Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG TABLIGH

KELOMPOK 2
Disusun Oleh:
1. BESSE HARDIANTI (FARMASI)
2. MUH. AIDUL (TKJ)
3. MUH. ALDI (TKJ)
4. ANSAR (TBSM)

SMK BUDI BANGSA


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt atas segala limpahan nikmat dan
karunia-Nya berupa rahmat,hidayah, dan inayah-Nya serta kesehatan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
“Aspek bisnis dibidang tehnologi informasi” ini. Shalawat serta salam
tak lupa juga selalu kami lantunkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia
mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi`ar islam, yang
pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih tersisa.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan agar memudahkan kita
dalam proses belajar, guna menambah wawasan bagi rekan-rekan
sehingga kita semua mampu berpikir agar lebih maju.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik, saran dan masukan yang
konstruktif sangat penulis harapkan dari berbagai kalangan demi
perbaikannya ke depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca, Bagi penulis, semoga mendapatkan ridho Allah,
sebagai amal sholeh dan menjadi ilmu yang bermanfaat Amin.

MUNTE, 9 FEBRUARI 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................... 1
A. Latar Belakang ............................................... 2
B. Rumusan Masalah ......................................... 3
C. Tujuan ........................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................... 5
A. Pengertian Tabligh ......................................... 6
B. Tata cara Tabligh ............................................ 7
C. Media untuk Bertabligh ................................. 8
D. Dalil tentang Tabligh ...................................... 9
E. Faktor kegagalan Tabligh................................ 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................ 11
A. Kesimpulan ..................................................... 12
B. Saran ............................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tabligh merupakan kegiatan yang dibebankan kepada
seluruh umat manusia dalam rangka mempertahankan
kelangsungan ajaran agama. Tabligh adalah mengajak dan
menyeru kepada sesuatu yang lebih baik serta mencegah untuk
senentiasa meninggalkan perbuatan keji. Jika terlaksana proses
mengajak dan menyeru kepada kebaikan (Amar Ma’ruf) dalam
segala aspek kehidupan tentu keamanan dan keselamatan hidup
manusia pada umumnya akan terjaga, begitupula mencegah
pada sesuatu yang keji (Nahyi Munkar) sebagai alat
penyeimbang.

Tabligh berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan


atau melaporkan dalam arti menyampaikan sesuatu kepada
orang lain (Enjang AS dan Aliyudin, 2009:53). Tabligh dalam
konteks ajaran islam adalah Penyampaian dan pembeitaan
tentang ajaran-ajaran islam kepada umat manusia, yang dengan
penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita lepas dari
beban dan kewajiban memberitakan dan pihak penerima berita
menjadi terikat denganya (Enjang AS dan Aliyudin, 2009:54).

Dari segi sifatnya, tabligh bukanlah perintah yang bersifat


insidental, melainkan tabligh itu bersifat berkelanjutan sejak
Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul sampai akhir hayat
beliau(Tata Sukayat, 2009:89). Perintah tersebut juga termaktub
dalam Al-Qur’an surat Al Maidah 5:67:
“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan
tuhanmu kepadamu. jika tidak engkau lakukan ( apa yang
diperintahkan itu),berarti engkau tidak menyampaikan amanat-
Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia.
Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang kafir.
Perintah tersebut bukan hanya dibebankan kepada Nabi
Muhamad SAW semata, melainkan juga dibebankan kepada
seluruh umatnya.

Terdapat enam unsur dalam proses tabligh diantaranya


adalah Mubaligh, pesan tabligh, metode, media, mubalagh dan
tujuan (Enjang AS dan Aliyudin, 2009:73). Keenam unsur
tabligh diatas satu sama lain berkaitan, jika salah satu unsur
tabligh tidak berjalan secara maksimal maka subtansi dari
kegiatan tabligh tidak akan mencapai hasil yang maksimal pula.

Tabligh dalam tataran teknis terbagi menjadi tiga bagian


yaitu tabligh lisan disebut dengan khithabah, tabligh tulisan
disebut kitabah dan tabligh peragaan disebut I’lam. Menurut
Harun Nasution Khithabah adalah ceramah atau pidato yang
mengandung penjelasan-penjelasan mengenai permasalahan
keagamaan 3 yang disampaikan dihadapan sekelompok orang
atau khalayak banyak (Enjang AS dan Aliyudin, 2009:57).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengetian Tabligh
2. Tata cara Tabligh
3. Media untuk Bertabligh
4. Dalil Tentang Tabligh
5. Faktor kegagalan Tabligh

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang pengertian tabligh
2. Untuk mengetahui tata cara tabligh
3. Untuk mengetahui apasaja media untuk bertabligh
4. Untuk mengetahui dalil tentang tabligh
5. Apa saja faktor kegagalan tabligH
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tabligh
Tabligh secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-
yuballigu-tabligan yang artinya menyampaikan atau
memberitahukan dengan lisan. Adapun menurut
terminologi/istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran Islam
baik dari Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan kepada umat
manusia.
Tabligh juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan
‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang
Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan
isinya. Misalnya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam
memerintahkan kepada sahabat di majlisnya untuk
menyampaikan suatu ayat kepada sahabat yang tidak hadir.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig.
Muballig ini biasanya menyampaikan tablignya dengan gaya dan
retorika yang menarik. Sobat pasti sering mendengar istilah
tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah
pendengar yang banyak.

B. Tata Cara Tabligh


Dalam tabligh sendiri tentu ada hal-hal yang harus
diperhatikan dan juga disiapkan sebelum seseorang
menjalankan tanggung jawab untuk menyampaikan ajaran
Islam. Hal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Bersikap lembut, tidak berhati besar, dan tidak merusak.
b. Menggunakan bahasa yang dapat mudah dimengerti.
c. Mengutamakan musyawarah serta berdiskusi untuk
mendapat kesepakatan bersama.
d. Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar
hukum yang kuat dan jelas sumbernya.
e. Menggunakan akal dan selalu dalam keadaan mengingat
Allah Swt.
f. Tidak meminta upah ataupun bayaran atas dakwah yang
dilakukannya.
g. Tidak membeda-bedakan ataupun menjelek-jelekkan
orang lain, karena poin penting yang harus disampaikan
dalam berdakwah adalah tentang tauhid serta ajaran
agama Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
saw.
h. Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, harus sesuai
dengan waktu, kepada orang dan tempat yang tepat.
i. Tidak menghasut untuk bermusuhan, berselisih, merusak,
dan mencari-cari kesalahan orang lain.
j. Melakukan dakwah dan disertai dengan beramal saleh
atau perbuatan baik.

Selain syarat dan tata cara bertabligh dalam bentuk


Khutbah ada juga unsur-unsur bertablighdalam bentuk
Khutbah yang harus di ingat dan dipegang oleh pelaku
Tabligh,ialah sebagai berikut:
a) Bersumber dari (Al-Qur'an dan Al-Hadist)
b) Komunikatornya harus mubaligh (khusus dan umum)
c) Mubaligh khusus ialah mubalighb yang professional
d) Mubaligh umum ialah mubaligh yang hanya sekedar
menyampaikan ajaran atau syari'at islam saja.
e) Yang disampaikan harus umum/garis besarnya saja.

C. Media Untuk Bertabligh


Seorang Mubaligh ibarat seorang dokter, menghayati cara
fikir pasien dan menghapus penderitaan pasien dengan kata
kata dan obat yang sesuai, untuk itu sarana dakwah yang baik,
setrategis dan memadai, menjadi salah satu faktor yang turut
menentukan keberhasilan dakwah Islam, sarana yang
dimaksud antara lain adalah masjid, mushalla, sekolah,
perpustakaan, kantor Muhammadiyah, dan juga balai desa,
begitu pula media dakwah.
Media adalah alat yang menjadi saluran yang
menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang sangat
vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.
Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi sekarang ini
seolah-olah menjadikan seluruh dunia menjadi satu kampung
saja, perpindahan informasi dari suatu benua ke benua lain
secepat kilat, sehingga seseorang yang sedang berbicara di
Mesir umpamanya, dapat didengar, dilihat dan dipantau dan
berbagai penjuru dunia.
Padahal sebelumnya, ketika seorang muballigh berbicara
di suatu masjid, mungkin jamaah yang hadir tidak semuanya
bisa melihat wajah muballighnya, dan barangkali juga tidak
mendengar suara muballigh. Pemanfaatan kemajuan media
teknologi informasi baik cetak maupun elektronik sangat
menentukan efektifitas dakwah, baik dilihat dari aspek luasnya
jangkauan wilayah dakwah maupun dari aspek daya
komunikatifnya.
Pada era sekarang banyak macam media sosial yang dapat
dijadikan sebagai media penyampai kebaikan. Diantaranya
adalah facebook, twitter, instagram, dan whatsapp. Facebook
dapat dijadikan sebagai sarana penyampai kebaikan dengan
menuliskan pesan-pesan kebaikan pada bagian status.
Begitupun juga dengan twitter. Satu lagi sosial media yang
dapat dijadikan media penyampal dakwah adalah istagram.
Banyak kalangan muda yang menyukai salah satu media sosial
ini karena lebih mudah dalam mengkreasikan antara bahasa
dengan gambar.
Melalui media ini dapat mengunggah gambar yang disetai
dengan tulisan, misalnya mengunggah keindahan alam dengan
menambahkan keterangan firman Allah. Selain metode
tersebut Nabi Muhammad saw bersabda: “Siapa diantara kamu
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah
dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah Iemah iman.”
(HR. Muslim).

D. Dalil Tentang Tabligh


Prinsip dan Ayat yang Menjelaskan Tabligh
Hal yang perlu kita ingat bahwa sebuah kegiatan tabligh itu
sendiri adalah sebatas menyampaikan ajaran Islam. Tabligh
tidak berarti berarti berhak untuk menggiring atau memaksa
orang yang bukan umat Islam untuk meninggalkan
kepercayaannya ataupun keyakinannya. Karenanya sebaik-
baiknya seseorang yang berusaha pada akhirnya Allah-lah yang
akan memberikan petunjuk ataupun hidayah pada umat manusia
agar mau beriman kepada-Nya.
Bahkan Allah SWT juga telah berfirman dalam QS Al-Qashash
ayat 56 yang berbunyi: “Sesungguhnya Anda tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-nya dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.”
Sebenarnya dari dasar kegiatan tabligh adalah perintah Allah
SWT. Perintah tersebut sudah tertuang atau tertulis banyak di
dalam kitab suci Al-Quran. Dalam Al-Quran, kata tabligh
sendiri sudah disebutkan dalam bentuk kata kerja (fi’il) kurang
lebih sebanyak 10 kali, yaitu pada surat al-Ahzab ayat 62 dan 68,
surat Al-Maidah ayat 67, surat al-Ahqaf ayat 23, surat Al-A’raf
ayat 79 dan 92, surat al-Jin ayat 28, dan surat Hud ayat 57.
Seperti di dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 67 memiliki arti:
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. Dan ketika tidak Anda kerjakan serta apa yang
diperintahkan itu, maka Anda tidak menyampaikan amanat-
Nya. Allah memelihara Anda dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk terhadap
orang-orang yang kafir.”
Tepat setelah yang diperintahkan kepada Rasulullah SAW,
tabligh hingga hari ini sudah berjalan untuk seluruh umat
muslim. Tentunya hal tersebut juga sudah sesuai dengan hadist
yang sudah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Tirmidzi, serta
Imam Ahmad dari Ibnu Amr, yang memiliki arti:
“Sampaikanlah tabligh olehmu apa yang kalian peroleh dari aku
meski hanya satu ayat.”
Oleh karena itu untuk sebagai seorang umat muslim hendaknya
bisa selalu menyebarkan atau menyampaikan kebaikan ajaran
Islam tanpa perlu harus dengan memaksakan kehendak agar
umat berkeyakinan agama lain mau ikut masuk ke Islam. Jika
sudah mendapatkan hidayahnya, tentunya secara otomatis akan
di arahkan Allah SWT masuk ke dalam agama Islam.

E. Faktor Kegagalan Tabligh


Paling tidak, ada sepuluh sebab mangapa dakwah sering
berakhir dengan kegagalan. Kesepuluh sebab itu sebagai
berikut:
-Kurangnya Aspek Pendidikan
Gerakan-gerakan dakwah yang ada, kurang memperhatikan sisi
pendidikan. Porsinya kalah banyak dan kalah mutu oleh sisi lain
yang sifatnya manajerial dan teknis-strategis. Akhirnya timbul
semacam keterputusan para aktor dakwah dengan aspek
pendidikan dakwah—baik dalam tataran teoritis maupun
praktis, hal mana membuat hubungan dan interaksi mereka
dengan masyarakatnya luput dari pancaran sinar Rabbâni,
kering dari curahan dan sentuhan ruhani. Suasana seperti ini
selalu menghembuskan ketegangan dan sensitivitas yang tidak
kondusif.

-Tidak Tepat Memosisikan Seseorang dalam Lahan Dakwah


Dalam poin ini penulis ingin mengingatkan agar dalam dakwah
jangan sampai terjadi a right man in the wrong place, terlebih a
wrong man in the wrong place, tapi mesti a right man in the
right place. Sebuah gerakan dakwah yang matang dan sadar
adalah gerakan yang tahu betul akan kemampuan,
kecenderungan serta bakat para pelakunya, tahu akan titik kuat
dan lemahnya. Dari sini, setiap pelaku dakwah akan diserahi
lahan garapan yang sesuai dengan potensi dan kualifikasi yang
dimilikinya.
Di sinilah pentingnya identifikasi potensi dan kapabilitas para
aktor dakwah. Ini dilakukan agar potensi yang ada dan telah
terukur diproyeksikan terhadap lahan garapan yang sesuai
dengan potensi dan kapasitas aktor bersangkutan. Setiap
segmen dari objek dakwah mempunyai karakteristik tersendiri
yang mesti digarap oleh para pelaku dakwah yang mempunyai
kualifikasi tersendiri yang relevan dengan karakteristrik itu.

-Tidak Memperhatikan Kondisi Objektif Para Pelaku Dakwah


Satu hal yang sering terlupakan oleh sebuah gerakan dakwah,
bahwa para aktivis yang dimilikinya adalah manusia biasa,
layaknya manusia lain. Mereka kerap tak bisa menghindar dari
kondisi sulit, mesti berhadapan dengan bermacam kesulitan dan
persoalan hidup. Bila salah seorang aktivis tertimpa kejadian
semacam ini, maka sebuah organisasi gerakan harus tanggap
dan cepat mengambil tindakan dengan memberikan
pertolongan dan jalan keluar bagi persoalan yang tengah
dihadapinya. Tindakan ini akan sangat membantu dalam
mengembalikan kepercayaan diri dan semangat dakwahnya.
Jika tidak, maka asanya bisa terputus, jiwanya terguncang dan
jangan terlalu disalahkan kalau malah hengkang dari
pergerakan dakwah yang digelutinya.

-Lamban dalam Merumuskan dan Memutuskan Persoalan


Dakwah
Kelambanan ini dapat berakibat fatal. Ia tidak hanya berakibat
buruk pada satu sisi pergerakan saja, tapi semua sisinya bisa
menjadi ruwet, bermacam masalah bisa terpancing mengemuka
dan semuanya berakhir pada jalan buntu. Semua jenis persoalan
harus disikapi dan ditangani dengan serius. Jangan anggap
enteng persoalan kecil, sebab bila dibiarkan berlarut akan
membengkak menjadi soal besar dan meruyak melahirkan
persoalan-persoalan lain. Sebaliknya, bila setiap persoalan
segera ditangani begitu ia nampak, gerakan dakwah akan lebih
menghemat tenaga dan biaya

-Inkonsistensi
Ada orang yang tertarik dengan pergerakan dakwah dalam satu
kondisi dan karena sebab tertentu. Tapi tak lama setelah ia
terjun di dalamnya, ia merasa tak sanggup beradaptasi dengan
pola aturan yang diterapkan oleh pergerakan yang diikutinya.
Biasanya, orang seperti ini adalah orang yang tidak mau terikat
oleh aturan. Orang tipe begini sulit diajak berdisiplin, sukar
diajak bekerja dengan tekun dan konsisten serta komit dengan
aturan yang telah ditetapkan. Karenanya, para pelaku dakwah
hendaknya menjauhkan diri dari sifat-sifat seperti itu. Sebab
dakwah adalah sebuah proses yang memerlukan kesabaran,
ketelatenan, kepatuhan akan aturan, konsistensi dan
kedisiplinan.

-Khawatir akan Diri dan Jaminan Rezeki


Jalan dakwah sarat dengan aral dan onak, jiwa pun kadang
terancam keselamatannya. Jalan dakwah bukan jalan lempang
yang mulus tanpa hambatan. Hanya orang-orang yang berbekal
keberanian dan kesiapan berkorbanlah yang sanggp
menjalaninya. Jalan dakwah bukan jalannya para pengecut.
Jalan dakwah adalah jalan mereka yang berselera pemberani,
berani penuh perhitungan tentunya.

-Sikap Ekstrim dan Intoleran


Keberanian dalam menempuh jalan dakwah memang niscaya.
Namun, keberanian yang diperlukan adalah yang berpadu
dengan sikap penuh pengertian. Kebenaran acap memerlukan
kemasan yang beragam sesuai kondisi objektif lahan dakwah
yang dihadapi. Menyamaratakan kemasan dan pendekatan atas
objek yang beragam bisa membuahkan hasil yang tidak
menggembirakan. Semangat yang menggebu tidak harus
melahirkan sikap yang ekstrim dan kurang menghargai
keragaman. Dan sikap moderat tidak berarti tidak teguh
memegang keyakinan dan kebenaran.

-Sikap Acuh tak Acuh


Sikap ekstrim memang bukan sikap terpuji. Tapi sikap acuh tak
acuh dan menganggap enteng kewajiban dakwah lebih tidak
terpuji. Sikap acuh tak acuh terhadap persoalan-persoalan kecil,
bila dibiasakan akan merembet kepada sikap acuh tak acuh
terhadap persoalan-persolan besar. Dan sikap acuh tak acuh
terhadap satu jenis persoalan, bila dibiarkan akan menjadi sikap
yang sama terhadap semua jenis persoalan. Jalan dakwah bukan
jalan orang-orang yang “cuek” dan tidak pedulian. Jalan dakwah
adalah jalan orang yang tidak pernah menganggap enteng
setiap persoalan, seraya memecahkannya penuh kesungguhan.

-Berbangga Diri dan Suka Popularitas


Jalan dakwah bukan jalan orang-orang yang suka
membanggakan diri dan cinta kesohoran. Sosok pengemban
dakwah adalah pribadi yang tawâdlu’, berdiri sama tinggi dan
duduk sama rendah dengan sesamanya. Ia adalah pelayan
ummatnya. Ia tidak segan menerima saran dan kritik dari mana
pun datangnya, selama mendatangkan kebaikan bagi
dakwahnya. Di hadapannya manusia adalah sama; tidak pernah
mengistimewakan kaum berkedudukan dan menghinakan kaum
rendahan. Da’i adalah manusia, bukan malaikat.
-Kecemburuan
Kecemburuan para pelakon dakwah terhadap orang atau
kelompok lain yang menggeluti bidang serupa, dapat juga
menyebabkan proyek dakwah mengalami kegagalan. Cemburu
karena orang lain lebih maju, lebih semarak, lebih profesional
dan lebih prestatif.
Cemburu yang dilarang tentunya yang mempunyai implikasi
negatif, seperti iri, dengki dan menghasut pihak lain yang lebih
maju. Adapun cemburu yang mempunyai pengertian positif
tentu sah saja adanya, malah dianjurkan. Kecemburuan mana
mendorongnya untuk meniru dan mempelajari anasir-anasir
yang dimiliki orang lain sehingga dapat melangkah lebih maju
dan berhasil.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Tabligh dalam konteks ajaran islam adalah Penyampaian dan
pembeitaan tentang ajaran-ajaran islam kepada umat manusia,
yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut,
pemberita lepas dari beban dan kewajiban memberitakan dan
pihak penerima berita menjadi terikat denganya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dituliskan beberapa
saran pembahasan dalam makalah ini yaitu diharapkan pembaca
dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral
dalam diri baik di dalam lingkup sekolah maupun dalam
lingkup sekitar.

Anda mungkin juga menyukai