Anda di halaman 1dari 3

Adiwiyata Untuk Semua

Kring.. Kring.. Kring.. suara alarm membangunkanku dari tidur lelapku, aku segera bangun dan
bergegas ke kamar mandi. Hari ini adalah hari pertama aku masuk SMA, sekolahku saat ini berbasis
Adiwiyata, aku tidak mengerti apa itu Adiwiyata, setelah aku tanya ke semua teman-temanku aku baru
tau kalau Adiwiyata itu artinya peduli lingkungan.
Saat kelas X ada lomba keindahan taman, masing-masing kelas mendapat lahan yang luasnya 3x1
meter untuk diubah menjadi taman. Kelasku kebagian lahan di bagian belakang sekolah, lahan itu sangat
tandus dan tidak ada satupun tanaman yang tumbuh disana. Aku dan teman-teman bingung.
"Tumbuhan apa yang bisa tumbuh di tanah seperti ini?" tanya salah seorang temanku.
"Bagaimana kalau kita tanami aja pohon kaktus dan pohon palem, kedua pohon itu mudah
tumbuh di lahan seperti ini." jawab ketua kelas.
"Betul itu, terus bawahnya kita kasih rumput-rumput liar biar terlihat lebih hidup." saranku, dan
diikuti persetujuan dari teman-teman yang lain. Selama benerapa hari kedepan semua siswa saling
bergantian merawat taman masing-masing.
Hari yang dotunggu akhirnya tiba juga, hari ini penilaian semua siswa harap-harap cemas tanpa
terkecuali teman-teman sekelasku, mereka kurang puas dengan hasil taman mereka karena taman milik
kelas lain lebih bagus dari taman kita. Dan prediksi kita tidak meleset, taman kita tidak juara dan hanya
menempati peringkat 9 dari 24 taman yang diperlombakan. Tapi kita tetap bangga karena taman kita
masih masuk 10 besar.
Tiga tahun kemudian aku lulus, meninggalkan sekolah Adiwiyata tercintaku untuk melangkah
lebih jauh ke perguruan tinggi. Aku diterima di UNDIB, Universitas negeri terbesar di kota semarang
jawa tengah, disana aku tinggal di sebuah rumah kost kecil yang dekat dari kampus. Namun rumah kost
tempatku tinggal sangat panas dan tidak ada satupun pohon yang tumbuh disana.
Setelah tinggal beberapa hari di rumah kost tersebut aku mulai tidak nyaman, aku berinisiatif
untuk menanam pohon di sekitar rumah kost itu, dengan menyisihkan sebagian uang saku yang tidak
banyak aku membeli bibit pohon yang dijual di pinggir jalan kota semarang, dengan uang 100rb aku
mendapatkan 8 bobit pohon dan menanamnya.
"Percuma Mas sampean menanam disitu ndak akan bisa tumbuh, disini airnya susah, apalagi
musim kemarau seperti saat ini." teriak ibu kost mengingatkanku.
"Tidak apa-apa bu, saya coba dulu siapa tau kalau aku yang menanam akan cepat tumbuh
hehehe." jawabku dengan sedikit bercanda.
"Ya sudah, terserah Mas saja yang penting saya sudah mengingatkan." balas ibu kost itu dan
beranjak pergi.
"Iya bu, terimakasih sudah di kasih tau." Jawabku.
Keesokan harinya apa yang dikatakan ibu kost itu memang benar, bibit pohon yang aku tanam
kemarin layu, aku pusing tijuh keliling. Tetapi dengan bekal Ijazah IPA dari SMA, aku mencoba
membuat resapan air dari air selokan, karena air selokan mengandung cacing yang bertugas
menggemburkan tanah. Akhirnya usahaku berhasil, setelah satu minggu merawat dengan telaten tanaman
itu tumbuh subur dan semua warga di sekitar rumah kostku mengapresiasi hasil kerjaku, mwrwka pun
meniru apa yang telah aku lakukan, yaitu membuat resapan air dari selokan untuk menanam pohon.
Setelah beberapa bulan, kini daerah tempat kpstku menjadi rindang dan sejuk, aku bangga kepada
diriku sendiri karena apa yang telah aku lakukan ditiru oleh orang lain dan bermanfaat bagi semua.

http://rizalsyah98.blogspot.com/2016/01/cerpen-adiwiyata.html
Bersambung dengan Harapan

“Gang Biru Pak” teriak seorang gadis dari pintu belakang bis.
“Gang Biru! Gang Biru!” lanjut kondektur bis merespon.
Fina turun dari bus, seketika ia menghela nafas panjang. Lega rasanya bisa turun dari bus yang
sesak itu. 8 bulan sekolah di Yogyakarta, dengan tertatih-tatih mengumpulkan dana, sehingga sekarang
dia bisa hidup bersama bibinya. Luar biasa! Betapa panasnya jogja ini. Sepanjang perjalanan pulang di
bus “jalur 15” hingga sampai depan gang biru tak satupun Fina temui pohon yang berdiri kokoh
menghiasi jalan.
Dari Gang Biru, rumah Fina masih 1 km. dan apapun yang terjadi, kaki Fina harus mau berjalan
1km. Setiap hari, dengan keadaan yang sama. “Tak seperti di desaku” gumamnya lirih, ”setiap hari hujan,
pohon dimana-mana, transportasi tak sepadat ini” lanjut Fina sambil mengibaskan kipas genggamnya.
Jika di tak peduli masalah pentingnya pendidikan, mungkin tak sudi ia hijrah ke Jogja. Baginya Jogja
adalah sumber segala ilmu, dimana pun bisa dijumpai banyak gedung lembaga pendidikan formal dan
non-formal. Mungkin pohon-pohon itu sedah digantikan dengan gedung-gedung itu.
Tak sengaja Fina masuk di Komunitas Pecinta Alam di sekolahnya. Seketika itu juga terlintas
dalam di kepalanya setiap keadaan di Bus yang ia alami panas, bau, macet, dan banyak polusi yang tak
bisa ia ditahan jika berhenti di lampu merah. Saat itu komunitas yang ia ikuti sedang mengadakan rapat,
tiba-tiba ia mengankat tangan dan berdiri, menghela nafas dan mulai berbicara.
“Terimakasih telah memberi saya kesempatan untuk berbicara” semua mata tertuju padanya dan
dia melanjutkan pembicaraannya. “pernah tidak kalian berhayal tentang Jogja yang dingin, Jogja yang
lebih banyak angkutan umum daripada kendaraan pribadi, dan Jogja yang rimbun dengan pepohonan?”
Semua orang memperhatikan Fina yang berpendapat. Kemudian Ridwan sang ketua komunitas
mengambil alih bicara. “Iya teman-teman mengapa kita tidak melakukan reboisasi dan penyuluhan
masalah lingkungan saja untuk agenda bulan ini?” tutur Ridwan. Sebuah ide yang cemerlang dan sejalan
dengan pikiran Fina. Kemudian mereka kembali melanjutkan rapat lagi.
Hampir 2 bulan mereka mempersiapkan acara reboisasi dan penyuluhan lingkungan, yang
dituturkan Ridwan 2 bulan yang lalu. Reboisasi dilakukan untuk daerah sekolah Fina dan sekitarnya.
Seminar tentang penyuluhan lingkungan sehat juga terlaksana dengan baik. Banyak masyarakat yang
antusias menyambut acara tersebut. Beberapa panitia turun ke jalan-jalan mengedarkan brosur tentang
kepedulian terhadap lingkungan dan anjuran tentang mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Yah, jika hanya terjadi sekali saja apa gunanya acara ini besar kemungkinan perilaku ramah
lingkungan hanya sementara. Fina hanya bisa memimpikan jogja yang sejuk seperti kampong halamannya
yang banyak ditumbuhi pepohonan besar dan rimbun. Lelah seharian  berdakwah tentang permasalahan
Go Green kepada masyarakat Fina langsung membersihkan badannya, menunaikan kewajiban sebagai
muslim dilanjutkan dengan doa dan kemudian terlelap dalam tidurnya, namun sebelum ia terlelap dalam
mimpinya fina berdoa “semoga apa yang teah ia lakukan tadi dapat terus dilaksanakan oleh masyarakat
dan berguna buat semua orang”.

http://nadhifzone.blogspot.com/2012/04/cerpen-tentang-go-green.html
Menurut siswi bernama Afna Nova Astiko, Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang berwawasan
lingkungan dan memberikan pengetahuan nyata tentang lingkungan kepada warga sekolah.
"Sepengetahuanku Sekolah Adiwiyata sangat peduli terhadap lingkungan hidup dengan melestarikan
berbagai makhluk hidup di lingkungan sekolah. Selain itu, adwiyata adalah salah satu wadah
yang baik dan ideal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika dalam rangka
mewujudkan sekolah berwawasan dan peduli lingkungan. Adapula penerapan adiwiyata dalam SMAN 1
Srengat sudah terbilang baik, namun masih kurangnya kesadaran dari para siswanya.”

Menurut siswi yang bernama Marcekka Prastika Yudiawati, adiwiyata adalah salah satu program
lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup. Di zaman sekarang ini, pelaksanaan program adiwiyata di
lingkungan sekolah sangat penting dan diperlukan di setiap sekolah dengan tujuan agar sekolah dapat
menjadi tempat pembelajaran yang baik dan sebagai media penyadaran warga sekolah, sehingga
dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan
lingkungan bagi sekolah menengah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai