Anda di halaman 1dari 4

Buah dari Kejujuran

Di sebuah negeri bernama Roma, berdiri suatu kerajaan islam yang dipimpin
oleh Sulaiman. Raja Sulaiman adalah raja yang bijaksana, adil dan peduli
terhadap rakyat rakyatnya. Pada suatu hari, Raja Sulaiman menetapkan
sebuah peraturan untuk para pedagang di negri itu. Yang isinya, tidak boleh
mencampur susu dan madu dengan air putih. Hal itu untuk menghindari
kecurangan dalam jual beli.

Raja pun turun langsung ke pasar-pasar negeri bersama pengawal setianya


bernama Usamah, lalu beliau menyampaikan peraturan tersebut melalui
pengeras suara. Sambil keliling di antara para pedagang di pasar itu, sang
raja menyeru:

"Wahai rakyatku sekalian, Allah telah berfirman dalam Qs. Al muthaffifin (raja
membaca suar al-Mutaffifin ayat 1-3). Kedatangan kami di sini ingin
menggumumkan bahwasanya mulai hari ini. Peraturan Islam dalam jual beli
akan diterapkan, yaitu kalian tidak boleh menjual susu atau madu atau
barang-barang lainnya yang sudah tidak murni. Atau sudah dicampur dengan
air putih. Ketahuilah peraturan ini dibuat untuk ditaati. Sekian"

Hari demi hari telah terlewati. Peraturan peraturan yang dibuat raja pun selalu
ditaati oleh rakyatnya. Hingga akhirnya terjadi peristiwa menarik antara Raja
Siluman dan Pedagang Susu Kambing.

Dimulai saat malam hari. Sebagai raja yang peduli terhadap rakyatnya, Raja
Sulaiman memiliki kegemaran mengelilingi daerah pinggiran kota Roma.
Sambil melihat kondisi rakyat-rakyatnya. Beliau mengobrol sama pengawal.

Usamah: "Wahai Raja, sepertinya kita sudah berkeliling jauh di pinggiran kota
Roma. Ini juga sudah tengah malam".

Raja Sulaiman: "Ya, kita istirahat dulu. Tapi apakah kamu sudah
mencatat/mendata warga yang membutuhkan bantuan pemerintah?"

Usamah: "Sudah Raja".

Raja Sulaiman: "Baiklah, mari kita beristirahat sebentar. Di sana ada rumah,
kita bisa bersandar di temboknya."

Setelah berkeliling lama, Raja dan pengawal setianya hendak beristirahat.


Mereka berdua bersandar di tembok rumah kecil. Namum tiba tiba saja
terdengar suara percakapan antara ayah dan anak.

Hamud: "Ayah hari ini kita hanya mendapat susu kambing sedikit."
Abdur: "Iya Nak, karena bulan ini musim kemarau jadi rumput-rumput pada
kering dan susu kambingnya jadi sedikit."

Hamud: "Oh begitu ya. Lalu kapan kira-kira susunya mulai banyak lagi?"
tanya Hamud pada ayahnya.

Abdur: "Nanti Nak. Bulan depan, kalau hujan sudah turun dan rumput-rumput
mulai menghijau pasti kambing-kambing kita akan gemuk dan kamu bisa
memerah susu sebanyak-banyaknya."

Setelah itu tiba-tiba Abdur berbisik-bisik pada anaknya si Hamud:

Abdur: "Nak..Naaak ke sini, ke sini. Ayah pengen ngomong sesuatu sama


kamu"

Hamud: "Mau ngomong apa Ayah? Kok kayak rahasia sekali." Abdur berkata
dengan nada sedikit pelan,

Abdur: "Nak, Kamu campurkan saja susu kambing yang tadi kamu perah.
Dicampur dengan air putih. Supaya susunya jadi banyak sehingga saat dijual
besok, kita bisa mendapat uang yang banyak." Ucap ayah sambil senyum.

Hamud: (tercengang dan kaget) "Maaf Ayah, aku tidak bisa melakukan itu.
Karena Raja Sulaiman sudah melarang kita menjual susu untuk mencampur
dengan air."

Abdur: (kecewa dan menjawab) "Ah Kamu ini. Tidak usah dengarkan apa
yang dikatakan oleh raja. Kita ini hidup miskin jika tidak melakukan seperti itu
kita tidak akan kaya. Tidak bisa punya rumah besar dan tidak punya
kendaraan bagus."

Hamud: "Ayah saya juga mau jadi orang kaya. Saya juga mau punya mobil.
Saya juga mau punya rumah besar. Tapi apakah karena kita ingin menjadi
orang kaya lantas kita melakukan kecurangan pada pembeli. Tidak ayah saya
tidak akan melakukan itu. Lagipula Raja Sulaiman sudah melarang dengan
keras" Hamud mencoba menjelaskan ayahnya.

Tapi ayahnya tetap menolak. Ia berkata dengan nada agak tinggi:

Abdur: "Kenapa kamu takut sama Raja Sulaiman. Bukankah sekarang sudah
tengah malam? Tidak ada yang melihat kalau kita mencampurkan susu
dengan air ! Raja Sulaiman pun tidak akan melihat perbuatan kita malam ini.
Ayolah campurkan saja." (Ucap Abdur dengan nada memaksa)
Hamud: "Ayah Meskipun tidak ada orang yang melihat. Meskipun Raja
Sulaiman tidak tahu perbuatan kita. Tapi Rabb-nya Raja Sulaiman tetap
melihat. Allah pasti tahu segala perbuatan kita. Karena Dia Maha Mengetahui
dan Dia Maha Melihat. Aku tidak mau melakukan kecurangan dan
ketidakjujuran. Baik saat ramai maupun saat sepi. Aku percaya Allah itu
mengawasi gerak-gerik kita ayah."

Jelas Hamud pada ayahnya. Agar jangan berbuat curang. sang ayah pun
mengalah dan pergi ke kamar. Namun di samping itu ternyata Raja Sulaiman
yang berada di balik tembok tersebut mendengar semua percakapannya.
Kemudian Raja Sulaiman dan mengawal itu kembali ke rumah sambil
berbincang-bincang.

Pengawal Usamah: "Wahai Raja, sungguh ucapan anak tadi sangat luar
biasa. Dia takut sekali sama Allah meskipun sedang di tempat yang sepi. Dia
merasa diawasi oleh Allah taala dan berbuat jujur.

Raja: "Ya saya sangat kagum sekali dengan anak tadi. Anak itu berhak
mendapat hadiah"

Keesokan harinya Raja menyuruh anaknya yang bernama Malik untuk pergi
ke rumah penjual susu bersama pengawalnya.

Raja Sulaiman: "Nak, Pergilah ke rumah penjual susu kambing yang tadi
malam aku temui. Pergilah bersama pengawalku ini, lalu berikan satu kantong
emas ini kepadanya"

Mendapat perintah dari ayahnya, Malik pun mentaati dan pergi bersama
pengawal. Sesampainya di rumah, Malik mengetuk pintu dan berkata pada
anak penjual susu tersebut.

Malik: "Assalamualaikum..."

Hamud membuka pintu dan menjawab:

Hamud: "Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Ada apa Putra


Raja datang ke sini?" tanya anak penjual susu.

Malik: "Saya datang ke sini ingin memberikan hadiah dari Raja untuk kamu"

Hamud: "Apa ini?"

Malik: "Itu adalah satu kantong emas"


Hamud kaget, rasanya seperti mimpi lalu berkata,

Hamud: "Masya Allah, Subhanallah..Banyak sekali. Eh, kenapa raja


memberikan ini kepada saya?"

Malik: "Saya tidak tahu. Cukuplah Allah yang tahu"

Hamud: "Jazakumullah Khairan. Semoga Allah membalas kebaikan kepada


raja Sulaiman"

Akhirnya anak tersebut memiliki rumah yang bagus dan mobil serta
kendaraan yang bagus. Tentunya itu semua tak lepas karena kejujuran dan
rasa muraqabatullah dari anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai