Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

POTRET PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA

Kelompok 1

1.Thoriq Aziz (0103128182320


1)
2.Sinta Septriana (0103128182308
3)
3. Aulia Rahmi (0103118182302
Putri 0)
4. Elsa Ari Sandi (0103128182321
1)
5.Ilham Al-Hadis (0103128182309
9)
6.Adi Budi (0103128182311
Purnomo 2)
7. Syarah Lutfa (0103128182309
Aliya 3)
8. Vita Septiana (0103118182301
0)

MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA B INDRALAYA

DOSEN PENGAMPU : MARDALENA,S.E,M.SI


FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Potret Pertumbuhan Ekonomi dan
Struktur Ekonomi Indonesia ” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan
dosen pengampu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan mengenai audit sektor publik.
Palembang,04 April 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................................... 1

Rumusan Masalah......................................................................................................

Tujuan Penulisan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan periode 2015-2020. .

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi periode 2021-2025........................................

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan ........................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,Kehutanan ,dan Perikanan..

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian...........

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan..................................................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan............................

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik,Gas,dan Air Bersih........................................

Analis Tren Pertumbuhan Ekonomi Listrik,Gas, dan Air Bersih...............................

Pertumbuahan Ekonomi Sektor Bangunan ................................................................


Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan ...........................................

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan,Hotel, dan Restoran.............................

Analisis Tren Pertumbuhan Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran.......................

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.................................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi..........

Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi sektor Keuangan,Persewaan, &Jasa Perusahaan


....................................................................................................................................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi sektor Keuangan,Persewaan, &Jasa Perusahaan

Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa ..............................................

Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa.....................................................

Tabel Sektor Primer....................................................................................................

Tabel Sektor Sekunder...............................................................................................

Tabel Sektor Tersier...................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1................................................................................................... Latar Belakang

PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun.

Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya,
seperti :

1. Produk Nasional Bruto

yaitu PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri
merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk
Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik
penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.
 

2. Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar

yaitu PDB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang
digunakan dalam proses produksi selama setahun.

3. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi yaitu

produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto.
Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah
dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung
maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau
dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya.
Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai
Pendapatan Nasional.

4. Angka-angka per kapita

yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan


jumlah penduduk pertengahan tahun.

KEGUNAAN STATISTIK PENDAPATAN NASIONAL

Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
antara lain adalah :

PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi
yang besar, begitu juga sebaliknya.
PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh
penduduk suatu negara.

PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.

Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.

PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan
untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.

Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam


menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan
konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per
kepala atau per satu orang penduduk.

PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara. 

KONSEP DAN DEFINISI PDB PENGELUARAN

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi sebagai
pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang
tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan
pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara
bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993).

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi
nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik
yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa
yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga
yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market
production). 

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Secara garis besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk
menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang
modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri
dan barang modal  baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer
atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan barang modal
(termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak lain). 
Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan
serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia
pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto”
mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan
atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan
nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi secara normal selama satu
periode. 

4. Inventori

Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan
dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan
cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan digunakan
sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut. 

5. Ekspor - Impor

Secara umum, konsep ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan
PDB/PDRB Penggunaan mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993. Dalam
SNA 1993, transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB
Penggunaan Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara pelaku
ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar
negeri (non-resident). Transaksi ekspor barang didefinisikan sebagai transaksi
perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah)
atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-
resident). Sebaliknya, impor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan
kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang
dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita yang terus menerus
dalam jangka panjang . Pertumbuhan Ekonomi tersebut merupakan salah satu indicator
keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
merupakan kondisi penting atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan
ekonomi.dan peningkatan kesejahteraan ,karena jumlah penduduk terus bertambah setiap
tahun sehingga kebutuhan konsumsi sehari hari juga bertambah setiap tahun.
Jadi,dibutuhkan penmabahan pendapatan setiap tahun. Petumbuhan ekonomi bisa
bersumber dari pertimtaan agregat (AD) dan Penawaran Agregat (AS). Dari Sisi AD,
peningkatan AD dalam ekonomi bisa terjadi ON, yang tediri atas permintaan masyarakat
(konsumen),perusahaan dan pemerintah meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat
menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata.Pertumbuhan Ekonomi juga harus
disertai dengan program pembangunan sosial.
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi,dapat digunakan pertumbuhan tahunan dan
pertumbuhan rata rata. Pertumbuhan Ekonomi tahunan diukur dengan menggunakan
rumus berikut :

( PDB S−PDB K )
g={ } X 100%
PDB K

Keterangan :

g = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi


PDB S = PDB Rill Tahun Tahun Sekarang
PDB K = PDB Rill Tahun Kemarin

Pertumbuhan Ekonomi rata-rata diukur dengan menggunakan rumus berikut :

impo r tn
r= {
n−1

impo r ¿ }
−1 x 100 %

Keterangan :

r = Laju Pertumbuhan ekonomi rata rata setiap tahun


n = Jumlah Tahun (dihitung mulai sampai dengan)
tn = Tahun Akhir Periode Penelitian
to= Tahun Akhir Periode

Struktur Perekonomian adalah komposisi peranan masing –masing sektor dalam


perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor
primer,sekunder dan tersier. Ada beberapa factor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi antara lain :
(a) Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan
(b) Modernisasi proses peningkatan nilai tambah bahan baku,barang setengah jadi dan
barang jadi
(c) Kreativitas dan Penerapan Teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk atau jasa yang dihasilkanya
(d) Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor serta
komoditi unggulan
(e) Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan
jasa serta mendukung proses produksi
(f) Kegairahan masyarakat untuk berwirausha dan melakukan investasi secara terus
menerus.
(g) Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul di wuilayah daerah
(h) Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor
1.2.............................................................................................. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia atas dasar harga konstan ?
1.2.2. Bagaimana analisis tren pertumbuhan ekonomi ?
1.2.3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector pertanian ,peternakan,kehutanan ,dan
perikanan ?
1.2.4. Bagaimana analisis tren pertumbuhan ekonomi sector
pertanian,peternakan,kehutanan dan perikanan ?
1.2.5. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector pertambangan dan penggalian ?
1.2.6. Bagaimana analisis tren pertumbuhan ekomomi sector pertambangan dan
penggalian ?
1.2.7. Bagaimana pertumbuhan ekonomi industry pengolahan ?
1.2.8. Bagaimana analisis tren penggolahan ?
1.2.9. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector gas,listrik ,air ?
1.2.10. Bagaimana analisis tren gas ?
1.2.11. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector bangunan ?
1.2.12. Bagaimana analisis tren bangunan ?
1.2.13. Bagaimana pertumbuhan ekonomi perdagangan ?
1.2.14. Bagaimana analisis tren perdagangan ?
1.2.15. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector pengangkutan dan komunikasi ?
1.2.16. Bagaimana analisis tren ekonomi sector pengangkutan dan komunikasi ?
1.2.17. Bagaimana analisis kuadran pertumbuhan sector keuangan,sew, dan jasa ?
1.2.18. Bagaimana analisis tren pertumbuhan sector keuangan,sew, dan jasa ?
1.2.19. Bagaimana analisis kuadran sektor jasa ?
1.2.20. Bagaimana analisis tren pertumbuhan ekonomi sektor jasa ?
1.2.21. Bagaimana tabel sektor primer ?
1.2.22. Bagaimana tabel sektor sekunder ?
1.2.23. Bagaimana tabel sektor tersier ?
1.3................................................................................................Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk menegathui pertumbuhan ekonomi Indonesia atas dasar harga konstan
1.3.2. Untuk mengetahui analisis tren pertumbuhan ekonomi
1.3.3. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi sector pertanian ,peternakan,kehutanan
,dan perikanan
1.3.4. Untuk mengetahui analisis tren pertumbuhan ekonomi sector
pertanian,peternakan,kehutanan dan perikanan
1.3.5. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi sector pertambangan dan penggalian
1.3.6. Untuk mengetahui Bagaimana analisis tren pertumbuhan ekomomi sector
pertambangan dan penggalian
1.3.7. Untuk mengetahui Bagaimana pertumbuhan ekonomi industry pengolahan
1.3.8. Untuk mengetahui Bagaimana analisis tren penggolahan
1.3.9. Untuk mengetahui Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector gas,listrik ,air
1.3.10. Untuk mengetahui Bagaimana analisis tren gas
1.3.11. Untuk mengetahui Bagaimana pertumbuhan ekonomi sector bangunan
1.3.12. Untuk mengetahui Bagaimana analisis tren bangunan
1.3.13. Untuk menegtahui Bagaimana pertumbuhan ekonomi perdagangan
1.3.14. Untuk mengetahui Bagaimana analisis tren perdagangan
1.3.15. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi sector pengangkutan dan komunikasi
1.3.16. Untuk mengetahui analisis tren ekonomi sector pengangkutan dan komunikasi
1.3.17. Untuk mengetahui analisis kuadran pertumbuhan sector keuangan,sew, dan jasa
1.3.18. Untuk mengetahui analisis tren pertumbuhan sector keuangan,sew, dan jasa
1.3.19. Untuk mengetahui analisis kuadran sektor jasa
1.3.20. Untuk mengetahui analisis tren pertumbuhan ekonomi sektor jasa
1.3.21. Untuk mengetahui tabel sektor primer
1.3.22. Untuk mengetahui tabel sektor sekunder
1.3.23. Untuk mengetahui tabel sektor tersier
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Konstan Tahun 2015-2020
(Dianalisis oleh Thoriq Aziz 01031281823201)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Periode 2015-2020 (Dalam
Persen)
Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 2020
ACEH -0,73 3,29 4,18 4,61 4,14 -0,37
SUMATERA UTARA 5,10 5,18 5,12 5,18 5,22 -1,07
SUMATERA BARAT 5,53 5,27 5,30 5,14 5,01 -1,60
RIAU 0,22 2,18 2,66 2,35 2,81 -1,12
JAMBI 4,21 4,37 4,60 4,69 4,37 -0,46
SUMATERA SELATAN 4,42 5,04 5,51 6,01 5,69 -0,11
BENGKULU 5,13 5,28 4,98 4,97 4,94 -0,02
LAMPUNG 5,13 5,14 5,16 5,23 5,26 -1,67
KEP. BANGKA BELITUNG 4,08 4,10 4,47 4,45 3,32 -2,30
KEP. RIAU 6,02 4,98 1,98 4,47 4,84 -3,80
DKI JAKARTA 5,91 5,87 6,20 6,11 5,82 -2,36
JAWA BARAT 5,05 5,66 5,33 5,65 5,07 -2,44
JAWA TENGAH 5,47 5,25 5,26 5,30 5,40 -2,65
DI YOGYAKARTA 4,95 5,05 5,26 6,20 6,59 -2,69
JAWA TIMUR 5,44 5,57 5,46 5,47 5,52 -2,39
BANTEN 5,45 5,28 5,75 5,77 5,29 -3,38
BALI 6,03 6,33 5,56 6,31 5,60 -9,31
NUSA TENGGARA BARAT 21,76 5,81 0,09 -4,50 3,90 -0,64
NUSA TENGGARA TIMUR 4,92 5,12 5,11 5,11 5,24 -0,83
KALIMANTAN BARAT 4,88 5,20 5,17 5,07 5,09 -1,82
KALIMANTAN TENGAH 7,01 6,35 6,73 5,61 6,12 -1,40
KALIMANTAN SELATAN 3,82 4,40 5,28 5,08 4,08 -1,81
KALIMANTAN TIMUR -1,20 -0,38 3,13 2,64 4,74 -2,85
KALIMANTAN UTARA 3,40 3,55 6,80 5,36 6,90 -1,11
SULAWESI UTARA 6,12 6,16 6,31 6,00 5,65 -0,99
SULAWESI TENGAH 15,50 9,94 7,10 20,56 8,83 4,86
SULAWESI SELATAN 7,19 7,42 7,21 7,04 6,91 -0,70
SULAWESI TENGGARA 6,88 6,51 6,76 6,40 6,50 -0,65
GORONTALO 6,22 6,52 6,73 6,49 6,40 -0,02
SULAWESI BARAT 7,31 6,01 6,39 6,26 5,67 -2,42
MALUKU 5,48 5,73 5,82 5,91 5,41 -0,92
MALUKU UTARA 6,10 5,77 7,67 7,86 6,10 4,92
PAPUA BARAT 4,15 4,52 4,02 6,25 2,66 -0,77
PAPUA 7,35 9,14 4,64 7,32 -15,75 2,32
INDONESIA - 5,03 5,07 5,17 5,02 -2,07

PDB
Tahu (MILYA GROW SHA KUADR
n R) TH RE AN
2015 8982517 0,00 14,86 III
2016 9434613 5,03 15,61 IV
2017 9912928 5,07 16,40 IV
1042585
2018 2 5,17 17,25 I
1094903
2019 8 5,02 18,12 I
1072244
2020 3 -2,07 17,74 II
Jumla 6042739
h 1 18,23 100
Rata- 1007123
Rata 2 3,04 16,67

- Perbedaan antara jumlah PDRB 34 Provinsi dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh
diskrepansi statistik
- Data 2019: Angka sementara
- Data 2020: Angka sangat sementara

Source Url: https://www.bps.go.id/indicator/52/291/1/-seri-2010-laju-pertumbuhan-produk-


domestik-regional-bruto-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-provinsi.html
Access Time: April 4, 2021, 12:48 pm
Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi ats Dasar Harga Konstan Periode 2015-
2020

Semua data dibagi menjadi 4 kuadran yakni :

Kuartal I = Growh tinggi,tingkat kontribusi juga tinggi artinya Indonesia berusha


menjaga kestabilan sistem perekonomian dengan perbaikan sarana prasarana dan mejaga
kelancaran sistem pembayaran.Hal ini terjadi pada tahun 2018 dan 2019
Kuartal II = Growth rendah,share tinggi, artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia
bergerak lambat namun dengan prioritas tinggi untuk mencapai share. Hal ini terjadi
pada tahun 2020

Kuadran III = Growth rendah,share rendah, Indonesia mengalami fase buruk dalam
pertumbuhan ekonomi dan kontribusinya juga . Hal ini terjadi pada tahun 2015

Kuadran IV = Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tinggi,namun kontribusi rendah artinya


pertumbuhan ekonomi belum mampu memenuhi kebutuhan dan pengembalian modal.
Hal ini terjadi pada tahun 2016 dan 2017

Pada Tahun 2015-2020 ,Tingkat GDP Indonesia terus meningkat hingga 10722443
(Dalam Milyar Rupiah) ,tetapi juga fluktuasi tiap tahunya dan menyentuh tertinggi pada
tahun 2018 Dengan tingkat pertumbuhan 5,17% dari rata-rata pertumbuhan tahunan
sebesar 5,07% pada tahun sebelumnya. Terhitung sejak tahun 2015-2020 ,tingkat share
berada di atas rata rata share tahunan.(STATISTIK, n.d.)
2.2................................. Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Periode 2021-2026 (Dianalisis Oleh
Thoriq Aziz 01031281823201)

 Cara Pertama

Cara
1
PDB
MILLIAR( X^
Tahun Y) X 2 XY
-
4491258
2015 8982517,1 -5 25 6
-
2830384
2016 9434613,4 -3 9 0
-
2017 9912928,1 -1 1 9912928
1042585
2018 10425851,9 1 1 2
3284711
2019 10949037,8 3 9 3
5361221
2020 10722442,7 5 25 4
Jumla 1375582
h 60427391   70 5
a. 1007123
ΣY/ΣN 2

Y=
a+b X
b.
Σxy/Σx2 196511,8 Y= 10071232+196511,8 x

Tahun  (x) PDB (Dalam Milyar Ruoiah)


2021 7 11446814
2022 9 11839838
2023 11 12232861
2024 13 12625885
2015 15 13018909
2016 17 13411932
Keterangan :
X = Tahun actual - Tahun dicari , Y= PDB
X2 = X pangkat Dua, XY = Tahun X* PDB
(x) = X + 2
Berdasarkan buku (Machmud, 2016) Untuk mencari Proyeksi Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia selama 6 tahun kedepan kita membaginya tiap 2 tahun.
Lalu,untuk mengukur tahun actual dan tahun dicari kita perlu mengetahui dulu
pengertian dua istilah tersebut. Tahun actual adalah tahun saat ini atau tahun
berjalan sedangkann tahun dicari adalah tahun sebelumnya atau tahun yang akan
dihitung proyeksinya. Sebagai contoh, untuk mengukur X tahun 2015 kita
mengukurnya dengan:

X 2020 = Tahun Actual (2020) – Tahun dicari (2015)


X2015 = 5

X 2019 = 2019-2016
X 2019 = 3

X 2018 = 2018-2017
X 2018 =1

X2017= 2017-2018
X 2017 = -1

X 2016 = 2016-2019
X 2016 = -3

X 2015 =2015-2020
X= -5

Lalu untuk mencari (x) kita menggunakan proyeksi per 2 tahun selama 6 periode
jadi ,setiap tahun proyeksi ditambah 2 sebagai contoh :
2021 = X 2020+ 2 tahun
= 5+2
=7
2022= (x)2021+2 tahun
=7+2
=9
2023=(x)2022+2 tahun
= 9+2 =11
2024 = (x) 2023+2 tahun
=11+2 =13
2025 =(x) 2024+2 tahun
=13+2 =15
2026=(x)2025+2 tahun
= 15+2 =17
Lalu, untuk mencari pdb tahun proyeksi (2021-2026) kita menggunakan
persamaan Y= a+b x. Hal ini berarti nilai a+nilai b x nilai tahun yang akan
diproyeksi
Sebagai contoh :
PDB PROYEKSI 2021 Y= a+b x (x)2021
Y=10071232+196511,8 x 7
Y= 11446814 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2022 Y= a+b x (x)2022


Y=10071232+196511,8 x 9
Y= 11839838 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2023 Y= a+b x (x)2023


Y=10071232+196511,8 x 11
Y= 12232861 (Dalam Milyar Rupiah)
PDB PROYEKSI 2024 Y= a+b x (x)2024
Y=10071232+196511,8 x 13
Y= 12625885 (Dalam Milyar Rupiah)
PDB PROYEKSI 2025 Y= a+b x (x)2025
Y=10071232+196511,8 x 15
Y= 13018909 (Dalam Milyar Rupiah)
PDB PROYEKSI 2026 Y= a+b x (x)2026
Y=10071232+196511,8 x 17
Y= 13411932 (Dalam Milyar Rupiah)

 Cara Kedua

PDB
Tahun MILLIAR Tahun Target Trend
1144681
2015 8982517,1 2021 4
1183983
2016 9434613,4 2022 8
1223286
2017 9912928,1 2023 1
1262588
2018 10425851,9 2024 5
1301890
2019 10949037,8 2025 9
1341193
2020 10722442,7 2026 2

Dari data tersebut,dapat diambil analisa Tren Selama 5 tahun kedepan dengan
menggunbakan fungsi sebagai berikut:

=TREND (Pertumbuhan Ekonomi 2015 s.d 2020;Tahun Acuan 2015 s.d 2020
;Tahun Sasaran 2021 s.d 2025; TRUE)
OR
=TREND(B46:B51;A46:A51;D46:D50;TRUE)

Keterangan
B46:B51 =Persentase Pertumbuhan Ekonomi
A46:A51 = Tahun Acuan 2015-2020
D46:D50 = Tahun Sasaran 2021-2025
TRUE = Nilai normal tidak boleh kosong
 Cara Ketiga

12000000

f(x) = 393023.57 x + 8695649.33


10000000 R² = 0.92

8000000

6000000
Linear ()
4000000

2000000

0
1 2 3 4 5 6

Trend Forecast
11446814
11839838
12232861
12625885
13018909
13411932

Rumusnya
=FORECAST(Tahun dicari;Blok PDB Tahun Sebelumnya;Blok Periode Sebelumnya)
=FORECAST(C61;$B$61:$B$66;$A$61:$A$66)

Untuk mencari Trend cara ketiga ini, kita perlu blok PDB Tahun sebelunya , insert->
Line with marks -> Pilih Linear dan tentukan peramalan selama beberapa tahun
kedepan (FORECAST) sehingga mendapat nilai r2 dan y nya. Setelah itu, kita buat
fungsi forecast yakni peramalan selama beberapa tahun kedepan dengan persamaan
=FORECAST(Tahun dicari;Blok PDB Tahun Sebelumnya;Blok Periode Sebelumnya)
Untuk Tahun dicari dan PDB tahun sebelumnya kita perlu blok menggunakan tombol
f4 guna mencegah agar tidak berpindah ke cell lain dalam Microsoft exel.
Berdasarkan data tersebut,dapat diketahui bahwa perkiraan ,pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2021 sebesar 11446814 (Dalam milyar Rupiah) lalu meningkat
di tahun 2022 sebesar 11839838 (Dalam milyar rupiah), Tahun 2023 sebesar
12232861(Dalam Milyar Rupiah), Tahun 2024 sebesar 12625885(Dalam Milyar
Rupiah), Tahun 2015 sebesar 13018909 (Dalam Milyar Rupiah).

Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia


dalam 5 tahun ke depan mengalami perubahan secara signifikan didukung dengan
kemajuan insfrastruktur,perbaikan sarana prasarana dan penemuan vaksin COVID 19
yang diharapkan mampu terdistribusi secara menyeluruh bagi seluruh warga Negara
Indonesia . Kehidupan normal baru dimulai , Kini bantuan social tunai mulai
digerakkan untuk UMKM di setiap kota dan kabupaten serta program PKH sampai ke
desa dirasa cukup signifikan. Namun satu hal yang perlu jadi perhatian saya adalah
jumlah penerimaan masyarakat Indonesia, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
sebagian besar penerimaan Indonesia masih berasal dari pajak yakni sebesar 1.444,5
(Dalam Triliun Rupiah) sedangkan penerimaan Negara bukan pajak sebesar 298,2
(Dalam Triliun Rupiah) dengan total keseluruhan penerimaan sebesar 1.742,7 (Dalam
Triliun Rupiah) . Indonesia harus mandiri dalam menciptakan BUMN yang berdaya
saing internasional dan perbaikan produk local agar dapat meningkatkan jumlah
ekspor saat ini guna meredam ketergantungan terhadap pinjaman Luar Negeri apabila
penerimaan sektor perpajakan tidak cukup untuk memenuhi tanggungan pembayaran
utang Luar Negeri yang saat ini sudah mencapai pokok pinajaman sebesar 76.895
(Dalam Milyar Rupiah ) Per bulan guna akselerasi penanganan Covid19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri dan Surat
Berharga Negara dengan total pinjaman Surat Berharga Rp1.044.259 (Dalam Triliun
Rupiah) dan Pinjaman LN sebesar Rp20.849 (Dalam Triliun Rupiah).(Kementrian,
2020)
2.3................................................. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,Kehutanan, dan Perikan
2015-2020 (Dianalisis oleh Adi Budi Purnomo 01031281823112)

Dalam pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB), terdapat sektor-
sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor itu di antaranya adalah:
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
Sektor pertama dalam pendapatan nasional adalah sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan. Berikut adalah tabel sektor pertanian sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan, serta tabel analisis kuadran dan analisis tren
dari sektor tersebut untuk periode 2015-2020.

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Periode 2015-2020

Tabel 3.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Periode
2015-2020
Tahun PDB (Miliar) Growth (%) Share (%) Kuadran
2015 1.171.445,80 0 15,25 III
2016 1.210.955,50 3,37 15,77 IV
2017 1.258.375,70 3,92 16,38 IV
2018 1.307.253,00 3,88 17,02 I
2019 1.354.399,10 3,61 17,63 I
2020 1.378.131,30 1,75 17,94 II
TOTAL 7.680.560,40 16,53 100,00  
RATA-RATA 1.280.093,40 2,76 16,67  

Berdasarkan Gambar 3.2, tampak kondisi pertumbuhan ekonomi sektor pertanian,


peternakan, kehutanan, dan perikanan yang paling tinggi pertumbuhan atau growth serta
share-nya adalah pada tahun 2017, yang berada di kuadran IV. Kondisi ini dipengaruhi
oleh keputusan pemerintah yang menitikberatkan fokusnya pada pengembangan sektor
pertanian karena menganggap ketahanan pangan adalah prasyarat utama kestabilan
ekonomi dan politik. Sektor ini berkembang pesat setelah pemerintah membangun
berbagai prasarana pertanian seperti irigasi dan perhubungan, teknologi pertanian, hingga
penyuluhan bisnis. Pemerintah juga memberikan kepastian pemasaran atas hasil produksi
melalui lembaga yang diberi nama Bulog.

Kondisi pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan


yang paling rendah growth dan share-nya adalah pada tahun 2020, yang berada di
kuadran II. Kondisi ini disebabkan karena pada tahun 2020 terjadi virus covid-19 yang
melanda dunia dan berdampak pada arus ekspor maupun impor yang tersendat. Banyak
negara di dunia yang menutup jalur keluar masuk negara termasuk dalam kegiatan
perdagangan.
Selain itu sektor pertanian juga memiliki hambatan antara lain yang pertama, lahan yang
terus berkurang. BPS mencatat luas lahan baku sawah merosot dari 8,1 juta hektar pada
2015 menjadi 7,5 juta hektar pada tahun 2020. Sementara, pertanian adalah sektor yang
sangat bergantung kepada ketersediaan lahan. Kedua, jumlah petani makin berkurang di
sejumlah subsektor. BPS mencatat jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTUP) padi
turun dari 14,2 juta pada 2013 menjadi 13,2 juta pada 2018. Begitu juga perkebunan yang
turun dari 12,8 juta pada 2013 menjadu 12,1 juta pada 2018. Subesktor lain yang turun
adalah horikultura, palawija, dan kehutanan. Ketiga, perubahan iklim yang salah satunya
akibat emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Penelitian FAO mneyatakan sektor pertanian
menjadi penyumbang GRK tertinggi. Sementara, data BPS menunjukkan GRK sektor
pertanian Indonesia lebih tinggi dari limbah industri dengan pertumbuhan rata-rata 2,7%
per tahun.
Semua masalah itu menyebabkan turunnya produksi pertanian. Salah satunya beras yang
menurut catatan BPS terus menurun dari 33,9 juta ton pada 2018 menjadi 31,3 juta ton
setahun setelahnya dan 23 juta ton per Agustus 2020. Selain itu, rasio ketergantungan
impor bahan pangan meningkat. Kedelai misalnya, meningkat dari 72,6% pada 2018
menjadi 88,1% setahun setelahnya. Lalu, daging sapi dari 29,6% menjadi 34,7% pada
rentang waktu yang sama. Ketergantungan impor bahan pangan sangat berbahaya bagi
ketahanan pangan masyarakat ke depannya. Hal ini tercermin dalam data Global Food
Security Index (GFSI) dari The Economist Interlligence Unit yang masih menempatkan
Indonesia di jajaran tiga terendah Kawasan Asia Tenggara, meskipun telah mengalami
perbaikan poin. Poin GFSI Indonesia pada 2019 adalah 62,6. Lebih tinggi dari lima tahun
sebelumnya yang 46,7. Hanya lebih baik dari Kamboja dan Laos yang masing-masing
49.4 dan 49.1. Penilaian GFSI berdasarkan tiga indikator, yakni kemampuan konsumen
membeli makanan (affordability), kecukupan pasokan (availability), dan standar
ketersediaan nutrisi, protein dan keanekaragaman makanan (quality and safety). Khusus
kecukupan pasokan makanan, skor Indonesia 61,3. Masih tertinggal dari Singapura dan
Malaysia yang skornya masing-masing 83 dan 67,7.

2.4. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor


Pertanian,Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan Peridoe 2015-2020 (Dianalisis
Oleh Adi Budi Purnomo 01031281823112)

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Periode 2015-2020
Tabel 3.4 Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan Periode 2015-2020
Tahun X PDB (Miliar) X2 XY
2015 -5 1.171.445,80 25 (5.857.229,00)
2016 -3 1.210.955,50 9 (3.632.866,50)
2017 -1 1.258.375,70 1 (1.258.375,70)
2018 1 1.307.253,00 1 1.307.253,00
2019 3 1.354.399,10 9 4.063.197,30
2020 5 1.378.131,30 25 6.890.656,50
TOTAL   7.680.560,40 70,00 1.512.635,60
a = ΣY / N

a= 7,680,560.40 /6 1.280.093,40

b =ΣXY /
ΣX2

b= 1,512,635.60 /70 21.609,08

 Y = a + b X A b

1.280.093,40 21.609,08

Y= 1,280,093.40 + 21,609.08 X

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor


Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan Untuk 6 Tahun Kedepan
Tahun X
PDB (Miliar rupiah) (Y)
2021 7 1.431.356,96
2022 9 1.474.575,12
2023 11 1.517.793,28
2024 13 1.561.011,44
2025 15 1.604.229,60
2026 17 1.647.447,76

Berdasarkan data tersebut, dapat kita proyeksikan pertumbuhan ekonomi sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan untuk tahun 2021 hingga 2026. Dalam enam tahun
kedepan tentu total PDB akan terus bertambah dari segi nominal. Hal ini didukung dengan
mulai pulihnya sektor perekonomian Indonesia setelah pandemi covid-19. Pulihnya
perekonomian dapat meningkatkan produksi serta kemampuan masyarakat dalam
mengkonsumsi barang-barang dari sektor tersebut.
2.5. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian periode 2015-
2020 (Dianalisis Oleh Elsa Ari Sandi 01031281823211)

Tahu PDB (miliyar


Growth (%) Share (%) Kuadran
n rupiah)
767.327,
2015 0,00
20 16,27 III
774.593,
2016 0,95
10 16,43 IV
779.678,
2017 0,66
40 16,54 IV
796.505,
2018 2,16
00 16,89 I
806.206,
2019 1,22
20 17,10 I
790.475,
2020 -1,95
20 16,77 II

Total 4.714.785,10 3,03 100,00


Rata-
rata 785.797,52 0,50 16,67

Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian berdasarkan PDB dibagi dalam empat


kuadran. Kuadran I menggambarkan sektor yang memiliki pertumbuhan dan
kontribusi yang lebih besar dan pertumbuhan cepat dengan keunggulan kompetitif
yang baik. Kuadran II menggambarkan pertumbuhan yang lebih rendah sedangkan
memiliki kontribusi yang lebih besar sehingga dapat diartikan pertumbuhan cepat
tetapi lemah dalam keunggulan kompetitif. Kuadran III menggambarkan pertumbuhan
yang lebih tinggi tetapi kontibusinya lebih kecil artinya pertumbuhan cepat dan lemah
dalam keunggulan kompetitif. Sedangkan kuadran IV menggambarkan baik
pertumbuhan maupun kontribusinya lebih rendah jadi dapat disimpulkan laju
pertumbuhan yang lambat dan lemah dalam keunggulan kompetitif.
Berdasarkan analisis kuadran kondisi pertumbuhan ekonomi di sektor pertambangan
dan penggalian Tahun 2015-2020 yang paling tinggi tingkat laju
pertumbuhannya(growth) adalah tahun 2018. Laju pertumbuhan ekonomi (growth)
tahun 2018 sebesar 2,16% yang berada diatas rata-rata tahunan 0,50 sumbangan
tertinggi oleh pertambangan bijih dan logam sebesar 9,01% dan sumbangan terendah
oleh pertambangan minyak, gas dan panas bumi sebesar -1,40%. Dengan demikian
tahun 2018 dikategorikan sebagai sektor yang pertumbuhannya
cepat dan sektor yang unggul secara kompetitif. Kontribusi (share) tertinggi berada
ditahun 2019 sebesar 17,10.

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja


sehingga akan mengurangi tingkat kemiskinan suatu negara dengan asumsi terjadinya
peningkatan investasi ekspor dan investasi memberikan sumbangan dalam
perekonomian suatu negara. Peningkatan ekspor akan menghasilkan devisa yang dapat
digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan
dalam pertambangan, sehingga akan menunjang pertumbuhan perekonomian di
indonesia. Kemudian sektor pertambangan ini juga memberikan kontribusi yang
mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak terlalu tinggi setiap tahun.

Berdasarkan dari tabel diatas tingkat laju pertumbuhan ekonomi disektor


pertambangan dan penggalian dalam keadaan sangat berfluktuatif yaitu keadaan
kurang stabil dengan adanya penaikan dan penurunan laju pertumbuhan ekonomi
setiap tahun(2015-2020). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebesar
2,16%. Kondisi pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian yang
paling rendah growth dan share nya pada tahun 2020 dimana laju pertumbuhannya
mengalami kontraksi sebesar 1,95 dibandingkan dari tahun sebelumnya yang masih
tercatat positif sebesar 1,22. Sumbangan terbesar akibat penurunan laju pertumbuhan
yang terjadi di sektor pertambangan dan penggalian ini terjadi pada Pertambangan
Minyak, Gas dan Panas Bumi yang setiap kuartalnya di tahun 2020 terus mengalami
kontraksi hingga kuartal 4 menyumbang sebesar -6,00, kemudian dususul oleh
Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar -5,43, Pertambangan dan Penggalian
Lainnya sebesar 1,22, namun pada Pertambangan Bijih Logam tercatat positif 20,26
artinya pada Pertambangan Bijih Logam memberikan kontribusi yang besar untuk
membantu pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian dalam
menaikkan laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan di kelompok
pertambangan lain.

Kondisi yang menunjukkan pada tahun 2020 laju pertumbuhan ekonomi disektor
pertambangan dan penggalian berada diposisi terburuk. Penyebab lain petumbuhan
ekonomi melambat tahun 2020 adalah dampak covid-19. Permasalahan ekonomi yang
diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dapat dilihat dari dua sudut pandang ekonomi
yang berbeda, yaitu permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, kondisi pandemi
Covid-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan
transportasi, serta perdagangan. Sedangkan dari sisi penawaran, kemungkinan besar
yang terjadi adalah terkontraksinya produktivitas pekerja/buruh, penurunan investasi
dan kegiatan pendanaan, serta terganggunya rantai pasokan global (global value chain)
.
2.6. Analisis Tren Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian
Periode 2015-2020 (Dianalisis Oleh Elsa Ari Sandi 01031281823211)
 Cara Pertama

ANALISIS TREN PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERTAMBANGAN DAN


PENGGALIAN PERIODE 2015-2020
PDB (miliar rupiah)
n Tahun X X2 XY
(Y)
-
767.327,20 25 (3.836.636,00)
1 2015 5
-
774.593,10 9 (2.323.779,30)
2 2016 3
-
779.678,40 1 (779.678,40)
3 2017 1
4 2018 1 796.505,00 1 796.505,00
5 2019 3 806.206,20 9 2.418.618,60
6 2020 5 790.475,20 25 3.952.376,00
Jumla
h   4.714.785,10 70,00 227.405,90

a = ΣY / N

a= 4.714.785,10/ 6 785.797,52

b =ΣXY / ΣX2

b=227.405,90/70 3.248,66

Y=a+bX A b

785.797,52 3.248,66

Y=785.797,52 + 3.248,66 X
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian pada 6
tahun kedepan

Tahun X PDB (miliar rupiah) (Y)

2021 7 808.538,11
2022 9 815.035,42
2023 11 821.532,73
2024 13 828.030,04
2025 15 834.527,35
2026 17 841.024,66
Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah : Y = a + b X.
Keterangan : Y adalah variabel yang dicari trendnya dan X adalah variabel waktu (tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah : a = ΣY / N dan b
=ΣXY / ΣX2
Jadi, persamaan tren model least square adalah:

 Y= a+bx

Y=785.797,52 + 3248,655714 (t)


Ramalan pertumbuhan ekonomi indonesia di tahun 2026 adalah (tahun 2026 merupakan
periode ke-17):
Y=785.797,52 + 3248,655714 (t)
Y=785.797,52 + 3248,655714 (17)
Y= 841.024,66
Artinya nilai total pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2026 adalah Rp 841.024,66
miliar.

 Cara Kedua

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian


pada 6 tahun kedepan
Tahu PDB (miliar rupiah)
Tahun Target Trend
n (Y)
2015 767.327,20 2021 808.538,11
2016 774.593,10 2022 815.035,42
2017 779.678,40 2023 821.532,73
2018 796.505,00 2024 828.030,04
2019 806.206,20 2025 834.527,35
2020 790.475,20 2026 841.024,66
2027 847.521,98

Proyeksi pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian pada 6 tahun


kedepan PDB mengalami peningkatan setiap tahun meskipun peningkatan tidak
terlalu pesat.
2.7. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Periode 1998-2014
(Dianalisis Oleh Elsa Ari Sandi 01031281823201)

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun


2015-2020
Growth Kuadra
Tahun PDB (miliar) (%) Share (%) n

2015 1.934.533,20 0,00 15,19 III

2016 2.016.876,90 4,26 15,84 IV

2017 2.103.466,10 4,29 16,52 IV

2018 2.193.368,40 4,27 17,22 I


2019 2.276.667,80 I
3,80 17,88

2020 2.209.920,30 -2,93 17,35 II

Total 12.734.832,70 13,69 100,00


Rata-
rata 2.122.472,12 2,28 16,67

Berdasarkan data diatas, memberikan gambaran bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi


sektor industri pengolahan yang paling tinggi growthny adalah pada tahun 2017. Tingkat
laju pertumbuhannya sebesar 4,29 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari meningkatnya
kegiatan produksi di sektor industri manufaktur. Pertumbuhan yang tercatat positif
didukung dari kegiatan sub sektor industri pengolahan non migas. pertumbuhan PDB
sektor industri tertinggi dicapai oleh subsektor makanan minuman, logam dasar, serta
mesin dan perlengkapan yaitu masing-masing sebesar 9,23 persen, 5,87 persen, dan 5,55
persen. Kemudian tingkat kontribusi (share) tertinggi pada tahun 2019 sebesar 17,88.

Perkembangan subsektor industri pengolahan nonmigas, subsektor makanan dan


minuman, logam dasar, serta mesin dan perlengkapan memiliki pertumbuhan PDB
tertinggi pada tahun 2017, yaitu masing-masing sebesar 9,23 persen, 5,87 persen, dan
5,55 persen. Subsektor industri makanan dan minuman juga menjadi kontributor terbesar
bagi pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan nonmigas. Pertumbuhan PDB
subsektor makanan dan minuman dipengaruhi
oleh kenaikan produksi dan ekspor CPO (minyak kelapa sawit). Sementara investasi dan
ekspansi industri yang sudah terjadi sejak tahun 2016, serta efek dari pembangunan
infrastruktur menjadi pendorong pertumbuhan di subsektor logam dasar, dan subsektor
mesin dan perlengkapan di tahun 2017. Di sisi lain, tiga subsektor yang mengalami
kontraksi pada tahun 2017 yaitu industri pengolahan tembakau (-0,84 persen), industri
barang galian bukan logam (-0,86 persen), dan industri pengolahan lainnya (-1,72).
Kondisi pertumbuhan ekonomi sektor industri pengelolahan yang paling rendah laju
pertumbuhannya terjadi pada tahun 2020 tercatat negatif sebesar -2,93 terutama
disebabkan oleh turunnya kinerja industri pengolahan nonmigas sebesar -2,52 persen.
Industri pengolahan masih terkontraksi. Kontraksi industri pengolahan yang lebih dalam
dari penurunan PDB terjadi disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, lesunya
aktivitas perdagangan global dan turunnya utilisasi produksi sebagai dampak dari
pandemi Covid-19.

Beberapa industri pengolahan mengalami kontraksi yang cukup dalam, seperti industri
alat angkutan yang turun -19,86 persen. Kinerja tersebut disebabkan oleh turunnya
permintaan pasar pada mobil dan motor. Selain itu, industri mesin dan perlengkapan juga
terkontraksi sebesar -10,17 persen sejalan dengan menurunnya aktivitas konstruksi pada
masa pandemi. Industri lain seperti industri barang galian bukan logam, industri
tembakau serta industri tekstil dan pakaian jadi mengalami penurunan cukup besar,
masing-masing sebesar -9,13 persen, -5,78 persen, dan -8,88 persen. Perbaikan pada
subsektor industri alat angkutan didorong oleh adanya kenaikan produksi mobil. Namun,
permintaan domestik dan luar negeri, terutama sepeda motor, semakin menurun sehingga
perbaikan pada subsektor industri alat angkut tidak signifikan. Penurunan pada industri
tembakau disebabkan oleh menurunnya ekspor tembakau akibat pandemi dan penerapan
cukai rokok. Selanjutnya, industri tekstil dan produk tekstil masih mengalami tekanan
dari permintaan domestik dan luar negeri, serta utilisasi produksi yang menurun.
2.8. Analisis Trend Pertumbuhan Sektor Ekonomi Industri Pengolahan Periode
2015-2020 (Dianalisis Oleh Elsa Ari Sandi 01031281823211)

CARA 1

N Tahun X PDB (miliar) (Y) X2 XY


1 2015 -5 1.934.533,20 25 (9.672.666,00)
2 2016 -3 2.016.876,90 9 (6.050.630,70)
3 2017 -1 2.103.466,10 1 (2.103.466,10)
4 2018 1 2.193.368,40 1 2.193.368,40
5 2019 3 2.276.667,80 9 6.830.003,40
6 2020 5 2.209.920,30 25 11.049.601,50

Jumlah 12.734.832,70 70,00 2.246.210,50

a = ΣY / N
2.122.472,1
a= 12.734.832,70 /6 2

b =ΣXY / ΣX2

b= 2.246.210,50 /70 32.088,72

Y=a+bX a b

2.122.472,12 32.088,72

Y=
2.122.472,1
2 +
32.088,72 X
Y= 2.122.472,12 + 32.088,72 X
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Pengolahan pada 6 tahun kedepan
Tahun X
PDB (miliar rupiah) (Y)

2021 7 2.347.093,17

2022 9 2.411.270,61

2023 11 2.475.448,05

2024 13 2.539.625,50

2025 15 2.603.802,94

2026 17 2.667.980,38
CARA
2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan pada 6 tahun kedepan

Tahun PDB (miliar) Tahun Target Trend

2015 1.934.533,20 2021 2.347.093,17

2016 2.016.876,90 2022 2.411.270,61

2017 2.103.466,10 2023 2.475.448,05

2018 2.193.368,40 2024 2.539.625,50

2019 2.276.667,80 2025 2.603.802,94

2020 2.209.920,30 2026 2.667.980,38


2.9. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik Gas , dan Air Bersih (Dianalisis Oleh
Aulia Rahmi Putri 01031181823020)

PDB Growth Share


Tahun (Miliar) (%) (%) Kuadran

2015 102263,8 0,00 15,18 III

2016 107644,5 0,05 15,98 IV

2017 109536,6 0,02 16,26 III

2018 115538 0,05 17,15 I

2019 120441,6 0,04 17,88 I

2020 118275,7 -0,02 17,56 II

Jumlah 673700,2 0,141604 100  

Rata-rata
Tahunan 112283,4 0,023601 16,66667  
ANALISIS KUADRAN SEKTOR LISTRIK,GAS, DAN AIR BERSIH

Sektor keempat dalam pendapatan nasional adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.
Berikut adalah tabel sektor listrik, gas dan air bersih, analisis kuadran, serta analisis
tren dari sektor tersebut untuk periode 2015-2020.
Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Periode 2015-2020

Semua data dibagi menjadi 4 kuadran yaitu :


 Kuadran I
Growh tinggi,tingkat kontribusi juga tinggi artinya Indonesia berusha menjaga kestabilan
sistem perekonomian dengan perbaikan sarana prasarana dan mejaga kelancaran sistem
pembayaran.Hal ini terjadi pada tahun 2018 dan 2019.
 Kuadran II
Growth rendah,share tinggi, artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lambat
namun dengan prioritas tinggi untuk mencapai share. Hal ini terjadi pada tahun 2020.
 Kuadran III
Growth rendah,share rendah, Indonesia mengalami fase buruk dalam pertumbuhan
ekonomi dan kontribusinya juga . Hal ini terjadi pada tahun 2015 dan 2017.
 Kuadran IV
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tinggi,namun kontribusi rendah artinya pertumbuhan
ekonomi belum mampu memenuhi kebutuhan dan pengembalian modal. Hal ini terjadi
pada tahun 2016.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi sektor listrik, gas
dan air bersih yang paling tinggi growth dan share-nya adalah pada tahun 2018, yang
berada dikuadran I. Kontribusi terbesar dari sektor ini adalah 0,05%. Pada kuadran II
terdapat tahun 2020 di mana posisi ini adalah yang terburuk dalam perekonomian.
Kontribusi sektor ini sebesar -0,02% posisinya sudah negatif. Badan Pusat Statistik (BPS)
melaporkan, pada tahun 2020, realisasi pertumbuhan ekonomi minus 2,07 persen. Kepala
BPS Suhariyanto mengatakan, pada tahun tersebut, sebanyak 10 dari 17 sektor
perekonomian menyumbangkan kinerja negatif akibat dampak dari pandemi virus corona
salah satunya adalah sektor pengadaan listrik dan gas minus 2,34 persen. (Movanita, n.d.)

Rendahnya konsumsi listrik sebelum Covid-19 terutama berasal dari pelanggan rumah
tangga, pada 2014-2018 hanya tumbuh (CAGR) 3,86%. Rendahnya pertumbuhan listrik
ini antara lain disebabkan melemahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta
perubahan pola konsumsi listrik. Bisa diprediksi dampak Covid-19 ini akan semakin
memukul konsumsi listrik. Kini, sumber pelemahan konsumsi listrik juga berasal dari
industri dan bisnis. Hampir dipastikan pertumbuhan konsumsi listrik 2020 turun dan
berpotensi terkontraksi. (Sayekti, n.d.)

2.10. Analisis trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Periode 2015-2020 (Dianalisis Oleh Aulia Rahmi Putri 01031181823020)

Tahun
PDB Proyeks
Tahun (Miliar) i Trend
102263, 124728,
2015 8 2021 6
107644, 128284,
2016 5 2022 4
109536, 131840,
2017 6 2023 1
135395,
2018 115538 2024 9
2019 120441, 2025 138951,
6 7
118275,
2020 7    

Dari data tersebut,dapat diambil analisis Tren Selama 5 tahun kedepan dengan
menggunbakan fungsi sebagai berikut:
=TREND (Pertumbuhan Ekonomi 2015 s.d 2020;Tahun Acuan 2015 s.d 2020 ;Tahun
Sasaran 2021 s.d 2026; TRUE) atau
=TREND (B42:B47;A42:A47;C42:C47;TRUE)
Keterangan
B42:B47 =Persentase Pertumbuhan Ekonomi
A42:A47 = Tahun Acuan 2015-2020
C42:C47 = Tahun Sasaran 2021-2026
TRUE = Nilai normal tidak boleh kosong

Berdasarkan data tersebut,dapat diketahui bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi


Indonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu, dimana pada tahun 2021 sebesar
124728,59 (Dalam milyar Rupiah) lalu meningkat di tahun 2022 sebesar 128284,36
(Dalam milyar rupiah), Tahun 2023 sebesar 131840,14 (Dalam Milyar Rupiah), Tahun
2024 sebesar 135395,92 (Dalam Milyar Rupiah), Tahun 2025 sebesar 138951,70 (Dalam
Milyar Rupiah), Tahun 2026 sebesar 142507,47 (Dalam Milyar Rupiah).
Prospek ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan pulih seiring
dengan perbaikan ekonomi global dalam beberapa waktu terakhir.
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik, Kementerian PPN/Bappenas merilis
Outlook Perekonomian Indonesia Pasca Pemilu Nasional yang memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020-2024 sebesar 5,3% hingga 6,5%. Kunci
peningkatan pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan peningkatan produktivitas, investasi,
kualitas sumber daya manusia, dan perbaikan pasar tenaga kerja.
Prediksi pertumbuhan ekonomi ini memiliki tiga skenario, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Pertama, skenario pertumbuhan ekonomi terendah memiliki rentang 5,3% hingga
5,5%. Secara rinci prediksi skenario pertama pada 2020 sebesar 5,3%, 2021 sebesar
5,4%, 2022 sebesar 5,4%, 2023 sebesar 5,5%, dan 2024 sebesar 5,5%. Skenario
selanjutnya masuk ke dalam skenario sedang yang memiliki rentang 5,4% hingga 6,1%.
Adapun pada skenario kedua memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 sebesar
5,4%, 2021 sebesar 5,5%, 2022 sebesar 5,7%, 2023 sebesar 5,9%, dan 2024 sebesar
6,4%.
Sementara untuk skenario terakhir termasuk dalam kategori tinggi yang memiliki rentang
pertumbuhan 5,5% hingga 6,5%. Prediksi pertumbuhan ekonomi skenario tertinggi pada
2020 sebesar 5,5%, 2021 sebesar 5,7%, 2022 sebesar 5,9%, 2023 sebesar 6,2%, dan 2024
sebesar 6,5%. (BAPPENAS, n.d.)

2.11. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan Periode 2015-2020 (Dianalisis


Oleh Sinta Septriana 01031281823083)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR BANGUNAN 2015-2020


Tahun PDB (Miliar) Growth (%) Share (%) Kuadran
2015 879163,9 0,00 14,60 III
2016 925040,3 5,22 15,36 IV
2017 987924,9 6,80 16,41 IV
2018 1048082,8 6,09 17,41 I
2019 1108425 5,76 18,41 I
2020 1072334,8 -3,26 17,81 II
Jumlah 6020971,7 20,61 100,00
Rata-Rata Tahunan 1003495,283 3,43 16,67

Dalam pendapatan nasional, sektor bangunan termasuk sektor ke-5. Menurut Asia
Construction Outlook, Indonesia memiliki peringkat tinggi sehubungan dengan
pertumbuhan pengeluaran untuk konstruksi, serta juga pasar konstruksi paling
menguntungkan kedua di Asia.
Berikut adalah table sektor bangunan, analisis kuadran, dari sektor tersebut untuk periode
2015-2020.
Berdasarkan kondisi pertumbuhan ekonomi sektor bangunan tersebut, pertumbuhan
ekonomi berdasarkan PDB dengan harga konstan, dibagi dalam empat kuadran. Posisi
sektor bangunan yang paling rendah growth dan share-nya adalah tahun 2015, yang
berada di kuadran III. Kondisi tersebut menunjukkan pada tahun tersebut posisi sektor
bangunan di Indonesia berada di posisi yang tidak baik, karena pada tahun 2015 tingkat
kecelakaan kerja di sektor konstruksi masih tinggi. Dikutip dari situs Kementerian
Pekerjaan Umum, sektor bangunan menjadi penyumbang terbesar data mengenai proporsi
kecelakaan kerja di Indonesia bersama dengan industri manufaktur sebesar 32 persen,
berbeda dengan sektor transportasi (9 persen), kehutanan (4 persen) dan pertambangan (2
persen).
Pertumbuhan share tertinggi sektor bangunan berada pada tahun 2019, yang berada di
kuadran I, sama seperti pada tahun 2018 yang berada di kuadran I. Pada tahun 2018 dan
2019, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang stabil.
Pada tahun 2020, yang berada di kuadran II, growth yang terjadi -3,255989354 karena
sektor bangunan mengalami tantangan untuk bertahan di tengah PDB yang sedang
mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Fenomena merosotnya pertumbuhan
sektor bangunan dipicu oleh penurunan realisasi pengadaan semen Indonesia serta impor
dan ekspor bahan baku. Akan tetapi, proyek yang dilakukan tetap berjalan meski ada
pengalihan (refocusing) anggaran sehingga hanya ditunda sementara dan kini berangsur
berjalan kembali di fase adaptasi kebiasaan baru (new normal). Namun, kondisi tersebut
tidak mempengaruhi tren jangka panjang PDB Indonesia pada tahun 2020, terjadi tren
peningkatan antara tahun 2019-2020.

Pertumbuhan ekonomi sektor bangunan tumbuh sebesar 5-6% tiap tahunnya. Sektor
konstruksi sejak tahun 2015 hingga 2020 tercatat selalu memberikan kontribusi lebih dari
10% terhadap PDB setiap tahunnya. Bahkan pada Triwulan III-2020 yang merupakan
masa-masa sulit di tengah pandemi Covid-19, industri konstruksi masih tetap
berkontribusi positif 10,6 persen terhadap PDB.

2.12. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan Periode 2015-2020


(Dianalisis Oleh Sinta Septriana 01031281823083)

ANALISIS TREN SEKTOR BANGUNAN 2015-2020


n Tahun t PDB (Miliar); (Y) t2 Yt
1 2015 -5 879163,9 25 -4395819,5
2 2016 -3 925040,3 9 -2775120,9
3 2017 -1 987924,9 1 -987924,9
4 2018 1 1048082,8 1 1048082,8
5 2019 3 1108425 9 3325275
6 2020 5 1072334,8 25 5361674
Jumlah 6020971,7 70 1576166,5

a = ΣY / N
100349
a = 6020971.7 / 6 5

b =ΣYt / Σt2
b = 1576166.5 / 70 22516,7

 Y = a + b (t) a b
Y = 1003495 + 22516.7 100349 22516,
(t) 5 7
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR BANGUNAN 6 TAHUN
KEDEPAN

Tahun t PDB (Miliar) ; (Y)

2021 7 1161111,9

2022 9 1206145,3

2023 11 1251178,7

2024 13 1296212,1

2025 15 1341245,5

2026 17 1386278,9

2.13. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan , Hotel, dan Restoran Periode


2015-2020 (Dianalisis Oleh Vita Septiana 01031181823010)

PDB Growth Share


Tahun (Miliar) (%) (%) Kuadran

2015 1207165 0,00 15,13 III

2016 1255761 4,03 15,74 IV

2017 1311747 4,46 16,44 IV

2018 1376879 4,97 17,26 I

2019 1440263 4,60 18,05 I


2020 1386695 -3,72 17,38 II

Jumlah 7978509 14,33 100  


Rat-rata
Tahunan 1329751 2,39 16,67  
2.14. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pedagangan,Hotel, dan
Restoran Periode 2015-2020 (Dianalisis Oleh Vita Septiana 01031181823010)

SEKTOR PERDAGANGAN

ANALISIS TREN SEKTOR PERDAGANGAN 2015-2020


PDB (Miliar);
n Tahun t (Y) t2 Yt
- 2
1 2015 5 1207165 5 -6035823
-
2 2016 3 1255761 9 -3767282
-
3 2017 1 1311747 1 -1311747

4 2018 1 1376879 1 1376879

5 2019 3 1440263 9 4320789


2
6 2020 5 1386695 5 6933477
Jumla 7
  h   7978509 0 1516293
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERDAGANGAN 6 TAHUN
KEDEPAN

Tahun t PDB (Miliar);(Y)


2021 7 1481380,813
2022 9 1524703,479
2023 11 1568026,144
2024 13 1611348,81
2025 15 1654671,476
2026 17 1697994,142

2.15. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Periode


2015-2020(Dianalisis Oleh Ilham Al- Hadis 01031281823099)
Sektor Angkutan dan Telekomunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di
setiap sektor ekonomi. Era globalisasi, peranan sektor ini sangat vital dan menjadi
indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi menjadikan dunia
tanpa batas, sub sektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi
mobilitas ekonomi. Dapat dilihat dalam data ini selama 4 tahun terakhir terjadi
peningkatan kecuali tahun 2020, akibat pandemic yang terjadi namun tidak terlalu turun
secara signifikan.
ANALISIS KUADRAN PERTUMBUHAN EKONOMI
SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
GROWTH SHARE KUADRA
Tahun PDB (MILYAR) % % N

2015 385.313 0,00 13,79 III

2016 417.026 8,23 14,93 IV

2017 455.050 9,12 16,29 I

2018 487.050 7,03 17,44 I

2019 526.347 8,07 18,84 I

2020 522.706 -0,69 18,71 II

Jumlah 2.793.491 31,76 100,0  


Rata-
Rata 465.582 5,29 16,67  

Pertumbuhan ekonomi indonesia sektor pengangkutan dan komunikasi (2015-2020)


ANALISIS ANALISIS KUADRAN SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
(2015-2020)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi


sektor pengangkutan dan komunikasi yang paling tinggi growth nya pada tahun 2017
yang berada pada kuadran I dengan persentase sebesar 9.12% dan share 16.29%.
Kondisi ini terjadi karena pada tahun 2017 sektor pengangkutan dan komunikasi
menjadi sector yang paling banyak berkontribusi terhadap laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan perbaikan dan pembangunan
infrasturktur yang terus dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan pertumbuhan paling
rendah terjadi pada tahun 2020 yang berada pada kuadran II dengan persentase
growth -0.69% namun dengan share cukup tinggi yaitu 18.71%.
2.16. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi Periode 2015-2020 (Dianalisis Oleh Ilham Al-Hadis 01031281823099

Cara Pertama

ANALISIS TREND PERTUMBUHAN EKONOMI


SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI  
PDB (miliar)
N Tahun X X2 XY
(Y)
38
1 2015 -5 5.312,85 25 (1.926.564,25)
41
2 2016 -3 7.025,75 9 (1.251.077,25)
45
3 2017 -1 5.050,05 1 (455.050,05)
48
4 2018 1 7.049,60 1 487.049,60
52
5 2019 3 6.346,80 9 1.579.040,40
52
6 2020 5 2.706,40 25 2.613.532,00
70,
Jumlah 2.793.491,45 00 1.046.930,45

a = ΣY / N

465.581,91

b =ΣXY / ΣX2

14.956,15

 Y = a + b X a b

465.581,91 14.956,15
PDB (miliar rupiah)
Tahun (X)
(Y)

2021 7 570.274,95

2022 9 600.187,25

2023 11 630.099,55

2024 13 660.011,85

2025 15 689.924,15

2026 17 719.836,45

Keterangan :

X = Tahun actual - Tahun dicari , Y= PDB

X2 = X pangkat Dua, XY = Tahun X* PDB

(x) = X + 2

CARA 2
Tahun PDB (miliar) Tahun Target Trend
385.312,
2015 85 2021 570.274,95
417.025,
2016 75 2022 600.187,25
455.050,
2017 05 2023 630.099,55
487.049,
2018 60 2024 660.011,85
526.346,
2019 80 2025 689.924,15
522.706,
2020 40 2026 719.836,45
Proyeksi pertumbuhan ekonomi pengangkutan dan komunikasi pada 6 tahun kedepan

Berdasarkan buku (Machmud, 2016) Untuk mencari Proyeksi Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia selama 6 tahun kedepan kita membaginya tiap 2 tahun.
Lalu,untuk mengukur tahun actual dan tahun dicari kita perlu mengetahui dulu
pengertian dua istilah tersebut. Tahun actual adalah tahun saat ini atau tahun
berjalan sedangkann tahun dicari adalah tahun sebelumnya atau tahun yang akan
dihitung proyeksinya. Sebagai contoh, untuk mengukur X tahun 2015 kita
mengukurnya dengan:

X 2020 = Tahun Actual (2020) – Tahun dicari (2015)


X2015 = 5

X 2019 = 2019-2016
X 2019 = 3

X 2018 = 2018-2017
X 2018 =1

X2017= 2017-2018
X 2017 = -1

X 2016 = 2016-2019
X 2016 = -3

X 2015 =2015-2020 x=-5

Lalu untuk mencari (x) kita menggunakan proyeksi per 2 tahun selama 6 periode
jadi ,setiap tahun proyeksi ditambah 2 sebagai contoh :
2021 = X 2020+ 2 tahun
= 5+2
=7
2022= (x)2021+2 tahun
=7+2
=9
2023=(x)2022+2 tahun
= 9+2 =11
2024 = (x) 2023+2 tahun
=11+2 =13
2025 =(x) 2024+2 tahun
=13+2 =15
2026=(x)2025+2 tahun
= 15+2 =17
Lalu, untuk mencari pdb tahun proyeksi (2021-2026) kita menggunakan
persamaan Y= a+b x. Hal ini berarti nilai a+nilai b x nilai tahun yang akan
diproyeksi
Sebagai contoh :

PDB PROYEKSI 2021 = Y= a+b x (x)2021

Y= 465581.91+ 14956.15 x 7

Y= 570274.95 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2022


Y= a+b x (x)2022
Y=465581.91+ 14956.15 x 9

Y= 600187.25 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2023


Y= a+b x (x)2023 Y=465581.91+
14956.15 x 11
Y= 630099.55 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2024

Y= a+b x (x)2024 Y=465581.91+


14956.15 x 13
Y= 660011.85 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYEKSI 2025

Y= a+b x (x)2025 Y=465581.91+


14956.15 x 15
Y= 689924.15 (Dalam Milyar Rupiah)

PDB PROYESKI 2026

Y=a+bx(x)2026
Y=10071232+196511,8 x 17
Y= 719836.45 (Dalam Milyar Rupiah)

Grafik Trend
750000

f(x) = 29912.3 x + 540362.65


700000 R² = 1

650000

600000

550000

500000
1 2 3 4 5 6
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
khususnya pada sektor pengangkutan dan komunikasi dalam 5 tahun kedepan selalu
mengalami peningkatan. Hal ini didukung dengan adanya pembangunan
infrastruktur dan perkembangan dunia digital yang sangat pesat. Hal ini dilakukan
dengan cara meningkatkan peranan investor untuk melakukan investasi di
Indonesia, misalnya pembangunan bandara, pelabuhan, jaringan telekomunikasi
dan sebagainya. Pertumbuhan positif di sektor informasi dan komunikasi ini erat
kaitannya dengan peran sebagai enabler (fasilitator) dalam mendorong
keberlangsungan kegiatan produktif baik urusan pekerjaan, fasilitas dan produk
kesehatan, pendidikan, sosial keagamaan, rekreasi, hiburan hingga transaksi
ekonomi. Terbukti, menurut BPS, sektor komunikasi juga menjadi sumber
pertumbuhan yang memberikan angka kontribusi positif tertinggi, yaitu sebesar
0,57 persen poin, bagi total minus 2,07 persen pertumbuhan kumulatif PDB
Indonesia di sepanjang 2020. Dilain sisi menurut BPS sektor pengangkutan
khususnya transportasi dan pergudangan tercatat minus hingga 30,84 persen
sepanjang April-Juni 2020. Realisasi itu berbanding terbalik dengan kuartal II
2019 yang tumbuh 5,88 persen. Hal ini akibat pendami virus corona dan
membuat pemerintah memberikan imbauan work from home (WFH) dan school
from home (SFH) sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran pandemi virus
corona.

2.17. Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan,Persewaan dan


Jasa Perusahaan periode 2015-2020 (Dianalisis Oleh Aulia Rahmi Putri
01031181823020)
Sektor kedelapan dalam pendapatan nasional adalah sektor keuangan, persewaan, dan
Jasa Perusahaan. Berikut adalah tabel sektor keuangan, persewaan, dan Jasa
Perusahaan, analisis kuadran, serta analisis tren dari sektor tersebut untuk periode
2015-2020.

Tahun PDB (Miliar) Y Growth Share Kuadra


(%) (%) n
2015 762644,1 0,00 14,42 III
2016 817101,6 0,07 15,45 IV
2017 861303,7 0,05 16,29 IV
2018 902959,9 0,05 17,07 I
2019 966930,4 0,07 18,28 I
2020 977412,5 0,01 18,48 II
0,24098
Jumlah 5288352,2 3 100  
Rata-
rata
Tahuna 0,04016 16,6666
n 881392,0333 4 7  

Analisis Kuadran Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa


Perusahaan Periode 2015-2020 Semua data dibagi menjadi 4 kuadran yaitu :
 Kuadran I

Growh tinggi,tingkat kontribusi juga tinggi artinya Indonesia berusha menjaga kestabilan
sistem perekonomian dengan perbaikan sarana prasarana dan mejaga kelancaran sistem
pembayaran.Hal ini terjadi pada tahun 2018 dan 2019.
 Kuadran II
Growth rendah,share tinggi, artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lambat
namun dengan prioritas tinggi untuk mencapai share. Hal ini terjadi pada tahun 2020.
 Kuadran III

Growth rendah,share rendah, Indonesia mengalami fase buruk dalam pertumbuhan


ekonomi dan kontribusinya juga . Hal ini terjadi pada tahun 2015.

 Kuadran IV

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tinggi,namun kontribusi rendah artinya pertumbuhan


ekonomi belum mampu memenuhi kebutuhan dan pengembalian modal. Hal ini terjadi
pada tahun 2016 dan 2017.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang paling tinggi growth dan share-nya
adalah pada tahun 2019, yang berada pada kuadran I. Pada kuadran III terdapat tahun
2015 di mana perekonomian Indonesia pada tahun tersebut sangatlah buruk atau kurang
baik.
Di tengah pemulihan perekonomian global yang berjalan lambat dan adanya tekanan pada
pasar keuangan domestik, OJK tidak hanya berfokus menghasilkan kebijakan yang
mendorong pengembangan sektor jasa keuangan namun harus menghasilkan kebijakan
yang mendukung stabilitas sistem keuangan melalui kebijakan yang bersifat insentif
maupun kebijakan yang bersifat relaksasi kepada sektor jasa keuangan..
Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan kontribusi sektor jasa keuangan terus
meningkat bagi pertumbuhan perekonomian (PDB). Bahkan dalam tiga tahun terakhir,
porsi industri jasa keuangan khususnya perbankan dan asuransi di ekonomi terus
meningkat.
"Secara umum sektor jasa keuangan dan asuransi berkontribusi 4,20 persen pada 2016
atau naik kontribusinya dibanding tahun lalu sebesar 4,03 persen di 2015 dan 2014
sebesar 3,86 persen. Dari sisi pertumbuhan sektor ini juga meningkat dalam tiga tahun
terakhir karena pertumbuhan sektor jasa keuangan dan asuransi memang tertinggi di 2016
(8,9% yoy)," katanya di Jakarta, Rabu (22/2/2017).
Dewan Komisioner OJK periode pertama telah mengarahkan pengembangan sektor jasa
keuangan dalam tiga aspek yaitu kontributif, stabil, dan inklusif. Arah pengembangan
sektor jasa keuangan telah tercantum dalam Masterplan Sektor Jasa Keuangan 2015-
2019.
Aspek kontributif adalah mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan dalam mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, aspek stabil adalah menjaga stabilitas sistem
keuangan sebagai landasan bagi pembangunan yang berkelanjutan dan aspek inklusif
adalah mewujudkan kemadirian finansial masyarakat serta mendukung upaya
peningkatan pemerataan dalam pembangunan.
Sumber : Wartaekonomi.co.id
2.18. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi sektor Keuangan (Dianalisis Oleh
Thoriq Aziz 01031281823201)

Tahun
Tahun PDB Acuan Trend
762644, 103789
2015 1 2021 0
817101, 108260
2016 6 2022 4
861303, 112731
2017 7 2023 8
902959, 117203
2018 9 2024 2
966930, 121674
2019 4 2025 6
977412,
2020 5    
Berdasarkan data tersebut,dapat diketahui bahwa perkiraan ,pertumbuhan ekonomi
sektor keuangan Indonesia pada tahun 2021 sebesar 1037890 (Dalam milyar Rupiah)
lalu meningkat di tahun 2022 sebesar 1082604 (Dalam milyar rupiah), Tahun 2023
sebesar 1127318 (Dalam Milyar Rupiah), Tahun 2024 sebesar 1172032(Dalam Milyar
Rupiah), Tahun 2015 sebesar 1216746 (Dalam Milyar Rupiah).
1200000

1000000
f(x) = 44713.85 x + 724893.57
R² = 0.98
800000

600000
Linear ()
400000

200000

0
1 2 3 4 5 6

Rumusnya
=FORECAST(Tahun dicari;Blok PDB Tahun Sebelumnya;Blok Periode Sebelumnya)
=FORECAST(C39;$B$39:$B$44;$A$39:$A$44)
Untuk mencari Trend cara ini, kita perlu blok PDB Tahun sebelunya , insert-> Line
with marks -> Pilih Linear dan tentukan peramalan selama beberapa tahun kedepan
(FORECAST) sehingga mendapat nilai r2 dan y nya. Setelah itu, kita buat fungsi
forecast yakni peramalan selama beberapa tahun kedepan dengan persamaan
=FORECAST(Tahun dicari;Blok PDB Tahun Sebelumnya;Blok Periode Sebelumnya)
Untuk Tahun dicari dan PDB tahun sebelumnya kita perlu blok menggunakan tombol
f4 guna mencegah agar tidak berpindah ke cell lain dalam Microsoft exel.

Prospek ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan pulih seiring
dengan perbaikan ekonomi global dalam beberapa waktu terakhir. Sektor keuangan
memegang peranan penting dalam perekonomian suatu Negara sebagai penyedia dana
utama bagi pembiayaan perekonomian.
Pendalaman keuangan merupakan istilah yang muncul sebagai penegas bahwa
pembangunan berkualitas pada sektor keuangan tidak hanya fokus pada aspek
kedalaman, tetapi juga pada keterjangkauan dan efisiensi penyedia jasa keuangan.
Meskipun peran dan keberhasilan sektor keuangan dalam menumbuhkan ekonomi
berbeda-beda antar waktu dan antar negara, kebutuhan akan sektor keuangan yang
efektif dan efisien untuk menumbuhkan perekonomian tidak tersanggahkan.
Pendalaman keuangan tidak hanya cukup dengan meningkatkan ukurannya, tetapi juga
perlu mengutamakan kualitas yang memungkinkan sektor keuangan menjalankan
fungsinya, baik sebagai motor maupun penopang pertumbuhan ekonomi, tanpa
memunculkan dampak negatif yang tidak terantisipasi dan teratasi.
“Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, sektor jasa
keuangan merupakan salah satu sektor penting dan dibutuhkan untuk membiayai
kebutuhan investasi dan pembangunan, sehingga upaya pendalaman keuangan menjadi
sangat penting baik dari pasar keuangan maupun institusi keuangan, dengan tetap
memperhatikan pengelolaan risiko dan stabilitas sistem keuangan. Namun, saat ini
Indonesia masih menghadapi tantangan besar karena kondisi sektor jasa keuangan kita
masih terbilang dangkal yang berpengaruh terhadap perekonomian kita. Inklusivitas
Indonesia juga masih terbilang cukup rendah, dimana masih banyak penduduk
Indonesia yang belum menikmati layanan jasa keuangan secara formal,” jelas Deputi
Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Leonard VH Tampubolon pada acara
Seminar Hasil Kajian Pendalaman Keuangan di Indonesia.

2.19. Analisis Kuadran Ekonomi Sektor Jasa Periode 2015-2020 (Dianalisis oleh
Syarah Lutfa Aliya 01031281823093)
2.20. Analisis Trend Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa Periode 2015-2020
(Dianalisis oleh Syarah Lutfa Aliya 01031281823093)
2.21. Struktur Ekonomi 2015-2020 Tabel Sektor Primer(Dianalisis oleh Syarah
Lutfa Aliya 01031281823093)
2.22. Struktur Ekonomi 2015-2020 Tabel Sektor Sekunder(Dianalisis oleh Syarah
Lutfa Aliya 01031281823093)
2.23. Struktur Ekonomi 2015-2020 Tabel Sektor Tersier(Dianalisis oleh Syarah
Lutfa Aliya 01031281823093)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. (n.d.). Inilah Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020-2024.


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/01/inilah-prediksi-pertumbuhan-
ekonomi-indonesia-2020-2024

Kementrian, K. (2020). APBN Kita Desember 2020. APBN Kita Desember, 17.

Machmud, A. (2016). Perekonomian Indonesia Pasca Reformasi. ERLANGGA.

Movanita, P. M. F. | E. A. N. K. (n.d.). Penyebab Ekonomi RI Minus di 2020: Sektor


Transportasi dan Pergudangan. Kompas.
https://amp.kompas.com/money/read/2021/02/05/123152626/penyebab-ekonomi-ri-minus-
di-2020-sektor-transportasi-dan-pergudangan

Sayekti, S. (n.d.). Sektor Kelistrikan di Tengah Covid-19. Sunarsip - Ekonom Senior The
Indonesian Economic Intelligence (IEI). https://amp.kontan.co.id/news/sektor-kelistrikan-
di-tengah-covid-19

STATISTIK, B. P. (n.d.). [Seri 2010] PDB Seri 2010 (Milyar Rupiah), 2020.
https://www.bps.go.id/indicator/11/65/1/-seri-2010-pdb-seri-2010.html

Anda mungkin juga menyukai