TINJAUAN TEORI
Definisi
Istilah tumbuh kembang mencakup dua hal yang berbeda namun
saling berkaitan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Yang masing-masing mempunyai definisi sebagai berikut:
a. Pertumbuhan (growth) adalah: berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
individu.
b. Perkembangan (development) adalah: bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/individu.
2.1.2
pada umur 1 tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2
tahun. Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan badan rata-rata 2
kg/tahun dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5
kg/tahun.
Perkiraan berat badan dalam kilogram.
Lahir 3, 25 kg
3 12 bulan
Umur(bulan ) 9
2
6 12 tahun
Umur(tahun) x 7 5
2
(Soetjiningsih, 1995).
b. Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50 cm
Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter:
Lahir
: 50 cm
Umur
: 75 cm
2 12 tahun
: umur (tahun) x 6 + 77
c. Kepala
Tingkat kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besar
lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6
bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm. Umur 1 tahun 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala
pada 6 bulan pertama ini adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari
TahapTahap Perkembangan
a. Tahap Perkembangan Psikoseksual
1) Fase oral (lahir1 tahun)
a) Kepuasan mulut.
b) Menghisap, menelan, makan kenyang.
c) Mengeluarkan air liur, menangis, menggigit.
2) Fase anak (13 tahun)
a) Kepuasan sekitar anus.
b) Senang dapat melakukan sendiri BAB/BAK.
c) Belajar mengontrol sendiri.
d) Konsep kebersihan.
e) Belajar mandiri.
f) Ketepatan diri, kontrol diri.
3) Fase falic/oedipal (35 tahun)
a) Senang mempermainkan alat kelamin.
b) Dekat dengan orang tua lawan jenis.
c) Bersaing dengan orang tua sejenis.
d) Mempertahankan keinginan, egosentris.
e) Sosial interaksi.
4) Fase laten (612 tahun)
a) Orientasi sosial.
b) Pertumbuhan interaksi intelektual dan sosial.
c) Banyak teman sebaya.
d) Agresitifitas lebih terkontrol.
e) Privasi sudah diperhatikan, sudah memperhatikan tampilan
diri.
5) Fase genital (>12 tahun)
a) Pemusatan pada genital.
b) Penentuan identitas, bertanggung jawab pada diri sendiri.
c) Mencari identitas diri, kehilangan kepercayaan diri.
b. Tahap Perkembangan Intelektual
1) Sensorimotorik (lahir2 tahun)
a) Belajar melalui pergerakan, penginderaan, dan sensori.
bahasa
untuk
menggunakan
simbol-simbol
mengungkapkan.
b) Menunjukkan ketakutan.
c) Ekspresi tingkah laku mengungkapkan perasaan sakit.
d) Meningkatkan komunikasi verbal.
3) Konkrit operasional (711 tahun)
a) Mengatur pola fikir.
b) Berfikir logis dan terarah.
c) Mengelompokkan fakta-fakta.
d) Berfikir abstrak mengatasi masalah secara sistematis.
4) Format operasional (11dewasa)
a) Berfikir abstrak dan hipotesis.
b) Berfikir apa yang akan terjadi.
c) Sistematis dalam pemecahan masalah.
d) Tertarik pada lawan jenis.
e) Konflik diri.
f) Ambivalen.
c. Tahap Perkembangan Psikososial
1) Percaya versus tidak percaya (01 tahun)
Definisi
Kata Thypus berasal dari bahasa Latin tifus, yaitu istilah yang
mencakup berbagai penyakit menular yang umumnya disertai dengan
gangguan kesadaran (Hendra T. Laksman, 2003).
Typhoid dan para Thypus Abdominalis merupakan suatu penyakit
infeksi yang terjadi secara akut pada usus halus (Sjaifoellah Noer,
2004).
Thyfus Abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada
usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypi, yang ditularkan
Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas
dua bagian, yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu
ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian dalam, yaitu
rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum
dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring.
Atap mulut dibentuk oleh palatum terdiri dari dua bagian yaitu
palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah depan tulang maxilaris dan lebih kebelakang
terdiri dari dua tulang palatum. Palatum mole (palatum lunak)
terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Sedangkan lidah terletak dilantainya dan terikat pada tulang hioid,
digaris tengah sebuah lipatan membran mukosa (prenulum
linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut.
2)
Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan didalam lengkung faring terdapat tonsil
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Faring terletak
dibelakang hidung, mulut dan laring, faring merupakan saluran
bagian
anterior
disebut
laringofaring
yang
Esophagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu
masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam
keluar adalah lapisan selaput lendir, lapisan submukosa, lapisan
otot melingkar sirkular dan lapisan otot memanjang longitudinal.
dengan esofagus. Panjang faring kira-kira 7 cm dan dibagi atas
tiga bagian yaitu nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan gendang telinga. Pada bagian
media disebut orofaring, bagian ini terbatas depan sampai diakar
lidahEsophagus terletak dibelakang trachea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorax menembus diafragma masuk
kedalam abdomen menyambung dengan lambung.
4)
Gaster
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terletak
Usus halus
Usus adalah tabung yang panjangnya kira-kira sekitar 2,5
meter. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup
ileokolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus
terletak didaerah umbiculus dan dikelilingi oleh usus dalam
beberapa bagian, yaitu: Duodenum, merupakan bagian pertama
usus halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda dan
kepalanya mengelilingi kepala pankreas, salauran empedu dan
saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang
yang disebut ampula hepatopankreatika atau ampula fateri.
Yeyenum, menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus
dengan panjang kurang lebih 2,3 meter dari ileum. Ilium dan
Yeyenum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas, dikenal
sebagai mesentrium. Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan
Usus besar
Panjangnya 1,5 meter, sambungan dari usus halus, mulai
dari katup ileokolik atau ileosekal yaitu tempat sisa makanan
lewat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan,
tempat tinggal bakteri coli dan tempat faeses. Lapisan usus besar
tediri dari 4 lapis dari dalam keluar adalah selaput lendir, lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan ikat.
7)
Rektum
Rektum adalah terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus terletak dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
8)
Anus
Anus adalah
bagian
dari
saluran
pencernaan
yang
Fisiologi
Proses pencernaan merupakan suatu proses biokimiawi didalam
tubuh bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat
yang mudah diserap oleh selaput lendir membran mukosa usus halus.
Agar proses biokimiawi dapat berjalan dengan lancar serta optimal
maka diperlukan enzim-enzim pencernaan yang dapat mengadakan
kontak dengan makanan yang dimakan. Selama dalam proses
pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang
dapat diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai
perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang
terkandung didalam berbagai cairan pencernaan.
2.2.3
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah Salmonella typhosa yang
mempunyai ciri- ciri sabagai berikut (Ngastiah, 2005)
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak
berspora.
b. Mempunyai sekurang- kurangnya tiga macam antigen, yaitu antigen
O (somatik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flagella), dan antigen Vi.
c. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut.
2.2.4
Pathofisologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melalui saluran pencernaan kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, basil akan masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran
darah
dan
mencapai
sel-sel
retikuloendotelial.
Sel-sel
Clinical Pathways
Salmonela Typhi
Gastrointestinal
Diserap usus
Ke pembuluh darah
Masuk ke sistem retikulo endotelial
Bakterimia
Endotoksin
Usus Halus
Infeksi
Suhu tubuh
meningkat, demam
remiten, leukosit
meningkat, bibir
pecah
Hipertermi
Tidak nafsu
makan, mual
muntah
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Nyeri perut,
nadi meningkat,
respirasi
meningkat,
pusing
Pengeluaran
keringat
berlebihan
Resiko gangguan
keseimbangan cairan
Penurunan
peristaltik
Resiko
konstipasi
2.2.5
Demam
Demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu
tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsurangsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
penderita terus dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu
badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada minggu
ketiga.
b.
c.
Gangguan Kesadaran
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis penyakit Thypus Abdominalis, kita dapat
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
a.
Pemeriksaan leukosit
Pada kebanyakan kasus Thypus Abdominalis, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada dalam batas-batas normal, malahan
kadang-kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit
tidak berguna untuk diagnosis Thypus Abdominalis.
b.
c.
Biakan darah
Biakan darah positif memastikan Thypus Abdominalis, tetapi
biakan darah negatif tidak menyingkirkan Thypus Abdominalis. Hal
ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa
faktor, antara lain:
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Komplikasi
Komplikasi Thypus Abdominalis dapat dibagi dalam beberapa
bagian, antara lain:
a.
Komplikasi Intestinal
1)
2)
3)
Komplikasi Ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan,
sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
intravaskular
diseminata
dan
sindrom
uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis pielonefritis dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
artritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom
katatonia.
2.2.8
Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid,
yaitu:
a. Pemberian antibiotik; untuk menghentikan dan memusnahkan
penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan:
1)
persahabatan),
penggunaan
kloramfenikol
masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obatobat terbaru jenis kuinolon.
2)
selama 2 minggu.
3)
dan
perawatan
professional;
bertujuan
mencegah
2.2.1
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
di proleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Identitas Klien
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
2)
3)
4)
5)
(39-40c)
d)
Berat badan menurun
e)
Pemeriksaan Fisik (Review Of Sistem)
Pemeriksaan Persistem pada pasien Typus Abdominalis
adalah sebagai berikut:
(1) B1 (Breathing)
Adakah sesak nafas, batuk, seputum, nyeri dada. Pada
Typus Abdominalis frekuensi pernapasan meningkat
(2) B2 (Blood)
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang,
takikardia/bradikardia,
hipotensi, aritmia,
kardiomegali.
(3) B3 (Brain)
Terjadi penurunan sesnsoris, parasthesia, anesthesia,
letargi, mengantuk, kacau mental, disorientasi. Meliputi
nyeri
epigastrium.
Mual,
muntah,
diare,
konstipasi, dehidrasi
(6) B6 (Bone)
Turgor kulit menurun, suhu badan meningkat.
Perubahan berat badan, cepat lelah, lemah dan nyeri
epigastrium.
8)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, yaitu: (Nursalam,
2005).
a)
Pada
periksaan
darah
tepi
c)
Biakan
empedu
hasil
d)
Periksaan
widal
untuk
9)
Antibiotic-penisilin
prokain
c)
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Menurut Pusdiklat Depkes RI diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah klien serta
individu,
keluarga
dan
masyarakat
tentang
masalah
potensial
wellnes
adalah
keperawatan
yang
2.2.3
Hierarki
Maslow
yaitu
fisiologis,
keamanan/
masalah
keperawatan
pasien.
Tahapan
perencanaan
Rencana Tindakan
Tujuan dan
Rencana
Rasional
2
Hipertermi
Kriteria hasil
3
Setelah
4
Monitor suhu
5
Peningkatan dan
berhubungan
dilakukan
penurusan suhu
dengan
tindakan
tubuh dapat
dihubungkan
salmonella
selama 3 x 24
dengan pathogen
tiphosa
jam
Kompres pasien
tertentu dan
pada lipatan paha
diharapkan
resolusi infeksi
dan aksila
klaen kondisi
pasien
Berikan cairan
Memfasilitasi
membaik
intravena
kehilangan panas
dengan
lewat konfeksi
criteria hasil:
Suhu tubuh
jangan berikan
dalam
aspirin
rentang
normal.
Nadi dan RR
dan konduksi
Mengembalikan
cairan tubuh
akibat evavorasi
dalam
hipoterm
rentang
Aspirin berisiko
normal.
Tidak ada
Selimuti pasien
menimbulkan
perubahan
untuk mencegah
perdarahan
warna kulit
hilangnya
gastrointestinal
dan tidak
kehangatan tubuh
yang menetap
pusing
merasa
nyaman.
meningkat dapat
menyebabkan
febril dan
ensopaliti
Kehilangan
panas tubuh
lewat konfeksi
dan evavorasi
2
Risiko deficit
Setelah
volume
dilakukan
cairan
tindakan
berhubungan
keperawatan
makanan/cairan dan
dengan
selama 3x24
Pasien tidak
pemasukan
jam
harian
mengkonsumsi
yang kurang,
diharapkan
cairan sama
mual,
kondisi
sekali
muntah,peng
pasien
mengakibatkan
eluaran yang
membaik
Kolaborasi dalam
berlebihan,
dengan
pemberian cairan
diare, panas
criteria hasil :
intravena
tubuh.
Indicator ketidak
adekuat volume
Monitor masukan
- Mempertahan
sirkulasi
dehidrasi
Tindakan darurat
untuk
kan urine
memperbaiki
output
ketidak
sesuai
seimbangan
Dorong keluarga
dengan usia
cairan dan
untuk membantu
BB,BJ
elektrolit
pasien makan
urine
normal, HT
normal
- TD, nadi,
Mempertahankan
status nutrisi
pasien
suhu tubuh
dalam batas
normal
- Tidak ada
tanda
dehidrasi
elastitis
turgor kulit
baik,
membran
mukosa
lembab
tidak ada
haus yang
3
Risiko
berlebihan
Setelah
ketidak
dilakukan
Monitor jumlah
nutris dan kan
Mempertahankan
keseimbangan
dungan kalori
seimbangan
tindakan
cairan dan
nutrisi
keperawatan
Monitor pusat
kurang dari
selama 3x24
kemerahan dan
kebutuhan
jam
kekeringan jaringan
diharapkan
konjungtiva
elektrolit
kondisi
tubuh
pasien
berhubungan
membaik
muntah
Konjungtiva
dengan
merupakan salah
intake
satu lokasi
dengan
penentuan pusat
kriteria hasil :
dehidrasi
Adanya
peningkatan
Meyakinkan
berat badan
keseimbangan
sesuai
dengan
output
tujuan
Berat badan
ideal sesuai
dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifi
kasi
kkebutuhan
nutrisi
Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang bearti
4.
Diare
Setelah
Ajarkan pasien
Menurunkan
berhubungan
dilakukan
untuk menggunakan
motalitas atau
dengan
tindakan
peristaltik gastri
peradangan
keperawatan
intestinal
Instruksikan pasien
pada dinding
selama 3x24
atau keluarga untuk
usus halus
jam
Membantu
mencatat warna,
diharapkan
mengkaji
jumlah prekuensi,
kondisi
beratnya
dan konsistensi dari
pasien
penyakit yang di
feses
membaik
derita pasien
Instruksikan pasien
denan
untuk makan
keriteria hasil
makaan rendah
Feses
Menghindarkan
serat, tinggi protein,
berbentuk
iritan dan
dan tinggi kalori
BAB sehari
peningkatan
jika memungkinkan
sekali tiga
istirahat usus
Ukur diare dan
kali
Menjaga
keluarab BAB
daerah
skitar rectal
Observasi turgor
dari iritasi
Tidak
Menggantikan
cairan yang
gejala diare
hilang
mengalami
diare
Menjelaskan
penyebab
Mengetahui
diare dan
derajat dehidrasi
rasional
tindakan
Mempertahan
Menentukan
beberapa jauh
kan birgor
penanganan diare
kulit
Konstipasi
Setelah
Monitor Feses,
Mendekteksi ada
berhubungan
melakukan
frekuensi, konsisten
darah dalam
dengan
tindakan
dan volume
feses
proses
keperawatan
peradangan
selama 3x24
pada dinding
jam
Jelaskan etiologi
medis
usus halus
diharapkan
dan rasionalisasi
selanjutnya
kondisi
tindakan terhadap
pasien
pasien
Untuk intervensi
membaik
Meningkatkan
pengetahuan
Identifikasi faktor
dengan
pasien tentang
penyebab dan
criteria hasil
penyakit yang di
konstribusi
Mempertahan
deritanya
konstipasi
kan bentuk
peses lunak
Untuk
setiap 1 3
hari
Bebas dari
menentukan
intervensi
selanjutnya
ketidaknyam
anan dari
konstipasi
Mengidentifi
kasi indicator
untuk
mencegah
konstipasi
Sumber : Nanda, 2007-2008
2.2.4
Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
Evaluasi Keperawatan
O (Obyektif)
A (Analisa)
2.2.6
: Impelementasi.
: Evaluasi.
:Revisi tindakan.
Pendokumentasian
Menurut
Nasrul
Effendi
(1995)
dokumentasi
keperawatan
Sistem dokumentasi
Berikut ini adalah beberapa sistem dokumentasi yang sering
dipakai:
1) Catatan berorientasi pada sumber (Source Oriented Record/SOR)
Pencatatan menurut sistem ini adalah khas untuk setiap
profesi (misalnya dokter dan perawat). Sistem ini memberikan
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang
diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat
secara spesifik. Komponen Source Oriented Record (SOR)
meliputi hal berikut ini:
a)
Lembar penerimaan
Lembar ini berisi demografi klien seperti nama, alamat,
tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b)
c)
d)
Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan pengkajian, diagnosis,
intervensi dan evaluasi.
e)
sistem
ini
maka
catatan
yang
disusun