Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP BY. NY.

DENGAN BBLR DI RUANG PERINATOLOGI

RS SUMBER KASIH

Dosen Pengampu: Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:

1. Chintia Dewi Maharan NIM: CKR0200180

KELAS B
Program Studi S-1 Keperawatan
Kampus 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
2020
A. Konsep Penyait
1. Definisi Penyakit

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

4. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

Pathway
5. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala berat badan lahir rendah menurut Marmi K. (2015) yaitu:
a. Berat kurang atau sama dengan 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, kepala lebih besar
c. Kulit tipis, transparan, lambut lanugo banyak, lemak kurang
d. Kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40 – 50x/menit, pernapasan tidak
teratur,
Nadi 100-140x/menit
e. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labio mayora,
klitoris menonjol (bayi perempuan) dan testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)
f. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerak
6. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan
sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
7. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
I. Wawancara
a) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b) Riwayat kesehatan
c) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
e) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)

2. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.

2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

1) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

2) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
3) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.

4) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

5) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.

6) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

7) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang

3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemerisaan skor ballard
2) Tes kocok dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glikosa darah
4) Kadar elektrolit dana analisis gas darah
5) Foto rontgen dada
6) USG kepala
4. Analisa data

NO Data Fokus Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS:- Pola nafas tidak Hiperventilasi,
DO: efektif sindrom
 Paesien tampak lemah hipoventilasi,
 Pasien tampak kesulitan disfungsi
bernapas neuromuscular,
 RR:45x/menit imatunitas
 SPO2: 88% neurologis

2 DS:- Defisit nutrisi ketidakmampuan


DO: mengabsorbsi
 Pasien nampak lemah saat nutrisi
menyusu dan muntah

3 DS: - Resiko infeksi pertahanan


DO: imunologi yang
 BB: 1925 gr kurang
 RR: 45x/mnt
 Kemeahan di bokong
 Tampak meringis

5. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, disfungsi neuromuscular, imatunitas neurologis
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologi yang kurang
6. Rencana Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O Keperawata Keperawatan
n
1 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan  Untuk
tidak efektif tindakan keperawatan nafas (I.01011) menge
berhubungan selama 2x24 jam. Tindakan tahui
dengan Diharapkan membaik Obaervasi: masih
Hiperventilasi dengan kriteria hasil:  Monitor sesak
, sindrom  Dipsnea pola nafas atau
hipoventilasi, menurun  Monitor tidak
disfungsi  Frekuensinafa bunyi nafas  Agar
neuromuscula s membaik tambahan pasien
r, imatunitas Terapeutik: tidak
neurologis  Pertahanka sesak
n kepatenan lagi
jalan nafas
 Posisikan
semi fowler
atau fowler
 Berika
oksigen
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen  Agar
berhubungan tindakan keperawatan nutrisi (I.03119) BB
dengan selama 2x24 jam Tindakan naik
ketidakmamp diharapkan membaik Observasi:  Agar
uan dengan kriteria hasil:  Identifikasi status
mengabsorbsi  Berat badan status nutrisi
nutrisi membaik nutrisi baik
 Identifikasi dan
alergi terpen
 Identifikasi uhi
butuhnya
selang
nesogastrik
 Monitor
BB
Terapeutik:
 Hentikan
pemberian
makanan
melalui
selang
nesogastrik
jika asupan
makanan
oral dapat
di toleransi
3 Resiko Pancegahan  Agar
infeksi Infeksi (I.14539) tidak
berhubungan Tindakan terjadi
dengan Observasi: infeksi
pertahanan  Monitor  Agar
imunologi tanda kulit
yang kurang dangejala yang
infeksi kemer
lokal dan ahan
sistemik memb
Terapeutik: aik
 Batasi
jumlah
pengunjung
 Berikan
perawatan
kulit pada
area edema
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
imunisasi

Daftar Pustaka
Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jkarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai