NIM : 11210840000066
Mata Kuliah : Studi Islam
Tugas : Resume pertemuan 3
F. Kedudukan al-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam (Ilmu-ilmu Hadis dan Fungsi
Hadis terhadap al-Qur’an)
Pengertian Al-Hadits dan macam-macam hadis
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara‟ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).
Berikut adalah macam-macam hadits:
o Hadits Qauliyah ( ucapan)
o Hadits Fi‟liyah
o Hadits Taqririyah
Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur‟an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur‟an.
Dengan demikian bila Al-Qur‟an disebut sebagai sumber asli bagi hukum
fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai
bayani dalam hubungannya dengan AlQur‟an, ia menjalankan fungsi sebagai
berikut :
o Menguatkan dan mengaskan hukum-hukum yang tersebut
dalam Al-Qur‟an atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam
bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa yang
tersebut dalam Al-Qur‟an.
o Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-
Qur‟an dalam hal :
- Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur‟an
- Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur‟an disebutkan
secari garis besar.
- Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur‟an disebutkan
secara umum
- Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam
Al-Qur‟an
o Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak
terdapat dalam Al-Qur‟an. Dengan demikian kelihatan bahwa
Hadits menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam
Al-Qur‟an.
G. Al-Ra’yu sebegai Sumber Ajaran Islam (Fungsi Ijtihad dan Syarat-syarat Mujtahid)
Pengertian ra‟yu Secara etimologi kata (ra‟yu) berasal dari bahasa Arab yang
berarti “melihat”. Menurut Abû Hasan kata ra‟yu memiliki arti: pengelihatan
dan pandangan dengan mata atau hati, segala sesuatu yang dilihat oleh
manusia, jamaknya (al-Ara‟). Secara terminologi, ra‟yu menurut Muhammad
Rowas, yaitu segala sesuatu yang diutamakan manusia setelah melalui proses
berfikir dan merenung.
AL ra‟yu merupakan “hasil dari suatu perenungan dan pemikiran yang
bertujuan untuk memberikan solusi terhadap suatu permasalahan hukum yang
belum pernah ada sebelumnya di dalam nas untuk kemaslahatan hidup
manusia dengan menggunakan kaedah yang telah ditetapkan.
Ijtihad
Ijtihad adalah sumber syariat islam yang nomor tiga. Kata ijtihad berasal dari
akar kata jahd yang artinya berusaha kuat atau berusaha sekuat tenaga. Kata
ijtihad dalam pemaknaan harfiah mengandung arti yang sama. Secara teknis
diterapkan bagi seorang ahli hikum yang dengna kemampuan akalnya
berusaha keras menentukan pendapat di lapangan hukum mengenai hal pelik-
pelik dan meragukan
Mujtajid
Adapun mujtahid adalah bentuk kata fa'il (pelaku) yang berarti orang yang
bersunguhsungguh dengan mengerahkan segala kemampuannya yang rasional,
menggali (mempelajari) ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur'an dan
Hadits, dengan analisanya yang tepat, memberikan pertimbangan tentang
hukum-hukum Islam.