Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alya Rahmayanti

Kelas : XI AKT 2

Tugas Cerpen B. Indonesia

Hijau Sekolahku, Nyaman Hatiku

Hai namaku Felly siswa kelas VIII di SMP Tunas Bangsa. Aku bangga bersekolah di sekolah ini, sekolah
ini termasuk sekolah pilihan pertama di tempatku. Meski sekolah ini dinilai sekolah yang memiliki
fasilitas paling bagus, namun menurutku ada yang kurang. Aku tidak merasakan sejuknya udara, apalagi
pada saat siang hari. Dan untuk mengatasi hal itu, beberapa bulan lagi aku akan mengadakan program
"Tanam 1000 Pohon". Aku adalah ketua OSIS sekolah saat ini, aku menampung banyak inspirasi dari
siswa untuk mengubah sekolah ini. Jadi ketua OSIS itu gampang gampang susah. Terkadang, masih ada
pro kontra terhadap program yang ku rencanakan. Tapi aku tidak boleh mundur, aku harus tetap
memperjuangkannya jika itu baik.

Pagi itu, saat aku baru datang ke sekolah aku melihat sesuatu yang berubah dari sekolahku. Banyak
taman yang telah dibuat di depan sekolah, di depan kelas, semuanya penuh taman. Memang bagus,
namun aku masih belum merasa keasriannya. Aku mulai bertekad. gerakan tanam 1000 pohon harus
terlaksana apapun akibatnya.

Bel istirahat berbunyi. Aku menyuruh Lina, sekertaris OSIS untuk memanggil seluruh anggota OSIS
untuk mengadakan rapat. "Diumumkan kepada seluruh anggota OSIS harap berkumpul di ruang OSIS
sekarang juga". Setelah semua berkumpul, aku memulai pembicaraan. "Selamat pagi semua. Kali ini kita
akan membahas tentang hijaunya sekolah kita. Kita tau sekolah kita telah bagus dan terdapat banyak
taman di dalamnya. Tapi ada satu hal yang mengganjal di hati saya. Saya masih belum bisa merasakan
udara yang segar di lingkungan sekolah ini. Saya punya ide, bagaimana jika kita mengadakan program
tanam 1000 pohon?" Suasanya waktu itu hening, dan aku melihat wajah mereka semua yang
menunjukkan bahwa mereka sedang berpikir. "Tapi Felly, sekolah kita udah penuh sesak dengan taman.
Mau ditaruh dimana coba pohon-pohon itu?" Pertanyaan yang cukup bagus ditanyakan oleh Lendra,
wakil ketua OSIS.

"Ya, itu harus dibicarakan dengan Pembina dan kepala sekolah. Kita kan tidak tahu mana tempat yang
menurut mereka cocok. Tapi kalo saya mengusulkan, kita bisa menanamnya di sekitar lapangan sepak
bola" rapat kali ini tidak sesuai harapanku. Seharusnya bisa lama dari ini namun bel masuk telah
berbunyi. "Oke, mungkin ini aja pendahuluannya. Besok akan saya bicarakan hal ini dengan Pembina dan
kepala sekolah. Terimakasih untuk waktunya, dan kalian bisa kembali ke kelas masing-masing"

Keesokan harinya, aku mulai beraksi sesuai rencanaku. Aku mengatakan hal ini kepada Pembina OSIS.
Namun, ada suatu kendala. "Felly, kami tau idemu memang bagus. Tapi itu tidak membutuhkan biasa
yang sedikit. Tentunya kita harus menanam pohon yang minimal sudah memiliki daun, bukan bijinya"
Pak Roni selaku pembina OSIS mengatakan hal itu, berarti dia tidak menyetujuinya. "Tapi, ini demi
kenyamanan kita. Kita tidak perlu memakai AC atau kipas angina jika banyak pohon disini" Aku tetap
memaksa, berharap mendapat persetujuan. "Lagipula pohon pohon itu tak akan tumbuh besar hanya
dalam waktu 1-2 tahun. Kamu tidak akan bisa menikmatinya saat ini"

"Memang, justru itu saya melakukan ini. Saya melakukan hal ini demi sekolah ke depannya" Pak Roni
seakan berpikir. Mungkin dia sedang berpikir apa yang akan dia jawab. "Baiklah, bapak akan
memberitahukannya kepada kepala sekolah" Akhirnya, Pak Roni akan mengusahakannya. Semoga saja
ini berhasil.

Berhari-hari aku menunggu persetujuan dari Kepala Sekolah. Namun, sampai hari ini tidak ada kabar
sedikitpun. Banyak anggota OSIS bertanya kepadaku tentang hal ini. Mereka semua telah
menyetujuinya. Jika kepala sekolah tidak mengijinkan, aku harap mereka bisa mendukungku agar aku
dapat melakukannya sendiri. "Fell, kamu di panggil kepala sekolah di ruangannya. Ayo cepet" Suara Riko
membuatku terkejut dan aku berlari menuju ruangan kepala sekolah bersamanya. "Permisi.. ada apa
Pak?"

"Oh duduk Fell, Bapak mau bicara dengan kamu dan sebenernya ini buat seluruh anggota OSIS, tapi
berhubung ada Riko disini biarlah dia yang mewakili mereka." Aku dan Riko pun duduk, jantungku
berdegup kencang. "Begini Felly, mengenai tanam 1000 pohon itu. Bapak tidak yakin ini akan berjalan
sesuai harapan. Kamu tau yang dikatakan oleh Pak Roni sebelumnya? Itu memang benar. Lagipula,
rasanya kita tidak sanggup untuk merawatnya bertahun-tahun hingga pohon-pohon itu besar. Jumlah
tukang kebun di sekolah ini terbatas. Jika siswa yang merawatnya, tak akan mungkin mereka mau. Di
Zaman globalisasi ini, mana mungkin ada siswa yang peduli akan lingkungannya."

"Tapi pak, banyak kok yang setuju dengan program kami. Jika mereka setuju berarti mereka kan mau
untuk merawat pohon-pohon itu"

"Hm... apa kamu tidak memikirkan anggarannya?"

"Begini pak, jika sekolah tidak memiliki biaya untuk program kami, biarlah kami para anggota OSIS yang
menganggungnya sendiri."

"Apa kamu yakin?"

"Iya Pak! Kita harus berusaha" Timpal Riko.

"Baiklah. Bapak serahkan pada kalian semua. Tapi ingat, jika ini gagal dan tambah merusak lingkungan
sekolah, semua anggota OSIS harus menata ulang sekolah seperti awal. Karena kita tau ini hal yang
susah. Dan mengolah taman juga tidak gampang. Jadi, bapak tunggu hasilnya. Oke kalian boleh keluar"

"Baik pak, permisi" Aku dan Riko keluar dari ruangan itu. Kami serasa di introgasi saat berada di ruangan
itu. Benar-benar menakutkan. "Fell, gimana kelanjutannya?" Riko bertanya kepadaku. "Tenang saja, ayo
kita mulai"
Keesokan harinya, aku mengumpulkan seluruh anggota OSIS dan mulai menyusun rencana. Pertama,
kami meminta tanda tangan seluruh warga sekolah yang menyetujui program ini. Ya cukup banyak. Lalu,
kami bersosialisasi kepada mereka. Tiap orang harus membawa satu pohon. Kemudian tiap sore, kami
pergi kesekolah untuk menanam pohon itu bersama siswa sekolah secara bergantian menurut kelasnya.
Kami membuat jadwal untuk perawatan. Semua pohon telah tetanam di seluruh bagian sekolah,
khususnya di lapangan sepak bola. Aku mendengar banyak komentar buruk tentang hal yang OSIS
lakukan sekarang, khususnya dari para guru. Tapi, Ini demi kebaikan mereka juga. Aku berpesan kepada
anggota OSIS kelas VII agar mereka tetap melanjutkan programku. Ya, aku hanya ingin suatu hari nanti
jika aku kembali datang ke sekolah ini sebagai alumni, aku dapat melihat sekolah ini menjadi rindang
dan asri.

Saat ini, aku naik kelas IX dan telah meninggalkan jabatan ketua OSIS. Tapi aku masih senang, ketua
OSIS saat ini melanjutkan program yang aku buat. Justru dia sempat mengganti pohon pohon yang telah
rusak, dan dia membuat organisasi khusus untuk merawat pohon-pohon itu. Kepala sekolah dan para
guru masih belum berkomentar, karena pohon-pohon itu bisa dikatakan masih usia remaja. Bahkan, saat
aku melepaskan jabatanku, mereka tidak memberikan apresiasi apapun tentang kegiatan ini. Tapi
biarkan saja, mungkin suatu hari nanti mereka akan mengerti.

10 tahun kemudian, aku diundang untuk temu kangen di SMP Tunas Bangsa. Tentu aku senang sekali
karena moment ini bisa ku jadikan untuk bernostalgia bersama para sahabatku. Aku teringat pada
sesuatu yang aku lakukan dulu. Tanam 1000 pohon, aku tidak tau apakah itu tuterus berlanjut, kita lihat
saja nanti.

Hari itu telah tiba, aku mempersiapkan diriku dan berangkat ke SMP-ku. Aku terkejut dengan keadaan
sekolah ku itu. Benar benar asri! Pohon dimana- mana, udara sejuk merasuk ke dalam jiwaku membuat
hati ini nyaman dan tentram. Aku menjadi teringat akan masa laluku bersama pohon-pohon itu. Dan aku
yakin ini adalah pohon yang aku tanam bersama temanku dan aku merasa bangga. Lamunanku di
kejutkan oleh Riko salah satu rekan OSIS ku dulu. Dia mengajakku untuk pergi ke aula dan aku
mengikutinya. Disana banyak sekali mantan siswa dari SMP Tunas Bangsa, dan untungnya aku masih
hafal nama dan wajah mereka satu per satu. Kami sempat berbincang-bincang sebelum acara dimulai.

Acara dimulai pukul 8 pagi, Pak Roni yang menjadi MC dalam acara itu. Dia memandu acara dari awal
hingga akhir dan tiba saatnya untuk kami menyantap makanan yang telah disediakan. Namun, saat acara
santap menyantap akan dilakukan, Bapak Kepala Sekolah naik ke panggung. Sepertinya dia akan sedikit
berpidato. "Selamat pagi semua. Maaf saya menggangu acara kalian. Saya tidak ingin berbicara panjang
lebar, cukup di intinya saja. Saya mengucapkan terima kasih kepada kalian telah menjadikan sekolah ini
hijau, khususnya pada Felly yang dulu mempunyai gagasan ini. Saya merasa salut padanya. Meski kami
para guru tidak menyetujuinya, namun dia tetap berusaha keras. Dan lihatlah, karena dia sekolah ini
menjadi hijau dan asri seperti saat ini. Felly bisa naik ke sini?" Aku merasa bangga, sangat bangga. Aku
mulai melangkahkan kaki ke atas panggung. Bapak kepala sekolah menyuruhku untuk memberikan
motivasi kepada mereka semua. Aku mulai membuka mulut dan berkata "Selamat pagi semua. Hmm..
terimakasih untuk sanjungan yang diberikan oleh kepala sekolah. Sebenarnya, saya melakukan hal ini
hanya demi tercapainya keinginan saya menjadikan sekolah ini lebih asri. Dan saya tidak akan berhasil
melakukan semua ini, tanpa bantuan rekan-rekan OSIS saya. Ya, seharusnya kita sebagai masyarakat
lebih peduli akan lingkungan. Jika lingkungan kita bersih akan nyaman di pandang dan tidak akan ada
bibit penyakit yangakan menyerang kita. Saya sarankan mulai hari ini hendaknya kita melakukan pola
hidup bersih agar kita selalu sehat dan merasa nyaman. Sekian dari saya, terimakasih" Aku pun turun
dan panggung itu. Semua orang memberiku selamat. Sekarang aku tau, tak ada yang lebih hebat dari
kerja keras. Dari kerja keras, membuat impianmu menjadi nyata.

ANALISIS

1. Tema

Tema pada Cerpen ini adalah tentang organisasi, menceritakan remaja yang menjabat sebagai ketua
OSIS dan anggotanya untuk memperjuangkan kenyamanan bersama dalam jangka waktu yang lama.

2. Judul
"Hijau Sekolahku, Nyaman Hatiku"

3. Tokoh

- Felly, Ketua OSIS (Tokoh Utama)

- Lina, Sekertaris OSIS

- Lendra, Wakil ketua OSIS

- Pak Roni, Pembina OSIS

- Riko, Anggota OSIS

- Kepala Sekolah

- Anggota OSIS, Siswa-siswi, Ibu dan bapak guru SMP Tunas Bangsa (Tidak disebutkan namanya)

4. Watak

- Felly : Pekerja keras, Tidak Egois, Pantang menyerah, Baik

- Lina : Cekatan

- Lendra : Berpikir kritis

- Pak Roni : Bijaksana

- Riko : Loyal, Suportif

- Kepala Sekolah : Bijaksana

5. Setting

- SMP Tunas Bangsa

- Ruang OSIS

- Ruangan Kepala Sekolah

- Aula

6. Rincian Cerita

Felly adalah siswa kelas VII di SMP tunas Bangsa dan merupakan seorang ketua OSIS. Pagi ini Felly
melihat banyak taman yang telah di buat di depan sekolah dan juga di depan kelas karena hal itu dia
bertekad melakukan program gerakan taman 1000 pohon.

Saat bel istirahat Felly memanggil Anggota OSIS dan mengadakan rapat tentang program yang akan
dijalankan Felly dan memutuskan untuk membicarakan program ini kepada pembina OSIS. Keesokan
harinya, Felly berunding dengan pembina OSIS yaitu pak Roni. Namun program dari Felly awalnya
tidak disetujui oleh Pak Roni, karena beberapa faktor yang tidak memungkinkan program tersebut
terjalankan. Namun dengan tekadnya, Felly menjelaskan ulang manfaat jika menjalankan program ini.
Akhirnya Pak Roni mempertimbangkan kembali keputusan nya dan akan membicarakan hal ini kepada
kepala sekolah.

Setelah beberapa hari akhirnya Felly di panggil oleh kepala sekolah. Felly dan Riko berbincang
dengan kepala sekolah, mereka meyakinkan kepala sekolah untuk menyetujui program mereka dan
akhirnya kepala sekolah pun setuju. Para pengurus OSIS pun mulai menjalankan program tanam 1000
pohon bersama dengan siswa-siswi. Setalah Felly tidak menjabat lagi, para pengurus OSIS yang lain
meneruskan program ini bahkan mereka membuat organisasi untuk merawat pohon-pohon tersebut.

10 tahun pun berlalu, Felly di undang ke sekolah nya. Betapa terkejutnya Felly saat datang ke
sekolah banyak sekali pohon yang menyejukkan udara. Saat Di Aula Felly di ucapkan terimakasih
karena telah merubah sekolah menjadi lebih baik.

7. Alur Plot

Alur plot maju

8. Amanat

Amanat yang didapat dari cerpen ini yaitu tentang kerja keras dan tekad yang kuat membuat impian
menjadi nyata. Ketika kita mempunyai niat untuk melakukan hal-hal baik yang bermanfaat kita harus
terus mengusahakan agar hal tersebut bisa terjalankan dan jangan menyerah sampai tujuan tercapai.
Karena ketika kita bekerja keras dan terus maju melewati rintangan pasti akan menuai hasil yang baik.
Di dalam cerpen ini juga terdapat amanat tentang mementingkan kepentingan bersama, kita juga
harus menerima serta mendengarkan saran-saran dari orang lain serta jangan egois memikirkan
kepentingan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai