LAMPU MATI.
BABAK 2
ANDINI: Ibu? Ibu saya sudah meninggal sejak aku dilahirkan. Kamu tidak mungkin ibuku.
IBU: Ini ibu nak.. Ibumu.. Sini Andini. (IBU MEMELUK ANDINI)
ANDINI : (MENANGIS DAN MEMULAI MENGADU KEPADA IBUNYA TENTANG
KEHIDUPANNYA) Ibu hari ini adalah hari pernikahanku. Aku akan hidup di kota, Bu,
meninggalkan Nenek. Aku akan hidup lebih baik. Selama ini ibu pergi meninggalkanku. Ibu
kemana? Aku membutuhkan sosokmu, Bu.
IBU : Ibu pergi ke suatu tempat yang indah, Nak. (MENGUSAP RAMBUT ANDINI)
IBU : Tidak bisa, Nak. Kamu harus disini. Lanjutkan hidupmu, Nak. Selama 16 tahun ini kamu
belum merasakan kebahagiaan.
ANDINI : Ibu.. Ibu tau tidak? Dari kecil aku dan Nenek pernah sebulan tidak makan nasi, Bu,
hanya memakan singkong dengan garam. Tapi hidupku akan berubah, Bu. Aku akan dibawa oleh
calon suamiku pindah ke Kota walaupun aku belum mencintainya namun aku akan menjadi istri
yang baik untuk dia. Ibu, Ayah di mana ya? Aku akan menikah, aku butuh seorang wali.
IBU : Ibu tidak tahu, jangan membicarakan lelaki brengsek itu. Nak, Ibu tidak bisa lama disini,
ibu harus kembali. Ibu tidak bisa menyaksikan hari bahagiamu.
ANDINI : Tapi, Bu, sebentar lagi.. Sebentar lagi.. Jangan pergi meninggalkanku lagi.
IBU : Maaf, Nak, Ibu harus meninggalkanmu sekarang, waktu ibu sudah habis.
BABAK 3
WISNU : Hari ini taksi yang aku bawa sepi penumpang. Aku bingung harus mencari tambahan
uang, sedangkan kebutuhan kita semakin hari semakin meningkat. Atasanku sudah memberi
surat peringatan karena setoranku selalu kurang. Supir taksi sepertiku sudah kalah dengan supir-
supir taksi online. Aku harus bagaimana lagi? Apakah kamu mau membantuku bekerja?
ANDINI : Aku harus bekerja apa, Mas? Pendidikanku hanya sebatas lulusan smp.
WISNU : Tuh lihat Tika dan Desi! Kehidupannya sudah lebih baik karena mereka bekerja!
(NADA SUARA WISNU MULAI MENINGGI)
ANDINI : Mas, tapi kan Mas tahu mereka adalah pelacur. Jadi, Mas ingin aku menjadi pelacur?
WISNU : Mau bagaimana lagi? Ya itu jalan satu-satunya untuk mudah mendapatkan uang!
ANDINI : Apa tidak ada cara lain, Mas? Apa uang lebih penting dibanding kehormatanku, Mas?
WISNU : (WISNU MENUNJUK WAJAH ANDINI) Andini jangan buat aku naik darah! Turuti
perintahku!
BABAK 4
ANDINI : Huh! Pagi kerja, malam kerja, tapi hidup tidak berubah-ubah. Aku menjadi seperti ini
karena keadaan yang menuntut, dan perasaanku terhadap suamiku yang membuatku tidak dapat
mengelak apa yang ia inginkan. Suamiku setiap hari hanya pulang untuk meminta uang dan
berbuat kasar kepadaku, lalu ia pergi entah kemana. Aku rasa ada yang tidak beres.
ANDINI : Ada urusan apa Ibu dengan suamiku? (DENGAN EKSPRESI BINGUNG)
ANDINI : Dia tidak ada, Bu. Memangnya ada urusan apa dengan suamiku?
RENTENIR : Tidak usah pura-pura tidak tahu kamu! Cepat bayar! Sudah lewat jatuh tempo ini
pembayarannya.
ANDINI : Memangnya berapa uang yang suami saya pinjam?
RENTENIR: Suamimu meminjam uang padaku sebanyak 20 juta, beserta bunganya 20%
RENTENIR: Alahhh.. cepat bayar sekarang! Kalau tidak rumah ini jadi taruhannya
RENTENIR: Huh? Beri waktu lagi? Kamu sama suamimu sama aja banyak alasan, sama-sama
licik! Setiap ditagih pasti banyak mengelak. Bilang nanti.. nanti..
RENTENIR: Oke, saya beri waktu seminggu untuk mengumpulkan uangnya. Kalau tidak,
kamu.... (RENTENIR MENGACAM DENGAN GERAKAN TANGAN DI LEHER, LALU
PERGI DARI PANGGUNG)
ANDINI: Mas, Mas, mengapa kamu berhutang sebanyak itu. (BERBICARA SENDIRI
KARENA BINGUNG DENGAN KEADAAN)
WISNU: Huh! Hari-hari gini aja. Uang setoran kurang. Dapat penumpang rese. Terus ini sudah
ada surat peringatan kedua kalinya dari Bos. Tagihan listrik sama kontrakan belum bayar. Huh
brengsek!
(WISNU MEMANGGIL ANDINI)
ANDINI: Mas, tadi ada orang yang mencarimu. Dia bilang kamu menghutang padanya untuk
berjudi. Apa benar, Mas, kamu berjudi? (BERTERIAK KEPADA WISNU)
WISNU: Suami baru pulang bukannya diurus malah dibentak-bentak! Durhaka lu ya!
ANDINI: Kamu berubah, Mas, tidak seperti 5 tahun yang lalu saat kita baru menikah. Aku sudah
kamu jadikan pelacur tapi kamu masih saja kekurangan uang. Mas, hutangmu kenapa sangat
banyak? Bagaimana kita membayaranya?
WISNU: Halah! Berisik! (SAMBIL MENAMPAR ANDINI) Tidak usah bacot deh! Kan ada duit
dari lu hasil melacur!
TETANGGA: Hey!! Lu ganggu gue aja lu! Terus kenapa lu nampar-nampar istri lu lagi? Jadi
suami ga becus lu! Padahal gue lagi mau mesra-mesraan sama suami gue kaya gini nih
(MEMBUAT GERAKAN TANGAN YANG MENGISYARATKAN BERCUMBU). Tiap hari
ribut, nampar istri, piring, baju pada melayang dimana-mana. Sampe celana dalam lu aja
nyangkut di depan pager rumah gue, nih! (MELEMPAR SESUATU KE MUKA WISNU) Kalau
lu mau ribut, sana ke laut aja sama hiu, ganggu aja! Bye! (PERGI SAMBIL MENGHIBAS
RAMBUTNYA)
WISNU: Heuh! Tetangga sialan! Bawel! Sudah ah gue mau nyari kebahagiaan, sini minta duit.
BABAK 5
ANDINI: Aduh.. hidup gue gini-gini aja, padahal udah nurut sama suami, rela jual diri udah 3
bulan ini tapi kok suami gue kurang mulu sama penghasilan gue. Gue begini karena pengen
memperbaiki nasib keluarga gue. Lo tau sendiri kan suami gue supir taksi yang penghasilannya
segitu-gitu aja, terus hobinmya main tangan.
DESI: Udalah, din gak usah ngeluh mulu. Lo tau gak? kemarin gue dibeliin berlian sama Om
pejabat dong.. katanya sih dia cerita ke gue, dia abis korupsi 5 M. Lumayan lah dapet cincin
gelang sama kalung buat biaya hidup setahun.
TIKA: Gila, lu sis. Enak banget sih. Gua juga dipake sama preman kamarin, lumayan gede sih,
cuma kurang buat gue.
DESI: Sebenernya gua mau hidup kaya wanita lainnya yang dihormati oleh masyarakat. Gue
nggak mau kerja banting tulang dan jadi hina begini. Tapi gue yatim piatu yang harus kerja buat
hidup gue.
TIKA: Ah! Des jangan ngomongin masa lalu. Semua orang mandang kita emang udah hina,
kotor, mau kita kaya gimanapun kita dianggap kotor sama mereka. Padahal mereka semua nggak
tahu penyebab kita jadi kaya gini itu kenapa. Hidup kita nggak seenak mereka!
ANDINI: Yahhh! Udahlah Tik, Des, mereka aja yang punya banyak uang menghambur-
hamburkan uang mereka seenaknya, nggak berpikir bahwa orang kecil kaya kita harus banting
tulang, jual tubuh ke orang yang tidak dikenal.
MADAM: Hadeh.. gosip mulu ini anak-anak. Jangan disesali, jangan dipikirin ini kan sudah
hidup yang harus kalian jalanin, kalian jangan ngeluh terus dong! Siapa tau nanti kalian bisa
kaya artis kemarin yang 80 Juta itu, lho. Yaudah, siap-siap bentar pengujung datang, gue mau
ada urusan dulu.
MADAM PERGI MENINGGALKAN PANGGUNG. KETIGA PELACUR BERSIAP-SIAP
MAKEUP. ALUNAN MUSIK DISKOTIK SEMAKIN KENCANG.
ANDINI: Kemana aja lu Ndre, baru keliatan. Sibuk sama kerjaan elu, ya? Gue gak butuh uang
lu Ndre! Gua cuma butuh temen lama gue yang selalu ada. Lu disini mau ngapain lagi? Udahlah
jangan buang-buang duit lu terus dengan selalu minum-minum di sini.
ANDRE: Maaf, Din, Kerjaan gue banyak makanya gue jarang ketemu lu. Banyak pejabat-
pejabat yang minta gue nulis buku tentang mereka, mereka nyuruh gue ngarang sesuatu hal yang
nggak mereka lakuin biar mereka dipandang baik sama orang-orang. Ya, istilahnya sih
pencitraan.
ANDINI: Tuh.. lu dibayar buat kerja rodi, Ndre, nulis sesuatu yang penuh kebohongan. Masih
mending kerjaan gue, walaupun begini gue apa adanya tentang semua hal yang gue lakuin.
Hidup gue juga lebih bermanfaat dari lu Ndre, gue mampu menghidupi banyak jiwa.
ANDRE: Iya, gue juga sadar pekerjaan gue nulis buku-buku hanya untuk membodohi publik,
gue selama ini matrealis. Tapi ternyata, raga dan jiwa gue makin lama makin berontak dengan
apa yang gue lakuin. Gue kagum sama lu, Din. Walaupun pekerjaan lu dipandang sebelah mata
sama masyarakat tapi lu nggak cengeng. Lu manusia yang jujur apa adanya menghadapi hidup
yang kejam ini. (ANDRE MEMEGANG BAHU ANDINI SAMBIL TERSENYUM)
LAMPU MATI.
BABAK 6
WARNO : Nih kartu gue. (MELETAKAN KARTUNYA KE ATAS MEJA JUDI). Gue harus
menang kali ini buat gantiin duit isteri gue yang gue pinjem. Nanti kalo nggak gue ganti, gue
disuruh tidur di sofa lagi. Ogah gue.
PARJO : (MELETAKAN KARTUNYA) Takut amat lu sama isteri. Makanya punya istri tuh
jangan cuma satu! Ribet kan hidup lu kalau ribut sama istri. Gue dong nih, istri gue 5, kalo ribut
sama yang satu tinggal sama yang lain.
WISNU : Emang kutu kupret lu berdua mah! (MELETAKAN KARTUNYA) Yang lu pikirin
cuma enak-enaknya doang.
MPOK IDAH : Lu kerjaan cuma judi doang banyak gaya punya isteri 5. Tau diri Parjo!
(SAMBIL MEMILIH KARTUNYA) Nah terus lu kenapa, Wisnu? Tumben muka lu nggak
berbinar-binar seperti biasanya kalau main judi. Udah mau tobat lu? (MELETAKAN
KARTUNYA)
WISNU : Banyak omong lu, Mpok! Kalah mulu gue kalau main, berjuta-juta gue pake duit buat
main judi malah kagak balik modal. Gue harus menang hari ini, lama-lama gue kasian sama
isteri gue yang gue jadiin pelacur itu, gue pukulin dia kalau dia nggak ngasih duit.
WARNO : (MELETAKAN KARTU) Kebangetan lu, Wis. Kalau gue yang gitu sama isteri gue,
gue bisa dimutilasi kali.
PARJO: Mpok, lu masih betah jadi janda? Anak lo emang gak butuh bapak?
MPOK IDAH: Kenapa lu nanya begitu? Mau jadiin gue isteri ke enam lu? (JEDA) Nggak ah,
gue trauma sama lelaki. Gue mendingan menghidupi anak gue sendiri aja, dari pada gue harus
punya laki kaya mantan suami gue atau kaya si Wisnu yang kasar. (SAMBIL MELIRIK KE
ARAH WISNU)
WISNU: Lo pada ngomong mulu. Menangkan gue nih! (TERUS WISNU BERDIRI DENGAN
GIRANGNYA)
WISNU: Andini tunggu aku, kamu akan senang dengan uang ini (SAMBIL TERSENYUM
LEBAR MENATAP UANGNYA).
LAMPU MATI.
BABAK 7
LAMPU MATI.
BABAK 8