Pada sebuah kaki lima, toko milik warga negara Cina, para pengemis tengah
mengakhiri istirahatnya dan langsung menyibukkan diri dengan membersihkan lantai
kaki lima tersebut. Seorang pengemis yang menguasai wilayah kaki lima itu pada
bingung menempatkan bendanya berupa keranjang sampah yang selalu dianggapnya
sebagai tempat demokrasi dan berkas rahasia. Keserbasalahan tersebut karena ia
merasa bahwa harta bendanya selalu diincar-incar oleh mata manusia. Dimatanya
dalam penempatan benda itu sudah cukup baik, tetapi belum tentu kena bagi mata
pemilik toko.
Pengemis : Memang serba salah. Salah bagi orang yang tidak mau mengerti
akan kebenaran dan kepastian yang kumiliki-kutaruh disini,
memang tepat menurut anggapanku. Tapi apakah tepat bagi rasa
dan biji mata orang lain ?
Lebih-lebih bagi bibir ceriwis si Cina itu.
Lantas dimana ?
Nah disini……oh, tidak. Disini akan jadi alas an tepat bagi si Cina
untuk menendang keranjang ini. Keranjang bagi orang kota
memang tempat sampah. Tapi bagiku adalah sebuah almari Cabinet
indah yang serasi untuk dokumen rahasia atau harta yang
mengandung nilai sejarah. Disini letak perbedaan yang paling
prinsipil.
Penulis,
Haji Adjim Arijadi.