tutup, hidupnya susah, ia berdoa terus, akhirnya ia diberi


mimpi, dalam mimpi itu ia diberi tahu kesalahannya, yaitu berbuat
sewenang – wenang pada Hewan, ada 6 anak Anjing yang turut mati,
tulang – tulang anak Anjing yang mati itu supaya dimakamkan dengan
baik.

Ia memeriksa kolong Jembatan, memang betul ada tulang – tulang anak


Anjing, setelah dimakamkan dengan baik, khabarnya keluarga ini dengan
warungnya bisa pulih kembali.

c. Altar di Rumah

Tradisi orang Tionghoa diruang depan rumah, sering kita jumpai ada
Altar kecil, sebagai Peringatan dan Penghormatan pada leluhur nya yang
sudah meninggal.

Diatas Altar ada foto Almarhum / Almarhumah, sajian, biasanya buah –


buah segar dan sepasang lilin, dan tempat Dupa untuk memasang Hio
sebagai penghormatan pada leluhur nya.

Pemilik rumah pada zaman sekarang, karena rumah cenderung kecil,


bahkan hanya berupa Apartemen, atau keluarga menganut Agama
Kristen / Islam, maka Altar disatukan dalam Rumah Abu bersama dalam
Keluarga Besar atau Perkumpulan Marga yang bersangkutan.

Ada juga Abu nya yang ditempatkan dalam Guci kecil di tanam di Makam
Almarhum / Almarhumah yang bersangkutan. Abu yang dimaksud adalah
Abu dari Hio, bukan Abu Kremasi Jenazah.
Budaya Tionghoa Indonesia 99

BAB 13.
AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Manusia hidup dalam lingkungan Alam, secara sadar mengakui bahwa


disamping ada manusia, ada makhluk hidup lain yang Gaib dan terlihat
mata, ada kekuatan gaib yang di identifikasi sebagai Tuhan, Roh, Dewa /
Dewi, Setan, Jin, Arwah dan sebagainya.

Orang Tionghoa sejak zaman Purbakala menyelidiki dan mencari tahu apa
dan bagaimana keberadaan mereka yang tergolong gaib itu, bagaimana
pengaruhnya dan kaitannya dengan manusia, dari pengalaman hidup
selama ini, melahirkan Kepercayaan – Kepercayaan dalam masyarakat,
ada yang yang kita kenal sebagai Agama l sekarang ini.
100 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Agama Tradisional Tao Ciauw ( 道教 )

Agama yang berasal dari dalam masyarakat Tionghoa sendiri adalah Tao
Ciauw ( 道教 ) yang diajarkan oleh Lao Tze ( 老子 ).

Lao Tze menjelaskan tentang penciptaan dunia :

Pada mulanya adalah Tao, Tao menjadi 1, kemudian menjadi 2,


selanjutnya menjadi seluruh benda – benda alam semesta, makhluk dan
tumbuh – tumbuhan.

Melalui buku – buku Agama Kuno direkonstruksi struktur Kerajaan Alam


Gaib yang terdiri dari Dewa Dewi yang ada di Langit, di Bumi, dibawah
Bumi, dan dibawah Laut, kemudian direka wujudnya dan dibuatkan
patung, dan dipuja dalam Bio atau Klenteng sesuai dengan persepsi dan
kepercayaan masing – masing.

Lao Tze

Pelaut menyembah, Dewi Laut Machu ( 妈祖 ), Petani menyembah Dewa


Tanama Shen Nung ( 神农 ) dan sebagainya.

Di gunung atau hutan dipercaya ada Roh yang menguasainya, maka,


dibuatkan Rumah Pemujaan oleh penduduk setempat berupa Bio ( 寺
庙 ) atau Klenteng dengan patung Macan atau wujud lain yang dianggap
penguasa hutan tersebut.
Budaya Tionghoa Indonesia 101

Di Tuban ada Klenteng, diatas Pintu Gerbangnya terdapat patung Kepiting


Raksasa, konon penduduk setempat sering melihat ada Kepiting Raksasa
muncul dari Laut di Pantai Tuban.

Kelenteng Kwan Kong di Tuban Dengan Kepiting Raksasa diatas Pintu Gerbang

b. Agama Kong Hu Cu ( 孔教 )

Agama Kong Hu Cu disiar oleh Kong Hu Cu ( 孔 夫 子 ) lahir tahun 551


Sebelum Masehi di negeri Shandong ( 山东 ).

Kong Hu Cu mulai mengajar pada usia ke – 30, beliau Bersabda ”Aku


hendak mengabdikan diriku bagi semua orang, sebab sesungguhnya
semua manusia itu bersaudara adanya ( 四海之内皆兄弟也 ), dan Thian
天 (Tuhan Yang Maha Esa) menugaskan diri ku untuk membimbing”.
Selanjutnya beliau mengajar dan mempunyai banyak murid dan pengikut.
Beliau wafat pada usia 72 tahun, pada tahun 479 Sebelum Masehi.
102 Budaya Tionghoa Indonesia

Patung Khong Hu Cu Taman Budaya Tionghoa – TMII.

Di Indonesia Organisasi yang berlandaskan Agama Kong Hu Cu sudah ada


sejak tahun 1923, misalnya Khong Ciauw Hwee ( 孔 教 会 ), Organisasi –
organisasi jenis ini bergabung dalam Khong Ciauw Cung Hwee ( 孔教总会 )
berpusat di Bandung.

Pada tanggal 16 April 1955 dalam Konfrensi di Solo, Khong Ciauw Cung
Hwee ( 孔 教 总 会 ) diubah menjadi Perserikatan Khung Chiao Hui
Indonesia dan sejak tahun 1967 sampai kini berganti nama Majelis Tinggi
Agama Kong Hu Cu Indonesia (MATAKIN).

Umat Kong Hu Cu beribadah antara lain di Kong Miao ( 孔 庙 ), atau


Lithang ( 礼堂 ).

Pada Pemerintah Orde Baru, ajaran Kong Hu Cu digolongkan sebagai


Aliran Kepercayaan.

Setelah Era Reformasi tahun 1998, Kong Hu Cu diakui sebagai Agama


dan dapat dicatatkan dalam kolom agama pada KTP dan dapat untuk
mengurus Akta Nikah dan lain – lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 103

Ajaran Khong Hu Cu ditulis dalam Kitab – kita sebagai berikut :

1) Kitab Suci Yang Lima terdiri dari :


a. Kitab Sanjak
b. Kitab Dokumentasi Sejarah
c. Kitab Perubahan
d. Kitab Kesusilaan dan Peribadatan
e. Kitab catatan Sejarah Zaman Chun Chiu ( 春秋 )

2) Kitab Suci Yang Empat terdiri dari :


a. Kitab Ajaran Besar
b. Kitab Tengah Sempurna
c. Sabda Suci
d. Kitab Meng Zhe

3) Agama Budha

Orang Tionghoa pendatang dari Tiongkok sebagian besar beragama


tradisional Tao atau Kong Hu Cu, sebagian beragama Budha.

Selama Pemerintahan Orde Baru yang membatasi Ritual Agama


Tradisional, banyak Klenteng / Bio beralih menjadi Vihara, maka para
Pemuja berangsur beralih beragama Budha.

Walaupun telah beragama Budha, sebagian tidak meninggalkan Agama


Tradisional, maka berdiri aliran Tridharma ( 三教 ), Agama yang memuja
Budha, Kong Hu Cu dan Lao Tze sekaligus.
104 Budaya Tionghoa Indonesia

Altar Tridharma

Vihara Mangga Besar Jakarta

4) Agama Hindu

Orang Tionghoa penganut agama Hindu terdapat di Bali, karena


pembauran dan pernikahan dengan penduduk setempat. Bagi orang
Tionghoa beragama Tao, Khong Hu Cu atau Budha yang beralih
pemeluk Agama Hindu, biasanya tidak merubah kolom Agama pada
KTP.
Budaya Tionghoa Indonesia 105

Pura Hindu Bogor

c. Agama Samawi

1) Yudaisme

Pada tahun 1942, Zaman Nazi membantai orang Yahudi di Eropa,


seorang Consulat Tiongkok menaruh simpati pada orang Yahudi,
pada mereka diberi Visa mengungsi ke Tiongkok.

Sedikitnya 5. 000 orang bermukim di Shanghai ( 上海 ) diantaranya


ada yang membaur dan nikah dengan orang Tionghoa.

Sinagoge Shaar Hasyamayin Tondano Sulawesi Utara


106 Budaya Tionghoa Indonesia

Penulis pernah berjumpa dengan seorang Pria orang Yahudi


di Surabaya pada tahun 1960 an, pemilik pabrik Korek Api. Dia
mengaku ada darah Tionghoa, tempat Ibadahnya Sinagoge ada di
Jalan Kayun Surabaya.

Di Minahasa Sulawesi Utara ada Sinagoge Agama Yudaisme sebagian


umatnya adalah keturunan Belanda yang mempunyai darah orang
Yahudi. Ada orang Minahasa, Ambon dan ada orang Tionghoa
yang menganut Agama ini. Nama organisasi agama Yudhaisme di
Indonesia The United Indonesian Jewish Community, mempunyai
anggota 2.000 orang

2) Kristen dan Katolik

Tercatat dalam Sejarah ada Kerajaan Tai Ping Tien Kuo ( 太平天国 )
dengan ibu kota di Nan King ( 南 京 ) tahun 1851 – 1864, Rajanya
bernama Hung Siu Cuan ( 洪秀全 ) beragama Katholik.

Tidak ada catatan orang Tionghoa Kristen / Katolik yang migrasi ke


Nusantara.

GKI (Gereja Kristen Indonesia) yang dulu bernama Tionghoa Kie Tok
Kiauw Hwe ( 中华基督教会 ) didirikan tahun 1860 di Jakarta, Gereja
tersebut sampai saat ini masih ada di jalan Perniagaan Jakarta,
sekarang bernama Gereja Kristen Indonesia PERNIAS.

Gereja Kristen Indonesia Perniagaan sebelum direnovasi


Budaya Tionghoa Indonesia 107

Gereja Katholik Santa Maria De Fatima Toa Sebio Jakarta


menempati Gedung Tradisional Tionghoa

3) Islam

Agama Islam dikalangan orang Tionghoa di Indonesia dibawa oleh


Laksamana Cheng Ho ( 郑和 ) seorang Muslim dengan Armada dan
anak buahnya yang melakukan 7 kali pelayaran ke Nusantara pada
Abad ke – 15. Banyak anak buahnya tertinggal di pesisir Jawa dan
Sumatera, mereka membaur dan mencair menjadi penduduk asli
setempat.

Mesjid Cheng Ho di Surabaya


108 Budaya Tionghoa Indonesia

Orang Tionghoa memeluk agama Islam di Indonesia sekarang pada


umumnya adalah Mualaf, yaitu pindah dari Agama Tradisional
Tionghoa.

Muslim Tionghoa tergabung dalam Organisasi PITI (Persatuan Islam


Tionghoa Indonesia) yang didirikan pada tahun 1961.

Di Jakarta ada Mesjid yang diberi nama Mesjid Lau Tze ( 老 子 清


真 寺 ) yang didirikan oleh Yayasan Karim Oey, sahabat Bung Karno
yang ber Marga Oey ( 黄 ) pada tahun 1991.

Mesjid Lao Tze di Jakarta

Mesjid ini adalah Ruko yang direnovasi menjadi Mesjid, menjadi


Kantor Yayasan Karim Oey, tujuannya untuk membantu orang
Tionghoa yang ingin mempelajari Agama Islam. Uniknya Mesjid ini
diberi nama Lau Tze, padahal Lau Tze bukan Tokoh Muslim.

d. Kepercayaan

1) Tuhan Yang Maha Esa

Orang Tionghoa percaya adanya Tian ( 天 ) atau Langit atau Alam


semesta adalah Tuhan Yang Maha Esa, penyembahan pada Tuhan
Budaya Tionghoa Indonesia 109

Yang Maha Esa dilaksanakan pada hari ke – 8 setelah Hari Raya Imlek
berupa Sembahyang Tuhan Allah.

Pada saat pernikahan dan mengucapkan ikrar sebagai suami – istri


juga dlakukan permohonan Ridho pada Tian, kemudian pada saat
mengucapkan sumpah lainnya biasanya juga dihadapan Tian.

Tuhan Allah atau Tian diyakini adalah Penguasa Tertinggi di Dunia


dan Akhirat, sedangkan Dewa, Dewi, Arwah Orang Suci, Arwah para
Pahlawan berada dibawah kekuasaan Allah, kekuasaannya terbatas
di wilayah atau Bidang masing – masing.

2) Surga dan Neraka

Sesuai dengan ajaran Agama Tradisional, menganggap bahwa hanya


orang suci yang dapat naik ke Surga sebagai Dewa atau Dewi.

Mereka akan hidup kekal dan bersemayam di Surga. Binatang juga


bisa masuk Surga melalui bertapa dalam waktu yang lama.

Umat percaya bahwa setelah meninggal harus menghadap Yen Lo


Wang ( 阎 罗 王 ) sebagai penguasa Neraka. Di Neraka diperiksa
amal dan perbuatannya selama hidup di dunia, ia akan menerima
hukuman, dan siksaan sesuai amal perbuatannya selama hidup di
dunia.
110 Budaya Tionghoa Indonesia

Setelah menjalani hukuman sekian lama, ia akan dikirim kembali


atau inkarnasi ke bumi untuk memperbaiki hidupnya, bisa lahir
kembali sebagai manusia, bisa lahir sebagai Binatang.

Pekerjaan Manusia Inkarnasi baik sebagai manusia atau binatang,


tergantung amal perbuatannya dari kehidupan yang lalu di dunia.

Contoh: Apabila ia berhutang pada seseorang dan belum


dikembalikan, mungkin ia lahir kembali sebagai Sapi, yang sehari –
hari menarik Gerobak milik orang yang dihutangi dulu, sebagai cara
mengembalikan hutangnya.

Catatan :
Orang Kristen percaya karena dosanya sudah ditebus oleh Yesus,
arwahnya ke Fidaus dan tidak terjadi Inkarnasi.

3) Arwah

Orang Tionghoa percaya bahwa orang yang sudah meninggal,


tubuhnya akan rusak karena ditanam atau dikremasi menjadi Abu
dan Tanah, tetapi arwahnya kekal di Surga atau Neraka.

Pada hari Sembahyang Cioko ( 中元节 ) yaitu bulan 7 Imlek, arwah-


arwah diijinkan untuk turun ke bumi, maka pada hari – hari itu orang

Membakar Uang Kertas dan Sajian untuk Arwah Leluhur dan yang terlantar
Budaya Tionghoa Indonesia 111

Tionghoa menggelar Ritual dan menyediakan Saji – sajian untuk


Arwah para Leluhur dan juga Arwah – arwah lainnya yang tidak ada
sanak saudara nya yang merawat.

4) Yim Yang ( 阴阳 )

Kita melihat ada titik pith dan hitam, maksudnya segala sesuatu tidak ada yang mutlak,
tidak ada yang sempurna.

Yim Yang adalah konsep keseimbangan antara Yim yang mempunyai


sifat negatif seperti dingin, gelap, pasif, kelembutan, dan sebagainya,
dan Yang yang sifatnya positif seperti panas, terang, aktif, kekerasan,
dan sebagainya. Perempuan adalah Yim, Laki – laki adalah Yang.

Konsep Yim Yang ini adalah konsep keserasian dan keseimbangan,


maksudnya segala sesuatu bila ingin aman, tenang dan serasi, maka
perlu dipelihara keserasian dan keseimbangan antara yang bersifat
Yim Yang.

5) Pat Kua ( 八卦 )

Pat Kua berupa gambar dengan bentuk Segi Delapan yang


didalamnya ada gambar Yim Yang, Pat Kua disamping digunakan
untuk menentukan tata letak ruangan bagi perhitungan Hong Sui
( 风 水 ), juga dianggap mempunyai kekuatan yang bisa menolak
pengaruh buruk pada rumah, menolak roh jahat dan lain – lain.
112 Budaya Tionghoa Indonesia

Kita sering menemukan gambar Pat Kua digantung didepan rumah,


khususnya rumah yang letaknya Tusuk Sate (Pintunya menghadap
arah jalan), rumah yang menghadap ke Kuburan atau ada sesuatu
yang dianggap berdampak buruk.

6) Arti dari Mimpi

Mimpi ada 2 macam, yaitu mimpi yang merupakan bunga tidur


dan mimpi yang merupakan firasat yang kita terima, agar kita
mewaspadai.

Mimpi dapat Ikan besar akan dapat rejeki atau Uang


Budaya Tionghoa Indonesia 113

Mimpi yang merupakan firasat ada beberapa ciri antara lain :

- Sangat berkesan
- Tidak terduga, tidak pernah terpikir sebelumnya
- Berwarna
- Mendekati pagi
- Biasanya setelah terbangun dari mimpi, itu tidak bisa tidur lagi.
Penulis mencatat ada beberapa mimpi yang merupakan firasat
sebagai berikut :

- Berpakaian bagus atau menerima Uang bisa sakit


- Melihat Burung berparuh seperti Elang bisa bertengkar dengan
orang lain
- Menjadi mempelai bisa dapat celaka (agar menghindari keluar
rumah)
- Bertemu dengan Presiden atau orang penting lainnya akan
mendapat perkerjaan penting
- Mendapat Ikan atau kena kotoran bisa dapat rejeki
- Tenggelam bisa dapat kesulitan
- Bertemu dengan Orang Tua yang sudah meninggal mungkin ada
amanat yang perlu dikerjakan atau minta dilihat Makam nya atau
minta didoakan
- Naik kendaraan biasanya ada yang perlu disumbang.

Catatan :
Fenomena diatas adalah dari pengalaman Penulis sendiri, mungkin
tiap orang berlainan.

Mimpi yang merupakan firasat supaya segera bangun dari tidur dan
dicatat karena akan segera lupa.

7) Firasat

Orang Tionghoa percaya, bahwa kadang – kadang ada kejadian yang


tidak biasa, perlu diperhatikan kemungkinan merupakan firasat yang
akan segera terjadi, supaya kita waspada atau bersiap – siap untuk
menghadapinya.
114 Budaya Tionghoa Indonesia

Ada Burung Gagak berbunyi diatas Rumah

- Ular muncul dirumah mungkin ada janji yang belum dipenuhi


- Kucing berguling – guling didepan rumah akan ada tamu yang
tidak disenangi.
- Kelopak mata berdenyut mungkin akan ada kejadian.
- Ada suara Burung Gagak mungkin ada tetangga yang meninggal.
- Saat berkendara ada Kucing menyeberang dari Kanan, usaha akan
berhasil, jika dari Kiri, tidak berhasil

e. Rumah Ibadah

1) Kelenteng atau Miao ( 庙 )

Kelenteng adalah tempat Pemujaan pada Dewa Dewi tertentu atau


orang Suci seperti Kelenteng Lao Tze ( 老 子 ) yang menyebarkan
Agama Tao ( 道 教 ), yang menyebarkan filosofi dan agama Kong Hu
Cu ( 孔夫子 ), Kuan Kong ( 关羽 ) sebagai Dewa Kejujuran, Ma Zu ( 妈

Sebuah Kelenteng di Kalimantan Barat


Budaya Tionghoa Indonesia 115

祖 ) seorang wanita yang sering dimintai pertolongan pada saat badai


di lautan.

Umat biasanya ke Klenteng untuk melakukan pemujaan, melakukan


permintaan tentang berbagai hal antara lain minta kesembuhan,
panjang umur, kesehatan, kekayaan, jabatan jodoh dan lain – lain,
bahkan untuk mengukuhkan Perjanjian atau Sumpah.

2) Vihara ( 寺 )

Vihara adalah tempat ibadah bagi umat Buddha, biasanya terdapat


Patung Buddha dan Stupa, umat Buddha beribadah di Vihara dipimpin
Pendeta Buddha yang biasanya berpakaian Kuning – kuning. Pendeta

Patung Budha

Kelenteng Sam Po Kong di Semarang


116 Budaya Tionghoa Indonesia

Buddha laki – laki disebut Bosong ( 和 尚 ), Pendeta yang wanita


disebut Niku / Bikuni ( 寺尼姑 / 比丘尼 ).

3) Lie Tang ( 礼堂 )

Lie Tang adalah tempat ibadah yaitu Aula untuk ibadah, di tempat ini
umat beribadah dan menerima khotbah dan ajaran Kong Hu Cu.

Kung Miao di TMII

f. Rumah Abu ( 灵骨塔 )

Rumah Abu adalah rumah yang dikhususkan untuk memelihara Abu


Jenazah yang telah dikremasi. Rumah Abu ini diadakan karena penduduk
semakin banyak, rumah semakin sempit sehingga kesulitan menyediakan

Rumah Abu San Diego Hills, Bekasi Jawa Barat


Budaya Tionghoa Indonesia 117

Altar dirumah untuk merawatnya, maka Abu tersebut dikumpulkan


dalam Rumah Abu, agar bisa dipelihara dengan lebih baik dan dapat
melakukan sembahyang secara bersama – sama. Biasanya diikat dalam
satu atau beberapa Perkumpulan Marga.

Marga yang sedikit warganya biasanya bergabung dalam satu rumah


yang disebut Rumah Abu Pai Cia Sing ( 百家姓灵骨塔 ).

g. Rumah Duka

Dikota – kota Besar biasanya tersedia Rumah Duka ( 殡 仪 馆 ), Rumah


Duka dibangun untuk menempatkan jenazah sebelum berangkat ke
pemakaman dengan alasan antara lain :

- Rumah atau jalan sedemikian kecil dan sempit sehingga tidak


dapat dilalui atau menempatkan peti jenazah, menerima para
pelayat dan lain – lain.
- Tempat tinggal merangkap sebagai toko atau restoran yang barang
– barangnya tidak mungkin dipindahkan untuk meletakan peti
jenazah.
- Menunggu persiapan tempat pemakaman dan administrasi
pemakaman.
- Ada keluarga yang di tunggu kedatangannya.
- Menunggu hari baik untuk pemakaman.
- Untuk memelihara kesehatan, bila yang meninggal karena satu
penyakit yang menular.

Rumah Duka Husada di Jakarta


118 Budaya Tionghoa Indonesia

Lama kelamaan Rumah Duka yang semula diadakan untuk tujuan sosial
itu telah beralih sebagai suatu kegiatan bisnis, Rumah Duka dikelola
lebih nyaman, dilengkapi AC, tempat mandi, tempat tidur, taman parkir
dan lain - lain, menjual Peti Jenazah dengan perlengkapannya serta jasa
merawat Jenazah, Ambulance, fasilitas lainnya seperti kursi, makanan,
minuman untuk yang melayat juga menyiapkan tempat Pemakaman dan
lain – lain.

h. Pemujaan Arwah Leluhur dirumah

Dalam rumah orang Tionghoa tradisional, biasanya ada Altar pada ruang
depan, disebut Meja Abu, terdapat foto leluhur yang sudah meninggal,
disediakan tempat pemasangan Hio, Lampu merah dan Sesajian.

Tamu yang mempunyai kepercayaan yang sama, biasanya sebelum


memulai pembicaraan, terlebih dahulu mengambil Hio dan memberi
hormat pada Leluhur Pemilik rumah pada Meja Abu nya.

Pada saat sekarang ini karena faktor praktis, rumah semakin sempit dan
alasan lainnya, maka meja – meja pemujaan dikumpulkan di Rumah Abu.

Kadang – kadang kita masih melihat ada tempat untuk memasang Hio di
depan rumah atau ditempatkan di tempat yang tidak terlalu menyolok.

Meja Abu di rumah


Budaya Tionghoa Indonesia 119

i. Altar Pemujaan lainnya

Di ruang depan rumah orang Tionghoa tradisional terutama di kota kecil


kadang – kadang terdapat Altar / Meja Pemujaan, yang dipuja sesuai
yang diidolakan oleh penghuni rumah tersebut.

Umpamanya keluarga Pelaut atau Nelayan biasanya memuja Dewi Ma Cu


( 妈 祖 ). Bila ingin mendapatkan perlindungan memuja Kwan Kong ( 关
羽 ). Ingin mendapatkan Belas Kasih orang biasanya memuja Dewi Kwan
Im ( 观世音 ).

Di Bagan siapi api, banyak rumah orang Tionghoa mempunyai Altar Dewa
tertentu, leluhur mereka percaya bahwa orang Tionghoa yang merantau
dari Tiongkok sampai ke Bagansiapi api dan saat ini hidup sejahtera
berkat perlindungan Dewa tersebut.

Dewi Ma Cu
120 Budaya Tionghoa Indonesia

Dewi Kwan Im

Kwan Kong
Budaya Tionghoa Indonesia 121

BAB 14.
KEARIFAN LOKAL

Tiap Etnis ada Kearifan Lokal yang berlaku dalam pri kehidupan yang
bersangkutan secara turun temurun, dipercaya sebagai suatu kebenaran
yang hakiki yang wajib ditaati.

Mengerti Kearifan kelompok lain, membuat kita bijaksana dalam


menjalin komunikasi pada sesama, dan persahabatan yang penuh
toleransi dan pengertian.

Menghadapi etnis lain yang mempunyai kebiasaan atau kearifan yang


berbeda bahkan bertentangan, dapat mencari solusi yang bijaksana
antara lain yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya sebaiknya
mengalah.
122 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Posisi duduk

Di Indonesia Pejabat yang lebih tinggi atau yang menjadi Tuan Rumah
duduk di kanan. Budaya Tionghoa sebaliknya duduk nya di kiri.

Dalam hal ini terjadi suatu kebetulan, sehingga tidak menimbulkan


masalah.

Di Indonesia Pejabat yang lebih tinggi duduk dikanan

b. Posisi duduk dalam mobil

Di Indonesia jika kita ikut dalam mobil orang, dan yang mengemudi
bukan supir, maka kita duduk didepan menemani yang mengemudi.

Sebaliknya yang berlaku di Tiongkok, akan lebih menghormati bila kita


duduk dibelakang, tetapi bila kita duduk dibelakang, kita menganggap
orang yang mengemudi adalah supir.

Maka bila kita berada di Indonesia menyesuaikan dengan budaya


setempat dan duduk didepan. Bila di Tiongkok, sebaiknya kita duduk di
belakang.
Budaya Tionghoa Indonesia 123

c. Urutan Pidato

Di Indonesia dalam suatu Acara Resmi, pejabat yang paling tinggi


menyampaikan sambutan terakhir, sebaliknya orang Tionghoa, pejabat
yang paling tinggi menyampaikan sambutan paling depan.

Maka kalau kita menyusun suatu acara, Pejabat yang hadir perlu
menyampaikan sambutan, kita persilahkan Protokol Pejabat yang
mengatur acaranya, kita ikuti saja.

d. Diajak Makan

Bila kita bertamu kebetulan tuan rumah sedang makan, dan tuan rumah
ini cukup akrab, bila ia menawarkan makan, dan mereka menyiapkan
piring dan kursi, sebaiknya turut makan walaupun kita sebenarnya sudah
makan.

e. Beberapa Ungkapan Bijak yang Menarik

1) Tidak berbakti pada orang tua, tidak guna rajin ibadah. ( 父母不
孝,奉神无益 )
2) Dengan saudara saja tidak akur, tidak mungkin bersahabat
dengan teman. ( 兄弟不和,交友无益 )
3) Hong Sui tidak berlaku bagi orang yang berprilaku tidak baik. ( 存
心不善,风水无益 )
4) Tindak tanduk tidak baik, percuma sekolah tinggi ( 行止不端,读
书无益 )
5) Orang sombong dan angkuh percuma punya gelar dan titel ( 心高
气傲,博兴无益 )
6) Kerja seenaknya percuma jadi orang pintar ( 作事乖张,聪明无
益)
7) Mohon apa saja, percuma bila belum saatnya ( 时运不通,妄求
无益 )
8) Tidak memelihara kesehatan tidak guna berobat dan makan obat (
不惜元气,服药无益 )
9) Suka mencuri dan menipu, percuma beramal ( 妄取人才,布施
无益 )
10) Suka mengumbar nafsu, percuma berbuat kebaikan. ( 淫 恶 肆
欲,阴骘无益 )
124 Budaya Tionghoa Indonesia

f. Tidak semua bisa dibeli dengan uang

Ada orang berpendapat, semua bisa dibeli dengan uang, ternyata banyak
juga yang tidak bisa dibeli dengan uang, antara lain :

1) Kita bisa beli obat, tapi tidak bisa membeli kesehatan.


2) Kita bisa beli rumah, tapi tidak bisa beli rumah tangga.
3) Kita bisa beli alat hiburan, tapi tidak bisa beli kebahagiaan.
4) Kita bisa beli cinta, tapi tidak bisa beli kasih sayang.
5) Kita bisa beli sarana pengamanan, tapi tidak bisa beli
keselamatan.
6) Kita bisa beli Vitamin dan Obat – obatan, tapi tidak bisa beli
umur.

g. Ungkapan Bijak

1) Jaga kata – kata yang keluar, penyakit masuk dari makanan,


bencana datang dari kata – kata yang dikeluarkan.
2) Kalau kamu tidak suka orang berbuat sesuatu pada mu, jangan
berbuat itu pada orang lain.
3) Kalau kamu suka orang berbuat sesuatu pada mu, berbuat itu
dulu pada orang lain.
4) Bergaul harus hati – hati, tau orangnya kita tidak tau isi hatinya

h. Sabar
Budaya Tionghoa Indonesia 125

Kaligrafi ini, sering kita lihat tergantung di kantor atau di rumah, suatu
nasihat belajar sabar.

Artinya : Kalau kita konflik dengan orang, diam sejenak, badai akan
berlalu, kalau kita ngalah, Laut tenang, Matahari bersinar.

i. Memberi Hormat

Cara orang Tionghoa memberi hormat, adalah Pai ( 拜 ) yang muda Pai
lebih dahulu, kemudian dibalas, kalau setingkat maka melakukan Pai
secara bersamaan.

Caranya adalah dua tangan mengepal, sambil menundukan kepala, untuk


laki – laki Tangan kiri di depan, untuk perempuan Tangan kanan di depan.

Cara hormat ini populer 50 tahun yang lalu, mungkin akan populer lagi
karena orang menghindari jabatan tangan, untuk mencegah penularan
Virus tertentu.
126 Budaya Tionghoa Indonesia

j. Menghadapi orang yang cacat fisik dan mental

- Ada rasa iba yang mendalam


- Bantu beri tumpangan, bantu menyeberang jalan dan lain-lain
- Beri santunan, mungkin kesulitan mencari nafkah
- Jangan sekali-kali mengejek dan menertawakan
- Jangan sampai bertengkar dengan orang cacat, mengalah saja
karmanya berat, orang cacat disayang dan dibela Tuhan
Budaya Tionghoa Indonesia 127

BAB 15.
KONSEP KEADILAN, SUMPAH DAN BALAS DENDAM

Dalam Film – film Mandarin Klasik, kita bisa menyimak pikiran Orang
Tionghoa tentang masalah ini, menjadi sebab konflik dalam masyarakat
dari zaman dulu sampai sekarang ini.
128 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Keadilan

Orang Tionghoa memandang adanya orang kaya dan orang miskin tidak
dikaitkan dengan masalah keadilan, tetapi masalah nasib.

Dikatakan tidak adil, apabila orang kuat atau orang yang berkuasa
menindas orang lemah. Orang kaya menindas orang miskin.

Maka muncul tokoh – tokoh baik Pejabat, Ksatria atau Ulama yang tampil
membela yang lemah, miskin dan tertindas.

Kwan Yu mengikat pejabat yang korup dan menindas rakyatnya dipohon


dan dipukuli dengan ranting pohon disaksikan rakyatnya.

Kwan Yu dikejar untuk ditangkap, akhirnya ia bersama Tio Fei dan Liu
Fei berontak terhadap pemerintahan yang korup untuk menegakkan
keadilan.

b. Sumpah

Sumpah pada hakekatnya adalah hubungan janji antar sesama manusia


dengan melibatkan Tuhan sebagai saksi dan mengadili bila ada yang
mengingkari dan tidak menepati janji.

Dalam sejarah yang sangat terkenal adalah Janji Setia di Taman Buah
Persik oleh Tiga Kesatria, mereka dihadapan Altar Tuhan dengan pasang
Hio dan Minuman Anggur bersumpah setia sebagai saudara. Walau
mereka tidak lahir pada hari yang sama, tapi akan mati pada hari bulan
dan tahun yang sama, dalam perjuangan mereka mendirikan Negara,
walaupun tidak berhasil dalam mempersatukan seluruh Daratan
Tiongkok tetapi mereka setia sampai mati.

Semua Negara ada Budaya Sumpah untuk memangku jabatan tertentu


di Pemerintahan, yang disaksikan oleh rakyatnya dengan harapan ia akan
melaksanakan tugasnya dengan jujur dan adil.

Perkembangan selanjutnya dijadikan cara menyelesaikan konflik antar


manusia dengan cara yang singkat, yaitu dengan bersumpah.
Budaya Tionghoa Indonesia 129

Sumpah di Taman Buah Persik

Orang Tionghoa takut melakukan Sumpah, mereka percaya Hukuman


Dunia dan Akhirat akan berlaku bagi yang melanggar Sumpah.

Sebagai contoh bila ia membunuh, yang dibunuh tau siapa yang


membunuh, Tuhan mengetahui, setan yang ada ditempat pembunuhan
juga tau siapa yang membunuh, maka yang melakukan Sumpah Palsu
setan juga bisa berbuat sesuatu pada yang bersangkutan.

Di Pengadilan Negeri pada Kota – kota yang banyak penduduknya orang


Tionghoa, biasanya disediakan Altar kecil dengan gambar Kwan Yu
bagi orang Tionghoa Penganut Agama Tradisional Tao, atau Khong Hu
Cu diwajibkan bakar Hio didepan Altar, kemudian diambil Sumpah di
Persidangan.

c. Balas Dendam

Apabila terjadi penganiayaan oleh orang kuat kepada yang lemah, tidak
mustahil dikemudian hari, dari keluarga yang teraniaya muncul orang
yang datang untuk membalas dendam.

Dalam konsep pemikiran orang Tionghoa, tidak boleh melakukan hal


– hal menghina, melecehkan dan menganiaya orang yang lebih lemah
bahkan pada Binatang (yang dipercaya ada Binatang yang merupakan
inkarnasi manusia yang telah meninggal). Ada kemungkinan pada waktu
yang tidak terlalu lama akan muncul membalas dendam atau Karma.
130 Budaya Tionghoa Indonesia

Contoh :

Seorang kakak kelas di sekolah menganiaya adik kelasnya yang lebih kecil,
20 tahun kemudian adik kelas ini menjadi Pejabat Tinggi dan menjadi
atasan kakak kelas yang pernah menganiaynya, kakak kelas itu setelah
mengetahui hal ini langsung sakit dan terganggu sarafnya.

Ajaran Khong Hu Cu ( 孔夫子 ) tentang hal ini sebagai berikut :

Membalas Kejahatan dengan Keadilan, membalas kebaikan dengan


kebaikan ( 以真抱怨,以德报德 ).

Ajaran Lao Tze ( 老 子 ) tentang pembalasan. Membalas Kejahatan


dengan Kebaikan, membalas Kebaikan dengan Kebaikan ( 以德报德 ).

Kesimpulan : Kedua Guru Besar ini tidak dianjurkan kita untuk membalas
dendam. Seperti yang dianjurkan orang Kuno yang menyebarkan Keadian
adalah ”Gigi ganti Gigi”, Mata ganti Mata”

Catatan :
Konsep Keadilan, Sumpah dan Balas Dendam sekarang dipengaruhi
ajaran Kristen

- Tuhan adil, memberi panas dan dingin pada orang yang baik juga
pada orang yang jahat.
- Keadilan dituntut pada saat ia meninggal.
- Orang tidak perlu bersumpah, katakan iya pada yang iya dan tidak
pada yang tidak.
- Pembalasan adalah hak Tuhan, berikan tempat pada Tuhan untuk
menuntut balas.
Budaya Tionghoa Indonesia 131

BAB 16.
LAMBANG DAN SIMBOL

Orang Tionghoa dalam kehidupan sehari – hari sarat dengan Lambang


dan Simbol, untuk mempersepsikan sesuatu harapan atau pedoman
hidup dengan menggunakan simbol – simbol.

Simbol – simbol tersebut berupa Angka, Huruf, Binatang, Batu, Gambar,


Patung dan sebagainya. Gunanya agar dalam keluarga atau sesama
teman saling mengerti apa yang menjadi obsesi dan harapan temannya.
132 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Patung

1) Fu Lu So ( 福禄寿 )
Fu Sejahtera : Kaya dan bahagia dalam keluarga
Lu Terhormat : Mujur, mempunyai Pangkat, Derajat Sosial
dalam masyarakat
So Panjang usia : Panjang usia, sehat, banyak anak cucu.
Wujudnya berupa Kaligrafi, Gambar di dinding atau berupa 3 buah
Patung, sering kita lihat sebagai hiasan di meja.

Fu Lu So bukan untuk disembah tetapi suatu cita – cita hidup di dunia, yaitu
sehat, panjang usia, ada kedudukan Sosial dalam masyarakat dan kaya raya

2) Jaga Mata, Kuping dan Mulut


Melihat, mendengar dan membicarakan hal – hal yang tidak baik,
dapat menimbulkan masalah. Ajaran ini biasanya divisualisasi berupa
3 ekor Monyet yang masing – masing menutup Mata, Kuping dan
Mulutnya.
Tidak semua kejadian baik untuk dilihat, tidak semua baik didengar
dan tidak semua baik dibicarakan, agar kita selamat dalam pergaulan
didunia dan akhirat.
Budaya Tionghoa Indonesia 133

Look for good in people. Not everything you hear is true. Speak only words of kindness

3) Keteladanan
Orang Tionghoa suka memasang patung atau gambar tokoh – tokoh
tertentu sebagai Panutan dan tidak selalu untuk dipuja.
- Kwan Kong untuk Kesetiaan, Kejujuran dan Jiwa Satria, pembela
Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan.
- Kwan Im untuk diteladani dalam memberi belas kasihnya.
- Sun Go Kong sebagai simbol pengusir roh – roh jahat.
- Khong Hu Cu untuk diingat pengajarannya sebagai Guru sepanjang
masa.

4) Mengandung Harapan
- Patung orang dengan anak – anak kecil disekelilingnya, berarti dia
mendambakan anak dan cucu yang banyak.
134 Budaya Tionghoa Indonesia

- Singa atau Naga


Sepasang Naga Pisu ( 貔 貅 ) di depan rumah atau jembatan
mendatangkan rejeki, konon binatang ini adalah anak Naga,
makanannya ada emas dan perak, melambangkan wibawa dan rejeki
dari pemilik rumah yang bersangkutan.

b. Gambar

1) Bangau ( 鹭 )
Melambangkan panjang umur, Bangau dianggap bisa hidup lebih dari
100 tahun, bentuk kepalanya yang botak mirip orang lanjut usia.
Budaya Tionghoa Indonesia 135

2) Naga atau Liong ( 龙 )


Melambangkan Kerajaan atau Kekuasaan, Liong dianggap bermukim
dilautan dan juga berkaitan dengan cuaca dan hujan.

3) Hong ( 凤凰 )
Sebagai binatang yang berada di Khayangan, melambangkan
Keanggunan, Kemewahan dan Kecantikan. Hong mempunyai sifat
feminim.
136 Budaya Tionghoa Indonesia

4) Kijang ( 鹿 )
Melambangkan Keberuntungan atau Keberhasilan, lambang ini bukan
karena sifat dari binatang tersebut, tetapi diambil yang lafalnya yaitu
Lu.

5) Ikan
Melambangkan Kelebihan, maksudnya penghasilan selalu lebih besar
dari pengeluaran, ini pun diambil dari lafalnya yaitu Yu ( 魚 )
Budaya Tionghoa Indonesia 137

6) Kupu –kupu
Melambangkan cinta kasih suami istri yang abadi,

7) Kelelawar
Diambil bunyinya yaitu Bian Fu ( 蝙蝠 ) berarti kaya dan kesejahteraan
138 Budaya Tionghoa Indonesia

8) Kura – kura
Kura – kura yang bisa hidup ratusan tahun, melambangkan panjang
usia.

c. Tumbuh – tumbuhan

1) Bambu
Sering terlihat dalam lukisan. Bambu sesuai sifatnya melambangkan
keuletan, fleksibel dan kesabaran.
Budaya Tionghoa Indonesia 139

2) Pohon Cemara
Sering terlihat dalam lukisan – lukisan tradisional, sesuai bentuknya
melambangkan umur panjang, walaupun pohon tersebut sudah tua,
tetapi tetap segar dengan daunnya yang hijau, walaupun pada musim
salju.

3) Buah Persik Tou ( 桃 )


Melambangkan kebahagiaan dan panjang umur. Tou dianggap sebagai
buah para Dewa yang bila dimakan bisa panjang umur dan bahagia.
140 Budaya Tionghoa Indonesia

4) Nanas
Nanas melambangkan keberuntungan biasanya dibuat dalam bentuk
lentera.

5) Jeruk
Jeruk warnanya kuning, lambang Keagungan, bunyinya dalam Bahasa
Mandarin Cie ( 桔 ) artinya mujur.
Budaya Tionghoa Indonesia 141

6) Bunga Bota ( 牡丹 )
Melambangkan keagungan dan kecantikan.

7) Teratai ( 莲花 )
Melambangkan kesucian, tidak terpengaruh lingkungan walaupun
tumbuh di air yang keruh, tetapi daun dan bunganya tetap bersih.
142 Budaya Tionghoa Indonesia

8) Tebu Merah
Ruas – ruas pada Tebu melambangkan banyaknya keturunan, Tebu
makin keatas makin tinggi dan berbunga, biasanya ditempatkan pada
meja Sembahyang atau diikat pada tiang pintu masuk pada saat ada
acara pernikahan.

d. Warna

1) Kuning : Melambangkan Kerajaan, Keagungan dan Kekuasaan


2) Merah : Melambangkan Kebahagiaan
3) Putih : Melambangkan Perkabungan (perlu mendapat
perhatian bahwa Mengirim kado, amplop, pada acara
pernikahan atau ulang tahun jangan memakai amplop
putih)
4) Biru : Melambangkan keadaan prihatin.
5) Hijau : Melambangkan dunia persilatan.
Budaya Tionghoa Indonesia 143

e. Angka

Urutan angka 1, 2, 3, 4, 5 sebagai Seng Law Ping Se Khu ( 生老病死苦 ) ,


(hidup, tua, sakit, mati, menderita) maka angka 2 dianggap baik, karena
melambangkan panjang umur, angka 4 tidak baik karena melambangkan
kematian dalam bahasa Mandarin bunyinya sama dengan mati, 5 tidak
disukai karena melambangkan penderitaan di Akhirat, untuk dihukum
dan disiksa, kemudian lahir kembali sebagai manusia atau binatang untuk
memperbaiki diri, maka kembali sebagai angka 1.

Angka 8 disukai karena angka ini tidak terputus, lafal angka 8 dalam
bahasa Mandarin Pa ( 发 ) berarti rejeki nomplok.

f. Batu Giok / Jad

Kita melihat orang Tionghoa suka memakai kalung, cincin atau gelang
terbuat dari Batu Giok, dipercaya berpengaruh baik yaitu sabar dan
tenang.

Apabila akan terjadi kecelakaan batu itu akan hilang atau pecah, orang
yang memakainya selamat.

Patung – patung atau ukiran dari Batu Giok sebagai hiasan rumah,
dipercaya mendatangkan rasa tenang dan sabar bagi seluruh anggota
rumah itu termasuk tamu – tamu yang datang.

Gelang Giok Kalung Giok


144 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 145

BAB 17.
KALENDER TIONGHOA

Sistim Kalender umat manusia di dunia pada dasarnya mengikuti


fenomena alam yang terjadi, yaitu siang – malam, perubahan bentuk
Bulan, peredaran Matahari dan pergantian Musim dibelahan Bumi
bagian Utara dan Selatan.
146 Budaya Tionghoa Indonesia

Kalender Imlek dibuat berdasarkan perhitungan yang mengkombinasikan


peredaran Bulan, Matahari dan juga perubahan Musim, maka pada
tanggal 15 tiap Bulan pada Kalender Imlek, tepat Bulan Purnama.

Tahun Baru Imlek sama dengan pergantian Musim dari Musim Dingin
menjadi Musim Semi.

Kita yang bermukim didaerah Katulistiwa tidak terdapat 4 musim. Yang


terjadi di Indonesia adalah pergantian Musim Panas ke Musim Hujan
ditandai dengan musim buah – buahan.

Kalender Imlek juga dinamakan Kalender untuk Petani dan perhitungan


dengan teliti tentang hari – hari akan turun Hujan, hari baik untuk
menanam, melangsungkan pernikahan, membangun rumah, membuka
usaha dan lain – lain.

Maka kita bisa melihat Kalender Tionghoa, terutama yang dibuat tiap hari
dimana tercantum berbagai informasi yang diperlukan untuk mengetahui
hari baik untuk melakukan suatu kegiatan yang penting seperti mulai
menanam, membangun rumah, buka Toko Baru, menikah dan lain – lain.

Kita ambil contoh :

Hari – hari baik dan tidak baik untuk suatu kegiatan bahkan
diterjemahkan pada Kalender berbahasa Indonesia.

Catatan : Pencatatan informasi tiap hari bukan merupakan tahayul, tetapi


dari hasil pencatatan pengalaman yang telah berlangsung ribuan tahun.
Budaya Tionghoa Indonesia 147

Contoh Kalender dalam Bahasa Ingris yang mencantumkan informasi


tentang hari baik atau hari tidak baik untuk melakukan suatu kegiatan
penting.
148 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 149

BAB 18.
12 SHIO ( 十二生肖 )

Orang Tionghoa memberi nama untuk Hari dan Bulan menggunakan


urutan Angka, tetapi untuk nama Tahun diberi 12 nama Binatang

Seseorang yang lahir pada Tahun itu menyandang Shio, berdasarkan


nama Tahun itu. Kita namakan 12 Shio.
150 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Asal Muasal

Konon Raja Langit ingin memberi nama Tahun, Raja memanggil semua
Binatang datang ke hadiratnya.

Maka berdatanganlah binatang dengan urutan Tikus, Kerbau, Macan,


Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi, 12
binatang ini ditetapkan sebagai nama Tahun dengan Siklus 12 Tahun.

b. Unsur Tahun

Disamping itu sesuai hasil Pengamatan Astronomi Kuno, tahun juga


terdiri dari 5 unsur yaitu, Emas, Air, Kayu, Api, Tanah, ( 金木水火土 )
kemudian dikombinasikan dengan 12 Shio, sebagai contoh tahun 2020
adalah Tikus Logam, 12 tahun kemudian Tikus Air dan seterusnya.
Setelah 60 tahun kembali menjadi Tikus Logam.

c. Hubungan Shio dengan karakter seseorang

Dari hasil pengamatan dan pencacatan pengalaman yang berlangsung


ribuan tahun, ada hubungan antara Shio dan Unsur dengan karakter
orang yang lahir pada tahun tersebut.

Dengan mengetahui Shio seseorang, dapat kita reka – reka Karakter


umum orang tersebut, yang dapat dijadikan pedoman untuk kita
menyesuaikan diri dalam pergaulan, mengerti watak dan kegemaran
orang lain, dapat dijadikan pedoman untuk mencari pegawai yang
cocok dengan tugas pekerjaannya, bahkan mencari jodoh yang cocok.

Pengetahuan tentang 12 Shio berguna bagi semua orang, agar lebih


hati – hati dalam berbicara dan bertindak, lebih mengenal dan
mengerti akan kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain,
mewaspadai terhadap kekurangan diri sendiri.

d. Hubungan Shio dengan karakter seseorang dikaitkan dengan unsur


tahun, memperkuat karakter yang bersangkutan, seperti : Tikus Api,
Tikus Tanah, Tikus Emas, Tikus Air, Tikus Kayu dan seterusnya.
Budaya Tionghoa Indonesia 151

1) Shio Tikus ( 肖鼠 )
1936, 1948, 1960, 1972, 1984, 1996, 2008, 2020
- Rajin bekerja, bahkan sampai larut malam
- Jujur
- Murah hati
- Pandai bergaul dan banyak teman

2) Shio Kerbau ( 肖牛 )
1937, 1949, 1961, 1973, 1985, 1997, 2009,
2021
- Pekerja ulet dan keras
- Konservatif
- Trampil
- Menjadi inspirasi bagi banyak orang

3) Shio Macan ( 肖虎 )
1938, 1950, 1962, 1974, 1986, 1998, 2010,
2022
- Mampu memimpin dan mempengaruhi orang
- Percaya diri dan berani
- Agak sensitif dan emosional
- Suka mengatur

4) Shio Kelinci ( 肖兔 )
1939, 1951, 1963, 1975, 1987, 1999, 2011
- Simpatik dan disukai orang
- Banyak teman
- Rendah hati dan santai
- Hemat
152 Budaya Tionghoa Indonesia

5) Shio Naga ( 肖龙 )
1940, 1952, 1964, 1976, 1988, 2000, 2012
- Antusias
- Penuh vitalitas dan populer
- Cocok sebagai pimpinan dan pengambil
keputusan
- Percaya diri

6) Shio Ular ( 肖蛇 )
1941, 1953, 1965, 1977, 1989, 2001, 2013
- Ramah dan bijaksana
- Cerdik
- Punya intuisi yang kuat
- Hati – hati dalam berbicara dan bertindak

7) Shio Kuda ( 肖马 )
1942, 1954, 1966, 1978, 1980, 2002, 2014
- Suka bekerja di lapangan
- Pekerja keras dan mandiri
- Fanatik terhadap sesuatu yang dianggap
benar

8) Shio Kambing ( 肖羊 )
1943, 1955, 1967, 1979, 1981, 2003, 2015
- Pemegang teguh pendirian
- Hemat
- Konsekwensi dan berani
- Sulit menerima pendapat orang
Budaya Tionghoa Indonesia 153

9) Shio Monyet ( 肖猴 )
1944, 1956, 1968, 1980, 1982, 1992, 2004,
2016
- Cerdik, suka belajar dan mencari tau
- Disukai banyak orang
- Disiplin
- Murah hati

10) Shio Ayam ( 肖鸡 )


1945, 1957, 1969, 1981, 1983, 2005, 20
- Disiplin, jujur dan tanggung jawab
- Pegang teguh prinsip
- Berani menyampaikan pendapat
- Sulit dipengaruhi.

11) Shio Anjing ( 肖狗 )


1946, 1956, 1970, 1982, 1984, 2006, 2018
- Disiplin dan tekun
- Dapat dipercaya
- Murah hati
- Khawatir terhadap berbagai hal

12) Shio Babi ( 肖猪 )


1946, 1957, 1971, 1983, 1985, 2007, 2019
- Teman yang baik
- Toleran dan jujur
- Mengharapkan orang berbuat baik padanya
- Banyak rejeki
154 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Contoh kasus

1) Ada Pejabat, melakukan Perjalanan Dinas ke Pulau – pulau, terjadi


kesalahan dalam Pidatonya, akibatnya ia kehilangan jabatannya.

Setelah diteliti dari aspek 12 Shio ternyata ia Shio Kuda dengan


unsur Api, ia sebaiknya hindari pergi ke Pulau – pulau yang
melintasi laut, karena Kuda tidak biasa di Air, Api juga lemah
dilingkungan air yang volumenya besar seperti laut.

2) Ada seorang ibu mengeluh suami selalu pulang malam, setelah


di cek Shio nya ternyata ia Shio Tikus, orang Shio Tikus rejeki nya
datang pada malam hari.

3) Ada seorang suami mengeluh istrinya terlalu dominan, semua


diputuskan sendiri, setelah di cek Shio nya ternyata Shio Macan,
suaminya Shio Kambing, kedua – duanya keras, tapi Macan lebih
dominan.

4) Ada pegawai Sekretariat, kalau dapat tugas menulis, kerja


administrasi lambat dan banyak salah, ia lebih senang kalau tugas
luar, ternyata ia Shio Kuda.

Saat kelahiran dan kondisi ia dilahirkan


Hari dan Jam Kelahiran seseorang dapat mempengaruhi jalan hidupnya,
tempat ia dilahirkan juga berpengaruh

Suatu contoh :
Ada seorang kaya, istrinya melahirkan anak laki – laki, pada saat yang
bersamaan pembantunya juga melahirkan anak laki – laki, mereka hidup
bersama, tetapi nasibnya berbeda, anak orang kaya ini dalam hidupnya
banyak kesulitan, setelah di cek ulang ternyata kedua anak ini sama –
sama Shio Tikus.

Perbedaannya adalah orang kaya ini lahir ditempat terang benderang,


sedangkan pembantunya melahirkan ditempat gelap.

Karena mereka Shio Tikus, dan lahir pada malam hari, yang lahir
dilingkungan yang gelap lebih baik bagi Tikus untuk mencari rejeki.
Budaya Tionghoa Indonesia 155

f. Indonesia tiap – tiap tahun menerbitkan Prangko 12 Shio

Contoh Prangko yang diterbitkan pada Tahun Babi 2007


g. Organisasi 12 Shio

Di Indonesia ada Organisasi berdasarkan Shio, ada Organisasi


Shio Macan, Ular dan sebagainya. Ada Organisasi 12 Shio yaitu
Perkumpulan 12 Shio Indonesia.

Kegiatannya bersifat Sosial, Kegiatan Ritual, Ceramah dan Seminar


tentang Shio dan situasi sosial yang berkaitan 12 Shio itu.
156 Budaya Tionghoa Indonesia

h. Taman 12 Shio di Taman Budaya Tionghoa – TMII.

Dua anak ini foto di salah satu Monumen 12 Shio Taman Budaya Tionghoa Indonesia TMII
Budaya Tionghoa Indonesia 157

BAB 19.
HONG SUI

Hong Sui ( 风 水 ) berarti Angin dan Air. Pengetahuan Hong Sui adalah
Tata Cara Membangun Rumah, Jembatan, Jalan atau Menempatkan
suatu barang dalam rumah sedemikian agar terjadi keserasian dengan
Alam lingkungannya, tujuannya untuk mendatangkan keselamatan dan
kebahagiaan bagi manusia dan lingkungannya.
158 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Ilmu dan Seni

Hong Sui adalah Ilmu, karena bisa dipelajari, sebagai Seni adalah
ada pengaruh indera dan insting orang yang yang mencari tau dan
mengetrapkannya.

b. Bukan Tahayul

Pengetahuan tentang Hong Sui adalah fenomena berdasarkan pencatatan


dari pengalaman selama Ribuan Tahun, disimpulkan sebagai suatu gejala
yang bersifat umum dan khusus, walaupun sebab – sebabnya tidak
bisa dijelaskan secara ilmiah, tetapi dapat dikategorikan sebagai gejala
psykologi atau yang disebut sebagai Indra ke 6.

Contoh:

Penulis bukan Ahli Hong Sui, untuk keperluan penulisan buku ini, ada
beberapa kejadian dapat kita jadikan contoh :

- Lantai rumah harus lebih tinggi dari jalan umum yang melintas
didepan rumahnya.
- Di depan Pintu rumah jangan ada air yang mengalir
- Tepat di depan Pintu rumah tidak ada pohon kayu
- Pintu masuk tidak lurus dengan pintu belakang
- Meletakan tempat tidur, WC dengan klosetnya, juga dapur jangan
mengarah kepintu depan.
- Bentuk rumah atau lahan sebaiknya kecil didepan, besar dibelakang.
- Di depan rumah jangan ada Gazebo.
- Dihalaman rumah jangan ada tempat khusus untuk bakar Sampah
- Letak tempat tidur jangan didepan pintu.

Bila kaedah ini dilanggar, kadang – kadang bisa mengakibatkan penghuni


tidak nyaman bahkan sakit, terjadi kecelakaan atau kejadian lain yang
tidak diharapkan, ada baiknya diikuti kaedah ini, mudah – mudahan akan
mendatangkan keberuntungan dan selamat.
Budaya Tionghoa Indonesia 159

Letak rumah yang ideal adalah menghadap air, bersandar pada Pohon – pohon
dan Gunung
160 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 161

BAB 20.
36 STRATEGI SUN TZU

Sun Tzu (544 – 496 SM) seorang Ahli Strategi, menulis buku Zun Tzu Ping
Fa ( 孙子兵法 ) The Art of War, buku ini sebagai karya luar biasa tingkat
dunia sampai sekarang masih relevan dan valid untuk diterapkan dalam
tiap Operasi Militer bahkan dalam Dunia Ekonomi, Politik bahkan dalam
percaturan hidup sehari – hari.

Di Akademi Militer banyak Negara, termasuk di Indonesia, Strategi ini


dipelajari dengan saksama.
162 Budaya Tionghoa Indonesia

Sun Zhu ( 孙子 )

a. Ada beberapa ungkapan yang terkenal dari Sun Zhu antara lain :

- Seorang Jenderal 100 kali perang, 100 kali menang, ia adalah


Jenderal yang hebat, tetapi lebih hebat lagi bila ia menang tanpa
perang.
- Mengenal diri sendiri dan lawan, sudah meraih sebagian
kemenangan.
- Mempunyai 1000 teman masih kurang, mempunyai 1 orang musuh
sudah terlalu banyak.
- Lawan yang tidak bisa dikalahkan dirangkul saja.
- Hindari konflik fisik, kedua – duanya pasti terluka, baik fisik mau
pun mental.

b. Kita harus memenangkan Perang bukan Pertempura.

Dasar – dasar perang diajarkan Sun Tzu diakui sebagai hasil pemikiran
yang luar biasa dan relevan sampai saat ini, teori ini diajarkan di Akademi
Militer seluruh dunia antara lain sebagai berikut :

- Tentukan tujuan perang untuk membangkitkan motivasi para


Prajurit.
Budaya Tionghoa Indonesia 163

- Kepemimpinan yang unggul.


- Dukungan Rakyat.
- Prajurit yang terlatih.
- Mengetahui yang akurat tentang kekuatan dan susunan bertempur
musuh.
- Menguasai medan – medan startegis.
- Mengetahui pengaruh medan dan cuaca
- Dukungan logistik yang tidak terputus.

c. 36 Strategi ditampilkan judul nya saja, pembaca yang ingin


mendalami dapat membaca referensi yang terkait :

1. 瞒天过海
Melintasi laut tanpa diketahui langit

2. 围魏救赵
Mengepung Wei untuk menyelamatkan Zhao

3. 借刀杀人
Meminjam pisau untuk membunuh orang

4. 以逸待劳
Buat lawan lelah baru diserang

5. 趁火打窃
Bakar rumahnya untuk mencuri barangnya

6. 声东击西
Berpura – pura menyerang bagian Timur, yang di serang bagian
Barat

7. 无中生有
Ada tetapi sepertinya tidak ada (kekuatan sebenarnya dirahasiakan)

8. 暗度陈仓
Pura – pura mempersiapkan jalan A, yang dipakai jalan B
164 Budaya Tionghoa Indonesia

9. 隔暗观火
Pantau konflik intern lawan (jangan ikut campur, kalau perlu adu
domba, sampai lemah sendiri) baru serang.

10. 笑里藏刀
Pura – pura berteman, serang saat yang bersangkutan lengah

11. 李代桃僵
Pohon Prem ditebang untuk mendapatkan pohon Pesik. (Mengalah
dalam pertempuran, untuk memenangkan peperangan)

12. 顺手牵羊
Menarik tali, mencuri kambing

13. 打草惊蛇
Membabat rumput, agar ular yang bersembunyi keluar. (Strategi
untuk mengetahui lokasi dan kekuatan lawan)

14. 借尸还魂
Menghidupkan mayat dengan mengisi arwah lain. (Memasang
nama besar seseorang untuk menakuti lawan)

15. 调虎离山
Memancing macan meninggalkan gunung. (Memisahkan Pemimpin
dari pendukungnya)

16. 欲擒故纵
Tidak semua lawan dibinasakan. (Agar dia membawa berita yang
dapat menurunkan moril lawan)

17. 抛砖引玉
Mengorbankan Batu Bata untuk mendapatkan Batu Giok.
(Memancing lawan untuk merebut suatu objek yang kurang
penting, untuk menguras tenaga lawan).
Budaya Tionghoa Indonesia 165

18. 擒贼擒王
Kalahkan lawan dengan membunuh Pemimpinnya.

19. 斧底抽薪
Jauhkan kayu bakar dari dapur. (Lawan bisa dikalahkan dari
memotong sumber logistiknya)

20. 混水摸鱼
Memancing di air keruh. (Buat kekacauan untuk menangkap
pimpinannya)

21. 金蝉脱壳
Serangga melepas kulitnya dan terbang. (Menipu lawan agar
merebut suatu sasaran yang sudah kosong dan tidak penting)

22. 关门捉贼
Menutup semua pintu untuk menangkap pencuri (Memotong
semua jalan mundur musuh)

23. 远交近攻
Lawan yang jauh diajak bersekutu, agar tidak membantu lawan
yang sedang dihadapi

24. 假道伐虢
Bocorkan rancangan strategi palsu untuk memperdaya lawan.

25. 偷梁换柱
Ganti balok baik dengan kayu kropos agar lawan salah menentukan
sasaran.

26. 指桑骂槐
Mengganggu ulat pada pohon Murbei. (Mengganggu pihak lawan
dengan isu dan adu domba)

27. 假痴不癫
Pura – pura bodoh, agar lawan menganggap enteng dan lengah
166 Budaya Tionghoa Indonesia

28. 上屋抽梯
Orang naik ke atas rumah, tangganya diambil. (Upayakan musuh
memasuki daerah rawan, dan ditutup jalan mundurnya)

29. 树上开花
Menghias pohon dengan bunga palsu. (Mengelabui lawan agar
salah sasaran)

30. 反客为主
Tamu menjadi tuan rumah. (Suatu diplomasi dimana kita
mengambil keputusan untuk lawan)

31. 美人计
Menjatuhkan pemimpin lawan dengan wanita cantik, harta atau
jabatan

32. 空城计
Dalam rangka menghemat sumber daya, beberapa benteng
dikosongkan, tetapi tetap terlihat seperti dijaga pasukan.

33. 反间计
Mata – mata musuh diberi informasi palsu untuk mengelabui
pimpinannya.

34. 苦肉计
Melukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan dari lawan

35. 连环计
Tiap rencana harus ada rencana – rencana cadangan, untuk
menghadapi situasi yang tidak terduga.

36. 走为上
Apabila mustahil bisa menang, hindari konflik atau melarikan diri.
Budaya Tionghoa Indonesia 167

Apabila kita menghadapi perang, konflik atau ada kesulitan dalam


percaturan dibidang Politik, Perdagangan maupun pergaulan dengan
orang lain, biasanya salah satu atau beberapa strategi tersebut bisa
diterapkan, baik bersama – sama atau berturut – turut.

Catatan :
Apa yang Penulis paparkan diatas, adalah pendapat Penulis pribadi, dan
ditulis sangat singkat, silahkan membaca referensi – referensi lainnya
168 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 169

BAB 21.
NAMA DAN SAPAAN

Setiap orang mempunyai nama, nama pemberian orang tua atau


ditentukan sendiri karena suatu hal, merupakan kebanggaan baginya.

Pemberian nama ada ketentuan yang lazim yang berlaku.

Dalam masyarakat Tionghoa hubungan keluarga dan kekerabatan di


kukuhkan dengan sapaan tertentu. Dari sapaan itu kita bisa mengetahui
hubungan kekerabatan antar mereka.
170 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Nama

Nama bagi orang Tionghoa antara lain menyatakan :


- Identitas
- Marga / She ( 姓 )
- Hirarki tingkatan keturunan
- Harapan

1) Identitas
Bila melihat nama seseorang ada kemungkinan kita bisa mengetahui
identitas dari penyandang nama tersebut antara lain menyangkut:
- Ras, Etnis dan Suku
- Agama
- Latar belakang sosial

2) Marga ( 姓 )
Orang Tionghoa mempunyai Marga, jumlah Marga yang umum
lebih dari 300 Marga, Marga ini bersifat lintas Etnis dan Daerah asal.
Maksudnya orang Hokian ( 福 建 ) ada yang ber Marga Lim ( 林 ),
orang Kong Hu ( 广 府 ) juga ada yang ber Marga Lim, mereka asal
usulnya merupakan satu keturunan. Biasanya selalu menghindari
perkawinan antar Marga yang sama.

Marga dalam masyarakat Tionghoa pada umumnya terdiri dari 1


huruf seperti Tan ( 陈 ), Yo ( 杨 ), Lim ( 林 ), dan ada juga yang terdiri
dari 2 huruf Se – Ma ( 司马 ), Auw Yong ( 欧阳 ), Sang – Kwan ( 上
官 ) dan lain – lain. Marga biasanya ditempatkan didepan nama bagi
yang menggunakan 3 kata contoh: Tan Tong Beng ( 陈东明 ) berarti
Marga Tan, bisa ditempatkan dibelakang nama bila menggunakan
nama latin contoh : Stave Lim, Himawan Yo.

Nama orang Tionghoa mencantumkan Marga sudah lebih dari


4. 000 tahun, asal usulnya antara lain dari nama Raja, Anugrah
dari Raja, asal tempat, pekerjaan, peristiwa penting yang dialami
menjadi Marga yang bersangkutan, tetapi pada hakekatnya adalah
suatu penghormatan pada Leluhur yang menurunkan kita semua.

Anak angkat tetap memakai Marga yang diwariskan oleh orang


Budaya Tionghoa Indonesia 171

tua aslinya, tetapi bila anak tersebut diadopsi sebagai anak, maka
Marganya diganti memakai Marga orang yang menerima adopsi
anak angkat tersebut.

Catatan : Anak angkat yang diadopsi sebagai anak sendiri, namanya


akan dicantumkan pada Nisan Makam orang yang mengangkat anak
tersebut.

3) Hierarki
Huruf tengah dari 3 huruf Tionghoa biasanya menyatakan Hierarki
dari Keluarga Besar yang bersangkutan. Urutan huruf tengah
tersebut biasanya diambil dari Syair atau kalimat yang dibuat
pujangga sebagai contoh ada yang menggunakan urutan ajaran Li,
Yi, Lian, Chi, Xiao, Ti, Zhong, Xin ( 礼义廉恥 孝悌忠信 ).

Dengan memperhatikan nama tengah, kita bisa mengetahui bahwa


ia keturunan keberapa dari keluarga besar yang bersangkutan.

4) Harapan
Huruf Ketiga merupakan nama yang bersangkutan. Nama yang
diberikan biasanya merupakan harapan Orang Tua pada Anak yang
dilahirkan, sebagai contoh kita mengharapkan ia pandai bisa diberi
nama Beng ( 阿明 ), jika mengharapkan kaya bisa diberi nama Fu ( 阿
福 ) dan lain – lain.

Nama kecil atau panggilan sehari – hari pada saat ia kanak – kanak
diberi kata A didepan namanya menjadi Abeng, Afu, dan seterusnya,
lama – lama nama ini menjadi panggilan akrab sehari – hari seperti
Ahok ( 阿学 ) mantan Gubernur DKI.

b. Ganti nama

Orang Tionghoa di Indonesia sejak tahun 1972 dianjurkan untuk


memakai nama yang lazim sebagai orang Indonesia atau sesuai nama
Etnis masyarakat di lingkungannya.

Dalam upaya melestarikan identitas Marga, diambil nama yang lafalnya


mirip dengan bahasa aslinya sebagai contoh : Marga Lim diganti menjadi
Halim, Salim, Haliman, Taklim, Nursalim, Limawan, dan lain – lain.
172 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Sertifikat nama orang Tionghoa

Perkumpulan Marga sebagai Lembaga Adat dapat mengeluarkan


Sertifikat nama Tionghoa sebagai dokumen identitas bukti diri ke–
Tionghoa–an, mungkin sewaktu – waktu diperlukan untuk berkomunikasi
dalam lingkungan masyarakat Tionghoa di dalam maupun di luar negeri.

Bila Marga tersebut belum mempunyai Organisasi, dapat diterbitkan


Sertifikat oleh PSMTI Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ( 印华
百家姓协会 ).

Catatan :
Ada kejadian, seorang Tionghoa pergi ke Australia, kecelakaan dan
meninggal disana. Atas permintaan keluarga yang bersangkutan PSMTI
membuat rekomendasi bahwa ia adalah orang Tionghoa dengan nama
dan Marganya.

Maka dia dilayani acara pemakaman yang baik oleh komunitas orang
Tionghoa di Australia

d. Panggilan

Struktur kekeluargaan dalam masyarakat Tionghoa merupakan suatu


Kekerabatan yang harmonis, akrab, saling menghormati, menghargai
serta suatu pengakuan.

Apabila kita memperhatikan panggilan yang diucapkan antara beberapa


orang Tionghoa, maka kita dapat mengetahui hubungan kekerabatan
antara mereka.

Panggilan yang berlaku dikalangan masyarakat Tionghoa telah terjadi


perubahan dari masa ke masa, ada kemungkinan karena perbedaan
Dialek atau Persepsi, hal ini disebabkan tata cara panggilan jarang ada
tulisan yang baku yang bisa dijadikan pedoman.

Panggilan dikalangan Tionghoa di Pulau Jawa, dipengaruhi oleh dialek


Hokian, sedang di Pulau Kalimantan dipengaruhi dialek Hakka

Cara panggilan yang dicantumkan dibawa ini diharapkan bisa dipakai


Budaya Tionghoa Indonesia 173

Gusdur Presiden Ke – 4 Republik Indonesia dalam suatu Pidato tahun 2008 mengatakan
bahwa Nenek Moyangnya adalah orang Tionghoa ber Marga Tan ( 陈 )

sebagai pedoman, agar ada keseragaman, bisa disesuaikan karena beda


dialek.

Orang Tionghoa di Indonesia memberi nama diri Owe ( 我 ), sama artinya


dengan saya. Asal kata Owe dari bahasa Hokkian tergolong halus dan
sopan.

Kata panggilan Lu (Kamu) dan Gue (Saya) sering didengar dikalangan


anak – anak di Jakarta, bahkan orang dewasa dalam kehidupan sehari –
hari panggilan ini terkesan agak kasar tetapi akrab.

Isteri menyapa suaminya Ko atau Engko ( 哥 哥 ), suaminya menyapa


istrinya bisa namanya, kadang – kadang kita dengar saling memanggil
dengan Papa, Mama, berarti ia mengikuti panggilan dari anak – anaknya.

Menyapa kakak laki – laki Engko, kakak paling tua Ko De ( 大哥 ) (Engko


yang paling gede), menyapa Engko yang nomor 2 disebut Jiko ( 二 哥 ),
ketiga Sako ( 三 哥 ) dan seterusnya, bisa juga disambung dengan nama
Ko Akong ( 阿公哥 ), Ko Eng Tek ( 德哥 ) dan seterusnya.

Menyapa istri dari saudara laki – laki disebut Enso ( 嫂 嫂 ), bisa juga
disambung namanya Enso Lili ( 阿丽嫂 ), atau A Lan So dan seterusnya.
174 Budaya Tionghoa Indonesia

Menyapa kakak perempuan Enci ( 姐 姐 ) yang paling tua Cide, bisa


menyapa dengan menyambung namanya Enci Wati, Enci Ani.

Menyapa suami dari kakak perempuan Ci Hu ( 姐 夫 ), bisa disambung


dengan namanya seperti Ci Hu Hok An ( 和安姐夫 ), Ci Hu En Tek ( 恩德
姐夫 ), dan seterusnya.

Menyapa adik laki – laki Titi ( 弟弟 ) istrinya Tiso ( 弟嫂 ) adik perempuan


Meme ( 妹妹 ) pada suaminya Me Fu ( 妹夫 ).

Menyapa kakak laki – laki dari ayah Empe ( 伯伯 ), menyapa istrinya A –


em ( 伯姆 ). Menyapa adik laki – laki dari ayah Cek (En – Cek) Shu ( 叔叔 ),
menyapa istrinya Cim (Encim) Shen ( 婶婶 ).

Menyapa kakak atau adik laki – laki ibunya Eng Ku ( 舅 )dan pada istrinya
Eng Kim ( 妗 ).

Menyapa kakak atau adik perempuan ayahnya sendiri Ku – Ku atau O O


(Gu Gu 姑姑 ), suaminya Ko Tio (Gu Zhang 姑丈 ).

Menyapa kakak atau adik perempuan ibunya Yi Yi ( 姨 姨 ), pada


suaminya Itio Yi Zhang ( 姨丈 ).

Menyapa kakek Eng Kong atau A Kung Gong Gong ( 公 公 ) menyapa


nenek Emak atau Popo ( 婆婆 ).

Menyapa kakak atau adik dari generasi kakek – nenek, adalah sama
dengan panggilan oleh ayah dan ibunya, dengan menambah Kong atau
Po saja, sebagai contoh Thio Kong, Pe Kong, Ipo, Kupo dan seterusnya.

Menyapa keponakan dari saudara laki – laki dengan Thang ( 堂 ), bila


lebih tua Tang Ko ( 堂 哥 ) atau Thang Cie ( 堂 姐 ), bila lebih muda
disapa Thang Tie ( 堂弟 ), Thang Mei ( 堂妹 ), istrinya Thang So ( 堂嫂 ),
suaminya Thang Fu ( 堂姐夫 ).

Menyapa keponakan dari saudara perempuan Piaw Ko ( 表哥 ) atau Piaw


Cie ( 表姐 ), lebih muda Piaw Tie ( 表弟 ) atau Piaw Mei ( 表妹 ), istrinya
Piaw So ( 表嫂 ), suaminya Piaw Fu ( 表夫 ).

Menyapa Besan (Ayah dan Ibu dari Menantu) yang laki Cinko ( 亲 家 )
yang perempuan Cin Mei ( 亲姆 )
Budaya Tionghoa Indonesia 175

BAB 22.
WARISAN

Tiap Etnis ada tata cara pembagian harta benda warisan, bila orang
tuanya meninggal, warisan diberikan pada istri dan anak – anaknya, bila
istrinya kemudian meninggal, harta bendanya kembali diwariskan pada
anak – anaknya.
176 Budaya Tionghoa Indonesia

Hal warisan sering menimbulkan masalah diantara para ahli warisnya,


khususnya apabila orang tuanya meninggal secara mendadak. Dimana
belum sempat mempersiapkan segala sesuatu termasuk Surat Wasiat
yang mengatur Warisan.

Pada prinsipnya harta yang diperoleh seseorang adalah hak dari


pemiliknya, karena ia memperoleh dengan susah payah seumur hidup
bersama istrinya yang mendampinginya sejak muda.

Maka pembagian warisan bagi orang Tionghoa biasanya memakai


pedoman sebagai berikut :

- Seorang ayah meninggal, maka harta yang ditinggalkan diwariskan


pada istrinya yang dinikahi sejak muda, kecuali sudah diaturnya pada
suatu Surat Wasiat.

- Apabila istrinya meninggal, maka harta diwariskan dibagi rata pada


semua anaknya, baik laki – laki maupun perempuan, baik yang masih
gadis maupun yang sudah menikah.

- Warisan untuk istri kedua (karena istri pertama meninggal), maka ia


menerima warisan besarnya sama dengan bagian yang diwariskan
pada anak – anak.

- Anak angkat pada dasarnya tidak mempunyai hak waris, kecuali


diberikan khusus oleh pewaris, antara lain memakai Marga Ayah nya
dan namanya dicantumkan dalam Akta Adopsi, atau secara tradisional
diukir pada Nisan Ayah Angkatnya.

- Tata cara pembagian ini adalah pedoman yang bersifat umum,


tentunya masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk adat
istiadat Sub Etnis yang bersangkutan, hubungan ahli waris selama
masih hidup bersama pewaris, juga bagaimana Surat Wasiat yang
ditulis oleh pewaris secara sah.
Budaya Tionghoa Indonesia 177

Catatan :
1) Nama – nama Anak Cucu yang dicantumkan pada Nisan orang yang
sudah meninggal diakui sebagai anak dan berhak dapat warisan orang
yang meninggal.

Sebab pada saat Prasasti dibuat, sudah atas persetujuan semua


Anggota Keluarga. Nama – nama yang dicantumkan pada Nisan
Makam itu sesuai dengan pemberitahuan Duka Cita yang biasa
dicantumkan pada Surat – surat Kabar

2) Orang Tionghoa lebih memperhatikan anak perempuannya, khawatir


diperlakukan sewenang – wenang oleh keluarga suaminya, untuk itu
perlu diwarisi sesuatu yang memadai untuk anak perempuannya.

Pada zaman sekarang, Orang Tua berpesan pada anak perempuannya


supaya menguasai 4 hal.

- Sekolah setinggi – tingginya, agar bisa mencari nafkah apabila terjadi


sesuatu yang tidak diinginkan.
- Belajar Ilmu Diri
- Bisa Renang dan mengemudi mobil
178 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 179

BAB 23.
BAHASA DAN AKSARA

Suatu hal yang unik, bahwa orang Tionghoa mempunyai ratusan Bahasa
Daerah atau bahasa Sub Etnis, tetapi Aksara nya sama, bahkan orang
Korea dan Jepang bisa mengenali Aksara huruf Bahasa Mandarin.
180 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Bahasa

Orang Tionghoa di Indonesia sehari – hari menggunakan Bahasa Daerah


dimana dia dilahirkan. Komunikasi yang agak formal sesama orang
Tionghoa menggunakan Bahasa Indonesia.

Sesama orang Tionghoa sesama Sub Etnis sering menggunakan Bahasa


Daerah seperti bahasa Hakka, Kong Hu, Hokian dan lain – lain, generasi
muda pada umumnya menggunakan bahasa Mandarin. Bahasa yang
resmi digunakan untuk Pidato dan pembicaraan yang formal, atau antar
Sub Etnis yang berbeda juga memakai Bahasa Mandarin.

b. Aksara

Orang Tionghoa menulis dengan Aksara satu persatu yang mempunyai


Karakter tersendiri, semua Etnis Tiongkok dapat membaca dan mengerti
artinya, walau bunyinya berbeda sesuai Dialek masing – masing.

Seorang dapat membaca buku atau tulisan dalam bahasa Mandarin


setidaknya bisa mengenali 500 Karakter, karakter ini berkembang dari
gambar sejak 4000 tahun yang lalu, sampai masa kini dikenal juga dengan
Simplify Chinese Carakter.

Contoh diambil dimana huruf yang sama dibaca oleh Suku yang berbeda,
bunyi nya menjadi beda.

字 Indonesia Mandarin Hokian Hakka Tiao Ciu Khonghu


我 Saya Wo Gua Ngai Gua Ngo
吃 Makan Zhe Tjiak Sik Tjiak Sek
饮 Minum Yin Lim Yim Lim Yam
水 Air Sue Tjui Sui Tjui Shue
太阳 Matahari Thai Yang Rit Tau Niet Tiau Jit Tau Thai Yong
月亮 Bulan Yue Liang Ge Niu Niet Kong Ge Niu Niet Kong
星星 Bintang Sing Xing Che Sei Seng
Budaya Tionghoa Indonesia 181

Perkembangan Karakter Zaman ke Zaman

Matahari

Mata

Pohon

Gunung

Kuda

Pisau

Ikan

Pintu

Contoh terbentuknya Kata Sifat

Pisau 刃 Pisau sudah mau menusuk hati,



Hati 心 artinya Sabar

Perempuan 女 Perempuan sayang Anak



Anak artinya 子 Baik

Matahari 日 Bulan dan Matahari



Bulan artinya月 Terang

Perempuan 女 Perempuan yang kerjanya


妈 Kuda 马 seperti Kuda artinya Ibu

Hutan 林 Tuhan memberi petunjuk


禁 Satu 一 tentang satu pohon yang ada
Tuhan 示 dalam Hutan artinya Dilarang
182 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Kaligrafi ( 書法 )

Bahasa Tionghoa yang tertulis disamping sebagai sarana komunikasi, juga


merupakan karya seni yang indah serta menunjukan tingkat pendidikan
dan pengetahuan orang yang menulis tulisan – tulisan yang indah ini,
Kaligrafi ditulis diatas kertas khusus, ditulis dengan sejenis kuas ( 毛筆 )
dan Tinta Hitam yang terbuat dari semacam arang halus dicampur air ( 墨 ).

Kaligrafi biasanya menampilkan Harapan, Perasaan, Pujaan, Nasihat,


Kepribadian dan Syair.

Seseorang biasanya menulis Kaligrafi sambil berdiri disaksikan para penggemarnya

Kaligrafi biasanya digantung diruangan ditempat yang menyolok sebagai


kebanggaan dan kepribadian pemilik rumah dan ditempat tertentu
seperti Kantor, Aula atau tempat Latihan Pendidikan dan lain – lain.

Ada ungkapam bahwa Kaligrafi adalah Tarian Tinta dan Garis Seni Kata,
Musik tanpa Suara, Gambar tanpa Warna.

Artinya : Jangan pernah lupakan Budi Baik


dari Guru – guru kita.
Artinya : Tahun 2016 adalah
Tahun Kuda
Budaya Tionghoa Indonesia 183

BAB 24.
BUSANA

Busana merupakan salah satu lambang Etnisitas yang sangat penting.


Merupakan eksistensi orang Tionghoa sebagai salah satu Suku Bangsa
Indonesia.

Busana yang seharusnya ada adalah Busana khas Tionghoa Indonesia


yang serasi dengan busana yang lazim dipakai oleh Suku – suku Bangsa
Indonesia lainnya.
184 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Pakaian Adat Kebesaran

Pakaian ini dipakai pada acara Adat Resmi seperti Pemberian Gelar atau
Jabatan yang berkaitan dengan Adat.

Untuk Remaja digunakan pada Barisan Bhineka Tunggal Ika dalam


Perayaan Hari Kemerdekaan atau hari – hari besar lainnya.

Bentuk yang cocok untuk orang Tionghoa Indonesia masih harus


didiskusikan oleh para Pimpinan Organisasi Tionghoa. Ada usulan
sebagaimana gambar ini.

b. Pakaian Upacara

- Untuk pria berbentuk Safari lengan panjang, Kerah berdiri dengan


Kancing yang terbuat dari kain atau Kancing yang dibungkus dengan
Kain, Bahan dari Wol seperti untuk membuat Jas, warna disesuaikan
dengan keperluan, bagian kiri dan kanan Kemeja dibelah. Pada
Kerah Lengan diberi bis dengan warna tertentu, Merah untuk pesta
kebahagiaan, Biru untuk kedukaan, Kuning untuk pesta resmi, Putih
untuk keperluan biasa.
Budaya Tionghoa Indonesia 185

- Untuk Wanita memakai Kebaya Encim dibordir pada bagian depan


bawah dan tangan. Sarung Pekalongan yang halus, Peniti Emas
bermotif bunga – bunga, Sabuk logam Emas atau stagen dari kain
untuk ikat pinggang dan memakai atau tanpa Sanggul (Konde).

c. Pakaian Pernikahan

Sampai saat ini belum ada pakaian khas Tionghoa untuk acara
pernikahan yang disepakati, para muda mudi lebih menyukai berpakaian
model Barat, dengan diberi nuansa merah pada hiasan tutup kepala dan
Bunga Tangan, Dasi, Sarung Tangan atau Bunga di dada yang berwarna
Merah atau Pink
186 Budaya Tionghoa Indonesia

d. Pakaian Resmi

- Untuk Pria sama dengan pakaian upacara, perbedaannya adalah baju


bagian atas tersebut dari bahan Sutra atau kain batik.

- Untuk Wanita memakai baju Encim dengan Kebaya dari rajutan,


Sarung Pekalongan, peniti Perak, sabuk dari bahan logam Perak.
Budaya Tionghoa Indonesia 187

e. Pakaian Harian

- Untuk pria sama dengan pakaian resmi tetapi dengan bahan Katun
atau Batik dengan motif ke-Tionghoa-an seperti Naga, Macan dan
lain – lain. Blus atau Rok bagian kiri dan kanan yang membelah atau
seperti gambar yang tertera ini.
188 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 189

BAB 25.
PENGOBATAN TRADISIONAL

Menurut pola pikir Tradisional orang Tionghoa, sakit karena faktor luar
dan dalam, yaitu :

1. Faktor dari luar, Kuman dan Racun


2. Faktor dari dalam, Jatuh, Luka, Terpukul dan lain-lain
3. Kelemahan Organ Tubuh
4. Keseimbangan Yim dan Yang
5. Sistim Saraf Akupuntur dan lain-lain.
190 Budaya Tionghoa Indonesia

Sistim Pengobatan Tradisional Tionghoa berbeda dengan sistim yang


dianut orang Barat. Cara pengobatan Tradisional ini sudah berusia lebih
dari 2000 tahun, saat ini pengobatan Tradisional sudah mulai dikenal dan
menjadi bahan studi ahli – ahli pengobatan Barat.

Hal menonjol yang membedakannya adalah pengobatan Tradisional


Tionghoa menggunakan Bahan obat – obatan Herbal, yang dapat
mengurangi efek samping. Banyak penyakit bisa diobati tanpa operasi,
biaya pengobatan menjadi lebih murah.

Kesehatan seseorang terganggu antara lain karena terganggunya


keseimbangan antara Yim dan Yang, maka pengobatan dan kesembuhan
secara tuntas harus memperbaiki faktor yang mengganggu keseimbangan
tersebut. Maka untuk menjaga kesehatan harus memelihara
keseimbangan Yim dan Yang dalam tubuh.

Sebagai contoh: Dalam otak manusia, ada bagian yang bersifat Yang
(bagian Depan) dan ada bagian yang bersifat Yim (bagian Belakang) bila
keseimbangannya terganggu, yatu bagian Depan lebih dominan dari
bagian Belakang, bisa menyebabkan sakit kepala.

Ada istilah bahwa “Satu obat untuk berbagai Penyakit” hal ini bisa terjadi
karena obat tersebut memperbaiki keseimbangan yang terganggu apabila
keseimbangan kembali normal, sakitnya pun sebelah.
Budaya Tionghoa Indonesia 191

Dengan meraba denyut nadi dipergelangan tangan, Tabib yang biasa


disebut Sin Se ( 中医生 ) dapat mengetahui penyakit dan keluhan pasien,
hal ini disebabkan Nadi adalah tempat peredaran darah dari Jantung,
pada saat Darah melintasi organ tubuh yang sakit, bisa dideteksi fungsi
Organ tersebut, bahkan bisa mengetahui bila orang tersebut sedang
Hamil.

Denyut nadi dikenal ada 20 macam, dimana setiap denyut Nadi itu
menggambarkan kondisi organ tubuh orang tersebut dan penyakit yang
diderita.

Denyut nadi Tangan Kiri untuk mendeteksi penyakit gangguan fungsi


Jantung, Ginjal dan Hati, Empedu, dan sebagainya. Sedangkan Tangan
Kanan untuk mengetahui gangguan pencernaan, Paru – paru, dan
sebagainya. Setelah diketahui penyakitnya diberi resep untuk membeli
obat berupa jamu di toko obat yang khusus menjual Obat Tradisional.

Metode lain adalah Akupuntur dengan cara menusuk simpul – simpul


tertentu dengan Jarum, dengan cara ini saluran Darah dan Simpul –
simpul Syaraf yang kaku dapat lancar kembali, dapat menormalkan fungsi
Organ tubuh dan menghilangkan rasa sakit.

Penyakit yang dapat diobati melalui Akupuntur ini meliputi berbagai


penyakit, baik penyakit luar maupun penyakit dalam, gangguan Syaraf,
Stress, bahkan Imunisasi dan Anastesi.

Toko Obat
192 Budaya Tionghoa Indonesia

Terapi Akupuntur

Disamping itu juga dikenal berbagai metode pijat untuk patah tulang,
refleksi dan lain – lain, sudah dikenal berbagai kalangan, karena
mempunyai kemampuan memperbaiki otot dan urat yang terkilir sampai
memperbaiki tulang yang patah.

Ada obat – obatan yang sudah terkenal dan mempunyai reputasi


yang baik, misalnya Ankung ( 安 宫 ) Niu Huang Wan ( 牛 黄 丸 ) untuk
mengobati stroke dan Pien Tze Huang ( 片 仔 癀 ) sebagai Antibiotik,
Yunan Pai Yao ( 云 南 白 药 ) untk menghentikan pendarahan dan lain –
lain.

Bagi wanita yang sering gugur kandungan ada obat An Thai ( 安 胎 ),


yang terbukti sangat manjur, anak yang dilahirkan juga sangat sehat,
setelah melahirkan ada obat Sen Hoa Tong ( 生化汤 ), sangat baik untuk
memulihkan kondisi ibu yang baru melahirkan.

Catatan :
Masalahnya saat ini bahwa ada Bahan Baku obat Tradisional yang
merupakan tumbuh – tumbuhan dan organ Binatang sudah sangat
langka, pengambilan untuk keperluan pengobatan secara massal bisa
mengganggu kelestarian Alam, antara lain seperti Empedu Beruang
Madu, Empedu Tringgiling dan Ular Berbisa, Akar Ginseng dan lain – lain,
Budaya Tionghoa Indonesia 193

maka orang mulai mencari bahan alternatif sebagai pengganti, akibatnya


tidak mempunyai khasiat yang diharapkan.

Contoh : Pengobatan Tradisional yang sederhana, apabila digigit


Kelabang atau Kalajengking, obatnya adalah Ludah (Liur) Ayam Jantan
digosok ditempat yang digigit, cara mengambil Ludah Ayam tersebut
dengan menggunakan Bulu Ayam di masukan pada mulut Ayam.
194 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 195

BAB 26.
ILMU BELA DIRI

Penulis mengajak tiap anak baik laki – laki maupun perempuan


belajar ilmu Bela Diri, agar bisa menghindari orang – orang yang akan
menganiayanya, kalau perlu mampu melumpuhkan orang yang berniat
menganiaya kita.

Ilmu Bela Diri bisa untuk memelihara kesehatan, memupuk percaya diri
dan daya juang serta untuk menimbulkan keberanian.
196 Budaya Tionghoa Indonesia

Wushu ( 武 术 ) adalah Ilmu Bela Diri versi Tiongkok, berkembang dan


sangat terkenal ketangguhannya di seluruh dunia. Wushu sudah menjadi
cabang Olah Raga resmi KONI untuk dipertandingkan.

Ilmu Bela Diri ini dibawa oleh tokoh – tokoh Persilatan ke Daerah
Perantauan dengan mendirikan Perkumpulan – perkumpulan Wushu.
Di Jakarta pada tahun 50 an yang terkenal adalah Perkumpulan Wushu
Lauw Banteng, Perkumpulan Wushu Sinse Yang dan lain – lain. Juga kita
kenal aliran Siau Lin Sie ( 少 林 寺 )dan berkembang ilmu bela versi diri
Santung ( 山东 ), Wai Tang Kung ( 外丹功 ), Chi Kung ( 气功 ), Thaici ( 太
极拳 ) dan lain – lain.

Ilmu Bela Diri dengan tangan kosong ada beberapa cabang yang berbeda
satu dengan yang lain :

- Kekuatan / Keras
- Kecepatan
- Kelenturan
- Tenaga Dalam / Pernafasan

Disamping tangan kosong, ilmu bela diri yang terkenal juga menggunakan
Pedang, Tombak, Tongkat pendek dan panjang, juga menggunakan
senjata – senjata yang dilempar dari jarak jauh. Serta Ilmu Totok Syaraf
yang dapat melumpuhkan lawan.
Budaya Tionghoa Indonesia 197

Posisi kuda-kuda yang rendah

Tendangan yang tinggi dan lurus tidak mudah


198 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 199

BAB 27.
KULINER

Makan bagi Orang Tionghoa sangat penting ada ungkapan orang


Tionghoa bahwa semua masalah bisa dibicarakan dan diselesaikan di
Meja Makan, banyak makan sedikit bicara.

Orang Tionghoa menyatakan minta maaf pada sahabatnya, biasanya


dengan mengundang makan, jika sahabat tersebut mau datang dan
makan bersama, maka kesalahannya telah dimaafkan sepenuhnya.

Makanan orang Tionghoa berupa Snak, Kue, Bekal, Makanan Harian,


Makanan yang diawetkan, juga ada makanan yang halal bagi kaum
Muslim dan Hindu / Budha serta untuk kaum Vegetarian.
200 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Jenis Makanan yang khas

- Snak berupa Kue Satu, Kue Semprong, Kue Mangkok. Kue Cucur,
Ronde dan lain – lain.
- Makanan untuk bekal: Bacang, Bakpau dan lain – lain.
- Makanan harian, biasanya dimasak beberapa saat sebelum
dimakan, dihidangkan dalam keadaan masih panas.
- Makanan yang diawetkan : Telur Asin, Sayur Asin, Dendeng, Sosis
dan lain – lain.
- Makanan halal dimasak tanpa mengandung Babi yang diharamkan
untuk kaum Muslim, atau mengandung daging Sapi atau Kerbau
yang haram untuk kaum Budha Sekte tertentu.
- Makanan untuk kaum Vegetarian atau kaum Pecinta Binatang.

b. Makanan yang sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia,


bahkan menjadi makanan sehari – hari.

- Mie Bakso
- Siomay
- Berbagai jenis Snak dan Kue.
- Lontong Cap Go Meh
- Bakpau.
- Tahu
- Taoge, Caisim dan lain – lain.

c. Makanan Biasa

Masakan orang Tionghoa pada umumnya mengandung minyak atau


daging Babi, Babi dianggap suatu Binatang yang diciptakan untuk
dikonsumsi, tidak bisa bekerja membantu manusia.

d. Makanan Halal dan Vegetarian

- Banyak Resto terkenal di Indonesia menyajikan makanan Tionghoa


yang Halal untuk kaum Muslim dan sudah menjadi Resto yang
populer bagi semua orang, seperti Mie GM, Solaria dan sebagainya.
- Ada Resto yang menyajikan makanan dalam bentuk Daging, Udang,
Ikan baik rupa maupun rasa, tetapi semua terbuat dari terigu atau
Budaya Tionghoa Indonesia 201

bahan lainnya yang halal dari tumbuh – tumbuhan, harganya lebih


mahal dari yang asli.

e. Makan yang Mewah

Ada beberapa jenis hidangan yang dikonsumsi secara terbatas karena


langka dan mahal harganya antara lain seperti :

- Sarang Burung Walet


- Sirip Ikan Hiu
- Telapak Kaki Beruang
- Tripang / Haisom
- Abalon
- Jenis Kerang tertentu
- Kepiting Kutub
- Daun Ginseng
- Ikan Napoleon dan lain – lain.

Makanan – makanan ini sekarang sebagian tidak dijumpai lagi, karena


termasuk Hewan yang dilindungi oleh Pemerintah diberbagai Negara

f. Tata Cara Hidangan

- Makanan disajikan diatas meja yang bulat tiap meja 8 orang sampai
12 orang dan bisa berputar.
- Tiap meja ada petugas yang melayani
- Hidangan pembuka biasanya berupa makanan kecil seperti Kacang,
Gorengan dan lain – lain.
- Kemudian makanan dingin, terbuat dari berbagai jenis daging dan
sayur.
- Makanan berikutnya diusahakan kombinasi yang terdiri dari yang
digoreng dan direbus, yang asin dan manis, Binatang Darat seperti
Sapi, Kambing, Babi, yang di Udara seperti Burung Dara, Ayam,
Bebek, ada yang dari Laut seperti Ikan, Udang, Kepiting dan lain –
lain.
- Aneka Sop
- Ada Nasi, Mie, Bihun, atau Kwetiau, berarti jamuan akan segera
berakhir.
202 Budaya Tionghoa Indonesia

- Diadakan Tosh : Biasanya dengan Anggur Merah, kalau tidak bisa


minum Alkohol, bisa diganti dengan Teh.
- Terakhir makanan yang manis, bisa berupa Puding, Buah – buahan
atau Es Krim yang penting manis ( 甜添 ) agar rejeki bertambah.

g. Tamu Harus Kenyang

Pihak yang mengundang jamuan makan, harus menjamin bahwa


tamunya puas dan kenyang, hal ini dibuktikan bahwa makanan yang
dihidangkan harus ada yang sisa, jika habis berarti tamunya masih
merasa kurang, harus segera ditambah dengan jenis yang sama. Kalau
menjamu tamu sampai makanan kurang, sangat memalukan

h. Menghindari Perasmanan

Orang Tionghoa wajib menghormati tamu – tamu, khusus jamuan


makan untuk suatu perayaan / pesta diusahakan Makan Meja.

Makan Jalan atau Perasmanan baiknya makan bagi peserta Rapat,


Seminar atau acara dimana makan hanya sebagai pendukung
kegiatan.
Budaya Tionghoa Indonesia 203

i. Menyapa teman atau anak – anak

Saya masih ingat, pada masa kecil, bila bertamu, jumpa dengan Orang
Tua teman, biasanya menanyakan Ce Fan Le Ma ( 吃饭了吗? ) Sudah
kenyang makan belum? ( 吃饱了吗 ?) biasanya tetap disuruh makan,
kalau dirumah tidak ada persediaan, biasanya menyuruh orang untuk
membeli.

Waktu pacaran, saya ajak calon Istri kerumah, Papa sedang makan,
ia mengajak pacar saya makan, saya makan, tapi calon Istri saya tidak
mau makan, Papa saya hatinya kurang senang. Berikutnya saya beri
tahu, kalau diajak makan, makan saja walau sedikit.

j. Filosofi Makan Pakai Sumpit

Orang Tionghoa makan menggunakan Sumpit, saat ini semua


Restauran Tionghoa bahkan Gerobak Mie dipinggir jalan menyediakan
Sumpit, Sumpit sudah digunakan untuk makan ribuan Tahun,
mempunyai filosofi yang perlu kita ketahui :

- Sumpit terdiri dari sepasang harus kerjasama dengan baik.


- Sumpit ukurannya 7, 6 inchi, mempunyai arti 7 perasaan yaitu
Senang, Marah, Sedih, Gembira, Sengsara, Takut dan Kuatir, dan
6 keinginan yaitu dari Mata, Kuping, Hidung, Lidah, Badan dan
Pikiran.
- Cara memakai Sumpit dengan 5 jari berarti 5 unsur Logam / Setia,
Kayu / Cinta Kasih, Air/ Bijaksana, Api / Sopan Santun dan Tanah /
Kepercayaan.
- Sumpit bulat bagian ujungnya, tangkainya kotak, artinya orang
harus punya prinsip, tapi implementasinya harus supel, tidak kaku.
- Cara memakai Sumpit, yang satu bergerak, yang satu harus diam,
demikian juga dalam pergaulan, jika yang satu bicara yang satu
mendengar, yang satu marah, yang satu harus sabar.
204 Budaya Tionghoa Indonesia

Catatan :
- Sumpit tidak boleh diletakkan di meja, harus diletakkan pada
sandarannya berupa keramik kecil.
- Sumpit tidak boleh ditancapkan ke nasi / makanan seperti Hio.
- Sumpit tidak boleh untuk aduk – aduk makanan dan minuman.
- Apa yang diambil tidak boleh diletakan kembali, harus dipindahkan
langsung ke piring atau langsung dimakan.
- Tidak boleh untuk ketok - ketok meja atau piring / mangkok
- Tidak boleh dijilat
Budaya Tionghoa Indonesia 205

BAB 28.
BARONGSAI DAN LIONG

Tari Barongsai sudah menyatu dalam kehidupan Masyarakat Tionghoa.


Suatu Perkumpulan yang besar baik berlatar belakang Sosial maupun
Agama. Biasanya memiliki Kelompok Tari Liong atau Barongsai.

Ada Satuan TNI – AD mempelajari Tari Liong oleh para Prajurit nya,
tujuannya untuk memupuk kerja sama di Satuan mereka. Karena Tari
Liong butuh kerja sama, disiplin dan kepatuhan pada Pimpinan.
206 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Barongsai ( 舞狮 )

Barongsai merupakan Karya Seni yang luar biasa, pada awalnya


mempunyai fungsi mengusir Hewan yang makan tanaman milik Petani
diladang, seperti Jagung, Padi dan lain – lain, juga dipercaya bisa
mengusir kejahatan atau tolak bala.

Saat ini Barongsai telah berkembang menjadi pertunjukan seni yang


tinggi mutunya dan dipertandingkan ditingkat Internasional.

Biasanya Barongsai digelar pada Hari Raya Imlek atau acara Pesta resmi
seperti pembukaan Perusahaan, Ulang Tahun dan acara meriah lainnya.

Perkumpulan Barongsai juga merupakan perkumpulan Wusu ( 武


术 ), karena untuk memainkan Barongsai dengan baik harus didukung
kemampuan Wusu yang tinggi, agar Barongsai mampu melakukan
gerakan mendaki Patok yang tinggi, jalan di atas tambang, meloncat,
berguling dan gerakan lain yang sulit.

Barongsai juga harus mampu mengekspresikan berbagai perasaan dan


emosinya seperti senang, takut, mengantuk, marah dan lain - lain.

Sekarang dikembangkan gerakan menari dengan lagu – lagu Daerah


Indonesia, seperti menari Poco – poco, Gemu Famire dan lain – lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 207

b. Tari Liong ( 舞龙 )

Tari Liong sama seperti Barongsai yang sering dimainkan pada Hari Raya
Imlek atau Hari Bahagia lainnya. Tari Liong melambangkan Kekuatan dan
Kejayaan, karena Liong atau Naga dalam legenda adalah lambang dari
Kerajaan dan Kekuasaan.

Tari Liong diperankan lebih dari 10 orang, dituntut kerjasama yang baik,
agar Liong yang di tarikan terlihat dapat bergerak dengan wajar, lincah
dan hidup.
208 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 209

BAB 29.
PERDAGANGAN, SIPOA DAN BECAK

Orang Tionghoa dimana saja menekuni dunia perdagangan,


menggunakan Sipoa ( 算 盘 ) untuk menghitung jumlah yang dijual dan
harganya secara cepat. Sipoa bisa mengarsipkan sementara setelah
selesai melakukan transaksi.

Prinsip dalam dunia perdagangan :


- Dapat dipercaya baik mutu dan timbangannya
- Hutang harus dibayar
- Pengeluaran harus lebih kecil dari pendapatan, supaya ada yang
ditabung walaupun tidak banyak.

Sampai saat ini di Pulau Jawa dan Sumatera ada alat transportasi rakyat
berupa Becak yang ditarik oleh tenaga Manusia
210 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Perdagangan

Masyarakat Tionghoa di Indonesia secara turun temurun menekuni


dunia perdagangan atau sektor swasta. Kondisi ini tidak lepas dari faktor
sejarah dimasa sejak penjajahan. Belanda memanfaatkan orang Tionghoa
sebagai Pedagang Perantara, menjadi kolektor Hasil Bumi dan Hasil
Hutan di desa – desa, kemudian dikirim ke kota pada Pedagang Besar
yaitu Perusahaan – perusahaan Belanda.

Pedagang Tionghoa membawa bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan


sehari – hari dari Kota untuk Petani di pedesaan, yang kemudian dikenal
sebagai Distributor.

Kondisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini, menyebabkan orang


Tionghoa memahami seluk beluk dunia perdagangan. Setelah Indonesia
Merdeka, posisi orang Tionghoa sebagai pedagang perantara tetap
berlangsung.

Sebagian orang Tionghoa berhasil menjadi Pedagang Besar, dan


melakukan kegiatan perdagangan Ekspor Import.

Kondisi yang membuat orang Tionghoa sukses dalam berdagang


disamping karena faktor sejarah, juga karena dukungan filosofi
masyarakat Tionghoa dalam berdagang antara lain :

- Berpegang teguh kepercayaan dan dapat dipercaya, menempati janji,


khususnya janji untuk membayar hutang, ada ungkapan Sekali kata
janji keluar, empat ekor kuda yang terbaik pun tidak bisa menariknya
kembali
- Bisa mempercayai dan mau membantu rekan usaha, misalnya dalam
permodalan, terutama dalam lingkungan Kerabat atau rekan bisnisnya
yang sudah mempunyai jalinan hubungan yang lama. Ada ungkapan
“Bila diri sendiri ingin tegak, maka bantulah orang lain tegak; Bila diri
sendiri ingin maju, bantulah orang lain maju”.
- Tidak semata – mata mengejar hasil, namun proses yang baik dan
sehat untuk mencapai hasil juga harus diperhatikan. Ada ungkapan
“Kaya dan berkedudukan adalah dambaan setiap orang, namun bila
tidak bisa diraih dengan jalan yang benar, tidak usah diraih”.
Budaya Tionghoa Indonesia 211

- Hemat dalam pengeluaran, pengeluaran tidak melebihi pemasukan.


- Selalu berpedoman pada kekuatan dan realita pasar, mampu melihat
kebutuhan dan selera masyarakat dengan cermat.
- Ulet, sabar dan tidak mudah terlena oleh keberhasilan kecil, yang
menyebabkan keberhasilan besar terlepas.

Ada pepatah yang berbunyi “Kuda tidak bisa gemuk bila tidak makan
rumput dimalam hari”, maksudnya adalah anjuran agar orang bekerja
keras sampai berhasil. Namun oleh sementara orang, Pepatah ini
ditafsirkan bahwa bila ingin kaya, harus ada rejeki nomplok, walau untuk
pencapaiannya harus menempuh jalan yang penuh resiko.

Warung Baba di Kota – kota kecil menjual Beras, Minyak, Arang, Kayu
Bakar Kopi, Gula sampai barang – barang yang kecil seperti Benang,
Peniti, Jarum

Profesi ideal masyarakat Tionghoa bukanlah jadi Pedagang. dalam


hierarki masyarakat Tionghoa, profesi sebagai Pedagang berada ditingkat
yang terendah. Urutan hierarkinya dalam Sosial Kemasyarakatan
Tionghoa adalah :

1) Cendikiawan dan Pejabat


2) Profesional, para Ahli dan Ilmuwan
3) Petani atau Produsen
4) Pekerja
5) Pedagang.
212 Budaya Tionghoa Indonesia

Hierarki diatas kemudian menjadi semakin kabur akibat pengaruh


Materialisme, orang lebih menghargai merekayang kaya raya ketimbang
kaum Cerdik Pandai dan orang Bijak yang miskin. Penghargaan ini terus
menjadi berlebihan, tatkala dikatakan bahwa semua dapat dibeli dengan
uang, termasuk Jabatan dan Kehormatan.

b. Sipoa ( 算盘 )

Para pedagang orang Tionghoa dalam hal menghitung menggunakan


Sipoa, fungsinya seperti kalkulator sekarang.

Pada tahun 1950 an di sekolah ada pelajaran menggunakan Sipoa dengan


tangan kiri, tangan kanan dipakai untuk menulis.

c. Becak ( 马车 )

Pada mulanya alat transportasi dikalangan rakyat adalah Gerobak dengan


Sapi sebagai penarik dan Delman dengan penarik Kuda.

Sejak tahun 1914 muncul alat trasnportasi rakyat yang khas di Pulau Jawa
dan Sumatera berupa Becak

Orang Tionghoa sebagai pemilik beberapa Becak disewakan pada


Pengemudi yang kita sebut sebagai Penarik Becak, sebagian dari hasil
upah penerima jasa angkutan Becak dibayarkan kepada pemilik Becak
sebagai uang sewa.
Budaya Tionghoa Indonesia 213

Di Jawa hampir setiap Kota masih terdapat banyak Becak, membuktikan


bahwa Becak sangat berguna untuk angkutan orang dan barang,
mengangkut orang sakit dan lain – lain melalui jalan – jalan yang sempit
dan jarak dekat.

Becak ternyata banyak menyerap tenaga kerja tidak terampil.

Pemerintah setempat berusaha memasang Becak dengan mesin sepeda


motor agar lebih manusiawi
214 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 215

BAB 30.
SASTRA, KESENIAN DAN OLAH RAGA

Tiap Etnis mempunyai Sejarah yang panjang tentang asal usulnya, muncul
Pujangga – pujangga yang berhikmat dan mendatangkan inspirasi,
seperti Pelukis, menciptakan lagu, tarian dan olah raga, kemudian
menjadi identitas Etnis yang bersangkutan.
216 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Sastra

Menurut catatan sejarah, keberadaan orang Tionghoa di Nusantara ini


sudah lebih dari 500 tahun, kedatangannya secara bergelombang dan
yang terakhir terjadi pada awal abad ke – 19.

Sastra dan Kesenian masyarakat Tionghoa yang dibawa dari tanah


leluhurnya terdiri dari 3 golongan

Pertama :
Sastra dan Kesenian yang sudah diadopsi menjadi kesenian Daerah,
tanda – tanda ini bisa kita lihat dari beberapa penampilan kesenian
masyarakat Dayak di Kalimantan, masyarakat Betawi di Jakarta, ada ciri –
ciri yang khas yang berasal dari kesenian Tiongkok.

Kedua :
Sastra dan Kesenian khas masyarakat Tionghoa Peranakan, yang
merupakan campuran dari Sastra dan Kesenian yang dibawa dari Tanah
leluhur dan telah dikawinkan dengan kesenian masyarakat setempat.

Ketiga :
Hasil karya Sastra dan Kesenian yang dibawa secara utuh dari tanah
Leluhur dan diambil hikmahnya.

Pada akhir abad ke – 19, para penulis keturunan Tionghoa telah mulai
mengisi khasanah sastra Indonesia dengan berbagai Novel Saduran,
menyadur dari novel Barat, Timur Tengah maupun dari negeri Tiongkok.

Salah satu nama yang terkenal pada saat itu adalah Lie Kim Hok yang
menulis novel saduran Sobat Anak – anak pada tahun 1884, kemudian
menulis Seribu Satu Malam yang terkenal itu. Selanjutnya sampai dengan
tahun 1960, begitu banyak novel, cerita, naskah sandiwara, cerita silat,
hikayat kerajaan, sejarah dan puisi - puisi yang ditulis oleh pengarang
keturunan Tionghoa.

Beberapa penulis yang cukup terkenal bisa dicatat antara lain yang
telah menulis beberapa novel yang digemari seperti Tjerita si Riboet
dan Boenga Mengandoeng Ratjoen karangan Tan Boen Kim pada tahun
1917. Boenga Roes dari Tjikembar karangan Nio Joe Lan padatahun 1927,
Budaya Tionghoa Indonesia 217

drama di Boven Digul karya Kwee Tek.

Kesastraan masyarakat Tionghoa yang khas berkembang dengan baik


sampai 1965 dalam bentuk cerita – cerita pendek, puisi – puisi, saduran,
dan karangan Cerita Silat yang banyak disukai penggemarnya antara lain
: Sampek – Engtay, Si Djin Koei, dan lain – lain. Penulis cerita silat yang
terkenal Kho Ping Ho dengan karyanya yang cukup banyak.

Setelah tahun 1965 tidak banyak buku yang diterbitkan secara khas
sebagai kesusastraan Tionghoa Indonesia, karya – karya yang ada bersifat
kesastraan Indonesia pada umumnya.

Sejak gerakan Reformasi 1998, telah banyak dijual buku – buku saduran
dari cerita – cerita yang berasal dari Tiongkok, seperti Sam Kok, Sie Yu Ci,
bahkan buku – buku tentang Hong Sui dan 12 Shio telah beredar ditoko –
toko buku.

Novel – novel yang mengambil latar belakang kehidupan keluarga dan


masyarakat Tionghoa masih jarang ditulis, ada sebuah buku Ca Bau Kan
karangan Remy Silado yang cukup menarik.

Kita mengharapkan para penulis novel Tionghoa bisa menulis buku


– buku yang bermutu yang mengambil latar belakang kehidupan
masyarakat Tionghoa yang berada pada strata menengah dan bawah,
baik dalam bentuk Novel maupun Cerpen, Sinetron dan Film, agar
Bangsa Indonesia lainnya bisa mengenal dan memahami kebiasaan dan
kehidupan orang Tionghoa dengan lebih baik.

b. Kesenian

Corak kesenian yang menjadi kesenian masyarakat Tionghoa di Indonesia


agak terhambat. Hal ini disebabkan adanya larangan mengapresiasikan
Budaya Tionghoa pada Era Orde Baru.

Expresi seni merupakan kebutuhan yang mendasar, maka kekosongan itu


oleh masyarakat Tionghoa diisi oleh seni dari Dunia Barat dan Tiongkok,
Hongkong dan Taiwan, baik berupa Musik, Nyanyian, Tarian, Pertunjukan
Teater, Sinetron, Film, Kerajinan Tangan, Lukisan, Busana bahkan Upacara
Pernikahan, peringatan Ulang Tahun menggunakan Tata Cara Barat.
218 Budaya Tionghoa Indonesia

Kita mengharapkan Seni Tari, Wayang Orang, Wayang Po Te Hi dan seni


musik lainnya bisa dihidupkan kembali sebagai expresi budaya Etnis yang
dapat memperkaya khasana Budaya Nasional Indonesia, khususnya seni
dan Budaya yang khas masyarakat Tionghoa, seperti pada Era masa yang
lalu, seperti pelukis Lie Man Foeng (1913 – 1988), bintang layar lebar Fifi
Yoeng, Tan Ceng Bok, A Teng, sutradara Stave Lim Teguh Karya bercorak
budaya khas Tionghoa Peranakan.

1) Musik
Perangkat musik orang Tionghoa Ku Ceng ( 古 筝 ) masih banyak
penggemarnya sampai saat ini.

2) Wayang Orang
Wayang Orang disebut Cing Ci ( 京 剧 ) , jenis Wayang Orang
menampilkan cerita – cerita klasik.
Budaya Tionghoa Indonesia 219

3) Wayang Potehi ( 布袋戏 )


Menampilkan pertunjukan wayang berupa Boneka, digerakan dengan
tangan atau dengan tali.
220 Budaya Tionghoa Indonesia

4) Pakaian Penari Yapong orang Betawi


Betawi berasal dari kata Batavia nama Kota yang diberikan Penjajah
Belanda pada tahun 1621, Kota yang kita kenal sebagai Jakarta,
Penduduk kota ini disebut sebagai suku Betawi adalah hasil
pembauran Budaya antara suku Sunda, Jawa, Melayu, Belanda,
Tionghoa dan Arab.

Orang Betawi menyapa temannya Lu ( 你 ) , Gua ( 我 ) ,


menyapa kakeknya Engkong ( 公公 ) dan Emak ( 阿姆 ).

Tari Yapong adalah tari khas Betawi, melihat pakaiannya sangat mirip
dengan pakaian yang dikenakan gadis Etnis Tionghoa pada Zaman
Dinasti Ming ( 明朝 ).

Penari Yapong
Budaya Tionghoa Indonesia 221

5) Tari Cokek di Tangerang


Di Tanggerang kita kenal ada masyarakat Ciben (Cina Benteng)
yaitu masyarakat Tionghoa asal Hokkian ( 福 建 ) yang bermukim di
Tangerang lebih dari 7 generasi, sejak Abad ke 15.

Sampai saat ini, bila ada keluarga yang menikahkan anaknya, sering
mengundang rombongan Kesenian Gambang Kromong dengan
Penari Cokek yang terdiri dari gadis – gadis / ibu – ibu orang Tionghoa
dengan pakaian Kebaya dan menggunakan Cukin (semacam kain
panjang untuk menggendong anak atau membawa barang belanja
dari pasar).

Penari Cokek ini mengundang hadirin yang berkenan untuk turun ke


gelanggang untuk turut menari. Untuk itu Penari menempatkan uang
tip dari yang diajak menari
222 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Lukisan

Seni Lukis Tionghoa mempunyai ciri tersendiri, terutama yang


menggunakan Kertas yang menyerap dan cat air, sebagian besar
menampilkan Bunga, Tumbuh – tumbuhan dan Binatang.

d. Kerajinan Tangan

Karya kerajinan lainnya berupa patung – patung ukir baik dari


batu maupun dari kayu. Rajutan Kain dan sulaman Sutera dengan
menampilkan motif – motif, berupa Bunga, Binatang dan lain – lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 223

e. Olah Raga

- Senam
Pernafasan, Senam Tai Ci, Senam Kipas, dan lainnya

- Loncat Tambang
Olah raga ini berupa gerakan loncat dengan menggunakan seutas tali,
bisa bermain sendiri atau dua orang yang memutar tali tersebut.
224 Budaya Tionghoa Indonesia

f. Permainan

1) Congklak
Digemari oleh anak – anak pada Era tahun 50 an, mungkin saat ini
bisa dimasukan dalam games elektronik.

2) Tien Che
Uang logam yang diikat bulu ayam, cara bermainnya dengan
menggunakan kaki.
Budaya Tionghoa Indonesia 225

3) Gangsing
Gangsing terbuat dari Bambu atau Kayu, diberi Paku Besi agar bisa
berdiri dan berputar, dipertandingkan yang lama mutar nya yang
menang, ada juga Gang Sing yang dibuat sedemikian sehingga bisa
menimbulkan bunyi - bunyi

4) Yoyo
Permainan Yoyo sampai sekarang masih sering kita lihat, bahkan
seorang yang sudah pandai bisa beratraksi dan bermain Yoyo sekaligus
3 buah
226 Budaya Tionghoa Indonesia

5) Layangan ( 风筝 )
Layangan terbuat dari Bambu dan Kertas, saat ini dibuat dari
lembaran Plastik berwarna.

Layangan bisa digunakan untuk bertanding, yang putus yang kalah,


ada juga bertanding keindahan, yang unik dan bagus yang menang

g. Tanaman Bonsai ( 盆栽 )

Bonsai yaitu Tanaman Tua dalam bentuk miniatur, baik ditanam di tanah
maupun menggunakan Pot.

Di Indonesia tanaman Bongsai yang terkenal adalah Cemara Udang dan


Kamboja Fosil.
Budaya Tionghoa Indonesia 227

h. Sui Se ( 水石 )

Sui Se adalah batu – batu alami yang dikikis oleh erosi air atau udara,
melalui proses ribuan tahun akhirnya berbentuk atau menyerupai
Binatang atau orang, batu – batu ini dikoleksi sebagai hiasan di taman
maupun di rumah.

Sebuah Sui Se di Taman Budaya Tionghoa Indonesia – TMII yang menyerupai


Kepala Orang.

i. Merangkai Bunga

Ada tata cara merangkai Bunga untuk berbagai keperluan diletakan


diruang tamu dan kantor
228 Budaya Tionghoa Indonesia

j. Acara Minum Teh

Menyajikan Teh juga mempunyai tata cara tersendiri, menyajikan Teh


untuk Orang Tua, Mertua dan orang yang kita hormati.

Tata cara minum teh untuk memperingati hari – hari tertentu atau
sekedar untuk ngobrol – ngobrol dengan teman.

Perangkat minum Teh tradisional

k. Menyulam dan membatik

Sulaman Tangan dengan motif tertentu untuk Pakaian Encim, Taplak


Meja, atau Asesoris Tradisional.
Budaya Tionghoa Indonesia 229

Membatik oleh orang Tionghoa Peranakan di Pesisir Utara Jawa, dengan


motif Bunga atau Binatang warna lebih cerah dari biasanya ada Batik
yang untuk dipakai siang, malam atau acara kedukaan, untuk gadis muda
atau sudah menikah dan yang dipakai oleh orang tua.

l. Membuat Meubel dengan ukiran

Pengrajin dari Etnis Kong Hu sangat terkenal dalam membuat Meubel


dari kayu, dengan Plitur yang mengkilap seperti dilapisi kaca dan ukiran
yang sangat indah.

Ukiran dari Kayu berkualitas

Ukiran dari Batu Alam


230 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 231

BAB 31.
XIANG QI, CE KI, MA CIANG DAN WEI QI
象棋,棋牌,麻将,围棋

Permainan dalam Budaya Tionghoa untuk mengisi waktu – waktu


senggang atau menghabiskan waktu saat melayat atau tirakatan lainnya
biasanya mengadakan permainan sejenis Catur, Kartu dan lain – lain.

Saat ini jarang dimainkan karena dianggap suatu perjudian yang dilarang
di Indonesia
232 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Xiang Qi ( 象棋 )

Permainan Catur ini hampir serupa dengan Catur yang biasa kita lihat,
perbedaan nya antara lain : ada pembatas antara 2 Negara dan Raja tidak
bisa meninggalkan Ibu Kota nya.

Xiang Qi di Indonesia terhimpun dalam Organisasi PEXI (Perhimpunan


Xiang Qi Indonesia)melalui Organisasi ini Indonesia kerap di undang
untuk mengirim pemain- pemain Xiang Qi dalam event – event
pertandingan Internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi Xiang
Qi Regional maupun Internasional. Prestasinya cukup membanggakan
dan dapat mengharumkan nama Indonesia

b. Ma Ciang ( 麻将 )

Permainan ini digemari orang tua dengan menggunakan biji – biji Ma


Ciang yang terbuat dari kayu atau plastik, dimainkan oleh 4 orang.
Budaya Tionghoa Indonesia 233

c. Ce Ki ( 棋牌 )

Generasi orang tua pada Era tahun 1950 an, terutama ibu – bu
gemar bermain Ce Ki, permainan ini dilakukan oleh 4 orang dengan
menggunakan kartu kecil – kecil.
234 Budaya Tionghoa Indonesia

d. Wei Qi ( 围棋 )

Permainan jenis Catur, biasanya dimainkan oleh para Cendikiawan, Kaum


Elit dan Pejabat, permainan ini menggunakan butir biji warna putih
dan hitam, mengembangkan taktik dan strategi untuk mengepung dan
mengalahkan lawan.
Budaya Tionghoa Indonesia 235

BAB 32.
MEMBACA BENTUK TUBUH
DAN MERAMAL NASIB
236 Budaya Tionghoa Indonesia

Orang Tionghoa sejak dahulu kala mengamati kaitan antara bentuk tubuh
seseorang dengan sifat dan nasib orang tersebut.

Dari pengalaman dan pencatatan kejadian ribuan Tahun yang lalu,


ternyata bentuk tubuh, muka, garis tangan, cara jalan, cara bicara, suara,
termasuk hari dan waktu kelahirannya ada kaitannya dengan sifat dan
nasib seseorang.

Rancangan Tuhan adalah rancangan Damai Sejahtera bagi kita semua,


bukan rancangan kecelakaan. Roh – roh jahatlah yang menyebabkan
kecelakaan bagi manusia.

Tuhan sudah mengenal kita sejak kita dalam Kandungan, Rancangan


Tuhan pada kita masing – masing adalah Rancangan yang Damai
Sejahtera bukan Rancangan Kecelakaan.

Mengetahui sifat seseorang serta nasibnya, menurut Budaya Tionghoa


adalah suatu keniscayaan bukan tahayul, pengetahuan ini adalah hasil
penelitian, pencatatan berbagai kejadian selama ribuan tahun.

Sebagai contoh :

- Orang yang Kupingnya sedemikian biasanya panjang usia.


- Orang yang kalau bicara melihat keatas, sifatnya biasanya demikian
- Kalau garis tangannya demikian, memukul orang bisa berbahaya, dan
seterusnya
Budaya Tionghoa Indonesia 237

Kalau ternyata ada yang tidak sesuai kemungkinan Istri, Anak – anak,
letak Rumah, Makam Orang Tua bisa memberi pengaruh, baik positif
maupun negatif pada perjalanan hidup orang yang bersangkutan.

Tuhan dapat merubah nasib seseorang apabila kita memohon pada Nya.
Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, bila ia sendiri tidak ingin
merubah nasibnya sendiri.

Ada Pejabat yang mengatakan bahwa mensejahterakan orang miskin


tidak sulit, yang sulit mensejahterakan orang malas, tidak ada kemauan
untuk maju.

Ada dialog antara Penulis dan Ayah saya:

Saat saya usia 21 tahun baru lulus dari AKMIL, berdiri depan rumah
bersama Ayah saya, kita melihat anak – anak sedang bermain, Ayah
menunjuk seorang anak perempuan, kira – kira berusia 7 – 8 tahun dan
berkata, kalau kamu menikah dengan anak itu, kamu akan menjadi orang
kaya, saya katakan, dia itu masih kecil.

Ayah saya berkata, sebentar lagi juga besar

”Saya diam saja sambil berfikir, mengapa ia begitu yakin ? saya


perhatikan anak itu putih bersih, muka nya bulat, matanya bersinar -
sinar, selalu tersenyum.

Sampai saat ini saya tidak bertemu lagi dengan anak itu, tidak
mengetahui bagaimana nasibnya.

Bagi pembaca yang ingin mempunyai pengetahuan ini baik untuk bahan
pertimbangan dalam mencari jodoh, mencari pegawai atau teman. Dapat
mencari informasi yang kompeten.
238 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Bentuk Muka

Muka orang secara umum, ada yang Lonjong, Bulat, Oval dengan Jidat
lebar, persegi empat, bentuk hati dan wajik.

b. Bentuk Hidung, Mata, Telinga dan lain – lain

Kita amati bentuk Hidung, Mata, Telinga, Janggut, Pipi, Alis dan
seterusnya, tiap orang berbeda, agar jelasnya baca catatan Penulis.

Pada tahun 1968 Penulis berusia 25 tahun, berpangkat Letnan Satu, tidak
sengaja jumpa dengan Ahli Hong Sui dan membaca nasib.

Ia mengatakan bahwa Penulis Karier di Militer hanya sampai Mayor,


alasannya bentuk Hidung Patah pada bagian diantara dua Mata.

10 tahun kemudian saat Penulis berpangkat Mayor mengalami 4


kesulitan, nyaris berhenti pada pangkat Mayor saja.

1) Penulis waktu jadi Wakil Komandan Batalyon di Surabaya, karena


emosi, melawan Atasan, yaitu Komandan Batalyon sendiri.

Dalam Militer, melawan Atasan namanya Insuborninasi, hukumannya


berat dan harus diberhentikan, tetapi Komandan Brigade memaafkan,
tidak dipecat dan tidak dihukum.
Budaya Tionghoa Indonesia 239

2) Penulis bergabung dengan Brigade Tempur 16, berangkat ke Timor


Timur selama 1 tahun, dalam beberapa situasi, menghadapi bahaya,
syukur bisa kembali dengan selamat.

3) Penulis menderita sakit Malaria Tropika, tiap beberapa hari serangan


panas sampai 40 derajat celcius.

Dokter yang merawat saat itu disamping memberi obat paten, juga
memberi obat Tradisional dan bersyukur bisa sembuh.

4) Penulis ambil cuti satu minggu bersama Istri yang sedang hamil dan
bersama 2 anak Balita ke Jakarta, membawa Jeep Toyota, dalam
perjalanan pulang ke Surabaya sekitar jam 03 pagi, melintasi jalan raya
Pantai Utara Semarang Tuban, karena lelah tertidur, tidak tau berapa
lama tertidur. Karena goncangan keras, terbangun ternyata sudah
berada di dalam Kebun Kelapa, rupanya kendaraan menyimpang ke
kanan dan masuk Kebun Kelapa sekitar 100 meter dari jalanan, Tuhan
menjaga tidak menabrak Pohon Kelapa, kalau mobil menyimpang ke
kiri masuk Laut.

Rancangan Tuhan adalah rancangan Damai Sejahtera bagi kita


semua, bukan rancangan kecelakaan, Tuhan bisa menolong asal
kita bersandar pada Tuhan, kewajiban kita harus hati – hati, jangan
takabur ( 人算不如天算 ).

Tuhan yang menolong Penulis, sehingga apa yang dikatakan peramal


tidak terjadi, yaitu berhenti di Pangkat Mayor karena dipecat,
meninggal karena kegiatan musuh kecelakaan atau sakit.

c. Letak Tahi Lalat pada tubuh dan muka

Tahi Lalat sering dijumpai ada pada bagian tubuh, seperti telapak kaki,
lengan, paha, leher, termasuk pada wajah seseorang, letak Tahi Lalat
tersebut mempunyai arti tertentu dan menandakan sifat dan nasib dari
orang yang bersangkutan.

Bila dianggap memberi pengaruh negatif, yang bersangkutan bisa pergi


ke dokter minta Tahi Lalat tersebut ditiadakan.
240 Budaya Tionghoa Indonesia

Penyanyi terkenal ini ada Tahi Lalat pada kedua Pipinya

d. Panjang Jari

Jika Jari telunjuk lebih pendek dari jari manis, orang ini bila memerintah
tidak langsung ditaati oleh orang yang diperintah.

Bila tangan dibalik, jika Jari Telunjuk menjadi lebih panjang dari Jari
Manis, ini artinya walaupun yang diperintah tidak langsung mentaati,
dalam hatinya ia patuh pada perintahnya.
Budaya Tionghoa Indonesia 241

e. Cara Berbicara

Saat berbicara seseorang ada yang melihat keatas, ada yang melihat ke
kiri dan kanan, ada yang sering melihat kebawah dan ada yang melihat
Mata orang yang sedang diajak bicara, masing – masing menggambarkan
ketulusan seseorang yang diajak bicara.

f. Cara Berjalan

Perhatikan orang berjalan, ada yang menunduk, ada yang melihat ke


depan, ada yang melihat ke kiri dan kanan. Tangannya melenggang ke
depan, ada yang berlenggang kiri dan kanan, ada yang senang tangannya
di masukan dalan saku.

Catatan :
Tanggal dan waktu seseorang dilahirkan juga berpengaruh pada
perjalanan hidup yang bersangkutan.

Contoh : Penulis pada saat berusia 8 tahun, bersama Ayah saya bertamu
dirumah seseorang, orang tersebut seorang yang mengerti hal melihat
Nasib, ia mengatakan bahwa saya mestinya menjadi Tentara, bisa jadi
Jenderal. Profesi saya akhirnya memang Tentara, selama 37 tahun.
Akhirnya Pensiun dengan Brigadir Jendral, mungkin suatu kebetulan saja.

Ciri spesifik Keturunan Tionghoa


Orang Tionghoa mempunyai ciri – ciri fisik tetapi sulit diuraikan dengan
tulisan.

Anak yang baru dilahirkan bila dibagian pantanya ada bercak biru / hijau
dan pada orang usia lanjut diatas 75 tahun muncul bercak – bercak hitam
pada muka dan badannya, itu suatu tanda bahwa ia ada Keturunan
Tionghoa.
242 Budaya Tionghoa Indonesia

Orang Tionghoa diatas usia 76 mulai muncul bercak-bercak dimuka dan badannya

Bayi Bercak hijau dipantatnya menandakan bahwa ia keturunan Tionghoa


Budaya Tionghoa Indonesia 243

BAB 33.
GUCI DAN BARANG–BARANG DARI KERAMIK

Sejak Abad Ke – 1 Masehi sudah dikenal adanya Jalur Sutra dari Timur
Tengah ke Pantai Timur Tiongkok, orang – orang Arab melalui jalur
Perdagangan ini membawa Emas, Batu Permata, Wangi – wangian dan
Karpet – karpet ke Tiongkok, sebaliknya dari Tiongkok membawa barang–
barang Keramik, Kain Sutra, Kerajinan Tangan lainnya untuk Istana Raja–
raja di Arab.
244 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Guci

Guci dari Keramik merupakan barang – barang yang ada ditiap rumah
masyarakat Tionghoa, mempunyai fungsi sebagai wadah Air atau
makanan, Pot Bunga, Hiasan rumah, bahkan ada yang melambangkan
status sosial dalam masyarakat, ada Guci yang langka dan mahal
harganya. Ada juga yang digunakan untuk menyimpan Abu Jenazah
setelah dikremasi.

Penulis pernah jumpa seorang Kolektor Museum dari Tiongkok,


dia membawa uang untuk membeli Guci Keramik yang bagus dari
perkampungan orang Dayak.

Rupanya Guci – guci itu asal Tiongkok dibuat khusus untuk orang Dayak
yang mempunyai arti penting dalam masyarakat mereka, Guci – guci itu
sangat langka, di Tiongkok sendiri tidak ditemukan, rupanya pembuat
Guci waktu itu yang semula untuk wadah makanan / minuman, ternyata
mereka memandang sebagai lambang status sosial dalam masyarakat.

Maka pembuat Keramik sengaja membuat secara khusus sebaik mungkin,


agar bisa dijual mahal, maka barang – barang itu hanya terdapat di
rumah – rumah Pemuka Adat Dayak saja.

Hiasan Keramik berupa piring


Budaya Tionghoa Indonesia 245

b. Sebagai wadah makanan dan minuman untuk diangkut dengan


Kapal

Guci – guci yang besar biasanya dibagian mulut terdapat cincin – cincin
dengan lubang, ternyata fungsinya untuk menggantung di dalam Kapal
Kayu, bila Kapal goyang, isi Guci tidak tumpah.

c. Pot dan Alat – alat Rumah Tangga

Keramik dibuat juga untuk Piring, Mangkok sebagai alat Makan, bahkan
untuk membuat Meja Kursi yang mempunyai nilai seni yang tinggi

d. Guci dan Barang Keramik untuk hadiah

Ada Guci dan barang Keramik dibuat khusus untuk upeti pada Pejabat,
hadiah Pernikahan, Cindera Mata, dan lain-lain.

Guci untuk hadiah Pernikahan


246 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 247

BAB 34.
BANGUNAN TRADISIONAL

Orang Tionghoa di Indonesia pada umumnya adalah pedagang,


membangun toko sekaligus rumah di Pasar berupa Petak Pecinan, orang
kaya membangun rumah tinggal resmi, ditempat yang elite.

Ada rumah – rumah sederhana di pedesaan yang pekerjaannya sebagai


Petani atau Nelayan.

Ada juga bangunan khusus seperti Pagoda, Tu Lou dan lain-lain.


248 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Petak Pecinan

Petak Pecinan ini ditemukan hampir tiap kota di Jawa dan Sumatera,
dibangun dekat pasar atau persimpangan jalan.

Biasanya lantai bawah untuk tempat usaha, lantai atas untuk gudang
atau tempat tinggal
Budaya Tionghoa Indonesia 249

b. Rumah Resmi

Pedagang yang berhasil atau tokoh yang ditunjuk penjajah Belanda


sebagai Kapiten, biasanya membangun rumah resmi seperti Gedung
Chandra Naya, bekas kediaman Kapiten Kho

Ada pengusaha yang membangun rumahnya penampakan luar


menggunakan Arsitektur Belanda, agar lebih prestisius, bagian ruang
dalam tetap mengikuti tradisi Tionghoa

Rumah orang Tionghoa yang tergolong kaya


250 Budaya Tionghoa Indonesia

c. Rumah – rumah Sederhana dan Kumuh

Perkampungan Tionghoa yang padat dan kumuh di perkotaan

Di Pedesaan dan Kampung Nelayan terdapat penduduk orang Tionghoa


tinggal bersama diantara penduduk lokal yang relatif miskin. Namun kita
mudah membedakan mereka diantara penduduk asli setempat, karena
di ambang pintu biasanya ada tulisan Tui Lien semacam syair warna
Merah dalam tulisan Mandarin, diruang tamu biasanya ada Altar untuk
menghormati Leluhurnya. Kadang-kadang diteras digantung lentera kecil
warna merah, dan kalau ada kedukaan, Lentera berwarna putih.
Budaya Tionghoa Indonesia 251

d. Pagoda

Rancang Bangun Pagoda Marga Zhang Indonesia di TBTI TMII

Di Indonesia Pagoda model Tionghoa sudah ada di Palembang dan


Semarang yang merupakan Pagoda Agama Buddha.

Membangun Pagoda 7 tingkat merupakan pengabdian umat pada Tuhan,


sebab Pagoda adalah tempat Raja melakukan ritual hening dan berdoa
pada Tuhan ( 天 ). Ada ungkapan bahwa kalau kita bisa menyelamatkan
satu nyawa manusia, lebih besar amalnya dari pada membangun Pagoda
7 tingkat ( 救 一 命 过 建 七 层 塔 ) Di Taman Budaya Tionghoa TMII,
sedang dibangun Pagoda 7 tingkat, sumbangan Perkumpulan Marga
Zhang Indonesia
252 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Tu Lou

Tu Lou adalah bangunan orang Hakka, bangunan ini dihuni oleh lebih
dari 30 Kepala Keluarga. Di Indonesia tidak ada yang membangun rumah
model ini.

Tetapi Museum Hakka Indonesia di TMII mengambil model bangunan ini,


untuk mengenang tempat tinggal mereka ditanah Leluhurnya.
Budaya Tionghoa Indonesia 253

BAB 35.
SITUS – SITUS BUDAYA TIONGHOA DI INDONESIA

Di Indonesia, bangunan – bangunan orang Tionghoa sebagian besar


sudah tidak ada, ada yang direnovasi dan diganti dengan bangunan baru,
namun masih terdapat beberapa bangunan masih terpelihara dengan
baik, terutama yang menjadi milik perorangan.
254 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Gedung Chandra Naya Jakarta

Gedung dengan Arsitektur dan bahan – bahan bangunan dan ukiran yang
berkualitas, saat ini bangunan ini hanya tersisa 40 % dari aslinya.

Bangunan bagian belakang yang dua tingkat sudah tidak ada.

b. Gedung Batu di Semarang

Komplek ini semula adalah tempat singgah dari Laksamana Cheng Ho


di Semarang, bangunan semula sudah direnovasi menjadi yang ada
sekarang, hal yang unik adalah ada pohon yang akarnya seperti Rantai
Kapal.
Budaya Tionghoa Indonesia 255

c. Kediaman Oey Tiong Ham di Semarang

Di Semarang ada sebuah gedung di Jalan Kyai Saleh Semarang milik Raja
Gula Oey Tiong Ham, Arsitektur luarnya berbentuk rumah Pembesar
Belanda, tetapi dekorasi dalamnya khas Tionghoa.

d. Klenteng – klenteng yang rata – rata berusia diatas 100 tahun

Klenteng – klenteng di kota – kota di Nusantara ini mulai dari Aceh


sampai Nusa Tenggara Timur rata – rata usianya lebih dari 100 tahun,
didalamnya ada dokumen – dokumen dan ukiran – ukiran yang berkaitan
dengan Sejarah orang Tionghoa di kota itu. Klenteng Jin De Yuan ( 金德
院 )di Jalan Taosebio Jakarta dibangun pada tahun 1650 setelah dibakar
oleh VOC dibangun kembali pada tahun 1752.
256 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Pagoda di Palembang

Di Muara Sungai Musi Palembang, terdapat sebuah Vihara dengan


Pagoda 7 lantai yang megah.
Budaya Tionghoa Indonesia 257

f. Pagoda di Watu Gong di Semarang

Di Watu Gong Semarang, terdapat sebuah komplek Vihara, ada bangunan


Pagoda yang indah.

g. Kota – kota dengan mayoritas penduduk orang Tionghoa

Di Indonesia terdapat beberapa kota dengan penduduk mayoritas


Tionghoa antara lain Singkawang dan Bagan Siapiapi.
258 Budaya Tionghoa Indonesia

h. Bakar Tongkang di Bagansiapi - api

Bagansiapi – api ada tradisi Bakar Tongkang sebagai suatu simbol atau
tekad bahwa orang Tionghoa yang terdiri dari satu Kapal 11 orang
mengambil keputusan untuk menetap di Bagansiapi – api dengan cara
membakar Tongkang yang membawa mereka dari Tiongkok.

i. Perkampungan Tani Tionghoa di Pedesaan Tangerang

Di desa Curug Tangerang, banyak orang Tionghoa disebut Cinbeng (Cina


Benteng), sudah 8 generasi bermukim di daerah pedesaan sebagai
Petani, dari penampilannya kita tidak bisa dibedakan dengan penduduk
asli, kita hanya bisa membedakan mereka dari dekorasi rumahnya,
biasanya ada tulisan – tulisan merah dipintu rumahnya dan Altar untuk
menghormati Leluhur.
Budaya Tionghoa Indonesia 259

j. Perkampungan Nelayan Tionghoa di Singkawang

Di Singkawang Pesisir orang Tionghoa bekerja sebagai Nelayan hidup


sederhana bahkan ada yang hidup dibawah garis kemiskinan.

k. Gereja Katolik di Jalan Kemenangan (Toa Sebio)

Di Jalan Kemenangan d/a Toa Sebio terdapat Gereja Katolik Santa Maria
de Fatima dengan Arsitektur Tionghoa Tradisional
260 Budaya Tionghoa Indonesia

l. Masjid Jami Kebon Jeruk

Di Jalan Hayam Wuruk Jakarta Barat, terdapat sebuah Masjid yang


dibangun oleh orang Tionghoa, di dalamnya masih terdapat Makam
orang Tionghoa yang membangunnya pada tahun 1786

m. Makam Putri Ong Tin di Cirebon

Sunan Gunung Jati yang menjadi Raja di Kasepuhan Cirebon memperistri


Putri dari Tiongkok bernama Ong Tin, menjadi Permaisuri dengan Gelar
Putri Laras Sumanding, diterima baik dikalangan Kraton dan dicintai
rakyat. Makamnya berada di Komplek Istana Kasepuhan. Sampai
sekarang sering dikunjungi penjiarah maupun Turis.
Budaya Tionghoa Indonesia 261

n. Pusat Budaya Tionghoa

di tiap-tiap kota besar di Indonesia ada tempat-tempat yang menjadi


daerah pemukiman orang Tionghoa, di Jakarta pada era 19an berada
di Glodok, Petak Sembilan, Senen. Ada yang sangat terkenal di Jakarta
saat itu yaitu Prinsen Park ( 快乐世界 ), di dalamnya ada 2 Bioskop yang
memutar film Mandarin, toko-toko buku dan toko-toko pernak-pernik
orang Tionghoa, restauran dan beberapa rumah untuk pesta pernikahan
bagi orang Tionghoa.

Sekarang sudah berubah dan diberi nama Lokasari, merupakan tempat


hiburan yang bersifat umum dan toko-toko yang menjual handphone dan
alat-alat rumah tangga lainnya.
262 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 263

BAB 36.
KETAULADANAN TOKOH LEGENDARIS

Ada 3 Tokoh yang Penulis kagumi, kita tidak mampu meneladaninya yaitu
Laksamana Muda John Lie, serta ada 2 Tokoh pada kisah Sam Kok ( 三国
演义 ) yang terjadi pada Abad Ke – 3 di Tiongkok yaitu Kwan Yu dan Zhu
Ge Liang.

Berikut dicatat ringkas, untuk jelasnya harap membaca buku – buku


Biografi dan cerita klasiknya.
264 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Laksamana Muda TNI John Lie Tjeng Tjoan ( 李 约 翰 海 军 中 将 )


Jahja Daniel Dharma

John Lie lahir di Manado pada tahun 1911, pada usia 17 tahun bekerja di
Perusahaan Pelayaran Belanda KPM. Atas prestasi kerjanya, pada tahun
1942 John Lie sudah menjadi Juru Mudi dari Kapal Besar yang berlayar
antar Benua.

Tanggal 17 Agustus 1945 John Lie mengetahui dari siaran Radio bahwa
Bung Karno dan Hatta Memproklamirkan Indonesia Merdeka. John Lie
segera meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan, datang ke Yogyakarta
mendaftar sebagai Anggota TNI – AL, John Lie diterima sebagai Anggota
TNI – AL dengan pangkat paling rendah, sebagai Klasi Kelas III. Beliau
menerimanya dengan ikhlas demi membela Negara yang baru di
Proklamirkan.

Saat TNI – AL membutuhkan Perwira yang bisa mengemudi Kapal


Perang, John Lie dinaikan Pangkat dari Klasi kelas II langsung menjadi
Mayor, selanjutnya sampai menjadi Panglima Armada dengan Pangkat
Laksamana Muda. Tahun 1988 John Lie wafat, tahun 2009 atas
pengabdiannya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional ( 印尼建国英雄 ).
Ke ikhlasanya untuk mengabdi pada Negara tanpa pamrih, patut menjadi
tauladan kita semua.
Budaya Tionghoa Indonesia 265

b. Keteladanan Guan Yu ( 関羽 )

Guan Yu seorang Jenderal pada Era 3 Raja – raja tahun 200 Masehi

Suatu ketika Guan Yu dengan anaknya yang juga seorang Jenderal


tertangkap musuh, pihak musuh membujuk agar Guan Yu menyerah dan
bergabung dengan nya, dan akan diberi Pangkat Jabatan dan Hadiah-
hadiah. Himbauan ini ditolak, ia memilih dihukum mati dari pada
membelot dan mengingkari Sumpah Setia pada Raja dan Negara nya.
Akhirnya Guan Yu dipenggal bersama Putranya.

Sikap Guan Yu memberi ketauladanan bagi kita,

- Cung 忠 : Berbakti pada Negara


- Chen 诚 : Setia Kawan
- Yi 義 : Bisa dipercaya
266 Budaya Tionghoa Indonesia

Catatan :
- Ada kepercayaan bahwa Guan Yu adalah titisan Dewa, tempat orang
memohon perlindungan dari penganiayaan dan ketidak adilan, bagi
Umat Penganut Tao Pengambilan Sumpah di Pengadilan dihadapan
Altar Guan Yu.
- Tidak benar kalau ada yang menganggap Guan Yu adalah Dewa
Perang.

c. ZHU GE LIANG ( 诸葛亮 )

Jenazah Zhu Ge Liang diatas Kereta, perang seakan masih hidup

Zhu Ge Liang hidup pada Zaman Tiga Negara sejarah Tiongkok, dikisahkan
dalam Buku Tiga Negara ( 三国演义 ) , pada Abad ke 3 Masehi.

Zhu Ge Liang seorang Ahli Strategi menjabat Perdana Menteri dan


Panglima Perang membantu Tiga Serangkai Liu Bei, Kwan Yu dan Zhang
Fei melawan Dua Negara sebagai saingannya untuk mengusai seluruh
Tiongkok Daratan.

Pada suatu Peperangan yang dahsyat Zhu Ge Liang sakit, dan ia


tahu bahwa ajal nya telah tiba, sebelum meninggal ia berpesan agar
Budaya Tionghoa Indonesia 267

kematiannya dirahasiakan, jenazahnya didudukan pada Kereta Perang


nya seperti biasa dengan lambang – lambang Kebesarannya, seakan-
akan ia masih hidup dan memimpin perang. Untuk memelihara moril
Pasukan, dan agar musuh mengira bahwa Zhu Ge Liang masih memimpin
peperangan ini.

Zhu Ge Liang juga menyiapkan beberapa Amplop yang berisi petunjuk –


petunjuk penting untuk mengantisipasi keadaan kritis dalam menghadapi
musuh, Amplop ini dibuka dan dibaca sesuai urutannya, niscaya bisa
digunakan untuk mengatasi keadaan kritis tersebut, ternyata apa yang
diantisipasi betul – betul terjadi.

Sikap Zhu Ge Liang, walaupun sudah meninggal, masih ingin memberi


pengabdiannya pada Negara, sikap yang tidak mungkin kita tiru.
268 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 269

BAB 37.
ORGANISASI MASYARAKAT TIONGHOA

Di Indonesia sejak ratusan lalu, telah ada Organisasi Masyarakat Tionghoa


baik yang berlatar belakang Sosial, Agama atau Pendidikan untuk
keperluan intern orang Tionghoa sendiri dan juga untuk masyarakat
umum yang ada disekitarnya.

Orang Tionghoa percaya, bahwa berbuat Sosial adalah kewajiban tiap


orang, agar menerima pahala dikemudian hari.

Semasa Era Orde Baru, Organisasi Tionghoa bubar atau beku, setelah
tahun 1998 Reformasi, dimana tiap warga dijamin haknya untuk
berkumpul dan menyatakan pendapat, maka muncul banyak Organisasi
Tionghoa, baik Tingkat Nasional atau Daerah, dalam buku ini hanya
dicantumkan beberapa saja sebagai contoh.
270 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Perkumpulan Kematian

Tiap kota dengan basis Vihara atau Klenteng, mereka membentuk


Perkumpulan Kematian untuk mengurusi yang meninggal, terutama
bagi kalangan yang tidak mampu, mereka membangun Rumah Duka dan
mengusahakan bidang Tanah untuk tempat Pemakaman dan tempat
untuk persemayaman jenazah sebelum dimakamkan.

Organisasi ini biasanya berbentuk Yayasan, tidak komersial, bagi orang


yang mampu ditarik lebih untuk subsidi yang tidak mampu.

b. Perkumpulan Sesama Marga

Ikatan antara orang yang mempunyai Marga yang sama, agar bisa saling
kenal dan saling membantu, biasanya membangun Rumah Abu, untuk
menghormati leluhurnya bersama – sama, mereka yakin dahulu kala
mereka mempunyai leluhur yang sama.

Sebagai contoh Perkumpulan Marga Zhou dan Marga Kwan


Budaya Tionghoa Indonesia 271

c. Perkumpulan untuk Pendidikan

Pada Zaman Penjajah, Sekolah hanya untuk orang Belanda dan Elit
tertentu, menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda dengan
latar belakang Agama Kristen / Katolik, sedangkan untuk penduduk asli,
Sekolah Rakyat berlatar belakang agama Islam.

M e r u p a ka n ke b u t u h a n b a g i m a sya ra kat T i o n g h o a u nt u k
menyelenggarakan pendidikan atau sekolahan sendiri yang sesuai
kebutuhan termasuk pendidikan Budi Pekerti Adat dan tradisi orang
Tionghoa serta mempelajari Bahasa Mandarin. Organisasinya adalah
Tiong Hoa Hwee Kwan ( 中华会馆 ) didirikan tahun 1900.

d. Perkumpulan berlatar belakang Agama

Orang Tionghoa sebagai insan beragama, memeluk berbagai Agama, baik


Agama Tao ( 道教 ), Kong Hu Cu ( 孔教 ), Budha, Katolik, Kristen, Islam,
masing - masing membentuk satu organisasi, pada umumnya lintas Suku,
kecuali yang Muslim dan Kristen ada organisasinya sebagai berikut :

- Gereja Tionghoa Indonesia ( 中华教会 )


- Perkumpulan Islam Tionghoa Indonesia ( 印尼华人回教协会 )
- Majelis Tinggi Agama Khong Hu Cu ( 印尼孔教理事会 )
272 Budaya Tionghoa Indonesia

e. Organisasi yang berdasarkan Sub Etnis

Organisasi ini untuk memelihara Tradisi, Budaya dan Bahasa sub Etnis,
seperti Pekumpulan Hakka Indonesia Sejahtera dan sebagainya.

f. Organsasi yang berdasarkan daerah asal di Tiongkok maupun di


Indonesia

Yayasan Khatulistiwa ( 赤 道 基 金 会 ) adalah Organisasi Masyarakat


Tionghoa yang berasal dari Kalimantan Barat, dari Aceh, dari Bangka
Belitung dan sebagainya. Kemudian ada organisasi orang Tionghoa yang
berasal dari Tanah Leluhurnya adalah Kabupaten Meizhou ( 印尼梅州会
馆 ) dari Provinsi Kwang Tung ( 印尼广东社团联合总会 ) dan lain – lain.
AH NA LUPM
KK
UK
A

峇厘客家鄉親會
IL AB

REP

g. Organisasi yang memperjuangkan Aspirasi orang Tionghoa

Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia ada Organisasi yang bernama


Bali, November 2017 49

Chung Hoa Chung Hui ( 中华总会 ), telah dibubarkan. Setelah Reformasi


Budaya Tionghoa Indonesia 273

berdiri Organisasi baru antara lain sebagai berikut:

Didirikan di Jakarta pada tanggal Didirikan di Jakarta pada tanggal


28 September 1998 15 April 1999

h. Organisasi yang berdasarkan sesama Alumni sekolah Tionghoa

Perkumpulan Alumni Sekolah Pah Hwa

i. Organisasi Sosial Kemanusiaan


274 Budaya Tionghoa Indonesia

j. Organisasi yang berdasarkan kesamaan kegiatan

Organisasi ini didirikan oleh orang – orang yang mempunyai hobi yang
sama, Senam, Bernyanyi, Menari, Dansa, Melukis, Merangkai Bunga,
Catur, Silat, Cabang Olahraga dan lain – lain.

Taman Budaya Tionghoa Yayasan PSMTI Taman Budaya


Indonesia TMII Tionghoa Indonesia

Perkumpulan XiangQi Indonesia


Indonesia Calligraphers
Association
Budaya Tionghoa Indonesia 275

k. Organisasi lainnya

Terdapat juga Organisasi Tionghoa yang berdasarkan Golongan Wanita,


Pemuda, sesama Shio dan lain – lain.

Perkumpulan Masyarakat Ikatan Pemuda Tionghoa


Singkawang dan Sekitarnya Indonesia

Organisasi Shio Macan


276 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 277

BAB 38.
TAMAN BUDAYA TIONGHOA INDONESIA

Taman Budaya Tionghoa Indonesia berada dalam Komplek Taman Mini


Indonesia Indah, sebagai suatu Pengakuan Pemerintah terhadap orang
Tionghoa sebagai salah satu Suku dalam Keluarga Besar Bangsa Indonesia
278 Budaya Tionghoa Indonesia

a. T MII Diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak H. M.


Soeharto tahun 1975, merupakan keaneka ragaman Suku dan Budaya
Bangsa Indonesia dalam bentuk Miniatur.

Didalam Taman Mini, ada Anjungan, Museum, Bangunan khas tiap –


tiap Suku Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Rancang Bangun Taman Budaya Tionghoa – TMII

Bapak H. M. Soeharto Ketua Yayasan Harapan Kita meninjau Gambar – gambar Rancang
Bangun pada saat Acara Peletakan Batu Pertama Taman Budaya Tionghoa – TMII 2006.
Budaya Tionghoa Indonesia 279

b. Tahun 1998, setelah terjadi Reformasi, dimana orang Tionghoa Warga


Negara Indonesia ditetapkan sebagai salah satu Suku dalam Keluarga
Besar Bangsa Indonesia.

c. Bapak H. M. Soeharto selaku Ketua Yayasan Harapan Kita pada tahun


2004 mengalokasikan 4, 5 Ha lahan di TMII untuk membangun Taman
Budaya Tionghoa Indonesia.

d. Dalam Taman Budaya Tionghoa ini terdapat bangunan, Monumen,


Taman yang mempunyai ciri khas Budaya Tionghoa serta Museum
tentang Sejarah orang Tionghoa di Nusantara, dan peranannya dalam
perjuangan Menuju Indonesia Merdeka serta mengisinya dengan
Pembangunan.

e. M elalui Taman Budaya Tionghoa, para pengunjung dapat lebih


mengenal lagi tentang Sejarah dan Budaya orang Tionghoa, akan saling
mengenal dan membaur dalam mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa Indonesia.

Pintu Gerbang Taman Budaya Tionghoa Indonesia - TMII


280 Budaya Tionghoa Indonesia

Bendera Merah Putih selalu berkibar di Plaza

Museum Hakka Indonesia

Monumen Garuda Pancasila


Budaya Tionghoa Indonesia 281

Perpustakaan Gusdur

Penulis sebagai Penggagas an Pendiri TBT – TMII

Taman 12 Shio
282 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 283

BAB 39.
BUDAYA BISA BERKEMBANG DAN BERUBAH

Budaya senantiasa berkembang disesuaikan dengan perkembangan


Zaman, pelaksanaannya bisa berubah dan disederhanakan, tetapi Dasar
Filsafah dan Pandangan hidup tetap dipertahankan.
284 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Pengaruh Globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi


mempengaruhi pola pikir manusia kearah yang lebih rasional,
terutama generasi muda yang menempuh pendidikan di Tanah Air
maupun di Manca Negara, banyak yang terpengaruh dengan Budaya
Barat yang dinilai lebih praktis.

b. Budaya Tionghoa sangat dipengaruhi oleh Agama Tradisional dan


Agama Budha. Sebagian orang Tionghoa yang menganut agama Islam
atau Kristen, ada tradisi tertentu mulai ditinggalkan.

c. Menghadapi Era kedepan, penduduk mungkin lebih padat, rumah


cenderung makin kecil, adat – adat dan tradisi yang berlebihan dan
sulit dilaksanakan dianggap sesuatu pemborosan yang perlu diadakan
modifikasi, maka mulai ditinggalkan, namun diharapkan prinsip –
prinsip dan filosofi tetap dipertahankan.

Budaya Hanphone dapat mendekatkan yang jauh, tapi jangan menjauhkan yang dekat
Budaya Tionghoa Indonesia 285

BAB 40.
KEBIASAAN HIDUP BARU NEW NORMAL

Terjadinya Pandemi Virus Covid – 19 Awal tahun 2020, menyebabkan


jutaan orang tertular penyakit ini, sampai dengan akhir bulan Juni 2020,
lebih dari 10 juta orang terpapar dan merenggut lebih dari 1 juta orang
meninggal.

Untuk mencegah kondisi yang makin buruk, WHO (World Heald


Organication) dari Perserikatan Bangsa – bangsa memperkenalkan New
Normal yaitu suatu kebiasaan Hidup Baru untuk seluruh penduduk dunia.

Kebiasaan Hidup Baru yang disosialisasikan adalah suatu Budaya yang


sesuai, ada perubahan terhadap Budaya yang berlaku selama ini. Suatu
kebetulan tidak bertentangan dengan Budaya orang Tionghoa.
286 Budaya Tionghoa Indonesia

Kebiasaan Hidup Baru antara lain :

1) Jaga kebersihan lingkungan, bebas sampah, sarang Tikus,


Nyamuk, Kelelawar, Kucing, Ayam dan Binatang lain yang mungkin
mengandung Virus.
2) Jaga kebersihan diri
- Keluar rumah memakai Masker, untuk menghindari polusi udara
maupun kuman / Virus.
- Sering mencuci tangan, terutama sesudah bekerja, sebelum
makan dan lain – lain.
- Pulang kerumah disinfeksi barang – barang bawaan, sepatu, tas,
payung, tongkat dan lain – lain.
- Masker yang dipakai dibuang atau dicuci dengan sabun
- Setelah mandi dan ganti pakaian bersih, baru jumpa dengan
anggota keluarga lainnya, istirahat, makan dan lain – lain.

3) Ganti Salaman dan Peluk Cium dengan membungkuk dan memberi


hormat dengan cara Pai ( 拜 ) atau dengan tangan di rapatkan sambil
membungkuk memberi hormat.
4) Sering berjemur dibawah matahari pagi dan Olahraga.
5) Pola makan yang sehat, utamakan buah dan sayur dari pada daging.
6) Konsumsi vitamin secara rutin.
7) Jaga jarak dengan orang lain, dengan cara selalu mendahulukan
orang lain, agar tidak berdesakan.
Budaya Tionghoa Indonesia 287

8) Sering sikat gigi dan berkumur dengan air garam atau cairan Betadin
Gargle.
9) Jaga emosi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sendiri.
10) Ibadah dan doa, mohon Tuhan yang menjauhkan kita dari semua
bibit penyakit.

Biasakan keluar rumah pakai Masker

Catatan :
Pada acara Ulang Tahun pada umumnya diacarakan meniup lilin yang
diletakan diatas kue Tart.

Sesuai Budaya Tionghoa, lilin yang menyala tidak ditiup, tetapi


dipindahkan agar tetap menyala sampai habis lillinnya dan mati sendiri.

Meniup lilin yang diletakan diatas kue, apalagi ditiup ramai – ramai
memungkinkan Virus menyebar, tidak baik bagi kesehatan.
288 Budaya Tionghoa Indonesia

Acara tiup lilin ditiadakan saja, lilin yang menyala dipindahkan ke gelas, biarkan habis
dan mati sendiri, kue bisa dibagikan kepada hadirin
Budaya Tionghoa Indonesia 289

BAB 41.
TOLERANSI ANTAR BUDAYA
DAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Keindahan dari Produk Budaya suatu Bangsa atau Etnis bersifat Universal,
suatu lukisan hasil pelukis dari Etnis apapun, kalau memang itu bagus,
dapat apresiasi dari semua orang yang melihatnya.
290 Budaya Tionghoa Indonesia

Konflik antara sesama antara lain bersumber sebagai berikut :

- Politik
Untuk merebut kekuasaan dan pengaruh

- Ekonomi
Untuk menguasai sumber daya ekonomi untuk kepentingan rakyatnya
atau kepentingan sendiri.

- Agama
Untuk memperoleh posisi mayoritas, menguasai penganut Agama
tertentu untuk mendapatkan dukungan politik.

Budaya bersifat Universal yang dapat menjembatani semua golongan


Politik, semua strata ekonomi dan Agama, sehingga terwujud toleransi
antar golongan dan antar umat beragama yang berbeda dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk.

Catatan :
Agama Tao, Khong Hu Cu atau Budha tidak ada kewajiban untuk syiar
Agama, selama ini tidak menimbulkan masalah dengan penganut Agama
lain.
Budaya Tionghoa Indonesia 291

BAB 42.
HARAPAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
292 Budaya Tionghoa Indonesia

a. Penulis mengharapkan generasi muda Tionghoa mengetahui Akar


Budayanya sendiri.

b. Penulis mengharapkan teman – teman yang bukan Tionghoa


memaklumi apa adanya.

c. Penulis mengharapkan Budaya Tionghoa yang luhur dan bermartabat


bisa dilestarikan.

d. Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membaca


dan menyimak buku ini.

e. Penulis bukan pakar bidang Budaya, disana sini banyak sekali


kekurangan, untuk lebih jelasnya mohon membaca Referensi yang
lebih kompeten.

Penulis mengharapkan Budaya Tionghoa memperkaya Budaya Nasional


Indonesia

Semoga Tuhan Yang Maha Esa Memberkati kita sekalian dalam berbakti
pada Negara Bangsa, dan masyarakat. Amin

Penulis,

Brigjen TNI (Purn) Tedy Jusuf


Budaya Tionghoa Indonesia 293

Musiyati Tessa
- Kepala Kantor Pengurus Pusat PSMTI
Periode 1998-2009
- Kepala Kantor dan Marketing
Taman Budaya Tionghoa dan
Museum Hakka TMII
Editor :
- Buletin PSMTI
- Buku Sekilas Budaya Tionghoa di Indonesia
- Buku Perjalanan Sejarah PSMTI 9 tahun
- Buku Kacang Mencari Kulitnya edisi 1 & 2
- Buku Seorang Yang Mengasihi Tuhan Yesus
- Buku Orang Tionghoa Dalam Negara
Kesatuan RI
- Buku Budaya Tionghoa Indonesia
294 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 295
296 Budaya Tionghoa Indonesia
Budaya Tionghoa Indonesia 297
298 Budaya Tionghoa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai