Anda di halaman 1dari 2

Jumlah peredaran uang tahun 2014

Bank Indonesia (BI) memperkirakan jumlah uang yang diedarkan (UYD) akhir
tahun ini mencapai Rp 542,8-Rp 566,4 triliun atau tumbuh 8,6 persen-13,3 persen
dibandingkan periode sama pada 2013 yang mencapai Rp 500 triliun.

Sementara jumlah uang kartal yang keluar dari BI (outflow) periode Desember
2014, diperkirakan akan mencapai Rp 82,6-Rp 88,1 triliun atau tumbuh 11,3
persen-18,7 persen. Sedangkan itu untuk jumlah uang kartal yang masuk ke BI
(inflow) diprediksikan sebesar Rp 21,4-Rp 26,1 triliun atau naik 4,8 persen-27,9
persen.

Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Dian Karmila mengatakan, UYD akhir


tahun rata-rata selalu meningkat sebesar 15,4 persen. Namun, jika dibandingkan
dengan UYD Lebaran, relatif konstan dengan posisi rata-rata sebesar 109 persen
pada periode 2001-2006 dan 101,4 persen pada 2007-2013.

“Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, UYD setiap tahun
cenderung meningkat. Tahun ini kami mempredikasikan jumlah UYD akan
mencapai kisaran Rp 542,8-Rp 566,4 triliun,” ujar dia dalam acara Kegiatan
Sharing Info Mengenai Kesiapan Sistem Pembayaran Tunai Bank Indonesia
Menghadapi Libur Akhir Tahun di Jakarta, Selasa (23/12).

Sama halnya dengan jumlah UYD, jelas Dian, jumlah uang outflow maupun inflow
juga selalu meningkat setiap tahun. Rata-rata kenaikkan outflow dan inflow
selama Desember setiap tahun sebesar 11,9 persen dan 3,8 persen. Hal itu, ujar
dia, terjadi saat hari besar keagamaan, liburan sekolah, dan akhir tahun.

“Kenaikkan uang outflow dan inflow tersebut merupakan siklus musiman di akhir
tahun, terutama untuk penyelesaian transaksi, realisasi anggaran serta
pembayaran tunjangan kinerja akhir tahun baik untuk instansi pemerintah atau
perusahaan swasta,” jelas dia.

Berdasarkan kelompok pecahan, uang outflow periode Desember 2014


diperkirakan sebagian besar berupa uang pecahan besar (UPB), yaitu uang Rp 20
ribu ke atas. Menurut Dian, UPB diperkirakan mencapai 98 persen dan sisa 2
persen adalah uang pecahan kecil (UPK). “Porsi itu sedikit berbeda dengan situasi
saat lebaran yang uang outflow UPK-nya lebih tinggi,” papar dia.

Berdasarkan penyebaran periode Desember, ungkap Dian, kantor pusat (KP)


merupakan wilayah dengan jumlah uang outflow tertinggi. Pangsa KP sebesar
27,4 persen, kemudian diikuti Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 12,9
persen, serta wilayah Kalimantan sebesar 10 persen. Sementara untuk uang
inflow Desember 2014, itu terbanyak dari Jawa Barat dan Banten yang sebesar
20,3 persen, KP 18,2 persen, serta Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) yang sebesar 16 persen.

“Persediaan uang BI secara nasional sangat mencukupi, jadi masyarakat tidak


perlu khawatir. Kami sudah melakukan pengiriman sejak awal November kepada
kantor pusat dan depo kas BI. Jadi misalnya, untuk wilayah Sulawesi itu depo
kasnya ada di Makassar, jadi tidak perlu ke Jakarta,”jelas dia.

Sementara untuk pelayanan uang non tunai, Deputi Direktur Departemen


Penyelenggara Sistem Pembayaran Irwan Zubir menjelaskan, layanan kas BI tutup
pada 25 dan 26 Desember 2014, serta 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2015.
Adapun untuk layanan non tunai BI, terdiri dari real time gross settlement (RTGS)
dan sistem kliring nasional (SKN).

Peredaran Uang Palsu

Selain itu, Dian menambahkan, sepanjang tahun ini jumlah uang palsu yang
ditemukan BI ada sebanyak 7 lembar per 1 juta lembar. Jumlah tersebut
berkurang jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebanyak 11 lembar
per 1 juta lembar. Adapun tahun ini uang palsu untuk dolar AS ada 100 lembar
per 1 juta lembar, euro 43 lembar per satu juta lembar, dan pound sebesar 143
lembar per 1 juta lembar.

“Sampai saat ini peredaran uang palsu terbanyak itu masih di Pulau Jawa dan
Sumatera Utara. Tetapi, dibandingkan dengan (mata uang) negara-negara lain,
jumlah persebaran uang palsu rupiah kita masih kecil,” ujar dia.

Anda mungkin juga menyukai