Anda di halaman 1dari 4

Naskah drama Islam di bawah ini terinspirasi dari kisah yang pernah kami tulis

berjudul Umar Bin Khattab dan perempuan penjual susu yang


jujur. Insyaallah akan diperankan oleh 8 orang:

Pertama seorang raja bernama Sulaiman, kedua pengawal raja bernama


Usamah, ketiga anak raja bernama Malik, kemudian keempat dan
kelima adalah seorang bapak dan anak yang bernama Abdur dan Hamud.
Adapun 3 orang sisanya hanyalah pelengkap (pura pura jadi pedagang).

1. Alur Pertama Drama Islami

Di sebuah negeri bernama Roma, berdiri suatu kerajaan islam yang dipimpin
oleh Sulaiman. Raja Sulaiman adalah raja yang bijaksana, adil dan peduli
terhadap rakyat rakyatnya. Pada suatu hari, Raja Sulaiman menetapkan sebuah
peraturan untuk para pedagang di negri itu. Yang isinya, tidak boleh mencampur
susu dan madu dengan air putih. Hal itu untuk menghindari kecurangan dalam
jual beli.

Raja pun turun langsung ke pasar-pasar negeri bersama pengawal setianya


bernama Usamah, lalu beliau menyampaikan peraturan tersebut melalui
pengeras suara. Sambil keliling di antara para pedagang di pasar itu, sang raja
menyeru:

"Wahai rakyatku sekalian, Allah telah berfirman dalam Qs. Al muthaffifin (raja
membaca suar al-Mutaffifin ayat 1-3). Kedatangan kami di sini ingin
menggumumkan bahwasanya mulai hari ini. Peraturan Islam dalam jual beli
akan diterapkan, yaitu kalian tidak boleh menjual susu atau madu atau barang-
barang lainnya yang sudah tidak murni. Atau sudah dicampur dengan air putih.
Ketahuilah peraturan ini dibuat untuk ditaati. Sekian"

Hari demi hari telah terlewati. Peraturan peraturan yang dibuat raja pun selalu
ditaati oleh rakyatnya. Hingga akhirnya terjadi peristiwa menarik antara Raja
Sulaiman dan Pedagang Susu Kambing.

Dimulai saat malam hari. Sebagai raja yang peduli terhadap rakyatnya, Raja
Sulaiman memiliki kegemaran mengelilingi daerah pinggiran kota Roma. Sambil
melihat kondisi rakyat-rakyatnya. Beliau mengobrol sama pengawal.

Usamah: "Wahai Raja, sepertinya kita sudah berkeliling jauh di pinggiran kota
Roma. Ini juga sudah tengah malam".

Raja Sulaiman: "Ya, kita istirahat dulu. Tapi apakah kamu sudah mencatat
warga yang membutuhkan bantuan pemerintah?"

Usamah: "Sudah Raja".

Raja Sulaiman: "Baiklah, mari kita beristirahat sebentar. Di sana ada rumah, kita
bisa bersandar di temboknya."

2. Alur Kedua Drama Islami

Setelah berkeliling lama, Raja dan pengawal setianya hendak beristirahat.


Mereka berdua bersandar di tembok rumah kecil. Namum tiba tiba saja
terdengar suara percakapan antara ayah dan anak.

Hamud: "Ayah hari ini kita hanya mendapat susu kambing sedikit."

Abdur: "Iya Nak, karena bulan ini musim kemarau jadi rumput-rumput pada
kering dan susu kambingnya jadi sedikit."

Hamud: "Oh begitu ya. Lalu kapan kira-kira susunya mulai banyak lagi?" tanya
Hamud pada ayahnya.

Ayahnya menjawab: "Nanti Nak. Bulan depan, kalau hujan sudah turun dan
rumput-rumput mulai menghijau, pasti kambing-kambing kita akan gemuk dan
kamu bisa memerah susu sebanyak-banyaknya."

Setelah itu tiba-tiba Abdur berbisik-bisik pada anaknya si Hamud:

"Nak..Naaak ke sini, ke sini. Ayah pengen ngomong sesuatu sama kamu"

Hamud: "Mau ngomong apa Ayah? Kok kayak rahasia sekali."


Abdur berkata dengan nada sedikit pelan,

"Nak, Kamu campurkan saja susu kambing yang tadi kamu perah. Dicampur
dengan air putih. Supaya susunya jadi banyak sehingga saat dijual besok, kita
bisa mendapat uang yang banyak." Ucap ayah sambil senyum.

Mendengar ucapan ayahnya, Hamud langsung tercengang dan kaget. Lalu


segera Hamud menolak ajakan ayahnya dengan lembut dan hikmah.

Hamud: "Maaf Ayah, aku tidak bisa melakukan itu. Karena Raja Sulaiman sudah
melarang kita menjual susu untuk mencampur dengan air."
Ayahnya kecewa dan menjawab, "Ah Kamu ini. Tidak usah dengarkan apa yang
dikatakan oleh raja. Kita ini hidup miskin jika tidak melakukan seperti itu kita tidak
akan kaya. Tidak bisa punya rumah besar dan tidak punya kendaraan bagus."

Kemudian Hamad menolaknya lagi,

"Ayah saya juga mau jadi orang kaya. Saya juga mau punya mobil. Saya juga
mau punya rumah besar. Tapi apakah karena kita ingin menjadi orang kaya
lantas kita melakukan kecurangan pada pembeli. Tidak ayah saya tidak akan
melakukan itu. Lagipula Raja Sulaiman sudah melarang dengan keras" Hamud
mencoba menjelaskan ayahnya.

Tapi ayahnya tetap menolak. Ia berkata dengan nada agak tinggi:

"Kenapa kamu takut sama Raja Sulaiman. Bukankah sekarang sudah tengah
malam? Tidak ada yang melihat kalau kita mencampurkan susu dengan air !
Raja Sulaiman pun tidak akan melihat perbuatan kita malam ini. Ayolah
campurkan saja." Ucap Abdur dengan nada memaksa

Melihat jawaban ayahnya, Hamud dengan tegas menjawab:

"Ayah Meskipun tidak ada orang yang melihat. Meskipun Raja Sulaiman tidak
tahu perbuatan kita. Tapi Rabb-nya Raja Sulaiman tetap melihat. Allah pasti tahu
segala perbuatan kita. Karena Dia Maha Mengetahui dan Dia Maha Melihat."
"Aku tidak mau melakukan kecurangan dan ketidakjujuran. Baik saat ramai
maupun saat sepi. Aku percaya Allah itu mengawasi gerak-gerik kita ayah."

Jelas Hamud pada ayahnya. Agar jangan berbuat curang.

3. Alur Ketiga Drama Islami

Mendengar jawaban anaknya tersebut, sang ayah pun mengalah dan pergi ke
kamar. Namun di samping itu ternyata Raja Sulaiman yang berada di balik
tembok tersebut mendengar semua percakapannya. Kemudian Raja Sulaiman
dan mengawal itu kembali ke rumah sambil berbincang-bincang.

Pengawal Usamah: "Wahai Raja, sungguh ucapan anak tadi sangat luar biasa.
Dia takut sekali sama Allah meskipun sedang di tempat yang sepi. Dia merasa
diawasi oleh Allah taala dan berbuat jujur.
Raja: "Ya saya sangat kagum sekali dengan anak tadi. Anak itu berhak
mendapat hadiah"

Keesokan harinya Raja menyuruh anaknya yang bernama Malik untuk pergi ke
rumah penjual susu bersama pengawalnya.

Raja Sulaiman: "Nak, Pergilah ke rumah penjual susu kambing yang tadi malam
aku temui. Pergilah bersama pengawalku ini, lalu berikan satu kantong emas ini
kepadanya"

Mendapat perintah dari ayahnya, Malik pun mentaati dan pergi bersama
pengawal. Sesampainya di rumah, Malik mengetuk pintu dan berkata pada anak
penjual susu tersebut.

Malik: "Assalamualaikum..."

Hamud membuka pintu dan menjawab:

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Ada apa Putra Raja datang


ke sini?" tanya anak penjual susu.

Malik: "Saya datang ke sini ingin memberikan hadiah dari Raja untuk kamu"

Hamud bertanya, "Apa ini?"

Malik: "Itu adalah satu kantong emas"

Hamud kaget, rasanya seperti mimpi lalu berkata,

"Masya Allah, Subhanallah..Banyak sekali. Eh, kenapa raja memberikan ini


kepada saya?"

Malik: "Saya tidak tahu. Cukuplah Allah yang tahu"

Hamud: "Jazakumullah Khairan. Semoga Allah membalas kebaikan kepada raja


Sulaiman"

Akhirnya anak tersebut memiliki rumah yang bagus dan mobil serta kendaraan
yang bagus. Tentunya itu semua tak lepas karena kejujuran dan rasa
muraqabatullah dari anak tersebut. Selesai.

Anda mungkin juga menyukai