Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya dakwah Islam merupakan aktualisasi iman yang di manifestasikan dalam
satu system kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan. Hal tersebut dilaksanakan
secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap dan bertindak manusia secara
individual dan sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islamdalam kehidupan
manusia.Terdapat kecenderungan di masyarakat umum bahwa kecenderungan profesi
khithabahatau tabligh dipahami sebagai sebagai profesi yang terbuka, dalam arti dapat dilakukan
oleh siapa saja. Sebagian orang menganggap bahwa khithabahadalahpekerjaan alternatifatau
profesi pelarian, ketika sudahmentok mendapatkan pekerjaan lain lalu memilih
menjadidaimaupun mubaligh. Sekarang para khatibmaupun yang mengklaimdirinya sebagai
khatibtidak hanya hadir di kalangan pesantren (dalam hal inipara santri dan kiayi) atau dari
lembaga-lembaga pendidikan khithabah, tetapi juga lahir dari berbagai kalangan yang bervariasi,
seperti politisi, artis, seniman, budayawan, mantan pejabat, komedian, dan lain-lain. Dalam
melangsungkan tugasnya seorang khatib senantiasa melakukan tugasnya yaitu berkhithabah.
Khithabahmerupakan kewajiban bagi para muslim untuk menyebarkan agama Islam. Baik
kepada muslim maupun non muslim. Semua lapisan masyarakat memiliki peran penting untuk
menyebarkan agama Islam. Agar Islamtetap berkembang dan pemeluknya semakin banyak.
Saat ini, dakwah , tabligh, dan khutbah , sulit untuk dibedakan hal ini dikarenakan
dakwah memiliki kesamaan dengan tabligh dan khutbah, banyak orang-orang awam yang belum
mengetahui perbedaan-perbedaan antara dakwah , tabligh, dan khutbah. Namun dalam makalah
ini lebih memfokuskan pada Khutbah. Menurut Hasan Susanto, khotbah adalah salah satu cara
yang efektif untuk mendidik iman jamaah. Jika sebuah khotbah mempunyai isi yang bermutu,
lalu disampaikan dengan efektif, maka pendengarnya akan bersedia menerima dan menjalankan
apa yang diajarkan.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan untuk berkhutbah dengan singkat dan padat.
Sebab semakin padat dan singkat, semakin tampak kecerdasan pengkhutbah. Diksi juga
menentukan perhatian dan kesan audiens. Hal ini yang harus dilakukan oleh oleh seorang

1
pengkhutbah agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh audiens. Pemilihan topik juga
harus diusakan agar menarik dan mudah diingat. Pesan khutbah juga berisi pemberian motivasi
kepada audiens, tidak hanya untuk semangat beribadah tetapi juga untuk semangat hidup.

2
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa itu khutbah?
2. Bagaimana teknik persiapan khutbah?
3. Apa saja macam-macam khutbah?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari makalah yang kami buat ini:
Tujuan : Untuk mengetahui apa itu khutbah
Untuk mengetahui bagaimana teknik persiapan khutbah
Untuk mengetahui apa saja macam-macam khutbah
Manfaat : Bisa memahami apa yang dimaksud dengan khutbah, bahaimana cara
menyiapkan khutbah, dan apa saja macam-macam khutbah.

3
BAB II
PENDALAMAN MATERI

A. Apa itu khutbah?

“Khotbah”, secara bahasa, adalah ‘perkataan yang disampaikan di atas mimbar’. Adapun
kata “khitbah” yang seakar dengan kata “khotbah” (dalam bahasa Arab) berarti ‘melamar
wanita untuk dinikahi’. “Khotbah” berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentukan
dari kata “mukhathabah” yang berarti ‘pembicaraan’. Ada pula yang mengatakannya berasal
dari kata “al-khatbu” yang berarti ‘perkara besar yang diperbincangkan’, karena orang-orang
Arab tidak berkhotbah kecuali pada perkara besar.
Sebagian ulama mendefinisikan “khotbah” sebagai ‘perkataan tersusun yang
mengandung nasihat dan informasi’. Akan tetapi, definisi ini terlalu umum. Adapun definisi
yang lebih jelas ialah definisi yang diberikan oleh Dr. Ahmad Al-Hufi yaitu, ‘Cabang ilmu
atau seni berbicara di hadapan banyak orang dengan tujuan meyakinkan dan memengaruhi
mereka’. Dengan demikian, khotbah harus disampaikan secara lisan di hadapan banyak orang
dan harus meyakinkan dengan argumen-argumen yang kuat serta memberikan pengaruh
kepada pendengar, baik itu berupa motivasi atau peringatan.
Khutbah adalah bentuk komunikasi dengan cara menyampaikan/ menyebarluaskan
(komunikasi)atau ajaran Islam melalui berbagai media (baik elektronik maupun cetak)
dengan sasaran orang yang banyak atau khalayak. Khutbah bisa diartikan sebagai ceramah
maupun pidato yang mengandung penjelasan tentang sesuatu masalah yang sedang terjadi di
masyarakat.

4
B. Teknik Persiapan Khutbah

Sebelum berkhutbah akan lebih baik jika kita mempersiapkan segalanya terlebih dahulu
agar pesan khutbah yang akan disampaikan kepada mad’u lebih tepat sasaran, sesuai tema
atau topik, dapat dipahami dan dilakukan dalam kehidupan sehari – hari oleh mad’u. Ada 3
hal yang dapat dipersiapkan sebelum melakukan khutbah.
A. Materi
Ketika khutbah pasti akan ada materi atau pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan. Materi ini menjadi bahan yang penting karena material utama dalam
berkhutbah. Melalui materi ini komunikator harus pandai memilih topik yang akan
disampaikan dalam khutbahnya. Topik bisa berupa berita atau isu yang hangat akhir akhir
ini, bisa juga ajakan untuk melakukan kebaikan ataupun meninggalkan keburukan. Materi
yang dibuat harus sesuai dengan tujuan arah atau pertemuan dari acara yang akan diisi
dengan khutbah. Materi yang dibuat pun harus sesuai dengan perkembangan zaman atau
masyarakat sekarang agar materi bisa lebih mudah diterima dan dipahami oleh komunikan
atau mad’u. Selain itu materi yang akan disampaikan harus sesuai dengan pendengar
pengetahuan.
Selanjutnya yaitu menyiapkan outline agar pesan yang ditulis bisa lebih sistematis,
mudah diingat dan mudah disampaikan. Menulis outline juga akan lebih memudah
komunikator untuk membuat materi yang tidak berbelit belit dan tidak keluar dari topik.
Menyiapkan outline seperti menulis muqodimah yang sesuai, isi ceramah yang sesuai tema
dan penutup.
B. Persiapan Mental
Selain menyiapkan materi, akan lebih baik juga untuk menyiapkan mental dari segi
kejiwaan. Meskipun dari segi teknis dan materi telah dipersiapkan, mental juga penting untuk
dipersiapkan, karena jika tidak menyiapkan bisa terjadi seperti demam panggung (grogi,
tidak fokus dan lupa materi yang akan disampaikan.
Langkah langkah yang bisa dilakukan untuk persiapan mental yaitu :
1. Meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT
2. Meningkatkan alhlak dan moral
3. Melakukan dialog dengan diri sendiri.

5
Perlu diingat saat mempersiapkan mental, berbicara di depan publik bukanlah sesuatu
yang sangat menakutkan. Public speaking adalah hal wajar dan bisa dilakukan oleh siapapun.
Selain itu ketika berbicara didepan umum harus memiliki topik dan tujuan pembahasan yang
jelas dan terarah agar pendengar tidak merasa bosan dan pesan yang disampaikan bisa
dipahami. Dan hal yang terkadang membuat pemula grogi yaitu saat berbicara didepa publik
tidak perlu menjadi seseorang yang sempurna dan manusia itu tempatnya salah dan dosa.

C. Persiapan Fisik
Persiapan fisik juga menjadi hal yang penting karena kesehatan seorang komunikan juga
mempengaruhi kelancaran dalam berkhutbah. Cara cara dalam melakukan persiapan fisik
yaitu
1. Lakukan olah raga yang teratur
2. Hindari makan-makanan yang dapat menggangu atau merusak tenggorokan
3. Istirahat yang cukup
4. Jangan terlalu tegang saat melakukan persiapan mental dan materi

C. Macam-Macam Khutbah

Khutbah dibagi menjadi 3 bagian, yakni khutbah formal dan non formal. Adapun
penjelasannya berikut ini:

1. Khutbah Jum’at

Kata “Jumat” dalam bahasa Arab bisa dibaca dengan tiga cara: jumu’ah, jum’ah, atau
juma’ah. Adapun bacaan yang terkenal adalah “jumu’ah”. Demikian pula cara baca pada
qiraah sab’ah, dalam firman Allah ta’ala,

6
َّ ‫ص ََلةِ ِمن َي ْو ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َع ْوا ِإلَ ٰى ِذ ْك ِر‬
ِ‫ّللا‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا نُود‬
َّ ‫ِي ِلل‬

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka
bersegeralah mengingat Allah.” (Q.s. Al-Jumu’ah:9)

Adapun bacaan “jum’ah” adalah bacaan ringan, yaitu dengan menghilangkan harakat
pada huruf mim, menjadi lebih mudah diucapkan. Adapun cara baca “juma’ah” berasal dari sifat
hari Jumat yang mengumpulkan banyak orang, seperti kata “humazah” yang berarti ‘orang yang
banyak mengumpat’ dan kata “dhuhakah” yang berarti ‘orang yang banyak tertawa’. Bacaan
“juma’ah” dalam bahasa Arab dikenal sebagi dialek Bani Uqail. Adapun bentuk jamak kata
“jumu’ah” adalah “jumu’at” atau “juma’”.

Sebab penamaan hari Jumat

Pada masa jahiliah, hari Jumat disebut dengan hari Urubah, kemudian dinamakan
“Jumat” beberapa saat sebelum Islam datang. Adapun yang memberi nama hari Jumat adalah
Ka’ab bin Lu’ai. Tatkala itu, orang-orang Quraisy berkumpul mendatanginya pada hari itu,
kemudian ia berkhotbah dan memberikan pelajaran kepada mereka. Ada pula yang berpendapat
bahwa penamaan hari Jumat adalah setelah datangnya Islam.

Adapun tentang penyebab penamaannya, ada beberapa pendapat, yaitu:

Pendapat pertama: Allah ta’ala menghimpun penciptaan Adam ‘alaihis salam pada hari
itu. Dasar pendapat ini adalah riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau ditanya,
“Kenapa dinamakan hari Jumat?” Beliau bersabda,

َّ ‫ساعَةٌ َم ْن َدعَا‬
‫َّللاَ فأيهَا‬ َ ‫ت أم ْنهَا‬
ٍ ‫ساعَا‬ ‫ َوفأي أ‬،ُ‫ َوفأيهَا البَ ْطشَة‬،ُ‫ص ْعقَةُ َوا ْل أب ْعثَة‬
‫آخ أر ث َ ََل أ‬
َ ‫ث‬ ُّ ‫ َوفأيهَا ال‬،‫ط أبعَتْ أط ْينَةُ أ َ أبيكَ آ َد َم‬
ُ ‫أِلَنَّ فأيهَا‬
ُ‫ْب َله‬
َ ‫ست أُجي‬ْ ‫ا‬

“Karena pada hari itu, tanah liat ayah kalian, Adam, dicetak. Pada hari itu, kiamat dan
kebangkitan terjadi. Pada hari itu pula, kehancuran melanda. Di akhir tiga waktu pada hari itu,
ada satu waktu, barang siapa yang berdoa kepada Allah pada waktu itu pasti doanya
dikabulkan.” (H.r. Ahmad, 2:113)

7
Pendapat ini dinilai sahih dalam Fathul Bari dan Nailul Authar.

Pendapat kedua: Berkumpulnya orang-orang pada hari itu di Masjid Jami’ untuk shalat.

Pendapat ketiga: Allah mempertemukan Adam dan Hawa di bumi pada hari itu.

Pendapat keempat: Banyak kebaikan di dalamnya.

Sebagian pendapat di atas, ada yang diambil dari makna kata “Jumat” dan sebagian
disimpulkan dari hadis dhaif. Namun, tidak ada masalah untuk menjadikan semua pendapat di
atas sebagai sebab penamaan hari Jumat. Allahu a’lam.

Hukum khotbah Jumat

Para ahli fikih berbeda pendapat mengenai hukum khotbah pada shalat Jumat, apakah
termasuk syarat shalat sehingga shalat Jumat tidak sah tanpanya, atau sekadar sunah sehingga
shalat Jumat tetap sah tanpanya. Berkenaan dengan hal ini, para ahli fikih terbagi ke dalam dua
pendapat.

Pendapat pertama menyatakan bahwa khotbah merupakan syarat shalat Jumat. Pendapat
ini adalah pendapat Hanafiah dan mayoritas Malikiah. Pendapat ini adalah pendapat yang sahih
bagi mereka, demikian juga Syafi’iah dan Hanabilah. Disebutkan dalam kitab Al-Hawi, “Hal ini
merupakan pendapat seluruh ahli fikih selain Hasan Al-Bashri, karena ia menyelisihi pendapat
ijma’; ia berkata, ‘Khotbah tidaklah wajib.’”

Disebutkan pula dalam kitab Al-Mughni, “… Kesimpulannya adalah bahwa khotbah


merupakan syarat shalat Jumat; shalat Jumat tidak sah tanpanya, dan kami tidak mengetahui
pendapat yang bertentangan kecuali pendapat Hasan.”

Pendapat kedua menyebutkan bahwa khotbah merupakan sunah Jumat. Ini merupakan pendapat
Hasan Al-Bashri.

Pendapat ini juga diriwayatkan dari Imam Malik, demikian pula pendapat sebagian pengikutnya
(Malikiah). Ibnu Hazm juga berpendapat demikian.

8
Tarjih: Pendapat yang kuat dalam permasalahan ini ialah pendapat pertama, bahwa khotbah
merupakan syarat sah shalat Jumat. Bahkan, sebagian ulama menganggap hal ini menyerupai
ijma’.

Adapun dalil yang menguatkan pendapat ini adalah dalil yang diambil dari Alquran, hadis, dan
atsar dari sahabat serta tabi’in. Berikut ini pemaparan dalil-dalil tersebut.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

‫َّللاأ َوذَ ُروا ا ْلبَي َْع‬


َّ ‫سعَ ْوا إألَ ٰى أذك أْر‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ أذينَ آ َمنُوا إأذَا نُود‬
ْ ‫أي أللص َََّل أة أمن يَ ْو أم ا ْل ُج ُمعَ أة فَا‬

“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka
bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (Q.s. Al-Jumu’ah:9)

2. Khutbah Idul Fitri dan Idul Adha

Idul Fitri dan Idul Adha adalah waktu istimewa. Karena posisinya yang spesial ini,
Rasulullah memerintahkan umat Islam untuk berduyun-duyun keluar rumah untuk bersama-
sama merayakan hari bahagia tersebut. Perempuan haid juga bisa turut melakukan hal yang
sama, meski terpisah dari tempat shalat (lihat hadits riwayat Imam Bukhari Nomor 928).
Mereka berhak mendengarkan khutbah, melantunkan takbir, doa, atau dzikir lainnya.
Dalam kitab al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-
Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji diterangkan bahwa berbeda dari shalat
jum’at, khutbah pada shalat id dilaksanakan setelah shalat dua rakaat usai, bukan sebaliknya.
Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim menjelaskan bahwa Nabi Muhammad, Abu
Bakar, dan Umar juga menunaikan dua shalat id sebelum khutbah.
Hukum khutbah dalam shalat id memang sunnah. Namun, ketika dikerjakan ia harus tetap
memenuhi rukun khutbah. Rukun khutbah pada shalat id tidak berbeda dari rukun khutbah
pada shalat jum’at, yakni memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat tentang takwa,
membaca ayat Al-Qur'an pada salah satu khutbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada
khutbah kedua.

9
Khatib yang disyaratkan berdiri (bila mampu) saat berkhutbah disunnahkan menyela
kedua khutbah dengan duduk sebentar. Sebagaimana diungkap dalam hadits Ubaidullah bin
Abdullah bin Utbah yang berkata:

‫السنة أن يخطب اإلمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس‬

“Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan
memisahkan kedua khutbah dengan duduk.” (HR Asy-Syafi’i)
Pada khutbah pertama khatib disunnahkan memulainya dengan membaca takbir hingga
sembilan kali, sedangkan pada khutbah kedua membukanya dengan takbir tujuh kali. Saat
khutbah berlangsung, jamaah diperintahkan untuk tenang, mendengarkannya secara seksama,
agar memperoleh proses kesempurnaan shalat id.

3. Khutbah Nikah

Di setiap acara akad nikah, umumnya sebelum pengantin pria memulai acara paling inti yaitu
akad, ada yang disebut dengan khutbah nikah. Khutbah nikah diibaratkan sebagai pendahuluan
dengan membaca beberapa pujian dan syukur kepada Allah Swt., dan membaca beberapa ayat
dari Alquran.

Hukum melaksanakan khutbah nikah ini adalah sunnah. Mengutip kitab al-Adzkar karya
Imam al-Nawawi, bahwa membaca khutbah nikah ini adalah sunnah. Dan, khutbah nikah tidak
perlu dibacakan oleh calon mempelai pria. Ada juga yang berpendapat kalau khutbah nikah ini
hukumnya wajib, yaitu Dawud al-Zhahiri. Jika tidak membacanya, maka akad nikah menjadi
tidak sah. Namun, mayoritas ulama tidak menganggap pendapat Dawud al-Zhahiri ini sebagai
pendapat yang bisa diterima (mu’tabar).

Berikut ini adalah rangkaian bacaan khutbah nikah, seperti disebutkan dalam hadis riwayat
Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ibn Majah, dan lainnya dari Abdullah bin Mas’ud., Pertama,
membaca hamdalah, istighhfar, memohon perlindungan kepada Allah, dan syahadat.

10
‫إن الحمد هلل نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باهلل من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده هللا فال مضل له ومن يضلل فال‬
.‫هادي له وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬

Inna al-Hamda Lillahi, nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wa nastaghfiruh, wa na’udzu billahi min


syuruuri anfusina wa min sayyiaati a’maalina. Man yahdihillahu falaa mudhilla lahu wa man
yudhlilhu, fa laa haadiya lahu. Wa Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah wahdahu laa Syariika
Lahu wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuluhu

Kedua, membaca ayat-ayat Alquran. Yaitu

 Surah al-Nisa [4]: 1

َ َ‫َّللاَ الَّذِي ت‬
َ‫سا َءلُون‬ َّ ‫سا اء ۚ َواتَّقُوا‬ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َج ااال َك ِث ا‬
َ ‫يرا َو ِن‬ ِ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
َّ َ‫احدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫َّللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيباا‬ َ ‫بِ ِه َو ْاْل َ ْر َح‬
َّ ‫ام ۚ إِ َّن‬

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang menciptakan kalian dari seorang diri, dan
menciptakan dari seorang jiwa itu pasangannya dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan nama)-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan
(peliharalah) silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

 Surah Ali ‘Imran [3]: 102

َ‫َّللاَ َح َّق ت ُ َقاتِ ِه َو َال ت َ ُموت ُ َّن إِ َّال َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Dan
janganlah kalian kami melainkan kalian dalam keadaan beragama Islam.

 Surah al-Ahzab [33]: 70-71

‫سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ازا‬ َّ ِ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم ۗ َو َم ْن ي ُِطع‬


ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ْ ُ‫سدِيداا *** ي‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْو اال‬
‫َع ِظي اما‬

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan
yang benar (70) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu

11
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar. (71)

Setelah menyampaikan ayat-ayat tersebut, jika ingin ditambahkan dengan ayat lain atau hadis
serta nasihat yang berkaitan dengan pernikahan maka itu diperbolehkan.

Ketiga, menyampaikan hajat misalnya dengan redaksi,

‫أزوجك على ما أمر هللا به من إمساك بمعروف أو تسريح بإحسان‬

Uzawwijuka ‘ala Ma Amara Allahu bihi min Imsakun bi Ma’rufin aw Tasrihun bi Ihsan.

Nama lain khutbah ini adalah khutbah al-haajah, artinya khutbah yang disampaikan sebelum
menyampaikan sebuah hajat.

12

Anda mungkin juga menyukai